DISUSUN OLEH:
KELAS : 1B
KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahcurahkan
rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
TaklupaShalawat serta salam semoga terlimpahcurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in-tabi’innya, dan kita selaku umatnya bisa
mendapatkan syafaat di yaumil akhir.
Harapan kami
sebagaipenyusunadalahsemogamakalahinibisaditerimadenganbaikolehdosenpembimbingjuga
bisabermanfaatbagisemuapembaca.Kami menyadaribahwadalampenyusunanmakalah yang
kami buatinijauhdari kata sempurna.Untukitu kami sebagaipenyusunmengharapkankritikdan
saran yang bersifatmembangundaripadapembaca demi kesempurnaanmakalahini.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
I.3. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB III....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
A. Kebijakan PPI.................................................................................................................................2
1. Latar Belakang...........................................................................................................................2
2. Strategi Kemenkes Tentang PPI.................................................................................................2
3. Tujuan PPI..................................................................................................................................3
B. Definisi Istilah-istilah PPI................................................................................................................3
C. RANTAI PENULARAN INFEKSI.......................................................................................................23
BAB IV..................................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................................26
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................26
B. SARAN..........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan untuk
mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota
Department of Health, 2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi,
sedangkan pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko terjadinya infeksi. Dengan
demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini adalah mencegah dan mengendalikan
infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari
sumber di sekitar penderita yang sedang dirawat (Darmadi, 2008).
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan
jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit yang
berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya seperti Hepatitis dan
HIV/AIDS.
I.3. Tujuan
1. Menjelaskan latar belakang PPI
1
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kebijakan PPI
1. Latar Belakang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan
untuk mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan
(Minnesota Department of Health, 2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar
tidak terjadi infeksi, sedangkan pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko
terjadinya infeksi. Dengan demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini
adalah mencegah dan mengendalikan infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan
dan transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang
dirawat (Darmadi, 2008).
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), tidak terpisah dari
komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi,
keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi
infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan
resiko penularan penyakit-penyakit yang berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan pengobatannya seperti Hepatitis dan HIV/AIDS.
2
HAIs. Untuk itu, perlu pelatihan pelatihan agar didapat tenaga kesehatan yang
profesional dan terampil.
3. Tujuan PPI
Tujuan dari Program PPI adalah untuk Meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi;
Melindungi sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang
berbahaya; serta Menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial.
2. Antisepsis
a. Larutan yang berbahan dasar alkohol ( tingtur )seperti iodin atau klorheksidin
3
c. Klorheksidin glukonat ( 2 - 4 % )
d. Iodin ( 3 % )
g. Triklosan 0,2 - 2 %
3. Desinfektan
b. Klorin 0,1%
c. Glutaraldehida
DTT Kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid
(Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak digolongkan sebagai disinfektan tingkat
tinggi. Alkohol tidak membunuh virus dan spesies pseudomonas bisa tumbuh dalam
larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan sebagai disinfektan
jika disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®, Karbol® dan Densol® (asam
karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai disinfektan tingkat rendah dan
tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT. Tablet formalin hanya
efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk gas jenuh, Penggunaan tablet formalin
sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet bersama sarung tangan, bahan-bahan atau
perlengkapan dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja secara efektif.
Formaldehid (formalin) merupakan bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi
digunakan sebagai disinfektan.
Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah
klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan
perendaman selama 20 menit makan peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi
secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Lihat gambar rumus yang
digunakan dalam membuat larutan.
5. Sterilisasi
Sterilisasi adalah semua mikroba termasuk bakteri akan terbunuh dapat
dilakukan dengan menggunakan pemanasan uap (autoklav) atau dengan panas kering,
dapat juga dilakukan dengan glutaraldehid atau formaldehid selama 10 jam dan secara
komplit membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang
telah di dekontaminasi dengan tepat. Misalnya pada peralatan kedokteran atau
keperawatan yang dipakai.
5
D. Sterilisasi dengan radiasi
E. Sterilisasi dengan filtrasi
6. Agen
7. Host
Host adalah tanpa campur tangan medis dari suatu penyakit pada individu
mulai dari awal terpapar suatu agent patogen sampai akhir proses penyakit,
penyembuhan atau meninggal.
8.Reservoir
Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang
biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik
lainnya. Pada manusia terdapat permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas
atas, usus dan vagina.
9. Penjamu
Penjamu rentan adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. 3 faktor
yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar
yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan. Sedangkan faktor
lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status
ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
Dampak HAIs
6
HAIs mempunyai dampak yang luas bagi pasien, keluarga pasien dan masyarakat
hingga pemberi layanan kesehatan (Rohani&Setio, 2010).
a.Pasien.
Dampak HAIs bagi pasienada banyak, antara lain: fungsi organ menurun,
bahkan beberapa kasus dapat menimbulkan kecacatan dan kematian. Pasien juga
akanmenjalani pemeriksaan dan pengobatan tambahan yang seharusnya tidak perlu
dijalani.
11. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui
disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
12. Infeksi
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak
dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan
infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.
7
Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar:
a. Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
b. Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti HIV,
karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.
13. Insfeksi
d. Bandingkan area sisi tubuh dan bandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
14. Patogenitas
Patogenesis adalah istilah kedokteran yang berasal dari bahasa Yunani pathos,
penyakit, dan genesis, penciptaan. Patogenesis merupakan keseluruhan proses
perkembangan penyakit atau patogen, termasuk setiap tahap perkembangan, rantai
kejadian yang menuju kepada terjadinya patogen tersebut dan serangkaian perubahan
struktur dan fungsi setiap komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sel,
jaringantubuh, organ, oleh stimulasi faktor-faktor eksternal seperti faktor mikrobial,
kimiawi dan fisis.
15. Virulensi
8
pencernaan (gastrointestinal), urogenitalia, atau kulit yang telah terluka. setelah
masuk, patogen harus melalui brmacam-macam sistem pertahanan tubuh sebelum
dapat hidup dan berkembangbiak di dalam inangnya. Contoh sistem pertahanan inang
meliputi kondisi asam pada perut dan saluran urogenitalia, fagositosis oleh sel darah
putih, dan bermacam-macam enzim hidroitik dan proteolitik yang dapat ditemukan di
kelenjar saliva, perut, dan usus halus. Bakteri yang memiliki kapsul polisakarida di
bagian luarnya seperti Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis memiliki
kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup.
c.Kemampuan invasif: bakteri invasif adalah bakteri yang dapat masuk ke dalam sel
inang atau menembus permukaan kelenjar mukus sehingga menyebar dari titik awal
infeksi. Kemampuan invasif didukung oleh adanya enzim yang mendegradasi matriks
ektraseluler seperti kolagenase.
d.Toksin bakteri: Beberapa bakteri memproduksi toksin atau racun yang dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu: endotoksin dan eksotoksin. Eksotoksin adalah protein
yang disekresikan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Di sisi lain, endotoksin
adalah lipopolisakarida yang tidak disekresikan melainkan terdapat pada dinding sel
bakteri gram negatif.
16.Suseptibilitas Penjamu
Definisi RAP
RAP adalah deskripsi tentang perkembangan alamiah, tanpa campur tangan medis
dari suatu penyakit pada individu (host) mulai dari awal terpapar suatu agent patogen
sampai akhir proses penyakit, penyembuhan atau meninggal.
17. Immunitas
Imunitas yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh
biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons
kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing
disebut respons imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan
mengidentifikasi berbagai macam pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri,
virus sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar tetap berfungsi secara normal.
9
Sistem imun bawaan merupakan bentuk pertahanan awal yang melibatkan penghalang
permukaan, reaksi peradangan, sistem komplemen, dan komponen seluler. Sistem
imun adaptif berkembang karena diaktifkan oleh sistem imun bawaan dan
memerlukan waktu untuk dapat mengerahkan respons pertahanan yang lebih kuat dan
spesifik. Imunitas adaptif (atau dapatan) membentuk memori imunologis setelah
respons awal terhadap patogen dan membuat perlindungan yang lebih ditingatkan
pada pertemuan dengan patogen yang sama berikutnya. Proses imunitas dapatan ini
menjadi dasar dari vaksinasi.
18. Kronis
Nyeri kronis adalah jenis penyakit yang menyebabkan kerusakan jaringan yang dapat
berlangsung selama berbulan-bulan hingga menahun. Kondisi yang paling umum
adalah osteoarthritis, rheumatoid arthritis, migrain, tendinitis dan carpel tunnel
syndrome. Kronis berbeda dari nyeri akut. Nyeri akut adalah sensasi jangka pendek
yang menyadarkan kita adanya cedera
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki “tingkat nyeri” yang menjadi ciri khas
dari rasa sakit berdasarkan tiga tingkatan: ringan, sedang dan berat.
10
19. Inaktifasi
20. Klorinasi
Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin kedalam air yang telah
menjalani proses filtarsi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi
air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang,
dan air minum di Negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan,
biayanya relative murah, mudah, dan efekti. Senyawa-senyawa klor yang umum
digunkan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor
dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin.
11
Manfaat Klorin
Berikut beberapa kegunaan klorin:
a. Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal.
b. Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hydrogen sulfide.
c. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air.
d. Dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang dapat
mengubah bau dan rasa pada air.
e. Dapat membantu proses koagulasi.
21. Pasteurisasi
Tidaksepertisterilisasi,
Pasteurisasitidakdimaksudkanuntukmembunuhseluruhmikroorganisme di
makanan.Bandingkandenganapertisasi yang diciptakanoleh Nicolas
Appert.Pasteurisasibertujuanuntukmencapai “pengurangan log”
dalamjumlahorganisme.Mengurangijumlahmerekasehinggatidaklagibisamenyebabkan
penyakit (dengansyaratproduk yang
telahdipasteurisasididinginkandandigunakansebelumtanggalkadaluwarsa).Sterilisasisk
alakomersialpadamakananmasihbelumumum, karenadapatdipengaruhi rasa
dankualitasdariproduk.
Produk yang bisadispateurisasiyaitu.
a. Susu
b. Anggur
c. Bir
d. Jus buah
e. Cider (sari buahapel)
f. Madu
g. Telur
h. Makanankaleng
Adalahperawatanprofilaksis yang di
mulaisegerasetelaheksposurterhadappenyakit (sepertipenyakit yang diakibatkanoleh
virus) untukmencegahpenyakitsemakinparah. PEP
umumnyadigunakandansangatefektifuntukmencegahperkembangan rabies
setelahgigitanbinatang yang terkena rabies.
12
Perawatantermasukpenyuntikanulangvaksinasi rabies
danimmunoglobin.Padakasusinfeksi
HIV.Profilaksisinimerupakanbagiandariobatantiretrovialuntukmengurangiresikoserok
onversisetelahkejadiandenganresikotinggieksposur HIV.
Penyakit menular adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen
biologi (seperti virus, bakteri, atau parasite), bukan disebabkan factor fisik (seperti
luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).
Cara-cara penularan penyakit yaitu:
a. Media langsung dari orang keorang (permukaan kulit) jenis penyakit yang
ditularkan antara lain:
1) Rabies
2) Trakoma
3) Scabies
4) Erisipelas
5) Antraks
6) Gas-gangren
7) Penyakit pada kaki dan mulut
b. Melalui media udara penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai air
bome disease jenis penyakit yang ditularkan antara lain:
1) TBC paru
2) Varicella
3) Difteri
4) Influenza
5) Variola
6) Morbili
7) Meningitis
8) Demam scarlet.
24. Kolonisasi
13
organisme yang sangat virulent sekalipun memerlukan kondisi trtentu untuk dapat
menyebabkan infeksi yang berarti. Beberapa bakteri kloni, misalnya corynebacteria
sp, dan viridans streptococci menghalangi pelekatan dan kolonisasi yang dilakukan
oleh bakteri patogen, sehingga memberikan keuntungan bagi inang dengan mencegah
infeksi dan mempercepat sembuhnya luka.
25. Mikroorganisme
26. Etiologi
Merupakan pembelajaran tentang sebab dan asal muasal. Kata tersebut berasal
dari Bahasa Yunani yaitu altlologia, yang artinya “menyebabkan”.
Di bidang kedokteran, istilah ini mengacu pada penyebab dari suatu penyakit atau
gangguan kesehatan. Ketika suatu etiologic suatu penyakit tidak dapat ditentukan atau
diketahui secara pasti, penyebab penyakit ini disebut idiopatik.
Dalam bidang epidemiologi, dibutuhkan sejumlah bukti yang dikumpulkan secara
Bersama untuk menyimpulkan suatu penyebab. Selain itu, juga perlu dibedakan antara
penyebab dan sosialisasi atau kolerasi statistis. Untuk membedakan kedua hal
tersebut. Penelitian eksperimental dengan intervensi merupakan bukti yang paling
memenuhi syarat dalam menegakan suatu penyebab etiologic kadang-kadang
merupakan suatu bagian dari serangkaian sebab akibat. Suatu agen etiologis mungkin
membutuhkan suatu kofaktor independent yang mendukung untuk menjadi suatu
penyebab.
Salah satu contoh untuk kasus ini misalnya, penyakit ulkus peptic dapat dipicu
oleh stres, membutuhkan adanya sekresi asam lambung, dan memiliki etiologic
primer infeksi Helicobacter pylori. Kerangka kerja seperti diatas dapat di gunakan
untuk mencari etiologi yang sebenarnya dari banayk penyakit kronis yang masih
belum di ketahui penyebabnya.
14
Sejumlah penyakit seperti diabetes atau hepatitis yang didefinisikan
berdasarkan tanda gejalanya. Mencakup berbagai kondisi berbeda yang masing
masing disebabkan oleh etiologic yang berbeda. Sebaiknya, etiologic tunggal seperti
virus Epstein-Barr, dalam kondisi berbeda dapat menyebabkan penyakit yang
berbeda, misalnya mononucleosis, karsinoma nasofaring. Atau limfoma Burkitt.
27. Patofisiologi
28. Patogen
Ialah berasal dari Bahasa Yunani yang artinya penyebab penderitaan adalah
agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen
adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang
mengacaukan fisiologi hewan dan tumbuhan multisaluler. Namun patogen dapat pula
menginfeksi organisme unisaluler dari semua pekerjaan biologi.
Umumnya hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan
penyakit, sementara sisanya dapat menimbulkan penyakit. Patogen oportunis adalah
patogen yang janrang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki
imunokompetensi namun dapat menyebabkan penyakit/infeksi yang serius pada orang
yang tidak memiliki imunokompetensi. Patogen oportunis ini umumnya adalah
anggota dari flora normal pada tubuh.istilah oportunis sendiri merujuk kepada
kemampuan dari suatu organisme untu mengambil kesempatan yang diberikan oleh
penurunan sistem perhatian inang yang menimbulkan penyakit.
Pada umumnya semua patogen semua patogen pernah berada di luar sel tubuh
dengan rentag waktu tertentu (ekstrasaluler)saat mereka terpapar oleh mekanisme
antibodi, tetapi pada saat patogent memasuki fase intraseluler yang tidak terjangkau
oleh anti bodi saat mrereka terpapar oleh mekanisme antibodi, tetapi saat patogen
memasuki fase intraseluler yang tidak terjangkawai anti bodi. Sel T akan memainkan
perannya.
29. Antigen
15
Adalah suatu zat dimana tubuh menganggapnya sebagai zat asing dan akan
memicu respon oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen atau protein dan biasanya
ditemukan pada permukaan organisme menular (termasuk beberapa bakteri dan
virus), sel-sel darah yang ditransfusikan, dan transplantasi organ.Kehadiran antigen
memicu produksi antibodi, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen dan baik
akan menetralkan itu, menyebabkannya kehancuran dirinya sendiri, atau menarik
leukosit untuk melaksanakan penghancuran.Ketika antigen masuk ke dalam tubuh,
sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi terhadap itu. Antibodi selalu berbentuk
Y. Hal ini seperti pertempuran dengan tentara (antibodi) dari penyerang
(antigen).Jenis sel darah putih yang disebut limfosit yang mengenali antigen sebagai
benda asing dan menghasilkan antibodi yang spesifik untuk antigen itu. Setiap
antibodi memiliki situs pengikatan dengan bentuk yang unik yang mengunci ke
bentuk spesifik antigen.Antibodi menghancurkan antigen (patogen) yang kemudian
ditelan dan dicerna oleh makrofag. Sel darah putih juga dapat menghasilkan zat kimia
yang disebut antitoksin yang menghancurkan toksin (racun) beberapa bakteri
menghasilkan ketika mereka telah menyerang tubuh.Tetanus, difteri dan demam
scarlet adalah semua penyakit di mana bakteri mengeluarkan racun. Setelah mikroba
penyerang telah dihancurkan respon imun akhirnya mereda.
Fungsi antigen yaitu Mekanisme antigen memicu munculnya antibodi
digunakan sebagai dasar imunisasi. Pada proses imunisasi, kuman yang dimatikan
atau dilemahkan sengaja disuntikkan ke dalam tubuh sehingga tubuh membentuk
antibodi.Jika suatu ketika ada kuman liar yang mempunyai karakteristik sama masuk
ke dalam tubuh, akan segera dinetralkan oleh antibodi yang telah terbentuk
sebelumnya.
30. Antibodi
Berasal dari bahasa Latin “Anti” yang berarti “melawan” dan “Bodiq” yang
berarti “tubuh”. Pengertian antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh yang
berasal dari protein darah jenis gama-globulin yang diubahnya untuk melawan zat
antigen (zat asing) yang masuk ke dalam tubuh. Berbagai jenis antibodi memiliki sifat
sebagai berikut:
a. Opsonin adalah antibodi yang bersifat merangsang serangan leukosit terhadap
antigen atau kuman.
b. Lisin adalah antibodi yang bersifat menghancurkan antigen atau kuman.
c. Presipirin adalah antibodi yang bersifat mengendapkan antigen dan kuman.
d. Aglutinin adalah antibodi yang bersifat menggumpalkan antigen, aglutinogen,
atau kuman.
31. Imunisasi
16
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006).Imunisasi adalah usaha memberikan
kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar
tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu
(Hidayat,2008).
Imunisasi BCG
Kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada
pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada penyakit
TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasi hepatitis B, kita bisa memeriksa
titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya > 10 /g dianggap memiliki
kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari
100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang
anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah
terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang
dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.
Polio
Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang
sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang kedua
inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan,
murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan.Kalo yang
injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain
itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya
17
ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena daya
tahan tubuhnya lemah.
32. Imunitas
Sistem imun merupakan struktur yang luar biasa efektif dalam hal spesifisitas,
indusibilitas, dan adaptasi. Namun, kegagalan pertahanan bisa juga terjadi dan dibagi
menjadi tiga kelompok besar: imunodefisiensi, autoimunitas, dan hipersensitivitas
Imunodefisiensi
Imunodefisiensi terjadi ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif.
Kemampuan sistem imun untuk merespons patogen berkurang pada anak-anak dan
orang tua, pada kasus orang tua disebabkan oleh imunosenesens Di negara-negara
berkembang, penyebab melemahnya sistem imun yaitu obesitas, penyalahgunaan
alkohol, dan penggunaan obat.Namun, malnutrisi adalah penyebab paling umum yang
menyebabkan imunodefisiensi di negara berkembang. Diet dengan protein yang tidak
mencukupi dikaitkan dengan gangguan imunitas seluler, aktivitas komplemen, fungsi
fagosit, konsentrasi antibodi IgA, dan produksi sitokin. Selain itu, ketiadaan timus
pada usia dini melalui mutasi genetik atau pengangkatan melalui operasi
mengakibatkan imunodefisiensi yang parah dan kerentanan tinggi terhadap infeksi.
Imunodefisiensi juga bisa muncul akibat faktor turunan atau perolehan (didapat).
Penyakit granuloma kronis, yaitu penyakit dengan rendahnya kemampuan fagosit
untuk menghancurkan patogen, adalah contoh dari imunodefisiensi turunan.
Sementara itu, AIDS dan beberapa jenis kanker merupakan contoh imunodefisiensi
dapatan.
Autoimunitas
18
Autoimunitas adalah respons imun terlalu aktif termasuk fungsi imun yang tidak
berfungsi baik sehingga berakhir pada gangguan autoimun. Sistem imun tidak mampu
membedakan dengan tepat antara self dan non-self, sehingga dapat menyerang bagian
dari tubuh. Pada keadaan kondisi yang normal, banyak sel T dan antibodi bereaksi
dengan peptida self. Terdapat sel khusus (terletak di timus dan sumsum tulang) yang
menyajikan limfosit muda dengan antigen self yang dihasilkan pada tubuh dan untuk
membunuh sel yang dianggap antigen self, akhirnya mencegah autoimunitas.
Beberapa contoh penyakit autoimun yaitu artritis rematoid, diabetes melitus tipe 1,
penyakit Hashimoto, dan lupus eritematosus sistemik.
Hipersensitivitas
Apa itu Pengertian Infeksi? Secara umum istilah Infeksi biasa kita definisikan
sebagai suatu penyakit yang diakibatkan karena tubuh kita telah kemasukan kuman
atau virus, ini benar akan tetapi pengertian infeksi yang lebih tepatnya adalah : suatu
keadaan dimana adanya suatu organisme pada jaringan tubuh yang disertai dengan
gejala klinis baik itu bersifat lokal maupun sistemik seperti demam atau panas sebagai
suatu reaksi tubuh terhadap organisme tersebut. Jika gejala demam tersebut bersifat
mendadak, maka disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi jika demamnya secara
bertahap atau lambat, maka biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Secara Definisi, Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing
(luar) terhadap organisme inang (tubuh), dan bersifat pilang yaitu membahayakan
inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sumberdaya (sarana) yang
dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri dan itu merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan
19
organ tubuh, bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan.
Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik,
walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus,
prion, dan viroid. Simbiosis antara parasit dan inang, di mana salah satu pihak
diuntungkan dan pihak lainnya dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang
kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.
Secara umum infeksi ini terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1. Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
2. Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV,
karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.
Infeksi awal
Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel tubuh
(ekstraselular) atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya (intraselular). Patogen
intraselular lebih lanjut dapat diklasifikasikan lebih lanjut:
patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus dan
beberapa bakteri (Chlamydia, Rickettsia, Listeria).
Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi patogen,
misalnya oleh eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau sekresi endotoksin
yang memicu sekresi sitokina oleh makrofaga, dan mengakibatkan gejala-gejala lokal
maupun sistemik
Infeksi yang muncul selama seseorang dirawat dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama dirawat atau setelah dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum,
pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72
jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk
rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomia
Fokus infeksi
Salah satu contoh terbaik dari topik ini adalah fokus infeksi yang dimiliki oleh
virus HIV, berupa putusnya mata rantai sistem kekebalan seluler[6] karena hilangnya
kemampuan sel T CD4 untuk teraktivasi dan terdiferensiasi menjadi sel T pembantu.
Terputusnya mata rantai tersebut terjadi perlahan tanpa memantik sistem imun oleh
sebab sifat laten retrovirus. Sejumlah kecil PSK Gambia dan Kenya yang selalu
terpapar infeksi HIV selama 5 tahun melalui fluida reproduksi[7][8] justru
menunjukkan respon imun adaptifsel T CD8 dan sel TH1[9] yang merespon berbagai
macam epitop HIV tanpa disertai respon antibodi.
20
Selain itu, modus yang digunakan oleh virus HIV adalah pemotongan jalur
informasi seluler dengan menempel pada reseptor kemokin CCR5 dan CXCR4, selain
pada CD4.[10] Reseptor CCR5 merupakan ekspresi dari sel dendritik, makrofaga dan
sel T CD4. Ekspresi CXCR4 adalah reseptor pada sel T CD4 setelah teraktivasi.
Kompetisi pada area reseptor CCR5 oleh sekresi kemokin RANTES, MIP-1α, and
MIP-1β menunjukkan respon imun terhadap infeksi HIV.
34. Inflamasi
Pengertian Inflamasi
Inflamasi adalah salah satu respon protektif terhadap cedera atau kerusakan
jaringan dengan cara menghancurkan, mengurangi, atau mengurung agen atau
senyawa asing yang masuk untuk mempertahankan homeostasis tubuh dan membuang
sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.Inflamasi berasal dari
kata inflammare yang berarti membakar. Inflamasi merupakan respon protektif yang
sangat diperlukan oleh tubuh dalam upaya mengembalikan ke keadaan sebelum
cedera atau untuk memperbaiki diri sendiri sesudah terkena cedera.
Menurut Ikawati (2011), inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera
jaringan ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan
homeostasis tubuh akibat adanya agen atau senyawa asing yang masuk.
Menurut Robbins (2004), inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan
untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan
nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.
Tanda-tanda Inflamasi
Menurut Price dan Wilson (2005), tanda-tanda umum yang terjadi pada proses
inflamasi yaitu rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), kalor (panas setempat
yang berlebihan), dolor (rasa nyeri), dan fungsiolaesa (gangguan fungsi/kehilangan
fungsi jaringan yang terkena). Adapun penjelasan dari tanda-tanda inflamasi adalah
sebagai berikut:
a. Rubor (Kemerahan)
21
Rubor terjadi pada tahap pertama dari proses inflamasi yang terjadi karena darah
terkumpul di daerah jaringan yang cedera akibat dari pelepasan mediator kimia tubuh
(kinin, prostaglandin, histamin). Ketika reaksi radang timbul maka pembuluh darah
melebar (vasodilatasi pembuluh darah) sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke
dalam jaringan yang cedera.
b. Tumor (Pembengkakan)
Tumor merupakan tahap kedua dari inflamasi yang ditandai adanya aliran plasma
ke daerah jaringan yang cedera. Gejala paling nyata pada peradangan adalah
pembengkakan yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler,
adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera
sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang interstitium.
c. Kalor (Panas)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa panas
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain
di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit.
Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan.
d. Dolor (Nyeri)
Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal: 1. Adanya peregangan
jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat
menimbulkan rasa nyeri. 2. Adanya pengeluaran zat-zat kimia atau mediator nyeri
seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf-saraf perifer
di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri.
e. Fungsiolaesa
Jenis-jenis Inflamasi
Menurut Robbins dan Kumar (1995), terdapat dua jenis inflamasi yaitu:
a. Inflamasi akut
Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari beberapa
menit sampai beberapa hari, dan ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma
serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol. Inflamasi akut hanya terbatas
pada tempat inflamasi dan menimbulkan tanda-tanda serta gejala lokal. Inflamasi akut
22
merupakan respon langsung dan dini terhadap agen inflamasi. Biasanya inflamasi akut
ditandai dengan penimbunan neutrofil dalam jumlah banyak.
b. Inflamasi kronik
Rantai infeksi adalah sebuah model yang digunakan untuk memahami proses infeksi.
Rantai Infeksi terdiri atas : agen infeksi, reservoir, portalkeluar dari reservoir, cara penularan,
dan portal masuk ke dalam host.Pemahaman karakteristik setiap poin dalam mata rantai dapat
membuat perawat merawat pasien yang rentan dengan infeksi lebih baik lagi. Sebuah
kesadaran siklus ini juga menjadikan perawat lebih berpengetahuan tentang metode
perlindungan diri.
23
b. RESERVOIR
Bibit penyakit (mikroba pathogen) dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan
sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa cara.
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dan
orang yang ditulari. Misalnya penularan penyakit kelamin seperti Sypilis, Gonorhoe, dan
penyakit kulit scabies (kudis).
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi, dalam perjalanan sebelum
siap dikonsumsi antara lain:
b. Waktu pengangkutan: misalnya diangkut dengan alat angkut yang tidak seharusnya.
Penyakit–penyakit yang menular dengan cara ini antara lain: Cholera, thypus
abdomalis, Dysentri.
24
3. Melalui Serangga (Artrhopod Borne Infection)
Bibit penyakit yang menular melalui serangga (arthropoda). Dalam hal ini serangga
pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakit ataupun sebagai (transmiter)
saja. Misalnya:
Bibit penyakit yang menular dengan perantaraan percikan ludah pada penderita
batuk atau bercakap-cakap. Misalnya:penyakit diphteri disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteriae.
Metode transfer oleh organisme yang bergerak atau dibawa dari satu tempat ke
tempatlain. Tangan pekerja kesehatan dapat membawa bakteri dari satu orang ke
orang lain.5. PORTAL OF ENTRY
6. SUSCEPTIBLE HOST
25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan untuk
mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota
Department of Health, 2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi,
sedangkan pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko terjadinya infeksi. Dengan
demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini adalah mencegah dan mengendalikan
infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari
sumber di sekitar penderita yang sedang dirawat (Darmadi, 2008).
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan
jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit yang
berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya seperti Hepatitis dan
HIV/AIDS.
tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan fasyankes lainnya
adalah, menciptakan budaya patient safety; memperbaiki akuntabilitas rumah sakit;
menurunkan angka HAIs dan melakukan pencegahan agar kejadian yang tidak diinginkan
tidak terulang kembali.
Menkes menyebutkan 5 isu utama Patient Safety yaitu: safety untuk pasien, safety untuk
petugas kesehatan, safety untuk institusinya, safety untuk lingkungan dan safety untuk bisnis.
Tujuan dari Program PPI adalah untuk Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi; Melindungi sumber
daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang berbahaya; serta
Menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial.
Ruang lingkup dari Program PPI meliputi Pencegahan Infeksi, Pendidikan dan Pelatihan,
Surveilans, dan Penggunaan Obat Antibiotik secara Rasional, terang Menkes.
Menkes mengatakan, pelaksanaan peningkatan program PPI saat ini memiliki
tantangan di masa mendatang. Jumlah rumah sakit dan fasyankes sangat banyak dan terus
bertambah, serta keterbatasan sumber daya manusia yang terampil di bidang HAIs. Untuk itu,
perlu pelatihan pelatihan agar didapat tenaga kesehatan yang profesional dan terampil.
26
B. SARAN
Bagipetugaskesehatan :
Untukmelakukanupayapromosikesehatan 2 kali 1
tahunsepertimengkampanyekanbentukinfeksiatauhal yang
dapatmenyenyebabkaninfeksinosokomial. Membentukkomite medic
pengendalianinfeksinosokomialuntukmembuatkebijakan agar
perludilakukanpengawasandanevaluasisecararutin. Agar
petugaskesehatanpetugasaktifmengikutiperkembanganilmupengetahuantentanginfeksinosoko
mialsehinggamenambahwawasanbarudalaminfeksinosokomial.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://alfialfinfo.blogspot.com/2017/07/konsep-pencegahan-dan-pengendalian.html
http://www.kerjanya.net/faq/5261-asepsis.html
https://www.kompasiana.com/djuhartono/550003208133119a17fa7050/antisepsis
https://aniromaningsih.blogspot.com/2015/05/sterilisasi-dan-desinfeksi-tingkat.html
https://www.academia.edu/32805497/PENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_INFEKSI
_TERKAIT_PELAYANAN_KESEHATAN_DI_LAHAN?auto=download
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7355/f.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
http://www.depkes.go.id/article/view/1710/program-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-
nosokomial-merupakan-unsur-patient-safety.html
https://id.scribd.com/doc/213280699/DESINFEKSI-TINGKAT-TINGGI
http://warungbidan.blogspot.com/2016/03/disinfeksi-tingkat-tinggi-dtt-pada.html
https://brainly.co.id/tugas/177208
https://www.google.com/amp/s/galihendradita.wordpress.com/2017/04/17/dekontaminasi-
melalui-disinfeksi-dan-sterilisasi-dalam-rumah-sakit/amp/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Infeksi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Inspeksi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Patogenesis
https://wanenoor.blogspot.com/2011/06/pengertian-patogenesis.html?m=1#.XabuRJkxdkw
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Patogen
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasteurisasi
https://id.wikipedia.org/wiki/Profilaksis_pascapajanan
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular
https://id.wikipedia.org/wiki/Kolonisasi_(biologi)
https://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Etiologi
http://detiklife.com/2014/10/03/pengertian-patofisiologi-beserta-contohnya/
https://id.wikipedia.org/wiki/Patogen
https://budisma.net/2015/02/pengertian-antigen.html
https://pengertianahli.id/2013/10/pengertian-antibodi-apa-itu-antibodi.html
https://idtesis.com/pengertian-imunisasi-dan-beberapa-jenis-imunisasi/
https://www.kajianpustaka.com/2019/05/inflamasi.html?m=1
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-infeksi-apa-itu-pengertian-infeksi.html?
m=1 , https://id.m.wikipedia.org/wiki/Infeksi
28