Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL PRATIKUM

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


USAP ALAT MAKAN

KELOMPOK 1 REGULER 2
Disusun oleh :

1. Dicky nanda rhamadan (2013451058)


2. Erika mulia panca putri (2013451062)
3. Erika oktavia (2013451063)
4. Firda ayu romadhani (2013451064)
5. Hanif fadhila (2013451066)
6. Lidiya adelia (2013451082)
7. Lucy rinda melati sari (2013451084)
8. M. Fachri nasa (2013451084)
9. May sinta arlina (2013451088)

POLTEKKES TANJUNG KARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D-III SANITASI
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan merupakan sumber energi satu-satunya bagi manusia.
Karena jumlah penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi
makananpun harus terus bertambah melebihi jumlah penduduk ini,
apabila kecukupan pangan harus tercapai. Permasalahan yang timbul
dapat diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak
boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya
bermaksud mendapatkan energi tetap dapat bertahan hidup, dan tidak
untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan
menjadi sangat penting (Slamet, 2009).
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan
dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan
penyakit pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya
sanitasi makanan, antara lain menjamin keamanan dan kebersihan
makanan, mencegah penularan wabah penyakit, mencegah beredarnya
produk makanan yang merugikan masyarakat, dan mengurangi tingkat
kerusakan atau pembususkan pada makanan.
Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi
orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan,
peralatan pengolahan makan dan proses pengolahannya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, antara lain
adalah higiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang
tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih
(Chandra, 2006).
Dalam mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat
kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan
sanitasi makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan
untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki lima
mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang
potensial dalam penyebaran penyakit (Depkes, 2004).
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat,  salah satunya dari
peralatan makanan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di
Indonesia peraturan telah dibuat dalam bentuk Permenkes RI No.
1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan makanan
tidak boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.
Peranan peralatan makanan dalam pedagang makanan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (Food
hygiene). Setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu
dijaga kebersihannya setiap saat digunakan.
Alat makan (piring, gelas, sendok, gelas) yang kelihatan bersih belum
merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan, karena
didalam alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar bakteri
E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut
tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting
diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan
menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga
kebersihan peralatan makan (piring, gelas, sendok,dll.), berarti telah
membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang
dikonsumsi (Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan, 2009).

B. Tujuan
 Untuk mengetahui tingkat kebersihan atau jumlah kuman pada
alat makan.
 Untuk mengetahui jumlah kuman pada air pencucian.
   Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan alat makan
tersebut terkontaminasi.
BAB II
DASAR TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Peralatan Makan


Peranan peralatan makan dan masak dalam higiene sanitasi
makanan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan. Peralatan makan dan
masak perlu juga dijaga kebersihannya setiap saat dipergunakan. Untuk
itu peranan pembersihan atau pencucian peralatan perlu diketahui secara
mandasar. Dengan membersihkan peralatan secara baik, akan
mengahsilkan alat pengolahan makanan yang bersih dan sehat. Peralatan
makan meliputi piring, gelas, mangkuk, cangkir, sendok, pisau, dan
garpu. Peralatan dapat berupa peralatan kaca, logam atau tembikar.
Peralatan masak meliputi kuali, dandang, serokan, pisau, talenan, oven
dan sebagainya (Depkes, 2004).
Perlindungan peralatan makan  dimulai dari keadaan bahan. Bahan
yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman
digunakan. Peralatan utuh,  aman dan kuat, peralatan yang sudah retak,
atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga
menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat tercuci
sempurna. Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merk atau cat pada
permukaan tempat makanan tidak boleh digunakan. Adapun persyaratan
peralatan makanan, yaitu (Pohan, 2009) :
 Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak
boleh mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang
batas sehingga membahayakan kesehatan.
 Peralatan tidak  rusak, retak dan tidak menimbulkan
pencemaran terhadap makanan.
 Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus
tidak ada sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan
 Peralatan harus dalan keadaan bersih sebelum digunakan.
 Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap
disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang
melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E.coli.
 Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
 Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau
     

deterjen air dingin, air panas, sampai bersih.


     Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50
ppm, air panas  800o C selama 2 menit.
 Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-
rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar
matahari atau buatan  dan tidak boleh dilap dengan kain.
 Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus
disimpan dalam keadaan kering dan bersih,  ruang
penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari
sumber pengotoran /  kontaminasi dan binatang perusak.
B. Tinjauan Umum Tentang Bakteri Pada Alat Makan
Dalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti
inokulasi, kultur dan isolasi. Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan
mikroorganisme dari satu sumber ke media pertumbuhan steril. Biakan
yang tumbuh disebut dengan kultur. Isolat adalah biakan murni dari
mikroorgansime yang diharapkan berasal dari satu jenis, sedangkan
isolasi adalah usaha untuk mendapatkan isolat. Tahapan sederhana dalam
mengidentifikasi bakteri, yaitu:
 Menumbuhkan mikroorganisme dalam media sintetik
cawan petri.
 Koloni yang tumbuh pada tahap 1 merupakan koloni
campuran, sehingga perlu tahap lanjut.
 Koloni yang benar-benar terpisah dari suatu kultur
campuran dikarakterisasi tipe pertumbuhan (karakterisasi
makroskopis) kemudian diisolasi murni pada media miring
(slant agar) dalam tabung reaksi.
 Identifikasi dilanjutkan hingga tingkat mikroskopis
berdasarkan sifat-sifat tertentu yang tercantum dalam
Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology.
Dalam mengembangbiakkan mikroorganisme, khususnya bakteri,
alat-alat yang digunakan harus steril. Sterilisasi dilakukan dengan
memanaskan seluruh alat, seperti cawan petri, ose, tabung reaksi, dll di
dalam autoclave. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121oC, tekanan 1 atm
dan dilakukan selama 15 menit. Ini dilakukan gar sel-sel vegetatif bakteri
mati, sehingga dapat menurunkan resiko kontaminasi. Sterilisasi juga
menjadi syarat utama untuk bekerja di laboratorium (Dwidjoseputro,
2005).
Beberapa bakteri koloni yang terdapat pada makanan yang dapat
menyebabkan penyakit, yaitu (SNI 7388: 2009) :
 Vibrio Parahemolitik
Vibrio parahemolicus adalah bakteri halofilik yang
merupakan bakteri bentuk batang bengkok, garam negatif
dan bergerak karena ada flagel pada satu kutubnya. Bakteri
ini tidak membentuk spora, bersifat aerob atau fakultatif
anaerob tidak dijumpai pada enterotiksin. Bakteri ini
menetap di lingkungan lautan yang tenang dan dikenal
menyebabkan gastroerileritis yang berhubungan dengan
makanan.
 Staphylococcus
Keracunan staphylococcus merupakan gejala
intoksikasi yang paling banyak dilaporkan di Amerika
Serikat, dimana setiap tahunnya meliputi 20 % sampai 50 %
dari seluruh keracunan yang disebabkan oleh makanan.
Gejala keracunan ini disebabkan oleh tertelannya suatu
toksin yang disebut enterotoksin yang mungkin terdapat di
dalam makanan dan diproduksi oleh spesies dan strain
tertentu dari bakteri staphylococcus. Toksin ini disebut
enterotoksin karena dapat menyebabkan gastroentritis atau
inflamasi pada saluran usus.
 Salmonell
  Salmonella terdapat pada makanan dalam jumlah
tinggi, tetapi tidak selalu menimbulkan perubahan dalam hal
warna, bau, maupun rasa dari makanan tersebut. Semakin
tinggi jumlah salmonella dalam makanan, semakin besar
timbulnya gejala infeksi pada orang yang memakan
makanan tersebut dan semakin cepat waku inkubasi sampai
timbulnya gejala infeksi.
Makanan yang sering terkontaminasi oleh salmonella
yaitu telur dan hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya,
daging ayam, daging sapi serta susu dan hasil olahannya, es
krim dan keju. Gejala awal nyeri kepala, muntah, gangguan
pada perut waktu baung air besar, suhu tubuh tinggi disertai
batuk kering.

C. Defenisi Tentang Rumah Makan


Defenisi tentang rumah makan dan restoran : menurut SK Menteri
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 73/PW105/MPPT-85
Menjelaskan bahwa rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial
yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman
untuk umum. Dalam SK tersebut juga ditegaskan bahwa setiap rumah
makan harus memiliki seseorang yang bertindak sebagai pemimpin
perusahaan RM tersebut. Usaha-usaha lain yang sejenis dan tidak
termasuk dalam usaha rumah makan dalam defenisi adalah usaha
restoran, usaha tempat makan dan usaha jasa boga (catering).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. alat dan bahan
1. Alat
 Plastik steril                                                   
      Inkubator                                                             
       Tabung reaksi                                                       
        Rak tabung reaksi                                                
        Cawan Petri                                                         
        Pembakar Bunsen                                               
          Korek Api                                                            
      Pipet ukur                                                             
       Bulp                                                                      
      Colony counter                                                     
     Erlenmeyer                                                  
         Gelas ukur                                                    
       Gelas Beker                                                          
      Gunting                                                                
        Autoclave                                                             
2. Bahan
 Larutan pepton                                                     
       NaCl steril                                                           
      Nutrient agar                                                  
       Lidi kapas steril                                  
        Alkohol                    
    Akuades                                                          
      Buffer (Putih telur)                  
      Kertas Label                                                         
 Kapas                                                          

B. Waktu Dan Tempat Pengambilan Sampel


 Hari                 : Senin, 19 November 2020
 Waktu             : Pukul 13.00 wib
  Tempat            : susunan baru
C. Prosedur Kerja
1) Pengambilan Sampel
 Persiapkan sarung tangan yang steril untuk memulai
mengambil sampel.
        Alat makan/masak yang akan diperiksa masing-masing
diambil 4-5 buah tiap jenis yang diambil secara acak dari
tempat penyimpanan.
     Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan
membagi alat makan /masak dalam kelompok-kelompok.
     Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup botol
dan masukkan lidi kapas steril ke dalamnya.
   Lidi kapas steril dalam botol ditekan ke dinding botol
untuk membuang airnya, kemudian diangkat dan di
usapkan pada setiap alat-alat yang diusapkan sampai satu
kelompok selesai diusap.
2) Pembuatan Kontrol
 Disiapkan 1 buah cawan petri dan diberi label (kontrol).
   NaCl steril dipipet sebanyak 1 ml kedalam cawan petri dan
di tambahkan nutrient agar.
    Cawan petri (kontrol) yang telah dihomogenkan didiamkan
sampai membeku.
     Setelah membeku, kontrol dimasukkan ke dalam inkubator
dengan suhu 34 °C dengan posisi terbalik selama 1 x 24
jam.
3) Pemeriksaan Sampel
 Tangan dan meja tempat praktikum disterilkan dengan
menggunakan alkohol.
   Disiapkan 4 buah tabung reaksi yang berisi NaCl steril.
Kemudian tabung reaksi yang berisi NaCl steril diberi label
10-1 dan 10-2.
      Disiapkan 2 cawan petri untuk media pertumbuhan
bakteri. Diberi label 10-1 dan 10-2.
      Disiapkan 1 pipet ukur steril yang telah dipasangkan
bulp.
     Disiapkan larutan pepton pada gelas beker.
 Disiapkan plastik steril sebagai penampang, diukur
    

menggunakan penggaris dengan ukuran 5 x 10 cm.


   Bagian tengah plastik steril yang telah diukur, kemudian

digunting dan diletakkan pada permukaan piring.


  Bagian permukaan piring dengan luas penampang 5 x 10

cm, diusap menggunakan lidi kapas yang telah dilumuri


dengan  buffer (putih telur).
  Lidi kapas dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi

larutan pepton. Kemudian lidi kapas dipatahkan agar tidak


melebihi tinggi gelas beker dan ditutup dengan kapas.
Setelah itu, didiamkan selama 15 menit.
  Setelah itu, penutup kapas pada gelas beker yang berisi lidi

kapas dan larutan pepton di buka.


 Dimasukkan 1 ml larutan pepton yang berisi lidi kapas 
kedalam tabung pengenceran pertama (10-1) dengan
menggunakan pipet ukur, lalu homogenkan
 Dari tabung pengenceran pertama (10-1), diambil 2 ml
sampel dan 1 ml dimasukkan kedalam petridish dan 1 ml
lebihnya dimasukkan kedalam tabung pengenceran kedua
(10-2), lalu dihomogenkan.

  Ambil 1 ml dari pengenceran kedua dan masukkan


kedalam petridish.
  lalu dituangkan nutrient agar secukupnya, dan Sampel
didiamkan hingga membeku selama ± 10 menit.
    Kedua cawan petri yang telah membeku, dimasukkan
kedalam inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 34˚C.
 Setelah 1 x 24 jam, cawan petri dikeluarkan dari dalam
inkubator. Bakteri yang tampak pada cawan petri kemudian
dihitung dengan menggunakan colony counter.
4) Penghitungan jumlah bakteri
Setelah sampel diinkubasi selama 24 jam pada suhu 34°C,
sampel dikeluarkan dari inkubator. Kemudian dihitung jumlah
koloni bakeri (berupa bercak  atau titik-titik bulat berwarna putih)
yang terdapat dalam cawan petri dengan alat colony counter. Untuk
jumlah kuman masukkan kedalam rumus :
ALT  = (10-1 – C) x 10 + (10-2 – C) x 100
                                         2  =  . . . . . . koloni/cm2.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
 Berdasarkan pemeriksaan jumlah kuman pada alat makan di
warung Bakso di Banta-Bantaeng, terlihat bahwa pada setiap cawan
tersebut terdapat koloni bakteri dengan jumlah koloni seperti yang
tertera pada tabel :

TABEL 1. Angka Lempeng Total pada Alat Makan yang Diperiksa


ALT “Angka Lempeng Total”
No. Alat Makan
(koloni/cm2)

1 Garpu 695

2 Piring 1425

3 Sendok 5690

4 Mangkok 2635

Cara perhitungan ALT alat makan tersebut    :

ALT Garpu      = (124 – 5) x 10 + (25 – 5) x 100


                                             2
                         =  695 koloni/cm2
ALT Piring       = (210 – 5) x 10 + (13 – 5) x 100
                                             2
                         =  1425 koloni/cm2

ALT Sendok    = (331 – 5) x 10 + (59 – 5) x 100


                                             2
                         =  5690 koloni/cm2
ALT Mangkok = (392 – 5) x 10 + (19 – 5) x 100
                                             2
                         =  2635 koloni/cm2

B. Pembahasan
Pemeriksaan kuman pada alat makanan dengan sampel berupa
garpu, piring, sendok, dan mangkok dilakukan dengan cara di usap
dengan menggunakan lidi kapas steril yang telah dilumuri buffer
(putih telur) dengan tujuan untuk membasahi lidi kapas sehingga,
mikroorganisme bisa melekat pada lidi kapas steril tersebut.
Untuk alat makan (piring dan mangkok) yang akan diusap, terlebih
dahulu diukur  luas penampangnya menggunakan plastik steril dengan
luas 5 x 10 cm2. Penentuan ukuran luas penampang karena permukaan
piring terlalu luas untuk diusap secara keseluruhan. Selanjutnya lidi
kapas yang telah diusap sebanyak 3 kali pada permukaan alat makan,
dimasukkan kedalam gelas beker yang berisi larutan pepton yang
berguna agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2.
Larutan pepton juga berfungsi untuk mempertahankan nilai pH
tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.
Lidi kapas steril didiamkan selama ±15 menit dalam larutan pepton,
sehingga memungkinkan mikroorganisme pada sampel tersebar
merata dalam larutan pepton.
Pemeriksaan jumlah kuman pada alat makan ini dilakukan
pengenceran sampai 2 kali yaitu pengenceran 10-1 dan 10-2,  yaitu
suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran diencerkan
dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung
ke tabung lain sampai pada pengenceran keempat. Dengan tujuan
untuk menurunkan jumlah bakteri sehingga pada pengenceran terakhir
akan didapatkan jumlah koloni yang lebih sedikit dan mudah
diketahui jumlahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil yang berbeda pada
pengenceran 10-1 dan 10-2. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi tingkat pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit mikroba
yang tumbuh dalam media.
Dari hasil perhitungan untuk kontrol didapatkan 12 koloni/cm2. 
Hal ini menandakan bahwa kondisi awal lingkungan mengandung
mikroba sebanyak 12 koloni/cm2 permukaan. Meskipun pada
dasarnya, hasil pemeriksaan untuk kontrol idealnya 0 (nol)
koloni/cm2, akan tetapi nilai ini boleh jadi karena ada kontaminasi dari
praktikan ataupun lingkungan dilakukannya pemeriksaan, termasuk
alat yang digunakan pada saat praktikum. Dengan catatan bahwa nilai
dari kontrol harus lebih kecil dari nilai pada pemeriksaan media
pembiakan mikroba.
Dilakukan pula beberapa perlakuan, seperti plambir sebelum dan
setelah alat digunakan dengan tujuan menghindari kontaminasi
bakteri, selain dari bakteri yang dibiakkan. Kemudian larutan
dihomogenkan agar pada larutan tercampur dengan rata. Setelah
dilakukan pengenceran, diambil 1 ml sampel pada pengenceran 10-
1
 dan 10-2, lalu dituangkan pada cawan petri (10-1 dan 10-2) kemudian
dituangkan nutrient agar keseluruh permukaan cawan, nutrient agar
berguna untuk memudahkan dalam menghitung jumlah koloni yang
terbentuk.
Setelah membeku, cawan petri selanjutnya dimasukkan ke dalam
inkubator selama 1 x 24 jam dengan keadaan terbalik. Waktu ini
adalah masa yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri yang
dikenal sebagai waktu generasi. Suhu yang digunakan selama
inkubasi yaitu 34˚C dan bakteri yang dapat tumbuh pada suhu ini
adalah bakteri jenis mesofil dengan suhu minimum 10-20˚C, optimum
20-40˚C, dan maksimum 40-45˚C. Dalam menghitung jumlah koloni,
digunakan alat colony counter yang memudahkan perhitungan koloni
bakteri yang sulit diamati dengan penglihatan langsung.
Hasil perhitungan dengan metode Angka Lempeng Total (ALT),
diperoleh jumlah kuman pada alat makan warung bakso tersebut
sebanyak :
o Garpu             =   695   Koloni
o Piring              = 1425   Koloni
o Sendok           = 5960   Koloni
o Mangkok        = 2635   Koloni
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011, bahwa alat makan tidak boleh
mengandung bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.
Maka dapat dilihat bahwa sampel alat makan yang  diteliti  dapat 
dikatakan tidak  sehat  dan  tidak  layak  untuk  digunakan  oleh
masyarakat. 
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya hasil
pemeriksaan alat makan pada warung bakso tersebut yaitu :
 Pencucian peralatan makan, dicuci pada 2 ember air yang
dilakukan hingga beberapakali pencucian (pencucian
peralatan pada air yang tidak mengalir).
 Tempat penyajian atau pengolahan makanan berada
dipinggir jalan dan berada didekat saluran pembuangan/got.
 Tempat penyimpanan peralatan makan berada didekat
tempat penyajian (dekat dengan jalan).
  Lap yang digunakan yaitu hanya 1 lap untuk melap alat
makan yang habis dicuci, tempat penyajian, dan tempat
makan, dll.

Adapun faktor lain  yang memungkinkan dapat menyebabkan


keberadaan kuman (bakteri) pada alat makan warung bakso tersebut
yaitu dapat pula dipengaruhi dari ketidaktelitian praktikan pada saat
melalukan percobaan, termasuk pelaksanaan praktikum yang tidak
sesuai prinsip kerja, dalam hal ini adalah kesalahan cara pengambilan
sampel serta banyak berbicara pada saat melakukan praktikum.
Akibat kontaminasi bakteri terhadap alat makan akan
mempengaruhi kesehatan meskipun pada dasarnya tidak berhubungan
langsung dengan makanan. Akan tetapi, persyaratan higiene dan
sanitasi makanan salah satunya ditentukan oleh peralatan makanan.
Hasil identifikasi kontaminasi bakteri  patogen  pada alat makanan
dan minuman menunjukkan bahwa  penyebab  kontaminasi 
didominasi oleh  bakteri  Bacillus  cereus.  Bakteri  lain yang 
ditemukan  dalam  jumlah  terbatas adalah  E.coli,  Staphilococcus 
aureus  dan Jamur (Melatiwati, 2010
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
 Dari hasil praktikum yang dilakukan dengan metode perhitungan
Angka Lempeng Total (ALT), diperoleh jumlah kuman yang tinggi
pada alat makan warung bakso tersebut sebanyak : 695   Koloni
untuk garpu, 1425 koloni untuk piring, 5960 untuk sendok, dan
2635 untuk mangkok.
 Air pencucian yang digunakan pada warung tersebut yaitu air
PDAM, dengan hasil pemeriksaan bakteri pada air tersebut yaitu
negatif / tidak mengandung bakteri.
   beberapa faktor yang menyebabkan alat makan pada warung bakso
tersebut terkontaaminasi, yaitu pada : Pencucian peralatan makan
yang tidak sesuai; Tempat penyajian atau pengolahan makanan
yang berada dipinggir jalan dan berada didekat saluran
pembuangan/got; Tempat penyimpanan peralatan makan berada
didekat tempat penyajian (dekat dengan jalan); dan Lap yang
digunakan yaitu hanya 1 lap untuk melap alat makan yang habis
dicuci, tempat penyajian, dan tempat makan, dll.
           
B. Saran
Bagi masyarakat, hendaknya agar lebih selektif dalam memilih
tempat makan, mengingat tidak diketahuinya mikroba yang terkandung
dalam alat pengolahan makanan tersebut. Bagi pedagang makanan, agar
dapat menjaga kebersihan peralatan makanannya dalam menyajikan
makanannya.

Anda mungkin juga menyukai