Anda di halaman 1dari 33

MODUL

PERLINDUNGAN DAN
PELESTARIAN SUMBER AIR

Bimbingan Teknik Pengembangan Tata Guna Air


Dalam Rangka Pelatihan Teknis Instruktur PTGA

Jakarta, 2019

KEMENTERIANAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
KATA PENGANTAR

Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara NSPK untuk Pengembangan
Tata Guna Air (PTGA) dapat menyelesaikan penyusunan modul ini dengan baik. Modul ini
berisi pentingnya seorang Calon Instruktur PTGA memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
melakukan bimbingan dalam kegiatan PTGA.

Berbeda dengan Direktorat yang menangani pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi


jaringan irigasi, peran Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan lebih berperan dalam
penyiapan perangkat lunak / NSPK dan pembinaan penyelenggaraan Operasi dan
Pemeliharaan. Dalam memfasilitasi pembangunan infrastruktur publik dimaksud dilakukan
melalui dua hal, pembentukan iklim yang kondusif bagi investasi, dan penyiapan kapasitas dan
kompetensi berbagai komponen dalam industri konstruksi untuk melaksanakan pembangunan
tersebut. Hal tersebut telah kita ketahui semua bahwa tuntutan publik atas layanan infrastruktur
meningkat lebih cepat dibanding kemampuan pemerintah menyediakan dana, sehingga untuk
infrastruktur publik perlu dibiayai melalui investasi swasta dengan pengaturan yang memadai,
dimana motivasi swasta berinvestasi sangat dipengaruhi oleh iklim berinvestasi yang kondusif
baik dukungan keamanan investasi dan pengembaliannya.

Pembuatan Modul ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan sikap Calon Instruktur Pengembangan Tata Guna Air (PTGA) di bidang
pengelolaan irigasi, agar memiliki kompetensi dasar dalam memahami dan mengetahui teknik
dan tata melakukan bimbingan teknik dalam rangka pengelolaan irigasi.

Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya, baik pada isi,
bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan berupa kritik
dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi
peserta Pelatihan untuk calon pelatih PTGA.

Jakarta, …. 2019
Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Informasi Visual
Petunjuk Penggunaan Modul
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pengertian proses,tatacara,perbuatan melindungi
E. Dasar Hukum
F. Materi Pokok dan Sub Materi
Materi Pokok 1: Permasalahan Terkait Perlindungan dan Pelestarian
Sumber Air
A. Fenomena Yang Terjadi
B. Sumber-sumber kerusakan sumber air
Materi Pokok 2 : Upaya Perlindungan dan Pelestarian Sumber air I
A. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air
B. Pengendalian pemanfaatan sumber air
C. Pengisian air pada sumber air
Materi Pokok 3 : Upaya Perlindungan dan Pelestarian Sumber air II
A. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi
B. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air
C. Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu
Materi Pokok 4 : Upaya Perlindungan dan Pelestarian Sumber air III
A. Pengaturan daerah sempadan sumber air
B. Rehabilitasi hutan dan lahan
C. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam
Materi Pokok 5 : Peran Serta Masyarakat
A. Peran Masyarakat di Daerah Tangkapan Air (DTA)
B. Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Sekitar Jaringan Sumber Air (JSA)
C. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Ketahanan Air

Penutup
A. Latihan
B. Rangkuman
C. Evaluasi Kegiatan Belajar
D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
E. Kunci Jawaban Soal Latihan

Daftar Pustaka
Glosari
DAFTAR INFORMASI VISUAL

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air


Gambar 2. Kawasan Resapan dan Daerah Tangkapan Air
Gambar 3. Perencanaan Hulu - Hilir
Gambar 4. Pengisian Sumber Air
Gambar 5. Tidak Tersedia Sanitasi dan Tersedia Sanitasi
Gambar 6. Pembangunan Prasarana dan Perlindungan Sumber Air.
Gambar 7. Pengendalian Pengolahan Lahan di Hulu
Gambar 8. Pengaturan Sempadan Sungai
Gambar 9. Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Gambar 10. Pelestarian hutan lindung dan Kawasan Suaka Alam,
Gambar 11. Sumur Resapan
Petunjuk Penggunaan Modul
A. Petunjuk Bagi Peserta
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul
Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air untuk pelatihan instruktur
pengembangan tata guna air (PTGA), maka langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan antara lain:
1) Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada
masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta
dapat bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.
2) Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam
setiap kegiatan belajar.
3) Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal
berikut ini:
a. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang berlaku.
b. Pahami setiap langkah kerja dengan baik.
4) Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan
belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur atau instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

B. Petunjuk Bagi Instruktur


Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk:
1. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.
2. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahap belajar.
3. Membantu peserta dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertanyaan peserta mengenai proses belajar peserta.
4. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan
akan air, karena air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan
di bumi ini. Air nilainya begitu berarti bagi manusia. Sekitar 70% berat
badan manusia terdiri dari air. Darah mengandung 80% air, tulang 25%,
urat syaraf 75%, ginjal 80%, hati 70%, otot 75%. Manusia akan mati
bilamana kehilangan sekitar 15% dari berat badanya. Manusia boleh
menahan lapar untuk jangka waktu lama tetapi tidak dapat menahan
haus (dahaga) untuk beberapa jam karena dapat menyebabkan dehidrasi
dan berakibat fatal.

Manusia mendapatkan air dari beberapa sumber air yang tersebar di


bumi, seperti air hujan, air permukaan (waduk, danau, sungai, empang,
telaga, kali, parit,dll), dan air tanah (sumur bor).

Melihat peran dan fungsi air yang begitu vital bagi manusia, tentu kita
tidak mengharapkan sumber-sumber air dari segi kuantitas debitnya
mengalami penurunan, dan dari segi kualitas mengalami penurunan
karena telah tercemar limbah, serta dari segi kontinuitas airnya tidak
tersedia secara berkesinambungan, dalam artian di musim penghujan
ada air sementara di musim panas airnya tidak ada sama sekali (kering).

Disamping itu, air juga diperlukan untuk irigasi guna menunjang usaha
pertanian padi, holtikultura, ternak sapi, ternak ayam, perikanan dll.

Namun, kenyataannya pembangunan yang dilakukan manusia selain


memberi dampak positif juga memberi dampak negatif. Ditakutkan
dampak-dampak negatif yang timbul akibat adanya kegiatan
pembangunan akan mempengaruhi kelangsungan suatu sumber air.
Misalnya, aktivitas perambahan hutan di kawasan sekitar mata air akan
berdampak pada penurunan debit (kuantitas), limbah industri dan
domestik yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari air tanah,
polusi udara yang tinggi di kawasan perkotaan mengakibatkan hujan
asam, dll.
Menyadari adanya dampak-dampak negatif yang timbul dari aktivitas
pembangunan yang akan mempengaruhi kelangsungan sumber air,
maka dipandang perlu untuk melakukan upaya perlindungan dan
pelestarian sumber air. Sumber air terganggu kondisi dan fungsinya
karena ulah manusia atau gangguan yang disebapkan oleh daya alam,
termasuk kekeringan, banjir dan bencana alam. Upaya-upaya tersebut
dijelaskan dalam Gambar 1 di bawah ini :

Perlu Perlindungan dan Pelestarian Sumbe


Sumber Air Kerusakan karena:
Ulah Manusia
Daya Alam

Gambar 1. Diagram Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air

B. Deskripsi Singkat

Pada dasarnya semua makhluk hudup membutuhkan air. Kebutuhan air


semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, ekonomi dan
peradaban masyarakat. Sementara ketersediaan air semakin menyusut dari
segi kuantitas, menurun dari segi kualitasnya dan terganggu dari segi
kontinyuitasnya.

Untuk itu, perlu dilakukan upaya perlindungan dan pelestarian sumber air
secara cepat, terencana dengan baik dan dilaksanakan secara maksimal.
Strategi perlindungan dan pelestarian ini dilakukan melalui upaya pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan kembali sumber air yang kondisi dan fungsinya
mengalami penurunan.

Dalam melakukan upaya tersebut perlu melibatkan peran masyarakat,


pemerintah perlu melakukan pemberdayaan masyarakat dimulai dari sosialisasi
atau penyuluhan berkaitan dengan pemahaman perlindungan dan pelestarian
sumber air. Setelah pemahaman, masyarakat bersama pemerintah diharapkan
dapat melaksanakan rencana aksi upaya perlindungan dan pelestarian sumber
air.

Kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air perlu dipantau, dievaluasi


untuk perbaikan secara terus menerus kegiatan tersebut. Peran masyarakat
sangat penting karena mempengaruhi keseluruhan pengelolaan sumber daya
air antara lain pendayagunaan sumber daya air, konservasi sumber daya air,
pengendalian daya rusak air yang secara tidak langsung ikut berpengaruh
terhadap penataan tata ruang dan data serta sistem informasi sumber daya air.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat
mengembangkan tugas, fungsi dan peran sosialnya dalam upaya
perlindungan dan pelestarian sumber air.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta dapat :
a. Menjelaskan kepada masyarakat lainnya pentingnya perlindungan dan
pelestarian sumber air
b. Mengajak masyarakat dalam komunitasnya untuk berperan dalam
pencegahan, penanggulangan dan pemulihan sumber-sumber air.

D. Pengertian

1. Sumber Air adalah Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau
buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
2. Perlindungan Sumber Air adalah upaya pengamanan sumber air dari
kerusakan yang ditimbulkan, baik akibat tindakan manusia maupun
gangguan yang disebabkan oleh daya alam.
3. Pelestarian Sumber Air adalah memelihara secara terus menerus dan
berkesinambungan sehingga sumber air tetap lestari.
4. Irigasi . Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
5. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi,dan sumber daya manusia.
6. Peran Masyarakat adalh adalah rangkaian perilaku yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisi sosial, baik secara formal maupun informal.
7. Pemberdayaan Masyarakat adalah proses pembangunan dimana
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk
memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri[1]. Pemberdayaan masyarakat
hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi.
E. Dasar Hukum

 UU No.17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;


 UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
 UU no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
 UU no 22 tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan
 PP No. 23 tahun 1982 tentang Irigasi

F. Materi Pokok dan Sub Materi


1. Permasalahan Terkait Perlindungan Dan Pelestarian Sumber Air
1.1. Fenomena yang terjadi
1.2. Sumber-sumber kerusakan sumber air
2. Upaya Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air I
2.1. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan
air
2.2. Pengendalian pemanfaatan sumber air
2.3. Pengisian air pada sumber air
3. Upaya Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air II
3.1. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi
3.2. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air
3.3. Pengendalian pengolahan lahan di daerah hulu
4. Upaya Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air III
4.1. Pengaturan daerah sempadan sumber air
4.2. Rehabilitasi hutan dan lahan
4.3. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan
pelestarian alam
5. Peran Serta Masyarakat
5.1. Peran Masyarakat di Daerah Tangkapan Air (DTA)
5.2. Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Sekitar Jaringan Sumber Air
(JSA)
5.3. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Ketahanan Air
MATERI POKOK 1

PERMASALAHAN TERKAIT PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN


SUMBER AIR

A. Fenomena Yang Terjadi


1. Kawasan Daerah Tangkapan Air sebagairesapan air semakin menyusut.
2. Mata air banyak yg hilang/kering,
3. Situ, danau, waduk, embung dan tampungan air lainnyatak terawat, makin
menyusut dan mendangkal.
4. Sungai terdesak permukiman, buangan limbah, sampah.
5. Maraknya penambangan mengakibatkan badan dan lingkungan Sungai. rusak
berat, sementara limbahnya membahayakan bagi kehidupan.
6. Muara sungai menyempit/tersumbat karena endapan sedimen, limbah padat dan
sampah.
7. Pengambilan air tanah yang tidak terkendali.
8. Rusaknya kawasan DAS  Ketersediaan Air terganggu.
9. Minimnya keterlibatan masyarakat/LSM dalam konservasi dan pengendalian dan
pelestarian sumber air
10. Pembangunan dan pengelolaan infrastruktur drainase, sungai, danau, waduk,
situ, mata air belum maksimal.

B. Sumber-sumber kerusakan sumber air

1. Sampah (Organik maupun Non Organik)


Faktor penyebab kerusakan sumber air di badan-badan sungai, di waduk adalah
sampah. Sampah dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan non organik.
Sampah organik adalah sampah hijau yang mudah untuk diuraikan, sementara
sampah non organik biasanya berupa sampah plastik yang sulit untuk diuraikan.
Sampah menimbulkan sumbatan pada pintu-pintu air, menghambat aliran air
dan mencemari air juga sampah yang dibuang ke tanah, bertumpuk sehingga air
dari sampah tersebut akan meresap ke tanah kemudian mencemari sumber air
tanah atau sumber air di daerah tersebut.
2. Limbah Industri
Pencemaran air tingkat besar disebabkan oleh limbah perindustrian. Perusahaan
yang mengolah atau memproduksi suatu produk biasanya juga menghasilkan
limbah. Limbah cair yang diabuang ke sungai secara langsung tanpa
mengolahnya terlebih dahulu akan menyebabkan pencemaran air sungai
sehingga menyebabkan seluruh sumber air masyarakat menjadi tercemar.
Akibatnya masyarakat akan menuai dampak dari pencemaran tersebut.
3. Pertambangan
Pertambangan minyak, batubara, emas dan bahan logam menyebabkan
rusaknya daerah tangkapan air dan terjadinya pencemaran kualitas air, baik
secara langsung (ke air) meupun secara tidak langsung (melalui udara yang
kemudian akan turun ke tanah dan juga ke perairan).
4. Peternakan dan perikanan
Peternakan dan perikanan juga turut menyumbangkan bahan pencemar bagi air.
Karena limbah yang dihasilkan dari peternakan seperti kotoran ternak dan sisa
makanan ternak apabila langsung dibuang ke air maka air tersebut akan
tercemar (khususnya air sungai). Maka dari itulah dibutuhkan sistem pengolahan
khusus untuk hal semacam ini.
5. Limbah pertanian
Limbah pertanian juga bisa menyebabkan pencemaran di air. Macam- macam
limbah pertanian ini bisa berupa potongan- potongan tanaman hasil pertanian
maupun penggunaan pestisida yang berlebihan. Hal ini tentu akan sangat
berbahaya bagi masyarakat apabila tidak mengetahui.
6. Limbah Domestik
Pembuangan limbah domestik langsung ke dalam air akan menyebabkan
banyak sekali permasalahan bagi air permukaan dan air tanah tanah.
7. Penebangan dan Pembakaran Hutan
Penebangan dan pembakaran hutan menyebabkan aliran permukaan tidak dapat
ditahan, sehingga air dan sumber air menjadi terganggu.
8. Permukiman di pinggiran sepanjang sungai, situ, danau, waduk dan
sumber air lainnya
Sungai, situ, danau, embung dan waduk didaerah perkotaan terancam
tumbuhnya permukiman dan usaha lainnya yg mempersempit wadah air tersebut
dan terjadinya pelanggaran garis sempadan sumber air. Disamping mengganggu
kapasitas juga kualitas air menurun.
9. Akibat Bencana Alam
Kekeringan dan banjir dapat menyebabkan kondisi dan fungsi prasarana air
terganggu demikian juga terjadinya bencana lainnya seperti gempa bumi, letusan
gunung berapi dan angin topan perlu diantisipasi.
MATERI POKOK 2

UPAYA PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER AIR I

A. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan


air
1. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air
dilakukan pada kawasan yang ditetapkan berdasarkan rencana pengelolaan
sumber daya air yang bersangkutan.
2. Kawasan yang berfungsi sebagai resapan air dan daerah tangkapan air menjadi
salah satu acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan rencana tata ruang
wilayah.
3. Kementerian yang membidangi sumber daya air dan/atau pemerintah daerah
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya:
 menunjuk dan/atau menetapkan kawasan yang berfungsi sebagai daerah
resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan butir 2.
 menetapkan peraturan untuk melestarikan fungsi resapan air dan daerah
tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
 mengelola kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan daerah
tangkapan air;
 menyelenggarakan program pelestarian fungsi resapan air dan daerah
tangkapan air pada kawasan butir2;
 melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian fungsi resapan
air dan daerah tangkapan air pada kawasan gambar dibawah.

Gambar 2. Kawasan Resapan dan Daerah Tangkapan Air


B. Pengendalian pemanfaatan sumber air
1. Pengendalian pemanfaatan sumber air dilakukan sesuai dengan ketentuan
pemanfaatan zona pada sumber air yang bersangkutan.
2. Pengendalian pemanfaatan sumber air dilakukan melalui pemantauan dan
pengawasan berdasarkan ketentuan pemanfaatan zona pada sumber air yang
bersangkutan.
3. Kementerian atau Kementerian yang terkait dengan bidang sumber daya air
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan program pengendalian pemanfaatan sumber air.

Kawasan Daerah Tangkapan Air

Gambar 3. Perencanaan Hulu - Hilir

C. Pengisian air pada sumber air


1. Pengisian air pada sumber air dapat dilaksanakan, antara lain, dalam bentuk:
 pengisian air dari suatu sumber air ke sumber air yang lain dalam satu wilayah
sungai atau dari wilayah sungai yang lain;
 pengimbuhan air ke lapisan air tanah (akuifer);
 peningkatan daya resap lahan terhadap air hujan di daerah aliran sungai
melalui penatagunaan lahan;
 pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca untuk meningkatkan curah hujan
dalam kurun waktu tertentu.
.
2. Bentuk lain dalam pelaksanaan pengisian air pada sumber air diatur dengan
peraturan Kementerian.
3. Kementerian yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau pemerintah
daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya menyelenggarakan
pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengisian air pada sumber air pada
butir 1 dan 2.

Gambar 4. Pengisian Sumber Air


MATERI POKOK 3

UPAYA PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER AIR II

A. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi

1. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dilakukan melalui:


 penetapan pedoman pembangunan prasarana dan sarana sanitasi;
 pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada
kawasan perkotaan;
 pembuangan air limbah melalui jaringan pengumpul air limbah pada kawasan
perkotaan ke dalam sistem instalasi pengolah air limbah terpusat;
 pembangunan sistem instalasi pengolah air limbah terpusat pada setiap
lingkungan;
 penerapan teknologi pengolahan air limbah yang ramah lingkungan

Gambar 5. Tidak Tersedia Sanitasi dan Tersedia Sanitasi

2. Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada diatas diatur dengan mekanisme


perizinan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan.

B. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan


pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air
1. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air dilakukan melalui pengaturan terhadap
kegiatan pembangunan dan/atau pemanfaatan lahan pada sumber air.
2. Perlindungan sumber air pada butir 1 dilakukan sesuai dengan ketetapan
pemanfaatan zona pada sumber air yang bersangkutan.
3. Penyelenggaraan perlindungan sumber air dilakukan oleh Kementerian atau
Kementerian yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau pemerintah
daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
Gambar 6. Pembangunan Prasarana dan Perlindungan Sumber Air.

C. Pengendalian pengolahan lahan di daerah hulu


1. Pengendalian pengolahan lahan di daerah hulu dilakukan untuk:
 mencegah longsor;
 mengurangi laju erosi tanah;
 mengurangi tingkat sedimentasi pada sumber air dan prasarana sumber
daya air; dan
 meningkatkan peresapan air ke dalam tanah.

2. Pengendalian pengolahan tanah pada butir 1 memperhatikan kaidah konservasi


dan tetap mempertahankan fungsi lindung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Gambar 7. Pengendalian Pengolahan Lahan di Hulu


MATERI POKOK 4

UPAYA PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER AIR III


A. Pengaturan daerah sempadan sumber air
1. Pengaturan daerah sempadan sumber air dilakukan untuk mengamankan dan
mempertahankan fungsi sumber air serta prasarana sumber daya air.
2. Pengaturan daerah sempadan sumber air sebagaimana dimaksud pada butir 1
berupa penetapan batas sempadan sumber air dan penetapan pemanfaatan
daerah sempadan sumber air.
3. Sempadan ditetapkan oleh Kementerian yang terkait dengan bidang sumber daya
air atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
setelah berkonsultasi dengan dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber
daya air provinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan.

Gambar 8. Pengaturan Sempadan Sungai

B. Rehabilitasi hutan dan lahan


1. Kementerian yang terkait dengan bidang sumber daya air atau pemerintah
daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mempertahankan
fungsi daerah sempadan sumber air.
2. Untuk mempertahankan fungsi daerah sempadan sumber air, Kementerian yang
terkait dengan bidang sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya:
 mencegah pembuangan air limbah yang tidak memenuhi baku mutu, limbah
padat, dan/atau limbah cair;
 mencegah pendirian bangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat
mengganggu aliran air, mengurangi kapasitas tampung sumber air atautidak
sesuai dengan peruntukannya
 melakukan revitalisasi daerah sempadan sumber air.

Gambar 9. Rehabilitasi Hutan dan Lahan

C. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan


pelestarian alam

1. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam
dilakukan untuk memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya
dalam rangka menjamin ketersediaan air tanah, air permukaan, dan unsur hara
tanah.
2. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam
pada butir 1 dilakukan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dibidang
kehutanan atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kementerian yang bertanggung jawab dibidang kehutanan atau pemerintah
daerah, mengupayakan pemberdayaan masyarakat dalam menjaga pelestarian
hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.
Gambar 10. Pelestarian hutan lindung dan Kawasan Suaka Ala
MATERI POKOK 5

PERAN SERTA MASYARAKAT


A. Peran Masyarakat di Daerah Tangkapan Air (DTA)
Pemerintah dan/atau non Pemerintah melibatkan peran masyarakat di Daerah
Tangkapan Air (DTA) secara sistematis dan berkelanjutan dengan cara bimbingan
teknis, penyuluhan, pendampingan, bantuan modal, advokasi, dan lainnya. Program
atau kegiatan Pengelolaan DAS antara lain :
1. Penataan ruang (kawasan hutan lindung, konservasi, produksi dipaduserasikan
dgn RTRW)
2. Pengelolaan sumberdaya air (pengelolaan : konservasi dan rehabilitasi hutan,
lahan dan air)
3. Pengelolaan vegetasi (pengelolaan hutan dan luar kawasan hutan untuk
menghasilkan kayu, non kayu, jasa lingkungan)
4. Pembangunan sumberdaya buatan : bangunan konsevasi tanah dan air, sarana
aneka usaha kehutanan dll.
5. Pembinaan/pemberdayaan sumberdaya manusia (penyuluhan, pelatihan,
permodalan, dll)
6. Pengembangan kelembagaan (kelompok tani, Forum DAS, Forum RHL, Forum
Hutan Rakyat, Jejaring kerja, dll)
Masyarakat juga dapat dilibatkan dalam Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (GNRHL) yaitu penanggulangan bencana yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan terkooordinasi melibatkan seluruh potensi sumberdaya yang ada
baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam persiapan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian. Target kegiatan GNRHL dalam 5 tahun adalah 3
juta hektar dengan kegiatan pokok dan kegiatan pendukung sebagai berikut.
Kegiatan Pokok, terdiri dari :
1. Pembibitan
2. Reboisasi (Hutan Produksi, Lindung, Konservasi)
3. Pengembangan Hutan Rakyat
4. Rehabilitasi Hutan Mangrove
5. Penghijauan Lingkungan
6. Pembuatan Tanaman Percontohan/Model
7. Pembuatan Tanaman Green Belt Waduk/Danau
8. Pembuatan Bangunan Konservasi Tanah dan Air
9. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan Pendukung, terdiri dari
:
1. Pembinaan, Bimbingan dan Wasdal
2. Bang-Kelembagaan, Pendampingan, Penyuluhan
3. Pembangunan Citra dan Promosi
4. Monev, Data dan Promosi
5. Litbang
6. Kepeloporan TNI
B. Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Sekitar Jaringan Sumber Air
(JSA)
Situ, mata air, sungai, waduk, danau, sebagai bagian dari DAS berfungsi
sebagai tempat penampungan air yang berguna untuk penanggulangan
banjir, konservasi SDA (Pemasok Air Tanah), pengembangan ekonomi
masyarakat dan tempat rekreasi. Banyak permasalahan saat ini terkait
dengan kondisi sumber air, diantaranya terjadinya pendangkalan,
pencemaran dimana sampah kurang terkendali. Kondisi air yang tercemar
berat, selain itu juga terjadi okupansi lahan sungai dan sumber air oleh
penduduk. Belum diterapkannya sempadan sungai. Permasalahan pada
faktor fisik antara lain pengurangan luasan sumber air akibat alih fungsi
lahan, pendangkalan sumber air akibat sedimentasi serta kurangnya
pemeliharaan sehingga situ dipenuhi oleh gulma.
Sungai merupakan salah satu sumber air yang penting sehingga perlu
pengelolaan yang baik. Berikut ini konsepsi pengelolaan sungai selama ini :
1. Konservasi Sungai
Perlindungan Sungai dengan palung sungai, sempadan sungai, danau
paparan banjir dan dataran banjir. Pencegahan pencemaran air sungai
dilakukan dengan enam tahap berikut :
a. Penetapan daya tamping beban pencemaran
b. Identifikasi dan inventarisasi sumber air limbah yang masuk ke sungai
c. Penetapan persyaratan dan tata cara pembuangan air limbah
d. Pelarangan pembuangan sampah ke sungai
e. Pemantauan kualitas air pada sungai
f. Pengawasan air limbah yang masuk ke sungai
2. Pengembangan Sungai, dengan cara memanfaatkan sungai
3. Pengendalian Daya Rusak Air
Terdiri dari pengurangan resiko besaran banjir dan pengurangan resiko
kerentanan banjir. Pengurangan resiko besaran banjir terdiri dari
prasarana pengendali banjir dan prasarana pengendali aliran permukaan
yang terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut.
Prasarana pengendali banjir, antara lain :
a. Peningkatan kapasitas sungai
b. Tanggul
c. Pelimpah banjir dan/atau pompa
d. Bendungan
e. Perbaikan drainase kota
Prasarana pengendali aliran permukaan dapat dilakukan dengan resapan
air atau penampung banjir. Adapun untuk pengurangan resiko kerentanan
banjir dilakukan dengan pengelolaan dataran banjir dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Penetapan batas dataran banjir
b. Penetapan zona peruntukan lahan sesuai resiko banjir
c. Pengawasan peruntukan lahan di dataran banjir
d. Persiapan menghadapi banjir
e. Penanggulangan banjir
f. Pemulihan setelah banjir
Berkaitan dengan penanganan sungai, saat ini arah kebijakan
penanganan sungai terfokus kedalam delapan poin kebijakan sebagai
berikut :
a. Mengurangi kerentanan manusia terhadap kerusakan akibat banjir
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak menginvestasikan
uang dan property mereka di daerah rawan banjir
c. Mengurangi dampak banjir pada individu dan masyarakat dengan
membangun system peringatan dini dan prakiraan banjir
d. Mengurangi banjir dengan membangun bangunan pengendali banjir
e. Mengutamakan penanganan secara non struktural dengan
mengintegrasikan pengelolaan SDA, dengan memberlakukan
peraturan tentang dataran banjir
f. Meningkatkan SDM untuk meningkatkan pengolahan data SDA,
system peringatan dini serta prakiraan banjir
g. Standar untuk tingkat perlindungan: perkotaan, pedesaan. Daerah
perkotaan Q20 – Q100 dan daerah pedesaan Q5 – Q20
h. Peningkatan kegiatan OP infrastruktur SDA
Terdapat banyak aspek yang menjadi tantangan dalam pengelolaan sumber
daya air. Masing masing tantangan perlu strategi dalam rangka pengelolaan
sumber daya air. Tabel berikut ini memuat sejumlah tantangan dalam
pengelolaan sumber daya air dan strateginya.

Tantangan Strategi
Konservasi Lahan  Penataan kawasan taman nasional, hutan
dan produksi dan sabuk hijau.
Air Tanah  Pelaksanaan “ Kebijakan Zero Delta Q”.
 Pengendalian lahan pertanian di daerah hulu.
Erosi  Penataan kawasan taman nasional, hutan
dan Sedimentasi produksi dan sabuk hijau.
 Pelaksanaan “ Kebijakan Zero Delta Q”.
 Pengendalian lahan pertanian di daerah hulu.
Efek Perubahan Mitigasi:
Iklim Global  Pengelolaan SDA pada lahan basah.
 Peningkatan kapasitas pada hulu DAS.
Adaptasi:
 Peningkatan infrastruktur SDA untuk
menunjang ketahanan pangan.
 Manajemen resiko untuk banjir dan
konservasi pantai.
 Peningkatan kepedulian masyarakat dalam
keamanan air dan konservasi.
Degragasi Sumber  Keseimbangan antara konservasi sumber daya
Daya Air air dan pemanfaatannya.
Pencemaran Air  Penegakan hukum kepada setiap
individu/perusahaan yang menyebabkan
pencemaran air.
 Membangun Sistem pembuangan air kotor atau
Pengolahan limbah.
 Rehabilitasi air yang telah tercemar.
Ketidakseimbangan  Meningkatkan pembuatan kolam retensi
antara Persediaan dan persediaan air.
dan Permintaan  Peningkatan efisiensi sistem distribusi air bersih.
 Pengendalian kebutuhan air berdasarkan pada
neraca air.
Permasalahan  Membentuk wadah/lembaga koordinasi.
Pengguna Air  Melakukan koordinasi yang baik melalui
wadah/lembaga sumber daya air.
Peningkatan  Perbaikan karakter dan kemampuan sumber
Sumber Daya daya manusia.
Manusia  Peningkatan peran serta masyarakat dalam
manajemen sumber daya air.
Partisipasi  Menciptakan birokrasi yang sederhana
Komunitas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
 Meningkatkan peran serta organisasi
pengelola SDA.
 Implementasi Pertemuan Konsultasi Masyarakat
dalam perencanaan dan implementasi
pengelolaan SDA.
Sistem Informasi  Peningkatan kualitas informasi sumber daya air.
Sumber Daya Air  Pengembangan sistem informasi sumber daya air.
 Peningkatan koordinasi antar organisasi
pengelola SDA.

Manfaat Sumber Air antara lain untuk keperluan irigasi, pengimbuh air (water
recharge) pada cekungan air tanah, cadangan air bersih, perikanan darat,
sarana rekreasi dan wisata alam. Sumber air wajib dilindungi dan dilestarikan
dalam bentuk penetapan luas dan status sumber air, penetapan status
perlindungan sumber air, penetapan tingkat kerusakan situ dan tata guna
lahan sekitar sumber air. Bentuk perlindungan sumber air juga dapat
dilakukan dalam bentuk pengkajian permasalahan dan pengelolaan serta
informasi pemantauan dan evaluasi kondisi sumber air. Wujud kesadaran
masyarakat terhadap nilai dan fungsi sumber air, antara lain :
a. Perlunya peningkatan Komunikasi, Koordinasi dan Kolaborasi (3K) antar
instansi.
b. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber air.
c. Upaya revitalisasi/rehabilitasi sumber air.
d. Pengamanan sumber air.
e. Identifikasi tingkat kerusakan sumber air.
f. Program kegiatan revitalisasi.
g. Pengendalian dan pelarangan alih fungsi sumber air untuk peruntukan
lainnya.
Tutupan lahan dapat menjadi parameter kondisi sumber air. Kondisi sumber
air baik apabila tutupan lahan kurang dari 25 %. Kondisi rusak apabila
tutupan lahan antara 25 % sampai kurang dari 50 %. Kondisi sumber air
dikatakan parah apabila tutupan lahan antara 50 % sampai dengan melebihi
75 %.
Terdapat berbagai tahapan pengelolaan sungai diantaranya penataan
sungai, perencanaan sungai, pengelolaan dan pelaksanaan. Pada setiap
tahapan terdapat rincian kegiatan. Berikut ini rincian masing masing tahapan.
Usulan kegiatan Penataan Sungai terdiri dari :
1. Pengukuran, pembuatan patok terlindunginya Sungi dari berbagai
kegiatan.
2. Penerapan sempadan sungai.
3. Papan informasi tentang larangan pemanfaatan lahan sungai,
pengamanan dan pemagaran.
4. Re-inventarisasi sungai (nama, lokasi, panjang, kedalaman, status sungai.
5. Sertifikasi sumber air (kejelasan status lahan).
6. Penyuluhan, Pemberdayaan masyarakat di sekitar sungai.
7. Rapat Koordinasi berkaitan dengan Kejelasan Kewenangan.
8. Pelimpahan kewenangan pengelolaan sungai.
9. Penyelesaian status hukum yang saat ini lahan dikelola masyarakat atau
swasta.
Tahapan pengelolaan sungai terdiri dari :
1. Restorasi, Perbaikan Sungai.
2. Fungsi Sungai sebagai pengendali banjir.
3. Pengerukan kedalaman sungai.
4. Pembuatan tanggul sungai.
5. Pembuatan jalan inspeksi sungai.
6. Pelaksanaan Penghijauan.
7. Pembersihan dan Pengangkutan gulma
air. Tahapan perencanaan sungai terdiri dari :
1. Kajian status, kondisi, kedalaman, batas-batas Sungai dan ancaman
kelestariannya.
2. Identifikasi sumber pencemar.
3. Penyusunan kebijakan pengelolaan sungai.
4. Menetapkan status sungai.
5. Penyerahan pengelolaan sungai melalui
MoU. Tahapan pelaksanaan terdiri dari :
1. Restorasi, Pengembangan dan Konservasi Sungai.
2. Operasi dan Pemeliharaan Sungai.
3. Pemberian Penghargaan Atas Aktivitas Masyarakat.
4. Pemanfaatan Sungai Berbasis Masyarakat.
5. Penegakan hukum bagi pencemar dan pengalih fungsi Sungai.
6. Penanaman pohon di sekitar bantaran sungai.
7. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Sungai.

C. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Ketahanan Air


Salah satu program pengelolaan air yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat adalah dengan memanen air hujan. Memanen air hujan artinya
menangkap air hujan agar terserap kedalam tanah. Air hujan dialirkan
kedalam tanah melalui sumur resapan, biopori atau berbagai tampungan air
lainnya seperti embung, waduk, situ, danau atau kolam air. Pola pikir
masyarakat selama ini cenderung untuk mengalirkan air hujan secepatnya ke
laut. Sementara ini pemerintah membangun banjir kanal dan/atau
merestorasi sungai untuk menghindari banjir. Masyarakat mengarahkan air
menuju got-got atau parit kemudian dialirkan ke sungai dan bermuara di laut
dengan tujuan untuk menghindari banjir. Pola pikir ini bukan mencegah
terjadinya banjir tapi merelokasi/memindahkan lokasi banjir. Hujan
sebenarya dapat dimanfaatkan dengan resapan air atau biopori. Manfaat
memanen hujan secara umum adalah
1. Meningkatkan dan mempertahankan tinggi muka air tanah
2. Mengurangi ancaman terjadinya banjir
3. Mengatasi krisis air bersih
4. Mengurangi debit aliran permukaan, erosi dan sedimentasi
5. Mengurangi laju penurunan muka tanah
Salah satu bentuk memanen hujan yang dapat dilakukan yaitu dengan
membuat sumur resapan. Berikut ini beberapa jenis sumur resapan yang
tersedia :
1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu
belah maupun ijuk (kosong)
2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu
belah dan ijuk.
3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur,
dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong.
4. Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur
5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk
dinding sumur).
SNI telah mengatur terkait ketentuan tentang sumur resapan, diantaranya
berkaitan dengan ketentuan membuat sumur resapan pada lahan
pekarangan dan cara pembuatannya. Berikut ini ketentuan dan tahapan
dalam pembuatan sumur resapan bedasarkan SNI.
Ketentuan membuat Sumur Resapan (SR) Pada Lahan Pekarangan sesuai
SNI :
1. SR berada pada lahan datar tidak pada lahan berlereng curam atau
labil.
2. SR berjarak minimal 5 m dari septic tank dan minimal 1 m dari pondasi
bangunan.
3. Struktur tanah harus mempunyi daya resap air
Cara membuat sumur resapan pada lahan pekarangan sesuai SNI :
1. Diameter atau lebar SR 80 – 100 cm.
2. Dinding SR dilapis ijuk.
3. Susunan SR yaitu pasir 10 cm, ijuk 1 lapis (10 Cm), pecahan batu kali/
puing beton (20 cm), ijuk 1 lapis (10 cm), pecahan batu kali/puing beton
(20 cm), ijuk 1 lapis (10 cm), pecahan batu kali/puing beton (20 cm), ijuk 1
lapis (10 cm).
4. Saluran pemasukan dari pipa pralon langsung dari talang atau saluran
pembuang air hujan.

Gambar 11. Sumur Resapan


PENUTUP

Pemahaman terhadap perlindungan dan pelestarian sumber air harus memahami


fenomena yang terjadi, keruasakan sumber air akibat ulah manusia dan daya alam.
Upaya-upaya perlindungan dan pelestarian sumber air meliputi:

A. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air


B. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi
C. Pengisian air pada sumber air
D. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air
E. Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu
F. Pengaturan daerah sempadan sumber air
G. Rehabilitasi hutan dan lahan
H. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam

A. Latihan
Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan melingkarinya:
1. Sebagian dari fenomena yang terjadi
a. Jawaban b, c dan d benar
b. Kawasan resapan air semakin menyusut
c. Adanya pembakaran hutan dan illegal loging
d. Sungai terdesak permukiman, buangan limbah, sampah.

2. Kerusakan sumber air disebabkan oleh:


a. daya alam
b. ulah manusia
c. pencemaran
d. jawaban a, b, c benar

3. Pilih jawaban yang salah terhadap Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air
a. Tidak dikendalikannya pemakaian air
b. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air
c. Pengisian Air Pada Sumber Air
d. Pengendalian Pemanfaatan Sumber Air

4. Keberlangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air perlu dipelihara
a. Pernyataan ini salah
b. Pernyataan ini benar

5. Pengisian air pada sumber air dapat dilaksanakan, antara lain, dalam bentuk
a. Pengisian air dari suatu sumber air ke sumber air yang lain dalam satu wilayah
sungai atau dari wilayah sungai yang lain
b. Pengimbuhan air ke lapisan air tanah (akuifer)
c. Pernyataan a dan b benar
6. Pengaturan Prasarana dan Sarana Sanitasi
a. Penetapan pedoman pembangunan prasarana dan sarana sanitasi.
b. Pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada
kawasan perkotaan.
c. Pembuangan air limbah melalui jaringan pengumpul air limbah pada kawasan
perkotaan ke dalam sistem instalasi pengolah air limbah terpusat.
d. Pembangunan sistem instalasi pengolah air limbah terpusat pada setiap
lingkungan.
e. Pernyataan a, b, c dan d benar

7. Pengendalian Pengolahan Tanah di Daerah Hulu


a. Mencegah longsor
b. Mengurangi laju erosi tanah
c. Mengurangi tingkat sedimentasi pada sumber air dan prasarana sumber daya air
d. Meningkatkan peresapan air ke dalam tanah.
e. Jawaban a, b, c dan d benar.

8. Kementerian yang terkait dengan bidang industri dan/atau pemerintah daerah sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan
pemantauan pelaksanaan pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu pada butir
1.
a. pernyataan ini benar
b. Pernyataan ini agak meragukan
c. pernyataan ini salah

9. Pengaturan Daerah Sempadan Sumber Air


a. Tidak dilakukannya pengamanan fungsi sumber air serta prasarana sumber air.
b. Pernyataan ini salah.
c. Pernyataan ini benar

10. Pencegahan kerusakan fungsi daerah resapan air


a. Mencegah pembuangan air limbah yang tidak memenuhi baku mutu, limbah
padat, dan/atau limbah cair;
b. Mencegah pendirian bangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat mengganggu
aliran air, mengurangi kapasitas tampung sumber air atautidak sesuai dengan
peruntukannya.
c. Melakukan revitalisasi daerah sempadan sumber air.
d. Pernyataan a, b dan c benar.

B. Rangkuman
Krisis air bersih juga merupakan dampak dari perubahan iklim. Bila iklim global tidak
berjalan normal, kemarau panjang atau musim hujan yang tak kunjung usai akan
menyebabkan aturan ekosistem tidak berjalan dengan baik. Sumber mata air bisa
menjadi kering dan tercemar.

Kita kembali diingatkan akan pentingnya air bagi kehidupan dalam momen World Water
Day (Hari Air Sedunia) yang dirayakan setiap 22 Maret. Perlindungan dan Pelestarian
sumber air yang dilakukan secara berkelanjutan menjadi hal utama yang
dikampanyekan kepada masyarakat luas. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk
menjaga ketersediaan sumber air. Mulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan sehari-
hari, misalnya mematikan kran saat menggosok gigi, memilih mandi
menggunakan shower dibanding gayung, atau memastikan telah menutup kran air
dengan rapat. Tidak membuang sampah ke saluran air dan sungai juga salah satu cara
menjaga sumber air.

Menjaga kelestarian air berarti menjaga kehidupan kita. Mari kita beraksi mulai dari
sekarang untuk menjaga sumber mata air. Jangan sampai krisis mata air mendatangkan
air mata bagi kita.

C. Evaluasi Kegiatan Belajar


1. Jika peserta dapat menjawab > 80% maka pemahaman terhadap Perlindungan dan
Pelestarian Sumber Air sangat baik
2. Jika peserta dapat menjawab > 60-80% maka pemahaman terhadap Perlindungan
dan Pelestarian Sumber Air baik
3. Jika peserta dapat menjawab > 40-60% maka pemahaman terhadap Perlindungan
dan Pelestarian Sumber Air cukup
4. Jika peserta dapat menjawab ≤ 40% maka pemahaman terhadap Perlindungan dan
Pelestarian Sumber Air kurang.

D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah anda mengikuti mata sajian Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air maka
sebagai bahan tindak lanjut adalah memperdalam materi tersebut dengan mengacu
pada daftar pustaka.
Disamping itu anda perlu merencanakan aksi dan melaksanakannya karena ilmu tanpa
diamalkan tidak ada artinya.
DAFTAR PUSTAKA

 Darismanto, Nico. 2010. Keterpaduan Pengelolaan Sumber Daya Air,


 Darismanto, Nico. 2012. Ringkasan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air
 Imam Anshori, pengelolaan sumber daya air terpadu, (tahun)
 Integrated Water Recources Management
 SNI 8456:2017 tentang sumur dan parit resapan air hujan
GLOSARI

1. Akuifer = lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan
air. Melalui akuifer inilah air tanah dapat diambil. Penelitian aliran air di akuifer
dan karakterisasi akuifer disebut hidrogeologi. Aquifer ada dalam berbagai
kedalaman.
2. Biopori = teknologi alternatif dan sederhana untuk penyerapan air hujan
berupa lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dan
didalamnya terbentuk lubang-lubang kecil akibat aktivitas organisme.
3. Dehidrasi = Kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada
yang didapatkan, sehingga keseimbangan zat gula dan garam menjadi
terganggu, akibatnya tubuh tidak dapat berfungsi secara normal
4. Drainase = Pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau
buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat.
Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang,
atau mengalihkan air.
5. Gulma = tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
6. Revitalisasi = Suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan
kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya
7. Sanitasi = Perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga
dan meningkatkan kesehatan manusia.
8. Sedimen = Material atau pecahan dari batuan, mineral dan material organik
yang melayang-layang di dalam air, udara, maupun yang dikumpulkan di
dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya.

Anda mungkin juga menyukai