Anda di halaman 1dari 2

JUAL BELI BARANG DAN PENGIKUTNYA

Al ushul adalah sesuatu yang ashal jamak dari ashar dari ini ada pengikut- pengikutnya, dimaksud
dengan ini adalah tanah, berarti ada diatasnya bangunan ada pepohonan atau rumah berarti ada
kamar-kamar ada ruangan-ruangan , ruang keluarga , ruang dapur ,atap dan lain –lainya, pohon juga
dinamakan ushul karena dari pohon tadi ada cabang cabang yaitu buah buahan dan ini bisa disebut
alushul disini bisa dikiaskan ini hanya contoh saja. Mobil juga termasuk ushul.

Wal shimar dan buah-buahan berarti kebalikan dari ushul, buah –buahan kalau lah ashalnya adalah
pohonnya, buah-buahan adalah fara nya atau cabangnya

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda “apabila seseorang menjual kurma setelah pohon
tadi dikawinkan maka buah dari pohon kurma tersebut milik sipenjual , kecuali sipembeli
mensyaratkan bahwa buah terseb ut menjadi miliknya , bila seorang pemilik pohoh kurma menjual
pohon miliknya telah dikawinkan , berarti disini telah juhud atau sudah ada usaha dari dia dalam
pohon ini, maka buah yang tampak setelah dikawinkan itu milik sipenjual, kalau tidak disyaratkan
tapi kalau disyaratkan oleh pembeli maka dia menjadi milik pembeli

Dan begitu jua seluruh pohon apabila pohon –pohon apabila sudah mulai tampak berbuah tampak
jelas buahnya maka bila seseorang menjual pohon maka buah yang tampak itu milik si pemilik pohon
(sipenjual) kecuali sipembeli mengatakan “ saya beli pohonnya dan saya syaratkan buah ini menjadi
milik saya, kalau tidak tidak disyaratkan berarti milik sipenjual .

Dan begitu juga apabila tampak tanaman ( padi, palawija) yang tidak bisa dipanen kecuali sekali maka
ketika dia menjual tanah yang tanamann/sawah yang ada padinya maka bila telah keluar buah padi
itu , maka padi itu milik sipenjual kecuali sipembeli mensyaratkan.

Bila tanaman palawija dipanen berkali-kali misalkan terong atau buah-buahan yang lain dipanen
kemudian berbuah lagi ini bukan dinamakan ashar maka hukum nya kata mualif maka batangnya
tanaman tersebut milik si pembeli , dan bisa dipetik ketika saat dijual menjadi milik si penjual pada
saat dijual kecuali penjual mensyaratkannya. Maksudnya untuk buah yang bisa berkali-kali dipanen
apabila saat jual beli terlihat buah tersebut maka buah tersebut bisa dipetik dan men jadi hak penjual ,
kecuali disyaratakan

Kaidah dalam hal ini dijelaskan oleh mualif ini dalam masalah yang tampak buahnya kalau menjual
suatu barang sifatnya adalah memiliki pengikut – pengikutnya maka kaidah yang dijelaskan oleh para
ulama sesuatu yang mengikut kepada ushul (aset) tersebut bila dia tidak terpisah maka dia mengikut
pada hukum barang yang dijual.

Misalkan

Menjual barang rumah termasuklah disana menjual atap ,menjual tanggal yang menempel kedinding
yang sudah dipaten kan yang sudah melekat bila dicabut mengakibatkan kekurangan dari rumah
tersebut maka dia adalah pengikut ketika membeli rumah tersebut walaupun tanpa disebut kan secara
detail dalam membeli rumah tersebut, tapi kalau terpisah maka tidak termasuk umpanya dirumah ada
furniture maka ini milik sipenjual, kecuali disyarakan dan sudah menjadi kebiasaan (kembali kepada
uruf lagi)kebiasaan diwaktu itu.kalau didaerah tersebut jual beli rumah memang harus sudah ada ac
nya atau yang lainnya maka tidak masalah tergantung uruf nya.
Karena uruf atau kebiasaan daerah suatu tempat merupakan rujukan menentukan hukum bila hukum
tersebut tidak dijelaskan dalam syariat dan tidak dijelaskan secara makna bahasa bila dijelaskan secara
makna secara syariat dan dijelaskan secara bahasa maka uruf tidak bisa dipakai dalam hal ini.

Kemudian mualif menjelaskan lagi tentang jual beli buah-buahan

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melarang dari menjual buah –buahan sampai terlihat
kelayakannya (matang). beliau melarang penjual maupun pembeli .

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang bagaimana menjadi baik atau
matang? beliau menjawab “ sampai resiko diserang hama penyakitnya hilang ketika itu sudah bisa
dijualkan , dan beberapa hadist menyebutkan sampai memerah buah tersebut atau menguning atau
ada jenis buah lainnya hitam atau ada buah yang tidak berubah warnanya seperti anggur hijau maka
matangnya sampai kelihatan airnya yang sudah tampak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melarang menjual biji-bijian sampai ada isinya dan
menngeras isinya misalakan padi ketika dia baru muncul ketika dipencet atau ditekan dengan jari
maka keluar air maka dia belum mengeras , maka belum boleh dijual (HR. Ahlus Sunan)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda “bila engkau menjual pada saudaramu buah-buahan
sebelum matang lalu buah-buahan tersebut diserang hama maka tidak halal bagimu mengambil
uangnya, bila dia beli sebelum matang kemudian terkena serangan hama, lalu dibayarnya uangnya
maka uang yang penjual terima itu tidak ada imbalannya

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengatakan “ atas dasar apa engkau ambil hartan saudara mu
tanpa alasan yang dibenarkan

Maka maksud jual beli buah-buahan sebelum matang hikmahnya menghidari gharar, menghidari
persengketaan antara pen jual dengan sipembeli dan ini dinamakan hikmah bukan ilad artinya ,
terkadang hikmah ada atau bisa berarti hukum tidak atau hukum ada ,hikmah tidak, walhasil hukum
hikmah dan ilad bebeda maka bila ada yang mengatakan kalau umpamanya “ saya bisa memstikan
bahwa tidak terserang hama bolehkan menjual sebelu matang jawabannya tetap tidak boleh karena ini
aadalah hikmah dan bukan ilad. Iladnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang
melarang hal tersebut. Menjual buah-buahan sebelum matang dalam keadaan masih muda tapi
sipembeli/penjual mengatakan “ silahkan tetapi dengan syarat langsung anda panen hari ini atau
dalam waktu 2 hari ini secepatnya dipanen bila hal seperti ini boleh, memang yang dia ingin kan
pembeli adalah misalkan mangga muda untuk sebuah keperluan usaha dia maka boleh, dengan syarat
dipanen diwaktu itu yang menjadi khilaf para ulama yaitu dia menjual buah mangga tersebut/ buah-
buahan yang lain sebelum matang kemudian sepembeli mengatakan nangti saya panen setelah dia
matang, ini yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,lalun kapan kita menentukan
matangnya yang sudah dijelaskan sampai berubah menjadi matang , lalu bagaimana untuk menjual ,
apakah mennunggu satu pohon matang atau satu kebun matang buahnya para ulamya menjelaskan
bila ada disebuah pohon itu satu saja buah itu matang maka pohon ini boleh dijual karena disini
dijelaskan adalah waktu , apabila waktu matangnya sudah muncul maka hama tidak ada lagi
menjangkit buah-buahan tersebut, maka bila matang satu saja maka satu jenis nya didaerah tersebut
sudah boleh diperjual belikan sekalipun belum dipanen langsung oleh pembeli.

Anda mungkin juga menyukai