Warna suatu zat sudah lama dijadikan sebagai dasar untuk mengenali zat kimia.
Warna zat merupakan hasil interaksi antara zat tersebut dengan radiasi elektromagnetik,
dalam hal ini energi cahaya.
Warna dapat dijadikan sebagai dasar analisis kimia.
Dengan menggantikan mata manusia dengan instrumen tertentu, dimungkinkan untuk
mempelajari interaksi antara materi dengan gelombang elektromagnetik di luar daerah
sinar tempak.
Sehingga untuk suatu molekul dapat terjadi perubahan energi dalam, ∆E
sebesar:
Jika suatu radiasi berinteraksi dengan suatu materi (spesies kimia) maka
akan terjadi perubahan dalam materi tersebut.
C= konsentrasi zat penyerap, dapat dinyatakan baik dalam Molar (mol/L) maupun g/L.
K = tetapan, dapat dinyatakan dalam 2 cara tergantung pada satuan C yang digunakan.
Jika C dalam satuan mol/L maka K disebut absorptivitas molar (ε) jadi A = ε b C. Jika C
dalam g/L maka K disebut tetapan absorptivitas (a) sehingga A = a b C.
P/P0 = Transmitans, T. Karena A = log P0/P maka A = log 1/T = log T-1.
Jika absorbansi, A dialurkan terhadap konsentrasi, C maka akan diperoleh garis lurus
dengan kemiringan εb atau ab.
Ada beberap persyaratan yang harus dipenuhi agar hukum Lambert-Beer tetap berlaku.
Syarat-syarat tersebut antara lain: syarat konsentrasi, syarat kimia dan syarat cahaya.
Syarat Konsentrasi
Pada konsentrasi tinggi (biasanya 0,01 M) jarak rata-rata antara partikel menjadi kecil
sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan tentangganya yang
selanjutnya mengubah kemampuan untuk mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang
yang diberikan.
Syarat kimia
Syarat kejernihan: Jika larutan mengandung partikel2 koloid maka sebagian cahaya akan
dihamburkan oleh partikel2 koloid.