Materi Webinar Perilaku Sambungan Balok Beton Pracetak Dan Korbel Baja Iwf Di Daerah Sendi Plastis
Materi Webinar Perilaku Sambungan Balok Beton Pracetak Dan Korbel Baja Iwf Di Daerah Sendi Plastis
09/02
2021
3. Jembatan 5.157.227
7. Saluran 1.013.940
Wisma Atlet Jakarta Tiang pancang besar, Jakarta Giant Sea Wall
3. “Sambungan Beton Pracetak” salah satu tema
I. PERKEMBANGAN BETON PRACETAK
A. Pengertian & Keuntungan
Sistem balok dan kolom terdiri dari balok dan kolom dalam portal rangka dengan
sambungan : balok ke kolom, balok ke balok, kolom ke kolom dan kolom ke
fondasi.
C. Pengertian ‘Joint & Connection’ (FIB, 2004)
Join adalah pertemuan permukaan antara dua atau lebih elemen struktur,
dimana aksi dari gaya (seperti: tarik, geser, tekan) dan atau momen mungkin
terjadi.
Sambungan adalah sebuah rangkaian, memadukan satu atau lebih pertemuan
permukaan atau bagian dari komponen join, di desain untuk menahan aksi dari
gaya atau momen. Oleh karena itu desain sambungan adalah sebuah fungsi
dari kedua komponen struktur dan join di antara keduanya,
D. Tipe Sambungan Komponen Pracetak
Sambungan pada elemen pracetak dapat direncanakan dalam dua
katagori (SNI 7833, 2012) yaitu:
Sambungan kuat (strong connection), bila leleh lentur
direncanakan terjadi diluar sambungan.
ACI 318019
2. Sistem join
a. Sambungan daktilitas terbatas
Biasanya sambungan kering (dry connections) yang terbentuk dengan mengelas
atau membaut tulangan atau pelat atau penyisipan baja, dan grouting.
b. Sambungan daktail
Umumnya merupakan sambungan kering dengan tendon prategang tidak terlekat
(unbonded) yang digunakan untuk menghubungkan komponen beton pracetak.
E. Praktek konstruksi pracetak
1. Kanada
Konstruksi beton pracetak struktural dimulai di Kanada pada tahun 1950-an. Contoh
awal mencakup struktur beton pracetak satu lantai seluas 10.000 m2 dengan sistem
rangka kolom dan gelagar yang dibangun di Edmonton tahun 1955 dan gedung
apartemen pracetak delapan lantai yang dibangun di Winnipeg tahun 1960.
2. Meksiko
Unit lantai beton pracetak diperkenalkan di Meksiko pada 1950-an untuk
pembangunan tempat tinggal. Sejumlah kecil bangunan dengan rangka penahan
momen yang dilengkapi dengan pracetak elemen beton bertulang telah dibangun
sejak tahun 1960-an.
3. Selandia Baru
Penggunaan beton pracetak dalam sistem lantai satu arah sudah umum digunakan
pada tahun 1960-an. Unit lantai pracetak umumnya menggunakan beton
prategang. Pertengahan 1980-an signifikan peningkatan aplikasi beton bertulang
pracetak untuk rangka struktur penahan momen.
4. Amerika
Beton pratekan pracetak pertama kali digunakan dalam pembangunan Walnut
Lane Memorial Jembatan di Philadelphia, Pennsylvania, pada tahun 1950. Sejak
saat itu, dikembangkan aplikasi struktural beton prategang pracetak.
F. Standar Desain
1. Tahun 1980-an para pakar Selandia baru mulai mengembangkan sistem pracetak tahan
gempa
2. Tahun 1992 konsep sistem pracetak tahan gempa masuk dalam New Zealand Standard
(NZS).
2. Tahun 1992 -2002 Amerika dan Jepang mulai melakukan penelitian mengenai sistem
pracetak tahan gempa melalui program PRESSS (Precast Seismic Structural System).
3. Program PRESSS, NEHRP (National Earthquake Hazards Reduction Program) dan PCI
(Precast/Prestressed Concrete Institut) terus membahas rumusan sistem pracetak tahan
gempa, yang secara resmi masuk pertama kali pada ACI 318-2002.
4. Pada peraturan perencanaan struktur beton SNI 03-2847-2002, sistem pracetak yang cara
penyambungannya tidak mengikuti “cara konvensional”, diatur Pasal 23.3.2.1(5), namun
cara pengujian dan analisis untuk dapat membuktikan kekuatan dan ketegaran suatu
usulan sistem sambungan pracetak belum ditetapkan secara jelas.
5. Tahun 2004 PCI memasukkan sistem pracetak tahan gempa pada ‘PCI Design Handbook’
edisi
6. Pada ASCE 7-05, sistem pracetak masuk list dalam tabel yang memuat parameter
perencanaan struktur tahan gempa.
7. Pada ACI 318-08 yang akan menjadi referensi SNI perencanaan struktur beton terbaru,
secara jelas telah dicantumkan mengenai struktur rangka pemikul momen khusus untuk
sistem pracetak pada Pasal 21.8. Cara pengujian dan analisis untuk membuktikan
kekuatan dan ketegaran suatu usulan sistem sambungan pracetak, yaitu ACI 374.1.
8. Tahun 2012, dikeluarkan SNI 7833 tentang Tata Cara Perancangan Beton Pracetak dan
Prategang untuk Bangunan Gedung yang mengacu pada ACI 318-08.
Beberapa sistem beton pracetak join balok-kolom yang telah dikembangkan di Indonesia
(sumber: Puslibang Permukiman, 2011)
Sambungan balok
dengan balok
Sambungan balok-kolom
Tiga sistem utama yang digunakan secara luas pada
penyambungan konstruksi beton bertulang pracetak
penahan momen di New Zealand. (Restrepo, dkk., 1995)
Korkmaz, 2005
Yang, 2010
Khoo, 2006
Detail
Sambungan
Korkmaz &
Tankut , 2005
SPIRCON
1. Gedung KMTS UGM (3 lantai)
WIKA BETON
2. Kavling 2 Project (11 lantai)
3. Building Precast RS ST Coralus
(3 lantai basement & 8 lantai atas)
4. Rehab Gedung Dinas Pendidikan
1. Gedung KMTS UGM 3 lantai
Pemasangan kolom
Komponen struktur
Pemasangan balok
Sambungan balok-kolom
4. Gedung Dinas Pendidikan DKI Jakarta
Sambungan balok-kolom
F. LITERATUR
C. HIPOTESIS
1. Model sambungan yang dirancang sebagai sambungan kuat akan
mampu menyalurkan gaya-gaya yang bekerja di antara kedua
bagian yang disambung dan menghasilkan sendi plastis di luar
sambungan.
2. Model sambungan dapat memenuhi persyaratan-persyaratan
yang berlaku, antara lain kekuatan, disipasi energi, kekakuan,
daktilitas, dan mekanisme keruntuhan.
3. Pemberian pelat sisip pada celah sambungan tidak berpengaruh
pada kinerja sambungan.
D. BATASAN MASALAH
1. Objek penelitian adalah 3 unit sambungan antara balok beton pracetak
dan balok baja IWF yang merupakan komponen dari struktur gedung
beton pracetak, terdiri dari 2 sistem sambungan las dan 1 sistem
sambungan baut.
2. Dimensi benda uji didasarkan pada prototipe bangunan perkantoran 3
lantai pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dengan mutu beton
fc’ = 29 MPa, mutu baja tulangan fy = 420 MPa, dan mutu baja IWF fy =
240 MPa
3. Sambungan dilakukan pada balok beton pracetak di daerah potensi
terjadinya sendi plastis dan diberikan beban lateral siklik bolak balik.
E. KEBARUAN
Perkembangan penelitian sambungan balok beton dari beberapa
peneliti terdahulu menjadi arahan pada penelitian ini
Sambungan kuat yang diusulkan Khoo (2006) adalah sambungan beton bertulang yang diletakkan
pada lokasi menjauh dari muka kolom dengan jarak melebihi tinggi balok (H). Sambungan kuat pada
penelitian ini adalah sambungan antara balok baja (korbel) yang menempel pada kolom dengan
balok beton pracetak.
F. LIRETARUR 2
Elemen-elemen yang
dihubungkan
menggunakan sambungan Gambar tipikal bentuk hyteritic loops
kuat adalah dimaksudkan
mengalami leleh lentur di Paulay and Priestly (1992):
luar sambungan (SNI 2847, -Loop pada Gambar (b) menunjukkan
2019) perilaku daktail pada sendi plastis balok.
-Sistem struktur dengan daktilitas penuh
memiliki tingkat daktilitas lebih dari 3,5
-Tingkat redaman untuk respon elastik
Strength degradation ratio (SDR) dari masing-masing beton struktural adalah 2% hingga 7%.
rasio Δ/L tidak boleh lebih besar dari 25% (ACI 374.1,
2005). 3
Kekakuan secant pada rasio Δ/L 3,5%
Disipasi energi relatif tidak boleh kurang dari 1/8
atau 12,5% (SNI 7834, 2012. tidak boleh kurang dari 5% kali
kekakuan awal (SNI 7834, 2012)
1
G. MODEL
BENDA UJI
3
1. Balok beton
2 2. Kolom beton
3. Join baja
4 5
Prototipe
Gambar:
1. Bangunan 3 lantai
2. Komponen sambungan
3. Sambungan balok
4. Detail benda uji 1, 2
5. Detail benda uji 3 PBC-1 PBC-3
PBC-2
2 3 4
Gambar:
1. Penempatan strain gauge
2. Pengecoran benda uji
3 & 4. Instal benda uji 1 & 2
5 & 6. Instal benda uji 3
7. Susunan baut Benda uji 3
I. UJI PENDAHULUAN
1. Sambungan Las antara Tulangan dan Pelat Baja
1 3
2
Hasil pengujian:
- Kuat tarik > 550 MPa,
- Kuat leleh antara 420 s.d. 540 MPa,
- Benda uji WC-3, kuat tarik 1,27 kali
kuat leleh. (>1,25)
Sesuai grade 60 atau 420 MPa (ACI
WC-1 WC-2 WC-3
318-19).
4
Gambar:
1. Penulangan balok
beton pracetak
2. Variasi benda uji
3. Setup pengujian
4. Grafik kuat leleh
dan kuat tarik
5 5. Aplikasi model
sambungan
I. UJI PENDAHULUAN
2. Pretension dan Koefisien Slip
3
1
Hasil Pengujian:
Gambar:
Pretension 125,88 kN > 124,55 kN sesuai standar untuk
baut A325 diameter ¾” atau 19 mm (AISC- 360-10). 1. Tabel hasil pretension
2. Tabel hasil koefisien slip
Koefisien slip μ = 0,3, sesuai standar untuk pekerjaan
persiapan mutu A (ANSI/AISC 360-16).
3. Setup Pengujian koefisien
slip
J. SETUP PENGUJIAN UTAMA
2 3
1
5
4 LVDT-1
LVDT-2
157 cm Gambar:
LVDT-3
1. Rencana setup
LVDT-4 2. Hasil setup
3. Channel data logger
4. Setup PBC-1 & PBC-2
5. Setup PBC-3
1. KEKUATAN K. HASIL PENGUJIAN
Hysteretic Loops
Semua loop pada benda uji
1 menunjukkan perilaku daktail
pada sendi plastis balok.
Paulay & Priestly (1992)
Dorong Tarik
4 5
PBC-1
2
Nilai rata-rata rasio disipasi energi relatif benda uji adalah 44,40%.
Nilai tersebut memenuhi syarat minimal 12,5% (SNI 7834, 2012).
Gambar EVDR pada benda uji
Kekakuan rata-rata benda uji PBC-1, PBC-2 dan Persentase kekakuan benda uji PBC-1, PBC-
PBC-3 pada saat beban maksimun berturut- 2 dan PBC-3 pada rasio Δ/L 3,5% berturut-
turut adalah 1,8 kN/mm, 1,7 kN/mm dan 2,2 turut adalah 22,3%, 25,5% dan 21,9% dari
kN/mm. Kekakuan pada beban arah tarik lebih kekakuan awal, memenuhi syarat minimal
kecil daripada kekakuan pada beban arah
dorong dengan rasio rata-rata 68,3%. 5% (SNI 7834: 2012).
4. Tingkat Daktilitas
EEPC Benda
Uji PBC-3
Nilai daktilitas pada struktur didapatkan berdasarkan hasil analisis equivalent elastic
plastic curve (EEPC) . Nilai terkecil daktilitas benda uji adalah 5,62, sehingga
sambungan dikatagorikan sebagai sistem struktur dengan daktilitas penuh (Paulay &
Priestly, 1992); (SNI 1726:2002).
5. Mekanisme Keruntuhan
PBC-3
PBC-1
Tulangan longitudinal
pada benda uji PBC-1
mengalami regangan
leleh mulai pada rasio
Δ/L 0,75%. Tulangan
sengkang dan balok Gambar regangan tulangan longitudinal
baja IWF belum
mengalami regangan
leleh sampai akhir
pengujian.
Regangan yang terjadi pada tulangan longitudinal dan baja IWF memperlihatkan bahwa model
sambungan mampu menyalurkan gaya-gaya yang bekerja diantara kedua balok yang
disambung.
Pola Retak dan Pola Keruntuhan
Gambar kegagalan terjadi pada daerah sendi plastis balok beton pracetak
Sambungan antara balok beton pracetak dengan balok baja IWF merupakan
sambungan kuat, sehingga keruntuhan terjadi pada daerah sendi plastis
balok beton pracetak.
L. KESIMPULAN
2. Model sambungan
a. Strength degradation ratio (SDR) ketiga benda uji memenuhi persyaratan yaitu
kurang dari 25% (ACI 374.1:2005).
b. Rata-rata disipasi energi relatif (β) dari ketiga benda uji memenuhi persyaratan
yaitu minimal 12,5% (SNI 7834:2012).
c. Persentase kekakuan benda uji pada saat rasio Δ/L 3,5% memenuhi persyaratan
yaitu minimal 5% kali kekakuan awal (SNI 7834:2012).
d. Benda uji dikategorikan sebagai sistem struktur dengan daktilitas penuh
(SNI 1726:2002)
3. Penambahan pelat sisip baja sebagai pengisi celah tidak berpengaruh pada
kinerja sambungan. Besarnya kekuatan, kekakuan, mekanisme keruntuhan benda
uji PBC-1 dan PBC-2 mendekati sama.
M. SARAN
Draft paten berisi diskripsi invensi yang diajukan yang terdiri dari :
1. Judul Invensi, dibuat dalam huruf kapital dan tidak digaris bawah;
2. Bidang Teknik Invensi, memuat secara umum dimana invensi ini termasuk di
dalam bidang teknik tersebut dengan mengemukakan kekhususannya;
3. Latar Belakang Invensi, yang menerangkan teknologi yang ada sebelumnya serta
masalah yang terdapat pada teknologi tersebut, yang coba ditanggulangi oleh
invensi;
4. Ringkasan Invensi, memuat ciri teknis dari pokok invensi yang diungkapkan
dalam klaim;
5. Uraian Singkat Gambar (jika terdapat gambar/bersifat optional) , untuk
menerangkan mengenai gambar yang disertakan;
6. Uraian Lengkap Invensi, merupakan suatu pengungkapan invensi yang
selengkap-lengkapnya, tidak boleh ada yang tertinggal atau tidak diungkapkan;
7. Klaim, memuat pokok invensi dan tidak boleh berisikan gambar atau grafik tetapi
dapat memuat tabel rumus matematika atau reaksi kimia;
8. Abstrak, berisi ringkasan dari uraian lengkap invensi dan tidak lebih dari 200 kata;
9. Gambar (jika terdapat gambar)