Anda di halaman 1dari 21

Sejarah Perkembangan Kebutuhan dan Penyediaan Air serta

Perubahan Paradigma Manajemen Sumber Daya Air dan


Ilmu-Ilmu Pendukung

Disusun Oleh :

Alief Rizky Pratama 21/482365/TK/53266

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada

Tahun Ajaran 2022/2023

MSDA 1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah Subhanahuwata‟ala atas segala limpahan rahmat


dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi wassalam semoga kita
mendapatkan syafa‟atnya di hari akhir nanti. Makalah Sejarah Perkembangan
Kebutuhan dan Penyediaan Air serta Perubahan Paradigma Manajemen Sumber
Daya Air dan Ilmu-Ilmu Pendukung ditujukan untuk memenuhi penilaian Ujian
Tengah Semester Genap TA 2022/2023. Makalah ini berisi tentang sejarah dan
perkembangan penyediaan air serta paradigma manajemen sumber daya air
beserta ilmu-ilmu pendukunganya.
Pada kesempatan ini juga penulis berterima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dan mendukung penyusunan makalah baik secara materil
dan moril yang ditujukan kepada :
1. Allah Subhanahuwata‟ala, Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung saya walau berada di tempat
yang jauh.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Fatchan Nurrochmad, M.Agr. selaku dosen pengampu
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Air.
4. Teman-teman mahasiswa/i Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
angkatan 2021.
5. Semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan makalah yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat
saya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu mohon atas kritikan dan saran dari para pembaca
makalah ini supaya makalah ini dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Penulis,
Alief Rizky Pratama

MSDA 2
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ 2

BAB I Pendahuluan ................................................................................................ 4

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 4


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan ................................................................................................ 6

2.1. Sejarah Perkembangan Sumber Daya Air di Indonesia ........................... 6


a. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa Kerajaan ...... 6
b. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa Penjajahan .... 7
c. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa Orde Lama .... 8
d. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa Orde Baru ..... 8
e. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa Reformasi ..... 9
2.2. Perubahan Paradigma Terkait Manajemen Sumber Daya Air ............... 11
2.3. Peran Serta Ilmu-Ilmu Pendukung Manajemen Sumber Daya Air ........ 15
BAB III Penutupan ................................................................................................ 18

3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 18


3.2. Saran ....................................................................................................... 19
Referensi ............................................................................................................ 21

MSDA 3
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Penyediaan air sejak zaman dahulu merupakan suatu kebutuhan
vital bagi hajat hidup orang banyak. Seiring bertambahnya jumlah
penduduk akan selalu berbanding lurus dengan kebutuhan akan sumber
daya air. Tak terkecuali di Indonesia yang tiap tahun mengalami
pertumbuhan penduduk. Penduduk Indonesia pada tahun 2005 berjumlah
218.868.791 jiwa kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi
237.641.326 jiwa dan pada tahun 2022 meningkat kembali menjadi
275.773.800 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2022). Untuk itu sumber daya air
merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam pemenuhan
pembangunan manusia seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.
Bahkan jauh sebelum Indonesia menjadi negara yang merdeka dan
berdaulat sejak zaman kerajaan dahulu (sebelum masa penjajahan)
pembangunan infrastruktur sumber daya air sudah ada. Pembangunan
infrastruktur sumber daya air tersebut ditujukan untuk mengatasi berbagai
problematika mulai dari kekeringan, irigasi, transportasi, dan lainnya.
Namun, pada era kerajaan dahulu infrastruktur sumber daya air belum bisa
dimanfaatkan sepenuhnya dan hanya didominasi untuk kebutuhan irigasi.
Hal tersebut karena sebagian besar mata pencaharian penduduk pada masa
kerajaan adalah pertanian.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi sumber
daya air peringkat lima dunia dengan tangkapan air hujan mencapai tujuh
triliun m3 (Kementerian PUPR, 2012). Sayangnya, dengan volume tujuh
triliun m3 itu sebagian masih terbuang ke laut. Sebagian kecil sebesar 20%
dikelola untuk bidang pertanian, kebutuhan domestik, dan industri. (Moch.
Hasan, 2012). Dengan potensi sumber daya air yang demikian besar,
Indonesia belum mampu menggunakan potensi tersebut secara optimal dan

MSDA 4
menyeluruh. Diperlukan adanya pengelolaan sumber daya air yang terarah
dan sesuai dengan keadaan serta potensi sumber daya air yang ada.
Tiap zaman pengelolaan tentang sumber daya air terus berubah
disesuaikan dengan kondisi, kemampuan, dan kebutuhan sumber daya air
pada masa terkait. Hal ini menimbulkan perubahan paradigma yang
bekerja dalam memanajemen sumber daya air. Perubahan paradigma yang
terjadi juga disebabkan oleh tuntutan efisiensi dan membenahi
permasalahan yang kompleks dalam pengelolaan sumber daya air.
Penyesuaian pradigma sesuai perkembangan zaman ditujukan untuk
mendapatkan pengelolaan yang terpadu dan optimal dalam menjamin
kebutuhan sumber daya air. Jika hal itu dapat dicapai maka sifat optimasi
dapat terpenuhi dalam manajemen sumber daya air.
Optimasi sumber daya air harus selalu dikoreksi mengingat
semakin berkembangnya zaman dan peradaban manusia permintaan akan
sumber daya air turut meningkat. Kini tak hanya kebutuhan irigasi dan air
minum saja tetapi dapat merambah kepada hal lain mulai dari sosial,
politik, ekonomi, budaya, pertahanan, dan keamanan. Sebagaimana
cakupan sumber daya air pada ilmu pendukung lain yang sangat besar
maka diperlukan juga kajian mengenai pengelolaan sumber daya air pada
tiap-tiap bidang yang turut menyokong manajemen sumber daya air.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana sejarah perkembangan manajemen sumber daya air di
Indonesia ?
b. Bagaimana perubahan paradigma manajemen sumber daya air
dalam memenuhi segala kebutuhan ?
c. Bagaimana pengaruh ilmu-ilmu pendukung manajemen sumber
daya air ?

1.3. Tujuan
a. Menjabarkan sejarah singkat perkembangan dan pemanfaatan
manajemen sumber daya air di Indonesia.

MSDA 5
b. Menjelaskan tujuan perubahan paradigma terkait manajemen
sumber daya air dalam pemenuhan kebutuhan tiap zaman.
c. Menjelaskan peran serta ilmu-ilmu pendukung manajemen sumber
daya air.

BAB II
Pembahasan

2.1. Sejarah Perkembangan Sumber Daya Air di Indonesia


Sejak zaman dahulu pemanfaatan sumber daya air sudah digencarkan
dalam rangka menopang berbagai macam kebutuhan. Hal itu didukung
pula dengan sifat sumber daya air yang sifatnya melimpah dan terbarukan.
Namun, pemanfaatannya belum beragam seperti pada zaman modern saat
ini. Kebanyakan pada zaman dahulu orang menggunakan sumber daya air
untuk keperluan cocok tanam. Dalam perkembangan sejarah sumber daya
air di Indonesia dapat dibagi dalam runtutan waktu sebagai berikut :

a. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa Kerajaan


Pembangunan infrastruktur sumber daya air pada masa
kerajaan dahulu diberdayakan untuk kebutuhan rakyat dari
kerajaan terkait yang membangunnya. Inisiasi pembangunan
infrastruktur sumber daya air dipegang oleh raja yang berkuasa.
Sebagian besar pemanfaatannya adalah untuk irigasi pertanian
karena sebagian besar mata pencaharian rakyat pada zaman
kerajaan adalah bertani dan berkebun selebihnya hanya untuk
keperluan transportasi, pertahanan, dan upacara peribadatan.
Konservasi air yang ada belum digunakan secara masif dan belum
sebanyak pada era modern penggunaanya, seperti untuk industri
dan bisnis.

MSDA 6
Konservasi sumber daya air pada masa kerajaan dapat
diambil contoh dari Kerajaan Majapahit. Dalam waktu antara tahun
1293-1500 masehi penguasa Majapahit membangun sejumlah
waduk, kolam buatan, kanal, saluran air kecil, bak air, dan sumur.
Hal itu termaktub dalam Prasasti Kandangan yang bertarikh
1350.Salah satu pembangunan waduk yang terkenal adalah Candi
Tikus. Disebut candi karena di tengah-tengah waduk berdiri suatu
candi. Bangunan tersebut berfungsi sebagai bendungan dan
simbolisasi gunung Semeru yang mengucurkan air dari puncak.
Selain membangun fasilitas-fasilitas tersebut, Majapahit juga
membentuk satuan pengelola air yang disebut huluair.

b. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa


Penjajahan
Pembangunan infrastruktur pada masa penjajahan (terutama
penjajahan Belanda) ditandai dengan pembangunan waduk,
embung, dan jaringan irigasi besar-besaran. Selama Belanda
menerapkan program tanam paksa pada saat itu, telah dibangun
jaringan-jaringan irigasi kecil dan sederhana dengan jumlah yang
sangat besar dan dibangun sendiri oleh masyarakat di samping
jaringan-jaringan irigasi. Pada tahun 1885 saat akan berakhirnya
tanam paksa, secara teknis luas daerah irigasi mencapai sekitar
210.000 hektar. Pembangunan irigasi pada periode ini dianggap
merupakan awal dari perkembangan teknik dan pembangunan
pengairan, khususnya irigasi, di negeri ini.

Selain itu pada masa Hindia-Belanda juga sudah ada


beberapa regulasi mengenai pengelolaan sumber daya air. Sebagai
contoh diterbitkannya Algemeene Water Reglement di tahun 1936
(AWR 1936) dan disusul dengan Algemeene Water-
beheersverordening di tahun 1937 dan Provinciale Water
Reglement (Jawa Timur dan Jawa Barat) di tahun 1940. Ketika

MSDA 7
sesudah kemerdekaan ketentuan-ketentuan yang meregulasi
pengelolaan sumber daya air tersebut masih diberlakukan dengan
aturan peralihan UUD 1945.

c. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa Orde


Lama
Pada masa Orde Lama terdapat proyek bendungan yang
spektakuler, yaitu Bendungan Jatiluhur (Juanda) di wilayah Jawa
Barat. Waduk ini merupakan waduk yang serbaguna yang dapat
diperuntukkan sebagai irigasi beserta jaringannya, olahraga air, air
minum, PLTA, konservasi air dan tanah, perikanan air tawar,
pengendalian banjir, dan lainnya. Peresmian Waduk Jatiluhur
berlangsung pada masa pemerintahan Orde Baru.

d. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa Orde


Baru
Penerapan kebijakan yang mengatur sumber daya air
berlanjut pada periode Orde Baru. Bukti nyatanya dapat dilihat
pada periode Pelita I pada tahun 1968 sampai 1973 yang berfokus
pada prioritas pembangunan pada peningkatan produksi pangan.
Dampak dari kebijakan ini adalah rehabilitasi jaringan irigasi yang
rusak dan pembangunan irigasi baru di daerah prioritas, terutama
pada wilayah pusat-pusat produksi beras.

Pada periode Pelita II yang berlangsung pada tahun 1973


sampai 1978, pembangunan pengairan dimaksudkan untuk
menunjang usaha kegiatan peningkatan produksi pangan,
mengamankan daerah produksi pangan, menunjang pelaksanaan
transmigrasi, dan menunjang perkembangan industri. Pada periode
ini juga diterbitkan UU No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan
sebagai wujud legal dari kebijakan umum di bidang air dan
sumbersumber air serta menjadi pedoman umum bagi

MSDA 8
penyelenggaraan pengairan. Terbitnya UU tersebut merupakan
prestasi tersendiri karena pada waktu itu belum banyak negara
memiliki UU tentang air seperti yang telah dibuat di Indonesia.

Pembangunan dilanjutkan pada masa Pelita III (1978-1983)


dengan perkuatan kebijakan berupa PP No.22 Tahun 1982 tentang
Tata Pengaturan Air dan PP No.23 Tahun 1982 tentang Irigasi.
Kedua peraturan itu menjadi pedoman dalam pembangunan dan
pengelolaan pengairan. Kemudian pada periode Pelita IV pada
tahun 1983-1988 yang sejalan dengan dimulainya pembangunan
industri pengolahan menjadi barang jadi, maka pembangunan
pengairan juga dituntut untuk mendukung industri tersebut.

Pada periode Pelita V (1988-1993) yang sejalan dengan


pembangunan nasional yang diarahkan untuk mencapai industri
yang maju disokong oleh pertanian yang tangguh, maka
pembangunan pengairan juga dituntut mengimbangi kedua sektor
tersebut. Dalam periode ini pula terbit peraturan-peraturan
pelaksanaan dari UU No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan, yaitu
PP No.20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, PP
No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa dan PP No. 35 Tahun 1991
tentang Sungai yang merupakan penetapan kebijakan air pada
lingkup masing-masing. (Dharma, 2017)

e. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air pada Masa


Reformasi
Pada era reformasi pembangunan infrastruktur sumber daya
air dilanjutkan dan dilakukan pula pemeliharaan terhadap
infrastruktur yang sudah dibangun sebelumnya. Bahkan menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimoeljono
menggaungkan dan mencanangkan program OPOR (Optimalisasi,

MSDA 9
Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi) yang masing-masing
dijelaskan sebagai berikut (Basuki, 2021) :

 Memasukkan “Optimalisasi” dengan mengevaluasi


dan inventarisasi infrastruktur terbangun, sehingga
dapat memberi manfaat.
 Tambahkan “Pemeliharaan” dengan
mempertahanakan kemantapan infrastruktur
terbangun.
 Tuangkan “Operasi” dengan segera
memfungsionalkan infrastruktur yang telah lulus uji
coba.
 Terakhir taburkan “Rehabilitasi” dengan
mengembalikan fungsi infrastruktur terbangun.

MSDA 10
2.2. Perubahan Paradigma Terkait Manajemen Sumber Daya Air
Menyadari peliknya permasalahan sumberdaya air, pemerintah
menyadari perlunya dilakukan reformasi kebijakan dengan menggunakan
kerangka-kerangka kelembagaan yang lebih efektif, memperbaiki sistem
perencanaan dan pengelolaan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat
pemanfaat sehingga mampu menghadapi tantangan-tantangan sekarang
dan masa depan. Perubahan paradigma dilaksanakan dengan cara
merumuskan kembali asas, visi, dan misi pembangunan sumberdaya air
yang didasarkan pada asas kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan
keserasian, asas kelestarian, asas keadilan, asas keseimbangan fungsi
sosial dan nilai ekonomi, asas kemandirian, serta asas transparansi dan
akuntabilitas publik. (Dharma,2017)

Program reformasi yang telah dicanangkan sejak tahun 1999 ini


mempunyai beberapa tujuan utama, yaitu:

 Meningkatkan kerangka kelembagaan nasional untuk


pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air
 Meningkatkan kerangka organisasi dan administrasi pengelolaan
wilayah sungai
 Meningkatkan kelembagaan pengaturan pengelolaan kualitas air
secara kewilayahan serta pelaksanaannya
 Menyempurnakan kebijakan, kelembagaan, pembiayaan, dan
pengelolaan sistem irigasi secara partisipatif.

Sejak terjadi krisis ekonomi yang memuncak pada tahun 1998,


kerusakan jaringan pengairan dan irigasi semakin meningkat sebagai
akibat dari rendahnya kinerja dan operasi dan pemeliharaan serta kurang
memadainya dana rehabilitasi. Pendekatan pembangunan pengairan di
masa lalu, yang cenderung sentralistik dan mengambil alih peranserta
masyarakat dalam pengelolaan prasarana irigasi, menyebabkan semakin
meningkatnya ketergantungan kepada penyediaan dana pemerintah dan

MSDA 11
berdampak pada menurunnya partisipasi masyarakat dalam operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi.

Dalam manajemen sumber daya air terjadi perubahan sistem


pengelolaan akibat tuntutan pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan
akan sumber daya air. Tak hanya itu, perubahan paradigma ini juga untuk
memperbaiki kinerja sistem dan menuju tingkat efisiensi yang lebih baik
sehingga menghasilkan kinerja yang optimal. Perubahan ini terjadi secara
bertahap dengan cara berubahnya satu persatu unit sistem pengelolaan.
Adapun beberapa perubahan yang terjadi sebagai berikut :

 Top-down menjadi Bottom-up


Perubahan paradigma unit ini menstimulus untuk selalu
menyelesaikan permasalahan dari akarnya supaya
permasalahan tidak merembet kemana-mana. Untuk itulah
mengapa diubah menjadi Bottom-up.
 Sentralisasi menjadi Desentralisasi
Sejak dahulu kewenangan akan sumber daya air selalu
difokuskan terhadap pemerintahan pusat, sehingga kontrol
akan pengelolaan dan pemeliharaan tidak berjalan optimal

MSDA 12
karena pusat harus mampu mengusai semua infrastruktur
sumber daya air yang ada. Hingga akhirnya sentralisasi
diubah menjadi desentralisasi supaya tiap daerah punya
tanggung jawab dan kontrol yang penuh terhadap
infrastruktur sumber daya air yang ada dan tidak terpaku
pada pemerintah pusat.
 Sektoral menjadi Integrated
Pentingnya bekerja secara sinergi dan terhubung
menyadarkan sistem sektoral dahulu untuk beralih menjadi
terpadu (integrated) sehingga efisiensi dapat mudah
tercapat dan pekerjaan akan lebih mudah dalam hal
pengelolaan dan kontrol.
 Project Based menjadi Berkelanjutan
Dalam pembangunan, manusia zaman dahulu belum
memikirkan pembanguna yang berkelanjutan. Hal itu
karena apabila ada suatu proyek hanya berstandar yang
sudah ada tanpa memikirkan jangka waktu yang panjang.
Oleh sebab itu, sekarang pembangunan didesain
sedemikian rupa supaya dapat terus berlangsung dalam
memberikan manfaat di masa mendatang dan mampu
bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
 Belum Melibatkan Banyak Pihak menjadi Melibatkan
Banyak Pihak
Pelibatan berbagai pihak dalam pengelolaan sumber daya
air sangat diperlukan karena kita perlu meninjau
pengelolaan itu sendiri dalam berbagai perspektif atau
sudut pandang untuk menentukan pengelolaan yang akurat
dan sesuai. Namun, karena keterbatasan tenaga terampil
pada zaman dahulu belum semua pihak dilibatkan dalam
manajemen sumber daya air.

MSDA 13
 Kegiatan Pembangunan menjadi Kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan
Kegiatan pembangunan tidak melulu soal membangun saja,
tetapi juga bagaimana cara mengoperasikan hasil
pembangunan itu sendiri dan bagaimana memeliharanya.
Maka dari itu kegiatan pembangunan sekarang yang
menjadi perhatian juga terdapat pada cara
pengoperasiannya supaya hasilnya maksimal dan juga
bagaimana cara memelihara supaya tidak menimbulkan
kerugian akibat kerusakan hasil pembangunan.
 Berorientasi Supply menjadi Berorientasi Demand
Pembangunan yang ada pada masa dahulu masih
berorientasikan dengan apa yang dapat diberkan atau
disupply tanpa memikirkan apa saja sebenarnya keperluan
yang dibutuhkan. Sehingga kerap kali justru keperluan yang
penting tidak dapat terpenuhi, untuk itu orientasi sekarang
diubah berdasarkan apa saja permintaan dan keperluan
yang dibutuhkan sehingga dapat dihasilkan produk sumber
daya air yang sesuai dengan kebutuhan itu.
 Pola Pikir Operasional dan Taktis menjadi Strategis dan
Konseptual
Pola pikir secara operasional dan taktis memaksudkan pada
zaman dahulu supaya mengerti bagaimana mengoperasikan
sumber daya air yang ada tanpa adanya konsep yang
matang dalam pelaksanaannya. Maka pemahaman akan
konsep sangat diperlukan dalam menjamin mutu yang
tercipta atas sumber daya air dan diperkuat dengan
perencanaan yang strategis dan matang.

MSDA 14
2.3. Peran Serta Ilmu-Ilmu Pendukung Manajemen Sumber Daya Air
Pembangunan sumber daya air yang ada tidak mungkin dapat
berdiri sendiri tanpa ada bantuan dari ilmu-ilmu pendukung. Hal ini
dikarenakan ilmu-ilmu pendukung tersebut berkaitan satu sama lain dan
memiliki hubungan yang erat dengan ilmu manajemen sumber daya air itu
sendiri. Adapun ilmu-ilmu pendukung sumber daya air adalah sebagai
berikut :

 Hidro-Eksospolhankamnas
Sumber daya air tak akan luput dari faktor ilmu ekonomi.
Hal itu terjadi karena iar merupakan kebutuhan vital
manusia dalam rangka menyambung hidup dan bertahan.
Selain itu, betapa banyaknya industri yang menjadikan air
sebagai bahan baku utama, walaupun di beberapa sektor
industri lain air bukan merupakan bahan baku utama tetapi
air tetap saja dibutuhkan dalam proses operasional
industrinya. Ilmu ekonomi bermanfaat untuk bagaimana
secara biaya sumber daya air ini menjadi ekonomis tetapi
memiliki mutu yang maksimal.
Untuk lingkup ilmu sosial mempertimbangkan bahwa air
diperlukan untuk hajat hidup orang banyak maka mau tidak
mau aspek sosial tidak akan terlepas dari sumber daya air.
Dalam kehidupan sosial air menjadi salah satu energi utama
manusia dalam beraktivitas. Bahkan jika tidak dikelola
dengan benar akan dapat menimbulkan konflik sosial yang
tinggi.
Air juga dibutuhkan dalam lingkup kehidupan politik,
berbangsa, dan bernegara. Dalam politik, air juga dapat
diregulasi dengan kekuasaan di badan politik baik dari segi
pengelolaan, distribusi, dan pemasaran air. Maka dari itu

MSDA 15
ilmu politik juga dapat memengaruhi kebijakan terkait
keairan sepanjang masa.
Air selain dikenal memiliki daya guna yang besar juga
memiliki daya rusak yang besar pula. Hal itu tergantung
bagaimana cara mengontrol dan memberdayakan air.
Adapun daya rusak air biasanya digunakan untuk keperluan
pertahanan militer. Biasanya infrastruktur sumber daya air
yang memiliki daya tampungan besar atau akan
menimbulkan kerusakan besar sangat dijaga dengan ketat.
Karena bila tidak demikian ketika terjadi kerusakan, air
yang seharusnya dijadikan konservasi dapat berubah
menjadi musuh. Namun, pertahanan tidak selalu berurusan
dengan militer saja, tetapi air untuk pertahanan juga dapat
diartikan sebagai ketahanan akan musibah yang melanda di
lain waktu, seperti kekeringan, sumber air bersih, dan lain
sebagainya.
 Lingkungan Fisik dan Non-Fisik
Aspek lingkungan baik bersifat fisik maupun non-fisik turut
berperan dalam mendukung ilmu sumber daya air.
Lingkungan yang bersifat fisik dapat tercipta bagaimana
karakteristik sumber daya air itu dimanfaatkan dan
dijalankan. Sebagai contoh, akibat adanya aliran sungai
yang begitu besar akan menimbulkan beberapa tanah di
sekitar sungai tergerus aliran (erosi), sehingga sungai
mengalami pelebaran dan kondisi debit yang mengalir
dapat lebih besar dari sebelumnya. Dari hal ini dapat
diketahui tinjauan lingkungan fisik perlu difahami supaya
sumber daya air yang ada tidak merusak tetapi justru
memperbaiki keadaan yang ada. Sedangkan maksud
pengaruh lingkungan non-fisik terkait dengan kebersihan,
estetika, dan perasaan. Terkadang infrastruktur juga

MSDA 16
menjadi sarana rekreasi karena keindahan, kebersihan,
keasrian, dan dapat dijadikan tempat melepas penat dan
lelah. Hal tersebutlah yang menyatakan bahwa lingkungan
non-fisik turut menjadi aspek penting ilmu yang
mendukung sumber daya air.
 Psikologi Masyarakat
Hampir sama dengan faktor lingkungan non-fisik, terkait
psikologis ini mampu mempengaruhi perkembangan
sumber daya air yang ada lewat perasaan. Akibat psikologis
masyarakat dan kesehatan mental yang kadang terganggu
diperlukan ketenangan yang salah satunya dapat berasal
dari infrastruktur sumber daya air sebagai tempat rekreasi
atau bahkan sebagai tempat penyemangat untuk melakukan
aktivitas sekalipun itu merupakan aktivitas berat. Bahkan
suara gemericik air bagi sebagian orang dapat
menenangkan pikiran dan jiwa.
 Teknologi Sistem Informasi
Berkembangnya zaman seiring dengan perkembangan
teknologi dan sistem informasi yang ada. Tentunya tak
luput juga sumber daya air yang disokong dengan teknologi
dan sistem informasi yang canggih dan mumpuni. Bahkan
tenaga manusia dapat dikurangi dan pengelolaan atas
sumber daya air yang ada dapat jauh lebih efisien dan
optimum. Selain itu, adanya ilmu teknologi dan sistem
informasi membuat pekerjaan menjadi lebih mudah
dilakukan, sebut saja dalam pengendalian banjir oleh
bendung yang memanfaatkan sensor tinggi muka air,
disusul dengan sensor kebutuhan air untuk distribusi air
melalui saluran irigasi dan lain sebagainya.

MSDA 17
 Perdagangan
Perdagangan akan kebutuhan air sehari-hari sudah menjadi
hal yang lumrah. Perdagangan air terjadi karena kualitas air
di tiap daerah dan pasokannya beragam tergantung dengan
kebutuhan pembeli.

BAB III
Penutupan

3.1. Kesimpulan
Sejarah perkembangan manajemen sumber daya air sudah dimulai
sejak zaman kerajaan dahulu di nusantara yang diperlukan untuk sektor
vital, khususnya pertanian. Kemudian berlanjut pada masa penjajahan
karena kepentingan yang bertambah maka pembangunan infrastruktur
sumber daya air mulai digencarkan. Setelah masa kemerdekaan Indonesia
segala peraturan terkait pengelolaan sumber daya air diterbitkan dan
dilanjutkan dengan rehabilitasi infrastruktur sumber daya air yang telah
ada serta pemeliharaannya dan menambah beberapa proyek infrastruktur
sumber daya air yang dinilai merupakan proyek strategis nasional.

Perubahan paradigma dalam manajemen sumber daya air


berlangsung secara dinamis. Tujuan perubahan paradigma tersebut untuk
memenuhi kebutuhan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman
karena karakteristik kebutuhan dan perkembangan zaman yang selalu
berbeda-beda. Dalam segi efisiensi dan optimasi juga ditargetkan dalam
perubahan paradigma yang terjadi.

Dalam manajemen sumber daya air diperlukan bidang keilmuan


lainnya yang mampu menyokong keberhasilan pelaksanaan manajemen
sumber daya air. Ilmu-ilmu terkait diantaranya merupakan ilmu ekonomi,
sosial, politik, pertahanan dan keamanan nasional, lingkungan baik secara
fisik maupun non fisik, psikologis, teknologi dan sistem informasi, dan
perdagangan.

MSDA 18
3.2. Saran
Permasalahan sumber daya air merupakan permasalahan
fundamental yang bersifat komplek dan merambah ke bidang keilmuan
lainnya, untuk itu diperlukan peran serta tenaga ahli dari ilmu terkait
supaya dapat bersinergi dan bahu-membahu membangun pengelolaan
sumber daya air yang baik secara kualitas, efisiensi, dan optimasi.

MSDA 19
MSDA 20
Referensi

Nurrochmad, F. 2023. Bahan ajar kuliah MSDA. DTSL FT UGM

Dharma, Agus. 2017. Perkembangan Kebijakan Sumber Daya Air dan


Pengaruhnya Terhadap Pengelolaan Irigasi.
http://jadfan.lecture.ub.ac.id/files/2017/04/Pengaruh-Kebijakan-SDA-terhadap-
Pengelolaan-Irigasi.pdf. Diakses pada 4 April 2023.

Lestarini, Ade H. 2021. Intip Yuk, 'Resep Opor' ala Pak Bas.
https://www.medcom.id/properti/news-properti/aNr9J9PK-intip-yuk-resep-opor-
ala-pak-bas. Diakses pada 4 April 2023

Pusat komunikasi publik PUPR. 2012. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Di
Indonesia. Kemen PUPR. https://pu.go.id/berita/pengelolaan-sumber-daya-air-
terpadu-di-indonesia. Diakses pada 2 April 2023

Tri Hanggoro, Hendaru. 2018. Cara Penguasa Jawa Mengelola Air. Historia :
https://historia.id/kuno/articles/cara-penguasa-jawa-mengelola-air-v2er5/page/1.
Diakses pada 4 April 2023

MSDA 21

Anda mungkin juga menyukai