Anda di halaman 1dari 13

Metode Numerik

“Deret Taylor dan Analisis Galat

Oleh :
Suharti, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

2020

1
PENDAHULUAN

Di dalam pemakaian praktis, penyelesaian akhir yang diperlukan berbentuk


numerik. Misalnya, set dari tabulasi data yang diberikan dan kesimpulan-kesimpulan
yang dimiliki gambar dari data tersebut; atau penyelesaian suatu system persamaan
linear yang diberikan. Metode/cara yang ditempuh dengan melibatkan bilangan/angka
tertentu dikenal dengan metode numerik. Tujuan dari metode numerik adalah
memberikan metode-metode yang efisien untuk memperoleh jawaban numerik dari
bermacam-macam permasalahan.

Untuk menyelesaikan suatu masalah biasanya dimulai dengan sebarang data


awal kemudian dihitung, selanjutnya dengan langkah-langkah (pengolahan) tertentu,
akhirnya diperoleh suatu penyelesaian. Data numerik adalah suatu aproksimasi
(taksiran) yang sesuai sampai dengan dua, tiga, atau lebih tempat desimal. Kadang
metode yang digunakanpun, adalah suatu aproksimasi. Oleh sebab itu galat dalam
hasil perhitungan mungkin disebabkan oleh galat data, atau galat di dalam pemakaian
suatu metode, atau kedua-duanya.

2
A. Deret Taylor
Kebanyakan dari metode-metode numerik yang diturunkan didasarkan pada
penghampiran fungsi ke dalam bentuk polinom. Fungsi yang bentuknya kompleks
menjadi lebih sederhana bila dihampiri dengan polinom, karena polinom merupakan
bentuk fungsi yang paling mudah dipahami kelakuannya.
Jika perhitungan dengan fungsi yang sesungguhnya menghasilkan solusi
sejati, maka perhitungan dengan fungsi hampiran menghasilkan solusi hampiran.
Solusi numerik merupakan pendekatan (hampiran) terhadap solusi sejati, sehingga
terdapat galat sebesar selisih antara solusi sejati dengan solusi hampiran. Galat pada
solusi numerik harus dihubungkan dengan seberapa teliti polinom menghampiri
fungsi sebenarnya. Kakas yang digunakan untuk membuat polinom hampiran adalah
deret Taylor.
Definisi Deret Taylor
Andaikan dan semua turunannya , menerus di dalam selang [ ].
Misalkan [ ], maka untuk nilai-nilai disekitar dan [ ] dapat
diperluas (diekspansi) ke dalam deret Taylor:

Persamaan tersebut merupakan penjumlahan dari suku-suku (term), yang


disebut deret. Perhatikanlah bahwa deret taylor ini panjangnya tidak berhingga
sehingga untuk memudahkan penulisan suku-suku selanjutnya dimisalkan
maka dapat juga ditulis sebagai:

Contoh 1:

1. Hampiri fungsi ke dalam deret Taylor di sekitar .


Penyelesaian :
Kita harus menentukan turunan terlebih dahulu sebagai berikut

3
dan seterusnya.
S dihampiri dengan deret Taylor sebagai berikut:

Bila dimisalkan , maka berdasarkan,

2. Hampiri fungsi ke dalam deret Taylor di sekitar


Penyelesaian :
Kita harus menentukan turunan terlebih dahulu sebagai berikut

dan seterusnya
dihampiri dengan deret Taylor sebagai berikut:

Bila dimisalkan , maka berdasarkan (P.2.2),

4
Kasus khusus adalah bila fungsi diperluas di sekitar , maka deretnya
dinamakan deret Maclaurin, yang merupakan deret Taylor baku. Kasus paling
sering muncul dalam praktek.

B. Galat dan Jenis-jenisnya

Galat atau biasa disebut error dalam metode numerik adalah selisih yang
ditimbulkan antara nilai sebenarnya dengan nilai yang dihasilkan dengan metode
numerik. Dalam metode numerik, hasil yang diperoleh bukanlah hasil yang sama
persis dengan nilai sejatinya. Akan selalu ada selisih, karena hasil yang didapat
dengan metode numerik merupakan hasil yang diperoleh dengan proses iterasi
(looping) untuk menghampiri nilai sebenarnya. Walaupun demikian bukan berarti
hasil yang didapat dengan metode numerik salah, karena galat tersebut dapat di tekan
sekecil mungkin sehingga hasil yang didapat sangat mendekati nilai sebenarnya atau
bisa dikatakan galatnya mendekati nol.

Misalkan ̂ adalah nilai hampiraan terhadap nilai sejati , maka selisih

Disebut galat. Sebagai contoh, jika ̂ adalah nilai hampiran dari ,


maka galatnya adalah . Jika tanda galat (positif atau negatif) tidak
dipertimbangkan, maka galat mutlak dapat didefinisikan sebagai

| | | ̂|

Sayangnya, ukuran galat kurang bermakna sebab ia tidak menceritakan


seberapa besar galat itu dibandingkan dengan nilai sejatiya. Sebagai contoh, seorang
anak melaporkan panjang sebatang kawat 99 cm, padahal panjang sebenarnya 100
cm. Galatnya adalah 100-99 = 1 cm. Anak yang lain melaporkan panjang sebatang
pensil 9 cm, padahal panjang sebenarnya 10 cm, sehingga galatnya juga 1 cm. Kedua
galat pengukuran sama-sama bernilai 1 cm, namun galat 1cm pada pengukuran

5
panjang pensil lebih berarti daripada galat 1 cm pada pengukuran panjang kawat. Jika
tidak ada informasi mengenai panjang sesungguhnya, kita mungkin menganggap
kedua galat tersebut sama saja. Untuk mengatasi interpetasi nilai galat ini, maka galat
harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya. Gagasan ini melahirkan apa yang
dinamakan galat relatif.

Galat relatif didefinisikan sebagai

atau dalam persentase

Karena galat dinormalkan terhadap nilai sejati, maka galat relatif tersebut
dinamakan juga galat relative sejati. Dengan demikian, pengukuran panjang kawat
mempunyai galat relatif sejati = 1/100 = 0,01, sedangkan pengukuran panjang pensil
mempunyai galat relatif sejati = 1/10 = 0,1.

Dalam praktek kita tidak mengetahui nilai sejati a, karena itu galat sering
dinormalkan terhadap solusi hampirannya, sehingga galat relatifnya dinamakan galat
relatif hampiran:

Contoh 2:

Misalkan nilai sejati 10/3 dan nilai hampiran = 3.333. Hitunglah galat, galat mutlak,
galat relatif, dan galat relatif hampiran.

Penyelesaian:

6
Galat

Galat mutlak | |

Galat relative

( )
Galat relatif hampiran

C. Analisis Galat

Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam perhitungan
numerik, yaitu galat pemotongan (truncation error) dan galat pembulatan (round-off
error).

Selain kedua galat ini, masih ada sumber galat lain, yaitu (1) Galat eksperimental,
yaitu galat yang timbul dari data yang diberikan, misalnya karena kesalahan
pengukuran, ketidaktelitian alat ukur, dan sebagainya (2) Galat pemrograman, alat
yang terdapat di dalam program sering dinamakan dengan kutu (bug), dan proses
penghilangan galat ini dinamakan penirkutuan (debugging).

Kita tidak akan membicarakan kedua galat terakhir ini karena kontribusinya
terhadap galat keseluruhan tidak selalu ada. Akan halnya galat utama, galat
pemotongan dan galat pembulatan, keduanya selalu muncul pada solusi numerik.
Terhadap kedua galat inilah perhatian kita fokuskan.

1. Galat Pemotongan

Galat pemotongan adalah galat yang ditimbulkan oleh pembatasan jumlah


komputasi yang digunakan pada proses metode numerik. Banyak metode dalam
metode numerik yang penurunan rumusnya menggunakan proses iterasi yang
jumlahnya tak terhingga, sehingga untuk membatasi proses penghitungan, jumlah
iterasi dibatasi sampai langkah ke n. Hasil penghitungan sampai langkah ke n

7
akan menjadi hasil hampiran dan nilai penghitungan langkah n keatas akan
menjadi galat pemotongan. dalam hal ini galat pemotongan akan menjadi sangat
kecil sekali jika nilai n diperbesar. Konsekuensinya tentu saja jumlah proses
penghitungannya akan semakin banyak.

Contoh 3:

1) Gunakan deret Taylor orde 4 di sekitar untuk menghampiri


dan berikan taksiran untuk galat pemotongan maksimum yang dibuat.

Penyelesaian :

Tentukan turunan fungsi terlebih dahulu

deret Taylornya adalah

dan

8
Jadi ln(0.9) = -0.1053583
2. Galat Pembulatan
Galat pembulatan adalah galat yang ditimbulkan oleh keterbatasan komputer
dalam menyajikan bilangan real. Hampir semua proses penghitungan dalam
metode numerik menggunakan bilangan real. Penyajian bilangan real yang
panjangnya tak terhingga tidak bisa disajikan secara tepat. Misalnya 1/6 akan
menghasilkan nilai real 0.166666666… , digit 6 pada bilangan tersebut
panjangnya tidak terbatas. Sehingga untuk melanjutkan proses penghitungan
bilangan tersebut dibulatkan menjadi 0.6667, tergantung berapa digit angka yang
dibutuhkan. Dalam hal ini selisih antara 0.666666… dan 0.6667 disebut galat
pembulatan.

Dalam implementasinya, kedua galat tersebut kerap muncul bersamaan,


Sehingga galat total yang dihasilkan oleh sebuah proses metode numerik adalah
galat pemotongan dan galat pembulatan. Jumlah kedua galat tersebut disebut galat
total.

Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam perhitungan
numerik.Perhitungan dengan metode numerik hampir selalu menggunakan
bilangan riil. Masalah timbul bila komputasi numerik dikerjakan oleh mesin
(dalam hal inikomputer) karena semua bilangan riil tidak dapat disajikan secara
tepat di dalamkomputer. Keterbatasan komputer dalam menyajikan bilangan riil
menghasilkangalat yang disebut galat pembulatan. Sebagai contoh 1/6 =
0.166666666… tidak dapat dinyatakan secara tepat oleh komputer karena digit 6
panjangnya tidak terbatas. Komputer hanya mampu merepresentasikan sejumlah
digit (atau bit dalam sistem biner) saja. Bilangan riil yang panjangnya melebihi
jumlah digit (bit) yang dapat direpresentasikan oleh komputer dibulatkan ke

9
bilangan terdekat. Misalnya sebuah komputer hanya dapat merepresentasikan
bilangan riil dalam 6 digit angka berarti, maka representasi bilangan 1/6 =
0.1666666666… di dalam komputer 6-digit tersebut adalah 0.166667. Galat
pembulatannya adalah 1/6 – 0.166667 = -0.000000333.

D. Angka Signifikan
Banyak bilangan-bilangan dalam sains merupakan hasil pengukuran, dan oleh
karenanya, bilangan-bilangan itu diketahui hanya dalam batas-batas beberapa
ketidakpastian percobaan. Besarnya ketidakpastian bergantung pada keahlian
pelaksana percobaan dan pada peralatan yang digunakan, yang seringkali hanya dapat
ditaksir. Indikasi kasar adanya ketidakpastian dalam suatu pengukuran dinyatakan
secara tidak langsung oleh jumlah angka yang digunakan untuk dalam menuliskan
bilangan tersebut.

“Jumlah angka/digit yang diketahui dan dapat dipastikan (selain angka nol yang
dipakai untuk menetapkan koma disebut Angka Signifikan (Angka Penting)”

Untuk memahami definisi dari Angka Signifikan, perhatikanlah kedua contoh


berikut:

1. Jika kita mengukur panjang sebuah meja dengan menggunakan meteran tanpa
memperhitungkan nilai ketelitian dari meteran tersebut, diperoleh hasil
pengukuran 20 m. Dengan memperhitungkan nilai ketelitian alat ukur
(diasumsikan ketelitian meteran yang digunakan adalah 1 cm), maka secara
tidak langsung kita menyatakan bahwa panjang meja tersebut mungkin antara
19,99 m sampai 20,01 m. Hasil pengukuran tersebut dapat ditulis sebagai (20
± 0,01 ) m. Dari kedua pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa jumlah digit
angka yang mewakili pengukuran tanpa memperhitungkan ketelitian alat ukur
lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah digit angka yang mewakili
pengukuran dengan memperhitungkan ketelitian alat ukur. Jumlah digit angka
tersebut disebut sebagai Angka Signifikan. Dari contoh di atas, nilai 20 m

10
mewakili dua angka signifikan, sedangkan nilai 19,99m atau 20,01m
mewakili empat angka signifikan.
2. Jika kita mengukur panjang meja yang sama dengan menggunakan sebuah
penggaris dengan ketelitian 0,1 cm (1 mm) dimana hasil pengukuran yang
diperoleh sama seperti sebelumnya yaitu 20 m, maka secara tidak langsung
kita menyatakan bahwa panjangnya mungkin antara 19,999 m sampai 20,001
m. Hasil pengukuran tersebut dapat ditulis sebagai (20 ± 0,001) m. Nilai
19,999 m atau 20,001 m, mewakili lima angka signifikan, lebih banyak dari
20 m dan 19,99 m atau 20,01 m. Hal ini terjadi karena semakin kecil ketelitian
sebuah alat ukur, berarti semakin teliti pula pengukuran yang kita lakukan,
sehingga lebih banyak angka-angka yang dapat dipastikan dari pengukuran
tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak angka signifikan yang mewakili
sebuah hasil pengukuran, semakin teliti pengukuran yang telah kita lakukan.

Perlu diingat bahwa angka signifikan tidak termasuk angka nol yang
digunakan untuk menetapkan letak koma. Bilangan 2,50 memiliki tiga angka
signifikan, sedangkan 2,503 mempunyai empat angka signifikan. Bilangan 0,00103
mempunyai tiga angka signifikan, karena tiga angka nol yang pertama hanya dipakai
untuk menetapkan letak koma. Dalam notasi ilmiah, bilangan 0,00103 dapat ditulis
sebagai 1,03 x 10-3 dan bilangan 10-3 bukanlah merupakan angka signifikan.

Kesalahan umum dalam menetapkan jumlah angka signifikan yang digunakan


dalam sebuah hasil pengukuran khususnya sejak digunakannya kalkulator, adalah
menggunakan lebih banyak angka signifikan dari yang seharusnya. Dalam hal ini,
terdapat aturan umum yang harus diikuti dalam menetapkan berapa jumlah angka
signifikan yang harus digunakan dalam hasil perkalian/pembagian, serta hasil
penjumlahan/pengurangan dua atau lebih bilangan yang masing-masing terdiri atas
beberapa angka signifikan, yaitu :

“Jumlah angka signifikan pada hasil perkalian/pembagian = jumlah angka signifikan


terkecil dari bilangan-bilangan yang terlibat perkalian/pembagian tersebut.”

11
Sebagai contoh : Jika kita mengukur luas suatu lapangan bermain yang berbentuk
lingkaran dengan mengukur jari-jarinya menggunakan meteran dengan rumus
. Jika diperoleh hasil pengukuran jari-jari lapangan adalah 8 meter, maka
diperoleh hasil perhitungan luas lapangan sebagai berikut :

A = πr2 = 3,14 x (8 m)2 = 200, 96

Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa bilangan-bilangan yang terlibat dalam


perkalian adalah sebagai berikut :

a) Bilangan 3,14 terdiri atas tiga angka signifikan


b) Bilangan 8 terdiri atas satu angka signifikan

Sesuai dengan aturan di atas, maka jumlah angka signifikan dari hasil perhitungan
luas harus sama dengan jumlah angka signifikan terkecil dari bilangan-bilangan yang
terlibat dalam perhitungan tersebut. Dalam hal ini, hasil perhitungan luas lapangan
harus terdiri atas satu angka penting. Sehingga hasil perhitungan luas lapangan A
dapat ditulis sebagai : (bilangan bukanlah sebuah angka
signifikan).

“Jumlah angka signifikan desimal pada hasil penjumlahan/pengurangan = jumlah


angka signifikan desimal terkecil dari bilangan-bilangan yang terlibat dalam
penjumlahan/pengurangan tersebut.”

Jumlah angka signifikan desimal adalah jumlah angka signifikan yang


terdapat di belakang tanda koma desimal. Sebagai contoh bilangan 25,220 terdiri
atas lima angka signifikan dan tiga angka signifikan desimal.

Contoh 4:

1. Hitunglah jumlah dari 1,080 dan 0,2104


Penyelesaian :
Bilangan pertama, 1,080 terdiri atas tiga angka signifikan di belakang koma
desimal (080), sedangkan bilangan kedua 0,2104 terdiri atas empat angka

12
signifikan di belakang koma desimal. Menurut aturan di atas, jumlah angka
signifikan pada hasil penjumlahan harus sama dengan jumlah angka
signifikan terkecil di belakang koma dari bilangan-bilangan yang terlibat.
Dalam hal ini, hasil penjumlahan kedua bilangan di atas hanya dapat
memiliki tiga angka signifikan di belakang koma desimal. Sehingga diperoleh
: .
2. Hitunglah selisih dari 2,9800 dan 1,090
Penyelesaian:
Bilangan pertama, 2,9800 terdiri atas empat angka signifikan di belakang
koma desimal (9800), sedangkan bilangan kedua 1,090 terdiri atas tiga angka
signifikan di belakang koma desimal. Menurut aturan di atas, jumlah angka
signifikan pada hasil pengurangan harus sama dengan jumlah angka
signifikan terkecil di belakang koma dari bilangan-bilangan yang terlibat.
Dalam hal ini, hasil penjumlahan kedua bilangan di atas hanya dapat memiliki
tiga angka signifikan di belakang koma desimal. Sehingga diperoleh
: .

DAFTAR PUSTAKA

Munir, Renaldi. 2003. Metode Numerik. Penerbit Informatika : Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai