Alhamdulillah, berkat kekuatan dari Allah tulisan ini akhirnya bisa rampung juga. Kalau
bukan karena Allah, boleh jadi sampai hari ini masih berupa wacana. Karenanya betul
jika ada yang bilang, tanpa Allah kita ini bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa.
Hari ini setiap masyarakat muslim di negeri kita sedang dalam kondisi terpuruk-
terpuruknya. Sedang dalam kondisi dijebak dalam pertikaian antar saudara atau proxy
war. Muslim yang lemah imannya, disuruh untuk memimpin dan menindas muslim yang
imannya mengakar atau dituduh sebagai muslim radikal.
Tidak ada kebesaran tanpa persatuan. Makna persatuan disini bukan hanya berkumpul
menjalani hidup di tanah air yang sama, bahkan lebih dari itu. Bicara tentang persatuan
berkaitan dengan tema persatuan rasa, persatuan hati, persatuan visi. Sama-sama punya
rasa ingin menjaga, ingin bertumbuh bersama,
Dahulu kita bisa bergerak bersama melawan penjajahan portugis, belanda, dan jepang
sebab kita punya rasa yang sama, sama-sama ingin merdeka di tanah sendiri, merdeka
dengan ekonomi sendiri, merdeka dengan pendidikan sendiri, walau kenyataannya harus
ditebus dengan nyawa, meski akhirnya kemerdekaan itu yang menikmati bukan diri, tapi
cucu.
Pertanyaannya, apakah rasa itu masih ada dalam setiap hati rakyat Indonesia? Atau sudah
ada yang mulai pudar? Tak heran kita mudah dibenturkan. Tak heran kita saling egois. Di
jalanan saja, saat mengendarai motor, ugal-ugalan, seolah jalan milik sendiri, penuh
dengan komunitas touringnya, padahal bukan leluhur dia saja yang memerdekakan
tanahnya, bukan dia saja yang menggunakan jalannya. Urusan berkendara saja sudah
tidak ada rasa, masing-masing berfikir gimana caranya yang penting cepat sampai tujuan.
Peduli amat oranglain hampir celaka. Padahal sama-sama saudara satu bangsa.
Saudaraku, Allah Maha Pemelihara. Maka Dia tidak akan membiarkan kita terpuruk
dalam kondisi seperti ini. Bangsa yang besar lahir dari proses yang tidak biasa.
Harapannya, tulisan ini dapat menjadi wasilah untuk kita bersatu dalam cara pandang
yang sama, dalam pemahaman yang sama, sama-sama ingin mendekat kepada Allah.
Raihan faruq
Komplek Griya Bandung Indah
Jum’at 5 Mei 2023/15 Syawwal 1444 H
Bismillaahirrahmaanirrahiim
A. Sekilas tentang tadabbur.
Dalil: Q.S. Muhammad: 24
“Tidakkah mereka mentadabburi Al-Qur’an? Atau di dalam hati mereka ada sekatnya?
Q.S. Shad: 29
“kitab yang telah kami turunkan kepada hatimu, yang diberkahi, untuk ditadabburi ayat-
ayatnya, dan menjadi pengingat bagi orang-orang yang memiliki hati”
a. Makna kitaabun:
Adh-dhommu: artinya terkumpul > terkumpul didalamnya solusi, ilmu, nasihat, kisah,
motivasi.
b. Makna ilayka:
ka:dhomir ‘kamu’ yang menunjukkan kepada hati Nabi. Jadi Al-qur’an diturunkan
kedalam hati Nabi, maka Al-Qur’an dihafal bukan dengan akal, tapi dengan hati.
c. Makna Mubaarokun:
dari kata barokatun yang artinya: bertambahnya kebaikan dalam segala hal. Ziyaadatul
khoir fii kulli ahwaal.
Mubaarokun ialah bentuk isim, dan isim itu tidak terikat waktu, artinya keberkahan Al-
Qur’an tidak terikat dengan waktu.
Mubaarokun juga berbentuk nakiroh, yang artinya bersifat umum. Hikmahnya adalah
bahwa semua aktivitas yang berkaitan dengan Al-Qur’an akan berkah. Jika ingin waktu
kita berkah, maka gunakan waktu yang ada untuk membersamai Al-Qur’an.
d. Makna liyaddabbaruu:
fungsi Al-Qur’an diturunkan adalah untuk di tadabburi, bukan sekedar dibaca tanpa
makna, dihafal tanpa rasa. Artinya, setiap kita membaca qur’an harus menghasilkan
dorongan untuk mengamalkannya.
e. Makna wa liyatazakkaro ulul albaab:
orang yang bisa mengambil pelajaran dari Al-Qur’an hanyalah orang yang memiliki lubb
(bentuk dasar dari kata albaab). Lubb artinya adalah inti hati. Lebih dalam dari qolbun.
Artinya disebut cerdas bukan ketika akalnya tajam, tapi ketika hatinya hidup dan
berfungsi sehingga ia bisa mentadabburi ayat kauniyyah dan ayat maktubah.
Dan qur’an hanya bisa ditadabburi oleh hati yang terbuka, yang tidak tertutup akibat
maksiat.
Maka salah satu fungsi daripada tazkiyatun nufus adalah agar hati kita bersih, sehingga
dapat digunakan untuk mentadabburi dan sebagai tempat bersemayamnya Al-Qur’an.
Sebab Al-Qur’an tidak akan bersemayam kecuali di hati yang mulia.
Kenapa kita merasa berat terhadap Al-Qur’an? Boleh jadi disebabkan karena hati kita
sudah tertutupi oleh maksiat, sehingga tidak ada tempat bagi qur’an untuk singgah.
Jika hati Nabi disucikan dengan air zam-zam, maka hati kita sebagai umatnya disucikan
dengan tazkiyatun nufus. Karena itu sebelum mulai mentadabburi Al-qur’an, kita siapkan
dulu alatnya, yaitu hati.
Ada do’a untuk membersihkan hati:
Allahumma aati nafsii taqwaahaa, wa zakkihaa anta khoyru man zakkaahaa, anta
waliyyuhaa wa maulaahaa, artinya:
“ya Allah berikan hati kami ketaqwaan, dan sucikanlah hati kami karena Engkaulah
sebaik-baik Yang Maha Membersihkan hati, Engkaulah pelindung dan penolong hati
kami”
Nah, kenapa Allah berfirman demikian di surat Muhammad ayat 24?
Ayat ini sebetulnya ditujukan untuk orang-orang kafir. Sebab dahulu mereka punya satu
kebiasaan, yaitu suka bangun disepertiga malam demi mendengar bacaan qiyamnya Nabi.
Dan itu hampir tiap malam mereka lakukan. Artinya, orang kafir saja merasa nikmat saat
mendengarkan Al-Qur’an, bahkan rindu untuk mendengarnya lagi dan lagi. Bagaimana
dengan kita? Yang seharusnya kitalah yang pantas untuk merasakan kenikmatan dengan
qur’an.
Maka, inti dari tadabbur adalah mengaitkan qur’an dengan kehidupan. Dan tadabbur
tingkat paling dasar ialah merasa nikmat ketika membaca Al-qur’an, tingkat tertinggi dari
tadabbur ialah ketika qur’an sudah menjadi solusi untuk setiap permasalahan kita.
Qur’an dijaga dengan 2 hal:
1. Fis-sutuur: di lisan.
2. Fish-shuduur: di hati.
Qur’an adalah petunjuk jalan, maka cara termudah untuk lancar melewati jalan, adalah
dengan menghafal petunjuknya. Maka fungsi mutqin dalam menghafal adalah untuk
mempermudah dan mempercepat untuk sampai ke tujuuan. Sehingga tidak akan tersesat
ke gang atau ke sungai. Maka, qur’an tidak diperuntukkan sebagai hafalan saja, tapi
sebagai alat untuk selamat sampai tujuan.
Berikut adalah Mafaaatihut tadabbur (kunci-kunci untuk tadabbur), diringkas dalam
kalimat li ishlaahi tartaji:
1. Huruf lam: artinya lubb (hati yang terdalam atau pusat hati atau inti hati)
Kenapa lubb jadi kunci pertama? Sebab:
Inti hati adalah tempat untuk memahami (surat Al-kahfi:57 dan surat Al-
Hajj:46)
Inti hati ada dalam kuasa Allah.
Berikut adalah ciri ketika hati dikatakan cinta terhadap qur’an:
Bahagia saat bertemu al-qur’an
Rindu terhadap qur’an.
Duduk lama bersama qur’an tanpa merasa terbebani.
Qur’an jadi tempat mencari solusi.
Taat kepada kandungan qur’an.
4. Huruf lam: artinya laylun (malam hari). Maknanya waktu yang paling tepat untuk
mentadabburi qur’an ialah waktu sepertiga malam. Karena itu Nabi kita membagi
waktu malamnya dengan 3 bagian: sepertiga malam pertama untuk istirahat,
sepertiga malam kedua untuk mengilmui diri, sepertiga malam ketiga untuk
beribadah.
5. Huruf alif: artinya usbuu’ (sepekan) maknanya yaitu menuntaskan bacaan dengan
mutqin selama sepekan. Semakin sering kita berinteraksi dengan qur’an akan
memudahkan kita saat mentadabburinya.
6. Huruf haa’: artinya hifzhan (hafalan) maknanya yaitu tadabbur dengan membaca
hafalan qur’an kita. Tujuan kita menghafal juga untuk memudahkan kita dalam
mentadabburi qur’an ketika shalat.
7. Huruf taa’: artinya tartiil (membaca dengan tartil) maknanya yaitu cara
mentadabburi qur’an ialah membacanya dengan tartil, diberikan setiap hak-hak
hurufnya. Suaranya lirih. Sebab kaidahnya adalah suara keras untuk menghafal,
dan suara lirih untuk memahami.
10. Huruf jiim: artinya jahr (jelas) maknanya yaitu membaca qur’an dengan intonasi
yang jelas, memainkan nadanya untuk membantu mentadabburi. Ketika tiba di
ayat tentang siksa dan neraka, suara kita meninggi. Ketika tiba di ayat tentang
surga dan pahala suara kita menjadi tenang. Ketika tiba di ayat tentang ampunan
dan harapan suara kita menjadi lirih. Dan ini termasuk seni mentadabburi qur’an.
Tidak hanya jelas nadanya, tapi juga jangan lupa harus jelas makhrojnya.
Dari 10 kunci ini, yang paling besar perannya ialah nomer 1 dan 2. Tentang hati dan
tujuan. Sebab hati yang keras akan susah saat mentadabburi qur’an. Dan orang yang tak
punya tujuan, akan kesusahan saat harus beristiqomah dalam tadabbur. Sebab tadabbur
itu butuh waktu lama untuk betah, untuk anteng bersama qur’an. Kalau kita tidak
memiliki tujuan yang jelas untuk apa mentadabburi qur’an. Niscaya kita tidak akan ikhlas
duduk berlama-lama dengan al-qur’an.
Sebagaimana setiap orang punya alasan kuat untuk mencintai seseorang, seperti itulah
kekuatan alasan yang perlu kita miliki untuk mentadabburi qur’an. Orang tidak akan
betah berlama-lama dengan seseorang kalau tidak ada rasa cinta didalam hatinya. Begitu
pula dengan qur’an.
Nah, tadabbur adalah bagian dari ilmu tafsir. Secara Bahasa tafsir itu dari kata fassara-
yufassiru-tafsiiran artinya waddhoha-yuwadhhihu atau bayyana-yubayyinu yang artinya
menjelaskan atau memaparkan. Adapun tasir secara istilah yaitu menjelaskan makna
qur’an seperti yang dimaksud/diinginkan Allah.
Jenis-jenis tafsir ada 2:
Tafsiir bil ma’suur: tafsir dengan riwayat.
Tafsiir bir ra’yi: tafsir dengan pandangan manusia.
Jenis ke 2 biasanya digunakan terakhir. Dan fungsinya hanya untuk melengkapi saja.
Adapun tadabbur secara Bahasa artinya adalah merenungkan, tafakkur. Berasal dari kata
dubur (dalam Bahasa Arab) artinya belakang. Maksudnya adalah an’nazhru min
‘awaaqibil umuur artinya melihat dari ujung segala sesuatu.
Tadabbur secara istilah: memikirkan makna qur’an yang mengantarkan sampai kepada
akhir/ujung makna.
Contoh tadabbur: ayat yang pertama turun ialah al-‘alaq 1-5. Maka peradaban islam
dibangun diatas iqra’ (membaca). Awal ayat berisi perintah membaca, ayat terakhir berisi
perintah untuk sujud. Para Ulama mengatakan bahwa setiap ilmu yang kita pelajari, yang
kita dapat dan fahami, harus membuat kita semakin mendekat kepada Allah dan semakin
banyak sujudnya kepada Allah.
Maka perbedaan tafsir dan tadabbur ada pada tujuannya:
Tafsir: mengetahui makna qur’an sesuai apa yang diinginkan Allah.
Tadabbur: memikirkan makna qur’an yang mengantarkan sampai kepada
akhir/ujung makna. Dan ujung dari tadabbur ialah AMAL.
Kaidah tadabbur:
1. Ada ikatan erat antara kalimat-kalimat qur’an dengan beberapa makna
yang berujuang kepada satu tema surat.
Maka orang yang mentadabburi harus mengecek setiap kalimat, bentuknya apa saja,
sampai nanti berujung kepada satu tema besar.
Diibaratkan seperti susunan kalung. Ada mutiara, emas, perak, batu safir. Mutiara,
emas, perak, batu safir. Mutiara, emas, perak, batu safir. Teruuss sampai membentuk
suatu kalung.
Kalau susunan ini dicabut satu per satu, indah atau biasa saja? Biasa saja.
Tapi kalau dirangkai secara berurutan dan rapi, akan jadi LEBIH INDAH DAN
BERMAKNA…. Maknanya ‘ini adalah kalung’!
Jadi, makna-makna itu adalah tentang tema aqidah, tema mu’amalah, tema kisah,
tema ibadah, tema akhlaq, yang nanti akan membentuk satu tema besar.
Contoh:
Surat Al-qiyamah menjelaskan tentang hari kiamat, tapi juga didalamnya ada perintah
untuk tidak membaca qur’an dengan buru-buru, kaitannya apa?
“kalau kita merenungkan al-qur’an jangan buru-buru”
Maka ketika kita mentadabburi qur’an maknai dan renungkan dengan pelan agar
pemahamannya baku dalam satu tema besar.
demikianlah kaidah tadabbur yang baru satu poin. Sebab ustadz maman memang baru
menjelaskan satu poin saja. Tapi dampaknya luar biasa dalam memudahkan kita saat
tadabbur.
Adapun modal tadabbur:
1. Bahasa arab.
2. Asbabun nuzul.
3. Faham makkiyyah madaniyyah.
4. Mengetahui naskh Mansukh.
Kalaupun tidak punya semua modalnya, bukan berarti kita tidak bisa mentadabburi.
Sebab tadabbur itu luas alatnya. Yang penting ialah merasa butuh untuk mentadabburi al-
qur’an. Sebab pemahaman itu datangnya dari Allah. bukan dari kecerdasan manusia.
B. Tadabbur.
Surat: Al-‘alaq (segumpal darah)
Tema besar: Ilmu akhirat yang memberikan manfaat dan menaikkan derajat.
Dari segi makna surat:
“al-‘alaq artinya menggantung. Bahwa manusia itu asalnya adalah segumpal darah yang
bentuknya seperti lintah, dan menggantung di dinding rahim seorang ibu. Hikmahnya,
sehebat apapun prestasi kita di dunia, sekaya apapun harta kita, sebanyak apapun
perusahaan kita, kita tidak bisa apa-apa kalau tidak menggantungkan segala urusan kita
kepada Allah. sebab kita ini makhluq yang punya ketergantungan terhadap Tuhan”
Dari segi figur:
“di surat ini disinggung 2 figur yang hebat, sama-sama memiliki kemuliaan, namun
berbeda jalan.
Ada figure Abu jahal: punya harta banyak, kedudukannya sebagai petinggi quraisy,
pemimpin bani Makhzum, yaitu klan keluarga yang sangat terpandang dikalangan bangsa
Quraisy, memiliki kecerdasan luar biasa dalam hal berbisnis dan berkonspirasi.
Ada juga figure Nabi: punya harta banyak sebab beliau juga pebisnis, kedudukannya
tinggi dimata quraisy sebab beliau amanah sampai-sampai digelari Al-amiin, beliau juga
pemimpin bani hasyim, yaitu klan keluarga yang punya peran juga di Makkah, Nabi juga
punya kecerdasan diatas manusia normal, kecerdasan dalam berbisnis, berdakwah, dan
menebar kebaikan.
Yang pertama adalah orang cerdas yang tidak punya iman, sehingga ia menjadi pribadi
yang kejam, suka menyiksa, menebar terror, dan mengancam. Kecerdasannya digunakan
untuk kejahatan. Untuk merusak Makkah.
Yang kedua adalah orang cerdas yang ada iman dihatinya, sehingga ia menjadi pribadi
yang lembut, peka, penyayang, berani, pembela kebenaran, tidak kenal tunduk kepada
kejahatan, melindungi yang lemah. Kecerdasannya dimaksimalkan untuk kebaikan dan
memperbaiki Makkah.
Artinya, orang kalau cuman punya ilmu tapi imannya rusak, ia hanya akan memiliki
karakter dan akhlaq seperti Abu Jahal. Dan orang kalau selama hidupnya hanya
mengandalkan akal, dan menghilangkan Tuhan. Ia akan jadi orang yang sulit menerima
syari’at dan kebenaran. Sebab kebenaran itu bukan wilayah akal, tapi wilayah taat,
tentang ketundukan kita kepada Allah. maka orang yang selalu mengedepankan akalnya
ia akan sulit taat dan sulit menerima nasihat.
Keduanya sama-sama berilmu, tapi hasilnya beda. Apa yang membedakan? IMAN.
Dan ilmunya Abu Jahal jadi tidak bisa memberikan manfaat untuk ia dan oranglain,
ilmunya malah membahayakan nasibnya di akhirat, sebab tanpa dilandasi iman.
karakter seperti Abu jahal dan Nabi akan selalu ada di setiap zaman. Siapapun yang
mengambil jalan dakwah seperti para Nabi, akan menghadapi lawan seperti Abu jahal,
dan ini termasuk sunnatullah dakwah.”
Dari segi akhlaq:
“Ada 2 akhlaq yang Allah singgung di surat ini. Yaitu istaghna (merasa cukup) dan
togho (melampaui batas).
Hikmahnya, kedua sifat ini rentan menghnggapi para ahli ilmu yang imannya lemah atau
rusak. Dan istaghna adalah tangga pertama sebelum ia menjadi thogho. Orang yang
melampaui batas kebanyakan adalah orang yang ia merasa cukup dengan dirinya, dengan
kecerdasannya, dengan kekayaannya, sehingga ia tidak merasa butuh lagi terhadap
siapapun termasuk Rabbnya, kemudian ia akan berbuat seenaknya, sebab merasa
dirinyalah yang serbabisa, yang serba multitalent.
Maka, pemimpin disebut thaghut ketika ia melewati batas. Sebab thogo dan thagut
berasal dari akar kata yang sama.
Atau seorang ahli ilmu yang membuat penemuan, ia menyangka bahwa penemuan itu
lahir dari kecerdasannya, dari ketajaman akalnya, lalu ia berbuat semena-mena hingga
menlampaui batas. Padahal setiap penemuan yang lahir didunia ini semuanya adalah
karena Allah, sedangkan ia dan akalnya hanya wasilah saja untuk memberikan manfaat
bagi manusia.
Maka untuk menyadarkan orang yang melampaui batas dan bersikap merasa cukup, ialah
dengan inna ilaa rabbikar ruj’aa yaitu dengan mengingatkan bahwa ia akan kembali
kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya”
Dari segi Bahasa:
“makna iqra berdasarkan apa yang dibaca ada 3:
1. Al-manzhuur (yang terlihat)
2. Al-mansyuur (yang tersebar)
3. Al-maktuub (yang tertulis)
Makna iqra berdasarkan tahapan membaca ada 3 juga:
1. Al-jam’u wat tatabbu’
Mengumpulkan dan mengikuti. Ini proses belajar dan mempelajari.
2. At-tabayyun wat tatsabbut
Merenungi dan mengokohkan ilmu. Mengokohkan pemahaman dan banyak
bertanya. Ini proses memahami dan meresapi.
3. Al-iblaagh wal I’laam
Menyampaikan dan mengabarkan. Ini proses mengajarkan.
Makna bismi rabbik ada 2:
1. Meminta tolong kepada Allah dalam aktivitas pembelajaran agar kita difahamkan
ilmunya.
2. Mempelajari panduan dari Allah yang lebih utama.
Kalimat iqra’ disandingkan dengan bismi rabbik sudah cukup untuk menjadi alasan
bahwa Allah ingin kita belajar ilmu tidak lepas dari keimanan. Jangan sampai kita
melepaskan ilmu dari iman atau sebaliknya. Sebab itu akan berbuah kehancuran dan
kesesatan.
Dan ini adalah pesan dari Allah untuk para pemimpin dan pendidik manusia, bahwa
mendidik dan memimpin manusia itu butuh akal dan hati. Sebab ilmu itu berkaitan
dengan akal/ubun ubun. Adapun iman ia adalah pekerjaan hati.
Makna lanasfa’an bin naashiyah
Allah menghinakan dan mencela orang yang suka mengedepankan dan hanya
mengandalkan otaknya, akalnya atau logikanya. Sebab untuk mendapat petunjuk dari
qur’an tidak cukup hanya dengan mengandalkan akal saja tanpa iman.
Di singgungnya ubun-ubun sebab fungsi ubun-ubun sebagai pusat control dan
kepribadian manusia.
Ada 3 sosok yang disinggung dengan kalimat istaghna:
1. Abu jahal>Ahli ilmu.
2. Qorun>Ahli harta.
3. Fir’aun>Ahli kepemimpinan
Artinya, kebaikan dan keburukannya peradaban manusia ditopang dengan 3 hal ini,
keilmuan, harta, dan kepemimpinan. Dan ini berlaku dimana-mana. Kita lihat hari ini,
keburukan menjadi hebat saat ditopang dengan 3 hal ini. Demikian pula kebaikan.
Maka setiap orang memiliki peran yang berbeda beda untuk bisa menopang kebaikan
peradaban.
Surat: Al-qolam (pena)
Tema besar: seruan berakhlaq mulia dan meninggalkan akhlaq tercela.
dari segi penamaan surat:
artinya pena. Hikmahnya penekanan terhadap aktivitas mencatat, menulis, menyalin
pelajaran. Menulis juga termasuk syari’at. Maka hati-hati kalau ada muslim yang gak
suka nulis, artinya dia sudah mengabaikan salah satu syari’at allah. apalagi guru, haram
hukumnya tidak suka menulis.
Menulis adalah wasilah untuk mencapai pemahaman. Dengan menulis seseorang akan
mendapatkan hikmah-hikmah yang baru dari ilmu yang ia dapatkan setelah membaca.
Dari segi kisah dan figure yang disinggung
1. Kisah tentang Al-Akhnas bin syariq ats tsaqofi, seorang pemimpin klan.
Cerdasnya luar biasa, tapi akhlaqnya buruk, yaitu suka mencela Nabi. Ada 10
sifatnya yang Allah singgung pada permulaan surat ini:
a. Suka bersumpah palsu (saat berdagang)
b. Suka mencela.
c. Suka menghina.
d. Suka memfitnah.
e. Suka menghalangi orang dari perbuatan baik.
f. Melampaui batas.
g. Kasar.
h. Dikenal masyarakat karena kejahatannya.
i. Banyak dosa.
j. Termasuk golongan pembohong.
Artinya, 10 sifat ini yang kalau ada dalam diri seseorang, ia tergolong sebagai seseorang
yang punya akhlaq buruk. Maka, Allah ingin kita sebagai muslim, waspada dengan 10
sifat ini.
Dalam kisah Al-akhnas, disinggung tentang psy war (perang urat syaraf yang dilancarkan
oleh petinggi Makkah kepada Nabi)
Dimana ketika mereka berkumpul di darun Nadwah, untuk menyepakati satu julukan bagi
Nabi yang akan mereka sebarkan kepada para pendatang dari luar Makkah di musim haji.
Maka mereka menyepakati agar Nabi disebut sebagai orang gila dan penyihir, lalu
mereka menyebarkan propaganda ini kepada seluruh kabilah arab yang datang di musim
haji ke kota Makkah. Bayangkan, seluruh penduduk arab yang dihasut. Bukan hanya
penduduk Makkah.
Tapi justru, karena hal ini tanpa disadari oleh Abu jahal cs, orang-orang malah semakin
tertarik kepada sosok Nabi. Maka ketika mereka mencoba bertemu langsung dengan Nabi
serta berdialog, mereka malah semakin tertarik. Sebab Nabi menghadapi tuduhan
propaganda tidak dengan tuduhan lagi.
Bahkan Nabi tidak melakukan apa-apa untuk melawan makar itu. Nabi hanya satu,
berakhlaq baik.
Maka, orang-orang pun berfikir, bagaimana mungkin orang yang punya akhlaq mulia
seperti ini adalah penyihir atau orang gila?
Inilah kemudian Allah mengabadikan dampak dari kekuatan Akhlaq mulia Nabi sebagai
guru perdaban dalam melawan propaganda kaum paganis.
Maka, tidak heran betapa pentingnya akhlaq mulia dalam berdakwah.
Berapa banyak pendakwah, yang menyampaikan kebenaran, tapi lupa untuk menjaga
akhlaq, sehingga ummat malah menjauh dari seruan kebenaran itu?
2. Kisah tentang keluarga pemilik kebun.
Ada kebun yang sangat luas, berhektar-hektar, milik keluarga nasrani dari
golongan ahli kitab. Bapaknya suka menyedekahkan hasil perkebunan itu. Namun,
setelah ia meninggal, anak-anaknya tidak mau menyedekahkan hasil kebun.
Mereka berniat untuk panen di pagi hari buta, saat orang miskin masih belum
masuk ke kebun mereka.
Maka, pagi buta besoknya mereka pergi ke kebun, lalu mendapati bahwa kebun
mereka hangus seluruhnya, gosong terbakar seluas luasnya.
Hikmah:
Niat yang buruk, walau belum terlaksana ia dicatat sebagai satu dosa dan
berpotensi mengundang adzab Allah.
Kemaksiatan akan menghalangi keberkahan rezeki. Keberkahan rezeki itu
tidak sebatas harta yang banyak. sebab konsep berkah itu sedikit tapi
mengalir kebaikannya. Berkah rezeki itu bisa datang dari kenikmatan saat
sholat, saat baca qur’an, kenikmatan saat belajar. Masih ada iman. Masih
dimudahkan dalam beramal baik.
Jangan mencari keindahan dunia dengan akhirat.
Pentingnya mentransfer visi pada generasi. Boleh jadi sebab anak-anaknya
tidak mau sedekah lagi, ialah karena orangtuanya tidak membiasakan
mereka untuk sedekah.
Penekanan akan pentingnya peduli, empati, dan peka terhadap kemiskinan
disekitar kita.
Balasan keburukan adlah keburukan yang setimpal.
Allah sampaikan kepada NAbi, agar jangan seperti sahabat paus (Nabi Yunus)
yang pergi meninggalkan kaumnya dengan kondisi marah sebab sudah banyak
sekali diberikan nasihat untuk beriman, tapi keras kepala.
Artinya berdakwah itu butuh kesabaran wahai guru.
Disini ada anjuran untuk tidak tergesa-gesa dalam mendidik dan berdakwah pada
ummat. Sekelas Nabi Yunus saja, yang dakwahnya bertahun-tahun, masih diminta
untuk tidak tergesa-gesa dalam mendidik umat, diminta untuk jangan berharap
hasil. Sebab guru, para pendakwah, adalah penikmat proses, bukan hasil.
Sebab tolok ukur kemuliaan bukan pada kuantitas, tapi pada kualitas.
Makna wasy syaf’I wal watr: demi yang genap dan yang ganjil.
Yang genap adalah yaumun nahr (hari kurban) hari dimulainya ibadah qurban, tanggal 10
dzulhijjah.
Yang ganjil ialah yaumul ‘arafah (hari wukuf) hari dimulainya ibadah haji, tanggal 9
dzulhijjah.
Artinya, kedua waktu ini memiliki keistimewaan disisi Allah ta’ala.
Makna li dzii hijr, adalah bagi yang memiliki akal.
Akal itu ada 3 jenis penamaannya:
1. ‘aqlun: artinya mengikat dan menahan. Maksudnya menahan jiwa dari
kemaksiatan.
2. Nuhaa: artinya mencegah dan menjauhkan. Maksudnya menjauhkan jiwa dari
kemaksiatan.
3. Hijr: artinya melarang. Maksudnya melarang jiwa dari kemaksiatan.
Maka orang yang cerdas ialah yang akalnya berfungsi dengan baik, dan disebut berfungsi
ketika akal itu melarang, mencegah, dan menahan jiwa dari berbuat maksiat dan menuruti
keinginan hawa nafsu.
Makna dakkan dakkaa & shaffan shaffaa: ini adalah 1 kalimat yang sama diulang 2 kali
namun dengan bunyi yang berbeda. Kalimat pertama ikhfa’ kalimat kedua menjadi madd
dengan ketukan 2 harkat. Fungsinya adalah untuk menunjukkan sesuatu yang terus
menerus terjadi. Seolah tidak ada berhentinya.
Pertama dakkan dakkaa. Untuk menunjukkan bahwa kelak dihari kiamat lempengan
bumi akan saling bertabrakan. Dan tabrakannya bukan sekali-duakali, namun berkali kali.
Dan bukan hanya bergetar ke kanan-kiri. Bahkan ke atas-ke bawah. dan pembenturan ini
berkali-kali.
Kedua shaffan shaffaa. Untuk menunjukkan bahwa kelak dihari kiamat, Rabb kita, akan
datang bersama para malaikat dengan keadaan berbaris rapih. Turun dari langit dengan
bershaf-shaf, dengan rapih, seolah tidak ada habisnya. Jadi kalau kita bayangkan, itu
adalah iring-iringan barisan para malaikat.
2. Kaum Tsamuud. Kaumnya Nabi shaleh. Memiliki keunggulan yang sama dengan
kaum ‘Aad. Sama-sama hebat secara akal dan fisik. Mereka dikenal mampu
memahat gunung menjadi gedung. Menyulap bukit menjadi istana. Bukti
kehebatan arsitektur mereka kita kenal hari ini sebagai petra, di Yordania, disebut
oleh para arkeolog sebagai ‘The red rose city’ karena di petra terdapat sebuah
bangunan istana bernama the treasury, yang mana jika tersorot oleh cahaya
matahari pagi, maka dinding istana ini akan berubah menjadi merah seperti
mawar. Tempat ini juga dijadikan sebagai tempat syuting 2 film terkenal,
transformers dan Indianan jones di zaman ini.
Menurut para arkeolog, bangunan petra merupakan komplek istana batunya kaum
tsamuud. Didalamnya ada bangunan untuk public yang besar, dengan kursi
melingkar seperti colosseum di Roma. Kaum tsamuud juga memiliki tunnel
sebagai system irigasi mereka yang tercanggih di zamannya, mereka juga memiliki
system pertahanan kota yang baik. Kita tidak akan bisa memasuki petra kecuali
melalui sebuah celah yang lebarnya tidak lebih dari 2 m. sisanya komplek ini
dikelilingi dengan benteng batu yang tinggi dan saling sambung menyambung.
Istana batu ini berfungsi sebagai tempat mereka berlindung disaat terjadi
pergantian iklim. Jika datang iklim dingin maka mereka masuk ke istana-istana itu
melalui lorong-lorong yang saling terhubung antara rumah mereka dengan istana
itu.
Bayangkan, zaman dulu saja sudah secanggih ini system perkomplekannya,
komplek yang ada hari ini tidak ada bandingannya dengan Petra. Adakah komplek
yang menyediakan tempat berlindung khusus selain rumah yang dijual bila terjadi
perubahan iklim? Adakah komplek yang memiliki tunnel sebesar milik Petra?
Adakah komplek yang memiliki bangunan public besar, dapat dimasuki oleh
masyarakat manapun seperti coosseum Petra?
Namun semegah apapun Petra dengan segala fasilitas dan keindahannya, ketika
penghuninya mengabaikan Allah, tidak mau bersyukur. Seketika penghuni itu
lenyap ditelan zaman. Hanya tersisa bangunan megahnya sebagai saksi bisu
peradaban Kaum tsamud.
3. Kaum Fir’aun. Fir’aun adalah julukan bari para raja Mesir kuno. Dan yang
disinggung disini tentu saja Fir’aun yang terkuat, yang terkenal pada periode
Kerajaan baru, yang mana periode ini merupakan periode terkuatnya mesir kuno,
yaitu Ramses 2. Paling kuat pemerintahannya diantara 170 Fir’aun yang pernah
memerintah Mesir. Dinamakan ramses sebab katanya ia adalah raja yang dipilih
oleh dewa Ra, dewa mata satunya mesir kuno.
Mesir kuno adalah sebuah negara yang sangat luas, dengan pyramida sebagai
warisan dari generasi Kerajaan mesir lama, dan yang terbesar adalah pyramida
Giza yang dibangun di masa Raja Khufu. Pyramida ini dibangun dengan 2 juta
balok batu yang diangkat dari dasar sungai Nil, dan setiap baloknya memiliki berat
sebesar 2.5 ton, tentu untuk sebuah balok batu akan menguras tenaga para pekerja,
maka di masa pembangunan pyramida, Mesir sudah termasuk negara kaya yang
memiliki dana besar untuk membiayai konsumsi para pekerja, pembangunan ini
berlangsung selama 23 tahun, dan Raja khufu memperlakukan para pekerjanya itu
dengan perlakuan yang hina, pyramida ini kemudian menjadi symbol kesaksian
atas kekuasaan absolutnya Raja Khufu, lalu ada sphinx agung khafre milik
puteranya Raja khufu (Raja yang paling kejam diantara raja mesir yang ada),
patung sphinx ini adalah gabungan dari 3 makhluq, singa untuk melambangkan
dewa matahari yaitu Ra, elang untuk melambangkan dewa horus, wajah manusia
untuk mengklaim keilahian demi meredam kebencian rakyatnya, tidak hanya itu,
puteranya pun membangun pyramida seperti milik ayahnya, sampai lalai untuk
beribadah kepada para dewa sehingga ia dibenci oleh rakyat Mesir. serta kuil-kuil
yang berfungsi sebagai makam para raja dan tempat peribadatan dewa-dewa, dan
sungai Nil yang menjadi sentral utama penopang ekonominya mesir kuno.
Peradaban mesir kuno dianggap megah sebab memiliki kuil yang besar dan
banyak sekali. Bayangkan, ada sebuah kuil yang didalamnya terdapat stasiun, itu
sebesar apa coba? Didalam kuil-kuil tersebut ada ribuan lukisan dan gambar yang
bahkan warnanya masih bertahan sampai hari ini, lukisan itu menceritakan tentang
pemerintahan dan peperangan para raja.
Dan setiap kuil memiliki patung-patung Fir’aun yang ukurannya setinggi 10 orang
dewasa jika disusun ke atas. Terutama patung raja ramses yang besarnya
menunjukkan kekuatan pemerintahannya diatas 170 patung fir’aun yang ada.
Peninggalan mesir kuno telah banyak membuat para arkeolog dan ilmuwan
berdecak kagum terhadap kecanggihannya. Padahal dahulu wilayah mesir kuno
adalah wilayah yang akan menjadi lautan jika terkena banjir dari sungai Nil,
namun manusia datang dan merubah tempat ini menjadi tempat yang pantas untuk
disinggahi siapapun. Lembah Nil memiliki kekayaan alam yang luar biasa, mulai
dari mineral, tambang emas, hingga satwa liar yang dapat dikonsumsi. Hanya kayu
yang sulit diperoleh ditempat ini. Kondisi sedemikian rupa membuat orang mesir
kuno bergantung kepada SDA disekitar sungai Nil. Bagi mesir kuno, sungai Nil
berperan layaknya laut bagi Inggris dan pegunungan Alpen bagi Swiss. Dengan
adanya Nil, para Fir’aun (Pharaoh) dapat memimpin pemerintahan Mesir kuno
hampir 1000 tahun lamanya.
Demikianlah kisah kebesaran 3 peradaban yang Allah singgung di surat Al-Fajr, saking
besarnya sampai diabadikan di dalam Al-qur’an. Kaum tsamuud mengikuti gaya hidup
kaum ‘Aad pendahulunya. Mereka berkiblat kepada peradaban ‘Aad, seperti dunia hari
ini berkiblat kepada barat.
Jika disinggung berita tentang suatu peradaban besar didalam qur’an, maka itu adalah
isyarat dari Allah agar kita menelaah secara khusus tentang peradaban yang diisyaratkan
tersebut. Sebab dengan mengetahui seluk beluk kemegahannya kita aka faham maksud
yang diinginkan Allah.
Maka kalau kita hendak berkeliling dunia, berwisata, jangan hanya bertujuan untuk
sekedar melepas penat, apalagi mencari kesenangan ditempat tempat turunnya adzab.
Justru Allah abadikan peradaban kaum yang di adzab agar kita dapat semakin
menguatkan keyakinan kita terhadap Keesaan Allah ta’ala.
Tentunya pemaparan saya disini terkait 3 peradaban itu masih belum cukup untuk
memberikan gambaran utuh tentang kemegahan mereka. Sengaja saya cantumkan sedikit
kemegahan itu dengan harapan munculnya keinginan para pembaca untuk lebih banyak
membaca tentang kekuatan mereka, tentang teknologi mereka, yang sampai-sampai
membuat para ahli ilmu terkagum-kagum. Ahli ilmu lho, siapalah kita yang hanya orang
lalai?
Tidakkah kita penasaran mengapa Allah menyinggung ‘Aad, tsamuud, dan Mesir kuno?
Sudah barang tentu maksud Allah itu akan kita temukan setelah kita mendalaminya.
Allah ingin mengajarkan tentang satu rasa. Satu sudut pandang. Bahwa kebesaran itu
tidak selalu dilihat dari banyaknya fasilitas, dari luasnya infrastruktur. Kebesaran itu
dilihat dari kacamata keimanan. Kalau besar bangsanya, tapi rusak ibadahnya, maka ia
akan seperti puteranya Raja khufu, yang lalai dari ibadah sebab fokusnya infrastruktur.
Dalam surat Al-Fajr ini dikatakan bahwa Fir’aun memiliki pasak-pasak yang tinggi,
ternyata fungsi dari pasak-pasak itu adalah untuk menyula rakyat yang membangkang
terhadap pemerintah. Pasak adalah lambang kediktatoran dan kezhaliman para Fir’aun
yang memerintah mesir. Dan kebinasaan suatu negeri disebabkan karena perbuatan
merusak dan kesewenang-wenangan.
Hikmah selanjutnya ialah, dengan kisah 3 peradaban ini Allah ingin memperlihatkan
kepada kita orang-orang yang punya kreativitas dan inovasi dihancurkan sebab mereka
menyalahi syari’at dalam berkreativitas. Maka syari’at adalah pagar bagi segala sesuatu.
Artinya kedudukan syari’at itu lebih diutamakan diatas kedudukan perkara yang lain.
Maka, kembali lagi ke surat Al-‘Alaq. Mereka adalah orang-orang yang matang secara
keilmuwan namun hampa secara keimanan. Inilah pentingnya memadukan antara iman
dengan ilmu.
Penjelasan:
Nomor 1&2:
Allah ingin mengajarkan kepada kita bahwa kemuliaan tidak terletak pada materi seperti
harta ataupun fasilitas mewah. Sebab terkadang Allah memberikan kemewahan materi
kepada seseorang adalah untuk menguji sebagaimana Allah menguji seseorang dengan
kesempitan. Maka sebetulnya kekayaan yang kita miliki adalah ujian dari Allah.
Orang yang diuji dengan kesulitan dan kesempitan memiliki potensi sadar lebih cepat
ketimbang orang yang diuji dengan kekayaan dan kelapangan. maka jangan merasa
nyaman dengan kekayaan yang Allah berikan.
Kemiskinan bukan tanda kehinaan. Kekayaan bukan tanda kemuliaan. Sebab keduanya
hanyalah ujian. Dan tolok ukur hina dan mulianya seseorang ada pada taqwa, baik dalam
kondisi lapang ataupun sempit. Ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah: “ketika kaya
bersyukur. Ketika miskin bersabar”
Hakikat mulia ialah ketika diberikan taufiq sehingga ia mudah dalam beramal baik.
Hakikat hina ialah ketika diberikan kemudahan dalam beramal buruk.
Dan orang yang tolok ukur suksesnya sebatas materi. Mereka seperti orang kafir. Maka
mereka menjadi masyarakat yang mati. Masyarakat itu terbagi 3.
1. Masyarakat yang hidup: yang bergerak dengan ilmu dan iman. Oerientasi akhirnya
adalah akhirat.
2. Masyarakat yang sakit: yang bergeraknya karena sosok.
3. Masyarakat yang mati: yang hanya mengandalkan logika dan mengabaikan akal.
Orientasinya sebatas materi dunia.
Nomor 3&4:
Tema memuliakan anak yatim dan menanggung beban orang miskin. Ini bicara hubungan
dengan manusia hablun minan naas. Bicara tentang saling peduli. Menumbuhkan empati.
Melatih kepekaan.
Anak yatim dan orang miskin sering sekali menjadi topik didalam Al-qur’an. Ini
menunjukkan bahwa seharusnya hasil didikan al-qur’an akan memiliki jiwa sosial yang
tinggi. Ia akan peduli dengan kaum lemah disekitarnya.
Terutama Karena Al-qur’an ini melahirkan para pemimpin. Maka sebagai pemimpin
jangan sampai melupakan hak-hak rakyat lemah yang tinggal di negaranya.
Namun terkadang kita salah juga kalau terlalu fokus berkontribusi secara materi saja
untuk kaum yatim dan miskin ini. Sebab mereka akan memiliki mental tangan dibawah
atau mental peminta. Sehingga terbiasa diberi, dan ketika diminta memberi ia tidak siap.
Anak yatim dan orang miskin memiliki hak-hak yang sama dengan orang yang
berkecukupan dan berlebih. Sama-sama butuh nutrisi untuk badan dan hati.
Buya hamka berkata soal hak. Hak itu ada 2. Hak badan dan hak hati. Hak badan
dipenuhi dengan makanan yang sehat, pakaian yang menutup aurat, olahraga yang cukup,
istirahat yang cukup. Dan hak hati dipenuhi dengan pendidikan, pengajaran, kegiatan
ilmiah, diskusi, ibadah, tilawah, dan berdzikir.
Maka kalau kita hendak berkontribusi kebaikan untuk kaum yatim dan miskin, jangan
lupakan hak hati mereka.
Nomer 5&6:
Tema harta warisan dan sifat cinta materi. Lagi-lagi Al-qur’an menyoroti problem yang
amat sering menjadi sumber kerusakan dan perpecahan manusia. Yaitu harta.
Pembahasan tentang harta akan sangat panjang sekali, tapi saya hanya akan mengambil
yang pentingnya saja untuk jadi bahan tadabbur.
Pertama mengapa Allah menyorot tentang harta? Satu, harta hari ini kebanyakan menjadi
sebab kerusakan manusia. Dua, dengan sikap mencintai harta berlebihan akan membuat
manusia cenderung menghalangi hak orang dari hartanya dan cenderung memakan yang
haram.
Menghalangi hak orang dari harta kita tidak hanya dalam bentuk pelit saja. Tapi juga
korupsi, monopoli perdagangan, aktivitas trading, judi, perbisnisan kotor, cuci uang, atau
saat kita tahu ada orang sedang kesusahan soal harta tapi kita memilih untuk pura-pura
tidak peduli, padahal boleh jadi didalam isi dompet kita ada hak mereka.
Orang yang punya harta berbeda dengan orang yang punya ilmu. Orang yang punya harta
akan selalu merasa khawatir akan keamanan harta yang ia miliki, kemudian ia akan
menyewa satu batalyon polisi, membangun pagar besi yang tinggi, memasang puluhan
CCTV. Hidupnya, fokusnya akan tersedot untuk menjaga aset, menjaga proyek. Lalu ia
akan lupa dengan pendidikan anaknya, lupa dengan ibadahnya, hingga akhirnya jauh dari
keluarga, jauh dari Tuhan. Meja makan yang dahulu ketika dimasa hidup sederhana
begitu ramai dengan canda dan tawa isteri dan anaknya. Kini hanya menjadi penghias
dapur saja agar ruangan tidak menganggur.
Adapun orang yang punya ilmu. Ia akan hidup tenang, fokusnya hanya ilmu. Dan ilmu
tidak perlu penjagaan fisik seperti menjaga aset atau proyek besar. Ilmu dijaga dengan
ibadah. Ilmu dititipkan kepada Yang Esa. Kemanapun ia melangkah orang akan
mengerubunginya. Menjadi tempat solusi bagi oranglain. Di kala ia kekurangan harta,
orang akan datang memberi harta dan meminta ilmu dari kita, urusan harta pun terpenuhi.
Saat ia terdampar di sebuah pulau, ia akan dengan mudah menghidupi diri sendiri, sebab
ilmu bisa dibawa kemana-mana. Beda dengan harta yang wujudnya secara fisik.
Dan para Ulama telah memberikan solusi bagi orang yang ingin mengikis rasa cintanya
terhadap materi, harta atau dunia. Yaitu dengan berperilaku zuhud serta menyuburkan
sedekah.
Apa itu zuhud? secara istilah zuhud berarti mengambil dunia seperlunya. Jangan sampai
salah faham. Kebanyakan hari ini saat dikatakan “zuhudlah kamu!” maka yang terbayang
oleh orang-orang adalah sesosok orangtua ringkih yang berpakaian compang-camping
banyak tambalan disana-sini. Membawa tongkat kayu rapuh. Memakai sorban. Aduh!
kenapa pula zuhud itu harus memakai orang yang pakai sorban? selain itu kemudian
sandalnya hanya sandal capit yang hamper mau putus. Tidak! Tidak! Tolong berhenti
dari sudut pandang seperti itu!
Bagaimana jika orang yang dibayangkan adalah laki-laki? Sementara dalam Qur’an
diajarkan bahwa laki-laki harus punya qowwamah (kekokohan) salah satunya qowwamah
secara harta. Lah kalau pakaiannya saja compang-camping, penuh tambalan sana-sini.
Bagaimana ia menghidupi oranglain? Menghidupi anak-anaknya? Menghidupi isterinya?
Maka, yang dimaksud zuhud itu adalah mengambil dunia seperlunya untuk menghidupi
diri, isteri, dan anak-anak. Zuhud itu maksudnya tidak berlebihan dalam mengelola harta!
Nah! Itu.
Kemudian menyuburkan sedekah. Artinya, dengan melepas apa yang kita cintai.
Diharapkan akan lepas pula rasa cinta kita terhadap barang itu. Ada sebuah kisah tentang
sedekah.
Suatu hari sahabat Umar pernah keasyikan mengurus kebun sampai lupa waktu shalat.
Maka ia pun menyedekahkan kebunnya yang berhektar-hektar itu untuk ummat, alias
mewakafkan. Anda tahu? Bahwa wakaf itu bentuk keikhlasan dalam bersedekah yang
paling tinggi. Sebab ia mampu melepaskan harta yang sifatnya produktif, yang
manfaatnya terus-menerus, untuk kepentingan islam.
Maka, saya ulang lagi bahwa tujuan dari memperbanyak harta kekayaan adalah agar
wakafnya banyak. tema wakaf ini luar biasa sekali, sebab wakaf juga berarti menghidupi
ummat dengan keikhlasan. Sehingga ekonomi pun pulih, ummat bangkit lebih cepat,
apalagi dihidupi dari aset yang diberikan dengan keikhlasan.
Semoga kita disibukkan Allah untuk bisa menyuburkan sedekah dan wakaf.
C. Khotimah.
Demikianlah sedikitnya catatan tentang tadabbur Al-qur’an dari surat Al-‘alaq sampai Al-
fajr. setiap kebenaran yang ada itu datangnya dari Allah, dan setiap kesalahan yang ada
itu murni dari saya selaku manusia. Semoga catatan ini dapat mendorong kaum muslimin
untuk melek kembali terhadap Al-qur’annya, sebab ia adalah potensi luar biasa dari Allah
untuk kita. Namun jika tidak, maka setiap amalan tergantung kepada niatnya. Do’a anda
semua sangat saya harapkan, agar Allah memaafkan kesalahan saya, dan meridhoi saya
pada hari dimana harta dan anak tidak akan berguna, kecuali siapa yang datang dengan
membawa hati yang bersih.