Anda di halaman 1dari 8

RADIASI ELEKTROMAGNETIK DAN INTERAKSINYA DENGAN MATERI

 Warna suatu zat sudah lama dijadikan sebagai dasar untuk mengenali zat kimia.
 Warna zat merupakan hasil interaksi antara zat tersebut dengan radiasi elektromagnetik,
dalam hal ini energi cahaya.
 Warna dapat dijadikan sebagai dasar analisis kimia.
 Dengan menggantikan mata manusia dengan instrumen tertentu, dimungkinkan untuk
mempelajari interaksi antara materi dengan gelombang elektromagnetik di luar daerah
sinar tempak.
 Sehingga untuk suatu molekul dapat terjadi perubahan energi dalam, ∆E
sebesar:

∆E = ∆Eelektronik + ∆Evibrasi + ∆Erotasi, dimana ∆Eelektronik > ∆Evibrasi > ∆Erotasi.

Interaksi radiasi dengan molekul

 Jika suatu radiasi berinteraksi dengan suatu materi (spesies kimia) maka
akan terjadi perubahan dalam materi tersebut.

 Perubahan tersebut dapat menjadi sumber informasi mengenai materi


tersebut.
 Cara interaksi radiasi dengan suatu sampel dapat berupa: absorpsi, emisi, pendar cahaya
(luminenscence) dan penghamburan (scattering) tergantung pada sifat materi.
Emisi radiasi
Emisi radiasi elektromagnetik dihasilkan jika ion, atom atau molekul tereksitasi kembali ke
tingkat energi lebih rendah atau energi dasar.
Aspek Kuantitatif Absorpsi Radiasi
 Pada umumnya pekerjaan analisis menyangkut larutan dan oleh karena itu maka perlu
dikembangkan suatu hubungan kuantitatif konsentrasi larutan dan kemampuannya
menyerap radiasi.

 Dikembangkan oleh Lambert dan Beer


KETERANGAN

 P0= energi radiasi mula-mula, P = energi radiasi yang diteruskan

 log P0/P = Absorbansi (A), sehingga A = KbC

 b = panjang jalan medium penyerap. Biasanya konstan sehingga absorbansi hanya


merupakan fungsi dari C.

 C= konsentrasi zat penyerap, dapat dinyatakan baik dalam Molar (mol/L) maupun g/L.

 K = tetapan, dapat dinyatakan dalam 2 cara tergantung pada satuan C yang digunakan.
Jika C dalam satuan mol/L maka K disebut absorptivitas molar (ε) jadi A = ε b C. Jika C
dalam g/L maka K disebut tetapan absorptivitas (a) sehingga A = a b C.
 P/P0 = Transmitans, T. Karena A = log P0/P maka A = log 1/T = log T-1.

 Jika absorbansi, A dialurkan terhadap konsentrasi, C maka akan diperoleh garis lurus
dengan kemiringan εb atau ab.

Penyimpangan Hukum Lambert-Beer C

 Grafik antara absorbansi, A terhadap konsentrasi, C menurut hukum Lambert-Beer


A

seharusnya selalu merupakan garis lurus.

 Namun demikian penyimpangan terhadap hukum ini kadang-kadang terjadi.

 Ada beberap persyaratan yang harus dipenuhi agar hukum Lambert-Beer tetap berlaku.
Syarat-syarat tersebut antara lain: syarat konsentrasi, syarat kimia dan syarat cahaya.

Syarat Konsentrasi

 Hukum Lambert-Beer hanya cocok untuk larutan yang encer.

 Pada konsentrasi tinggi (biasanya 0,01 M) jarak rata-rata antara partikel menjadi kecil
sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan tentangganya yang
selanjutnya mengubah kemampuan untuk mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang
yang diberikan.

Syarat kimia

 pengabsorpsi tidak boleh terdisosiasi, berasosiasi atau bereaksi dengan pelarut


menghasilkan suatu produk pengabsorpsi spectrum yang berbeda dari zat yang dianlisis.

 Syarat cahaya: hanya berlaku untuk cahaya yang monokromatis.

 Syarat kejernihan: Jika larutan mengandung partikel2 koloid maka sebagian cahaya akan
dihamburkan oleh partikel2 koloid.

Anda mungkin juga menyukai