Anda di halaman 1dari 43

Mukaddimah

Alhamdulillah, berkat kekuatan dari Allah tulisan ini akhirnya bisa rampung juga. Kalau
bukan karena Allah, boleh jadi sampai hari ini masih berupa wacana. Karenanya betul
jika ada yang bilang, tanpa Allah kita ini bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa.

Hari ini setiap masyarakat muslim di negeri kita sedang dalam kondisi terpuruk-
terpuruknya. Sedang dalam kondisi dijebak dalam pertikaian antar saudara atau proxy
war. Muslim yang lemah imannya, disuruh untuk memimpin dan menindas muslim yang
imannya mengakar atau dituduh sebagai muslim radikal.
Tidak ada kebesaran tanpa persatuan. Makna persatuan disini bukan hanya berkumpul
menjalani hidup di tanah air yang sama, bahkan lebih dari itu. Bicara tentang persatuan
berkaitan dengan tema persatuan rasa, persatuan hati, persatuan visi. Sama-sama punya
rasa ingin menjaga, ingin bertumbuh bersama,
Dahulu kita bisa bergerak bersama melawan penjajahan portugis, belanda, dan jepang
sebab kita punya rasa yang sama, sama-sama ingin merdeka di tanah sendiri, merdeka
dengan ekonomi sendiri, merdeka dengan pendidikan sendiri, walau kenyataannya harus
ditebus dengan nyawa, meski akhirnya kemerdekaan itu yang menikmati bukan diri, tapi
cucu.
Pertanyaannya, apakah rasa itu masih ada dalam setiap hati rakyat Indonesia? Atau sudah
ada yang mulai pudar? Tak heran kita mudah dibenturkan. Tak heran kita saling egois. Di
jalanan saja, saat mengendarai motor, ugal-ugalan, seolah jalan milik sendiri, penuh
dengan komunitas touringnya, padahal bukan leluhur dia saja yang memerdekakan
tanahnya, bukan dia saja yang menggunakan jalannya. Urusan berkendara saja sudah
tidak ada rasa, masing-masing berfikir gimana caranya yang penting cepat sampai tujuan.

Peduli amat oranglain hampir celaka. Padahal sama-sama saudara satu bangsa.
Saudaraku, Allah Maha Pemelihara. Maka Dia tidak akan membiarkan kita terpuruk
dalam kondisi seperti ini. Bangsa yang besar lahir dari proses yang tidak biasa.
Harapannya, tulisan ini dapat menjadi wasilah untuk kita bersatu dalam cara pandang
yang sama, dalam pemahaman yang sama, sama-sama ingin mendekat kepada Allah.

Ya Allah bimbinglah kami…

Raihan faruq
Komplek Griya Bandung Indah
Jum’at 5 Mei 2023/15 Syawwal 1444 H
Bismillaahirrahmaanirrahiim
A. Sekilas tentang tadabbur.
Dalil: Q.S. Muhammad: 24
“Tidakkah mereka mentadabburi Al-Qur’an? Atau di dalam hati mereka ada sekatnya?
Q.S. Shad: 29
“kitab yang telah kami turunkan kepada hatimu, yang diberkahi, untuk ditadabburi ayat-
ayatnya, dan menjadi pengingat bagi orang-orang yang memiliki hati”
a. Makna kitaabun:
Adh-dhommu: artinya terkumpul > terkumpul didalamnya solusi, ilmu, nasihat, kisah,
motivasi.
b. Makna ilayka:
ka:dhomir ‘kamu’ yang menunjukkan kepada hati Nabi. Jadi Al-qur’an diturunkan
kedalam hati Nabi, maka Al-Qur’an dihafal bukan dengan akal, tapi dengan hati.
c. Makna Mubaarokun:
dari kata barokatun yang artinya: bertambahnya kebaikan dalam segala hal. Ziyaadatul
khoir fii kulli ahwaal.
Mubaarokun ialah bentuk isim, dan isim itu tidak terikat waktu, artinya keberkahan Al-
Qur’an tidak terikat dengan waktu.
Mubaarokun juga berbentuk nakiroh, yang artinya bersifat umum. Hikmahnya adalah
bahwa semua aktivitas yang berkaitan dengan Al-Qur’an akan berkah. Jika ingin waktu
kita berkah, maka gunakan waktu yang ada untuk membersamai Al-Qur’an.
d. Makna liyaddabbaruu:
fungsi Al-Qur’an diturunkan adalah untuk di tadabburi, bukan sekedar dibaca tanpa
makna, dihafal tanpa rasa. Artinya, setiap kita membaca qur’an harus menghasilkan
dorongan untuk mengamalkannya.
e. Makna wa liyatazakkaro ulul albaab:
orang yang bisa mengambil pelajaran dari Al-Qur’an hanyalah orang yang memiliki lubb
(bentuk dasar dari kata albaab). Lubb artinya adalah inti hati. Lebih dalam dari qolbun.
Artinya disebut cerdas bukan ketika akalnya tajam, tapi ketika hatinya hidup dan
berfungsi sehingga ia bisa mentadabburi ayat kauniyyah dan ayat maktubah.
Dan qur’an hanya bisa ditadabburi oleh hati yang terbuka, yang tidak tertutup akibat
maksiat.
Maka salah satu fungsi daripada tazkiyatun nufus adalah agar hati kita bersih, sehingga
dapat digunakan untuk mentadabburi dan sebagai tempat bersemayamnya Al-Qur’an.
Sebab Al-Qur’an tidak akan bersemayam kecuali di hati yang mulia.
Kenapa kita merasa berat terhadap Al-Qur’an? Boleh jadi disebabkan karena hati kita
sudah tertutupi oleh maksiat, sehingga tidak ada tempat bagi qur’an untuk singgah.
Jika hati Nabi disucikan dengan air zam-zam, maka hati kita sebagai umatnya disucikan
dengan tazkiyatun nufus. Karena itu sebelum mulai mentadabburi Al-qur’an, kita siapkan
dulu alatnya, yaitu hati.
Ada do’a untuk membersihkan hati:
Allahumma aati nafsii taqwaahaa, wa zakkihaa anta khoyru man zakkaahaa, anta
waliyyuhaa wa maulaahaa, artinya:
“ya Allah berikan hati kami ketaqwaan, dan sucikanlah hati kami karena Engkaulah
sebaik-baik Yang Maha Membersihkan hati, Engkaulah pelindung dan penolong hati
kami”
Nah, kenapa Allah berfirman demikian di surat Muhammad ayat 24?
Ayat ini sebetulnya ditujukan untuk orang-orang kafir. Sebab dahulu mereka punya satu
kebiasaan, yaitu suka bangun disepertiga malam demi mendengar bacaan qiyamnya Nabi.
Dan itu hampir tiap malam mereka lakukan. Artinya, orang kafir saja merasa nikmat saat
mendengarkan Al-Qur’an, bahkan rindu untuk mendengarnya lagi dan lagi. Bagaimana
dengan kita? Yang seharusnya kitalah yang pantas untuk merasakan kenikmatan dengan
qur’an.
Maka, inti dari tadabbur adalah mengaitkan qur’an dengan kehidupan. Dan tadabbur
tingkat paling dasar ialah merasa nikmat ketika membaca Al-qur’an, tingkat tertinggi dari
tadabbur ialah ketika qur’an sudah menjadi solusi untuk setiap permasalahan kita.
Qur’an dijaga dengan 2 hal:
1. Fis-sutuur: di lisan.
2. Fish-shuduur: di hati.
Qur’an adalah petunjuk jalan, maka cara termudah untuk lancar melewati jalan, adalah
dengan menghafal petunjuknya. Maka fungsi mutqin dalam menghafal adalah untuk
mempermudah dan mempercepat untuk sampai ke tujuuan. Sehingga tidak akan tersesat
ke gang atau ke sungai. Maka, qur’an tidak diperuntukkan sebagai hafalan saja, tapi
sebagai alat untuk selamat sampai tujuan.
Berikut adalah Mafaaatihut tadabbur (kunci-kunci untuk tadabbur), diringkas dalam
kalimat li ishlaahi tartaji:
1. Huruf lam: artinya lubb (hati yang terdalam atau pusat hati atau inti hati)
Kenapa lubb jadi kunci pertama? Sebab:
 Inti hati adalah tempat untuk memahami (surat Al-kahfi:57 dan surat Al-
Hajj:46)
 Inti hati ada dalam kuasa Allah.
Berikut adalah ciri ketika hati dikatakan cinta terhadap qur’an:
 Bahagia saat bertemu al-qur’an
 Rindu terhadap qur’an.
 Duduk lama bersama qur’an tanpa merasa terbebani.
 Qur’an jadi tempat mencari solusi.
 Taat kepada kandungan qur’an.

2. Huruf hamzah: artinya al-ahdaaf maknanya adalah tujuan.


Maka ketika kita memuroja’ah hafalan qur’an, kita harus memiliki tujuan. Apa tujuan
kita muroja’ah? Yaitu untuk dapat pahala. Untuk meminta pertolongan Allah, sebagai
obat hati, untuk mendapatkan ilmu, memperbaiki akhlaq, untuk diamalkan.
3. Huruf shad: artinya sholaatun maknanya tujuan mentadabburi Al-Qur’an agar
nikmat ketika sholat. Boleh jadi kita sudah bertahun-tahun sholat namun tidak
merasakan kenikmatan dalam sholat kita, sebab tidak faham bacaan yang kita
baca, sehingga sholat yang harusnya menjadi pencegah dari kekejian dan
kemungkaran malah membuat kita merasa terbebani dan menjauhi sholat.

4. Huruf lam: artinya laylun (malam hari). Maknanya waktu yang paling tepat untuk
mentadabburi qur’an ialah waktu sepertiga malam. Karena itu Nabi kita membagi
waktu malamnya dengan 3 bagian: sepertiga malam pertama untuk istirahat,
sepertiga malam kedua untuk mengilmui diri, sepertiga malam ketiga untuk
beribadah.
5. Huruf alif: artinya usbuu’ (sepekan) maknanya yaitu menuntaskan bacaan dengan
mutqin selama sepekan. Semakin sering kita berinteraksi dengan qur’an akan
memudahkan kita saat mentadabburinya.

6. Huruf haa’: artinya hifzhan (hafalan) maknanya yaitu tadabbur dengan membaca
hafalan qur’an kita. Tujuan kita menghafal juga untuk memudahkan kita dalam
mentadabburi qur’an ketika shalat.

7. Huruf taa’: artinya tartiil (membaca dengan tartil) maknanya yaitu cara
mentadabburi qur’an ialah membacanya dengan tartil, diberikan setiap hak-hak
hurufnya. Suaranya lirih. Sebab kaidahnya adalah suara keras untuk menghafal,
dan suara lirih untuk memahami.

8. Huruf roo’: artinya robthun maknanya yaitu mengaitkan, maksudnya mengaitkan


ayat dengan kehidupan.

9. Huruf taa’: artinya tikraar (pengulangan) maknanya yaitu mengulang-ngulang


ayat untuk meresapi dan mentadabburi.

10. Huruf jiim: artinya jahr (jelas) maknanya yaitu membaca qur’an dengan intonasi
yang jelas, memainkan nadanya untuk membantu mentadabburi. Ketika tiba di
ayat tentang siksa dan neraka, suara kita meninggi. Ketika tiba di ayat tentang
surga dan pahala suara kita menjadi tenang. Ketika tiba di ayat tentang ampunan
dan harapan suara kita menjadi lirih. Dan ini termasuk seni mentadabburi qur’an.

Tidak hanya jelas nadanya, tapi juga jangan lupa harus jelas makhrojnya.
Dari 10 kunci ini, yang paling besar perannya ialah nomer 1 dan 2. Tentang hati dan
tujuan. Sebab hati yang keras akan susah saat mentadabburi qur’an. Dan orang yang tak
punya tujuan, akan kesusahan saat harus beristiqomah dalam tadabbur. Sebab tadabbur
itu butuh waktu lama untuk betah, untuk anteng bersama qur’an. Kalau kita tidak
memiliki tujuan yang jelas untuk apa mentadabburi qur’an. Niscaya kita tidak akan ikhlas
duduk berlama-lama dengan al-qur’an.
Sebagaimana setiap orang punya alasan kuat untuk mencintai seseorang, seperti itulah
kekuatan alasan yang perlu kita miliki untuk mentadabburi qur’an. Orang tidak akan
betah berlama-lama dengan seseorang kalau tidak ada rasa cinta didalam hatinya. Begitu
pula dengan qur’an.
Nah, tadabbur adalah bagian dari ilmu tafsir. Secara Bahasa tafsir itu dari kata fassara-
yufassiru-tafsiiran artinya waddhoha-yuwadhhihu atau bayyana-yubayyinu yang artinya
menjelaskan atau memaparkan. Adapun tasir secara istilah yaitu menjelaskan makna
qur’an seperti yang dimaksud/diinginkan Allah.
Jenis-jenis tafsir ada 2:
 Tafsiir bil ma’suur: tafsir dengan riwayat.
 Tafsiir bir ra’yi: tafsir dengan pandangan manusia.
Jenis ke 2 biasanya digunakan terakhir. Dan fungsinya hanya untuk melengkapi saja.
Adapun tadabbur secara Bahasa artinya adalah merenungkan, tafakkur. Berasal dari kata
dubur (dalam Bahasa Arab) artinya belakang. Maksudnya adalah an’nazhru min
‘awaaqibil umuur artinya melihat dari ujung segala sesuatu.
Tadabbur secara istilah: memikirkan makna qur’an yang mengantarkan sampai kepada
akhir/ujung makna.
Contoh tadabbur: ayat yang pertama turun ialah al-‘alaq 1-5. Maka peradaban islam
dibangun diatas iqra’ (membaca). Awal ayat berisi perintah membaca, ayat terakhir berisi
perintah untuk sujud. Para Ulama mengatakan bahwa setiap ilmu yang kita pelajari, yang
kita dapat dan fahami, harus membuat kita semakin mendekat kepada Allah dan semakin
banyak sujudnya kepada Allah.
Maka perbedaan tafsir dan tadabbur ada pada tujuannya:
 Tafsir: mengetahui makna qur’an sesuai apa yang diinginkan Allah.
 Tadabbur: memikirkan makna qur’an yang mengantarkan sampai kepada
akhir/ujung makna. Dan ujung dari tadabbur ialah AMAL.
Kaidah tadabbur:
1. Ada ikatan erat antara kalimat-kalimat qur’an dengan beberapa makna
yang berujuang kepada satu tema surat.
Maka orang yang mentadabburi harus mengecek setiap kalimat, bentuknya apa saja,
sampai nanti berujung kepada satu tema besar.
Diibaratkan seperti susunan kalung. Ada mutiara, emas, perak, batu safir. Mutiara,
emas, perak, batu safir. Mutiara, emas, perak, batu safir. Teruuss sampai membentuk
suatu kalung.
Kalau susunan ini dicabut satu per satu, indah atau biasa saja? Biasa saja.
Tapi kalau dirangkai secara berurutan dan rapi, akan jadi LEBIH INDAH DAN
BERMAKNA…. Maknanya ‘ini adalah kalung’!
Jadi, makna-makna itu adalah tentang tema aqidah, tema mu’amalah, tema kisah,
tema ibadah, tema akhlaq, yang nanti akan membentuk satu tema besar.
Contoh:
Surat Al-qiyamah menjelaskan tentang hari kiamat, tapi juga didalamnya ada perintah
untuk tidak membaca qur’an dengan buru-buru, kaitannya apa?
“kalau kita merenungkan al-qur’an jangan buru-buru”
Maka ketika kita mentadabburi qur’an maknai dan renungkan dengan pelan agar
pemahamannya baku dalam satu tema besar.
demikianlah kaidah tadabbur yang baru satu poin. Sebab ustadz maman memang baru
menjelaskan satu poin saja. Tapi dampaknya luar biasa dalam memudahkan kita saat
tadabbur.
Adapun modal tadabbur:
1. Bahasa arab.
2. Asbabun nuzul.
3. Faham makkiyyah madaniyyah.
4. Mengetahui naskh Mansukh.
Kalaupun tidak punya semua modalnya, bukan berarti kita tidak bisa mentadabburi.
Sebab tadabbur itu luas alatnya. Yang penting ialah merasa butuh untuk mentadabburi al-
qur’an. Sebab pemahaman itu datangnya dari Allah. bukan dari kecerdasan manusia.

Seorang Ulama mengatakan:


“Saya sudah mengelilingi berbagai negara dan saya dapati lembaga tahfidz qur’an itu
melimpah, namun saya tak menemukan adanya lembaga khusus untuk mentadabburi Al-
Qur’an”
Poin agar kita bisa mendapat petunjuk dari qur’an ada 3:
1. Ma’rifah (ilmu).
2. I’tiqad (keyakinan).
3. ‘amal (perbuatan).
Kalau ketiga ini kita penuhi, maka kita akan mendapatkan petunjuk dan hidayah. Jadi
hidayah itu diusahakan, bukan ditunggu.
Ada 2 tahapan supaya kita dapat hikmah dari qur’an:
1. Memahami maksud Allah. ini didapat dari merenungi tafsir. Sebab fungsi tafsir
dalam tadabbur ialah sebagai batasan atau koridor agar tidak keluar jalur.
2. Tadabburi maksud Allah. target tadabbur ini ialah amal.
Karenanya qur’an adalah program perbaikan yang sempurna dan menyeluruh.
Dan agar kita faham qur’an, tadabburi sesuai urutan turun. Sebab Allah menurunkan
qur’an secara berurutan sesuai kebutuhan dakwah Nabi. Dengan demikian kita akan
memahami maksud yang diinginkan Allah.
qur’an turun sebagai penyeimbang. Agar manusia menjadi seimbang. Maksud
seimbang disini ialah memenuhi hak-hak dunia dan akhirat. Hak dunia yang dimaksud
ialah memakmurkan buminya sebagaimana ia memakmurkan akhiratnya. Inilah mental
yang diajarkan qur’an. Membuat orang bersikap adil.
Maka generasi qur’ani ialah generasi seimbang, yang kemudian mereka akan menjadi
masyarakat yang seimbang. Mereka menerangi akalnya sebagaimana mereka menerangi
hatinya.
Maka orang yang hafal qur’an tidak perlu khawatir terhadap urusan dunianya. Orang
yang hafal qur’an faham akan 2 hal
1. Ma’rifah (faham akan dirinya)
2. ‘atho’ (faham bentuk kontribusi yang ia berikan untuk oranglain)
Sebab orang yang mengenal pasti akan berkorban.
Ada 8 pertanyaan yang kalau kita bisa jawab kita akan jadi orang yang luar biasa yang
mampu memberikan kontribusi dengan ikhlas dan taat.
1. Siapa saya?
Menganalisa diri sendiri. Saya adalah hamba Allah. orang yang tak faham
posisinya ia akan berbuat seenaknya.
2. Darimana saya hadir?
Saya berasal dari air yang hina. Ini adalah tema memahami penciptaan diri.
Memahami seluk beluk diri sendiri.
3. Kemana saya kembali?
Kepada Allah.
4. Apakah saya lahir tiba-tiba tanpa tujuan?
Tidak. Allah yang hadirkan saya, tujuannya untuk beribadah.
5. Kenapa Allah menciptakan saya?
Untuk beribadah kepadaNya dalam bentuk memakmurkan bumi. Jadi tujuan hafal
qur’an dan belajar ilmu adalah untuk memakmurkan bumi, bukan untuk jadi
‘alim!..
6. Apa hubungan saya dengan sesuatu disekitar saya?
Disekitar saya ada manusia, ada hewan, dan tumbuhan. Saya harus memenuhi hak-
hak mereka.
7. Apa yang diiinginkan oleh pencipta saya?
Taat dan yakin.
8. Panduan apa yang perlu saya ikuti yang sesuai dengan kehendak pencipta saya?
Al-qur’an dan As Sunnah.

B. Tadabbur.
Surat: Al-‘alaq (segumpal darah)
Tema besar: Ilmu akhirat yang memberikan manfaat dan menaikkan derajat.
Dari segi makna surat:
“al-‘alaq artinya menggantung. Bahwa manusia itu asalnya adalah segumpal darah yang
bentuknya seperti lintah, dan menggantung di dinding rahim seorang ibu. Hikmahnya,
sehebat apapun prestasi kita di dunia, sekaya apapun harta kita, sebanyak apapun
perusahaan kita, kita tidak bisa apa-apa kalau tidak menggantungkan segala urusan kita
kepada Allah. sebab kita ini makhluq yang punya ketergantungan terhadap Tuhan”
Dari segi figur:
“di surat ini disinggung 2 figur yang hebat, sama-sama memiliki kemuliaan, namun
berbeda jalan.
Ada figure Abu jahal: punya harta banyak, kedudukannya sebagai petinggi quraisy,
pemimpin bani Makhzum, yaitu klan keluarga yang sangat terpandang dikalangan bangsa
Quraisy, memiliki kecerdasan luar biasa dalam hal berbisnis dan berkonspirasi.
Ada juga figure Nabi: punya harta banyak sebab beliau juga pebisnis, kedudukannya
tinggi dimata quraisy sebab beliau amanah sampai-sampai digelari Al-amiin, beliau juga
pemimpin bani hasyim, yaitu klan keluarga yang punya peran juga di Makkah, Nabi juga
punya kecerdasan diatas manusia normal, kecerdasan dalam berbisnis, berdakwah, dan
menebar kebaikan.
Yang pertama adalah orang cerdas yang tidak punya iman, sehingga ia menjadi pribadi
yang kejam, suka menyiksa, menebar terror, dan mengancam. Kecerdasannya digunakan
untuk kejahatan. Untuk merusak Makkah.
Yang kedua adalah orang cerdas yang ada iman dihatinya, sehingga ia menjadi pribadi
yang lembut, peka, penyayang, berani, pembela kebenaran, tidak kenal tunduk kepada
kejahatan, melindungi yang lemah. Kecerdasannya dimaksimalkan untuk kebaikan dan
memperbaiki Makkah.
Artinya, orang kalau cuman punya ilmu tapi imannya rusak, ia hanya akan memiliki
karakter dan akhlaq seperti Abu Jahal. Dan orang kalau selama hidupnya hanya
mengandalkan akal, dan menghilangkan Tuhan. Ia akan jadi orang yang sulit menerima
syari’at dan kebenaran. Sebab kebenaran itu bukan wilayah akal, tapi wilayah taat,
tentang ketundukan kita kepada Allah. maka orang yang selalu mengedepankan akalnya
ia akan sulit taat dan sulit menerima nasihat.
Keduanya sama-sama berilmu, tapi hasilnya beda. Apa yang membedakan? IMAN.
Dan ilmunya Abu Jahal jadi tidak bisa memberikan manfaat untuk ia dan oranglain,
ilmunya malah membahayakan nasibnya di akhirat, sebab tanpa dilandasi iman.
karakter seperti Abu jahal dan Nabi akan selalu ada di setiap zaman. Siapapun yang
mengambil jalan dakwah seperti para Nabi, akan menghadapi lawan seperti Abu jahal,
dan ini termasuk sunnatullah dakwah.”
Dari segi akhlaq:
“Ada 2 akhlaq yang Allah singgung di surat ini. Yaitu istaghna (merasa cukup) dan
togho (melampaui batas).
Hikmahnya, kedua sifat ini rentan menghnggapi para ahli ilmu yang imannya lemah atau
rusak. Dan istaghna adalah tangga pertama sebelum ia menjadi thogho. Orang yang
melampaui batas kebanyakan adalah orang yang ia merasa cukup dengan dirinya, dengan
kecerdasannya, dengan kekayaannya, sehingga ia tidak merasa butuh lagi terhadap
siapapun termasuk Rabbnya, kemudian ia akan berbuat seenaknya, sebab merasa
dirinyalah yang serbabisa, yang serba multitalent.
Maka, pemimpin disebut thaghut ketika ia melewati batas. Sebab thogo dan thagut
berasal dari akar kata yang sama.
Atau seorang ahli ilmu yang membuat penemuan, ia menyangka bahwa penemuan itu
lahir dari kecerdasannya, dari ketajaman akalnya, lalu ia berbuat semena-mena hingga
menlampaui batas. Padahal setiap penemuan yang lahir didunia ini semuanya adalah
karena Allah, sedangkan ia dan akalnya hanya wasilah saja untuk memberikan manfaat
bagi manusia.
Maka untuk menyadarkan orang yang melampaui batas dan bersikap merasa cukup, ialah
dengan inna ilaa rabbikar ruj’aa yaitu dengan mengingatkan bahwa ia akan kembali
kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya”
Dari segi Bahasa:
“makna iqra berdasarkan apa yang dibaca ada 3:
1. Al-manzhuur (yang terlihat)
2. Al-mansyuur (yang tersebar)
3. Al-maktuub (yang tertulis)
Makna iqra berdasarkan tahapan membaca ada 3 juga:
1. Al-jam’u wat tatabbu’
Mengumpulkan dan mengikuti. Ini proses belajar dan mempelajari.
2. At-tabayyun wat tatsabbut
Merenungi dan mengokohkan ilmu. Mengokohkan pemahaman dan banyak
bertanya. Ini proses memahami dan meresapi.
3. Al-iblaagh wal I’laam
Menyampaikan dan mengabarkan. Ini proses mengajarkan.
Makna bismi rabbik ada 2:
1. Meminta tolong kepada Allah dalam aktivitas pembelajaran agar kita difahamkan
ilmunya.
2. Mempelajari panduan dari Allah yang lebih utama.
Kalimat iqra’ disandingkan dengan bismi rabbik sudah cukup untuk menjadi alasan
bahwa Allah ingin kita belajar ilmu tidak lepas dari keimanan. Jangan sampai kita
melepaskan ilmu dari iman atau sebaliknya. Sebab itu akan berbuah kehancuran dan
kesesatan.
Dan ini adalah pesan dari Allah untuk para pemimpin dan pendidik manusia, bahwa
mendidik dan memimpin manusia itu butuh akal dan hati. Sebab ilmu itu berkaitan
dengan akal/ubun ubun. Adapun iman ia adalah pekerjaan hati.
Makna lanasfa’an bin naashiyah
Allah menghinakan dan mencela orang yang suka mengedepankan dan hanya
mengandalkan otaknya, akalnya atau logikanya. Sebab untuk mendapat petunjuk dari
qur’an tidak cukup hanya dengan mengandalkan akal saja tanpa iman.
Di singgungnya ubun-ubun sebab fungsi ubun-ubun sebagai pusat control dan
kepribadian manusia.
Ada 3 sosok yang disinggung dengan kalimat istaghna:
1. Abu jahal>Ahli ilmu.
2. Qorun>Ahli harta.
3. Fir’aun>Ahli kepemimpinan
Artinya, kebaikan dan keburukannya peradaban manusia ditopang dengan 3 hal ini,
keilmuan, harta, dan kepemimpinan. Dan ini berlaku dimana-mana. Kita lihat hari ini,
keburukan menjadi hebat saat ditopang dengan 3 hal ini. Demikian pula kebaikan.
Maka setiap orang memiliki peran yang berbeda beda untuk bisa menopang kebaikan
peradaban.
Surat: Al-qolam (pena)
Tema besar: seruan berakhlaq mulia dan meninggalkan akhlaq tercela.
dari segi penamaan surat:
artinya pena. Hikmahnya penekanan terhadap aktivitas mencatat, menulis, menyalin
pelajaran. Menulis juga termasuk syari’at. Maka hati-hati kalau ada muslim yang gak
suka nulis, artinya dia sudah mengabaikan salah satu syari’at allah. apalagi guru, haram
hukumnya tidak suka menulis.
Menulis adalah wasilah untuk mencapai pemahaman. Dengan menulis seseorang akan
mendapatkan hikmah-hikmah yang baru dari ilmu yang ia dapatkan setelah membaca.
Dari segi kisah dan figure yang disinggung
1. Kisah tentang Al-Akhnas bin syariq ats tsaqofi, seorang pemimpin klan.
Cerdasnya luar biasa, tapi akhlaqnya buruk, yaitu suka mencela Nabi. Ada 10
sifatnya yang Allah singgung pada permulaan surat ini:
a. Suka bersumpah palsu (saat berdagang)
b. Suka mencela.
c. Suka menghina.
d. Suka memfitnah.
e. Suka menghalangi orang dari perbuatan baik.
f. Melampaui batas.
g. Kasar.
h. Dikenal masyarakat karena kejahatannya.
i. Banyak dosa.
j. Termasuk golongan pembohong.
Artinya, 10 sifat ini yang kalau ada dalam diri seseorang, ia tergolong sebagai seseorang
yang punya akhlaq buruk. Maka, Allah ingin kita sebagai muslim, waspada dengan 10
sifat ini.
Dalam kisah Al-akhnas, disinggung tentang psy war (perang urat syaraf yang dilancarkan
oleh petinggi Makkah kepada Nabi)
Dimana ketika mereka berkumpul di darun Nadwah, untuk menyepakati satu julukan bagi
Nabi yang akan mereka sebarkan kepada para pendatang dari luar Makkah di musim haji.
Maka mereka menyepakati agar Nabi disebut sebagai orang gila dan penyihir, lalu
mereka menyebarkan propaganda ini kepada seluruh kabilah arab yang datang di musim
haji ke kota Makkah. Bayangkan, seluruh penduduk arab yang dihasut. Bukan hanya
penduduk Makkah.
Tapi justru, karena hal ini tanpa disadari oleh Abu jahal cs, orang-orang malah semakin
tertarik kepada sosok Nabi. Maka ketika mereka mencoba bertemu langsung dengan Nabi
serta berdialog, mereka malah semakin tertarik. Sebab Nabi menghadapi tuduhan
propaganda tidak dengan tuduhan lagi.
Bahkan Nabi tidak melakukan apa-apa untuk melawan makar itu. Nabi hanya satu,
berakhlaq baik.
Maka, orang-orang pun berfikir, bagaimana mungkin orang yang punya akhlaq mulia
seperti ini adalah penyihir atau orang gila?
Inilah kemudian Allah mengabadikan dampak dari kekuatan Akhlaq mulia Nabi sebagai
guru perdaban dalam melawan propaganda kaum paganis.
Maka, tidak heran betapa pentingnya akhlaq mulia dalam berdakwah.
Berapa banyak pendakwah, yang menyampaikan kebenaran, tapi lupa untuk menjaga
akhlaq, sehingga ummat malah menjauh dari seruan kebenaran itu?
2. Kisah tentang keluarga pemilik kebun.
Ada kebun yang sangat luas, berhektar-hektar, milik keluarga nasrani dari
golongan ahli kitab. Bapaknya suka menyedekahkan hasil perkebunan itu. Namun,
setelah ia meninggal, anak-anaknya tidak mau menyedekahkan hasil kebun.
Mereka berniat untuk panen di pagi hari buta, saat orang miskin masih belum
masuk ke kebun mereka.
Maka, pagi buta besoknya mereka pergi ke kebun, lalu mendapati bahwa kebun
mereka hangus seluruhnya, gosong terbakar seluas luasnya.

Hikmah:
 Niat yang buruk, walau belum terlaksana ia dicatat sebagai satu dosa dan
berpotensi mengundang adzab Allah.
 Kemaksiatan akan menghalangi keberkahan rezeki. Keberkahan rezeki itu
tidak sebatas harta yang banyak. sebab konsep berkah itu sedikit tapi
mengalir kebaikannya. Berkah rezeki itu bisa datang dari kenikmatan saat
sholat, saat baca qur’an, kenikmatan saat belajar. Masih ada iman. Masih
dimudahkan dalam beramal baik.
 Jangan mencari keindahan dunia dengan akhirat.
 Pentingnya mentransfer visi pada generasi. Boleh jadi sebab anak-anaknya
tidak mau sedekah lagi, ialah karena orangtuanya tidak membiasakan
mereka untuk sedekah.
 Penekanan akan pentingnya peduli, empati, dan peka terhadap kemiskinan
disekitar kita.
 Balasan keburukan adlah keburukan yang setimpal.

3. Kisah Nabi Yunus.


Disurat ini Allah singgung kisah sahabat paus. Mengapa Allah pakai kata-kata
julukan yaitu shohibil huut? Sebab Allah ingin menjaga kemuliaan Nabi Yunus.
Artinya siapapun yang berdakwah, penjagaannya ada pada Allah.

Allah sampaikan kepada NAbi, agar jangan seperti sahabat paus (Nabi Yunus)
yang pergi meninggalkan kaumnya dengan kondisi marah sebab sudah banyak
sekali diberikan nasihat untuk beriman, tapi keras kepala.
Artinya berdakwah itu butuh kesabaran wahai guru.

Disini ada anjuran untuk tidak tergesa-gesa dalam mendidik dan berdakwah pada
ummat. Sekelas Nabi Yunus saja, yang dakwahnya bertahun-tahun, masih diminta
untuk tidak tergesa-gesa dalam mendidik umat, diminta untuk jangan berharap
hasil. Sebab guru, para pendakwah, adalah penikmat proses, bukan hasil.

4. Kisah amir bin rabi’ah dan sahl bin hanif.


Melalui kisah ini Allah ingin menyinggung bahayanya penyakit ‘ain dan hasad.
Saking bahayanya penyakit ‘ain, Nabi kita mengqiyaskan antara penyakit ‘ain dengan
takdir. “jikalau ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, maka ‘ainlah sesuatu itu”
meskipun sebetulnya tidak ada yang dapat mengalahkan takdir. Namun, Nabi
mengatakan demikian demi menunjukkan bahwa penyakit ‘ain itu nyata. Dan ini
termasuk gaya pengajaran Nabi.
Berikut perbedaan antara penyakit ‘ain dan hasad:
 ‘ain.
Timbul karena rasa kagum dan lupa bertasbih serta mendo’akan sesuatu yang
dikaguminya itu.
Penyakit ini bisa lahir dari orang sholih yang saat mengagumi lupa menyebut
nama Allah.
 Hasad.
Timbul karena rasa benci dan mengharap hilangnya nikmat dari orang tersebut.
Penyakit hasad hanya dimliki oleh pribadi yang buruk.
Namun keduanya memiliki persamaan, yaitu sama-sama menimbulkan madharat bagi
korbannya.
Dikatakan bahwa dulu waktu dimasa awal Nabi berdakwah, Nabi hamper saja celaka
karena pandangan hasad para pemimpin quraisy, kalau bukan karena pertolongan Allah
maka Nabi akan pingsan dikarenakan kuatnya pandangan hasad mereka.
Artinya, sunnatullah seorang pendakwah pasti akan banyak orang yang memandangnya
dengan hasad, dan solusi menghadapi hasad adalah memohon perlindungan kepada
Allah.
Surat ini juga menyinggung tema perbaikan diri, yaitu dimulai dari memperbaiki akhlaq.
Sebab Allah berbicara di permulaan surat ini bahwa tidak ada ketaatan terhadap orang
yang akhlaqnya buruk.
Jika pondasi ilmu adalah iman, maka buah ilmu dan iman adalah akhlaq.
Dari segi Bahasa:
Maksud ayat 42, kenapa Alla singgung tentang saaqun yang artinya betis. Untuk
menunjukkan gambaran huru-hara pada hari kiamat. Manusia lari lintang pukang saking
ngerinya hari kiamat.
Lalu kelak nanti ada satu momen dimana Allah memerintahkan seluruh ummat manusia
untuk sujud sebagai ujian keimanan untuk mereka. Orang yang selama di dunia sujudnya
karena 2 hal:
1. Riya’ (ingin dilihat orang bahwa sujudnya banyak, ibadahnya luar biasa)
2. Sum’ah (ingin orang mendengar bahwa ia adalah ahli ibadah, banyak sujudnya)
Maka inilah 2 akhlaq yang disinggung Allah di ayat 42. Akhlaq tercela yang akan
membuat kita susah untuk sujud dihari kiamat. Orang yang memiliki 2 hal ini di
hatinya, ketika sujud di hari kiamat, punggungnya akan tegak lagi, meski ia sudah
berusaha untuk turun, tapi tulang punggungnya akan tegak kembali.

Surat: Al-Muzzammil (orang yang berselimut)


Tema besar: qiyamul lail sebagai penolong para da’I dan anjuran agar sungguh-sungguh
dalam beribadah.
Dari segi penamaan surat
Ini adalah panggilan sayang Allah kepada Nabi Muhammad. Allah, jika ingin
mengistimewakan seorang hamba, Dia akan memanggil hamba itu tidak dengan nama
aslinya, tapi dengan panggilan julukannya.
Ini pelajaran untuk para guru, hendaknya guru memanggil nama muridnya dengan
panggilan sayang. Sebab itu lebih menunjukkan kedekatan dan kepedulian serta tanda
perhatian.
Dan karena Allah faham bahwa Qiyamul lail itu berat, maka agar Nabi ikhlas
menjalaninya dipanggillah Nabi dengan panggilan sayang
“Hai orang yang berselimut…
Bangunlah untuk sholat meski hanya sebentar….”
Dari segi syari’at dan kaitannya dengan pendidikan
Kenapa Allah minta Nabi sebagai guru ummat untuk Qiyamul lail?
Sebab qiyamul lail adalah madrasah pendidikan ruhiyah dan jasadiyahnya para guru.
Dalam qiyamul lail kita diajarkan tentang penerimaan, pemasrahan diri terhadap syari’at,
kita dididik Allah untuk ikhlas meluangkan waktu tidur hanya untuk Allah. qiyamul lail
juga sebagai tempat untuk muhasabah dan menganalisa diri, menganalisa masyarakat.
Qiyamul lail adalah tingkat tertinggi dari keikhlasan seorang hamba memberikan waktu
istirahatnya untuk Allah.
Yang terpenting, qiyamul lail adalah pertolongan dari allah untuk Nabi sebagai guru
ummat dan untuk para sahabat agar mampu mengemban beban dakwah.
Di awal dakwah itu banyak tantangan, dan nabi butuh penguatan, maka Allah kuatkan
Nabi dan para sahabat dengan Qiyamul lail.
Qiyamul lail termasuk tema persiapan dalam berdakwah, maka tema mempersiapkan ruh
sebelum mendidik ummat itu penting, sampai-sampai Allah menurunkan surat vAl-
Muzammil untuk menekankan pentingnya tema mempersiapkan ruh sebagai pendidik.
Didalam qiyamul lail ada 4 aktivitas ibadah
1. Tilawah untuk menguatkan dialog dengan Allah.
2. Istighfar untuk mentazkiyah hati.
3. Tadabbur untuk menambah ilmu.
4. Dzikrullah untuk menguatkan ketergantungan pada Allah.
Keempat empatnya merupakan bentuk persiapan ruh seorang guru yang perlu dipenuhi.
Maka, fungsi ibadah dalam perjuangan sama seperti fungsi makanan dalam
kehidupan manusia. Yaitu sama-sama untuk mengokohkan. Jika makanan
menguatkan badan, maka ibadah menguatkan ruh.
Di ayat 20, berkaitan dengan syari’at ini. Diawal turunnya surat Al-Muzzammil, Allah
wajibkan qiyamul lail untuk Nabi dan para sahabat awwalun selama setahun penuh, di
tahun berikutnya Allah turunkan status syari’at qiyam menjadi Sunnah mu’akkadah
dengan turunnya ayat 20 ini.
Sebab allah faham kalau ummatnya gak akan sanggup mengerjakan qiyam setiap hari.
Allah faham diantara kita, ada yang lagi sakit, ada yang pulang kerja lembur, ada yang
lagi mengerjakan skripsi begadang semalaman, ada yang harus tidur supaya besoknya
bisa maksimal beramal baik.
Maka Allah tekankan, bacalah yang ringan ringan saja dalam qiyamul lailmu, jaga sholat
fardhu, jangan lupa tunaikan zakat sebagai bentruk kepekaan terhadap orang miskin, dan
terakhir biasakan sedekah.
Nanti pahalanya lebih besar dari apa yang kalian minta selama di dunia.
Lalu ditutup dengan anjuran untuk rajin rajin beristighfar meski sedang berjalan,
berbaring, duduk, sakit, sehat. Sebanyak apapun dosa kita, datanglah pada Allah, sebab
ampunan Allah turun tidak pernah mengenal kondisi. Artinya ampunan Allah itu bisa
turun dimana saja, kapan saja.
Qiyamul lail adalah sarana untuk mengecek kondisi hati.

Dari segi kisah dan figure


Di surat ini disinggung tentang pemilik kenikmatan dan kemewahan. Artinya, mayoritas
penyebab kerusakan di sepanjang sejarah berasal dari orang orang yang punya
kemewahan dan kenikmatan hidup.
Contoh: Abu jahal, Abu lahab, Al-Walid bin mughiroh, Al-akhnas bin syariq, para kaisar
romawi, Fir’aun, qorun, haman, hasan bin sabah, dsb.
Di surat ini ada juga kisah tentang Fir’aun. Artinya. Rasul yang di utus untuk Quraisy
sama dengan Rasul yang diutus untuk Fir’aun. Maka, kalau menolak Rasul Muhammad,
akibatnya akan sama dengan Fir’aun yang menolak Musa.

Dari segi akhlaq


Ada sobrun jamil dan hajrun jamil
Kalau sobrun jamil:
- Sabar dengan baik. Sabar tanpa mengeluh sedikitpun. Sabar tanpa ada ucapan
keluhan.
Kalau hajrun jamil:
- Meninggalkan tanpa menyakiti. Meninggalkan dengan cara yang baik.
Dan di surat ini Allah meminta Nabi untuk meninggalkan para petinggi quraisy yang
kufur itu dengan cara yang baik tanpa menyakiti.

Surat Al-Muddatsir (orang yang berselimut)


Tema besar: kesungguhan dalam berdakwah
Dari segi penamaan surat
Kurang lebih penjelasannya sama seperti di surat al-muzzammil. Hanya saja berbeda
perintahnya. Kalau di surat al-muzzammil:
“hai orang yang berselimut, bangunlah untuk sholat meski hanya sebentar”
Kalau di surat Al-muddatsir:
“hai orang yang berselimut, bangunlah lalu sampaikanlah peringatan”
Yang pertama panggilan untuk menyiapkan ruh sebagai guru.
Yang kedua panggilan untuk menyampaikan, mendidik, dan mengajar umat.
Secara arti sama, secara latar berbeda.
Di surat Al-Muzzammil: menggunakan kata Muzzammil. Untuk menunjukkan amrun
tsaqiil yang artinya sesuatu yang berat. Menunjukkan bahwa dakwah itu berat, maka
pengokohnya ialah qiyamul lail. Dekat dengan Allah agar kita bisa berkarya.
Di surat Al-Muddatsir: menggunakan kata muddatstir. Untuk menunjukkan amrun khofiif
yang artinya dakwah menjadi ringan sebab kedekatan dengan Allah. artinya kontribusi
kita kepada ummat tergantung bagaimana manajemen malam kita. Maka kaidahnya
adalah Asbaabuts tsabat qiyaamul lail. (sebab kekokohan dakwah adalah qiyaamul lail).
Surat ini berbicara soal Al-‘atho’(kontribusi). Al-‘atho’ ada 4 jenis:
1. Lillah (untuk Allah): di tunjukkan di ayat wa rabbaka fakabbir.
2. Linnafsi (untuk diri sendiri): ditunjukkan di ayat wa tsiyaabaka fathohhir.
3. Lilmujtama’ (untuk masyarakat): ditunjukkan diayat qum fa andzir.
4. Lilhayaat (untuk kehidupan): ditunjukkan di ayat war rujza fahjur.
dari segi kisah dan figure yang disinggung
yaitu Al-walid bin Mughirah Al-Makhzumi. Seorang penentang dakwah Nabi dari klan
Bani Makhzum. Memiliki panggilan julukan sebagai Abdu Syams. Memiliki anak
keturunan sebanyak 13 orang. Dan ia adalah sosok yang sangat penyayang terhadap
anak-anaknya, saking sayangnya, anak-anaknya tidak diperbolehkan kerja oleh Al-walid,
“cukup duduk bersama ayah dan menikmati hasil bersama-sama. Biarkan para budak saja
yang bekerja”.
di awal dakwah Nabi, ketika Al-walid mendengarkan bacaan Al-Qur’an, Al-walid sudah
mengakuinya bahwa Al-qur’an benar-benar dari Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, berita ini pun sampai kepada Abu jahal. Lantas Abu jahal mengejeknya
telah meninggalkan tuhan-tuhan Makkah, lalu kemudian Al-walid mengingkari
pengakuannya, dan ikut-ikutan menghina bahwa Nabi adalah penyihir.
Lantas turunlah ayat bahwa Al-walid ditetapkan sebagai penghuni neraka saqar yang
jumlah penjaganya ada 19. Lantas Al-walid sesumbar dengan mengatakan,”Kami (para
pemimpin Makkah) ini kuat-kuat, masing-masing dari kami akan mengalahkan 3/5
malaikat itu”.
Diantara mereka yang sesumbar ada seorang tokoh quraisy bernama Usaid bin kholaf.
Yang konon dahulu usaid pernah berdiri diatas selembar kulit unta, kemudian kulit unta
tersebut di Tarik oleh 4 orang dewasa dari sisi-sisinya, kemudian kulitnya sobek namun
Usaid tidak bergeser sedikitpun, dan tetap berdiri kokoh diatas kulit yang sobek itu.
Dengan kekuatannya itu Usaid merasa ia dan kawan-kawannya bisa mengalahkan
malaikat zabaniyah yang 19 itu.
Hikmah:
 Hati-hati dalam memilih teman. Teman yang baik akan mengajakmu ke surga
na’im. Teman yang buruk akan menjerumuskanmu ke neraka jahim.
 Kesombongan akan memakan tuannya sendiri. Kesombongan termasuk akhlaq
buruk yang harus dihindari oleh para ahli ilmu, ahli harta, dan ahli
kepemimpinan.
Dari segi Bahasa
Ayat 2: qum faandzir: adalah simbol pengangkatan sebagai Rasul.
Adapun ayat iqra’: adalah symbol pengangkatan sebagai Nabi.
Arti qum: ada 2 arti. Pertama anjuran untuk memulai hari bersama Allah sebelum
membersamai manusia. Kedua yang namanya bangun, itu perlu kesungguhan, perlu al-
juhdu (kesungguhan) untuk meninggalkan zona nyaman menuju medan dakwah.
Arti faandzir: mendidik, memberi pengajaran dengan perkataan (lisan dan tulisan) serta
perbuatan (akhlaq dan keteladanan).
Ayat 3: wa rabbaka fa kabbir adalah isyarat dari Allah agar Nabi jangan takut sedikitpun
kepada Usaid bin kholaf dan kawan-kawannya. Meski mereka berbadan besar,
kekuatannya besar, punya pengaruh yang besar dimasyarakat. Tapi Nabi masih punya
allah yang lebih besar. Maka tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah.
Inilah mental para penakluk yang tidak kenal takut tidak kenal tunduk kecuali kepada
Allah. mereka memiliki mental yang kuat sehingga di mata kaum muslimin para raja
romawi dan kisra Persia bagaikan lalat.
Sebagaimana buya hamka, ketika dipaksa membungkuk, memberikan salam
penghormatan kepada tenno heika kaisar jepang. Buya hamka tetap kokoh dengan
imannya menolak untuk menunduk kecuali kepada allah.
Demikianlah seharusnya mental yang dimiliki oleh para alumni didikan Al-qur’an.
Ayat ini juga mengandung perintah untuk memperbaiki kualitas sholat kita.
Ayat 4: wa tsiyaabaka fathohhir memiliki 4 makna. Pertama pendapat dari sa’id bin
jubair, bahwa ayat ini berarti mengandung perintah untuk mensucikan niat dan hati
sebelum berdakwah. Kedua pendapat dari imam hasan al bashri bahwa ayat ini
mengandung anjuran untuk memperbaiki akhlaq. Ketiga makna secara dzohir, yaitu
anjuran menjaga kebersihan pakaian. Keempat makna secara bathin, yaitu membersihkan
amal dari amal yang buruk. Dan membersihkan hati dari penyakit hati.
Ayat 5: war rujza fahjur. Ar rujza artinya al-ashnaam. Yaitu berhala, sesuatu yang
disembah selain Allah, atau pesaing-pesaing Allah. anjuran untuk meninggalkan segala
bentuk pemberhalaan dan penuhanan kepada selain Allah.
Contoh, menuhankan akal logika, menuhankan hawa nafsu, menuhankan harta, kekuatan,
menuhankan jabatan. Atau makna secara wujudiyyah yaitu menuhankan patung, gambar
raja-raja.
Ayat 6: wa laa tamnun tastaktsir artinya jangan bosan untuk memperbanyak kebaikan.
Atau pendapat lain mengatakan jangan memberi suatu kebaikan dengan harapan dibalas
dengan kebaikan yang lebih banyak. berisi tentang agar ikhlas untuk berkontribusi. Ikhlas
dalam menebar kebaikan untuk ummat tanpa perlu mengharap balasan yang banyak dari
mereka.
Ayat 6: wa lirabbika fashbir dan bersabarlah dari gangguan sepanjang dakwah karena
Rabbmu. Artinya sabar itu karena Allah, bukan karena manusia.
Didalam ayat sa urhiquhuu sha’uudaa. Kalimat sha’uudaa disini ada 2 makna. Pertama
dari As-suddi mengatakan bahwa sha’uudaa artinya sebuah gunung batu licin di neraka,
yang kelak Al-walid dan kawan-kawannya dipaksa untuk mendaki gunung itu.
Kedua pendapat dari Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa sha’uudaa artinya sebuah gunung
batu licin di neraka yang orang-orang kafir diseret-seret di atasnya dalam kondisi wajah
di bawah kaki di atas. Artinya wajahnya diseret diatas gunung batu yang permukaannya
licin.
Surat Al-Muddatsir mengandung perintah untuk memperbaiki sholat dan menguatkan
kesabaran hanya karena Allah semata. Karenanya ada istilah:
Ash-sholaatu nuurun wash-shobru dhiyaa’un
“sholat adalah cahaya dan kesabaran adalah sinarnya”
Dalam ilmu persyairan, cahaya itu diartikan sebagai bulan yang memantulkan cahaya,
jadi saking mulianya sholat, ia diumpamakan seperti bulan yang bercahaya. Sholat
juga adalah sumber ketenangan bagi muslim, seperti kita merasakan ketenangan
saat melihat bulan purnama.
Dan sinar itu diartikan sebagai matahari, yang memancarkan sinarnya dengan kuat.
Matahari itu memiliki sinar yang panas, dan menghadapi sinar matahari itu butuh
kesabaran. Maka sabar, saking mulianya diibaratkan sebagai matahari.
Dalam ilmu persyairan juga, matahari dan bulan adalah dua benda yang digunakan oleh
para penyair untuk mengumpamakan sesuatu yang mulia. Maka bila ada sesuatu
yang diumpamakan sebagai bulan dan matahari, sesuatu itu pastilah mulia.
Maka sabar dan sholat adalah sesuatu yang mulia.
Sedikit kisah dulu ada penyair yang membacakan syair untuk menyanjung khalifah. Ia
mengumpamakan khalifah itu sebagai bulan purnama dan raja-raja yang lain
sebagai bintang disekeliling bulan purnama. Maka sang khlaifah memberikan
banyak hadiah untuk penyair tersebut karena sudah menyanjungnya seperti
keindahan bulan purnama.

Surat Al-faatihah (pembuka).


Tema besar: penetapan rambu-rambu agama, prinsip dan cabangnya.
Dari segi penamaan surat
Di sebut pembuka sebab didalam surat Al-fatihah ayat pertama, adalah ayat yang
dengannya bahkan wudhu pun menjadi tidak afdhal tanpa kalimat ini. Setiap
amalan agar mengalir keberkahannya harus di awali dengan ayat ini. Setiap
pergerakan amal kepalanya adalah ayat ini. Yaitu bismillaahirrahmaanirrahiim.
Syeikh mutawalli asy-sya’rowi berkata:
“setiap suapan yang diawali dengan bismillah maka makanan itu akan menjaga kita dari
kemaksiatan”
Al-fatihah memiliki beberapa nama, diantaranya akan saya sebutkan disini tapi tidak
seluruhnya:
1. Ummul qur’aan. artinya adalah asal, atau pondasi. Disebut pondasi sebab
pembahasannya mencakup isi Al-Qur’an.
Ada tema Aqidah (1-4) 3 ayat tentang kasih sayang Allah yang berkaitan dengan
roja’ atau harapan. Ayat ke 4 tentang hari pembalasan berkaitan dengan khouf atau
rasa takut. Artinya dalam pendidikan, harus lebih dominan rasa cinta kepada Allah
dibandingkan rasa takut. Kenapa? Sebab amalan yang dilakukan karena roja,
menandakan bahwa seorang hamba punya kecintaan. Tapi amalan yang dilakukan
karena khouf, menandakan bahwa seorang hamba terpaksa melakukan kebaikan.
Kemudian ada tema syari’at (5). Tema ini hadir setelah tema aqidah. Menandakan
bahwa syari’at akan ringan dipikul jika aqidahnya beres.
Terakhir tema kisah (6-7). Yang menyangkut tentang kaum yahudi, nasrani dan
kaum Muslimin sendiri.

Al-qur’an secara keseluruhan itu terbagi menjadi 3 bagian:


1. Sepertiga pertama berisi tentang aqidah.
2. Sepertiga kedua berisi tentang ibadah.
3. Sepertiga ketiga berisi tentang kisah.
dan ketiga bagian yang tersebarar pembahasannya ini di rangkum dalam satu surat
yaitu, surat Al-faatihah.
Melalui Al-fatihah, Nabi mengerti materi apa saja yang harus disampaikan dalam
dakwah. Yaitu materi aqidah, ibadah dan kisah.

Disebut Ummul qur’an (ibunya Al-qur’an). Sebab ibu memiliki 2 makna:


2. Ibu itu identic dengan kasih sayang. Ini dicerminkan oleh ayat 1-3.
3. Ibu adalah tempat kembali bagi anak-anaknya. Maksudnya, sepanjang apapun
materi di setiap surat, semuanya bermuara kembali ke surat al-fatihah.
4. Sab’ul matsaani. 7 ayat yang di ulang-ulang. Artinya, diulang-ulang dalam sholat
kita.
Walaupun surat ini hanya 7 ayat, jika dalam sholat ia tidak dibaca, maka sholatnya
menjadi tidak sah, meski diganti dengan surat Al-Baqarah sekalipun.

Sebab tolok ukur kemuliaan bukan pada kuantitas, tapi pada kualitas.

Dari segi Bahasa


Ayat 6 memiliki 2 makna:
1. Ihdina ilash shiraathal mustaqiim. Artinya “berikan kami hidayah ke jalan itu”.
Kita memohon agar dibimbing untuk sampai ke jalan hidayah.
2. Ihdina fish shiraathal mustaqiim. Artinya “berikan kami hidayah di jalan itu” kita
memohon agar dikuatkan dalam jalan hidayah itu.
Seputar ayat 5:
Iyyaaka: menunjukkan pengkhususan. Memakai kata ganti Engkau. Agar seorang hamba
itu tidak jauh-jauh dari Tuhannya. Agar hamba itu merasakan kedekatan khusus dengan
Tuhannya.
Na’budu: memakai kata ganti Kami, bukan Saya. Untuk menunjukkan bahwa didalam
menegakkan syari’at itu tidak bisa sendiri, butuh amal jama’I, perlu gotong royong, sebab
syari’at ini berat dan hanya akan terasa ringan jika di pikul bersama. Rasul saja
menyebarkan dakwah tidak sendirian, ada isterinya dan sahabatnya.
Nasta’iin: memakai kata ganti kami, bukan Saya. Untuk menunjukkan pentingnya saling
mendo’akan.
Dan kenapa keduanya menggunakan fi’il mudhori’? untuk menunjukkan bahwa syari’at
ditegakkan sampai kita mati. Dan kita bergantung kepada Allah dalam hidup ini sampai
kita mati.
Dari segi kisah dan kaum yang disinggung
Di ayat terakhir, mengandung tema tentang kisah. Ada 3 jalan yang Allah singgung. Dari
ketiganya hanya satu yang selamat.
Pertama ada jalan yang an’amta ‘alayhim. Yang diberi nikmat. Yaitu jalannya para Nabi,
para syuhada’, dan orang-orang shalih. Jalannya orang Mukmin. Namun jalan ini menjadi
berat sebab akhirnya surga. Jalan yang diberi nikmat ialah jalannya majelis ilmu dan
‘amal jama’i. jalannya orang yang punya ilmu dan mau beramal.
Kedua, jalannya ghoyril maghdhuubi ‘alayhim. Jalan orang yang dimurkai Allah. kenapa
mereka di murkai Allah? sebab mereka punya ilmu tapi malas beramal. Siapa yang
disinggung? Orang-orang yahudi. Mereka dimurkai Allah sebab suka membunuh para
Nabi. Membunuh orang shalih. Akhirnya mereka dikutuk menjadi kera. Mereka membuat
patung sapi. Kemudian Allah marah lalu mematikan mereka semua. Kemudian
dihidupkan lagi, diberi kesempatan untuk memperbaiki amal.
Ketiga, jalannya waladh dhoollin. Jalannya orang yang tersesat. Kenapa tersesat? Sebab
mereka memisahkan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan. Siapa yang dimaksud? Yaitu
orang nasrani. Tersesat dalam beramal sebab amalnya tidak dilandasi ilmu.

Surat: Al-masad (gejolak api).


Tema besar: kerugian bagi orang kafir yang menentang dakwah.
Dari segi penamaan surat
Artinya gejolak api. Surat ini hadir untuk menyinggung Abu lahab. Ia diumpamakan oleh
Allah seperti gejolak api, karena setiap kali menghina Nabi, wajahnya memerah bagaikan
gejolak api. Begitu pula isterinya yang tidak mau kalah menentang Nabi dengan cara
menebar duri di sepanjang jalan yang dilalui Nabi.
Dari segi kisah dan tokoh yang disinggung
Abu lahab adalah paman Nabi. Seandainya ia beriman maka ia termasuk golongan ahlul
baitnya nabi. Namun ia malah menentang dakwah, dan menolak islam. Hikmahnya
adalah bahwa meskipun itu keluarga terdekat Nabi, tapi ketika Allah sudah mengunci
hatinya ia tidak akan dapat menerima cahaya kebenaran sedikitpun.
Dalam ayat lain, Allah ta’ala berfirman:
Laysa ‘alayka hudaahum walaakinnallaaha yahdii man yasyaa’
“bukanlah tugasmu Muhammad untuk memberikan hidayah kepada mereka, tetapi
Allahlah yang memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki”
Dalam ayat lain,
Fa innamaa ‘alaykal balaaghu wa ‘alaynal hisaab
“maka tugasmu hanyalah menyampaikan, dan tugas kami adalah membuat perhitungan”
Karenanya ini menjadi sunnatullah yang akan berlaku disepanjang masa. Dan hari ini kita
saksikan, terkadang ada sebuah keluarga yang bapaknya ahli agama, namun anaknya ahli
maksiat.
Dan Allah memberikan pesan yang jelas bahwa, hendaknya setiap pendakwah
mengutamakan sasaran dakwah itu untuk keluarganya sebelum masyarakatnya. Karena
terkadang bila keluarga belum beres, maka dapat berpotensi menjadi penghalang dakwah.
Dan kemuliaan nasab Abu lahab, tidak berarti apa-apa saat ia melakukan kekufuran dan
kemaksiatan.
Jika Abu lahab diberi ancaman yang diambil dari namanya yaitu Al lahab. Maka Allah
beri ancaman untuk isterinya yang diambil dari perbuatannya. Kelak di neraka isterinya
akan membawa kayu bakar untuk membakar suaminya. Hal ini adalah kehinaan untuk ia
dan suaminya. Allah menjadikan siksanya yang paling pedih berasal dari tangan orang
yang paling dicintai Abu lahab dan menjadikannya sebab untuk mengazab suami yang
dicintainya.
Dari segi Bahasa
Akhiran setiap ayat di surat ini adalah huruf qalqalah. Ada huruf baa’ dan daal. Dalam
ilmu tajwid qalqalah artinta idhthiraab maknanya goncangan. Untuk menunjukkan
sesuatu yang dahsyat akibatnya. Menunjukkan sesuatu yang berbahaya.
Hikmahnya, orang yang memilliki akhlaq seperti Abu lahab, maka hidupnya di dunia
akhirat akan Allah goncang dengan adzab yang keras.
Kemudian di ayat sayashlaa naaron dzaata lahab
Disitu menggunakan huruf siin. Yang berarti akan.
Dalam qur’an kata ‘akan’ itu ada 2 jenis:
1. Menggunakan huruf siin: bermakna ‘akan sebentar lagi’. Menunjukkan kepastian
terjadinya tidak dapat ditolak.
2. Menggunakan kata saufa: bermakna ‘akan tapi masih sangat jauh terjadinya’.
Dengan kata lain masih diberikan ruang oleh Allah, kalau tidak untuk taubat, atau
untuk menambah catatan dosa sehingga akan semakin memperberat siksa di
akhirat.
Munasabah (keterkaitan) antara awal dengan akhir ayat:
Jangan jadi penolong orang untuk berbuat zhalim, dan jangan menyakiti orang shalih.
Dari segi akhlaq
Abu lahab dan isterinya adalah contoh orang yang saling tolong menolong dalam
kezhaliman. Maka kelak diakhirat mereka akan saling siksa.
Kisah Abu lahab juga menunjukkan betapa pentingnya tema menjaga lisan. Sebab karena
lisanlah Abu lahab masuk neraka. Karena lisanlah setan di usir dari surga.
Orang yang mencela ilmu dan ahli ilmu tidak akan selamat. Contohnya Abu lahab yang
mencela baginda Nabi yang seorang ahli ilmu, saking sakralnya dan mulianya ahli ilmu,
Allah tetapkan Abu lahab sebagai penghuni neraka.
Konon Abu lahab suka mengikuti keponakannya kemanapun Ia berdakwah. Ternyata
tantangan terbesar dakwah Nabi saja berasal dari keluarganya.
Saat Nabi sedang menyampaikan islam, tiba-tiba datanglah seseorang bertubuh gendut,
matanya juling, rambutnya dikuncir 2, wajahnya memerah. Ya, dialah Abu lahab yang
kemudian meneriaki keponakannya sendiri “hati-hati! Orang ini penyihir!” atau “awas!
Ada orang gila!” atau ketika momen dimana Nabi mengumpulkan masyarakat Makkah
lalu berkata “Apakaha kalian percaya bila aku mengatakan bahwa dibalik bukit ini ada
pasukan berkuda yang akan menyerang kalian! Apakah kalian percaya?”
Maka khalayak menjawab,”ya kami percaya!”
Lalu Nabi melanjutkan,”maka, berimanlah kepada Allah hai Bani fulan! Hai bani fulan!
Lindungilah diri kalian dari siksai api neraka! (Nabi pun melanjutkan dakwahnya)…”
Tiba-tiba Abu lahab memotong ucapan Nabi lalu berteriak,”Tabban laka ya Muhammad!
A lihaadzaa jama’tanaa!?” atau artinya: “Celakalah engkau! Apakah hanya untuk hal ini
kamu mengumpulkan kami di pagi buta ini!?”
Abu lahab mengancam Nabi dengan kecelakaan, maka Allah pun mengancam Abu lahab
dengan kecelakaan pula. Balasan perbuatan sesuai jenis amal. Maka turunlah ayat.
“Tabbat yadaa abii lahabin wa tabb!”
Diakhiri dengan huruf qalqalah bertasydid untuk menunjukkan penekanan dan kepastian
bahwa. Tidak akan lama lagi Abu lahab benar-benar dipastikan akan celaka!

Surat At-takwiir (yang digulung).


Tema besar: keamanan dalam meniti jalan Allah
Dari segi penamaan
Dinamakan demikian sebab ayat pertamanya terdapat kata kuwwirat. Juga menunjukkan
bahwa surat ini berisi tentang kengerian hari kiamat yang membuat nafas sesak.
Dari segi Bahasa
Dalam surat ini Allah bersumpah dengan 12 ciptaanNya. Kalau ada sesuatu yang Allah
jadikan sumpah itu bermakna 2:
1. Sesuatu yang dijadikan sumpah memiliki kemuliaan.
2. Banyak orang yang lalai terhadap sesuatu itu.
Dan disini Allah bersumpah sebanyak 12 kali untuk menekankan kepastian akan
terjadinya 1 hal. Adapun benda-benda yang disumpah ialah sebagai berikut:
1. Matahari yang digulung.
2. Bintang yang berjatuhan.
3. Gunung yang dihancurkan.
4. Unta betina hamil yang ditinggalkan.
5. Binatang liar yang dikumpulkan.
6. Laut yang dipanaskan.
7. Jiwa yang dipertemukan.
8. Bayi perempuan yang ditanya.
9. Lembaran amal yang disebarkan.
10. Langit yang dilenyapkan.
11. Neraka yang dibakar.
12. Surga yang didekatkan
Dan kita lihat bahwa terhadap:
Matahari, bintang, gunung, unta, satwa liar, lautan, langit, bayi perempuan.
Manusia begitu lalai untuk merenungkan hal-hal ini. Lalai untuk membaca ayat ayat
Allah yang tersebar di semesta ini. Inilah bukti hebatnya Al-qur’an. Al-qur’an
mengajak bicara manusia dengan harta paling berharga menurut bangsa Arab, yaitu
unta. Dan dengan harta paling berharga, yaitu anak.
Banyak orang yang lalai menelantarkan anaknya, tanpa disadari membunuh potensi
anaknya, mengabaikan anaknya.
Dan terhadap jiwanya sendiri bahkan manusia sangat lalai, lupa bahwa kelak dihari
kiamat jiwa jiwa akan dikumpulkan sesuai dengan yang satu frekuensi. Jika jiwanya
kotor seperti Fir’aun, maka akan dikumpulkan bersama jiwa Fir’aun.
Dan terhadap lembaran amal yang kelak akan di bagikan pun manusia sangat lalai.
Menutup mata seolah buta dari mempersiapkan catatan amal terbaik. Barangsiapa
yang menutup mata dari mempersiapkan amal terbaik, maka kelak Allah akan
mengumpulkan mereka diakhirat dalam kondisi buta dan tersesat.
Apalagi terhadap urusan surga dan neraka.
Dan 12 benda ini Allah pakai sebagai sumpah untuk menguatkan akan terjadinya satu
hal yaitu: bahwa pasti manusia itu sadar amalan apa saja yang sudah ia perbuat
selama di dunia.
Dan 4 sumpah untuk menegaskan satu hal bahwa Al-Qur’an itu dibawa oleh jibril,
malaikat mulia, penghulunya para malaikat, ia ditaati oleh seluruh penduduk
langit, dan paling amanah, malaikat yang memiliki kedudukan terhormat disisi
Allah.
Keempat sumpah itu adalah:
Bintang yang bergerak
Bintang yang mati.
Malam ketika semakin pekat
Shubuh jika telah datang
Berapa banyak orang yang menganggap bintang sudah tidak berguna lagi hari ini,
sebab kita menggunakan google maps.
Dan berapa banyak orang yang lalai dimalam hari, membiarkan waktu sepertiga
malam berlalu begitu saja.
Dan berapa banyak juga orang yang lalai di waktu pagi. Padahal waktu pagi itu
dido’akan Nabi agar jadi waktu yang berkah bagi ummatnya. Dan diwaktu ini orang-
orang sudah memikirkan bisnis, sudah sibuk di pasar. Atau bermalas-malasan dengan
tidur selepas sholat shubuh.
Seharusnya, dengan kepergian siang dan malam menyadarkan setiap makhluq akan
hakikat berlalunya masa dan habisnya umur. Maka beruntunglah orang yang mengisi
umurnya dengan ketaatan kepada Allah.
Dan shubuh disebut tanaffas (bernafas) sebab shubuh merupakan awal waktu saat
manusia kembali bernafas untuk beraktivitas.
Di ayat 27, Allah mengisyaratkan bahwa qur’an ini adalah peringatan bagi seluruh
penghuni alam semesta. Maka tugas kita sebagai guru ialah mengabarkan kepada
semua orang akan kebenaran qur’an. Sebab setiap orang diseluruh sudut negeri,
memiliki hak untuk mengetahui kebenaran.
Surat Al-a’laa (tempat yang tinggi)
Tema besar: pengingat bagi orang beriman terhadap negeri akhirat
Dari segi penamaan
Menunjukkan ketinggian Allah diatas segala kehinaan dunia. Dan disandingkan dengan
perintah bertasbih. Agar kita memposisikan Allah diatas segala hal, diatas masalah kita,
diatas pekerjaan kita, diatas kecintaan kita kepada saudara, teman, keluarga, diatas setiap
prasangka buruk kita, dsb. Intinya, dalam hidup ini hendaknya kita mengutamakan Allah.
Allah dulu. Allah lagi. Allah terus.
Allah Maha Tinggi dan tidak ada yang berhak untuk lebih tinggi daripada Allah. Al-
qur’an mengajarkan kita agar fokus kita adalah Allah. sehingga dengan begitu kita akan
tenang menjalani dan melewati setiap rintangan hidup.
Di permulaan ini juga dengan kalimat perintah sabbih (bertasbihlah) juga mengandung
makna agar kita selalu mensucikan Allah dari setiap bentuk suudzhan kita padaNya.
Perintah ini berkaitan dengan para sahabat awwalun, generasi pertama, yang begitu
banyak dicaci dan dihina oleh kaum paganis quraisy.
Kala itu bahkan setiap menitnya mereka selalu mendengar cacian dari manusia, namun
Allah memerintahkan mereka untuk husnudzan pada Allah. husnudzhan saat lapang itu
biasa. Tapi husnudzhan saat sempit itu baru luar biasa.
Dan makna tinggi juga berarti: kita sedang berada di tempat yang tinggi, yang mulia
derajatnya, yaitu jalan pendidikan, jalan dakwah, jalan para Nabi, maka bersemangatlah!
dari segi aqidah
ada 8 sifat Allah yang ditinjukkan pada permulaan surat ini
1. Allah Maha Tinggi.
2. Allah Maha Menciptakan
3. Allah Maha Menyempurnakan
4. Allah Maha Menentukan
5. Allah Maha Memberi Hidayah
6. Allah Maha Menumbuhkan
7. Allah Maha Mematikan
8. Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang ghaib.
Ini adalah sifat-sifat Allah yang dapat kita lihat dan rasakan melalui hal hal yang terjadi
sekitar kita.
Artinya untuk bisa menumbuhkan iman dalam hati murid. Seorang guru harus
mengajaknya untuk merasakan keagungan dan kebesaran Allah melalui alam semesta ini.
Allah Maha tinggi, setiap ada yang ingin melawan Allah pasti mereka celaka. Allah
Maha menciptakan, coba perhatikan tubuhmu, perhatikan jarimu, rasakan detak jantung
yang terus berdegup tanpa pernah bisa kau hentikan. Siapa yang mengatur agar jantung
terus berdetak? Agar darah terus mengalir? Agar mata tetap berkedip?
Allah Maha Menyempurnakan, coba lihat ke langit, adakah sesuatu yang tidak sempurna?
Coba lihat ayah dan ibu, siapa yang memilihkan orangtua untuk kita? Mengapa bisa kita
terlahir dari mereka?
Coba lihat, ada orang yang sudah diberi nasihat tapi tetap tidak mau beriman. Siapa yang
bisa menyadarkan orang itu?
Coba lihat rumput, yang sebelumnya layu, ketika disiram air hujan menjadi hijau
kembali.
Coba cari tempat dimana Allah tidak dapat melihat kita, ada? Sementara Allah lebih
dekat daripada urat nadi kita.
Jadi poinnya adalah bagaimana kita menghadirkan keberadaan Allah, membuat anak
merasakan kehadiran Allah dimanapun ia berada.
Sebab hal inilah yang akan mengendalikan anak saat ia ada niat untuk berbuat maksiat.
Karena seseorang berbuat maksiat sebab ia merasa tidak dibersamai oleh Allah.
Dari segi ayat dan Bahasa
Ayat 6, Imam mujahid berkata: Rasul itu setiap kali mendapatkan ayat yang baru, Beliau
ulang-ulang terus karena takut lupa. Maka allah beri tahu kalau ayat itu dibisikkan di
dalam hatinya sehingga Rasul tidak akan lupa, kecuali jika Allah kehendaki.
Artinya Allah yang memberi qur’an. Bukan karena kita hafal. Tapi karena Allah yang
beri. Maka tidak heran jika ada ayat yang lupa, tandanya Allah ingin kita lebih dekat lagi
dengan qur’an.
Ayat 8, adalah janji Allah bagi siapa yang menempuh jalan kebaikan maka pasti akan
Allah mudahkan.
Dan ayat 9 berbicara tentang keteguhan dalam berdakwah. Sebab tugas kita adalah
mengenalkan manusia kepada Allah. maka rukun mendidik dan berdakwah adalah ikhlas
dan uswah (keteladanan), karena tanpa keduanya dakwah menjadi tidak sempurna. Ayat
ini juga berbicara tentang memberi nasihat, dan menerima nasihat. Sebab terkadang
orang itu hanya siap saat memberi nasihat dan tidak siap saat dinasihati.
Ayat 10, bahwa peringatan hanya akan didengarkan oleh orang yang masih memiliki rasa
takut kepada Allah didalam hatinya. Adapun orang yang memilih ingkar terhadap allah
maka otomatis akan menjauhinya.
Jadi dari sini kita memahami bahwa, yang memilih untuk kafir adalah manusia
sendiri, sehingga ia akan menjauh dari peringatan, dan ia akan dibakar dineraka karena
pilihannya, ia tidak hidup ataupun mati disana. Seandainya ia memilih untuk mendengar
nasihat, lalu mentaatinya, maka akan dibukakan pintu-pintu kebaikan untuk dirinya.
Dan orang yang memilih untuk mensucikan dirinya, senantiasa mengingat kebaikan
Rabbnya kemudian shalat sebagai bentuk syukur atas segala kebaikan yang sudah Allah
beri pada hari itu, ia akan menjadi orang yang beruntung.
Maka disini Al-qur’an ingin mengajarkan kepada kita bahwa sudut pandang untung
ruginya seseorang tidak cukup dilihat dari segi keuntungan fisik saja. Tapi juga dari segi
keuntungan ruh. Karena sesuatu yang nampak nikmat di dunia ini, nyatanya malah
menghancurkan iman kita dan mengotori jiwa kita, sehingga kita merugi di akhirat.
Sesuatu yang dikira dan diyakini seorang hamba lebih bermanfaat dan jadi sumber
kekuatan, ia akan lebih cepat ditinggalkan saat datang kematian.
Dan pembahasan tentang untung ruginya seorang manusia sebetulnya sudah ada dalam
kitab-kitab dan lembaran-lembaran yang pernah Allah turunkan, diantaranya yang turun
kepada Nabi Ibrahim, dan Nabi Musa.
Artinya perlu ada perhatian khusus terhadap shuhuf atau lembaran yang turun kepada
mereka berdua.

Surat Al-lail (malam).


Tema besar: kedermawanan dan kebakhilan
Dari segi penamaan surat
Tentu kita akan bertanya-tanya, apa hubungannya antara malam, kedermawanan dan
kebakhilan?
Kedermawanan dan kebakhilan itu berkaitan dengan aktivitas sedekah atau infaq. Maka
disini Allah ingin mengibaratkan bahwa potensi harta itu seperti potensi waktu malam.
Orang yang cerdas dan sadar akan memaksimalkan potensi ini untuk membuat dirinya
dekat dengan Allah. sedangkan orang yang lalai akan menggunakan potensi ini untuk
maksiat.
Dan kenapa sumpahnya malam dulu bukan siang? Sebab urutan penciptaannya adalah
malam dahulu sebelum siang. Sebagaimana Allah menciptakan laki-laki dulu baru
perempuan.
Hikmahnya, sebagaimana laki-laki dan perempuan memiliki peran yang saling
melengkapi. Seperti itu pula malam dan siang. Malam diibaratkan sebagai kegelapan.
Siang diibaratkan sebagai cahaya.
Adanya kegelapan untuk dihindari dan dievaluasi. Adanya cahaya untuk diikuti dan
dijadikan solusi.

Dari segi akhlaq atau karakter


Dari tema besar saja kita sudah memahami bahwa Allah sedang menyinggung sifat
dermawan dan bakhil.
Adapun sifat dermawan, hanya akan ditemukan pada karakter yang bertaqwa, dan
percaya adanya blasan surga. Maka standar orang bertaqwa ialah ketika ia dermawan
dalam memberikan kontribusi untuk orang disekitarnya. Ia punya peran yang luas dan
besar dalam menebar manfaat disekelilingnya. Dan Allah janjikan baginya akan
dimudahkan jalannya menuju surga.
Adapun sifat bakhil, ada pada pribadi yang punya sifat istaghna. Nah, disinggung lagi
sifatnya Abu jahal. Serta mendustakan adanya surga. Maka, orang yang pelit dan sedikit
kontribusi untuk masyarakatnya, sebabnya adalah karena dia merasa cukup dengan
amalnya sehingga tidak peduli keadaan orang sekitarnya. Kebakhilan lahir dari sikap
ketidakpedulian. Orang pelit tidak akan merasa butuh terhadap Allah, tidak butuh
terhadap surga. Dan Allah janjikan orang seperti ini akan dimudahkan jalannya menuju
keburukan.
Hikmahnya, kalau kita berdo’a jangan hanya minta kemudahan saja. Sebab orang
sesat juga dimudahkan menuju kesesatannya. Maka mintalah untuk dimudahkan
dalam kebaikan dan disulitkan dalam keburukan.
Surat ini juga berbicara tentang karakter yang suka berkontribusi atau Bahasa arabnya
adalah Al-‘atho’. Dan ini merupakan salah satu dari 3 cara untuk bahagia:
1. Al-‘athoo’ (kontribusi, memberi)
2. At-tuqoo (bertaqwa)
3. Ash-shidqoo (membenarkan adanya surga)
Maka dengan 3 poin ini, Allah akan memberikn kebahagiaan didalam hatinya. Sebab
kaidahnya kebahagiaan itu ada pada ketaatan bukan kemaksiatan. Kalau ada yang
bilang hanya dengan maksiat aku bahagia, maka itulah tanda hati sudah tertutup. Ia sudah
nyaman dengan kebiasaannya bermaksiat. Sehingga hatinya resah kalau tidak melakukan
maksiat. Kalau sudah seperti ini, maka cepatlah kembali.
Dan manusia itu sebetulnya fitrah mereka cenderung kepada kebaikan. Tapi fitrahnya
rusak akibat dunia. Dunia sendiri secara Bahasa berasal dari kata danaa-yadnii-daanii-
dunyaa yang artinya hina, rendah, bodoh, dungu. Dunia itu dalam segala bentuk. Tidak
hanya harta, tapi juga jabatan, hawa nafsu, segala kenikmatan semu itu termasuk dunia.
Dari segi kisah dan figure yang disinggung
Surat Al-lail Allah turunkan untuk mengabadikan kebaikan Abu Bakar, yang begitu
banyak sekali membebaskan manusia dari perbudakan. Dan Abu bakar tidak hanya
membebaskan mereka dari status perbudakaan, tapi juga membebaskan mereka dari
status kemusyrikan.
Hikmahnya adalah, terkadang kita ini lebih fokus untuk memenuhi hak-hak fisik orang
dan melupakan hak-hak hati mereka. Adapun hak fisik dipenuhi dengan makanan,
dengan pakaian. Dan hak hati dipenuhi dengan mengajarkan ilmu, mengajak kepada
ketaqwaan. Dan Abu bakar memenuhi kedua hak tersebut terhadap oranglain. Tidak
hanya dermawan dengan harta, tapi juga dermawan dengan iman.
Dalam surat ini selain mengabadikan kebaikan Abu bakar, juga mengabadikan keburukan
para pemilik sifat istaghna. Di antaranya Allah mengingatkan melalui sifat ini Abu jahal,
Fir’aun, dsj. Sebab ditangan mereka harta menjadi rusak. Ditangan orang yang berakhlaq
buruk harta menjadi tidak berkah.
Seharusnya harta jangan sampai menggeser prinsip kita.
Maka tujuan menjadi kaya adalah agar kita semakin banyak sedekahnya seperti
Abu bakar.

Dari segi Bahasa


Memberi itu ada 2 bahasa arabnya:
1. A’thoo: memberikan sesuatu yang sifatnya materi.
2. Ataa: memberikan sesuatu yang sifatnya maknawi
Makna dari syattaa yaitu bercerai berai, banyak macamnya.
Artinya Allah tahu bahwa cara kita untuk mencari definisi bahagia itu bermacam-macam.
Maka kemudian Allah beri tahu 3 cara untuk bisa bahagia seperti yang sudah kita bahas
di atas.
Adapun makna Al-husnaa disini adalah Jannah (surga). Sebab segala yang ada disurga
itu baik semua. Tidak ada yang tidak baik. Dan di sebut husnaa sebab surga hanya bisa
diraih dengan amal baik, dengan cara yang baik. Maka bukan surga namanya kalau di
cari dengan cara yang buruk. Misal, mencari surga di balik segelas khamr. Maka itu
bukan al-husnaa.

Surat Al-fajr (waktu fajar).


Tema besar: sungguh, Rabbmu benar-benar mengawasi
Dari segi penamaan surat
Di sebut Al-Fajr sebab Allah bersumpah dengan waktu fajar. Cahaya diwaktu fajar
bagaikan cahaya untuk secercah harapan yang baru, untuk merangkai hari yang lebih baik
daripada hari kemarin. Maka cahaya fajar adalah cahaya perbaikan dan harapan.
Cahaya fajar juga mengandung pesan agar manusia tidak berputus asa dari rahmat Allah.
meski malam terasa gelap pekat dan panjang ia akan berlalu digantikan dengan cahaya
fajar kebangkitan.

Dari segi ayat dan Bahasa


Makna wa layaalin ‘asyr: dan malam yang sepuluh. Ini ada 2 arti:
1. 10 hari awal dzulhijjah.
2. 10 hari terakhir Ramadhan.
Kalau dibulan Ramadhan yang utama adalah malamnya.
Kalau dibulan dzulhijjah yang utama adalah paginya.
Keduanya adalah sesuatu yang istimewa.

Makna wasy syaf’I wal watr: demi yang genap dan yang ganjil.
Yang genap adalah yaumun nahr (hari kurban) hari dimulainya ibadah qurban, tanggal 10
dzulhijjah.
Yang ganjil ialah yaumul ‘arafah (hari wukuf) hari dimulainya ibadah haji, tanggal 9
dzulhijjah.
Artinya, kedua waktu ini memiliki keistimewaan disisi Allah ta’ala.
Makna li dzii hijr, adalah bagi yang memiliki akal.
Akal itu ada 3 jenis penamaannya:
1. ‘aqlun: artinya mengikat dan menahan. Maksudnya menahan jiwa dari
kemaksiatan.
2. Nuhaa: artinya mencegah dan menjauhkan. Maksudnya menjauhkan jiwa dari
kemaksiatan.
3. Hijr: artinya melarang. Maksudnya melarang jiwa dari kemaksiatan.
Maka orang yang cerdas ialah yang akalnya berfungsi dengan baik, dan disebut berfungsi
ketika akal itu melarang, mencegah, dan menahan jiwa dari berbuat maksiat dan menuruti
keinginan hawa nafsu.
Makna dakkan dakkaa & shaffan shaffaa: ini adalah 1 kalimat yang sama diulang 2 kali
namun dengan bunyi yang berbeda. Kalimat pertama ikhfa’ kalimat kedua menjadi madd
dengan ketukan 2 harkat. Fungsinya adalah untuk menunjukkan sesuatu yang terus
menerus terjadi. Seolah tidak ada berhentinya.
Pertama dakkan dakkaa. Untuk menunjukkan bahwa kelak dihari kiamat lempengan
bumi akan saling bertabrakan. Dan tabrakannya bukan sekali-duakali, namun berkali kali.
Dan bukan hanya bergetar ke kanan-kiri. Bahkan ke atas-ke bawah. dan pembenturan ini
berkali-kali.
Kedua shaffan shaffaa. Untuk menunjukkan bahwa kelak dihari kiamat, Rabb kita, akan
datang bersama para malaikat dengan keadaan berbaris rapih. Turun dari langit dengan
bershaf-shaf, dengan rapih, seolah tidak ada habisnya. Jadi kalau kita bayangkan, itu
adalah iring-iringan barisan para malaikat.

Dari segi kisah dan figure yang disinggung


Ada 3 bangsa yang Allah ingin kita betul-betul renungkan:
1. Kaum ‘Aad. Kaumnya Nabi Hud yang mendiami daerah yang disebut Ahqaf di
Hadramaut, Yaman. Hadramaut sendiri artinya (kehadiran maut). Alasan
dinamakan hadramaut, sebab setiap ada pendatang, apalagi pedagang yang
melintasi wilayah ini tidak pernah selamat. Selalu berakhir mengenaskan. Kalau
tidak mati, terluka parah. Sebab daerah ini termasuk sarang para
penyamun/perompak istilah hari ini begal. Nama nenek moyang mereka ‘Aad bin
Iram bin Sam bin Nuh. Mereka kuat dan cerdas. Memiliki kemampuan arsitektur,
kemampuan perhitungan yang belum pernah dimiliki seorangpun di bumi kala itu.
Bangunan mereka tinggi, terkenal dengan tiang-tiangnya yang besar dan kuat.
Gedungnya besar bukan main. Secara akal dan fisik unggul. Mereka juga
menguasai daerah-daerah disekitarnya. Belum pernah ada manusia seperti mereka
dinegara lain kala itu. Kota mereka dikenal sebagai ‘kota seribu pilar’ atau surga
kaum Aad, sebab konon kota iram dibangun untuk menyaingi surganya allah.
Setiap lapisan bangunannya dilapisi dengan emas, mutiara, dan berlian. Sungainya
kasturi yang harum baunya.
Namun mereka menyembah bulan. Hingga akhirnya ketika pemimpin mereka
sudah sangat zhalim dan lalim. Allah mengutus satu malaikat untuk berteriak,
sehingga mereka mati karena kekerasan teriakannya.

2. Kaum Tsamuud. Kaumnya Nabi shaleh. Memiliki keunggulan yang sama dengan
kaum ‘Aad. Sama-sama hebat secara akal dan fisik. Mereka dikenal mampu
memahat gunung menjadi gedung. Menyulap bukit menjadi istana. Bukti
kehebatan arsitektur mereka kita kenal hari ini sebagai petra, di Yordania, disebut
oleh para arkeolog sebagai ‘The red rose city’ karena di petra terdapat sebuah
bangunan istana bernama the treasury, yang mana jika tersorot oleh cahaya
matahari pagi, maka dinding istana ini akan berubah menjadi merah seperti
mawar. Tempat ini juga dijadikan sebagai tempat syuting 2 film terkenal,
transformers dan Indianan jones di zaman ini.
Menurut para arkeolog, bangunan petra merupakan komplek istana batunya kaum
tsamuud. Didalamnya ada bangunan untuk public yang besar, dengan kursi
melingkar seperti colosseum di Roma. Kaum tsamuud juga memiliki tunnel
sebagai system irigasi mereka yang tercanggih di zamannya, mereka juga memiliki
system pertahanan kota yang baik. Kita tidak akan bisa memasuki petra kecuali
melalui sebuah celah yang lebarnya tidak lebih dari 2 m. sisanya komplek ini
dikelilingi dengan benteng batu yang tinggi dan saling sambung menyambung.
Istana batu ini berfungsi sebagai tempat mereka berlindung disaat terjadi
pergantian iklim. Jika datang iklim dingin maka mereka masuk ke istana-istana itu
melalui lorong-lorong yang saling terhubung antara rumah mereka dengan istana
itu.
Bayangkan, zaman dulu saja sudah secanggih ini system perkomplekannya,
komplek yang ada hari ini tidak ada bandingannya dengan Petra. Adakah komplek
yang menyediakan tempat berlindung khusus selain rumah yang dijual bila terjadi
perubahan iklim? Adakah komplek yang memiliki tunnel sebesar milik Petra?
Adakah komplek yang memiliki bangunan public besar, dapat dimasuki oleh
masyarakat manapun seperti coosseum Petra?
Namun semegah apapun Petra dengan segala fasilitas dan keindahannya, ketika
penghuninya mengabaikan Allah, tidak mau bersyukur. Seketika penghuni itu
lenyap ditelan zaman. Hanya tersisa bangunan megahnya sebagai saksi bisu
peradaban Kaum tsamud.
3. Kaum Fir’aun. Fir’aun adalah julukan bari para raja Mesir kuno. Dan yang
disinggung disini tentu saja Fir’aun yang terkuat, yang terkenal pada periode
Kerajaan baru, yang mana periode ini merupakan periode terkuatnya mesir kuno,
yaitu Ramses 2. Paling kuat pemerintahannya diantara 170 Fir’aun yang pernah
memerintah Mesir. Dinamakan ramses sebab katanya ia adalah raja yang dipilih
oleh dewa Ra, dewa mata satunya mesir kuno.
Mesir kuno adalah sebuah negara yang sangat luas, dengan pyramida sebagai
warisan dari generasi Kerajaan mesir lama, dan yang terbesar adalah pyramida
Giza yang dibangun di masa Raja Khufu. Pyramida ini dibangun dengan 2 juta
balok batu yang diangkat dari dasar sungai Nil, dan setiap baloknya memiliki berat
sebesar 2.5 ton, tentu untuk sebuah balok batu akan menguras tenaga para pekerja,
maka di masa pembangunan pyramida, Mesir sudah termasuk negara kaya yang
memiliki dana besar untuk membiayai konsumsi para pekerja, pembangunan ini
berlangsung selama 23 tahun, dan Raja khufu memperlakukan para pekerjanya itu
dengan perlakuan yang hina, pyramida ini kemudian menjadi symbol kesaksian
atas kekuasaan absolutnya Raja Khufu, lalu ada sphinx agung khafre milik
puteranya Raja khufu (Raja yang paling kejam diantara raja mesir yang ada),
patung sphinx ini adalah gabungan dari 3 makhluq, singa untuk melambangkan
dewa matahari yaitu Ra, elang untuk melambangkan dewa horus, wajah manusia
untuk mengklaim keilahian demi meredam kebencian rakyatnya, tidak hanya itu,
puteranya pun membangun pyramida seperti milik ayahnya, sampai lalai untuk
beribadah kepada para dewa sehingga ia dibenci oleh rakyat Mesir. serta kuil-kuil
yang berfungsi sebagai makam para raja dan tempat peribadatan dewa-dewa, dan
sungai Nil yang menjadi sentral utama penopang ekonominya mesir kuno.
Peradaban mesir kuno dianggap megah sebab memiliki kuil yang besar dan
banyak sekali. Bayangkan, ada sebuah kuil yang didalamnya terdapat stasiun, itu
sebesar apa coba? Didalam kuil-kuil tersebut ada ribuan lukisan dan gambar yang
bahkan warnanya masih bertahan sampai hari ini, lukisan itu menceritakan tentang
pemerintahan dan peperangan para raja.
Dan setiap kuil memiliki patung-patung Fir’aun yang ukurannya setinggi 10 orang
dewasa jika disusun ke atas. Terutama patung raja ramses yang besarnya
menunjukkan kekuatan pemerintahannya diatas 170 patung fir’aun yang ada.
Peninggalan mesir kuno telah banyak membuat para arkeolog dan ilmuwan
berdecak kagum terhadap kecanggihannya. Padahal dahulu wilayah mesir kuno
adalah wilayah yang akan menjadi lautan jika terkena banjir dari sungai Nil,
namun manusia datang dan merubah tempat ini menjadi tempat yang pantas untuk
disinggahi siapapun. Lembah Nil memiliki kekayaan alam yang luar biasa, mulai
dari mineral, tambang emas, hingga satwa liar yang dapat dikonsumsi. Hanya kayu
yang sulit diperoleh ditempat ini. Kondisi sedemikian rupa membuat orang mesir
kuno bergantung kepada SDA disekitar sungai Nil. Bagi mesir kuno, sungai Nil
berperan layaknya laut bagi Inggris dan pegunungan Alpen bagi Swiss. Dengan
adanya Nil, para Fir’aun (Pharaoh) dapat memimpin pemerintahan Mesir kuno
hampir 1000 tahun lamanya.

Demikianlah kisah kebesaran 3 peradaban yang Allah singgung di surat Al-Fajr, saking
besarnya sampai diabadikan di dalam Al-qur’an. Kaum tsamuud mengikuti gaya hidup
kaum ‘Aad pendahulunya. Mereka berkiblat kepada peradaban ‘Aad, seperti dunia hari
ini berkiblat kepada barat.
Jika disinggung berita tentang suatu peradaban besar didalam qur’an, maka itu adalah
isyarat dari Allah agar kita menelaah secara khusus tentang peradaban yang diisyaratkan
tersebut. Sebab dengan mengetahui seluk beluk kemegahannya kita aka faham maksud
yang diinginkan Allah.
Maka kalau kita hendak berkeliling dunia, berwisata, jangan hanya bertujuan untuk
sekedar melepas penat, apalagi mencari kesenangan ditempat tempat turunnya adzab.
Justru Allah abadikan peradaban kaum yang di adzab agar kita dapat semakin
menguatkan keyakinan kita terhadap Keesaan Allah ta’ala.
Tentunya pemaparan saya disini terkait 3 peradaban itu masih belum cukup untuk
memberikan gambaran utuh tentang kemegahan mereka. Sengaja saya cantumkan sedikit
kemegahan itu dengan harapan munculnya keinginan para pembaca untuk lebih banyak
membaca tentang kekuatan mereka, tentang teknologi mereka, yang sampai-sampai
membuat para ahli ilmu terkagum-kagum. Ahli ilmu lho, siapalah kita yang hanya orang
lalai?
Tidakkah kita penasaran mengapa Allah menyinggung ‘Aad, tsamuud, dan Mesir kuno?
Sudah barang tentu maksud Allah itu akan kita temukan setelah kita mendalaminya.
Allah ingin mengajarkan tentang satu rasa. Satu sudut pandang. Bahwa kebesaran itu
tidak selalu dilihat dari banyaknya fasilitas, dari luasnya infrastruktur. Kebesaran itu
dilihat dari kacamata keimanan. Kalau besar bangsanya, tapi rusak ibadahnya, maka ia
akan seperti puteranya Raja khufu, yang lalai dari ibadah sebab fokusnya infrastruktur.
Dalam surat Al-Fajr ini dikatakan bahwa Fir’aun memiliki pasak-pasak yang tinggi,
ternyata fungsi dari pasak-pasak itu adalah untuk menyula rakyat yang membangkang
terhadap pemerintah. Pasak adalah lambang kediktatoran dan kezhaliman para Fir’aun
yang memerintah mesir. Dan kebinasaan suatu negeri disebabkan karena perbuatan
merusak dan kesewenang-wenangan.
Hikmah selanjutnya ialah, dengan kisah 3 peradaban ini Allah ingin memperlihatkan
kepada kita orang-orang yang punya kreativitas dan inovasi dihancurkan sebab mereka
menyalahi syari’at dalam berkreativitas. Maka syari’at adalah pagar bagi segala sesuatu.
Artinya kedudukan syari’at itu lebih diutamakan diatas kedudukan perkara yang lain.
Maka, kembali lagi ke surat Al-‘Alaq. Mereka adalah orang-orang yang matang secara
keilmuwan namun hampa secara keimanan. Inilah pentingnya memadukan antara iman
dengan ilmu.

Dari segi akhlaq dan tabiat manusia


Disinggung akhlaq buruk manusia oleh Allah.
1. Apabila diberi harta ia merasa dimuliakan.
2. Apabila diberi cobaan ia merasa dihinakan.
3. Tidak memuliakan anak yatim.
4. Tidak saling memikul beban orang miskin.
5. Saling memakan harta waris secara zhalim.
6. Mencintai harta melebihi cintanya pada Allah.

Penjelasan:
Nomor 1&2:
Allah ingin mengajarkan kepada kita bahwa kemuliaan tidak terletak pada materi seperti
harta ataupun fasilitas mewah. Sebab terkadang Allah memberikan kemewahan materi
kepada seseorang adalah untuk menguji sebagaimana Allah menguji seseorang dengan
kesempitan. Maka sebetulnya kekayaan yang kita miliki adalah ujian dari Allah.
Orang yang diuji dengan kesulitan dan kesempitan memiliki potensi sadar lebih cepat
ketimbang orang yang diuji dengan kekayaan dan kelapangan. maka jangan merasa
nyaman dengan kekayaan yang Allah berikan.
Kemiskinan bukan tanda kehinaan. Kekayaan bukan tanda kemuliaan. Sebab keduanya
hanyalah ujian. Dan tolok ukur hina dan mulianya seseorang ada pada taqwa, baik dalam
kondisi lapang ataupun sempit. Ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah: “ketika kaya
bersyukur. Ketika miskin bersabar”
Hakikat mulia ialah ketika diberikan taufiq sehingga ia mudah dalam beramal baik.
Hakikat hina ialah ketika diberikan kemudahan dalam beramal buruk.
Dan orang yang tolok ukur suksesnya sebatas materi. Mereka seperti orang kafir. Maka
mereka menjadi masyarakat yang mati. Masyarakat itu terbagi 3.
1. Masyarakat yang hidup: yang bergerak dengan ilmu dan iman. Oerientasi akhirnya
adalah akhirat.
2. Masyarakat yang sakit: yang bergeraknya karena sosok.
3. Masyarakat yang mati: yang hanya mengandalkan logika dan mengabaikan akal.
Orientasinya sebatas materi dunia.
Nomor 3&4:
Tema memuliakan anak yatim dan menanggung beban orang miskin. Ini bicara hubungan
dengan manusia hablun minan naas. Bicara tentang saling peduli. Menumbuhkan empati.
Melatih kepekaan.
Anak yatim dan orang miskin sering sekali menjadi topik didalam Al-qur’an. Ini
menunjukkan bahwa seharusnya hasil didikan al-qur’an akan memiliki jiwa sosial yang
tinggi. Ia akan peduli dengan kaum lemah disekitarnya.
Terutama Karena Al-qur’an ini melahirkan para pemimpin. Maka sebagai pemimpin
jangan sampai melupakan hak-hak rakyat lemah yang tinggal di negaranya.
Namun terkadang kita salah juga kalau terlalu fokus berkontribusi secara materi saja
untuk kaum yatim dan miskin ini. Sebab mereka akan memiliki mental tangan dibawah
atau mental peminta. Sehingga terbiasa diberi, dan ketika diminta memberi ia tidak siap.
Anak yatim dan orang miskin memiliki hak-hak yang sama dengan orang yang
berkecukupan dan berlebih. Sama-sama butuh nutrisi untuk badan dan hati.
Buya hamka berkata soal hak. Hak itu ada 2. Hak badan dan hak hati. Hak badan
dipenuhi dengan makanan yang sehat, pakaian yang menutup aurat, olahraga yang cukup,
istirahat yang cukup. Dan hak hati dipenuhi dengan pendidikan, pengajaran, kegiatan
ilmiah, diskusi, ibadah, tilawah, dan berdzikir.
Maka kalau kita hendak berkontribusi kebaikan untuk kaum yatim dan miskin, jangan
lupakan hak hati mereka.
Nomer 5&6:
Tema harta warisan dan sifat cinta materi. Lagi-lagi Al-qur’an menyoroti problem yang
amat sering menjadi sumber kerusakan dan perpecahan manusia. Yaitu harta.
Pembahasan tentang harta akan sangat panjang sekali, tapi saya hanya akan mengambil
yang pentingnya saja untuk jadi bahan tadabbur.
Pertama mengapa Allah menyorot tentang harta? Satu, harta hari ini kebanyakan menjadi
sebab kerusakan manusia. Dua, dengan sikap mencintai harta berlebihan akan membuat
manusia cenderung menghalangi hak orang dari hartanya dan cenderung memakan yang
haram.
Menghalangi hak orang dari harta kita tidak hanya dalam bentuk pelit saja. Tapi juga
korupsi, monopoli perdagangan, aktivitas trading, judi, perbisnisan kotor, cuci uang, atau
saat kita tahu ada orang sedang kesusahan soal harta tapi kita memilih untuk pura-pura
tidak peduli, padahal boleh jadi didalam isi dompet kita ada hak mereka.
Orang yang punya harta berbeda dengan orang yang punya ilmu. Orang yang punya harta
akan selalu merasa khawatir akan keamanan harta yang ia miliki, kemudian ia akan
menyewa satu batalyon polisi, membangun pagar besi yang tinggi, memasang puluhan
CCTV. Hidupnya, fokusnya akan tersedot untuk menjaga aset, menjaga proyek. Lalu ia
akan lupa dengan pendidikan anaknya, lupa dengan ibadahnya, hingga akhirnya jauh dari
keluarga, jauh dari Tuhan. Meja makan yang dahulu ketika dimasa hidup sederhana
begitu ramai dengan canda dan tawa isteri dan anaknya. Kini hanya menjadi penghias
dapur saja agar ruangan tidak menganggur.
Adapun orang yang punya ilmu. Ia akan hidup tenang, fokusnya hanya ilmu. Dan ilmu
tidak perlu penjagaan fisik seperti menjaga aset atau proyek besar. Ilmu dijaga dengan
ibadah. Ilmu dititipkan kepada Yang Esa. Kemanapun ia melangkah orang akan
mengerubunginya. Menjadi tempat solusi bagi oranglain. Di kala ia kekurangan harta,
orang akan datang memberi harta dan meminta ilmu dari kita, urusan harta pun terpenuhi.
Saat ia terdampar di sebuah pulau, ia akan dengan mudah menghidupi diri sendiri, sebab
ilmu bisa dibawa kemana-mana. Beda dengan harta yang wujudnya secara fisik.
Dan para Ulama telah memberikan solusi bagi orang yang ingin mengikis rasa cintanya
terhadap materi, harta atau dunia. Yaitu dengan berperilaku zuhud serta menyuburkan
sedekah.
Apa itu zuhud? secara istilah zuhud berarti mengambil dunia seperlunya. Jangan sampai
salah faham. Kebanyakan hari ini saat dikatakan “zuhudlah kamu!” maka yang terbayang
oleh orang-orang adalah sesosok orangtua ringkih yang berpakaian compang-camping
banyak tambalan disana-sini. Membawa tongkat kayu rapuh. Memakai sorban. Aduh!
kenapa pula zuhud itu harus memakai orang yang pakai sorban? selain itu kemudian
sandalnya hanya sandal capit yang hamper mau putus. Tidak! Tidak! Tolong berhenti
dari sudut pandang seperti itu!
Bagaimana jika orang yang dibayangkan adalah laki-laki? Sementara dalam Qur’an
diajarkan bahwa laki-laki harus punya qowwamah (kekokohan) salah satunya qowwamah
secara harta. Lah kalau pakaiannya saja compang-camping, penuh tambalan sana-sini.
Bagaimana ia menghidupi oranglain? Menghidupi anak-anaknya? Menghidupi isterinya?
Maka, yang dimaksud zuhud itu adalah mengambil dunia seperlunya untuk menghidupi
diri, isteri, dan anak-anak. Zuhud itu maksudnya tidak berlebihan dalam mengelola harta!
Nah! Itu.
Kemudian menyuburkan sedekah. Artinya, dengan melepas apa yang kita cintai.
Diharapkan akan lepas pula rasa cinta kita terhadap barang itu. Ada sebuah kisah tentang
sedekah.
Suatu hari sahabat Umar pernah keasyikan mengurus kebun sampai lupa waktu shalat.
Maka ia pun menyedekahkan kebunnya yang berhektar-hektar itu untuk ummat, alias
mewakafkan. Anda tahu? Bahwa wakaf itu bentuk keikhlasan dalam bersedekah yang
paling tinggi. Sebab ia mampu melepaskan harta yang sifatnya produktif, yang
manfaatnya terus-menerus, untuk kepentingan islam.
Maka, saya ulang lagi bahwa tujuan dari memperbanyak harta kekayaan adalah agar
wakafnya banyak. tema wakaf ini luar biasa sekali, sebab wakaf juga berarti menghidupi
ummat dengan keikhlasan. Sehingga ekonomi pun pulih, ummat bangkit lebih cepat,
apalagi dihidupi dari aset yang diberikan dengan keikhlasan.
Semoga kita disibukkan Allah untuk bisa menyuburkan sedekah dan wakaf.

Dari segi aqidah


Dalam tema besar saja kita dapat ambil hikmah bahwa muraqabatullah itu perlu dilatih.
Dan muraqabatullah termasuk dalam bab perbaikan diri sebelum perbaikan keluarga dan
masyarakat.
Muraqabatullah adalah merasa diawasi Allah. disini terdapat Asma Allah yaitu Maha
Mengawasi.
Mengapa disinggung tentang mengawasi? Sebab kebanyakan hamba berani berbuat dosa
sebab ia merasa tidak diawasi Allah. sehingga hilanglah rasa bahwa Allah itu lebih dekat
daripada urat nadi. Alhasil negeri kita begitu penuh sekali dengan perbuatan maksiat.
Pemimpin bisa korupsi karena ia sudah melupakan kehadiran Allah. bandar narkoba
berani bertransaksi sebab Allahnya gak kerasa. Guru berani berbisnis di sekolah sebab
Allahnya hilang. Kita saja ketika sholat kadang suka kehilangan fokus dari tempat sujud
kita sebab Allahnya gak kerasa dalam sholat.
Cara menghadirkan Allah agar terasa adalah dengan sering-sering membaca ayat-ayat
Allah yang tersirat di alam semesta ini. Atau cara lain, dalam kisah seorang ayah yang
mengajarkan 3 kalimat kepada anaknya, kalimat itu adalah:
“Allaahu ma’i…Allaahu syaahidi…Allaahu naadzhiri…”
Artinya:
“Allah bersamaku…Allah menyaksikanku….Allah memperhatikanku”
Kalimat ini diajarkan oleh ayahnya selama bertahun-tahun. Anaknya mengamalkan
dengan sering mengulang-ulang kalimat ini. Akhirnya setelah bertahun-tahun. Anaknya
mulai merasakan kehadiraan Allah. mulai merasakan kasih sayang Allah. mulai
merasakan momen-momen dimana ketika Allah terasa dekat. Ketika pertolongan Allah
begitu terasa.
Atau dengan merasakan dan mengingat akan siksa Allah. karenanya setelah pembahasan
cinta harta, Allah langsung membahas hari kiamat. Agar orang-orang yang cinta harta
merasakan kekuatan pengawasan Allah. untuk gunung yang besar saja Allah mampu
hancurkan sampai jadi debu. Apalagi harta, apalagi manusia yang mencintai harta.

C. Khotimah.
Demikianlah sedikitnya catatan tentang tadabbur Al-qur’an dari surat Al-‘alaq sampai Al-
fajr. setiap kebenaran yang ada itu datangnya dari Allah, dan setiap kesalahan yang ada
itu murni dari saya selaku manusia. Semoga catatan ini dapat mendorong kaum muslimin
untuk melek kembali terhadap Al-qur’annya, sebab ia adalah potensi luar biasa dari Allah
untuk kita. Namun jika tidak, maka setiap amalan tergantung kepada niatnya. Do’a anda
semua sangat saya harapkan, agar Allah memaafkan kesalahan saya, dan meridhoi saya
pada hari dimana harta dan anak tidak akan berguna, kecuali siapa yang datang dengan
membawa hati yang bersih.

Anda mungkin juga menyukai