Anda di halaman 1dari 28

LENTERA HATI

Kumpulan Ceramah Habib Umar Bin Hafidz

1. Ceramah Habib Umar bin Hafidz di JIC


"Islam Kita Menyatukan, Bukan Memecah Belah Umat"

Alhamdulillah segala puji milik Allah yang telah memilih kalian untuk memikul amanah yang
agung ini. Semoga Allah menolong kalian agar bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-
baiknya. Wahai Allah rekatkanlah hati dan sanubari-sanubari kami ini dengan hati dan
sanubari orang-orang yang dekat dan Engkau cintai dengan sanad yang kuat yang
tersambung kepada mereka.

Hakikat keistimewaan dalam Islam adalah dengan memerdekakan nafsu kita dan juga
memerdekakan orang lain dari jajahan nafsu-nafsu mereka sendiri. Allah telah menyebutkan
kepada kita tentang perkara dakwah di jalan Allah dengan cara/metode dakwah yang diterima
oleh Allah Swt. yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pertama, memenuhi hati dengan pengagungan kepada Allah hingga ia takut dan berharap
hanya kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt mengatur slogan ini di lidahnya para rasul
seperti tercantum dalam Al-Qur'an:

َ‫ب ْالعَالَمِ ين‬ َ ‫ي ِإ اَّل‬


ِ ‫علَ ٰى َر‬ ِ َ‫علَ ْي ِه مِ ْن أ َ ْج ٍر ۖ ِإ ْن أ‬
َ ‫جْر‬ َ ‫َو َما أ َ ْسأَلُ ُك ْم‬

"Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain
hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS. asy-Syu'ara ayat 109, 127, 145, 164 dan 180).

Allah memuji orang-orang yang menyampaikan risalah-Nya dengan takut hanya kepada Allah
dan menjadikan Allah sebaik-baik perlindungan:

َ ‫َّللا َويَ ْخش َْونَهُ َو ََّل يَ ْخش َْونَ أَ َحدًا ِإ اَّل ا‬


ِ ‫َّللا ۗ َو َكف َٰى بِ ا‬
‫اَّلل َحسِيبًا‬ ِ‫ت ا‬ َ ‫س‬
ِ ‫اَّل‬ َ ‫الاذِينَ يُبَ ِلغُونَ ِر‬

"(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan
mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah
sebagai perlindungan." (QS. al-Ahzab ayat 39).

Sesungguhnya yang patut menyandang dakwah di jalan Allah adalah orang yang hatinya
berharap dan takut hanya kepada Allah. Dan selama di dalam hatinya masih ada titik harapan
kepada selain Allah maka pasti dia tidak akan selamat dari kekacauan dalam dakwahnya.
Baik disadari maupun tanpa disadari ada kepentingan demi sesuatu yang diharapkan selain
Allah atau demi kekhawatiran selain khawatir kepada Allah.

Dan kita pun membaca wahyu Allah di dalam metode dakwah yang benar, Allah
memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun:

‫وَّل لَهُ قَ ْو ًَّل لايِنًا‬


َ ُ‫طغ َٰى فَق‬ َ ‫ا ْذ َهبَا إِلَ ٰى ف ِْر‬
َ ُ‫ع ْونَ إِناه‬

"Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya di telah melampaui batas. Maka
berbicaralah kepadanya dengan penyampaian yang lembut." (QS. Thaha ayat 43-44).

Sesungguhnya akal-akal yang berpikiran bahwa 'sesungguhnya engkau belum


melaksanakan nahi munkar apabila engkau tidak berucap dengan kata-kata yang kasar dan
keras", maka ucapan dan pemikiran itu bertentangan dengan wahyu Allah. Lihat wahyu Allah
tentang metode dakwah ini, ketika mengatakan Fir'aun telah berbuat hal-hal yang jahat dan
melewati batas, seharusnya setelah kalimat ini 'kasari dia atau bunuh dia atau habisi dia',
bukan. Melainkan "‫وَّل لَهُ قَ ْو ًَّل لَ ِينًا‬
َ ُ‫"فَق‬. Justru metode dakwah kalian adalah dengan ucapan dan
penyampaian yang lembut.

Adapun metode hati adalah dengan harapan dan optimisme " ‫"لَعَلاهُ يَتَذَ اك ُر أ َ ْو يَ ْخش َٰى‬. Mudah-
mudahan ia menjadi ingat Allah atau takut kepada Allah sehingga ia menjadi sadar.

Di dalam ayat yang lain, Allah memerintahkan:

‫ َوأ َ ْه ِديَكَ ِإلَ ٰى َر ِبكَ فَت َْخش َٰى‬.‫ فَقُ ْل ه َْل لَكَ ِإلَ ٰى أ َ ْن تَزَ اك ٰى‬.‫طغ َٰى‬ َ ‫ا ْذهَبْ ِإلَ ٰى ف ِْر‬
َ ُ‫ع ْونَ ِإناه‬

"Pergilah kepada Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas. Dan katakanlah (kepada
Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri? Dan kamu akan kubimbing ke
jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepadaNya?" (QS. an-Nazi'at ayat 17-19).

Bahkan cara ini diajarkan oleh Allah melalui wahyu kepada para rasulNya. Ketika Nabi Musa
disampaikan pengaduan dari kaumnya tentang Fir'aun yang mengganggu mereka jauh
sebelum datangnya Nabi Musa, maka jawab Nabi Musa:

َ‫ُورث ُ َها َم ْن َيشَا ُء مِ ْن ِع َبا ِد ِه ۖ َو ْال َعا ِق َبةُ ل ِْل ُمتاقِين‬ ِ‫ض ِا‬
ِ ‫َّلل ي‬ َ ‫ص ِب ُروا ۖ ِإ ان ْاْل َ ْر‬ ِ ‫ا ْستَعِينُوا ِب ا‬
ْ ‫اَّلل َوا‬

"Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan
Allah diperuntukkan kepada siapa yang dihendakiNya dari hamba-hambaNya. Dan
kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. al-A'raf ayat 128).

Sesungguhnya perkara amar ma'ruf nahi munkar adalah kewajiban yang penting dan agung
sampai hari kiamat. Tapi bagaimana metode dan caranya? Yakni amar ma'ruf dengan cara
yang ma'ruf, dan nahi munkar pun dengan cara yang ma'ruf. Apabila engkau memerintahkan
orang lain untuk berbuat hal yang ma'ruf (baik) maka perintahkan dengan cara yang ma'ruf.
Dan apabila engkau mencegah orang lain dari perbuatan yang mungkar maka cegahlah
mereka dengan cara yang ma'ruf, bukan mencegah kemungkaran dengan cara yang
mungkar.

Ketika beberapa ulama salaf dahulu menyaksikan bagaimana masyarakat menggosipkan


Hajjaj yang banyak membunuhi dan mendzalimi ummat Islam, dengan cara menggosip
(ghibah) di belakang dan kenyataannya tidak menghasilkan apa-apa. Maka para ulama salaf
berkata, "Sesungguhnya Allah akan menuntut apa yang dilakukan Hajjaj, sebagaimana Allah
juga akan menuntut orang-orang yang menggosipkan dan mencaci maki Hajjaj atas
kedzalimannya."

Dulu di masa Hajjaj, ada sekelompok sahabat Rasulullah Saw., anak-didik Rasulullah Saw.,
mereka tidak memahami makna mencegah dari kemungkaran dengan memaki Hajjaj, atau
mengeluarkan kata-kata yang tidak baik kepada Hajjaj, atau memprovokasi massa untuk
melakukan revolusi menggulingkan Hajjaj. Bukan itu yang mereka pahami dari makna 'Nahi
Munkar' tersebut. Seperti sahabat Abdullah bin Umar Ra. dan para sahabat yang lain
berpendirian demikian, mereka tidak ada satupun yang mendukung Hajjaj atas kedzaliman
dan kemungkaran yang dia lakukan dan mereka juga tidak mencaci maki Hajjaj.

Siapa gerangan pemimpin dari semua manusia yang melakukan praktik amar ma'ruf nahi
munkar? Siapa pula orang yang paling mengenal takut kepada Allah? Dan siapakah yang
paling mengenal kecemburuan di dalam agama Allah? Sesungguhnya dialah Nabi
Muhammad Saw.

Sebutkan, cacian apa yang pernah keluar dari lidah Rasulullah Saw. yang ditujukan kepada
orang-orang musyrikin Mekkah yang dahulu pernah mengganggunya? Cacian apa yang
pernah keluar dari lidah Rasulullah terhadap orang-orang munafik Madinah yang dahulu
hidup di Madinah bersama Nabi? Pernahkah kita mendengar cacian Nabi Muhammad Saw.
terhadap orang-orang Yahudi yang sering menggugurkan perjanjian dan kesepakatan
bersama terhadap ummat Islam?

Sesungguhnya Nabi Saw. tidak menyibukkan diri dari hal demikian dan Nabi Saw. pun tidak
berhenti untuk mengajak mereka (ke jalan Allah Swt.). Dan Nabi Muhammad Saw. mendirikan
jihad terhadap orang-orang tersebut tetapi dengan aturan dan koridor kenabian yang diatur di
dalam sunnahnya. Ketika ada satu kelompok Yahudi yang berkhianat atas suatu janji, maka
yang diusir hanya satu kelompok Yahudi itu, bukan ditimpakan atas seluruh kaum Yahudi.

Dan kita semua mencintai amar ma'ruf nahi munkar dan jihad di jalan Allah, kita hidup atas
hal tersebut dan rela mati untuknya, tetapi dengan cara dan metode Rasulullah Saw.,
Khulafaur Rasyidin dan Salafus Shalih. Dikatakan kepada Nabi Muhammad, "Ya Rasulullah,
sumpahi mereka kaum musyrikin yang menyerang kita sebab mereka telah membunuh lebih
dari 70 orang, juga telah membelah perut salah seorang sahabat Rasulullah, melukai dan
menumpahkan banyak darah serta melakukan banyak kejahatan." Namun Nabi Saw. malah
menjawab:

ْ ‫إن ْي لَ ْم أ ُ ْب َع‬
َ‫ اللا ُه ام ا ْه ِد قَ ْومِ ْي فَإِنا ُه ْم ََّل يَ ْعلَ ُم ْون‬،ً‫ث لَعاانًا؛ َولَك ِْن بُ ِعثْتُ َدا ِعيًا َو َر ْح َمة‬

“Sesungguhnya aku tidak diutus menjadi tukang laknat, akan tetapi aku diutus untuk
mengajak kebaikan dan rahmat. Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku karena
sesungguhnya mereka belum tahu.”

Ketika ummat Islam baru pulang dari peperangan, ada orang-orang munafik memprovokasi
umat Islam dengan mengatakan, "Kalau betul Nabi kalian ini Nabi yang benar maka kalian
tidak akan kalah perang, kalian pasti akan menang." Maka Sayyidina Umar bin Khattab Ra.
yang mendengar ucapan tersebut menjadi geram, lalu menghadap Rasulullah Saw. untuk
meminta ijin membunuh mereka untuk menyelesaikan masalah ini.

Nabi Saw. menjawab, "Wahai Umar sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) mengucap
La ilaha illallah."

Sayyidina Umar bin Khattab Ra. lalu berkata, "Sesungguhnya lidah mereka mengucap La
ilaha illallah, tetapi hati mereka tidak."

Maka Nabi Saw. bersabda, "Saya tidak diperintahkan untuk memeriksa hati manusia."

Adapun kepada orang-orang Yahudi yang Sayyidina Umar meminta ijin membunuh mereka,
Nabi Saw. berkata, "Saya punya perjanjian dengan mereka, bagaimana saya akan
menggugurkannya dengan membunuhi mereka? Selama mereka mengucapkan omongan
dan provokasi secara diam-diam dan mereka tidak membatalkan perjanjian ini, maka saya
tidak punya jalan untuk membatalkan perjanjian ini."

Kemudian di masa tersebut ada seorang anak kecil dari keturunan Yahudi, yang mana anak
kecil ini memiliki keistimewaan bisa mengetahui isi hati orang-orang dan hal yang ghaib dan
membicarakannha di tengah-tengah masyarakat. Ibnu Shayyad namanya dan dikenal dengan
Dajjal. Sayyidina Umar meminta ijin membunuhnya daripada membuat fitnah. Tapi Nabi
menjawab, "Kalau benar Ibn Shayyad itu Dajjal, maka kau tidak akan mampu membunuhnya.
Sebab sudah kusabdakan di akhir jaman nanti akan datang Dajjal yang akan melakukan hal
ini dan hal itu. Kalau engkau melakukan itu berarti sabdaku tidak benar dan bohong. Kalau
memang ternyata dia Dajjal, maka tidak ada kebaikan bagimu ketika membunuh anak ini."

Dalam arti sesungguhnya kemarahan dan kecumburan yang seharusnya hanya untuk Allah,
apabila dijadikan bukan karena Allah maka justru akan menarik orang-orang tersebut di luar
jalan Allah Swt. Maka sesungguhnya tempat kemarahan, kecemburuan dan ketegasan
karena Allah Swt. terhadap orang kafir tersebut, dengan cara tidak membiarkan
kemungkaran-kemungkaran tersebut menyebar pada diri kita, keluarga kita dan dari dalam
rumah kita.

Bukan seseorang yang mengklaim dia tegas dan marah karena Allah tetapi dia bersalaman
dengan wanita yang bukan mahramnya, kemudian melakukan hal-hal yang tidak sesuai
syariat Allah, terbukanya aurat bagi kaum wanitanya. Namun ketika melihat ada orang-orang
yang di luar sana melakukan kemungkaran tersebut dia marah, dia bangkit, kemarahan dan
emosinya siap melakukan kekerasan, sedangkan kesalahan yang ada pada keluarganya
sendiri dia hanya diam seribu bahasa. Bukan itu yang dimaksud marah karena Allah Swt.
Ada salah seorang sahabat Rasulullah Saw. yang meminum minuman keras. Kemudian
dibawa ke hadapan Rasulullah, dan dihukum cambuk 41 kali. Kemudian setelah itu dia
melakukan lagi dan tertangkap lagi dan dicambuk 41 kali untuk kedua kalinya. Sampai
dengan yang ketiga kalinya dia tertangkap lagi dan dicambuk, sehingga ada orang yang
mencaci makinya.

Nabi yang mendengar caci maki itu kemudian bersabda, "Tidak, ini sudah melewati batas.
Jangan mencaci maki dia. Dia sudah dihukum cambuk 41 kali. Janganlah kalian menjadi
antek setan yang menjerumuskan saudaramu yang Muslim lebih jauh kepada Allah Swt."
Bahkan orang itu dipuji oleh Nabi Saw., "Ketahuilah, bagaimanapun dia tetap cinta kepada
Allah dan RasulNya."

Nabi Muhammad Saw. menyetujui, mengikrarkan dan menetapkan ini hukum Islam harus
ditegakkan atas peminum minuman keras, tapi Nabi Saw. pun tidak memperkenankan
seorang Muslim mencaci Muslim lainnya. Ini adalah timbangan kenabian.

Sayyidina Umar Amirul Mu'minin Ra. ketika menjabat sebagai Khalifah, pernah berpatroli di
perumahan Kota Madinah. Ia mendapati ada sebagian pemuda yang sedang berkumpul di
dalam rumah meminum minuman keras. Langsung saja ia datangi rumah tersebut dengan
menaiki dinding dan langsung memarahi atas apa yang mereka lakukan.

Salah seorang dari mereka lalu berkata, "Wahai Airul Mu'minin, sesungguhnya kami
mengakui telah melakukan satu kesalahan. Tapi kamu wahai Amirul Mu'minin, saat ini telah
melakukan tiga kesalahan. Pertama, Allah berfirman, "Dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain," (QS. al-Hujurat ayat 12) sedangkan engkau telah memata-matai kami.
Kedua, Allah berfirman, "Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya," (QS. al-
Baqarah ayat 189) sedangkan engkau bertamu melalui jalan dinding. Ketiga, Allah berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlan kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta ijin dan memberi salam kepada penghuninya," (QS. an-Nur ayat 27)
Sedangkan engkau tidak melakukan hal itu."

Kemudian Sayyidina Umar pun berkata, "Baiklah, mari kita sama-sama bertaubat kepada
Allah." Akhirnya beliau pun pergi meninggalakan mereka.

Dan ketika melihat itu Sayyidina Umar pun tidak jadi menghukum mereka. Padahal Sayyidina
Umar adalah orang yang disabdakan Nabi Saw. dengan sifat, "Sesungguhnya Allah
menjadikan yang haq (kebenaran) di dalam hati dan ucapan Umar bin Khaththab."

Dan yang mengharamkan mereka (para pelaku maksiat) pada masa sekarang ini adalah
mereka yang suka memata-mati orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain, mencaci maki
orang lain, dan melakukan hal-hal mungkar lainnya meskipun dengan dalih untuk
menghilangkan kemungkaran. Dan hal-hal seperti ini semuanya adalah hal yang diharamkan
di dalam agama Islam. Siapapun dia, dari anggota partai manapun, dari organisasi manapun
dan dari kelompok manapun, tetap haram melakukan hal-hal tersebut.

Barangsiapa yang ingin membela dan berjuang untuk agama Islam, maka wujudkan
perjuangan dan pembelaan tersebut dengan kesungguhan kepada Allah Swt. dan
peneladanan terhadap Nabi Muhammad Saw. Dan barangsiapa yang ingin mencegah orang
lain dari kemungkaran, jangan karena salah kaprah hingga justru menimbulkan
kemungkaran-kemungkaran lainnya yang bahkan lebih besar.

Dahulu, sekitar 50 tahun yang lalu di sebuah wilayah, saat itu sedang digembar-gemborkan
revolusi diantara negara-negara Islam. Sehingga ada beberapa ulama yang terpengaruh
dengan bujukan revolusi hingga ikut-ikutan terhadap jamaah dan kelompok yang
mengatasnamakan Islam tersebut di dalam memperjuangkan revolusi bagi kaum Muslimin.
Dan setelah memenangkan revolusi itu, kemudian masuk pengaruh politik dan lain
sebagainya, hingga dia dan kelompok yang tadinya berperan dalam revolusi dalam negara
tersebut malah akhirnya jadi korban politik dan dipenjarakan di penjara khusus. Penjara yang
sangat ketat bahkan untuk buang hajat pun hanya dibolehkan di waktu-waktu yang sudah
ditentukan.

Hingga dia menulis sebuah surat, "Dahulu sebelum revolusi, kita mencari dan menuntut
kebebasan untuk berbicara. Namun setelah revolusi, kami menuntut kebebasan hanya
sekadar untuk buang hajat." Artinya, apa yang mereka cita-citakan dahulu tidak sesuai
dengan hasil yang mereka terima.

Dan saya (Habib Umar bin Hafidz) sempat berjumpa dengan tokoh tersebut di penghujung
akhir hayatnya. Saat itu hatinya benar-benar dipenuhi dengan pengagungan dan
penghormatan kepada orang-orang yang shalih dan mulia yang menempuh jalan thariqah
orang-orang yang tidak mau menodai tangan mereka dengan darah dan menodai lisan
mereka dengan caci makian terhadap orang lain.

Ketahuilah, kita sekarang berada di hadapan sebuah perkara yang agung dan penting. Dan
keberadaan kita adalah untuk mengevakuasi dan menyelamatkan ummat. Dan di hadapan
kita adalah sebuah jalan tempuh dan metodenya orang-orang shalih. Jalan mereka adalah
Ahlussunnah wal Jama'ah.

Adalah mereka orang-orang yang mengagungkan sunnah Nabi Saw. dengan mengagungkan
ucapan Rasulullah Saw., mengagungkan setiap detail perbuatan Rasulullah Saw., bahkan
diamnya Rasulullah Saw. dan semua keadaan Rasulullah Saw. mereka agungkan, terobsesi
dan mengidolakannya. Inilah makna Ahlussunnah. Sedangkan makna al-Jama'ah, adalah hati
mereka satu sama lain saling menghormati, saling mencintai dan saling menjaga persatuan.
Dan mereka orang-orang yang menempuh jalan istiqamah, jalan yang lurus ini, mereka tidak
terpengaruh dengan arus manapun seberapapun derasnya ataupun hembusan angin yang
mengarah ke kanan atau kiri, mereka tetap konsekuen atas fatwa yang mereka ucapkan.

Adapun orang-orang yang terpengaruh dengan hembusan kanan ikut ke kanan, hembusan
kiri ikut ke kiri, maka orang yang semacam itu setiap kali ada perubahan pendiriannya juga
ikut berubah. Hari ini berfatwa, besok saat ada perubahan ia sampaikan lagi fatwa yang
bertentangan dengan fatwa yang pertama. Berubah lagi keadaan ia sampaikan fatwa yang
berbeda lagi dengan sebelumnya, begitu seterusnya tidak konsisten.

Mari kita bangkit untuk mengevakuasi dan menyelamatkan ummat. Dan maksud atau tujuan
dari perkataan ini, saat ini, bukanlah untuk menyibukkan diri mencaci kelompok yang berbeda
dengan kita, berbeda cara dengan kita. Melainkan untuk memberikan penjelasan kepada kita,
agar menjadi terang dan jelas metode yang benar ini.

Dan di hadapan kalian ini adalah ada sebuah risalah, risalah masjid. Yang mana risalah itu
untuk mengajak manusia kepada ilmu dan dakwah ke jalan Allah Swt. Maka kita harus bisa
mengayomi semuanya. Membawa semuanya ke jalan Allah Swt. dengan cara yang benar.

Dan kalian berinteraksi dengan orang-orang ahli politik dan yang tidak berkecimpung dalam
politik, juga berinteraksi dengan orang-orang yang telah terpengaruh dengan pemikiran-
pemikiran di luar Islam, atau berinteraksi dengan orang-orang yang berpikiran benar,
berinteraksi dengan orang-orang yang suka maksiat, juga berinteraksi dengan semua lapisan
masyarakat. Tetapi yang sesuai dengan koridor yang diatur di dalam metode kenabian dan
juga tolak ukur dan timbangan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. agar tidak
kebablasan.

Melalu masjid-masjid ini mari kita jadikan sarana untuk mengakurkan, mendamaikan serta
memperbaiki keadaan masyarakat. Dan untuk menenangkan hati masyarakat serta
membantu masyarakat dengan ilmu, pikiran, sedekah dan infaq kita melalui masjid. Dan
hidupkan kembali sunnah untuk menyambangi, menjenguk dan membantu orang yang
sedang sakit. Pikirkan bagaimana menarik orang-orang yang belum mengenal masjid agar
menjadi segan datang ke masjid.
Dengan tugas penting ini, maka banyak orang yang akan mengambil manfaat dan
terselamatkan dari kegelapan. Justeru dengan hal semacam ini akan mempunyai pengaruh
dan andil besar di dalam menolak balak dan musibah dari ummat Islam. Dan sesungguhnya
manakala metode ini dijalankan, maka manfaat yang kalian berikan bukan hanya untuk
masyarakat Indonesia tapi menyebar ke seluruh lapisan masyarakat yang ada di dunia ini.
Sebab Nabi Muhammad Saw. diutus bukan hanya untuk di wilayah tertentu melainkan untuk
alam seluruhnya, maka luaskan manfaat dan semangat kita untuk mereka semua.
Semoga Allah menganugerahkan kita sebaik-baiknya peneladanan terhadap Nabi
Muhammad Saw. Dan mengikuti metode Nabi Muhammad Saw. Dan Allah memperkuat
hubungan dan sanad antara kita dengan Nabi Muhammad Saw. Dan Allah jadikan kita semua
termasuk orang-orang yang menggembirakan Nabi Muhammad Saw. Dan semuanya
dikumpulkan di barisan Nabi Muhammad Saw.

Sesungguhnya barusan para guru kita dan para wakil kita telah duduk bersama, bersepakat
untuk kemaslahatan ummat yang perlu segera kita realisasikan bersama. Dan semua poin-
poin yang telah kita sepakati tadi adalah benih yang akan membuahkan menolak balak dan
musibah dari ummat ini dan mendatangkan kemanfaatan yang besar, apabila benih ini kita
sirami dengan tiga hal; kejujuran, keikhlasan dan kesungguhan.

Semoga Allah memberkahi benih yang baru saja kita tanami bersama. Memberikan taufiq di
dalam menyiraminya. Dan memberkahi buah yang akan keluar darinya. Dan Allah perlihatkan
kepada kita semua buah darinya, di dunia dan akhirat. Aamiin.

*Disampaikan oleh Habib Umar bin Hafidz dalam acara Jalsatuddu'at I di Jakarta Islamic
Center (JIC), Jakarta Utara, Ahad 15 Oktober 2017.
2. Ceramah Al Habib Umar bin Hafidz dalam Acara Haul Akbar
Syekh Abu Bakar bin Salim
Allah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Mampu, Yang senantiasa menjadi saksi atas segala
yang di lakukan hambaNya dan Allah selalu hadir. Allah Yang Pertama dan Terdahulu dan
Yang Paling Abadi dan Yang Paling Terakhir. Allah Yang Dzahir dan juga Yang Bathin dan
ilmuNya Allah Ta’ala meliputi segala sesuatu. Allah senantiasa selalu menatap ke dalam
setiap hati. Allah yang mengumpulkan orang-orang manusia yang terdahulu hingga yang
akan datang untuk esok di hari kiamat. Di hari itulah Allah Subhanahu Wata’ala yang akan
menghakimi, mereka menjadi hakim di antara mereka atas perbedaan yang pernah terjadi
antara mereka. Dan sungguh tidak ada yang dapat mengubah hukumNya Allah Subhanahu
Wata’ala. Maka di hari tersebut terbuka gamblang bagi semuanya bahwasanya hukum
semuanya milik Allah satu-satunya. Dan setiap orang yang berprasangka ada hakim selain
Allah Ta’ala, ada hukum yang berlaku selain dari Allah Ta’ala maka telah batal segala
khayalan dan anggapan mereka.
Itu semua hanyalah sekedar ujian, Allah Ta’ala uji hamba-Nya di dalam kehidupan dunia ini.
Dan kita bersaksi bahwasanya Nabi kita, Kekasih kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wasallam adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Beliau adalah makhluk yang paling mulia di
sisi Allah dan makhluk yang paling agung kedudukannya di sisi Allah. Dengan Nabi
Muhammad, Allah Ta’ala menutup segala Rasul. Allah Ta’ala agungkan Rasulullah melebihi
dari segala manusia dan jin-jin beserta malaikat-malaikat. Allah Ta’ala jadikan kita dengan
berkat Nabi Muhammad menjadi sebaik-baiknya ummat. Allah Ta’ala besarkan bagian dan
anugerah-Nya bagi kita berkat Nabi Muhammad. Setiap orang yang mengikuti Rasul
Shallallahu wa ‘ala alihi washahbihi wasallam mendapatkan bagiannya berkat cahaya Rasul
Shallallahu wa ‘ala alihi washahbihi wasallam dalam setiap keadaannya.
Allah telah mengkhususkan umat ini dengan anugerah-Nya berkat nabi Muhammad yang
dengannyalah menyelamatkan kita dari kegelapan dan keburukan. Dikeluarkannya kita dari
kegelapan menuju cahaya Islam dan cahaya Ilmu Hikmah. Cahaya kemudahan dan
keimanan dan sebaik-baiknya ajaran. Umat Muhammad saw disucikan dengan berkat Nabi
Muhammad dari noda-noda kekufuran dan dari kesyirikan dan dosa-dosa besar. Beliau Nabi
Muhammad adalah sang manusia yang setiap malam selalu berdiri tahajjud dan sujud untuk
Allah, hingga bengkak kakinya. Beliau adalah seorang yang zuhud yang melemparkan dunia
ke belakang beliau tanpa ditoleh. Beliau lah yang berbekal diri dari dunia ini seperti bekalnya
seorang musafir seadanya. Beliau mengorbankan serta mencurahkan dunia itu dengan
penuh kedermawanan. Dengan tangan yang demikian bagaikan embun bagaikan hujan yang
demikian derasnya di dalam memberi. Beliau adalah pondasi di dalam segala perkara
kebaikan dan beliau adalah pokok dalam segala perkara. Beliau menjadi awal dan akhir dari
segala kebaikan. Besok di hari kiamat, para Rasul berjalan bernaung di bawah benderanya
SAW. Maka betapa agung kedudukan yang dimiliki oleh Rasulullah di hari tersebut.
Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman, salah satu guru dari Syekh Abubakar berkata
kepada ayahnya Syekh Abubakar bin Salim: “Sesungguhnya anakmu ini, Syekh Abubakar
sungguh nanti Al-Qur’an sendiri yang akan datang pemahamannya kepada beliau dan kelak
nanti akan datang rombongan kafilah dari Romawi datang berkunjung mengambil berkah
kepada beliau”. Al-Imam Syihabuddin di masa tersebut adalah wali besar pemimpin keluarga
Ba’alawi dan beliaulah yang pada hakekatnya memegang kekhalifaan yang terbesar. Saat
musim ziarah Nabi Hud, beliau yang memimpin ziarah orang-orang yang menuju Nabi Hud.
Ketika usianya sudah lanjut dan tidak dapat memimpin orang-orang untuk pergi berziarah
pada musimnya maka beliau angkat Syekh Abubakar bin Salim mewakili beliau memimpin
orang-orang berziarah. Saat itu Syekh Abubakar berusia kira-kira 20-an tahun. Al-Imam
Syihabuddin berkata, ”Sungguh aku melihat di dunia ini ke Barat ke Timur, Utara-Selatan
maka saya tidak dapati orang yang lebih mulia daripada Syekh Abubakar bin Salim”.
Barangsiapa yang telah dibentengi dari hal-hal yang dapat memutuskan kita dari kebaikan
Allah Ta’ala dan masuk ke dalam benteng ini, maka dia akan diangkat ke derajat yang lebih
tinggi dan akan dituangkan atasnya hujan rahmat dari Allah Ta’ala yang tercurah dan
anugerah serta dia dipersiapkan untuk meraih kedudukan di perkumpulan yang tinggi.
Seseorang yang terjerumus ke dalam api neraka sejatinya akibat ulah lidahnya sendiri yaitu
lidah tersebut berbicara melalui hawa nafsunya, atau dikarenakan dorongan ketamakan akan
hal-hal duniawi, atau bersumber dari wahyunya syaithan dan jin, yang mana makhluk-
makhluk busuk tersebut menghiasi hati manusia dengan syahwat-syahwat yang diharamkan
oleh Allah. Makhluk-makhluk yang melakukan kebiadaban dan kekurangajaran terhadap
Allah, yang menentang kepada sunnah Sayyidil Mursalin. Mereka yang mengaku memiliki
kecendikiawan dan kecerdasan, namun pengakuannya tanpa kebenaran dan tanpa akal
sehat. Mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak. Mereka juga menelantarkan
perkara Allah Subhanahu wata’ala. Mereka mengejar keinginan untuk memerangkap kaum
wanita dan kaum pemuda dan ingin menjebloskan mereka keluar dari jalan yang penuh
hidayat sehingga membuat kaum wanita dan para pemuda pemudi menyukai membuka
aurat. Orang tersebut mengagungkan hal-hal yang di mata Allah Ta’ala lebih hina lebih
rendah daripada sayap nyamuk. Mereka menipu dengan ucapan-ucapan yang dianggap
hebat dan dengan hiasan-hiasan yang sama sekali tidak langgeng dan abadi. Mereka ingin
menjegal manusia agar terputus jangan sampai sanadnya bersambung hingga nabi mereka.
Mereka juga membujuk rayu kepada orang-orang agar mengikuti orang-orang yang lalai dan
lupa kepada Allah. Jagalah amanat antara diri kita dengan Allah. Amanat di dalam diri kita,
dalam keluarga kita dan lingkungan kita. Kita diciptakan oleh Allah Ta’ala bukan untuk hal
yang sia-sia.
Al Qur’an tidak diturunkan untuk ditujukan kepada manusia dengan sia-sia. Tangisan Nabi
Muhammad di tengah malam untuk ummat, bukanlah untuk hal yang sia-sia. Beliau mengajak
kita dan memberikan penjelasan dan juga berdo’a kepada Allah Ta’ala untuk kita dan
memberikan syafaat. Itulah yang Beliau lakukan siang dan malam. Menyebarkan dakwahnya
mengajak manusia kepada Allah. Mengangkat do’anya kepada Allah Ta’ala agar Allah
menyayangi ummat ini. Berapa banyak kita mau mengukur tangisan yang keluar dari mata
Nabi Muhammad?!.
Sungguh setiap tetes dari air mata Rasulullah berharga. Sungguh setiap tetesnya teramat
agung. Apakah kita ingin berlagak melupakan tangisan dan tetesan air mata Beliau yang
panjang?. Semuanya itu agar umatnya menjadi istiqamah. Semuanya agar pengikutnya tidak
tertipu dengan kesesatan. Semuanya agar kita saling tolong menolong membantu dalam
ketakwaan baik kaum laki-laki maupun wanita.
Apakah kita melupakan bagaimana dahulu dengan tangisan beliau dan beliau juga
merasakan lapar yang panjang. Lupakah kita bagaimana Nabi Muhammad menginjak duri-
duri yang sengaja diletakkan untuk menjebak beliau? Berapa banyak lobang digali agar
Rasulullah terperosok di dalam lobang tersebut? Lupakah kita ketika Nabi Muhammad di
hadapan Ka’bah saat tatkala beliau bersujud ditaruh kotoran hewan dan juga isi perut
binatang tatkala beliau sujud ditaruh di pundak dan di belakang Beliau ? Lupakah kita saat
nabi Muhammad keluar menuju kota Thaif dan beliau dilempari dengan batu, ketika beliau
berhijrah menuju Madinah perjalanan yang penuh perjuangan saat menuju Madinah?
Pernahkan kita pada suatu malam tidur di dalam goa tanpa alas pun dan tanpa persiapan?
Tahukah kalau Nabi Muhammad bermalam tiga malam di dalam goa itu? Beliau berkasurkan
batu dan berbantalkan batu. Beliau bersabar berjuang. Beliau bersungguh-sungguh dan
berjihad. Berapa banyak dalam perjalanannya beliau terkena panasnya cahaya matahari.
Berapa banyak rasa lapar yang dialami dan haus yang dialami olehnya. Hingga setelah 14
hari barulah beliau sampai ke Madinah Almunawwarah. Di situlah sambutan penerimaan
terhadap Rasulullah diberikan. Kaum mukminin bergembira menyambut Nabi Muhammad.
Mereka mengumandangkan kalimat THOLA’AL BADRU ‘ALAINA MIN TSANIYATIL WADAA’I.
Telah terbit purnama kepada kita dari bukit perpisahan. Apabila saat itu Rasulullah terbit
kepada penghuni Madinah dengan jasad dan badan beliau, saat ini Rasulullah terbit di
antara kita dengan membawa syariatnya.
Jangan sekali-kali kita melupakan Nabi Muhammad Al Musthafa dan perjuangan Beliau.
Hadapilah dan perlakukan Rasulullah dengan hal-hal yang pantas dengan kecintaan dan
kerinduan, dengan peneladanan dan melazimkan ajaran Beliau dan mengikuti petunjuk
Beliau. Apabila hati seorang mukmin dapat menampung sesuatu yang tidak dapat ditampung
oleh langit dan bumi maka bagaimana halnya dengan hati Nabi Muhammad.
Dikisahkan ketika Rasulullah memakan buah Anggur sepulangnya dari kota Thaif, setelah
dilempari. Ketika perjalanan pulang dari kota Thaif sebagian kaum muslimin ada yang
merasa iba kepada beliau. Mereka pun keluar daripada kebunnya dan mengambil dari
kebunnya beberapa ranting buah anggur. Mereka memerintahkan pembantu mereka yang
bernama Adas untuk menghidangkan kepada Nabi Muhammad. Addas takjub ketika
mendengar Nabi Muhammad mengucap BISMILLAH saat mengambil buah anggur tersebut.
Maka Addas pun juga takjub melihat wajah yang belum pernah dilihat sedemikian indahnya
disertai perangai yang penuh keagungan. Maka dia berkata, ”Sungguh aku tidak pernah
mendengar ucapan ini dari orang selain engkau”. Rasulullah bertanya, ”Darimana engkau
berasal?”. Dijawab oleh Addas, ”Saya berasal dari Irak”. Maka Nabi Muhammad berkata, ”Itu
adalah negeri saudaraku Yunus bin Matta. Saudaraku seorang sholeh Yunus bin Matta”.
Addas bertanya, “Engkau kenal dengan Yunus?” Maka Nabi Muhammad menjawab bahwa
,”Aku adalah nabi sama sepertinya”. Maka Addas pun memeluk kaki Nabi Muhammad dan
menciuminya. Maka dia pun memanggil majikan-majikannya dari kaum musyrikin. Utbah dan
Syaibah yang merupakan anak-anak Rabi’ah. Majikannya lantas memanggil si Addas
tersebut dan berkata, “ Kenapa engkau menciumi kaki orang itu?”. Dijawab oleh Addas, ”Aku
nggak pernah melihat hal seperti orang ini. Dia menceritakan kepadaku tentang nabi-nabi.
Dan tentang nabi yang tinggal di negeriku. Aku tidak tahu kalau ada seorang pun diantara
kalian yang kenal berita ini”. Maka majikannya karena dorongan kekufuran, berkata, ”Jangan
kau ikuti orang tersebut”. Nafsu-nafsu kafir yang mereka suka adalah membuat manusia
untuk tidak mengikuti Nabi Muhammad.
Allah menginginkan kita untuk mengikuti Nabi Muhammad. Jika kita mengikuti Rasulullah
maka akan datang anugerah dan kecintaan Allah untuk kita. Umat muslim juga harus
membela Nabi Muhammad di dalam ibadah dan kebiasaan adat istiadatnya. Selain itu juga,
muslimin diminta untuk meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam setiap
keadaan. Jangan sampai ketika sudah terbit matahari namun ada keluarga kita walaupun
kanak-kanak yang usianya sudah 7 tahun tapi masih belum bangun shalat Subuh. Ajarkan
mereka untuk melaksanakan shalat berjamaah, yang merupakan ajaran dan sunnah Nabi
Muhammad. Pahala shalat jamaah itu berlipat ganda 27 kali lipat dibandingkan shalat
sendiran. Kita juga diperintahkan untuk membaca Al Qur’an. Al Qur’an adalah pengobatan,
dan di dalamnya terdapat cahaya, dan hidayah. Pahala membaca setiap satu huruf adalah
10 hasanah. Kalimat Alif Lam Miim itu dihitung 3 huruf. Huruf ALIF satu huruf, huruf LAM satu
huruf, dan huruf MIM satu huruf.
Semua amalan itu dimasukkan di dalam tabungan pahala kita. Tabungan pahal itu tidaklah
sebanding dengan tabungan-tabungan yang ada di bank di dunia ini. Semua Bank-bank
tersebut akan menjadi hilang dan musnah, dan kebanyakan dari mereka kembali kepada
azab yang dahsyat. Kecuali orang-orang yang dirahmati Allah dan meninggal dalam taubat.
Jauh daripada riba dan dari pelanggaran terhadap syariat yang terjaganya. Telah bersabda
Nabi kita, sungguh riba tersebut jenisnya terdapat 70 sekian jenis, dari praktek riba yang 70
sekian tadi, yang paling minimal dosanya sama seperti dosa seseorang berzinah dengan
ibunya sendiri. Maka sungguh hal tersebut teramat keji dan menakutkan.
Allah Ta’ala tidak menyebutkan, Allah dan RasulNya tidak menyebutkan peperangan
terhadap pelaku kemaksiatan kecuali orang yang melakukan dua jenis maksiat. Yang
PERTAMA yang melakukan praktek RIBA diperangi. Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-
orang yang beriman taqwalah takutlah kalian kepada Allah dan jauhi daripada perbuatan
RIBA jika kalian beriman. Apabila hal tersebut tidak kalian lakukan maka dinyatakan perang
dari Allah dan Rasul-Nya terhadap kalian”.
Maksiat yang KEDUA adalah dengan memusuhi para wali-wali, Allah Ta’ala berfirman di
dalam Hadits Qudsi, “Bahwasanya barangsiapa yang memusuhi satu orang dari wali-wali-KU
maka AKU nyatakan perang dengan orang tersebut”.
Berapa banyak keburukan, peperangan, kerusuhan , kekacauan yang menyebar di dunia ini
di kalangan ummat semuanya ini setelah menyebarnya praktek-praktek RIBA dan juga
permusuhan terhadap para wali-wali Allah. Orang-orang yang tidak mengerti tersebut
mengingkari terhadap para wali-wali Allah dan hal-hal sunnah yang bersumber daripada
AlKitab dan Sunnah . Mereka menamakan kelakuan yang dilakukan oleh para wali-wali
dari kitab dan Sunnah tersebut sebagai BID’AH bahkan ada yang mengatakan itu SYIRIK.
Sesungguhnya di antara BID’AH yang paling besar di dalam ummat ini ialah manakala
mereka mengucapkan kata-kata yang kurang ajar terhadap para wali-walinya Allah dan
juga dengan mengucapkan perkataan yang tanpa didasari ilmu.
Mereka ingkar terhadap orang-orang yang membaca surat YAASIN. Apakah ada SUNNAH
yang mengingkari pembacaan Alqur’an? Mereka ingkar, tidak suka kalau ada orang yang
membaca Al Qur’an di dekat kuburan. Apakah ada hal tersebut di dalam kitab dan sunnah
yang mengajarkan untuk ingkar? Ilmu darimana sumbernya ini? Kemana dia berdasarkan
dan bersandar? Darimana asalnya ilmu tersebut?
Nabi Muhammad sebagai Sang pengajar Sunnah, hanya mengharamkan pembacaan Al-
qur’an untuk dibaca oleh orang yang dalam keadaan junub, janabah ataupun sedang
dalam hadats besar ataupun dalam keadaan haid. Maka darimanakah dasarnya mereka
mengharamkan orang-orang yang membaca Al Qur’an selain daripada keadaan yang
disebutkan tadi, dan kemudian menyebutnya sebagai perbuatan BID’AH? Barangsiapa yang
mengharamkan dan mengingkari pembacaan Al Qur’an manakala dibaca oleh orang-orang
yang TIDAK dalam keadaan hadas besar atau dalam keadaan datang bulan sesungguhnya
mereka adalah pelaku bid’ah sebenarnya. Al Qur’an itu besok datang di hari kiamat sebagai
pembawa syafaat bagi orang-orang yang melazimkan dan membacanya. Orang-orang yang
menjadikan Al Qur’an di depannya, maka Alqur’an akan memimpin dia menuju surga.
Barangsiapa yang menjadikan Al Qur’an di belakangnya maka Al Qur’an akan mendorong dia
ke dalam api neraka.
Ajaran Rasulullah lainnya adalah shalat sunnat Witir dan shalat sunnat Dhuha. Syekh
Abubakar bin Salim dari kecil tidak pernah meninggalkan shalat Dhuha dan Witir secara
sempurna, shalat Witir sebelas rakaat dan Dhuha delapan rakaat. Upayakan agar kita
senantiasa melazimkannya walau tiga rakaat sholat witir. Nabi kita nabi Muhammad berkata,
“Witir itu sungguh suatu ketetapan, barangsiapa yang tidak sholat Witir maka dia bukan
bagian dari kami”. Selain itu juga upayakan untuk senantiasa melazimkan sholat Dhuha
walaupun dua rakaat. Diriwayatkan oleh Imamul Muslim bahwasanya Nabi Muhammad
bersabda, ”Sungguh setiap persendian yang kita miliki wajib kita bayar sedekahnya. Maka
dengan kita setiap kali bertasbih itu pembayaran sedekah, setiap takbir sedekah dan setiap
ucapan Laailaha illallah sedekah, setiap ucapan Hamdalah sedekah, setiap amar ma’ruf
sedekah dan juga pencegahan dari kemungkaran itupun ditulis sedekah”.
Sholat Dhuha dua rakaat yang kita kerjakan dapat menebus tugas sedekah dari seluruh
tubuh ini. Selain itu sholat Dhuha juga menjadi sebab terjaganya manusia dari godaan
syaithan dan tidak akan diganggu oleh kaum Jin. Orang-orang yang sering terkena
gangguan jin itu disebabkan mereka tidak melaksanakan shalat Dhuha dan tidak membaca
wirid dan dzikir. Adapun orang-orang yang melakukan perbuatan sihir, maka orang-orang
tersebut biasanya meninggalnya dalam keadaan su’ul khatimah atau di luar Islam. Kalaupun
dia hidup di muka dunia ini, dia hidup dalam keadaan susah dan dalam keadaan sulit dan
akan mendapat azab di akhirat yang lebih dahsyat lagi.
Jika kita ingin menolak bala’, tolaklah bala’ dengan sedekah. Sungguh sesuap sedekah itu
menolak bala dan musibah. Rasulullah bersabda, “Bersegeralah kalian bersedekah di pagi
hari sebab bala apabila mau datang tidak dapat melompati dan mendahului sedekah itu”.
Disebutkan oleh Al Habib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf bahwa di antara orang-orang baik,
kaum shalihin yang ada di kota Seiwun mereka sudah menyiapkan sedekah mereka dari
malam, ketika masuk Subuh, mereka berpesan kepada anggota keluarganya agar
sedekahnya untuk disiapkan dan begitu adzan Subuh, maka dikeluarkanlah sedekah
tersebut. Mereka sholat subuh di masjid hingga kemudian kembali sehabis shalat Dhuha ke
rumahnya setelah dia dari masjid.
Ada sebuah kisah tentang orang soleh tersebut, suatu kali dirinya mendapat kabar dari
seseorang yang disuruh keluarganya bahwa anaknya terjatuh dan tulangnya patah. Maka dia
bilang kepada orang yang dikirim tersebut, “Bilang sama keluarga saya, coba dicek jangan-
jangan sedekah yang tadi Subuh belum dikeluarkan. Kalau sudah dikeluarkan nggak
mungkin bala’ musibah akan datang”. Maka keluarganya berkata, “Iya betul kita lupa daripada
sedekah yang harus dikeluarkan itu”. Maka orang sholeh tersebut berkata, ”Sekarang segera
keluarkan sedekah tersebut nanti sehabis shalat Dhuha kita lihat untuk kesembuhan anak
tersebut bagaimana”. Maka datang kelembutan dari Allah Ta’ala dan anak tersebut pun
menjadi sehat lagi.
Diriwayatkan tentang seorang wanita dari kaum Bani Israel. Tatkala dia hampir memakan
suapan terakhir makanannya, tiba-tiba ada seorang yang meminta makanannya tersebut,
maka dia berikan makanannya kepada fakir miskin yang meminta itu. Beberapa hari setelah
kejadian itu datang seekor serigala menerobos ke dalam rumahnya dan membawa anak
bayinya dan dibawa lari ke hutan. Wanita itu menjerit mengejar serigala itu dengan kalang
kabut dan berkata, “Anakku..anakku!”. Tiba-tiba ada seseorang yang menghentikan serigala
tersebut dan mengeluarkan anak wanita itu dari mulut serigala tadi kemudian anak tersebut
diusap sehingga gigitan serigala tadi tidak berbekas dan tidak menimbulkan rasa sakit sama
sekali. Anak itu kemudian diberikan kepada si ibu. Wanita tersebut kemudian bersyukur
kepada Allah dan bertanya, “Siapa gerangan engkau yang telah menyelamatkan anakku?”.
Jawabnya, “Aku adalah seorang Malaikat dimana sebelumnya aku berada di langit ke empat.
Ketika serigala menyerang anakmu maka Allah Ta’ala berkata kepadaku, ”Segera turun dan
ambil anak tersebut dari mulut serigala itu dengan izin-KU dan juga usap hingga sembuh
dengan izin-KU dan katakan kepada si ibu bahwasanya suapan dibalas dengan suapan”.
Engkau sudah memberikan suapan sedekah kepada seorang miskin, nah ini sekarang kami
kembalikan suapan serigala yang akan memakan anakmu kami kembalikan kepada engkau”.
Selain itu jagalah mata kita hingga mata tersebut kalau terjaga dapat melihat wajah Nabi
Muhammad. Jangan gunakan mata kita untuk melihat aib dan aurat orang lain atau untuk
melihat gambar-gambar yang diharamkan. Allah mengetahui pengkhianatan yang dilakukan
oleh mata dan hal-hal yang disembunyikan oleh hati. Pandanglah kepada wajah kaum
mukminin dengan pandangan rahmat dan kasih sayang.
Allah Ta’ala menciptakan wajah-wajah di muka bumi ini dari makhluk-makhlukNya. Allah
Ta’ala jadikan dari wajah-wajah mereka yang menatap wajah-wajah tersebut dia meraih
keberuntungan dari Allah, keberuntungan yang tidak mengenal kerugian lagi setelahnya
selamanya. Nabi Muhammad telah menceritakan makna ini kepada kita. Disebutkan oleh
Rasulullah bahwasanya ketika seseorang melakukan pertempuran peperangan berjihad di
jalan Allah, namun kemenangan tak kunjung datang. Mereka kemudian mencari solusi bagi
kemenangan dengan mencari Ridho-Nya Allah untuk mereka menang dan mendapatkan
kemenangan. Maka solusi yang mereka cari untuk kemenangan mereka umumkan di
kalangan pasukan, “Apakah ada di antara kalian yang pernah melihat Rasulullah? Adakah
diantara kalian sahabat Rasulullah yang masih hidup dan tersisa di dalam pasukan ini?”.
Tatkala diketahui bahwasanya mereka masih tersisa beberapa orang, maka mereka
dimajukan, mereka dihormati dan dimuliakan. Maka dengan berkat mereka, Allah Ta’ala
berikan kemenangan kepada mereka.Di tahun-tahun berikutnya lagi terjadi kejadian yang
sama dalam sebuah jihad. Mereka pun juga lambat tak kunjung meraih kemenangan. Lantas
ditanyalah di tengah pasukan, “Apakah ada diantara kalian orang yang pernah melihat orang
yang pernah melihat Rasulullah yakni para Tabi’in dan sahabat ?”. Tatkala dikatakan ada,
maka diajukanlah mereka dan dikedepankan dan dengan berkat para Tabi’in itulah mereka
mendapat kemenangan.Kemudian datang lagi generasi berikutnya. Mereka pun juga tak
kunjung dapat kemenangan dalam jihad. Maka ditanya, “Apakah ada di antara pasukan ini
orang yang pernah melihat Tabi’in yang pernah melihat sahabat yang melihat Rasulullah?”.
Sungguh beruntung orang yang pernah melihat mereka atau melihat orang yang pernah
melihat mereka.
Ketahuilah bahwa bala’, musibah atau fitnah yang datang itu mempunyai tenggat waktu.
Fitnah-fitnah ini akan mencapai tenggat waktunya dan tidak akan melebihi dari masa
tersebut. Sesungguhnya yang haq dan yang kebenaran akan bermunculan di Barat dan di
Timur. Cahaya Allah ta’ala akan menyebar di seluruh penjuru dunia dan akan dimenangkan
oleh Nabi Muhammad. Kemenangan yang mulia, dimana dengan kemenangan tersebut Allah
Ta’ala akan muliakan kaum Shodiqin di masa itu dan di masa tersebut Allah Ta’ala akan
hinakan orang-orang yang hina dan orang-orang yang memiliki tujuan yang hina. Semoga
Allah Ta’ala tidak hinakan kita di dunia maupun akhirat. Amiin…

3. Khutbah Jum’at Al Habib Umar bin Hafidz di Masjid Nur


Muhammad
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatuwassalamu‘alaa sayyidina rasulillah Sayyidina Muhammad Ibni
Abdillah wa‘alaa alihi washohbihi wamanwalah, amma ba’du.
Baru saja kita mendengarkan khutbah yang disampaikan oleh guru kita, Al Habib Umar bin
Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, semoga Allah ta’ala
memberikan ‘afiah kesehatan kepada beliau dan memberikan manfaat yang luas kepada kita
karena beliau. Al Habib Umar di dalam catatannya mengajarkan puji syukur kepada Allah
subhanahu wata’alaa, kewajiban dan cinta kita yang karenanya kita diciptakan oleh Allah
Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan Allah ta’alaa Maha Lembut, Maha
Hidup, tidak mati, segala kebaikan berada dalam kehendak Allah subhanahu wata’alaa. Allah
subhanahu ta’alaa menciptakan langit dan bumi beserta isinya dengan satu tujuan agar
kalian mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’alaa Maha Mampu atas segala sesuatu dan
Allah subhanahu wata’alaa Maha Mengetahui dan lebih berhak atas segala sesuatu, Jallah
Jalaluh Wata’ala.
Allah ta’ala telah mengutus Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam,
makhluk yang paling afdhol, paling mulia, paling agung, paling dekat, paling dicintai oleh Allah
ta’ala, paling bertaqwa kepada Allah ta’ala, paling mengharapkan Allah subhanahu wata’ala.
Wahai hamba-hamba Allah, takutlah kalian kepada Allah, perbaikilah keadaan diri kalian dan
berbuat baiklah kepada Allah sesungguhnya rahmat Allah subhanahu wata’ala dekat dengan
orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya kita dihadirkan oleh Allah subhanahu
wata’ala di muka bumi ini untuk merapihkan diri kita terhadap Allah subhanahu wata’ala.
Keberadaan kita di dunia ini adalah untuk menjalankan agama, ajaran Allah, dan mengikuti
perintah Allah. Hal tersebut adalah hal yang paling mahal di alam semesta, hal yang paling
berharga di muka bumi bagi orang yang mengetahui kadarnya dan bisa menjaganya, jangan
sampai itu semua dirusak oleh hawa nafsu. Caranya kita menjalani hal tersebut dengan
mengikuti dan meneladani Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam
sehingga dengan melakukan hal itu kita akan mencapai sebuah pencapaian berupa
kecintaan dari Allah ta’alaa. Qul inkuntum tuhibbunallah fattabi’uni yuhbibkumullaha. Apabila
kalian mengaku mencintai Allah subhanahu wata’ala maka ikutilah Nabi Muhammad
shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam niscaya Allah ta’ala akan mencintai kalian.
Sesungguhnya orang yang mengetahui akan betapa mahal dan agungnya kadar kehidupan
yang Allah ta’ala berikan kepada kita di alam dunia ini, jangan kalian pikirkan hal tersebut
hanya sebentar, justru mereka yang mengetahui kadarnya dengan berlalunya waktu, hari
demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, tahun demi tahun sampai masuknya tahun
baru hijriyah dan saat ini kita berada di awal tahun hijriyah. Maka jangan kita jadikan waktu,
umur dan kehidupan yang kita miliki sebagai halangan untuk permainan untuk orang-orang
yang berbuat dzolim kepada Allah subhanahu wata’ala atau orang-orang yang berbuat
kejahatan yang ingin menjadikan waktu, umur, kehidupan kita sebagai tempat permainan
mereka dan tempat mereka membuang kotoran. Na’udzubillahi mindzalik.
Allah ta’alaa berfirman, “Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang yang ada di muka
bumi ini niscaya mereka akan membuat engkau tersesat dari jalan Allah subhanahu
wata’alaa”. Disebutkan bahwa barang siapa yang mengetahui akan umur dan waktu yang dia
miliki, maka dia akan menjaga pandangan, pendengaran dan lisannya dari hal-hal yang
bukan menjadi urusannya. Tidak mendengar hal-hal yang bukan urusannya, tidak melihat dan
menyaksikan hal-hal yang bukan urusannya, serta tidak mengatakan dan mengucapkan hal-
hal yang bukan urusannya. Menjaga diri dari hal-hal yang bukan urusannya apalagi menjaga
diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebab dengan seseorang
menjerumuskan pandangan, pendengaran dan lisannya dari hal-hal yang bukan urusannya
maka dia telah menghinakan kemanusiaan, dia telah menodai kemanusiaan. Na’udzubillahi
mindzalik.
Sesungguhnya ketika seseorang istiqomah di dalam pandangan, pendengaran dan lisannya
maka itu akan berujung pada istiqomah hati, istiqomah ketaqwaan kepada Allah subhanahu
wata’alaa dan istiqomah kerendahan hati kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah ta’ala
berfirman sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati kita dihitung oleh Allah
subhanahu wata’ala. Dengan kita menjaga penglihatan kita dari hal yang tidak baik dan
menjaga pendengaran kita dari hal-hal yang tidak baik, maka otomatis hati kita pun akan
terhindar dari hal-hal yang tidak baik.
Allah ta’ala juga berfirman tentang lisan, ketika seseorang mengucapkan sesuatu, tidak ada
satu pun ucapannya yang lolos dari pencatatan malaikat-malaikat Allahu ta’ala. Ada malaikat
Raqib dan malaikat Atid yang selalu siaga mencatat semua ucapan dan semua perbuatan
yang dilakukan. Jagalah pandangan kita dari hal-hal yang bukan urusan kita apalagi dari hal-
hal yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata’ala, dari kemaksiatan. Jagalah mata kita dari
pandangan haram yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.
Allah ta’ala berfirman, “Katakan wahai Nabi Muhammad kepada kaum mukminin agar mereka
menjaga pandangan mata mereka dari yang haram niscaya akan terjaga kemaluan mereka
dari hal yang haram pula”. Menjaga pandangan lebih suci atau lebih baik bagi mereka karena
untuk kesucian mereka. Oleh karena itu, jaga pandangan mata kita dari hal-hal yang tidak
baik. Sebab menjaga pandangan dari yang haram hukumnya wajib, menjaga pandangan dari
hal yang makruh hukunnya sunnah. Orang-orang yang mengharamkan matanya dari hal-hal
yang haram dan hal-hal yang makruh maka Allah ta’ala muliakan matanya untuk melihat hal-
hal yang mulia dan untuk melihat para sholihin, para auliya, para nabi dan memandang dzat
Allah subhanahu wata’ala pada hari kiamat. Karena orang-orang yang menghinakan dirinya,
menghinakan dzatnya, menghinakan kemanusiannya dengan hal-hal yang tidak baik, dengan
hal-hal yang tercela, melihat yang tidak baik dan mendengar yang tidak baik maka baginya
adalah kegelapan di atas kegelapan dan diharamkan untuk melihat hal-hal yang mulia, dan
diharamkan untuk melihat para sholihin, para auliya, para nabi dan diharamkan untuk
memandang dzat Allah subhanahu wata’ala pada hari kiamat.
Disebutkan bahwa mata diciptakan oleh Allah ta’ala sendiri, tanpa bantuan apapun, tanpa
bantuan bos kita, tanpa bantuan majikan kita, tanpa bantuan usaha kita, tanpa bantuan
pengikut kita dan tanpa bantuan dunia. Allah ta’ala menciptakan mata sendiri. Maka tugas
kita menjaga mata tersebut yang merupakan milik Allah ta’ala yang dititipkan kepada kita dan
merupakan inventaris Allah ta’ala. Jaga mata tersebut agar mata tersebut tunduk kepada
Allah ta’ala dan hanya diperuntukkan untuk Allah ta’ala dan dijaga dari hal-hal yang dilarang
oleh Allah ta’ala untuk kita lihat. Seperti yang disebutkan oleh Allah subhanahu wata’ala
bahwa janganlah engkau ulurkan pandanganmu kepada hal-hal yang fana dari dunia ini.
Begitu juga telah diajarkan oleh Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi
wasallam jika melihat hal-hal yang menakjubkan yang bersifat duniawi maka hendaknya
mengucapkan Labbaik innal ………….akhirot. Sesungguhnya kehidupan yang sebenarnya,
kenikmatan-kenikmatan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat yang berada di sisi Allah.
Sehingga ketika kita makan racun yang ada di makanan tidak masuk ke dalam hati kita
karena telah ternetralisir dengan kenikmatan dari Allah ta’ala, dan kehidupan yang hakiki
adalah kehidupan akhirat yang ada di sisi Allah ta’ala.
Maka nikmat mata tersebut gunakanlah untuk melihat kaum mukminin dengan pandangan
rahmat dan kasih sayang. Jangan gunakan mata untuk memandang kaum mukminin dengan
pandangan kehinaan, dengan pandangan meremehkan dan menjelek-jelekkan mereka. Tapi
gunakanlah nikmat mata ini untuk memandang kaum mukminin dengan pandangan kasih
sayang dan cinta. Gunakan mata ini untuk memandang alam semesta dengan tafakkur
bahwa alam semesta itu adalah ciptaan Allah ta’ala yang terdapat tanda-tanda kebesaran
Allah ta’ala di alam semesta itu.
Disebutkan oleh para ulama dan para sahabat, pandangan Nabi Muhammad shollahu’alaihi
wa aalihi washohbihi wasallam mayoritas adalah pandangan yang penuh dengan tafakkur,
bukan hanya sekedar melihat tetapi melihat dengan penuh tafakkur tentang apa yang ada di
alam semesta ciptaan Allah subhanahu wata’alaa dan Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa
alihi washohbihi wasallam, lebih suka melihat ke bawah dari pada melihat ke langit/atas. Oleh
karena itu, pada hari ini berapa banyak kita telah memandang dan melihat pada sesuatu?.
Jangan sampai pandangan kita itu membawa kenistaan kita pada hari kiamat nanti.
Sesungguhnya diantara pandangan terdapat beberapa pandangan diantara pandangan yang
berkhianat dan pandangan yang menjadi penyesalan di hari kiamat. Nabi Muhammad
shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya tidak diperbolehkan
bagi seorang nabi memiliki pandangan yang berkhianat”. Sehingga diajarkan oleh Nabi
Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam jika seseorang bangun dari
tidurnya maka lihatlah ke atas langit dengan pandangan tafakkur sambil membaca ayat
terakhir dari surah Al Imran yang mengharuskan untuk bertafakkur kepada Allah ta’ala.
Jangan sampai musuh-musuh Allah ta’ala menjadi penguasa di pandangan, pendengaran
dan lisan kita. Musuh-musuh Allah ta’ala merebutnya bukan dengan kekuatan tetapi dengan
memanfaatkan kelemahan kita dalam semangat dan pemahaman kita akan syariat yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam. Sehingga
mereka menguasai pandangan, pendengaran dan lisan kita. Hal itu bisa membuat apa yang
kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita ucapkan adalah hal yang menyimpang dari
ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi
wasallam. Apabila hal itu kita biarkan begitu saja maka mata ini akan terharamkan dari
melihat hal-hal yang mulia terutama melihat dzat mulia Allah ta’ala.
Sifat kaum mukminin adalah melihat dan mendengar pada hal-hal yang baik. Ketika terlihat
dan terdengar pada mereka hal-hal yang tidak baik, mereka pun berpaling dan meninggalkan
hal-hal tersebut. Allah ta’ala berfirman ketika kalian melihat kumpulan orang yang berkata
tidak baik janganlah kalian duduk bersama mereka, jika kalian duduk bersama mereka dan
mendengarkan apa yang mereka ucapkan berarti kalian sama seperti mereka, kalian masuk
ke dalam kelompok mereka. Naudzubillah mindzalik.
Kalau kalian ingin mendengar, dengarkan ucapan para auliya, dengarkan ucapan para
anbiya, dan dengarkan ucapan Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi
wasallam. Sehingga itu akan menjadi bekal kita untuk mendengar ucapan cinta dari Allah
ta’alaa kepada hamba-Nya di hari kiamat. Pada hari kiamat nanti, Allah ta’ala menyapa dan
memanggil hamba-hamba-Nya. Dan ada sekelompok hamba Allah ta’ala yang tidak disapa
dan tidak ditegur oleh Allah ta’ala. Naudzubillah mindzalik.
Oleh karena itu, gunakan telinga kita untuk mendengar yang baik sehingga telinga ini pantas
mendengar kemuliaan dari Allah ta’ala. Ketahuilah tidak ada pembicaraan di antara dua
orang atau lebih dimana pun keberadaannya melainkan Allah ta’ala bersama mereka dan
Allah ta’ala mengetahui apa yang mereka bisikkan satu sama lain. Allah ta’ala mengetahui
apa yang mereka ucapkan, dan Allah ta’ala apa yang mereka rahasiakan di dalam hatinya.
Semua penglihatan dan pendengaran kita akan ditanya oleh Allah ta’ala.
Allah ta’ala telah memuliakan kita, maka jangan hinakan diri kita dengan membiarkan musuh-
musuh Allah ta’ala menjadi penguasa pada diri kita. Allah ta’ala telah muliakan dzat kita,
maka jangan kita hinakan. Allah ta’ala telah mengangkat derajat kita, maka jangan kita
jatuhkan. Jangan kita biarkan dzat kita ini menjadi tempat permainan musuh-musuh Allah
ta’ala sehingga kita tertipu dalam diri kita, tertipu dalam keluarga kita, tertipu dalam rumah
tangga kita, tertipu oleh keburukan-keburukan musuh Allah ta’ala.
Kita dihadirkan pada hari jum’at yang mulia ini, gunakan lisan kita untuk mengucapkan hal-hal
yang baik. Di hari jum’at kita disunnahkan untuk membaca Al Qur’an dan shalawat nabi.
Sudahkah lisan kita pada hari ini membaca shalawat kepada Nabi Muhammad shollahu’alaihi
wa aalihi washohbihi wasallam?. Berapa kata yang telah kita ucapkan dari sejak pagi tadi?.
Dan apakah semua kata yang telah kita ucapkan mengandung pahala atas apa yang kita
ucapkan?. Semua itu kita lupakan, namun Allah ta’ala ingat akan apa saja yang kita ucapkan.
Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin gunakanlah lisan ini untuk berdzikir, tilawah Al
Qur’an, bershalawat kepada Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam,
menggembirakan hati mukmin lain. Jangan gunakan lisan ini untuk menyakiti perasaan orang
lain tapi gunakanlah untuk menggembirakan hati orang lain, memberikan nasihat,
membimbing dan memberikan salam. Pahala memberikan salam adalah sepuluh kebaikan.
Gunakan lisan kita untuk hal-hal agung dan untuk nahi munkar, sehingga lisan ini pantas
untuk berdialog kepada Allah ta’ala.
Oleh karena itu, jagalah pandangan, pendengaran dan lisan kita sehingga meneladani Nabi
Muhammad shollahu’alaihi wa alihi washohbihi wasallam di dalam pandangan, pendengaran
dan lisan kita. Semoga Allah ta’ala jadikan hal ini membawa keberkahan bagi kita, Allah
ta’alaa jadikan kebaikan dan kebenaran di dalam pandangan, pendengaran dan lisan kita,
dan di dalam aqidah kita. Semoga Allah ta’ala jadikan kita berpaling pada hal-hal yang tidak
benar dan tidak baik. Semoga Allah ta’ala memberikan ampunan dan memberikan rahmat-
Nya kepada mereka yang mendirikan masjid ini, terutama Al Habib Muhammad bin Maula
Khela dan keluarga besar. Semoga Allah ta’ala juga memberikan ampunan dan rahmat-Nya
serta keberkahan kepada kita. Semoga Allah ta’ala sampaikan salam kita kepada Nabi
Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam. Dan Allah ta’ala memberikan
pandangan rahmat-Nya kepada kita dan seluruh kaum muslimin sehingga memperbaiki
keadaan kita. Amin Yaa Robbal’alamiin.

4. Ceramah Al Habib Umar bin Hafidz di Alfachriyah


Sebuah musibah dikatakan besar manakala seseorang yang ditimpa bencana namun dia
tidak merujuk dan tidak mau kembali kepada Allah. Padahal, maksud dan tujuan yang
sebenarnya dari turunnya musibah adalah untuk memperbaiki rujuk dan kembali kepada
Allah ta’ala. Allah berfirman, “Jika saja ketika mereka mendapatkan bala, bencana, musibah
dari kami, mereka segera merujuk dan bertabaruk kepada Allah. Namun hati mereka telah
beku dan setan menipu mereka dengan cara menghiasi amalan buruk mereka.”
Ketika Nabi Muhammad saw ditimpa suatu masalah, beliau segera bangun dan merujuk
untuk mengerjakan sholat. Berbeda dengan sebagian dari orang ketika terkena musibah,
mereka tidak mau merujuk kepada sholat, kepada qiro’at, bacaan Quran ataupun zikir, tidak
merujuk kepada bersedekah di jalan Allah, berpuasa, ataupun berziarah kepada wali Allah.
Mereka justru berkata ucapan-ucapan yg tidak berguna, kemudian merencanakan berbagai
perencanaan. Mereka pergi kesana kemari untuk mencari pertolongan. Inilah makna dari
firman Allah bahwa hati mereka sudahlah beku. Dan setan memberikan hiasan atas amalan
buruk mereka seolah itu indah, yang mana sesungguhnya amalan itu adalah buruk. Dengan
tipuan hiasan setan, mereka tertipu, mengira perbuatan mereka baik, padahal sama sekali
tidak baik. Namun hal itu dibagus-baguskan oleh setan. Demikian juga nafsu mereka telah
membantu setan dengan membenarkan ucapan dan pengaruhnya, padahal nafsu tersebut
belum tersucikan, belum terdidik, belum terbina, dan belum diserahkan kepada orang-orang
yang bisa mendidik dan membinanya. Keadaan mereka seperti yang dinyatakan dalam Al-
Quran, “Jangan engkau mengikuti orang-orang yang hatinya telah kami lalaikan, yang
mengikuti hawa nafusnya, dan perkara orang tersebut akan menjadi sia-sia dan
terbengkalai.” Ini adalah bimbingan dari Allah terhadap kita, janganlah kita terbuai dan tertipu
dengan pendapat, pandangan, dan perkiraan-perkiraan yang melanda diri dari orang yang
lupa kepada Allah. Jangan taati orang yang hatinya telah lupa kepada Allah.
Jika membutuhkan sebuah pendapat, musyawarah ataupun penjelasan, maka bertanyalah
kepada orang-orang yang hatinya penuh dengan berdzikir kepada Allah. Sayidina Umar bin
Khatab Ra menuliskan surat kepada gubernur-gubernurnya yang berisikan, “Carilah orang-
orang yang mengenal takut kepada Allah dan banyak berdzikir kepada Allah dan lidahnya
terjaga dari selain dzikir. Maka ambillah musyawarah dan pendapat dari mereka.” Allah
berfirman dalam Al-Quran, “Wahai orang-orang yang beriman takutlah kalian kepada Allah
dan jadilah kalian bersama orang-orang yang shodikin.”
Banyak di antara manusia yang hidup dalam keadaan meninggalkan kewajiban-kewajiban
syariat, sibuk mengerjakan perbuatan yang diharamkan dalam agama dan hatinya diliputi
kegelapan dan keraguan. Namun ada sebagian orang di saat yang sama berada dalam
majelis dzikir, ingat kepada Allah. Berada dalam perkumpulan yang baik, saling mewasiati
akan kebenaran dan mencari keridhoan Allah dengan bersalawat kepada Nabi muhammad,
dan juga mempelajari hukum-hukum syariatnya. Siapa gerangan yang membawa mereka
hadir ke majlis dzikir? Siapa yang memberikan taufik untuk hadir di majlis dzikir?
Sesungguhnya dia adalah Allah. Sungguh Allah ta’ala telah memperlakukan hambaNya
dengan sangat baik, telah membentangkan anugerahNya, dan juga telah melimpahkan
pemberianNya kepada hamba-hambaNya. Maka hendaknya kita bersyukur bahwa tuhan kita
adalah Allah, juga mengenal akan keagungan Allah. Sesungguhnya Allah telah
memperlakukan dengan hal yang demikian padahal Allah tidak memiliki keperluan atas kita.
Sesungguhnya manusialah yang memiliki keperluan kepada Allah. Jika Allah ingin
menghancurkan dan membinasakan kita maka tidaklah Allah akan merasa rugi.
Nabi Muhammad mendengar dari sebagian sahabatnya berkata, “Aku meminta kepadamu
untuk disempurnakan nikmat ini.” Nabi berkata kepada sahabat tersebut, “Tahukah kau apa
nikmat yang sempurna?.” Sahabatpun bertanya kembali, “Apa gerangan itu ya Rasulullah?”.
Nabi menjawab, “Masuk ke dalam surga, melalui segala kesulitan hingga masuk dan
menetap di dalam surga.”
Kita berharap semoga Allah ta’ala memasukkan kita ke dalam surganya tanpa azab, tanpa
hisab, juga tanpa uji, serta tanpa perhitungan. Allah cegah dan jauhkan rumah, keluarga,
kerabat dan orang-orang yang memiliki hubungan dengan kita dari fitnah. Dijadikan kemauan
kita mengikuti syariat nabi Muhammad, sehingga kita tidak lalai akan keagungan syariat ini.
Janganlah lalai untuk ta’zim dan mengagungkan setiap sunnah dari sunnah nabi Muhammad,
sehingga rumah kita menjadi tempat/gudang dari sunnah nabi Muhammad, dan tempat dari
akhlak nabi Muhammad sehingga kerajaan Nabi Muhammad berdiri di dalam rumah dan
keluarga kita. Menegakkan syariat dalam rumah tangga. Sesungguhnya segala sesuatu yang
bertentangan dengan syariat Nabi Muhammad itu adalah musuh dan fitnah. Maka jangan
sekali-kali dengarkan perkataan orang yang lalai dan lupa kepada Allah yang berusaha
menghiasi kepada kita hal-hal yang buruk. Sesungguhnya itu tidak ada yang dapat menolong
kita. Tidak ada yang memberikan syafa’at (nabi) dan hidayah diantara orang-orang yang lalai.
Namun utusan dan rasul dari sisi Allah nabi kita Muhammad SAW adalah pemberi hidayah
dan nasihat. Sang pemberi syafa’at adalah nabi kita Muhammad. Namun bagaimana kita rela
membiarkan orang-orang lalai tersebut ingin menggeser nabi Muhammad dengan
menanamkan pola pikir dan pengaruh yang ingin mereka tanamkan dalam pikiran kita, dan di
dalam akal-akal yang telah hilang cahayanya.
Apakah diantara mereka ada yang berani berucap di hari kiamat? Mereka yang akan
berucap, “Andai kami berakal dan mendengar, maka kami tidak akan masuk ke dalam api
neraka.” Itulah perkataan orang jahat. Habib Soleh bin Muhsin Al-Hamid berkata di dalam
ucapannya kepada Nabi Muhammad, ”Wahai nabi, di hari kiamat semua orang akan menjerit
memanggil namamu. Berharap dekat denganmu, dan semua akan mengetahui kadar nabi
Muhammad”. Tidak ada di hari kiamat orang yang berharap dekat dengan artis, dengan
pejabat zalim, ataupun penyanyi. Mereka semua hanya berharap untuk dekat bersama nabi
Muhammad. Upayakanlah mulai saat ini kita bersama nabi Muhammad. Kita hidup bersama
nabi Muhammad dan kita wafat bersama nabi Muhammad. Mudah-mudahan di hari kiamat
kita dikumpulkan bersama Nabi kita Muhammad. Hari dimana orang-orang zalim akan
menyesal dan menjeritkan, ”Andai aku menempuh jalan bersama Nabi. Celakanya aku! Andai
aku tidak mengambil fulan dan fulanah sebagai temanku. Baik dalam hubungan khusus
ataupun umum, baik orang besar maupun organisasi, dalam negeri maupun luar negeri.
Semua itu hilang begitu saja, dan orang-orang tersebut berkeinginan tidak memiliki dan
menjalin hubungan dengan itu semua. Andai aku tidak pernah menjalin hubungan dengan si
fulan, sebab dia telah menyesatkan aku dari dzikir ketika aku mendapatkan hidayah.”
Al Qur’an menyebutkan tentang hari kiamat, “Hari tersebut dimana Allah tidak akan
mengecewakan dan mempermalukan nabinya, Allah tidak akan mengecewakan nabinya dan
orang-orang beriman yang bersama nabi Muhammad”. Tiga kata dalam firman itu yaitu
“Bersama Nabi Muhammad” mengandung makna, di dalamnya terdapat kecintaan, citarasa,
kerinduan, bertetanggaan, kebersamaan, kesaksian menatap, menjalin hubungan, duduk
bersama dan dapat saling bersalam-salaman. Karena itu dengan ayat ini para sahabat
menjadi senang bukan main, ketika mendengar kata “Bersama dengan Nabi Muhammad”.
Tatkala mereka (para sahabat) hidup, mereka membedakan kebersamaan mereka bersama
Rasul dengan hal-hal lainnya.
Di saat para sahabat berjihad bersama Rasul di jalan Allah, setiap dari mereka berharap
untuk dapat sholat bersama Rasulullah saw. Pernah satu kali orang-orang kafir ingin
menyerang mereka ketika melakukan sholat. Maka ketika orang-orang kafir melihat Nabi dan
para sahabat usai mengerjakan sholat Dzuhur di saat perang, mereka berkata, “Andai saja
kita serang mereka di saat sujud, maka kita akan menang”. Maka turun ayat dari Al-Quran
yang memerintahkan mereka untuk membagi dari mereka menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok yang berjaga dan sholat bersama Rasul. Namun siapa di antara kedua kelompok
ini yang sholat bersama dengan Nabi Muhammad? Kerinduan dan keinginan mereka untuk
sholat bersama Nabi Muhammad ditetapkan oleh Allah. “Aku jadikan kelompok pertama
sholat bersama denganmu dan kelompok kedua juga sholat bermasa denganmu”. Allah
nyatakan dalam Al-Quran. “Apabila kau berada di antara mereka dan dikumandangkan
panggilan sholat, dan hendaknya berdiri sekelompok dari sahabatmu bersamamu dalam
sholat. Apabila mereka sudah sujud maka hendaknya bangun dan pindah ke belakang, dan
bagian lain yang belum solat menyusul, hendaknya mereka ikut solat bersamamu”. Makna
kata “bersamamu” dalam ayat tadi adalah “bersama Rasulullah saw”. Dengan demikian
maka, kelompok pertama bersama nabi dank kelompok kedua juga bersama nabi. Allah ta’ala
seolah-olah menyatakan, “Kalian bersungguh-sungguh di dalam menjalin hubungan dengan
kekasihKu, maka kini Aku turunkan syariat langsung dariKu untuk kalian semuanya sholat
bersama Nabi Muhammad”.
Kita menjadi bersama Nabi Muhammad ketika kita mendahulukan syariat dan agama
Rasulullah. Bersama Nabi Muhammad dengan mengagungkan agama dan syariatnya
dengan mendidik anak-anak dan keluarga kita atas hal tersebut. Sejak kecil mereka mulai
mengagungkan ta’zim yang kita ajarkan, mereka sudah mendengar kerinduan kita kepada
Nabi Muhammad, sehingga mereka belajar. Dan inilah keadaan yang sebenarnya bagi setiap
mukmin. Sebagaimana hadits di dalam Sohibul Bukhari, Rasulullah bersabda, “Tidak beriman
salah seorang kalian hingga aku menjadi yang paling dia cintai lebih dari dirinya, anaknya,
dan segenap manusia”.
Seseorang yang dikuasai kerinduan kepada Nabi Muhammad dalam akhir hayatnya maka
dimuliakan dengan hadirnya ruh Nabi Muhammad saat dicabut nyawanya. Maka orang
tersebut bergembira karena akan berjumpa dengan orang yang dirindukan. Dan orang
tersebut mengucapkan seperti yang diucapkan oleh Bilal. Ketika beliau akan wafat istrinya
berkata, “Kasihan sekali kau wahai Bilal”. Namun Bilal berkata, “Tidak, justru alangkah
nikmatnya hal ini”. Sang istri kemudian bertanya, “Dari mana datang kenikmatan tersebut?”.
Dan Bilal pun menjawab, “Karena aku berpikir bahwa sebentar lagi aku akan berjumpa
dengan kekasihku”. Istri pun bertanya lagi, “Siapa gerangan kekasihmu Bilal?” Bilal
menjawab,” Nabi Muhammad dan pengikutnya”.
Ini adalah harapan dan keinginan yang besar yang tidak akan didapatkan di organisasi dan
perkumpulan lainnya, tidak pada negara kecil ataupun besar, ataupun pada orang-orang
intelektual. Semua ini hanyalah pada pewaris-pewaris Nabi Muhammad, di dalam harkat
untuk menjalin hubungan dengan Nabi Muhammad. Maka ditawarkan tawaran mulia kepada
kita dengan anugerah yang mahal dari Allah.
Sesungguhnya telah dikatakan kepada kita tentang orang yang memiliki prasangka baik.
Dikatakan, “Seandainya tidak Kau ilhamkan kepada kami harapan meminta anugerahMu,
maka tidak Kau jadikan kami memohon dan meminta akan anugerah tersebut”. Sayyidina
Umar Bin Khatab dalam hal semacam itu mengatakan, “Yang saya pikirkan bukan
dikabulkannya oleh Allah ta’ala, melainkan adalah memohon dan meminta kepada Allah
SWT”.
Ada salah seorang yang hidup di jaman Habib Hasan bin Soleh Al Bahr. Orang ini gemar
melakukan riba yaitu memiliki pekerjaan sebagai seorang rentenir. Suatu hari orang tersebut
memiliki nasabah yang berada di kampung Habib Hasan bin Soleh Al Bahr, maka dia datang
untung menagih riba. Di hari Selasa dia datang, dimana hari itu adalah hari pengajian Habib
Hasan bin Soleh Al Bahr. Saat dia menanyakan si fulan, ternyata fulan sedang ada majlis
Habib Hasan bin Soleh Al Bahr. Kemudian sang rentenir mendatangi majlis tersebut dengan
niatan akan menagih si fulan ketika majlis berakhir. Saat itu majlis sedang dipenuhi oleh
rahmat Allah, maka orang itu pun pulang. Masapun berlalu namun rahmat Allah tidak berlalu
dan tetap terikat pada orang itu.
Bertahun-tahun kemudian sang rentenir menyadari tahun-tahun yang telah dilalui dengan
maksiat yang besar kepada Allah dan dia pun ingin bertobat kepada Allah. Maka dia
mengutus utusan kepada Syekh Abdullah bin Sa’ad bin Sumair, dan menyuruhnya datang
untuk urusan darurat. Sebenarnya Syekh Abdullah enggan untuk datang jika bukan urusan
yang penting. Maka Syekh Abdullah bertanya untuk apakah dia dipanggil. Rentenir tersebut
mengutarakan niatnya bertobat dan meminta Syekh Abdullah untuk membantunya. Syekh
Abdullah bin Sumair pun senang hati untuk membantunya. Sang rentenir menyerahkan
seluruh hartanya untuk dikembalikan kepada yang pernah dizalimi olehnya. Dan ia menyesali
apa yang telah dilakukannya di waktu lalu. Syekh Abdullah meminta rentenir tersebut untuk
bersungguh-sungguh dalam bertobat kepada Allah, dan kemudian Syekh Abdullah
mengembalikan harta-harta yang tercatat kepada yang berhak memilikinya dan harta-harta
yang tidak tercatat digunakan untuk keperluan muslimin berjuang di jalan Allah. Sang rentenir
bersedia menuruti segala ketentuan pengembalian dan pembagian atas harta yang telah
diserahkannya sesuai dengan syariat Islam. Syekh Abdullah membantu dalam proses
pengembalian harta-harta tersebut dan memperbaikinya.
Hari demi hari dilalui rentenir dengan tobat yang sebenarnya. Ia sibuk merujuk, menangis
memohon ampunan kepada Allah. Hingga ia meninggal wafat dalam keadaan yang demikian
itu. Syekh Abdullah merasa takjub atas apa yang diketahuinya, dimana orang yang dulu
dalam keadaan yang kurang baik dapat meninggal dalam keadaan yang sangat baik.
Kemudian Syekh Abdullah berkunjung kepada Habib Hasan bin Soleh Al Bahr. Habib Hasan
menanyakan sebab atas keterlambatan Syekh Abdullah dan apa yang telah terjadi. Lantas
Syekh Abdullah pun menceritakan hal luar biasa yang telah disaksikannya. Habib Soleh pun
tersenyum dan bertanya kepada Syekh Abdullah apakah dia mengetahui penyebab sang
rentenir menerima keberuntungan tersebut. Lantas Habib Soleh menjelaskan bahwa dahulu
pernah satu kali rentenir itu hadir ke majlis tepat dimana rahmat Allah sedang turun dan sang
rentenir itu mendapatkan rahmat tersebut. Sehingga dengan berkat majlis itu Allah rahmati
orang tersebut dan jadikan kematiannya dalam keadaan husnul khotimah.
Mudah-mudahan Allah memberikan khusnul khotimah bagi kita, untuk semua keluarga kita,
anak-anak kita, sahabat-sahabat kita, kerabat-kerabat kita, tetangga-tetangga kita, bagi
murid-murid kita, kekasih-kekasih kita, dan dan segenap kaum muslimin.

Anda mungkin juga menyukai