Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MIKROBIOLOGI KEBIDANAN

“PENCEGAH DAN PENGENDALIAN INFEKSI”

DISUSUN OLEH:

ELLYA S 1910630100028 NENENG ANISAH 1910630100053

FAKHRIANI 1910630100031 PUTRI LARASATI 1910630100061

HANI NATALIA F 1910630100034 SITI APRIALDA N. 1910630100067

INDRIYANI 1910630100037 SRI WULAN ANDRIYANI 1910630100070

INTAN N 1910630100038 WANDA DARA SAFITRI 1910630100078

IRMA CHANDRA 1910630100039 WIDYA NATASYA 1910630100080

KURNIA PRASASTI 1910630100047

KELAS : 1B

DIPLOMA 3 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

KARAWANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahcurahkan
rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
TaklupaShalawat serta salam semoga terlimpahcurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in-tabi’innya, dan kita selaku umatnya bisa
mendapatkan syafaat di yaumil akhir.

Harapan kami
sebagaipenyusunadalahsemogamakalahinibisaditerimadenganbaikolehdosenpembimbingjuga
bisabermanfaatbagisemuapembaca.Kami menyadaribahwadalampenyusunanmakalah yang
kami buatinijauhdari kata sempurna.Untukitu kami sebagaipenyusunmengharapkankritikdan
saran yang bersifatmembangundaripadapembaca demi kesempurnaanmakalahini.

Karawang, Oktober 2019

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
I.3. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB III....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
A. Kebijakan PPI.................................................................................................................................2
1. Latar Belakang...........................................................................................................................2
2. Strategi Kemenkes Tentang PPI.................................................................................................2
3. Tujuan PPI..................................................................................................................................3
B. Definisi Istilah-istilah PPI................................................................................................................3
C. RANTAI PENULARAN INFEKSI.......................................................................................................23
BAB IV..................................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................................26
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................26
B. SARAN..........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan untuk
mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota
Department of Health, 2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi,
sedangkan pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko terjadinya infeksi. Dengan
demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini adalah mencegah dan mengendalikan
infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari
sumber di sekitar penderita yang sedang dirawat (Darmadi, 2008).

Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan
jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit yang
berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya seperti Hepatitis dan
HIV/AIDS.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah latar belakang PPI?

2. Apa saja istilah-istilah dalam pencegahan infeksi?

3. Bagaimanakah penularan penyakit infeksi?

I.3. Tujuan
1. Menjelaskan latar belakang PPI

2. Menjelaskan istilah-istilah dalam pencegahan infeksi

3. Menjelaskan rantai penularan penyakit infeksi

1
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kebijakan PPI

1. Latar Belakang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan
untuk mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan
(Minnesota Department of Health, 2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar
tidak terjadi infeksi, sedangkan pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko
terjadinya infeksi. Dengan demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini
adalah mencegah dan mengendalikan infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan
dan transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang
dirawat (Darmadi, 2008).
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), tidak terpisah dari
komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi,
keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi
infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan
resiko penularan penyakit-penyakit yang berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan pengobatannya seperti Hepatitis dan HIV/AIDS.

2. Strategi Kemenkes Tentang PPI


Menkes menegaskan, tujuan utama pengembangan program patient safety di
rumah sakit dan fasyankes lainnya adalah, menciptakan budaya patient safety;
memperbaiki akuntabilitas rumah sakit; menurunkan angka HAIs dan melakukan
pencegahan agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terulang kembali.
Menkes menyebutkan 5 isu utama Patient Safety yaitu: safety untuk pasien,
safety untuk petugas kesehatan, safety untuk institusinya, safety untuk lingkungan dan
safety untuk bisnis.
Tujuan dari Program PPI adalah untuk Meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi; Melindungi sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit
infeksi yang berbahaya; serta Menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial.
Ruang lingkup dari Program PPI meliputi Pencegahan Infeksi, Pendidikan dan
Pelatihan, Surveilans, dan Penggunaan Obat Antibiotik secara Rasional, terang
Menkes.
Menkes mengatakan, pelaksanaan peningkatan program PPI saat ini memiliki
tantangan di masa mendatang. Jumlah rumah sakit dan fasyankes sangat banyak dan
terus bertambah, serta keterbatasan sumber daya manusia yang terampil di bidang

2
HAIs. Untuk itu, perlu pelatihan pelatihan agar didapat tenaga kesehatan yang
profesional dan terampil.

3. Tujuan PPI

Tujuan dari Program PPI adalah untuk Meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi;
Melindungi sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang
berbahaya; serta Menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial.

B. Definisi Istilah-istilah PPI


1. Asepsis
Asepsis adalah suatu keadaan bebas kuman atau mikroorganisme penyebab
penyakit. 
Fungsi:
Tindakan asepsis bertujuan mencegah terjadinya kontaminasi dari luka
terbuka, baik luka operasi atau luka lain. Di dalam tindakan operasi, pencegahan
infeksi merupakan tujuan awal yang penting. Tindakan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut antara lain mencuci tangan, pembersihan daerah yang akan
dioperasi (termasuk mencukur rambut yang ada di daerah operasi), penggunaan alat
yang bebas kuman (steril), dan penggunaan antibiotik profilaksis (pencegahan).

Untuk menciptakan keadaan asepsis digunakan beberapa macam zat yang


dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Zat yang digunakan
merupakan cairan khusus untuk jaringan hidup, berbeda dengan zat desinfektan yang
diperuntukan untuk benda-benda mati. Beberapa jenis zat yang sering digunakan yaitu
alkohol, povidon yodium, dan etakridin. Povidon yodium dipasarkan dengan nama
dagang Betadine, Septadine, Isodine. Etakridin memiliki nama dagang Rivanol.

2. Antisepsis

Antisepsis adalah proses pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit,


selaput lendir atau jaringan tubuh lain menggunakan antimikroba ( antisepsis ).
Penggunaan antisepsis umumnya untuk kebersihan tangan atau pembersihan kulit
sebelum tindakan bedah. Pilihan antisepsis yang efektif adalah :

a. Tidak menyebabkan rusak atau teriritasinya kulit atau selaput lendir

b. Tidak mempunyai efek residu, tapi proses penghancuran tetap berjalan

Beberapa antisepsis yang dianjurkan :

a. Larutan yang berbahan dasar alkohol ( tingtur )seperti iodin atau klorheksidin

bAlkohol 60 - 90 % etil, isopropil atau " methylated spirit "

3
c. Klorheksidin glukonat ( 2 - 4 % )

d. Iodin ( 3 % )

e. Iodofor ( 7,5 - 10 % ) konsentrat lain Betadin

f. Kloroheksilenol ( Para-kloro-metaksilenol atau PCMX ) --> 0,5 - 3,75 %,


konsentrat lain Dettol

g. Triklosan 0,2 - 2 %

3. Desinfektan

Adalah bahan kimia yang membunuh atau menginaktivasi mikroorganisme

Contoh larutan desinfektan :

a. Klorin pemutih 0,5%

untuk dekontaminasi permukaan yang lebar

b. Klorin 0,1%

Untuk DTT kimia

c. Glutaraldehida

Mahal harganya, biasanya digunakan untuk sterilisasi kimia

4. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme


kecuali endospora bakteri pada benda matidengan cara merebus, mengukus, atau
penggunaan desinfektan kimiawi.

DTT dengan Cara Merebus:

a. Gunakan panci dengan penutup yang rapat

b. Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan

c. Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam air

d. Mulai panaskan air

e. Mulai hitung waktu saat air mendidih

f. Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan


waktu dimulai

g. Rebus selama 20 menit

h. Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus


4
i. Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan

DTT Kimiawi

Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid
(Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak digolongkan sebagai disinfektan tingkat
tinggi. Alkohol tidak membunuh virus dan spesies pseudomonas bisa tumbuh dalam
larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan sebagai disinfektan
jika disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®, Karbol® dan Densol® (asam
karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai disinfektan tingkat rendah dan
tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT. Tablet formalin hanya
efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk gas jenuh, Penggunaan tablet formalin
sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet bersama sarung tangan, bahan-bahan atau
perlengkapan dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja secara efektif.
Formaldehid (formalin) merupakan bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi
digunakan sebagai disinfektan.

Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah
klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan
perendaman selama 20 menit makan peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi
secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Lihat gambar rumus yang
digunakan dalam membuat larutan.

5. Sterilisasi

         Sterilisasi adalah semua mikroba termasuk bakteri akan terbunuh dapat
dilakukan dengan menggunakan pemanasan uap (autoklav) atau dengan panas kering,
dapat juga dilakukan dengan glutaraldehid atau formaldehid selama 10 jam dan secara
komplit membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang
telah di dekontaminasi dengan tepat. Misalnya pada peralatan kedokteran atau
keperawatan yang dipakai.

      Cara sterilisasi yaitu :

A.      Sterilisasi dengan pemanasan kering


(1).       Pemijaran atau flambar
(2).      Dengan cara udara panas kering
B.      Sterilisasi dengan pemanasan basah
(1).       Dimasak dalam air biasa
(2).      Dengan uap air
(3).       Dengan uap air bertekanan tinggi
C.      Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia

5
D.      Sterilisasi dengan radiasi
E.      Sterilisasi dengan filtrasi

6. Agen

Agen adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Pada manusia


dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit. Dipengaruhi oleh 3 faktor,
yaitu, patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis, atau load).

7. Host

Host adalah tanpa campur tangan medis dari suatu penyakit pada individu
mulai dari awal terpapar suatu agent patogen sampai akhir proses penyakit,
penyembuhan atau meninggal.

8.Reservoir

Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang
biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik
lainnya. Pada manusia terdapat permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas
atas, usus dan vagina.
9. Penjamu
Penjamu rentan adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. 3 faktor
yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar
yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan. Sedangkan faktor
lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status
ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.

10. HAIs (Health-care Associated Infections)


HAIs adalah istilah yang digunakan untuk infeksi yang didapat di rumah sakit dan
fasilitas kesehatanlainnya, infeksi yang terjadi sebagai akibat intervensi kesehatan
(Mitchell,etal.,2014). Intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk penyembuhan dan
perawatan pasien, seperti pembersihan cairan tubuh, injeksi/pengambilan darah,
pemasangan kateter, perawatan luka dan lain-lain. Apabila tindakan tersebut tidak
dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan akan berpotensi menularkan
penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan pada petugas kesehatan
(Nursalam,2011;Akibetal, 2008).

Dampak HAIs

6
HAIs mempunyai dampak yang luas bagi pasien, keluarga pasien dan masyarakat
hingga pemberi layanan kesehatan (Rohani&Setio, 2010).
a.Pasien.

Dampak HAIs bagi pasienada banyak, antara lain: fungsi organ menurun,
bahkan beberapa kasus dapat menimbulkan kecacatan dan kematian. Pasien juga
akanmenjalani pemeriksaan dan pengobatan tambahan yang seharusnya tidak perlu
dijalani.

b.Keluarga pasien dan masyarakat.


Jika keluarga pasien atau masyarakat terjangkit akan meningkatkan biaya rawat,
memperpanjang waktu rawat. Jika waktu perawatan bertambah, maka produktivitas
kerja akan menurun. Serta anggota keluarga yang lain, yang menjaga pasien juga
dapat terinfeksi.

c.Pemberi pelayanan kesehatan


Jika suatu rumah sakit banyak terjadi kasus HAIs pada pasiennya akan
mengakibatkan citra rumah sakit tersebut menjadi buruk. Pasien pun dapat menuntut
pihak rumah sakit, selain itu jika petugas kesehatan terjangkit HAIs akan menurunkan
optimalitas kinerja petugas tersebut.

11. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui
disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

12. Infeksi

Infeksi atau jangkitan adalah kolonalisasi(mengacu pada mikroorganisme yang tidak


bereplikasi[1] pada jaringan yang ditempatinya. Sedangkan "infeksi" mengacu pada
keadaan di mana mikroorganisme bereplikasi dan jaringan menjadi terganggu) yang
dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat paling
membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana
yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan
inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka
kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang
terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan
sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas,
mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak
dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan
infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.

7
Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar:

a. Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh

b. Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti HIV,
karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.

13. Insfeksi

Inspeksi adalah proses pemeriksaan dengan metode pengamatan atau


observasimenggunakan panca indra untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien.
Masalah kesehatan yang dideteksi berupa bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan
lainnya dari tubuh pasien.

Cara Melakukan Inspeksi

a. Atur posisi sehingga bagian tubuh dapat diamati secara detail.

b. Berikan pencahayaan yang cukup.

c. Lakukan pengamatan untuk area ukuran, bentuk, warna, kesimetrian,posisi dan


abnormalitasnya.

d. Bandingkan area sisi tubuh dan bandingkan dengan bagian tubuh lainnya.

e. Lakukan secara teliti dan jangan terburu-buru.

14. Patogenitas

Patogenesis adalah istilah kedokteran yang berasal dari bahasa Yunani pathos,
penyakit, dan genesis, penciptaan. Patogenesis merupakan keseluruhan proses
perkembangan penyakit atau patogen, termasuk setiap tahap perkembangan, rantai
kejadian yang menuju kepada terjadinya patogen tersebut dan serangkaian perubahan
struktur dan fungsi setiap komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sel,
jaringantubuh, organ, oleh stimulasi faktor-faktor eksternal seperti faktor mikrobial,
kimiawi dan fisis.

15. Virulensi

Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding lurus


dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi dipengaruhi
oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme pertahanan inang, dan
faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi diukur dengan menentukan
jumlah bakteri yang menyebabkan kematian, sakit, atau lesi dalam waktu yang
ditentukan setelah introduksi.

Faktor Virulensi Bakteri

a.Transmisibilitas: Tahap pertama dari proses infeksi adalah masuknya


mikroorganisme ke dalam inang melalui satu atau beberapa jalur: pernapasan,

8
pencernaan (gastrointestinal), urogenitalia, atau kulit yang telah terluka. setelah
masuk, patogen harus melalui brmacam-macam sistem pertahanan tubuh sebelum
dapat hidup dan berkembangbiak di dalam inangnya. Contoh sistem pertahanan inang
meliputi kondisi asam pada perut dan saluran urogenitalia, fagositosis oleh sel darah
putih, dan bermacam-macam enzim hidroitik dan proteolitik yang dapat ditemukan di
kelenjar saliva, perut, dan usus halus. Bakteri yang memiliki kapsul polisakarida di
bagian luarnya seperti Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis memiliki
kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup.

b.Pelekatan: Beberapa bakteri seperti Escherichia coli menggunakan pili untuk


melekat pada permukaan sel inang mereka. Bakteri lain memilki molekul
adhesi/pelekatan pada permukaan sel mereka atau dinding sel yang hidrofobikseingga
mereka dapat menempel pada membran sel inang. Pelekatan meningkatkan virulensi
dengan cara mencegah bakteri terbawa oleh mukus atau organ karena aliran cairan
seperti pada saluran urin dan pencernaan.

c.Kemampuan invasif: bakteri invasif adalah bakteri yang dapat masuk ke dalam sel
inang atau menembus permukaan kelenjar mukus sehingga menyebar dari titik awal
infeksi. Kemampuan invasif didukung oleh adanya enzim yang mendegradasi matriks
ektraseluler seperti kolagenase.

d.Toksin bakteri: Beberapa bakteri memproduksi toksin atau racun yang dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu: endotoksin dan eksotoksin. Eksotoksin adalah protein
yang disekresikan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Di sisi lain, endotoksin
adalah lipopolisakarida yang tidak disekresikan melainkan terdapat pada dinding sel
bakteri gram negatif.

16.Suseptibilitas Penjamu

Riwayat Alamiah Penyakit

Definisi RAP

RAP adalah deskripsi tentang perkembangan alamiah, tanpa campur tangan medis
dari suatu penyakit pada individu (host) mulai dari awal  terpapar suatu agent patogen 
sampai akhir  proses penyakit, penyembuhan atau meninggal.

17. Immunitas

Imunitas yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh
biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons
kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing
disebut respons imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan
mengidentifikasi berbagai macam pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri,
virus sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar tetap berfungsi secara normal.

9
Sistem imun bawaan merupakan bentuk pertahanan awal yang melibatkan penghalang
permukaan, reaksi peradangan, sistem komplemen, dan komponen seluler. Sistem
imun adaptif berkembang karena diaktifkan oleh sistem imun bawaan dan
memerlukan waktu untuk dapat mengerahkan respons pertahanan yang lebih kuat dan
spesifik. Imunitas adaptif (atau dapatan) membentuk memori imunologis setelah
respons awal terhadap patogen dan membuat perlindungan yang lebih ditingatkan
pada pertemuan dengan patogen yang sama berikutnya. Proses imunitas dapatan ini
menjadi dasar dari vaksinasi.

Gangguan pada sistem imun dapat berupa imunodefisiensi, penyakit autoimun,


penyakit inflamasi, dan kanker. Imunodefisiensidapat terjadi ketika sistem imun
kurang aktif sehingga dapat menimbulkan infeksi berulang dan dapat mengancam
jiwa. Pada manusia, imunodefisiensi dapat disebabkan karena faktor genetik seperti
pada penyakit defisiensi imunitas kombinasi serta kondisi dapatan seperti sindrom
defisiensi imun dapatan(AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Sebaliknya,
penyakit autoimun menyebabkan sistem imun menjadi hiperaktif menyerang jaringan
normal seakan-akan jaringan tersebut merupakan benda asing.

18. Kronis

Nyeri kronis adalah jenis penyakit yang menyebabkan kerusakan jaringan yang dapat
berlangsung selama berbulan-bulan hingga menahun. Kondisi yang paling umum
adalah osteoarthritis, rheumatoid arthritis, migrain, tendinitis dan carpel tunnel
syndrome. Kronis berbeda dari nyeri akut. Nyeri akut adalah sensasi jangka pendek
yang menyadarkan kita adanya cedera

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki “tingkat nyeri” yang menjadi ciri khas
dari rasa sakit berdasarkan tiga tingkatan: ringan, sedang dan berat.

a. Nyeri ringan: nyeri ringan dapat hilang dengan atau tanpa terapi obat.


Meskipun Anda dapat menggunakan penghilang rasa sakit ringan untuk sembuh
dengan cepat.

b. Nyeri sedang: nyeri sedang lebih buruk dari nyeri ringan. Hal ini


dapat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Rasa
sakit sulit untuk diabaikan dan mungkin perlu obat kuat untuk mengobati rasa
sakit tersebut. Namun itu akan hilang setelah beberapa saat dan tidak datang
kembali setelah diobati.

c. Nyeri berat: sakit parah didefinisikan sebagai nyeri yang mengganggu semua


aktivitas hidup sehari-hari. Orang tersebut mungkin hanya bisa berbaring atau
duduk sepanjang hari karena parahnya rasa sakit. Seringkali, tidak pergi, dan
pengobatan harus terus menerus selama berhari-hari, minggu, bulan, atau tahun.

10
19. Inaktifasi

Proses Inaktivasi Antigen yang Diperantarai Antibodi

Pengikatan antibodi dengan antigen untuk membentuk kompleks antigen-


antibodi merupakan dasar dari beberapa mekanisme pembuangan antigen.
Yang paling sederhana adalah netralisasi dimana antibodi berikatan dengan
menghambat aktifitas antigen tersebut. Sebagai contoh antibodi menetralkan
suatu virus dengan melekat pada molekul yang harus digunakan oleh virus
untuk menginfeksi sel inang. Dengan cara serupa antibodi bisa berikatan
dengan permukaan bakteri patogenik. Mikroba ini, sekarang dilapisi dengan
antibodi, dengan mudah dilenyapkan oleh fagositosis. Dalam suatu proses
yang disebut opsonisasi, antibodi yang terikat itu meningkattkan pertautan
makrofaga ke mikroba tersebut sehingga juga meningkatkan fagositosis.

Aglutinasi (penggumpalan) bakteri atau virus yang diperantarai oleh antibodi


secara efektif menetralkan dan mengosonisasi mikroba tersebut. Aglutinasi
mungkin terjadi karena masing-masing molekul antibodi mempunyai paling
tidak 2 tempat pengikatan antigen. IgG, misalnya dapat berikatan dengan
epitop identik pada dua sel bakteri atau partikel virus, yang mengikatkan
mereka bersama-sama. IgM dapat mengikatkan bersama lima atau lebih virus
atau bakteri. Kompleks besar ini dengan mudah difagositosis oleh makrofaga.
Mekanisme serupa adalah presipitasi (pengendapan), yaitu pengikatan silang
molekul-molekul antigen yang terlarut (yitu molekul terlarut dalam cairan
tubuh) untuk membentuk endapan atau presiipitat yang lalu dikeluarkan dan di
buang oleh fagositosis.

Mekanisme yang terakhir yaitu fiksasi komplemen merupakan aktivasi sistem


komplemen oleh kompleks antigen antibodi. Komplemen ini terdiri dari
sekitarr 20 protein serum yang berbeda, yang tanpa adanya infeksi berada
dalam keadaan inaktif. Akan tetapi, saat terjadi infeksi protein yang pertama
dalam rentetan protein komplemen itu diaktifkan, sehingga memicu rentetan
langkah-langkah aktivasi dimana masing-masing komponen mengaktifkan
langkah berikutnya dalam rentetan reaksi itu. Penyelesaian rentetan reaksi
komplemen itu menyebabkan lisisnya banyak jenis virus dan sel-sel pathogen.

20. Klorinasi

Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin kedalam air yang telah
menjalani proses filtarsi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi
air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang,
dan air minum di Negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan,
biayanya relative murah, mudah, dan efekti. Senyawa-senyawa klor yang umum
digunkan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor
dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin. 

11
Manfaat Klorin 
Berikut beberapa kegunaan klorin: 
a. Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal. 
b. Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hydrogen sulfide. 
c. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air. 
d. Dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang dapat
mengubah bau dan rasa pada air. 
e.  Dapat membantu proses koagulasi. 

21. Pasteurisasi

Adalah sebuah proses


pemanasanmakanandengantujuanmembunuhorganismemerugikansepertibakteri,
protozoa, kapang, dankhamirdansuatu proses
untukmemperlambatkanpertumbuhanmikrobapadamakanan. Proses
inidiberinamaataspenemuannya Louis Pasteur seorangilmuanprancis.
Tespasteurisasipertama di selesaikanoles Pasteur dan Claude Bemardpada 20 April
1862.

Tidaksepertisterilisasi,
Pasteurisasitidakdimaksudkanuntukmembunuhseluruhmikroorganisme di
makanan.Bandingkandenganapertisasi yang diciptakanoleh Nicolas
Appert.Pasteurisasibertujuanuntukmencapai “pengurangan log”
dalamjumlahorganisme.Mengurangijumlahmerekasehinggatidaklagibisamenyebabkan
penyakit (dengansyaratproduk yang
telahdipasteurisasididinginkandandigunakansebelumtanggalkadaluwarsa).Sterilisasisk
alakomersialpadamakananmasihbelumumum, karenadapatdipengaruhi rasa
dankualitasdariproduk.
Produk yang bisadispateurisasiyaitu.
a. Susu
b. Anggur
c. Bir
d. Jus buah
e. Cider (sari buahapel)
f. Madu
g. Telur
h. Makanankaleng

22. Post Exposure Prophylaxis

Adalahperawatanprofilaksis yang di
mulaisegerasetelaheksposurterhadappenyakit (sepertipenyakit yang diakibatkanoleh
virus) untukmencegahpenyakitsemakinparah. PEP
umumnyadigunakandansangatefektifuntukmencegahperkembangan rabies
setelahgigitanbinatang yang terkena rabies.
12
Perawatantermasukpenyuntikanulangvaksinasi rabies
danimmunoglobin.Padakasusinfeksi
HIV.Profilaksisinimerupakanbagiandariobatantiretrovialuntukmengurangiresikoserok
onversisetelahkejadiandenganresikotinggieksposur HIV.

23. Penyakit Menular

Penyakit menular adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen
biologi (seperti virus, bakteri, atau parasite), bukan disebabkan factor fisik (seperti
luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).
Cara-cara penularan penyakit yaitu:
a. Media langsung dari orang keorang (permukaan kulit) jenis penyakit yang
ditularkan antara lain:
1) Rabies
2) Trakoma
3) Scabies
4) Erisipelas
5) Antraks
6) Gas-gangren
7) Penyakit pada kaki dan mulut
b. Melalui media udara penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai air
bome disease jenis penyakit yang ditularkan antara lain:
1) TBC paru
2) Varicella
3) Difteri
4) Influenza
5) Variola
6) Morbili
7) Meningitis
8) Demam scarlet.
24. Kolonisasi

Klonisasi mengacu pada mikroorganisme yang tidak beraplikasi pada jaringan


yang di tempatnya. Sedangkan “infeksi” mengacu pada keadaan dimana
mikroorganisme beraplikasi dan jaringan menjadi terganggu. Semua organisme
multisel mengalami klonisasi oleh organisme lain sampai dengan tahap tertentu, yang
umumnya bersifat mutualisme atau komensalisme. Cotoh yang bersifat mutalisme
adalaah spesiaes bakteri anaerobic yang mengkolonisasi kolon manusia, sedangkan
yang kolonsalisme adalah beberapa speises staphyloccus pada kulit manusia. Jenis
kolonisasi semacam itu tidak digolongkan sebagai infeksi. Perbedaan antara infeksi
dan kolonisasi seringkali tergantung pada situasi dan kondisi. Organisme yang
umumnya non-patogen bisa menjadi patogen pada kondisi tertentu. Selain itu,

13
organisme yang sangat virulent sekalipun memerlukan kondisi trtentu untuk dapat
menyebabkan infeksi yang berarti. Beberapa bakteri kloni, misalnya corynebacteria
sp, dan viridans streptococci menghalangi pelekatan dan kolonisasi yang dilakukan
oleh bakteri patogen, sehingga memberikan keuntungan bagi inang dengan mencegah
infeksi dan mempercepat sembuhnya luka.

25. Mikroorganisme

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil


sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga
organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (unisaluler)
maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa Protista bersel tunggal
masihterlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata
telanjang. Virus juga termasuk kedalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat
seluler.Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, Protista, dan
alga renik. Fungsi, utama yang berukuran kecil dan tidak membentu hifa, dapat pula
dianggap sebagian bagiannya, meskipun banyak yang tidak menyepakatinya.
Mikroorganisme berbeda dengan sel mikroorganisme. Sel mikroorganisme tidak bisa
hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur multisaluler yang
membentuk jaringan, organ, dan sistem organ. Sementara sebagian besar
mikroorganisme dapat menjalankan proses kehidupan dengan mandiri, dapat
menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara independent tanpa bantuan sel
lain.

26. Etiologi

Merupakan pembelajaran tentang sebab dan asal muasal. Kata tersebut berasal
dari Bahasa Yunani yaitu altlologia, yang artinya “menyebabkan”.
Di bidang kedokteran, istilah ini mengacu pada penyebab dari suatu penyakit atau
gangguan kesehatan. Ketika suatu etiologic suatu penyakit tidak dapat ditentukan atau
diketahui secara pasti, penyebab penyakit ini disebut idiopatik.
Dalam bidang epidemiologi, dibutuhkan sejumlah bukti yang dikumpulkan secara
Bersama untuk menyimpulkan suatu penyebab. Selain itu, juga perlu dibedakan antara
penyebab dan sosialisasi atau kolerasi statistis. Untuk membedakan kedua hal
tersebut. Penelitian eksperimental dengan intervensi merupakan bukti yang paling
memenuhi syarat dalam menegakan suatu penyebab etiologic kadang-kadang
merupakan suatu bagian dari serangkaian sebab akibat. Suatu agen etiologis mungkin
membutuhkan suatu kofaktor independent yang mendukung untuk menjadi suatu
penyebab.
Salah satu contoh untuk kasus ini misalnya, penyakit ulkus peptic dapat dipicu
oleh stres, membutuhkan adanya sekresi asam lambung, dan memiliki etiologic
primer infeksi Helicobacter pylori. Kerangka kerja seperti diatas dapat di gunakan
untuk mencari etiologi yang sebenarnya dari banayk penyakit kronis yang masih
belum di ketahui penyebabnya.

14
Sejumlah penyakit seperti diabetes atau hepatitis yang didefinisikan
berdasarkan tanda gejalanya. Mencakup berbagai kondisi berbeda yang masing
masing disebabkan oleh etiologic yang berbeda. Sebaiknya, etiologic tunggal seperti
virus Epstein-Barr, dalam kondisi berbeda dapat menyebabkan penyakit yang
berbeda, misalnya mononucleosis, karsinoma nasofaring. Atau limfoma Burkitt.

27. Patofisiologi

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme


yang sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan dan akibat. Penyakit adalah
suatu kondisi abnormal yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat.
Ditandai oleh tanda dan gejala, perubahan secara spesifik oleh gambaran yang jelas
morfologi dan fungsi.
Patofisiologi merupakan gabungan dari kata fisiologi dan patologi. Definisi fisiologi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cabang biologi yg berkaitan dng
fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel). Definisi
patologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
berkenaan dengan ilmu tentang penyakit atau dalam keadaan sakit/abnormal.

28. Patogen

Ialah berasal dari Bahasa Yunani yang artinya penyebab penderitaan adalah
agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen
adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang
mengacaukan fisiologi hewan dan tumbuhan multisaluler. Namun patogen dapat pula
menginfeksi organisme unisaluler dari semua pekerjaan biologi.
Umumnya hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan
penyakit, sementara sisanya dapat menimbulkan penyakit. Patogen oportunis adalah
patogen yang janrang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki
imunokompetensi namun dapat menyebabkan penyakit/infeksi yang serius pada orang
yang tidak memiliki imunokompetensi. Patogen oportunis ini umumnya adalah
anggota dari flora normal pada tubuh.istilah oportunis sendiri merujuk kepada
kemampuan dari suatu organisme untu mengambil kesempatan yang diberikan oleh
penurunan sistem perhatian inang yang menimbulkan penyakit.
Pada umumnya semua patogen semua patogen pernah berada di luar sel tubuh
dengan rentag waktu tertentu (ekstrasaluler)saat mereka terpapar oleh mekanisme
antibodi, tetapi pada saat patogent memasuki fase intraseluler yang tidak terjangkau
oleh anti bodi saat mrereka terpapar oleh mekanisme antibodi, tetapi saat patogen
memasuki fase intraseluler yang tidak terjangkawai anti bodi. Sel T akan memainkan
perannya.

29. Antigen

15
Adalah suatu zat dimana tubuh menganggapnya sebagai zat asing dan akan
memicu respon oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen atau protein dan biasanya
ditemukan pada permukaan organisme menular (termasuk beberapa bakteri dan
virus), sel-sel darah yang ditransfusikan, dan transplantasi organ.Kehadiran antigen
memicu produksi antibodi, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen dan baik
akan menetralkan itu, menyebabkannya kehancuran dirinya sendiri, atau menarik
leukosit untuk melaksanakan penghancuran.Ketika antigen masuk ke dalam tubuh,
sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi terhadap itu. Antibodi selalu berbentuk
Y. Hal ini seperti pertempuran dengan tentara (antibodi) dari penyerang
(antigen).Jenis sel darah putih yang disebut limfosit yang mengenali antigen sebagai
benda asing dan menghasilkan antibodi yang spesifik untuk antigen itu. Setiap
antibodi memiliki situs pengikatan dengan bentuk yang unik yang mengunci ke
bentuk spesifik antigen.Antibodi menghancurkan antigen (patogen) yang kemudian
ditelan dan dicerna oleh makrofag. Sel darah putih juga dapat menghasilkan zat kimia
yang disebut antitoksin yang menghancurkan toksin (racun) beberapa bakteri
menghasilkan ketika mereka telah menyerang tubuh.Tetanus, difteri dan demam
scarlet adalah semua penyakit di mana bakteri mengeluarkan racun. Setelah mikroba
penyerang telah dihancurkan respon imun akhirnya mereda.
Fungsi antigen yaitu Mekanisme antigen memicu munculnya antibodi
digunakan sebagai dasar imunisasi. Pada proses imunisasi, kuman yang dimatikan
atau dilemahkan sengaja disuntikkan ke dalam tubuh sehingga tubuh membentuk
antibodi.Jika suatu ketika ada kuman liar yang mempunyai karakteristik sama masuk
ke dalam tubuh, akan segera dinetralkan oleh antibodi yang telah terbentuk
sebelumnya.

30. Antibodi

Berasal dari bahasa Latin “Anti” yang berarti “melawan” dan “Bodiq” yang
berarti “tubuh”. Pengertian antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh yang
berasal dari protein darah jenis gama-globulin yang diubahnya untuk melawan zat
antigen (zat asing) yang masuk ke dalam tubuh. Berbagai jenis antibodi memiliki sifat
sebagai berikut:
a. Opsonin adalah antibodi yang bersifat merangsang serangan leukosit terhadap
antigen atau kuman.
b. Lisin adalah antibodi yang bersifat menghancurkan antigen atau kuman.
c. Presipirin adalah antibodi yang bersifat mengendapkan antigen dan kuman.
d. Aglutinin adalah antibodi yang bersifat menggumpalkan antigen, aglutinogen,
atau kuman.
31. Imunisasi

Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu


penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari
kata imun yang berarti kebal atau resisten.

16
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006).Imunisasi adalah usaha memberikan
kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar
tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu
(Hidayat,2008).

Beberapa jenis imunisasi ,sebagai berikut :

Imunisasi BCG

Kepanjangan BCG adalah Bacillus Calmette-Guerin. BCG adalah vaksin untuk


mencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksin
yang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1 dosis BCG pada tahun
1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda
imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.

Kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada
pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada penyakit
TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasi hepatitis B, kita bisa memeriksa
titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya > 10 /g dianggap memiliki
kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.

Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari
100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang
anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah
terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang
dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.

Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil.Yang potemsial melalui


jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah.
Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari
penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di
klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar
anggota keluarga.

Polio

Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang
sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang kedua
inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan,
murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan.Kalo yang
injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain
itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya

17
ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena daya
tahan tubuhnya lemah.

Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi.Tetapi,


orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang
mungkin menimpa Si Kecil.Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna.Itulah
sebabnya pemberian imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi
mereka untuk membangun pertahanan tubuh.Dengan imunisasi, diharapkan anak
terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.

32. Imunitas

yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh


biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons
kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing
disebut respons imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan
mengidentifikasi berbagai macam pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri,
virus sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar tetap berfungsi secara normal.

Gangguan sistem imunitas

Sistem imun merupakan struktur yang luar biasa efektif dalam hal spesifisitas,
indusibilitas, dan adaptasi. Namun, kegagalan pertahanan bisa juga terjadi dan dibagi
menjadi tiga kelompok besar: imunodefisiensi, autoimunitas, dan hipersensitivitas

Imunodefisiensi

Imunodefisiensi terjadi ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif.
Kemampuan sistem imun untuk merespons patogen berkurang pada anak-anak dan
orang tua, pada kasus orang tua disebabkan oleh imunosenesens Di negara-negara
berkembang, penyebab melemahnya sistem imun yaitu obesitas, penyalahgunaan
alkohol, dan penggunaan obat.Namun, malnutrisi adalah penyebab paling umum yang
menyebabkan imunodefisiensi di negara berkembang. Diet dengan protein yang tidak
mencukupi dikaitkan dengan gangguan imunitas seluler, aktivitas komplemen, fungsi
fagosit, konsentrasi antibodi IgA, dan produksi sitokin. Selain itu, ketiadaan timus
pada usia dini melalui mutasi genetik atau pengangkatan melalui operasi
mengakibatkan imunodefisiensi yang parah dan kerentanan tinggi terhadap infeksi.

Imunodefisiensi juga bisa muncul akibat faktor turunan atau perolehan (didapat).
Penyakit granuloma kronis, yaitu penyakit dengan rendahnya kemampuan fagosit
untuk menghancurkan patogen, adalah contoh dari imunodefisiensi turunan.
Sementara itu, AIDS dan beberapa jenis kanker merupakan contoh imunodefisiensi
dapatan.

Autoimunitas

18
Autoimunitas adalah respons imun terlalu aktif termasuk fungsi imun yang tidak
berfungsi baik sehingga berakhir pada gangguan autoimun. Sistem imun tidak mampu
membedakan dengan tepat antara self dan non-self, sehingga dapat menyerang bagian
dari tubuh. Pada keadaan kondisi yang normal, banyak sel T dan antibodi bereaksi
dengan peptida self. Terdapat sel khusus (terletak di timus dan sumsum tulang) yang
menyajikan limfosit muda dengan antigen self yang dihasilkan pada tubuh dan untuk
membunuh sel yang dianggap antigen self, akhirnya mencegah autoimunitas.
Beberapa contoh penyakit autoimun yaitu artritis rematoid, diabetes melitus tipe 1,
penyakit Hashimoto, dan lupus eritematosus sistemik.

Hipersensitivitas

Hipersensitivitas adalah respons imun yang berlebihan yang dapat merusak


jaringan tubuh sendiri. Hipersensitivitas terbagi menjadi empat kelas (Tipe I – IV)
berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif.
Hipersensitivitas tipe I atau reaksi segera atau reaksi anafilaksis sering dikaitkan
dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian.
Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh IgE, yang memicu degranulasi sel mast dan
basofil saat IgE berikatan silang dengan antigen. Hipersensitivitas tipe II terjadi saat
antibodi mengikat antigen sel inang dan menandai mereka untuk penghancuran. Jenis
ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan diperantarai oleh antibodi IgG dan
IgM. Kompleks imun (kompleks antara antigen, protein komplemen dan antibodi IgG
dan IgM) terkumpul pada berbagai jaringan yang memicu reaksi hipersensitivitas tipe
III. Hipersensitivitas tipe IV (dikenal juga sebagai hipersensitivitas diperantarai sel
atau hipersensitivitas jenis tertunda) biasanya membutuhkan waktu antara dua sampai
tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai penyakit
autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam dermatitis kontak
(misalnya disebabkan oleh racun tumbuhan jelatang). Reaksi tersebut diperantarai
oleh sel T, monosit, dan makrofag.[113]

33. Penyakit`= Infeksi

Apa itu Pengertian Infeksi? Secara umum istilah Infeksi biasa kita definisikan
sebagai suatu penyakit yang diakibatkan karena tubuh kita telah kemasukan kuman
atau virus, ini benar akan tetapi pengertian infeksi yang lebih tepatnya adalah : suatu
keadaan dimana adanya suatu organisme pada jaringan tubuh yang disertai dengan
gejala klinis baik itu bersifat lokal maupun sistemik seperti demam atau panas sebagai
suatu reaksi tubuh terhadap organisme tersebut. Jika gejala demam tersebut bersifat
mendadak, maka disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi jika demamnya secara
bertahap atau lambat, maka biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri.

Secara Definisi, Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing
(luar) terhadap organisme inang (tubuh), dan bersifat pilang yaitu membahayakan
inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sumberdaya (sarana) yang
dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri dan itu merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan
19
organ tubuh, bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan.
Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik,
walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus,
prion, dan viroid. Simbiosis antara parasit dan inang, di mana salah satu pihak
diuntungkan dan pihak lainnya dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang
kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.

Secara umum infeksi ini terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu :

1. Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh

2. Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV,
karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.

Infeksi awal

Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel tubuh
(ekstraselular) atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya (intraselular). Patogen
intraselular lebih lanjut dapat diklasifikasikan lebih lanjut:

patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus dan
beberapa bakteri (Chlamydia, Rickettsia, Listeria).

patogen yang berkembang biak di dalam vesikel, seperti Mycobacteria.

Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi patogen,
misalnya oleh eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau sekresi endotoksin
yang memicu sekresi sitokina oleh makrofaga, dan mengakibatkan gejala-gejala lokal
maupun sistemik

Infeksi yang muncul selama seseorang dirawat dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama dirawat atau setelah dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum,
pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72
jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk
rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomia

Fokus infeksi

Salah satu contoh terbaik dari topik ini adalah fokus infeksi yang dimiliki oleh
virus HIV, berupa putusnya mata rantai sistem kekebalan seluler[6] karena hilangnya
kemampuan sel T CD4 untuk teraktivasi dan terdiferensiasi menjadi sel T pembantu.
Terputusnya mata rantai tersebut terjadi perlahan tanpa memantik sistem imun oleh
sebab sifat laten retrovirus. Sejumlah kecil PSK Gambia dan Kenya yang selalu
terpapar infeksi HIV selama 5 tahun melalui fluida reproduksi[7][8] justru
menunjukkan respon imun adaptifsel T CD8 dan sel TH1[9] yang merespon berbagai
macam epitop HIV tanpa disertai respon antibodi.

20
Selain itu, modus yang digunakan oleh virus HIV adalah pemotongan jalur
informasi seluler dengan menempel pada reseptor kemokin CCR5 dan CXCR4, selain
pada CD4.[10] Reseptor CCR5 merupakan ekspresi dari sel dendritik, makrofaga dan
sel T CD4. Ekspresi CXCR4 adalah reseptor pada sel T CD4 setelah teraktivasi.
Kompetisi pada area reseptor CCR5 oleh sekresi kemokin RANTES, MIP-1α, and
MIP-1β menunjukkan respon imun terhadap infeksi HIV.

34. Inflamasi

Pengertian Inflamasi

Inflamasi adalah salah satu respon protektif terhadap cedera atau kerusakan
jaringan dengan cara menghancurkan, mengurangi, atau mengurung agen atau
senyawa asing yang masuk untuk mempertahankan homeostasis tubuh dan membuang
sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.Inflamasi berasal dari
kata inflammare yang berarti membakar. Inflamasi merupakan respon protektif yang
sangat diperlukan oleh tubuh dalam upaya mengembalikan ke keadaan sebelum
cedera atau untuk memperbaiki diri sendiri sesudah terkena cedera.

Inflamasi memiliki tujuan untuk melakukan dilusi, penghancuran atau


menetralkan agen berbahaya seperti kuman, bakteri, virus, trauma tajam atau tumpul,
suhu sangat dingin atau panas atau terbakar, bahan kimiawi, imunologik yang
kemudian akan memperbaiki bagian yang luka.

Berikut definisi dan pengertian inflamasi dari beberapa sumber buku:

Menurut Ikawati (2011), inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera
jaringan ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan
homeostasis tubuh akibat adanya agen atau senyawa asing yang masuk.

Menurut Dorland (2002), inflamasi adalah respons protektif setempat yang


ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan,
mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang
cedera tersebut.

Menurut Robbins (2004), inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan
untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan
nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.

Tanda-tanda Inflamasi

Menurut Price dan Wilson (2005), tanda-tanda umum yang terjadi pada proses
inflamasi yaitu rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), kalor (panas setempat
yang berlebihan), dolor (rasa nyeri), dan fungsiolaesa (gangguan fungsi/kehilangan
fungsi jaringan yang terkena). Adapun penjelasan dari tanda-tanda inflamasi adalah
sebagai berikut:

a. Rubor (Kemerahan)

21
Rubor terjadi pada tahap pertama dari proses inflamasi yang terjadi karena darah
terkumpul di daerah jaringan yang cedera akibat dari pelepasan mediator kimia tubuh
(kinin, prostaglandin, histamin). Ketika reaksi radang timbul maka pembuluh darah
melebar (vasodilatasi pembuluh darah) sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke
dalam jaringan yang cedera.

b. Tumor (Pembengkakan)

Tumor merupakan tahap kedua dari inflamasi yang ditandai adanya aliran plasma
ke daerah jaringan yang cedera. Gejala paling nyata pada peradangan adalah
pembengkakan yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler,
adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera
sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang interstitium.

c. Kalor (Panas)

Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa panas
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain
di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit.
Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan.

d. Dolor (Nyeri)

Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal: 1. Adanya peregangan
jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat
menimbulkan rasa nyeri. 2. Adanya pengeluaran zat-zat kimia atau mediator nyeri
seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf-saraf perifer
di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri.

e. Fungsiolaesa

Fungsiolaesa, kenyataan adanya perubahan, gangguan, kegagalan fungsi telah


diketahui, pada daerah yang bengkak dan sakit disertai adanya sirkulasi yang
abnormal akibat penumpukan dan aliran darah yang meningkat juga menghasilkan
lingkungan lokal yang abnormal sehingga tentu saja jaringan yang terinflamasi
tersebut tidak berfungsi secara normal.

Jenis-jenis Inflamasi

Menurut Robbins dan Kumar (1995), terdapat dua jenis inflamasi yaitu:

a. Inflamasi akut

Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari beberapa
menit sampai beberapa hari, dan ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma
serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol. Inflamasi akut hanya terbatas
pada tempat inflamasi dan menimbulkan tanda-tanda serta gejala lokal. Inflamasi akut

22
merupakan respon langsung dan dini terhadap agen inflamasi. Biasanya inflamasi akut
ditandai dengan penimbunan neutrofil dalam jumlah banyak.

Pembengkakan (udema) akibat luka (injury) terjadi karena masuknya cairan ke


dalam jaringan lunak. Neutrofil muncul dalam waktu 30–60 menit setelah terjadi
injury. Pada daerah injury neutrofil tampak mengelompok sepanjang sel-sel endotel
pembuluh darah. Sedangkan leukosit mulai meninggalkan pusat aliran dan bergerak
ke perifer. Pengelompokan yang luar biasa dari leukosit selama masih dalam
pembuluh darah disebut marginasi.

b. Inflamasi kronik

Inflamasi kronik terjadi karena rangsang yang menetap, seringkali selama


beberapa minggu atau bulan, menyebabkan infiltrasi sel-sel mononuklear dan
proliferasi fibroblast. Inflamasi kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan, dapat
juga timbul mengikuti proses inflamasi akut atau responnya sejak awal bersifat kronis.
Perubahan inflamasi akut menjadi kronik berlangsung bila inflamasi akut tidak dapat
reda yang disebabkan oleh agen penyebab inflamasi yang menetap atau terdapat
gangguan pada proses penyembuhan normal.

Inflamasi kronik ditandai dengan adanya sel-sel mononuklear yaitu makrofag,


limfosit dan sel plasma. Makrofag dalam lokasi inflamasi kronik berasal dari monosit
darah bermigrasi dari pembuluh darah. Makrofag tetap tertimbun pada lokasi radang,
sekali berada di jaringan mampu hidup lebih lama dan melewati neutrofil yang
merupakan sel radang yang muncul pertama kali. Limfosit juga tampak pada inflamasi
kronik yang juga ikut serta dalam respon imun seluler dan humoral.

C. RANTAI PENULARAN INFEKSI


1. Pengertian Rantai Infeksi

Rantai infeksi adalah sebuah model yang digunakan untuk memahami proses infeksi.
Rantai Infeksi terdiri atas : agen infeksi, reservoir, portalkeluar dari reservoir, cara penularan,
dan portal masuk ke dalam host.Pemahaman karakteristik setiap poin dalam mata rantai dapat
membuat perawat merawat pasien yang rentan dengan infeksi lebih baik lagi. Sebuah
kesadaran siklus ini juga menjadikan perawat lebih berpengetahuan tentang metode
perlindungan diri.

2. Bagan Rantai Infeksi

a. INFECTIOUS AGENT/agen Infeksi

Sebuah organisme mikroba dengan kemampuan untuk menyebabkan penyakit.


Semakin besar virulensi organisme (kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak),
invasi(kemampuan untuk masuk ke dalam jaringan) dan patogenisitas (kemampuan
untuk menyebabkan penyakit), semakin besar kemungkinan bahwa organisme
akanmenyebabkan infeksi. Agen infeksius adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit.2.

23
b. RESERVOIR

Tempat di mana mikroorganisme dapat berkembang dan bereproduksi. Sebagai


contoh,mikroorganisme berkembang pada manusia, hewan, dan benda mati seperti air,
permukaan meja, dan gagang pintu.3.

c. PORTAL OF EXIT/portal keluar dari reservoir

Sebuah tempat keluar mikroorganism meninggalkan reservoir. Sebagai


contoh,mikroorganisme dapat meninggalkan reservoir melalui hidung atau mulut
ketikaseseorang bersin atau batuk. Mikroorganisme, terbawa dari tubuh oleh tinja, juga
dapatmeninggalkan reservoir usus yang terinfeksi.4. MODE OF TRANSMISSION/Cara
Penularan

Bibit penyakit (mikroba pathogen) dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan
sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa cara.

1. Melalui Kontak Jasmaniah (PersonalContact)\

a. Kontak Langsung (Direct Contact)

Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dan
orang yang ditulari. Misalnya penularan penyakit kelamin seperti Sypilis, Gonorhoe, dan
penyakit kulit scabies (kudis).

b. Kontak Tidak Langsung

Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang terkontaminasi karena


telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-bahan yang berasal dari penderita
yang mengandung bibit penyakit seperti feces, urina, darah, muntahan, dan sebagainya.

2. Melalui makanan dan minuman (Food Borne Infections)

Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi, dalam perjalanan sebelum
siap dikonsumsi antara lain:

a. Dari sumbernya:misalnya susu berasal dari sapi yang menderita

b. Waktu pengangkutan: misalnya diangkut dengan alat angkut yang tidak seharusnya.

c. Tempat penyimpanan: misalnya makanan terkontaminasi oleh kotoran tikus atau


kotoran kecoa karena makanannya tidak tertutup baik.

d. Pengolahan:misalkan makanan diolah oleh petugas yang sedang sakit.

e. Penyajian: misalnya makanan dihinggapi lalat (Musca domestica).

Penyakit–penyakit yang menular dengan cara ini antara lain: Cholera, thypus
abdomalis, Dysentri.

24
3. Melalui Serangga (Artrhopod Borne Infection)

Bibit penyakit yang menular melalui serangga (arthropoda). Dalam hal ini serangga
pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakit ataupun sebagai (transmiter)
saja. Misalnya:

a. Malaria disebabkan oleh Plasmodium sp, (protozoa) ditularkan oleh nyamuk


Anopheles sp.

b. Demam berdarah (Dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus Dengue,


ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

4. Melalui udara (Air Bone Infection)

Penyakit yang menular melalui udara, terutama penyakit saluran pernapasan


seperti:

a. Melalui debu di udara yang mengandung bibit penyakit. Misalnya penularan


penyakit Tuberculosa paru-paru yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.

b. Melalui tetes ludah halus (Droplet infections)

Bibit penyakit yang menular dengan perantaraan percikan ludah pada penderita
batuk atau bercakap-cakap. Misalnya:penyakit diphteri disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteriae.

Metode transfer oleh organisme yang bergerak atau dibawa dari satu tempat ke
tempatlain. Tangan pekerja kesehatan dapat membawa bakteri dari satu orang ke
orang lain.5. PORTAL OF ENTRY

Sebuah portal/pintu gerbang/tempat masuk mikroorganisme ke dalam


host/penderita.Portal termasuk lubang tubuh, selaput lendir, atau istirahat di kulit.
Portal juga hasil daritabung yang ditempatkan dalam rongga tubuh, seperti kateter
urin, atau dari tusukan yangdihasilkan oleh prosedur invasif seperti penggantian
cairan intravena.

6. SUSCEPTIBLE HOST

Seseorang/Individu yang tidak bisa menahan invasi mikroorganisme ke dalam


tubuhnyadan mengakibatkan infeksi. Host rentan terhadap penyakit, kurang kekebalan
atauketahanan fisik untuk mengatasi invasi oleh mikroorganisme patogen.

25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan untuk
mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota
Department of Health, 2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi,
sedangkan pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko terjadinya infeksi. Dengan
demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini adalah mencegah dan mengendalikan
infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari
sumber di sekitar penderita yang sedang dirawat (Darmadi, 2008).
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan
jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit yang
berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya seperti Hepatitis dan
HIV/AIDS.
tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan fasyankes lainnya
adalah, menciptakan budaya patient safety; memperbaiki akuntabilitas rumah sakit;
menurunkan angka HAIs dan melakukan pencegahan agar kejadian yang tidak diinginkan
tidak terulang kembali.
Menkes menyebutkan 5 isu utama Patient Safety yaitu: safety untuk pasien, safety untuk
petugas kesehatan, safety untuk institusinya, safety untuk lingkungan dan safety untuk bisnis.
Tujuan dari Program PPI adalah untuk Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi; Melindungi sumber
daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang berbahaya; serta
Menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial.
Ruang lingkup dari Program PPI meliputi Pencegahan Infeksi, Pendidikan dan Pelatihan,
Surveilans, dan Penggunaan Obat Antibiotik secara Rasional, terang Menkes.
Menkes mengatakan, pelaksanaan peningkatan program PPI saat ini memiliki
tantangan di masa mendatang. Jumlah rumah sakit dan fasyankes sangat banyak dan terus
bertambah, serta keterbatasan sumber daya manusia yang terampil di bidang HAIs. Untuk itu,
perlu pelatihan pelatihan agar didapat tenaga kesehatan yang profesional dan terampil.

26
B. SARAN
Bagipetugaskesehatan :

Untukmelakukanupayapromosikesehatan 2 kali 1
tahunsepertimengkampanyekanbentukinfeksiatauhal yang
dapatmenyenyebabkaninfeksinosokomial. Membentukkomite medic
pengendalianinfeksinosokomialuntukmembuatkebijakan agar
perludilakukanpengawasandanevaluasisecararutin. Agar
petugaskesehatanpetugasaktifmengikutiperkembanganilmupengetahuantentanginfeksinosoko
mialsehinggamenambahwawasanbarudalaminfeksinosokomial.

27
DAFTAR PUSTAKA
http://alfialfinfo.blogspot.com/2017/07/konsep-pencegahan-dan-pengendalian.html
http://www.kerjanya.net/faq/5261-asepsis.html
https://www.kompasiana.com/djuhartono/550003208133119a17fa7050/antisepsis
https://aniromaningsih.blogspot.com/2015/05/sterilisasi-dan-desinfeksi-tingkat.html
https://www.academia.edu/32805497/PENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_INFEKSI
_TERKAIT_PELAYANAN_KESEHATAN_DI_LAHAN?auto=download
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7355/f.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
http://www.depkes.go.id/article/view/1710/program-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-
nosokomial-merupakan-unsur-patient-safety.html
https://id.scribd.com/doc/213280699/DESINFEKSI-TINGKAT-TINGGI
http://warungbidan.blogspot.com/2016/03/disinfeksi-tingkat-tinggi-dtt-pada.html
https://brainly.co.id/tugas/177208
https://www.google.com/amp/s/galihendradita.wordpress.com/2017/04/17/dekontaminasi-
melalui-disinfeksi-dan-sterilisasi-dalam-rumah-sakit/amp/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Infeksi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Inspeksi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Patogenesis
https://wanenoor.blogspot.com/2011/06/pengertian-patogenesis.html?m=1#.XabuRJkxdkw
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Patogen
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasteurisasi
https://id.wikipedia.org/wiki/Profilaksis_pascapajanan
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular
https://id.wikipedia.org/wiki/Kolonisasi_(biologi)
https://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Etiologi
http://detiklife.com/2014/10/03/pengertian-patofisiologi-beserta-contohnya/
https://id.wikipedia.org/wiki/Patogen
https://budisma.net/2015/02/pengertian-antigen.html
https://pengertianahli.id/2013/10/pengertian-antibodi-apa-itu-antibodi.html
https://idtesis.com/pengertian-imunisasi-dan-beberapa-jenis-imunisasi/
https://www.kajianpustaka.com/2019/05/inflamasi.html?m=1
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-infeksi-apa-itu-pengertian-infeksi.html?
m=1 , https://id.m.wikipedia.org/wiki/Infeksi

28

Anda mungkin juga menyukai