Anda di halaman 1dari 10

B

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP &

PERANAN VIRUS

KELOMPOK 6

1. LI’ISYATIN HIDAH 18030654013


2. NOVIYANTI INDAH MAWADDAH 18030654015
3. NOVIE DIANA PUTRI 18030654042
4. KHOIRUL FIKRI FIRMANSYAH 18030654045
5. PUJI TRI LESTARI 18030654088

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SAINS

2019
Sejarah perkembangan pembagian kingdom :
1. Sistem klasifikasi 2 kingdom (1735)
Carolus Linnaeus pada saat itu mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi dua
regnum (kerajaan) yakni Regnum Vegetabile (tumbuhan) dan Regnum Animalia
(hewan). Klasifikasi ini didasari dari morfologi luarnya. Sebenarnya, sistem klasifikasi
ini sudah kuno, yakni sebelum era Linnaeus. Namun, Linnaeus merumuskan sistem
dasar nomenklatur dalam penamaan organisme sehingga beliau dijuluki sebagai Bapak
Taksonomi.
Makhluk hidup

Regnum Vegetabile Regnum Animalia


(tumbuhan) (hewan)

2. Sistem Klasifikasi 3 Kingdom (1866)


Setelah Antonie van Leeuwenhoek menemukan mikroskop, dunia mikroskopis
mulai terbuka. organisme mikroskopik awalnya masih belum diketahui
keberadaannya. apakah masuk hewan atau tumbuhan. Setelah ditemukan Euglena,
pada akhirnya sistem klasifiksi 3 kingdom diajukan oleh Ernst Haeckel dengan
menambah Kingdom Protista dengan dasar klasifikasinya yakni apakah organisme
tersebut memiliki sel tunggal (protista) atau memiliki sel banyak (hewan dan
tumbuhan).

3. Sistem Klasifikasi 2 Empire (1925)


Édouard Chatton membagi dua empire (superkingdom) yang lebih tinggi
berdasarkan sistem organisasi sel. Chatton menggunakan istilah prokariota untuk
organisme yang tidak memiliki inti sel dan eukariota untuk organisme yang memiliki
inti sel. Hasil gagasan tersebut muncullah Empire Prokariota dan Empire Eukarya
Sistem klasifikasinya bersifat dikotomis berdasarkan struktur internal organisasi sel.
  Empire Prokariota
Makhluk hidup

Empire Eukarya
4. Sistem Klasifikasi 4 Kingdom (1938)
Semenjak penemuan mikroskop elektron, pengamatan terhadap sel semakin
jelas. Ilmuwan bisa membedakan organisme sel tunggal yang tidak mempunyai inti sel
(prokariotik) dan organisme sel tungga yang mempunyai inti sel (eukariotik). Tahun
1938, Herbert F. Copeland mengajukan sistem klasikasi empat kingdom dengan
memindah dua prokariota, yakni bakteri dan alga hijau-biru ke dalam Kingdom
Monera. 

5. Sistem Klasifikasi 5 Kingdom (1969)


Sistem klasifikasi makhluk hidup menurut Robert R. Whittaker ada 5 kingdom
didasarkan atas cara organisme memperoleh nutrisinya. Dari sinilah Robert Harding
Whittaker memisahkan fungi menjadi kingdom tersendiri menjadi Kingdom Fungi
karena kemampuannya yang bersifat heterotrof. Kelemahan sistem ini tidak
sepenuhnya mencerminkan hubungan kekerabatan antar kelompok. Dasar klasifikasi
yang digunakan berdasarkan tipe nutrisi dan struktur internal organisasi sel.
6. Sistem Klasifikasi 6 Kingdom (1977)
Pada pertengahan tahun 1970-an, penelitian di bidang biologi molekuler
banyak dilakukan. Dari sini karakter genetik mulai diperhitungkan Carl Woese. Saat
itu penelitian gen ribosomal RNA digunakan sebagai faktor penting dalam klasifikasi
molekuler. Klasifikasi menurut Carl Woese kemudian membagi kingdom Monera
menjadi dua kelompok, yakni Kingdom Eubacteria dan Kingdom Archaebacteria.
Hal tersebut dikarenakan terdapat banyak perbedaan genetik antara dua kelompok
tersebut.

7. Sistem Klasifikasi 3 Domain (1990)


Setelah mengajukan 6 kingdom, Carl Woese kemudian menciptakan konsep
baru, yakni sistem "tiga kingdom utama" dengan istilah domain. Pada sistem ini
terbentuk 3 domain, yakni Domain Bacteria, Domain Archae, dan Domain
Eukarya. Sistem tersebut merupakan sistem enam kingdom sebelumnya dari hasil
pencampuran sistem lima kingdom dan sistem tiga domain dari Woese.
8. Sistem Klasifikasi 8 Kingdom (1993)
Sistem klasifikasi makhluk hidup 8 kingdom digagas oleh Thomas Cavalier-
Smith. Hal yang melatar belakanginya adalah Eubacteria dan archaebacteria memiliki
perbedaan yang begitu besar berdasarkan jarak genetik dari gen ribosomal, sehingga
keduanya dipisahkan menjadi dua kingdom yang berbeda. 
Selanjutnya muncul Kingdom Chromista yang merupakan hasil pemisahan
dari kingdom plantae. Pemisahan tersebut didasarkan atas letak kloroplasnya yang
berada di lumen retikulum endoplasma, padahal letak kloroplas kingdom plantae
terletak di sitosol. Disamping itu, chromista juga memiliki klorofil c yang tidak
dimiliki oleh plantae. Selain itu, muncul juga gagasan Kingdom Archezoa yang
didasarkan bahwa ada protista yang tidak memiliki mitokondria. 
 Kingdom Eubacteria
 Kingdom Archaebacteria
 Kingdom Archaezoa
 Kingdom Protozoa
 Kingdom Chromista
 Kingdom Plantae
 Kingdom Fungi
 Kingdom Animalia
9. Sistem Klasifikasi 6 Kingdom (1998)
Tahun 1998, Cavalier-Smith mempublikasikan sistem klasifikasi enam
kingdom. Dasar yang digunakan adalah kingdom bacteria dan kingdom archaea yang
digagas oleh Woese tidak disepakati oleh Cavalier-Smith. Akhirnya Archaebacteria
dimasukkan kedalam subkingdom dari kingdom bacteria. Sementara kingdom
archezoa dilakukan klasifikasi ulang dan dimasukkan ke dalam kingdom protozoa lagi.

10. Sistem Klasifikasi 7 Kingdom (2015)


Pada tahun 2015, sebuah jurnal ilmiah taksonomi dengan judul "A Higher
Level Classification of All Living Organisms" dengan author Michael A. Ruggiero,
dkk (salah satunya juga Cavalier-Smith) melakukan revisi sistem klasifiksi yang
melibatkan sekitar 3.000 ahli taksonomi dunia dan berdasarkan
konsensus Taxonomic Outline of Bacteria and Archaea (TOBA)  dan the
Catalogue of Life menyatakan bahwa archae dan bacteria dipisah menjadi kingdom
yang berbeda. Dengan demikian, sampai artikel ini ditulis, sistem klasifikasi
makhluk hidup ada 7 kingdom yang terdiri atas:
1. Kingdom Bacteria
2. Kingdom Archaea
3. Kingdom Protozoa
4. Kingdom Chromista
5. Kingdom Fungi
6. Kingdom Plantae
7. Kingdom Animalia
PERBEDAAN VIROID DAN PRION
Viroid
Viroid adalah patogen tumbuhan yang tersusun dari potongan pendek (beberapa ratus
basa nukleotida) RNA yang komplementer, sirkuler, dan beruntai tunggal. Struktur penyusun
viroid tidak memliki kapsid. Viroid hanya mampu bereproduksi di dalam sel hidup sebagai
partikel RNA. Sebagai pembanding ukuran, viroid mampu menginfeksi pada susunan yang
mempunyai 2 kilobasa.
Viroid merupakan molekul RNA kecil yang tidak mengkode protein, telanjang tanpa
selubung protein. Viroid terdiri dari molekul RNAQ heliks tunggal (ss), berbentuk cincin
tertutup dengan panjang rantai lebih kurang 360 nukleotida (massa relatif partikel 12 x 104),
struktur viroid menyerupai untai ganda melalui pasangan basa antaruntai, dan memiliki
bentuk sama ketika ekstraseluler dan intraseluler.
Prion
Prion (Proteinaceous infectious particle) merupakan suatu partikel protein yang dapat
menginfeksi. Tubuhnya hanya terdiri dari 100% protein tanpa asam nukleat. Prion bereplikasi
dengan pengkodean gen (asam nukleat) pada kromosom inang atau kata lainnya terjadi karena
modifikasi protein inang selama atau setelah protein itu disintesis. Jika terjadi kontak dengan
prion maka akan mengalamii misfolded (kesalahan pelipatan).
Viroid

1. Lebih sederhana dari virus


2. Molekul kecil RNA sirkuler terbuka (tanpa kapsid)
3. Hanya terdiri atas beberapa ratus nukleotida
4. Tidak mengkode protein
5. Tidak mampu bereplikasi di dalam sel inang
6. Biasanya menginfeksi tanaman
Prion

1) Lebih sederhana dari viroid


2) Merupakan protein
3) Tidak dapat bereplikasi
4) Mampu mengubah protein inang menjadi protein versi prion
5) Menyebabkan penyakit degeneratif otak

TABEL PERBEDAAN VIRUS, PRION DAN VIROID

Peran Positif Virus dibidang Pertanian


Virus Myxoma untuk Pengendalian Hama Kelinci.
Virus Myxoma adalah virus yang menyebabkan myxomatosis pada kelinci dan
digunakan sebagai pengendalian hama di Australia. Penyakit yang disebarkan oleh virus ini
berupa penyakit kulit pada kelinci.
Klasifikasi Virus Myxoma
Kelompok: Grup I (dsDNA)
Keluarga: Poxviridae
Marga: Leporipoxvirus
Jenis: Virus Myxoma
Latar Belakang
Mulai tahun 1835 di Australia telah mewabah hama kelinci yang merusak tanaman
petani. Metode pertama yang digunakan waktu itu adalah dengan memberi kucing ataupun
anjing untuk membasmi hama kelinci. Namun, cara ini sangat tidak efektif karena kucing dan
anjing tersebut ikut merusak sebagian tanaman. Karenanya melalui beberapa riset akhirnya
digunakan teknik menyebarkan virus myxoma untuk membasmi hama kelinci disana.
Penyebaran
Penyakit Myxomatosis pada kelinci dipindahkan oleh serangga yakni oleh bermacam-
macam jenis nyamuk, di Eropa juga pinjal kelinci (Spilopsyllus cuniculi) menjadi salah satu
yang memindahkan virus. Transmisi virus melalui serangga ini merupakan pemindahan secara
mekanis (flying pin) dalam serangga tidak terjadi reproduksi virus jadi tidak ada extrinsic
incubation period. Virus dihisap oleh serangga dari darah kulit. Bila darah dihisap dari
sirkulasi umum maka virus berada juga dalam usus serangga tetapi kemudian dikeluarkan
melalui feses.
Infeksi melalui kontak, lewat makanan dan sebagainya mungkin tidak berarti.
Pemindahan penyakit melalui nyamuk hanya mungkin bila dalam darah ada cukup virus. Hal
ini berlaku untuk darah dalam epidermis tetapi tidak untuk darah sirkulasi umum. Selain itu
yang penting ialah galur virus yang dapat mencapai konsentrasi virus yang cukup tinggi
dalam kulit, kelinci harus cukup lama tahan infeksi sehingga virus berpersistensi dalam kulit.
Tidak semua nyamuk berdaya sama efektif sebagai vektor.
Jenis Culex dan Anopheles lebih mampu memindahkan virus dibandingkan dengan
Aedes. Bergantung pada lingkungan ekstern nyamuk dapat bertindak sebagai vektor dalam
jangka waktu lama. Sesudah beberapa minggu sifat vektor nyamuk berkurang, jangka waktu
terpanjang nyamuk dapat memindahkan penyakit ialah 220 hari. Bila nyamuk menghisap
darah pada kelinci yang imun, virus dalam nyamuk tidak menghilang. Transmisi melalui
pinjal mempunyai konsekuensi epizootiologi tertentu. Hal ini disebabkan karena pinjal
mempunyai aksiradius yang jauh lebih pendek daripada nyamuk, sehingga penyebaran infeksi
pada kelinci peliharaan lebih kurang. Pinjal yang tertular dapat hidup lama dan tidak
bergantung pada musim seperti nyamuk. Beberapa kelinci tertular dapat bersifat pembawa
virus.

Anda mungkin juga menyukai