Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN

FORMULASI SHAMPO HERBAL DARI EKSTRAK DAUN PANDAN


(Pandanus amaryllifolius), BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi), DAN
LIDAH BUAYA (Aloe Vera)

NAMA : BAIQ NOPITA HANDRA ENI


NIM : E1M018016
PRODUK : SHAMPO
HARI, TGL : Senin, 7 September 2020

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
DAFTAR ISI

SAMPUL...........................................................................................................................1

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................................3

BAB II ASPEK PRODUK................................................................................................5

A. Spesifikasi, Kegunaan, Kebaruan, dan Keunggulan Produk..................................5

B. Ketersediaan Bahan Baku Produk..........................................................................6

BAB III ASPEK PROSPEK DAN POTENSI PASAR.....................................................7

A. Populasi Pengguna Produk.....................................................................................7

B. Segmen Pasar Produk.............................................................................................7

C. Dampak Positif dari Pengembangan Produk..........................................................8

BAB IV PROSEDUR PEMBUATAN PRODUK .........................................................10

A. Pengambilan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) Melalui


Proses Meserasi....................................................................................................10

B. Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)........................10

C. Pengambilan Daging Lidah Buaya (Aloe Vera)...................................................11

Bab V IMPLEMENTASI................................................................................................12

Lampiran..........................................................................................................................16

Foto-foto Pembuatan Produk...........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketombe yang ada pada kulit kepala menyebabkan terganggunya
penampilan seseorang karena timbulnya sisik dan serpihan yang berjatuhan
dibaju dan menyebabkan kulit kepala menjadi kotor serta lepek dan berbau.
Selain itu ketombe menyebabkan keresahan karena rasa gatal yang
memungkinkan penderita menggaruk kulit kepala hingga lecet dan berdarah,
akibat yang paling parah dari ketombe adalah kerontokan rambut pada tingkat
yang meresahkan ditambah dengan kondisi rambut yang menjadi berbau kurang
sedap.
ketombe adalah satu masalah yang paling umum pada rambut, kondisi ini
mengakibatkan timbulnya sisik yang berlebihan atas selsel kulit mati pada kulit
kepala. Keringat dan kondisi kulit kepala yang abnormal, baik kering maupun
berminyak juga diduga menjadi penyebab berkembangnya ketombe dikulit
kepala. Keluhan umum dimasyarakat, penderita ketombe juga banyak dialami
oleh wanita yang menggunakan jilbab. Permasalahan yang dialami wanita
berjilbab adalah rambut rontok, mudah patah, lepek, berminyak dan berketombe
Salah satu yang menyebabkan masalah ketombe adalah berkembangnya
jamur dikulit kepala yang kotor akibat keringat, kelenjar sebum (minyak), dan
debu. Jamur yang berkembang pada kelenjar sebum tersebut adalah Pitysporum
Ovale (P. Ovale), jamur ini secara alami terdapat pada kulit kepala dan bagian
tubuh lainnya, jamur ini dapat menyerang manusia pada segala usia, oleh karena
itu bayi, anak-anak, dewasa dan orang tua dapat menderita ketombe.
Masalah ketombe dapat diatasi dengan cara memakai sampo untuk
ketombe atau dengan melakukan perawatan kulit kepala secara tepat dan teratur.
Upaya untuk menghilangkan ketombe, dengan menggunakan shampo anti
ketombe dan creambath saja tidak dapat mengatasi masalah, karena ketombe
dapat kembali pada kondisi rambut dan kulit kepala kotor dan minyak yang
berlebih. Penggunaan obat anti ketombe yang disarankan oleh ahli kesehatan
dan kecantikan dengan menggunakan bahan kimia telah banyak disarankan,
namun mengingat bahan kimia yang diterapkan lansung pada kulit kepada dirasa
dapat membahayakan kesehatan karena kulit dapat mengabsorsi/menyerap
bahan kimiawi yang dipakaikan pada kulit kepala. Sehingga untuk mengatasi
masalah ketombe ini dapat digunakan shampo anti ketombe yang aman dan
alami yaitu menggunakan bahan tradisional yang di dapat dari alam.
Sehingga disini untuk menciptakan suatu produk shampo dengan bahan
alami saya menggunakam bahan-bahan herbal tradisional yang umum dijumpai
dilingkungan sekitar namun masih minim pemanfaatan oleh masyarakat.
Shampo herbal ini diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah rabut yang
salah satunya yaitu ketombe.
BAB II

ASPEK PRODUK

A. Spesifikasi, Kegunaan, Kebaruan, dan Keunggulan Produk


1) Spesifikasi
Shampo Herbal dari daun Pandan dan Buah Mengkudu ini merupakan jenis
Produk berupa pembersih rambut alami berbentuk cairan (tidak terlalu
encer). Berwara hijau alami yang dihasilkan dari ekstrak Daun Pandan.
2) Kegunaan
Shampo herbal ini sangat baik digunakan untuk mengatasi berbagai macam
masalah rambut, seperti ketombe, rambut rontok dan masalah rambut
lainnya. Karena produk ini terbuat dari bahan alam tentunya shampo ini
sangat aman digunakan untuk segala macam usia, dan tidak menimbulakan
ketergantungan.
3) Kebaruan
Shampo Herbal umumnya sudah banyak dijumpai di masyarakat, dengan
berbagai formula dari bahan-bahan yang berada di alam. Untuk formula
Shampo Daun pandan, Lidah buaya, dan Daun Belimbing wuluh ini
merupakan formula baru yang saya rancang untuk mengatasi berbagai
masalah rabut khususnya masalah ketombe.
4) Keunggulan Produk
Keunggulan dari produk Shampo Herbal ini diantaranya :
a. Ketersediaan bahan baku melimpah di alam
b. Biaya produksi murah
c. Dibuat dengan bahan-bahan alami (tanpa bahan kimia) sehingga aman
digunakan untuk segala macam usia dan tidak menimbulkan
ketergantungan
d. Ramah lingkungan
e. Harga terjangkau
B. Ketersediaan Bahan Baku Produk
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Shampo Herbal ini yaitu
Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), dan Lidah Buaya (Aloe
Vera). Banyak penelitian yang telah membuktikan peran Pandan Wangi yaitu
sebagai antifungi. Kandungan kimia yang dimiliki daun pandan seperti alkaloid,
saponin dan polifenol bermanfaat baik untuk kesehatan rambut, kandungan
flavonoid dalam daun pandan wangi ini yang memberikan aktivitas antimikroba.
Aktivitas antimikroba dalam daun pandan wangi seperti adanya minyak atsiri
dan senyawa fenol akan menghambat tumbuhnya kapang penyebab ketombe dan
bakteri penyebab gatalnya kulit kepala. Selain itu pandan digunakan sebagai
obat tradisional untuk mencegah rambut rontok, menghitamkan rambut,
menghilangkan ketombe dan merawat rambut dari kerusakan. Sedangkan Lidah
Buaya mengandung Vitamin A, C, dan E yang berkontribusi untuk pergantian
dan meningkatkan pertumbuhan sel untuk menciptakan rambut sehat dan
berkilau. Selain itu, kandungan vitamin lainnya adalah B12 dan asam folat yang
mampu mencegah kerontokan rambut.Lidah buaya mengandung kolagen dan
sifat dingin yang dapat menenangkan kulit setelah terpapar sinar matahari.
Berbagai vitamin tersebut juga berfungsi untuk memperbaiki kerusakan yang
disebabkan oleh paparan sinar matahari.
Selain kedua bahan baku tersebut ditambahkan juga Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbi) sebagai foaming agent atau penghasil busa. Daun
Belimbing Wuluh memiliki kandungan zat aktif utama saponin sehingga dapat
menghasilkan busa. Semua bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan
Shampo Herbal ini dapat ditemukan dengan mudah di alam, dengan ketersediaan
melimpah.
BAB III

ASPEK PROSPEK DAN POTENSI PASAR

A. Populasi Pengguna Produk


Produk Shampo herbal ini pertamanya ditargetkan untuk masyarakat Nusa
Tenggara Barat pda umumnya, dan Lombok pada khususnya. Namun
kedepannya diharapkan produk Shampo Herbal ini dapat dipasarkan dan
digunakan oleh seluruh masyarakat indonesia.

B. Segmen Pasar Produk


Kotler mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu proses untuk
membagi pasar menjadi kelompok-kelompok konsumen yang lebih homogen,
dimana tiap kelompok konsumen dapat dipilih sebagai target pasar untuk dicapai
perusahaan dengan strategi bauran pemasarannya.
Segmentasi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Segmentation Demografis
Segmentation demografis konsumen terdiri dari umur, jenis kelamin,
pendapatan, agama, pendidikan dan lain-lain. Produk Shampo Herbal ini
ditujukan untuk masyarakat umum di semua usia. Karena produk ini terbuat
dari bahan-bahan alam sehingga dapat digunakan oleh semua orang.
2. Segmentation Geografis
Segmentation geografis antara lain: wilayah, ukuran daerah, ukuran kota,
dan kepadatan iklim. Produk Shampo Herbal ini akan diusahakan untuk
didistribusikan keseluruh wilayah yang ada di Indonesia dah diharapkan
dapat bersaing dengan pasar global.
3. Segmentation Psikografis
Segmentation psikografis meliputi gaya hidup, kelas sosial, kepribadian,
persepsi, serta sikap. Produk Shampo Herbal ini sesuai dengan gaya hidup
masyarakat sekarang yang mengutamakan penampilan. Produk ini
merupakan solusi bagi masyarakat umum yang suka dengan produk alami.
4. Segmentation Behavioristis
Segmentation behavioristis meliputi manfaat-manfaat yang dicari. Produk
Shampo Herbal dicari oleh masyarakat dikarenakan selain harganya
terjangkau, produk ini juga merupakan produk yang aman yang baik untuk
digunakan oleh masyarakat.
Pemasaran melaui media social dilakukan dengan mempromosikan
produk shampoo herbal melalui media social seperti Facebook, Instagram,
Maeketplace, dll. Pada masa pandemi ini untuk sementara waktu pemasaran
produk shampo herbal hanya melewati sosial media saja. Namun untuk
selanjutnya kami usahakan untuk melakukan pemasaran melalui offline
dengan langsung mengunjungi rumah-rumah atau warung kecil-kecil.

C. Dampak Positif dari Pengembangan Produk


Potensi Pengembangan Program Usaha shampo sudah banyak didirikan
terutama shampo anti ketombe, akan tetapi masih jarang ditemukan shampo anti
ketombe yang terbuat dari bahan herbal. Shampo Herbal merupakan usaha yang
cukup potensial, hal ini dikarenakan shampo merupakan kebutuhan primer
masyarakat dan masyarakat masa kini membutuhkan produk yang aman dan
sehat untuk rambut. Hadirnya Shampo Herbal menjawab harapan masyarakat
untuk merawat kesehatan rambut secara aman untuk digunakan jangka panjang
sehingga peluang untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar terbuka lebar.
Banyaknya bahan baku yang tersedia tidak akan menghambat produksi Shampo
Herbal meskipun dalam jumlah yang cukup banyak. Proses pembuatan yang
mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama juga dapat menjamin efisiensi
waktu dan biaya saat memproduksi Shampo Herbal. Di samping itu harga
Shampo Herbal juga sangat terjangkau. Shampo herbal juga memiliki potensi
untuk menyerap tenaga kerja dan berpotensi untuk dipatenkan. Belum
banyaknya usaha yang menggunakan daun pandan membuka peluang untuk
dibukanya perusahaan shampo herbal yang dapat menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak.
Secara ekonomi, Shampo Herbal mendatangkan keuntungan yang cukup
tinggi. Manfaat Shampo Herbal selain menjadi usaha yang potensial juga
memiliki manfaat dalam segi ekonomi sosial, antara lain yaitu Shampo Herbal
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan shampo dengan produk yang
berbahan alami dan aman dengan menggunakan Lidah Buaya, Daun Pandan, dan
Daun Belimbing Wuluh sebagai bahan baku.
BAB IV

Prosedur Pembuatan Produk (Langkah Kerja)

A. Pengambilan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) Melalui


Proses Meserasi
1) Disiapkan daun pandan wangi secukupnya
2) Dibersihkan dan dicuci daun pandan terlebih dahulu dengan menggunakan
air mengalir
3) Setelah itu ditiriskan dan dilakukan perajangan
4) Daun pandan wangi yang telah dirajang kemudian dijemur dengan tidak
terkena sinar matahari langsung selama 3 hari
5) Daun pandan wangi yang telah dijemur selanjutnya di blender dan dilakukan
ekstraksi.
6) Ektraksi dilakukan dengan metode ekstrasi cair dingin dengan meserasi yaitu
merendam serbuk daun pandan dalam pelarut etanol 70% selama 3 kali 24
jam (sampai terekstrak sempurna) dengan sesekali diaduk dan dilakukan
pada suhu kamar.
7) Selanjutnya disaring menggunakan penyaring biasa
8) Hasil penyaringan kemudian dipekatkan dengan cara dipanaskan diatas
kompor hingga menghasilkan ekstrak kental daun pandan wangi.

B. Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)


1) Disiapkan daun belimbing wuluh segar secukupnya
2) Dicuci bersih daun belimbing tersebut
3) Dijemur daun belimbing wuluh menggunakan papan yang diatasnya telah
disiapkan alas. Waktu yang dibutuhkan pada proses penjemuran sekitar 3-4
hari supaya daun belimbing wuluh benar-benar kering.
4) Dipisahkan daun belimbing wuluh yang telah kering dari tangkainya.
5) Dihaluskan dengan blender dan ditambahkan sedkit Air dan diambil ekstrak
cairnya.
C. Pengambilan Daging Lidah Buaya (Aloe Vera)
1) Diambil Lidah Buaya yang segar secukupnya.
2) Dicuci lidah buaya tersebut supaya bersih.
3) Dikupas Lidah Buaya tersebut untuk memisahkan antara daging lidah buaya
dengan kulitnya.
A. Ekstrak daun pandan, ekstrak daun belimbing, dan daging lidah buaya dicampur
dengan menggunakan Blender dan ditambahkan dengan Jeruk nipis.
B. Diukur pH dari shampo yang dibuat yaitu tidak boleh lebih dari pH kulit kepala
normal yaitu 5,5.
C. Shampo yang telah jadi dimasukkan kedalam botol
D. Dibersihkan alat yang digunakan.
BAB V

IMPLEMENTASI

Tahap implementasi merupakan tahap penerapan atau perencanaan


supaya didapatkan produk Shampo Herbal. Pada tahap ini dijelaskan mengenai,
Implementasi Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifolius), Implementasi Pmbuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimba) , dan Implementasi Pengambilan Daging Lidah Buaya (Aloe
Vera).

a. Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)


Untuk mendukung proses pembuatan ekstrak Daun Pandan Wangi ini
dibutuhkan bahan-bahan diantaranya:
1. Daun Pandan Wangi segar (Pandanus amaryllifolius)

2. Etanol 70 %

Metode yang digunakan untuk memperoleh Eksrtak daun pandan


wangi ini yaitu metode Meserasi yakni berasal dari bahasa latin Macerace
artinya melunakkan dan mengairi. Maserasi adalah metode ekstraksi yang
sangat sederhana. Prinsip maserasi adalah melarutnya kandungan bahan
simplisia sel yang telah rusak, yang terbentuk ketika proses penghalusan,
dimana ekstraksi bahan kandungan dari sel utuh. Setelah proses maserasi
selesai, artinya terjadi keseimbangan antara bahan ekstraksi yang ada di
dalam sel yang masuk pada celah cairan telah tercapai maka proses difusi
akan segera berakhir. Selama proses maserasi, dilakukan tahap pengocokan
secara berulang. Tujuannya adalah agar terjadi keseimbangan konsentrasi
bahan yang diekstraksi yang akan lebih cepat di dalam suatu cairan.(Depkes
RI, 2000).
Tahapan pembuatan ekstrak dengan metode maserasi yaitu pada tahap
awal dilakukan proses pengeringan. Pengeringan ini dilakukan tidak boleh
di bawah sinar matahari langsung selama ± 5 hari. Jika pengeringan
dilakukan di bawah sinar matahari akan menyebabkan kandungan kimia
pada daun menjadi terurai. Tahap pengeringan ini bertujuan untuk
mencegah kerja enzim dari tumbuhan tersebut. Pada tahap penghalusan
dilakukan bisa menggunakan alat penghalus sampai bahan berbentuk seperti
serbuk/bubuk yang kemudian ditimbang berat keringnya. (Yulianingtyas, et
al, 2016).
Tahap selanjutnya, dilakukan perendaman menggunakan pelarut
etanol 70% selama 3 x 24 jam yang bersifat polar untuk maserasi yang
dimaksudkan agar zat-zat kimia yang ada di dalam daun yang bersifat polar
akan tertarik sempurna oleh pelarut yang bersifat polar berdasarkan prinsip
“like dissolve like” (Khopkar, 2003).
Hasil maserasi kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring
agar ampas sisa maserasi tidak dapat lolos melalui kertas saring dan tidak
bercampur dengan ekstrak. Jumlah ekstrak yang didapatkan kemudian
diuapkan di atas penangas dengan suhu sistem yaitu 780C, jika suhu
melebihi 780C maka zat kimia yang ditarik oleh pelarut tersebut akan rusak
akibat pemanasan. Proses penguapan ini bertujuan agar pelarut yang
digunakan dapat menguap ( Dwi Estyani, 2016).
b. Implementasi Pmbuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimba)
Untuk Mendukung proses pembuatabn ekstrak daun belimbing wuluh
dibutuhkan bahan-bahan diantaranya:
1. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimba)

2. Air (H2O)

Pengambilan ekstrak daun belimbing wuluh dilakukan dengan


mengeringkan belimbing wuluh, selanjutnya daun belimbing wuluh yang
sudah dikeringkan diblender bersama dengan air lalu diambil ekstrak
cairnya.

c. Implementasi Pengambilan Daging Lidah Buaya (Aloe Vera)


Untuk Mendukung proses pengambilan daging lidah buaya hanya
dibutuhkan lidah buaya yang segar. Untuk memperoleh daging lidah buaya
hanya perlu memisahkan daging lidah buaya dari kulitnya. Sebelum
dilakukan pengirisan tentunya lidah buaya sudah ducuci bersih terlebih
dahulu.

Lidah buaya (Aloe Vera)


Lampiran

Foto-foto Pembuatan Produk

A. Ekstraksi Daun Pandan

Daun Pandan Wangi Daun Pandan Wangi Proses Pengeringan


(Pandanus amaryllifolius) Dipotong Kecil-kecil

Daun Pandan Wangi Proses Penghalusan Proses Meserasi


kering Daun Pandan Wangi (Perendaman Etanol 70%)
Proses Penyaringan Proses Penguapan Pada Ekstrak Daun Pandan
Pada Hotplate sederhana

B. Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

Daun Belimbing Wuluh Daun Belimbing Proses Penghalusaan


(Averrhoa bilimba) Wuluh Kering
Hasil Proses Proses Penyaraingan Ekstak Daun Belimbing
Penghalusan Wuluh

C. Pengambilan Daging Lideah Buaya

Lidah Buaya (Aloe Vera) Proses Pembersihan Proses Pengupasan

Daging Lidah Buaya


D. Pencampuran Se,mua Produk yang Telah didapatkan

Ekstrak Daun Ekstrak Daun Daging Lidah Buaya


Pandan Wangi Belimbing Wuluh

Proses Pencampuran Produk Shampo 100 mL


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati., dkk. 2017. “Kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus


Amaryllifolius Roxb) dan Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia) Sebagai
Antifungi Jamur Penyebab Ketombe”. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
15(1): 96-101.

Nurhikma., dkk. 2018. “Formulasi Sampo Antiketombe Dari Ekstrak Kubis (Brassica
Oleracea Var. Capitata L.) Kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus
Amaryllifolius Roxb)”. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia. 4(1): 61-67.

Surani, Fanni, dan Norisa Aliza Putriana. 2017. “Evaluasi Berbagai Sediaan Shampo
Herbal Antiketombe dan Antikutu: Review Artikel”. Farmaka. 15(2): 218-232.
Masyithoh, Puji Larasati., dkk. 2019. “Perbandingan Efektifitas Gel Lidah Buaya (Aloe
Vera) Terhadap Pertumbuhan Sel Rambut”. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
8(4): 1263-1269.

Fahrunnida, dan Rarastoeti Pratiwi. 2015. “Kandungan Saponin Buah, Daun, dan
Tangkai Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.)”. Jurnal Pendidikan
Biologi. 4(2): 220-224.

Anda mungkin juga menyukai