ABSTRAK
Tujuan komunikasi efektif dalam Interprofesi Collaboration Practice sebagai upaya meningkatkan
kualitas pelayan. Oleh karena itu, komunikasi yang efektif dan kolaborasi perlu diberi penekanan
yang kuat di semua program perawatan kesehatan profesional untuk menjamin kepuasan dan
keamanan pasien. Metode yang diguna adalah metode kualitatif dimana maksudnya dengan cara
mengumpulkan sebanyak- banyaknya data untuk dianalisis. Yaitu dengan Literature review ini
dengan menganalisis yang berfokus pada kompetensi kemampuan berpikir dalam praktik
keperawatan. Adapun tinjauan literatur yang digunakan seperti buku teks, bukureferensi, jurnal, dan
google scholar. Dengan kata kunci Komunikasi Interpersonal, komunikasi Colaboration,
Komunikasi Untuk Meningkatkan Kesehatan Pasien. Dan yang digunakan adalah 14 literatur yang
diterbitkan 10 tahun terakhir.
TUJUAN
Tujuannya untuk meningkatkan keselamatan pasien yang ditinjau dari segi
interprofessional collaboration yang dilakukan di rumah sakit, sehingga tercapainya asuhan
keperawatan yang terbaik kepada pasien serta agar menurunkan angka KTD (kejadian
tidak diharapkan), KNC (kejadian nyaris cedera), KTC (kejadian tidak cedera), KPC
(kejadian potensial cedera) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit
yang sangat merugikan pasien maupun pihak rumah sakit.
METODE
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara mengumpulkan
sebanyak-banyaknya data untuk dianalisis. Yaitu dengan literature review dengan
menganalisis yang berfokus pada keselamatan pasien yang ditinjau dari segi
interprofessional collaboration yang dilakukan di rumah sakit. Adapun tinjaun literature
review yang digunakan seperti text book, journal, dan buku referensi.
PEMBAHASAN/HASIL
Secara luas komunikasi adalah proses manusiawi yang melibatkan hubungan
interpersonal. Komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas dari sekedar wawancara.
Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, juga merupakan bentuk
komunikasi. Telah diakui bahwa kolaborasi interprofesional (IP) merupakan pendekatan
yang efisien dan efektif untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien, meningkatkan
produktivitas tenaga kesehatan dan terutama berdampak positif bagi luaran klinis pasien.
Kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan yang diperlukan dalam pengaturan
perawatan kesehatan apapun, karena tidak ada profesi tunggal yang dapat memenuhi
kebutuhan semua pasien. Akibatnya, kualitas layanan yang baik tergantung pada
profesional yang bekerja sama dalam tim interprofessional. Komunikasi yang efektif antara
profesional kesehatan juga penting untuk memberikan pengobatan yang efisien dan pasien-
berorientasi komprehensif. Selain itu, ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa
komunikasi yang buruk antara profesional kesehatan merugikan pasien. Kolaborasi
Interprofessional di lingkungan kerja profesional telah diakui oleh keperawatan, kedokteran
gigi, kedokteran, farmasi, dan kesehatan masyarakat berkolaborasi, berkomunikasi, dan
mengintegrasikan pelayanan dalam tim untuk memastikan perawatan yang terus menerus
dan dapat diandalkan. Kerja tim dan kolaborasi mengharuskan perawat mampu
berkomunikasi secara efektif dengan tim kesehatan, pasien, dan perawat untuk
mengintegrasikan perawatan yang aman dan efektif. Profesional kesehatan dan sistem
perawatan kesehatan juga harus secara aktif berkolaborasi dan berkomunikasi untuk
memastikan pertukaran informasi yang tepat dan koordinasi perawatan.
KESIMPULAN
Peningkatan komunikasi secara efektif dengan tim kesehatan lain dibutuhkan dalam
pelaksanaan Interprofessional Collaboration sehingga petugas kesehatan dapat melakukan
tindakan pelayanan kesehatan yang aman dan efektif. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan komunikasi antar profesi adalah dengan catatan perkembangan pasien
terintegrasi. Menurut Komite Akreditasi Rumah Sakit, Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi adalah dokumentasi antar profesi pemberi asuhan keperawatan mengenai
perkembangan pasien dalam bentuk terintegrasi dalam rekam medis pasien. Rencana
perawatan yang terintegrasi dan tunggal lebih terukur dan lebih baik daripada rencana
perawatan yang terpisah. Rencana perawatan pasien harus mencerminkan sasaran
perawatan yang khas untuk masing-masing individu sehingga penilaian dan rencana ulang
dapat dilakukan. Komisi Akreditasi Rumah Sakit juga mengatur catatan perkembangan
pasien terintegrasi dalam standar MKE (Manajemen Komunikasi dan Edukasi).
REFERENSI
Herawati, Y., T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit X Kabupaten Jember. Jurnal Ikatan Kesehatan Masyarakat. 11(1), 54-58.
Iskandar, E. (2017). Tata Kelola dan Kepatuhan Penerapan Standar Patient Safety
Penyakit Stroke di Rumah Sakit Dr Kanujoso Djatiwibowo. Jurnal Administrasi Rumah
Sakit. 3(3), 169-170.
Rivai, F., Sidin, A., I., & Kartika, I. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Implementasi Keselamatan Pasien Di Rsud Ajjappannge Soppeng Tahun 2015. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia. 5(4), 152-154.
Simamora, R. H., & Fathi, A. (2019). The Influence of Training Handover based
SBAR communication for improving Patients Safety. Indian Journal of Public Health
Research & Development, 10(9), 1280-1285.