12-Materi PSDA S1
12-Materi PSDA S1
MODUL
TS315
MODUL
DISUSUN OLEH:
Drs. Sukadi, MPd., MT.
Editor:
Drs. Sohuturon Siregar, MT.
2006
BAB II
PEMBELAJARAN
A. Rencana Belajar
Kompetensi : Setelah mengikuti perkuliah ini mahasiswa mampu
memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.
Jenis kegiatan : Ceramah, diskusi dan pelaporan
Tanggal :-
Tempat belajar : Prodi Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI
B. Kegiatan Belajar
a. Tujuan kegiatan pembelajaran
1. Mahasiswa mampun memahami pengertian dan definsi
tentang pengembangan dan pengelolaan sumber daya air
dan memahami siklus hidrologi sebagai faktor dalam upaya
pengembangan sumber daya air.
2. Mahasiswa mampu memahami air sebagai benda yang
memiliki nilai ekonomi dan sosial dan mampu menerapkan
pola pemakaian air yang efektif dan efisien.
3. Mahasiswa dapat mengetahui sumber-sumber air yang
terdapat diatmosfir dan permukaan bumi.
4. Mahasiswa dapat menganalisis kuantitas dan kualitas air dari
masing-masing sumber air yang ada.
5. Mahasiswa mampu memahami pengertian, fungsi dan usaha
konservasi daerah aliran sungai (DAS).
6. Mahasiswa mampu memahami pengendalian banjir dan
kekeringan.
7. Mahasiswa mampu mengenal infrastruktur keairan dan dapat
menerapkannya dalam perencanaan pengembangan sumber
daya air.
8. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan pola dan
rencana pengelolaan sumber daya air.
9. Mahasiswa mampu memahami konsep pengelolaan sumber
daya air yang terpadu.
10. Mahasiswa mampu memahami kebijakan pemerintah daerah
(propinsi dan kabupaten/kota) dengan konsep otonomi
daerah dalam pengelolaan sumber daya air.
Siklus Hidrologi
3
5 3
2 3
1 4
Angin
6 2
2
7
2
8
9
Komponen siklus (daur) hidrologi :
1. Transpirasi (penguapan dari tumbuhan)
2. Evaporasi (penguapan dari tanah, sungai/danau, laut)
3. Mendung (rain cloud)
4. Hujan (precipitation)
5. Limpasan (run off)
6. Infiltrasi (infiltration)
7. Perkolasi (percolation)
8. Aliran air tanah (ground water flow)
9. Intrusi air asin (salt water intrution)
SKALA RUANG :
Air tidak merata secara kuantitas/kualitas
Hujan tidak merata dalam satu kawasan (daerah)
SKALA WAKTU :
Musim hujan (basah) dan musim kemarau (kering)
Hujan tidak serentak
NA = f (t, s) KETIDAKPASTIAN
NA = nilai air
f(t) = fungsi waktu (time, temporal)
= pagi, siang, sore, malam, jam, hari, bulan, tahun, periode
f(s) = fungsi ruang (spatial)
= daerah (zonase), kota, propinsi, negara, DAS, DI
KETIDAKPASTIAN NA
NA = KD + KK + KS + KR
KD = komponen deterministik
KK = komponen kecenderungan
KS = komponen siklus
KR = komponen random (rambang)
ANALISIS KETIDAKPASTIAN NA
Statistik penentuan parameter (rerata, SD, S 2, maks, min, Cs,
Ck)
probabilistik (teori kemungkinan)
Stokastik perkiraan berdasarkan nilai parameter statistik
t (waktu)
t
Atmosfir : Hujan
tergantung georafis dan musim (probabilistik)
data empiris
sedangkan sumber air bawah tanah terdiri dari air sumur dangkal, air
sumur dalam dan sumber air artesis.
Hujan
Pengukuran : Manual (mm/hari)
Otomatis (mm/jam)
Sungai
Pengukuran : Kecepatan (langsung/tidak langsung)
AWLR (Automatic Water Level Recording)
Debit = kecepatan x luasan persatuan lebar
Danau
Pengukuran : Sounding
Volume tampungan
S = Qin - Qout
Laut
Pengukuran : Sounding
GIS (Sistem Informasi Geografis)
Bathimetri
Mata Air
Pengukuran : Tampungan
Debit = volume x waktu
Air tanah
Pengukuran : Pengujian dengan Hukum Darcy
H
Q KR 2
L
Sumur
Pengukuran : Volume tampungan
S = Qin - Qout
Q
K h12 h22
ln( r1 / r2 )
Jenis-jenis “X”
Domestik : bahan organik
ammonia
nitrat
nitrit
bahan padat
bakteri coli
Industri : zat organik
logam berat
R. Sakit : ammonia
zat besi
sulfida
Indek diversitas
Kategori
(keanekaan)
Belum tercemar ≥2
Tercemar ringan 1,60 – 2,00
Tercemar sedang 1,00 – 1,50
Tercemar berat < 1,00
dengan :
N = jumlah individu (total)
ni = jumlah individu setiap spesies (plankton atau benthos)
Hujan
Tergantung dari kualitas udara
Hujan asam (H2SO4) hujan (air) ditambah SO4 (asam)
Sungai
Danau
Laut
Mata Air Aktivitas
Air tanah
Sumur manusia
Batas DAS
Sub DAS
Laut
Gambar: Gambaran Suatu DAS
D. Karakteristika Sungai
Sungai berfungsi sebagai pengumpul curah hujan dalam suatu
daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut.
1. Daerah pengaliran
DAS (daerah aliran sungai) adalah tempat curah hujan
menkonsentrasi ke dungai.
t
c. DPS berbentuk paralel
Dua jalur DPS bersatu di bagian hilir
Banjir besar terjadi di hilir titik pertemuan sungai-sungai
A
F
L2
F = koefisien corak/bentuk
A = luas DPS (km2)
L = panjang sungai utama (km)
Makin besar F, makin lebar daerah pengaliran itu.
b. Kerapatan sungai
Indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai dalam
suatu DPS, dan dapat menujukkan keadaan topografi dan
geologi DPS.
Jumlah panjang sungai (km)
Kerapan sungai
Luas DPS (km 2 )
Jarak
Elavasi dasara sungai
Jarak
1. Sungai perennial
Sungai yang tidak pernah kering baik musim kering apalagi
musim hujan. Sumbangan akuifer (air tanah) sebagai aliran
dasar pada sungai.
penghujan kemarau
2. Sungai intermittent
Pada musim hujan banjir, pada musim kemarau mengecil
(hampir kering). Akuifer buruk, tidak memberikan sumbangan
aliran dasar ke dalam sungai pada musim kemarau.
penghujan kemarau
3. Sungai ephemeral
Pada musim hujan dan kemarau tidak pernah terisi penuh,
disebabkan akuifer berada di bawah dasar sungai sehingga
terdapat aliran pada saat terjadi hujan saja.
penghujan kemarau
PERUBAHAN PERLAKUAN
PENGENDALIAN BANJIR KOEFISIEN TERHADAP
ALIRAN LINGKUNGAN
ALIRAN PERMUKAAN
PERUBAHAN
FISIK ALUR
SUNGAI
Ya Tidak
TIDAK BANJIR Qa < Qc
PERUBAHAN TINGKAT
KEWASPADAAN DAERAH KERAWANAN DAERAH
POTENSIAL BENCANA POTENSIAL BENCANA
BENCANA
1. Definisi Banjir
peristiwa terjadinya genangan di daerah yang biasanya
kering. Terjadinya limpasan air dari alur sungai yang
disebabkan karena debit pada sungai melebihi kapasitas
pengalirannya (Qa > Qc).
2. Penyebab banjir :
Peristiwa alam
Curah hujan yang tinggi
Terjadi debit puncak yang bersamaan (sungai utama/anak
sungai)
Aliran pada anak sungai tertahan oleh sungai induknya
Naiknya air laut (pasang)
Terjadinya penyempitan di beberapa alur (topografi)
Morfologi sungai (meander)
Kemiringan sungai terlalu landai (V kecil)
Perbuatan manusia
Berkembangkan daerah pemukiman (hulu dan bantaran
sungai)
Penggundulan hutan (erosi, agradasi)
Tata guna lahan (limpasan besar)
Bangunan sepanjang sungai (back water)
Bangunan pengendali tidak berfungsi
Kesadaran masyarakat sekitar bantaran
Kebijakan dan peraturan yang selalu dilanggar
2. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dengan konsep keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan serta antisipasi atau
menghindari ancaman dari dampak kekeringan.
Penetapan taraf resiko kekurangan air dan keamanan suplai
Ketersediaan terjamin keberadaannya yang berkelanjutan
(sustainable).
3. Indeks Kekeringan
Suatu ukuran dari perbedaan kebutuhan dan ketersediaan
sumber air:
Suplai air yang tersedia Q and
I
Suplai air yang terpakai Q
but
4. Strategi
Identifikasi daerah rawan kekeringan
Pemetaan detail daerah rawan kekeringan dari berbagai
aspek: sebaran penduduk dan kebutuhan air baku
Pemetaan kebutuhan dan ketersediaan air
Sosialisasi kebutuhan dan ketersediaan air (berbagai
stakeholder)
Sosialisasi pemakaian air secara efektif dan efisien
Penyusunan rencana tindak yang komprehensif
Jenis-jenis tanggul:
Tanggul utama: bangunan tanggul disepanjang kanan-kiri
sungai guna menampung debit banjir rencana.
Tanggul sekunder: tanggul yang dibangun sejajar
tanggung utama
Tanggu terbuka: tanggul yang dibangun secara tidak
menerus (terputus-putus)
Tanggul pemisah: dibangun antara dua sungai yang
berdekatan, agar aliran tidak saling mengganggu.
Tanggul melingkar: tanggul yang dibangun untuk
melindungi areal yang tidak terlalu luas secara melingkar
Tanggul sirip: tanggul dibangun untuk melindungi areal
pertanian pada daerah bantaran, bisa sebagai
penghambat kecepatan arus.
Tanggul pengarah: tanggul pengarah arus
2. Perkuatan lereng
Perkuatan lereng (revertment) adalah bangunan yang
ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi
suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul dan
secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur
sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya.
3. Konsolidasi pondasi
Konsolidasi pondasi (foundation consolidation) adalah suatu
bangunan yang ditempatkan didepan bagian atas pondasi
atau yang berupa pelindung kaki perkuatan lereng, agar
dapat mengurangi kecepatan arus air di depan perkuaran
lereng.
4. Krib
Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai ke
arah tengah guna mengatur arus sungai dan tujuan utamanya
adalah:
Mengatur arah arus sungai
Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing
sungai, mempercepat sedimentasi dan menjamin
keamanan tanggul atau tebing sungai terhadap gerusan.
Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur
sungai
Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahka
penyadapan.
Tipe ambang:
Ambang datar (bed gindle work): terjunan (elevasi mercu)
rendah dan berfungsi untuk menjaga agar permukaan
dasar sungai tidak turun lagi.
Gambar: Ambang
Gambar: Sabo dam penahan rusak akibat banjir lahar atau lumpur
3. Kantong lahar
Bangunan penampung sedimentasi (lahar) untuk selama
mungkin atau untuk sementara pada ruangan-ruangan yang
dibangun khusus.
2. Bendungan
Bendungan adalah bangunan yang dibuat melintang sungai
sebagai sarana untuk mengendalikan banjir, melestarikan
tanah dan sumber-sumber air serta pengendalian erosi.
Manfaatkan yang diharapkan dari bendungan adalah:
Tempat penampung air untuk persediaan dimusim
kemarau dan pada waktu musim hujan dapat mengurangi
debit banjir di hilir bendungan.
Tempat pengendapan lumpur dan pasir (sedimen) yang
terbawa air sebagai hasil erosi di daerah pengaliran sungai
di hulu bendungan.
Sebagian air di waduk ini akan keresap ke dalam tanah
dan sekitarnya sehingga memperbesar cadangan air tanah
dan memperbesar ketersediaan air pada musim kemarau.
Air waduk dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, air baku,
perikanan, PLTA, dan tempat rekreasi.
3. Pintu air
Pintu air (gate, sluice) dibangun memotong tanggul sungai
berfungsi sebagai pengatur aliran untuk pembuang
(drainase), penyadap dan pengaur lalu lintas air. Konstruksi
pintu terbagi 2 (dua) yaitu dalam bentuk pintu saluran terbuka
(gate) dan pintu saluran tertutup/terowongan (sluice).
4. Stasiun pompa
Bangunan yang difungsikan untuk memompa air dari daerah
yang lebih rendah dan memindahkannya ke daerah yang
lebih tinggi, agar genangan akibat banjir dari sungai tidak
terlalu lama. Atau menaikan air dari dari alur sungai yang
dalam untuk berbagai keperluan di dataran kanan-kiri sungai
tersebut.
C. Aspek Pengelolaan
Ada 4 (empat) aspek pentign dalam pengelolaan sumber daya
air, yaitu:
1. Konservasi sumber daya air
Perlindungan dan pelestarian sumber air
Pengawetan air
Pengelolaan kualitas air
Pengendalian pencemarn air
2. Pendayagunaan sumber daya air
Penatagunaan sumber daya air
Penyediaan sumber daya air
Penggunaan sumber daya air
Pengembangan sumber daya air
Pengusahaan sumber daya air
3. Pengendalian daya rusak air
Upaya pencegahan
Upaya penanggulangan
Upaya pemulihan
4. Sistem informasi sumber day air
Pengelolaan sistem informasi hidrologi
Pengelolaan sistem informasi hidrometeorologi
Pengelolaan sistem informasi hidrogeologi
Aspek Pengelolaan
Pola Penggunaan sumber daya air
pengelolaan Pengembangan sumber daya air
saumber daya Pengusahaan sumber daya air
air (sebagai
acuan) 3. Pengendalian daya rusak air
Upaya pencegahan
Upaya penanggulangan
Upaya pemulihan
A. Definisi
Pengelolaan sumber daya air terpadu merupakan penanganan
integral yang mengarahkan kita dari pengelolaa air sub sektor ke
sektor silang.
Definisi ini menunjukkan bahwa suatu proses yang
mempromosikan koordinasi pengembangan dan pengelolaan air,
tanah dan sumber daya terkait dalam rangka tujuan untuk
mengoptimakan resultan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam
sikap yang cocok tanpa mengganggu kestabilan dari ekosistem-
ekosistem penting (GWP, 2001).
B. Kerangka Konsepsional
Kerangka konsep yang perlu dipahami dalam rangka pengelolaan
sumber daya air secar terpadu, yaitu:
Semua pihak menyadari bahwa masalah sumber daya air
adalah kompleks. Kompleksitas tersebut digambarkan sebagai
berikut:
Pemeran / Obyek Output/
Role Player manfaat
Pemerintah Pusat,
Provinsi, Kab./Kota Irigasi, Perikanan
Sumberdaya Air
Permukaan
Dep./Dinas Kimpraswil Air Baku / Air
Prop/Kab/Kota Bersih
Konsep kebijakan :
o Landasan kebijakan : desentralisasi
o Kebijakan khusus : azas adil, berkesinambungan, efisien dan
aman.
o Pengelolaan : komprehensif dan terpadu
o Aspek pengelolaan : pengembangan, pemanfaatan,
pengendalian dan konservasi.
o Sumberdaya air : air permukaan dengan atau tanpa air tanah.
o Nilia air : sebagai komoditi.
o Metoda : pendekatan analisis sistem.
o Lokasi : satu wilayah sungai, sebagai satuan wilayah
pengelolaan sumberdaya air, yang berada dalam satu dan atau
dua propinsi.
o Jangkauan : wilayah sungai, sub-wilayah sungai, kabupaten,
kecamatan, kota (multilevel).
o Orientasi : kebutuhan air terus meningkat, sumberdaya air
relatif tetap pemenuhan kebutuhan air (demand oriented)
o Stakeholder : kalangan pemerintah (struktural dan politis) dan
swasta.
o Nara sumber : litbang teknologi keairan, perguruan tinggi dan
konsulta.
Lingkup kebijakan :
o Spasial : seluruh perkotaan dan pedesaan di kabupaten,
kawasan industri, daerah irigasi, daerah tambak, daerah irigasi
rawa lebak/pasang surut yang berada dalam wilayah sungai.
o Non-struktural : sungai danau, mata air, hutan lindung.
o Struktural : waduk, saluran pembawa/pembuang, bendung,
bangunan bagi, pengolah air bersih, pengolah limbah,
pembangkit listrik, baik yang sudah ada maupun yang
direncanakan.
o Sektoral : pertanian, perikanan, industri, energi, air bersih.
o Institusional : lembaga pemerintah TK I dan II, Perum,
BUMND.
o Finansial : modal, tarif dan biaya.
o Kependudukan : urban, rural.
Komponen
o Alokasi air : ketersediaan air (air permukaan dan tanah),
kebutuhan air (rumah tangga, pertanian, industri, perikanan,
listrik, penggelontoran kota), prioritas pemberian air.
o Pengendalian kualitas air
o Pengendalian banjir
o Pengendalian erosi dan sedimentasi
o Dampak lingkungan
o Navigasi
o Biaya dan tarif
o Kelembagaan
o Masukan lain dari nara sumber
Model yang disajikan berupa alur pikir dan alur kerja dari kegiatan-
kegiatan perencanaan dengan pendekatan partisipatif yang pernah
dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil beberapa pelajaran
dan referensi yang nantinya akan memunculkan gagasaan dan
inovasi. Beberapa contoh model yang telah disusun oleh beberapa
pemda adalah :
Inisiasi
Rencana Strategis
Mengenal Mandat,
Wewenang, Tugas
dan Fungsi
Analisis Analisis
Faktor Lingkungan Faktor Lingkungan
Eksternal : Perumusan Visi Internal :
Politik Budaya
Ekonomi organisasi
Sosial Budaya Perumusan Misi Sumberdaya
Teknologi Manusia
Kompetitor Sumberdaya
Stakeholder Perumusan Faktor2 Alam
Kecenderungan Kunci Keberhasilan Sarana
dsb. Prasarana
dsb.
Penetapan
Tujuan dan Sasaran
Perumusan Strategi
(cara mencapai tujuan dan sasaran),
dalam bentuk :
Kebijaksanaan
Program
Kegiatan
Implementasi
Perencanaan Strategis
Pengukuran Kinerja
Alternatif
Peluang dan Ancaman Penyelesaian
Persoalan
Tugas-tugas ELEMEN ATAU LAPIS
Tujuan PENUGASAN Isu-isu
Strategis Identifikasi
Misi (1) Evaluasi Persoalan
Visi (2) Analisis Perencanaan
(3) Interpretasi Awal untuk
Pengembangan
dan Pengelolaan
Sumberdaya
Kekuatan dan Kelemahan
LINGKUNGAN INTERNAL Air
Budaya Sumberdaya Proses dan Hasil dan
Organisasi SDM Pelayanan Dampak
SD Finansial
SD Fisik
SD Informasi
SD Alur Kerjasama
(Sumber : Sudjarwadi, 1999, Kiat Untuk Mencapai Sukses Pengelolaan Sumberdaya Air, Bahan
Kursus Singkat Sistem Sumberdaya Air dalam otonomi Daerah ke I).
ANALISIS STRATEGI
POTENSI DAN PENGEMBANGAN
KEBUTUHAN AIR DAN PENGELOLAAN
ANALISIS DAYA SUMBERDAYA AIR
RUSAK AIR
ANALISIS SOSIAL
EKONOMI ISU-ISU STRATEGIS
ANALISIS PENGEMBANGAN
LINGKUNGAN DAN PENGELOLAAN
ANALISIS HUKUM SUMBERDAYA AIR
KELEMBAGAAN
ANALISIS LAIN
YANG RELEVAN KOMPONEN
PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR
OPSI / PILIHAN
PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN
SUMBERDAYA AIR
C. Tugas
Untuk membekali dan menambah pemahaman dari materi modul
untuk setiap kegiatan belajar, maka mahasiswa diwajibkan untuk
menyelesaikan tugas-tugas sebagai berikut:
Melaporkan kajian materi untuk setiap pertemuan, yang
dilengkapi dengan referensi lain atau hasil dari pelacakan
sumber dari internet.
Melakukan kegiatan observasi ke lapangan untuk melihat
secara visual dan nyata tentang sumber air. Kegiatan ini
dilaporkan dalam bentuk makalah baik secara individu dan
kelompok.
Mahasiswa melakukan penyusunan laporan/makalah sebagai
tugas parsial dan terstruktur dan didiskusikan di depan kelas
supaya makalah yang sudah disusun dapat masukan sebagai
bahan perbaikan.
D. Tes Formatif
Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa dalam
penguasaan materi kulaiah maka dilakukan tes dalam bentuk:
1. Tanya jawab untuk merevieu perkuliahan sebelumnya, dan
dilakukan dengan diskusi.
2. Melakukan tes tertulis sesuai dengan jadwal ujian yaitu pada
UTS dan UAS.