Anda di halaman 1dari 7

Nama : Na’il Yumna Firdaus

NIM : 19/439545/SA/19689

Serat Wedatama Winardi


Sepanjang peradaban, manusia selalu berkembang. Dalam perkembangannya,
manusia menciptakan budaya. Budaya itu sendiri merupakan hasil pikiran manusia tentang
hal-hal yang menyangkut kehidupannya, yang kemudian diwariskan melalui berbagai cara.
Bahasa sendiri merupakan salah satu produk kebudayaan yang paling penting, sebab bahasa
merupakan cermin pikiran manusia. Bahasa membentuk identitas dan berkembang menurut
kelompok sosial yang menggunakannya. Bahasa juga merupakan hasil warisan dari manusia-
manusia terdahulu. Salah satu cara pewarisannya adalah dengan pelisanan, dari mulut ke
mulut. Cara lainnya adalah dengan tulisan, yang kemudian menjadi karya sastra berupa
kidung, kakawin, tembang, dan banyak hal lainnya.

Salah satu karya yang ada yaitu Serta Wedatama Winardi. Serat Wedatama Winardi
merupakan hasil karya almarhum Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara ke-
IV dari Kasunanan Surakarta. Dalam makalah ini akan dibahas pupuh ke-83 sampai dengan
pupuh ke-87. Pada pupuh ke-83 dan selanjutnya, metrum yang digunakan adalah metrum
Kinanthi Sekargadhung, larasnya Pelog Nem.

1. Pupuh ke-83 :

Mangka kanthining tumuwuh

Salami mung awas eling

Eling lukitaning alam

Dadi weryaning dumadi

Supadi nir ing sangsaja

Yeku pangreksaning urip

Terjemahan bebas pupuh ke-83 adalah sebagai berikut :


Padahal temannya orang hidup

Selamanya hanya waspada dan ingat

Ingat kepada petunjuk alam

Jadi kekuatan hidup

Supaya lepas dari kesengsaraan

Yaitu cara memelihara hidup

Pupuh ke-83 tersebut ditembangkan dengan metrum Kinanthi sebab kata ‘kanthi’
berarti teman. Teman yang dimaksud di sini adalah teman dalam kehidupan, seperti yang
sudah disebutkan di atas, bahwa satu-satunya teman dalam kehidupan adalah sifat waspada
dan ingat. Atau dalam bahasa Arab ‘taqwa’ dan dzikirullah’. Hakekat waspada yaitu tanggap
terhadap seluruh pertanda dari Allah, baik yang berasal dari hati maupun yang terlihat oleh
mata.

Kata ‘lukitaning alam’ berarti urut-urutan perbuatan di dunia harus sesuai dengan
ketentuan Allah. Itulah yang dinamakan ‘weryaning dumadi’ atau kekuatan hidup. Perbuatan
di dunia dapat diumpamakan sebagai mengalirnya air, yaitu patuh terhadap hukum alam yang
sudah mengatur bahwa air selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Artinya,
sebagai manusia kita harus senantisa patuh terhadap hukum alam dan ketentuan Allah. Dalam
memelihara kehidupan kuncinya hanya ingat terhadap adanya takdir. Semua yang terjadi
sesuai dengan ketentuan Allah.

2. Pupuh ke-84 :

Marma den taberi kulup

Angulah lanthiping ati

Rina wengi den anedya

Pandak panduking pambudi

Bengkas kahardaning driya

Supadya dadya utami


Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut :

Oleh karena itu rajinlah anak-anakku

Belajar menajamkan perasaan

Siang malam berusaha

Tingkah laku berbudi

Menghilangkan nafsu diri

Supaya menjadi utama

Mengolah hati dan perasaan membutuhkan pendirian yang teguh, tidak boleh plin-
plan. Namun, selalu kokoh tanpa putus dan telaten. Bersungguh-sungguh dan pandai
mengolah diri dan perasaan siang malam, sampai terbiasa. Pandai membedakan yang benar
dan yang salah, memilihi pengetahuan dan perasaan yang baik.

Tingkah laku dan budi pekertilah yang harus diolah siang dan malam. Bertingkah laku
baik supaya menghilangkan tingkah laku buruk. Tingkah laku yang buruk yaitu berpuas
dengan kenikmatan duniawi, kenikmatan yang tidak bermanfaat dan diberkahi, yang dapat
menjadi penghalang tumbuhnya akhlak baik. Akhlak baik adalah pikiran yang sehat dan
cerdas, mampu membedakan mana yang benar dan yang salah menurut ketetapan Allah.

Sedangkan baik diukur melalui perasaan. Kebaikan diukur berdasarkan perasaan


manusia yang pada umumnya diciptakan sama oleh Allah. Oleh karena itu, perasaan harus
selalu ditajamkan bersamaan dengan pemikiran supaya cocok dengan hakekat perasaan
manusia yang diciptakan oleh Allah. Keutamaan tingkah laku berbudi yaitu berbelas kasih
serta mampu menjadi penyebar kebaikan diantara sesama manusia.

3. Pupuh ke-85 :

Pangasahe sepi samun

Away esah ing salami

Samangsa wis kawistara

Lalandhepe mingis-mingis
Pasah wukir reksa muka

Kekes srabedaning budi

Terjemahan secara bebasnya adalah sebagai berikut :

Mengasah sepi sunyi

Jangan pergi selamanya

Ketika sudah terasa

Tajamnya amat sangat

Sanggup mengiris gunung

Sirna carut-marut jiwa

Sarana yang dapat menajamkan benar, baik, dan kepekaan hati terdapat di tempat
yang sepi, yaitu sepi dari pendapat orang lain. Artinya dengan cara mengheningkan cipta,
maksudnya dengan berdoa. Perjalanan seperti itulah yang juga dijalani oleh para utusan
Allah. Contohnya adalah Nabi Adam dan Hawa yang terpisah dan menjalani kehidupan
masinh-masing sendirian sampai lima ratus tahun. Nabi Adam berdiam diri di dalam gua,
memohon pada Allah supaya dipertemukan kembali dengan Hawa. Contoh lainnya adalah
Nabi Yakub yang bersabar dalam menghadapi cobaan dari Allah berupa penyakit kulit.
Contoh yang lainnya lagi yaitu Nabi Muhammad yang berdiam diri memohon perlindungan
dan petunjuk Allah di Gua Hira’.

Namun, tempat yang sepi tersebut tidak melulu berupa gua, lautan, atau puncak
gunung. Tempat sepi yang dimaksud adalah raga yang berguna serta sanggup untuk memulai
dan menjalani perjalanan rohani. Sejatinya, tempat sepi itu bisa juga merupakan pemahaman
yang terdapat pada jiwa kita mengenai jalannya kehidupan. Bahwa dalam hidup tidak ada
yang selamanya, segala sesuatu pasti akan kembali pada Allah.

Jadi, ketika bertapa di tempat yang sepi sudah dijalani, yang selanjutnya adalah
bertapa di tempat yang ramai. Dalam arti lain, kesunyian itu terdapat pada diri sendiri.
Lakunya berhubungan dengan kenyataan kehidupan. Semakin lama semakin tajamlah
pemahaman kita sebagai manusia terhadap jalannya kehidupan, serta dapat mengolah godaan
hawa nafsu.
4. Pupuh ke-86 :

Dene awas tegesipun

Weruh waraning urip

Miwah wisesaning Tunggal

Kang atunggil rina wengi

Kang mukitan ing sakarsa

Gumelar ngalam sakalir

Terjemahan secara bebasnya adalah sebagai berikut :

Sedangkan waspada maknanya

Memahami penghalang kehidupan

Serta kekuasaan Tuhan

Yang memiliki siang malam

Yang berwahyu membangkitkan hati

Terhampar keseluruhan alam raya

Waspada maksudnya benar-benar paham dan bisa merasakan yang mana yang
merupakan penghalang. Selanjutnya tidak boleh terpengaruh penghalang melainkan harus
berperang melawan penghalang itu. Waspada juga berarti dapat merasakan tumbuhnya niat di
dalam hati, yang merupakan wahyu dari Allah. Sebab Allah merupakan penguasa yang
sanggup membolak-balikkan hati manusia serta menciptakan segala yang ada di dunia.

5. Pupuh ke-87 :

Aywa sembrana ing kalbu

Wawasen wuwus sireki

Ing kono yekti karasa

Dudu ucape pribadi


Marma den sembadeng sedya

Wewesen praptaning uwis

Terjemahan secara bebasnya adalah sebagai berikut :

Jangan ceroboh di hati

Bersungguhan dalam ucapanmu

Di sana kesungguhan terasa

Bukan ucapan diri sendiri

Oleh karena itu berteguhlah sebenar-benarnya

Sampai semuanya selesai

Semua yang terjadi di dunia adalah kehendak Allah. Segala kehidupan dan kejadian
merupakan kuasa Allah. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memikirkan sesuatu, sebab
bisa saja hal itu akan dikabulkan oleh Allah dalam sekejap mata. Menjaga ucapan karena
Allah dapat mengetahui segala yang ada di dalam hati dan pikiran manusia. Jangan sampai
menghalangi jalan menuju keberkahan.

Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa leluhur-leluhur para sultan di tanah Jawa
bergelar ‘Ngabdurrahmaan’. Gelar ‘Ngabdurrahmaan’ merupakan pengingat bahwa para
sultan di tanah Jawa berkewajiban untuk beribadah melalui kewenangannya sebagai sultan.
Singkatnya, para sultan harus selalu ingat, bersyukur, dan menjalani kehidupan di dunia
dengan rendah hati dan penuh ketaqwaan. Sebagai manusia, semoga kita selalu dapat
mengolah batin serta sanggup menjaga perkataan baik. Dalam setiap hal juga semoga selalu
dapat mempertahankan tekad, prinsip, serta keteguhan hati sampai akhir kehidupan kita di
dunia.
Sumber dan Referensi

Janutama, Herman Sinung. 2010. WEDATAMA WINARDI. Yogyakarta.

Masyawi, Asnal. Tt. PUPUH KINANTHI beserta artinya. https://www.synaoo.com/tembang-


kinanthi-beserta-artinya/ diakses pada 29 November 2019 pukul 02.20.

Anda mungkin juga menyukai