Anda di halaman 1dari 2

BAB XVI

KRITIK TEATER
A. Naskah Drama
Naskah drama dibuat oleh pengarang (sastrawan) sebagai karya sastra. Naskah
atau teks lakon drama memuat pesan-pesan pengarang tentang pengalamannya
untuk mendapat tanggapan dari pembacanya atau penggarapnya. Pesan-pesan itu
berupa nilai-nilai yang terhimpun dalam ide-ide.
B. Pergelaran Teater
Jika kamu telah menentukan bahwa garapan kamu dilatarbelakangi oleh salah
satu kebutuhan tertentu, maka akan berimplikasi kepada penentuan seluruh unsur
pendukung pergelaran dimaksud. Selain teknik publikasi yang besar-besaran, maka
yang dipublikasikan juga harus membuat masyarakat calon penonton merasa
penasaran untuk menonton. Mendengar berita para pemainnya saja sudah sangat
menarik, apalagi melihat kenyataannya. Jadi konsep pemilihan pemain akan sangat
berpengaruh pada nilai publikasi.
Selain konsep pemilihan pemain, pemilihan lakon yang akan digelar juga
berpengaruh pada perhatian calon penonton. Konsep penyutradaraan menentukan
juga bahwa pergelaran yang akan dilaksanakan mendapat perhatian masyarakat
penonton atau tidak. Konsep pemilihan pemain sama dengan konsep pemilihan
sutradara, bisa orang terkenal, atau bisa orang profesional.
Penentuan tempat harus bersesuaian dengan konsep-konsep lainnya dan
membuat masyarakat penonton mendapat kemudahan akses untuk
menyaksikannya. Penggunaan properti secara lengkap dan mewah, atau secara
sederhana namun efektif akan membuat takjub penonton yang menyaksikannya.
C. Simbol dalam Teater
Apa yang terungkap dalam pergelaran teater adalah seperangkat simbol yang
dikomunikasikan kepada penonton. Komunikasi terjadi manakala penonton
memahami makna yang terkandung dibalik sarana simbol. Para penggarap teater
berusaha keras untuk menghadirkan media ungkap simbolik yang sesuai dengan
kesepakatan budaya. Sebab jika saran simbol yang digunakan di luar konsensus
masyarakat penonton, maka penonton akan sulit mencerna makna gagasan yang
dimaksudkan seniman.
Simbol-simbol yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam teater meliputi:
simbol visual berupa benda-benda, bentuk-bentuk, warna-warna dari barang-barang
perkakas pendukung pementasan serta perilaku akting para pemain. Simbol verbal
berupa kata-kata yang diucapkan dalam dialog dan monolog para pemain. Simbol
auditif adalah simbol yang ditimbulkan dari bunyi-bunyi yang didengar oleh
penonton.
D. Nilai Estetis
1. Nilai Emosional. Banyak penonton teater yang hanyut dalam suasana yang
dibangun oleh struktur emosi.
2. Nilai Intelektual. Penonton teater seringkali merasa mengalami pencerahan
setelah menonton pertunjukan teater.
3. Nilai Visual. Penonton teater kerap merasa takjub melihat peristiwa pentas
dengan segala perkakasnya yang spektakuler hasil tangan-tangan kreatif para
pekerja teater.
4. Nilai Verbal. Banyak penonton yang kagum pada ungkapan kata-kata dari para
pemain dengan teknik dinamika yang luar biasa, artikulasi yang jelas, serta irama
yang dinamis.
E. Kritik Teater
Teater tanpa kritik akan tetap ada, namun disanksikan pengembangannya. Ada
dua model kritik yakni kritik subjektif dan kritik objektif.
Kritik subjektif adalah cara orang (kritikus) membuat ulasan berdasarkan selera
pribadinya. Kritikus yang subjektif kadang-kadang punya kecenderungan berpihak
pada seseorang, bukan pada karya yang ditontonnya. Dalam kehidupan zaman
sekarang, kritikus semacam itu diperlukan untuk mempopulerkan atau menjatuhkan
seseorang dengan cara menggencarkan publikasi di media massa untuk
mempengaruhi opini masyarakat tentunya dengan imbalan.
Kritik objektif adalah kritik yang melulu mengulas karya seni tidak peduli itu
karya siapa. Kritik objektif bisa disebut kritik konstruktif bertanggung jawab. Kritikus
semacam ini sangat dirindukan oleh kalangan seniman terutama seniman muda yang
baru mulai terjun. Kritikus ini biasanya tidak bisa diintervensi oleh siapapun apalagi
disogok, karena dia tidak bertanggung jawab pada siapapun kecuali pada profesinya.
Karya kritik yang kamu buat harus memuat paling tidak lima poin penting perihal
unsur-unsur teater. Teknik pemaparan kritik harus secara arif, dengan bahasa yang
sopan, dan bertanggung jawab atas segala pernyataan yang telah kamu buat.
Mengkritik bukan berarti menggurui bagaimana seharusnya karya itu dibuat. Tetapi
kritik harus mampu mengilhami penggarap atau seniman untuk membuat karya yang
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai