Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3
dr.Hendy Rachman B
NIP. 19790424 201001 1 012
1. PENGERTIAN Otitis externa adalah radang Telinga luar akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani penyakit OEA .
OTITIS EXTERNA
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/3
P
dr.Hendy Racman B
NIP. 19790424 201001 1 012
6. PROSEDUR
3. Diagnosa
Hasil Berdasarkan Dari Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
4. Penatalaksanaan :
Membersihkan liang telinga dengan kertas penghisap / kapas
Memberi antibiotic topikal ( Salep /Tetes ), (Polimixsin B,
Neomisin, Hidrocortison, dan Anasthesi lokal )
Bila ada absces incisi dulu
Pada Otomikosis sebelum diberi Antibiotic Topikal mencuci
liang telinga dengan cairan asam acetat 2% dalam alkohol
70% setiap hari selama 2 minggu sampai pengeringan.
Tetes telinga Vosol ( Asetan non Alucus 2%), Cresylate (m-
Kresilasetat )
Obat Oral Sistemik
Antibiotic Oral sampai pada infeksi berat
Analgetik
Untuk Herpes Zoster Otikus sampai Herpes Zoster
Konseling
Jaga kebersihan, mengorek telinga dengan cotton tisue
Selama pengobatan sebaiknya tidak renang
Khusus 3 hari kemudian.
Khusus otomeosis sampai 2 minggu
Memberitahu keluarga bahwa penyakit dapat berulang sehingga
harus menjaga liang telinga agar dalam kondisi kering dan tidak
lembab.
OTITIS EXTERNA
7. BAGAN ALUR -
1. PENGERTIAN Otitis Media Akut ( OMA ) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang
terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani penyakit OMA.
6. PROSEDUR
3. Terapi :
Topical :
- Obat cuci telinga H2O2 3-5 %
- Ofluxacin tetes telinga selama 3 minggu
Sistemik :
- Amoxillin 3x500 mg atau
- Erytromicin 4x500 mg
- Anti nyeri
- Anti instamin untuk tanda-tanda alergi
Untuk kasus supuratif yang akut dan komplikasi paresis N.facialis,
mastoiditis, labirintis dan infeksi saraf pusat penderita dirujuk
dengan diagnosa acut supurative otitis media ( H66.0 )
4. Konseling :
Pengobatan harus teratur dan sesuai dosis
Jangan sampai kena flu lagi
Untuk bayi pemberian ASI mulai 0-2 tahun
Hindari merokok
SERUMEN PROP
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
Telinga terasa penuh
Bisa ada nyeri, vertigo atau tinitus
Pendengaran berkurang
2. Pemeriksaan
Terlihat material berwarna kuning kecoklatan/kehitaman di liang telinga
3. Penatalaksanaan
Mengangkat/membersihkan serumen
Untuk serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan
pada pelilit kapas
Untuk serumen yang keras dengan pengait atau kuret, apabila tidak
berhasil dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan , maka
serumen harus dilunakan terlebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10%
selama 3 hari
Suction / irigasi ( air hangat )
Jika ada perforasi membran tympani irigasi merupakan kontra indikasi
7. BAGAN ALUR -
1. PENGERTIAN Benda asing di hidung ialah benda yang berasal dari luar tubuh ( eksogen )
atau dari dalam tubuh ( endogen ) yang dalam keadaan normal tidak ada
dalam hidung.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani benda asing di
Hidung
3. KEBIJAKAN SK Kepala Puskesmas No.......................... tentang
4. REFERENSI 1. Permenkes no 5 tahun 2014 tentang PANDUAN PRAKTIS KLINIS BAGI
DOKTER PELAYANAN PRIMER
2. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayanan Primer edisi ! 2013
5. ALAT DAN
1. Spekulum Hidung
BAHAN
2. Lampu kepala
3. Pengait ( hook ) tumpul
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
Hidung tersumbat
Terlihat benda asing setelah memasukkan sesuatu kedalam hidung
2. Pemeriksaan Fisik
Adanya benda asing dalam hidung.
3. Penatalaksanaan
- Mengeluarkan benda asing dengan memakai pengait hook
- Dimasukkan kedalam hidung bagian atas menyusuri atap kavum nasi
sampai melewati benda asing lalu pengait diturunkan maka benda
asing akan ikut keluar
- Antibiotik sistemik diberikan jika ada lacerasi
6. PROSEDUR
Konseling :
ANGINA PECTORIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada
yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering
menjalar ke lengan kiri .
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani angina Pectoris
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Nyeri dada di sekitar / sebelah kiri sternum kadang-kadang menjalar
ke lengan kiri
- Rasanya seperti ditekan / di timpa beban berat / terasa panas
- Terjadinya serangan pada saat aktifitas / emosi
- Lama serangan 1-5 menit
- Bisa disertai keluar keringat dingin , mual, muntah , sesak dan pucat
2. Pemeriksaan
- Angina dapat tidak menunjukan kelainan.
- Pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan
murmur sistolik didaerah apeks.
- Dapat ditemukan pembesaran jantung
3. Pemeriksaan penunjang ( EKG )
- Pembesaran ventrikel kiri
- Depresi segmen ST , dan gelombang T
- Elevasi segmen ST
ANGINA PECTORIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR
4. Penatalaksanaan
- O2 2L / mnt
- Nitral 10mg sublingual
- Propanolol 20-80mg dalam dosis terbagi atau Bisoprolol 2,5mg-
5mg /hari
- Calcium Channel Blocker ( CCB )
o Dipakai bila Beta Blocker merupakan Kontaindikasi
o Verapamil 80mg (2-3kali sehari)
o Diltiazem 30mg ( 3-4kali sehari)
- Antipletelet
- Aspirin 160-320mg sekali minum pada akut
- Dirujuk apabila angina pectoris Unspecified ( I20,9 ), dimana nyeri
dadanya makin lama makin progresif
7. BAGAN ALUR -
MIOKARD INFARK
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
P
1. PENGERTIAN Miokard infark adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis otot
jantung yang disebabkan oleh ketidak seimbangan yang kritis antara
suplai oksigen dan kebutuhan myokardium.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Miocard Infark
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
Nyeri dada retrosternum disertai gelisah ( anxietas )
2. Pemeriksaan Fisik
- Keluhan umum lemah dan pucat ( berbaring )
- Hipertensi/hipotensi
- Murmur dan gallop S3
- Ronki basah dan peningkatan vena jugularis ( biasanya pada
edema paru )
- Sering ditemukan aritmia
MIOKARD INFARK
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
P Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR
3. Pemeriksaan Penunjang ( EKG ):
- STEMI, elevasi segman ST diikuti inversi gelombang T kemudian
muncul gelombang Q
- NON STEMI, depresisegmen ST, inversi gelombnag T atau EKG
normal.
4. Penatalaksanaan
- Morfin : 2,5-5 mg IV
- O2 : Oksigen 2-4 L/m
- Nitrat : bisa nitrogliseriinfus 5 mcg/m (titrasi )
- Aspirin : 160-320 mg ( awal ) dilanjutkan dosis pemeliharaan
1x60 mg/hari
- CO : Clopidogrel, dosis awal 300-600 mg dilanjutkan
dosis pemeliharaan1x75 mg
- Infus line
5. Dirujuk :
I21.9 Acut Myocardila Infaction Unspecified
K75 Myocardila Infaction
7. BAGAN ALUR -
TAKIKARDI
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Takikardia adalah suatu kondisi dimana denyut jantung istirahat seseorang
secara abnormal lebih dari 100x/menit .
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Takikardi
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
Palpitasi
Sesak nafas
Mudah lelah
Nyeri / rasa tidak nyaman di dada
Pusing
Sinkop
Berkeringat
Penurunan kesadaran bila terjadi gangguan hemodinamik
2. Pemeriksaan Fisik
HR : > 100x/ menit ( > 150x / menit )
RR : > 24x/menit ( Takipneu )
Hipotensi ( < 90x mmHg )
TAKIKARDI
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/3
6. PROSEDUR
3. Pemeriksaan Penunjang : EKG
SVT ( Supraventriculer tachycardi ) : Kompleks QRS sempit ( < 0,12ms ) dengan
Frekuensi > 150kali permenit.Gelombang P bisa ada atau terkubur dalam
kompleks QRS
VT ( Ventriculer tachycardi ) : QRS lebar ( > 0,12ms ) 3x atau lebih secara
berurutan. Frekuensi nadi biasanya > 150x/menit
4. Penatalaksanaan
Cardiovers
Infus line
O2 : 10-15 ipm
Vagal Manuver ( memijat a.carotis atau bola mata selama 10-15menit )
Tidak respect
Tidak respect
Adenosin 12mg bolus cepat
Tidak respect
Dilakukan 2x
Adenosin 12mg bolus cepat
Rujuk
Modifikasi Gaya Hidup
a. Mencegah Faktor resiko
b. Modifikasi aktifitas fisik, asupan makanan, dan mengelola timbulnya gejala
5. Konseling → Pro Rujukan
Menerangkan bahwa kondisi mengancam jiwa butuh penanganan cepat sampai
ketempat rujukan
TAKIKARDI
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3
1. PENGERTIAN Gagal jantung akut dan kronik adalah jantung gagal memompa darah
secara normal.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Takikardi
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Sesak saat aktifitas ( dyspneu d’effort )
- Sesak pada perubahan posisi ( ortopneu )
- Sesak napas malam hari ( paroxysmal nocturnal dyspneu )
- Keluhan tambahan lemas, mual, muntah gangguan mental pada
orangtua.
2. Pemeriksaan Fisik
- Peningkatan tekanan vena jugular
- Peningkatan tekanan darah tinggi
- Peningkatan frekuensi pernafasan
- Peningkatan frekuensi nadi dan regularitasnya
- Kardiomegali
- Gallop ( gangguan bunyi jantung )
- Asites
- Edema perifer
6. PROSEDUR
- Distensi vena-vena leher
- Ronkhi
- Edema paru akut, batuk malam, efusi pleura
3. Pemeriksaan Penunjang ( EKG ) hipertrofi ventrikel hepatomegali
4. Diagnosa
Ditegakkan jika terdapat 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor :
- Sesak nafas malam
- Distensi vena-vena leher
- Peningkatan tekanan vena jugular
- Ronkhi
- Edema paru akut
- Gallop
- Kardiomegali
- Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor:
- Batuk malam
- Sesak saat beraktifitas
- Edema ekstremitas
- Hepatomegali
- Efusi pleura
- Penurunan kapasitas paru 1/3 dari normal
- Takikardi > 120 x/menit
GAGAL JANTUNG AKUT DAN KRONIK
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3
6. PROSEDUR
5. Penatalaksaan
Terapi pada gagal jantung akut :
- Terapi oksigen 2-4 l/menit
- Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian
furosemid injeksi 20-40 mg bolus
- Cari pemicu gagal jantung akut
- Segera rujuk.
Terapi pada gagal jantung kronik:
- Diuretic ( furosemid ) boleh dikombinasi HCT, jika 24 jam tidak ada
respon dirujuk
- ACE Inhibitor ( ramipril ) atau Angiotensine II receptor ( valsartan )
blocker ( ARB ) dari dosis kecil sampai dosis besar
- Beta blocker ( bisoprolol ) dari dosis kecil sampai dosis maksimal
tidak berefek rujuk.
6. Konseling
Patuh obat
Penyakit yang berakibat fatal
Pentingnya kontrol
Menjaga lingkungan tetap kondusif
Keluarga diberi tahu tanda-tanda kegawatan
Rujukan : I50.9 ( Congestive Heart Failure )
7. BAGAN ALUR -
CARDIORESPIRATORY ARREST
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
P Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
5. ALAT DAN
1. Elektrogardiografi ( EKG )
BAHAN
2. Alat Intubasi
3. Defibrilator
4. Alat monitoring jantung
5. Tabung oksigen
6. Obat-obatan
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Pasien datang dengan tidak sadar dan tidak ada nafas
- 5H ( hipovolemia, hipoksia, hidrogen ion = asidosis, hiper atau
hipokalemia dan hiportemia )
- 5T ( Tension pneumothorax, tamponade, tablet = overdosis obat,
trombosis koroner, dan thrombosisi pulmuner )
- Tersedak, tenggelam , gagal jantung akut , emboli paru , atau
keracunan karbon monoksida.
CARDIORESPIRATORY ARREST
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
P Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR
2. Pemeriksaan
- Pasien tidak sadar
- Pasien tidak ada nafas
- Tidak teraba denyut nadi di arteri-arteri besar ( Karotis dan
Femoralis )
3. Pemeriksaan penunjang ( EKG )
- Gambar Asistol
- Gambar VF ( Ventricular fibrillation )
4. Penatalaksanaan
- Resusi jantung Paru dengan defibrilasi sambil dirujuk
- Intubasi → O2
- Infus line ( terakhir )
- Konseling
- Mengontrol emosi dan kerja berat
7. BAGAN ALUR -
HIPERTENSI ESENSIAL
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
P
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Tidak bergejala
- Sakit kepala, pusing
- Gelisah, berdebar-debar
- Penglihatan kabur
- Rasa sakit didada
2. Pemeriksaan Fisik
- Tekanan darah sistolik ≥ 140
- Tekanan darah diastolik ≥ 90 ( sesuai kriteria JNC VII )
- Wajib periksa status neurologis, acral dan pemeriksaan fisik
jantungnya ( JVP, batas jantung, dan rochi
HIPERTENSI ESENSIAL
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi : 00
P
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
7. BAGAN ALUR -
INFARK SEREBRAL
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
1. PENGERTIAN Infark selebral adalah Defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak, lebih
dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Infark Serebral
5. ALAT DAN
BAHAN 1. Alat pemeriksaan neurologis
2. Infus set
3. Oksigen
4. Obat antiplatelet
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Keluhan mendadak berupa
- Kelumpuhan anggota gerak satu sisi ( hemiparesis )
- Gangguan sensorik satu sisi tubuh
- Hemianopa ( buta mendadak )
- Diploma
- Vertigo
- Afasia
- Disfagia
- Disarthria
- Ataksia
- Kejang atau penurunan kesadaran
INFARK SEREBRAL
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/3
6. PROSEDUR
2. Pemeriksaan Fisik
- Vital sign
- Pemeriksaan jantung paru
- Pemeriksaan bruit karotis
- Pemeriksaan abdomen
- Pemeriksaan ekremitas
- Pemeriksaan neurologis
- Kesadaran ( kualitatif dan kuantitatif ) GCS
- Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk , lasseque , kernig ,
brudzlnsky )
- Saraf kranialis ( sering mengenai nervus VII, XII , IX )
- Motorik ( kekuatan , tonus , refleks patologis )
- Sensorik
3. Pemeriksaan fungsi luhur
- Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan
pemeriksaan refleks batang
- Refleks kornea
- Refleks pupil terhadap cahaya
- Refleks okulo sefalik
- Keadaan reflek respirasi
Bedakan stroke ischemic dan haemorrahagic :
o Stroke ischemic ( kejadian saat bangun tidur tiba-tiba sulit
bicara sebagian lumpuh sebelah, penurunan kesadaran , dan
tekanan darah tidak tinggi )
o Stroke haemorragic ( selesai aktivitas muntah-muntah hebat,
sakit kepala hebat, penurunan kesadaran , tekanan darah
tinggi)
INFARK SEREBRAL
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3
6. PROSEDUR
4. Penatalaksanaan
7. BAGAN ALUR -
FRACTUR TERBUKA
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
P Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3
1. PENGERTIAN Fraktur terbuka adalah suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga
timbul komplikasi berupa infeksi.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Fractur Terbuka
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
Nyeri
Patah tulang terbuka setelah trauma
Kelemahan otot
Deformitas ( bengkok)
Bengkak
Perubahan warna
Gangguan sensibilitas
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : luka terbuka pada kulit ( karena tulang patah yang tajam )
FRACTUR TERBUKA
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
P Tanggal Terbit :
Halaman : 2/3
6. PROSEDUR
- Palpasi :
- Robekan kulit yang terpapar dengan dunia luar
- Nyeri tekan
- Teraba jaringan tulang yang menonjol
- Deformitas
- Panjang anggota gerak berkurang ( dibanding dengan yang sehat )
3. Pemeriksaan Penunjang : Radiologi (RO )
4. Diagnosa
- Grade I : fraktur terbuka dengan luka kulit <1 cm bersih
- Grade II : >1 cm ( tanpa kerusakan jaringan lunak )
- Grade III : fraktur terbuka segmental, kerusakan jaringan lunak luas
Fraktur grade III :
- Grade IIIa : penutupan tulang dengan jaringan lunak sangat adekuat
- Grade IIIb : kehilangan jaringan lunak sangant banyak ,
terkelupasnya daerah periosteum dan tulang tampak terbuka serta
adanya kontaminasi
- Grade IIIc : fraktur dengan kerusakan pembuluh darah
5. Penatalaksanaan
- Prinsipnya semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi
- Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain
- Antibiotik yang sesuai dan adekuat & dosis tinggi ( golongan
cephalospiorin dikombinasi
- Debridement dan irigasi luka Nacl ( ulang debridement 1-3 hari
kemudian )
- Stabilisasi fraktur
- Rehabilitasi ekstremitas
Golden periode < 6-7 jam setelah fraktur terjadi
FRACTUR TERBUKA
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
P Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3
7. BAGAN ALUR -
FRAKTUR TERTUTUP
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
P
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
Keluhan sama dengan keluhan fraktur terbuka
2. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : adanya deformitas tulang ( look )
- Palpasi : teraba deformitas tulang , nyeri tekan, bengkak bila
mengenai anggota gerak < panjang dibanding dengan yang
sehat
- Move : sulit digerakkan jika tidak bisa digerakkan
3. Pemeriksaan penunjang : Radiologi ( Ro, CT-Scan, MRI )
4. Diagnosa Sesuai hasil pemeriksaan fisik
FRAKTUR TERTUTUP
SO Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
P Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
6. PROSEDUR 5. Penatalaksanaan :
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam :
- Konservatif
- Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus
dengan K-wire
- Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang
- Eksisi Fragmen tulang dan penggantian dengan protesis
7. BAGAN ALUR -
REMATOID ARTRITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Rematoid artritis adalah penyakit autoimun yang ditandai sinovitis erosif
(keradangan sendi erosif ) .
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani rheumatoid arthritis
REMATOID ARTRITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR
3. Pemeriksaan Fisik
- Poliartritis ( >3 sendi ), simetris
- Immobilisasi sendi
- Pemendekan otot ( pada vertebra servikalis ) jika deformitas
- Nodul rhematoid , soft tissue rheumatism, jika carpal tunnel syndrome
/ frozen shoulder
- Kerato-konjungtivitis jika sindrom sjorgen, episkleritis
- Anemia
- Perikarditis
4. Pemeriksaan penunjang : LED
5. Penatalaksanaan
Menggunakan DECKER
Steroid dan non steroid
Fisio terapi
7. BAGAN ALUR -
OSTEOARTRITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
5. ALAT DAN
-
BAHAN
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Nyeri sendi
- Hambatan gerak sendi
- Kaku pagi
- Krepitasi
- Pembesaran sendi
- Perubahan gaya berjalan
2. Pemeriksaan Fisik
- Tanda patognomonis
- Hambatan gerak
- Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
- Tanda-tanda peradangan sendi
- Deformitas sendi yang permanen
- Perubahan gaya berjalan
OSTEOARTRITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR
3. Penatalaksanaan
- Modifikasi gaya hidup
- Analgesik topikal
- NSAID
- COX1 : ( Diclofenac , Ibuprofen , Piroksikam , Mefenamat ,
Metampiron )
o COX2 : ( Meloxicam )
7. BAGAN ALUR -
LIPOMA
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
Benjolan tanpa disertai gejala apa apa ( asimptomatik)
Ukuran membesar perlahan
2. Pemeriksaan Fisik
Benjolan, konsistensi empuk, bergerak jika ditekan
3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat Dilakukan tusukan jarum halus untuk mengetahui isi masa
4. Diagnosis
Masa bererak dibawah kulit, bulat memiliki karakteristik lembut, terlihat
pucat , ukuran kurang dari 6 cm
5. penatalaksanaan
Pembedahan
6. Kriteria Rujukan :
- Ukuran massa > 6 cm
- Ada gejala nyeri spontan atau nyeri tekan
- Predileksi di daerah yang beresiko
LIPOMA
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
7. BAGAN ALUR -
KEJANG DEMAM
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh ( suhu rektal > 38oC ) akibat dari suatu proses ekstra kranial.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Kejang Demam
5. ALAT DAN
BAHAN 1. Tabung O2
2. Diazepam per rektal
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Adanya serangan kejang kronik umum
- Singkat
- Berlangsung pada permulaan demam akut
- Riwayat kejang sebelumnya
- Tidak ada tanda-tanda neurologi sisa kejang
2. Pemeriksaan Fisik
- Ada kejang
- Mencari tanda-tanda trauma akut kepala
- Kelainan sistemik, metabolik
- Infeksi
- Kelainan neurologis fokal
- Disertai demam ≥ 38 oC
KEJANG DEMAM
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR
3. Penatalaksanaan
7. BAGAN ALUR -
VERTIGO
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/5
1. PENGERTIAN Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau
lingkungannya
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani vertigo
5. ALAT DAN
1. Palu reflex
BAHAN
2. Spygmomanometer
3. Termometer
4. Garpu tala
5. Obat antihistamin
6. Obat antagonis kalsium
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
a. Vertigovestibuler
- Sensasi :Rasa berputar
- Tempo serangan : Episodik
- Mual & muntah : Positif
- Gangguan pendengaran : + / -
- Gerakan pencetus : Gerakan kepala
- Kesadaran : Bisa baik / menurun
VERTIGO
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/5
6. PROSEDUR
b. Non vestibuler
- Sensasi : Melayang-layang , goyang
- Tempo serangan : Konstan atau kontinu
- Mual & muntah : Negatif
- Gangguan pendengaran: Negatif
- Gerakan pencetus : Objek visual
- Kesadaran : Baik
c. Vestibular Perifer
- Bangkitan : Mendadak
- Beratnya serangan : Berat
- Pengaruh gerakan kepala :+/+
- Mual / muntah / keringatan : +/+
- Gangguan pendengaran : +/ -
- Tanda fokal Otak :-
- Kesadaran : Baik
d. Vestibular Central
- Bangkitan : Lebih lambat
- Beratnya serangan : Ringan
- Pengaruh gerakan kepala : + / -
- Mual/muntah/keringatan :+
- Gangguan pendengaran :-
- Tanda fokal Otak :+/-
- Kesadaran : Dapat menurun
e. Vertigo karena sebab gangguan lain
- Gangguan otologi
- Penyakit meniere
- Neuritis vestibularis
VERTIGO
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/5
6. PROSEDUR
- Labirhinitis
- Superior canal dehi – scene syndrome
- Vertigo pasca trauma
- Gangguan neurologi
- Migraine associated dizzines
- Insufisiensi
- Vertebrobasiler
- Penyakit demielinisasi
- Lesi susunan saraf pusat
- Keadaan lain
- Kecemasan
- Gangguan panik
- Vertigo servikogenik
- Efek samping obat
- Hipotensi postural
2. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan umum
- Pemeriksaan system kardiovaskuler
- Pemeriksaan neurologis
- Kesadaran: kesadaran bisa baik untuk vertigo vestibuler
perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun
pada vertigo vestibuler sentral
- Nervus kranialis: Pada vertigo vestibularis sentral dapat
mengalami gangguan pada nervus kranialis III,IV,VI,V
sensorik VII,VIII,IX,X,XI,XII
- Motorik : Kelumpuhan satu sisi ( hemiparesis )
- Sensorik : Gangguan pada satu sisi ( hemiparesis )
VERTIGO
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 4/5
6. PROSEDUR
- Keseimbangan:
Test nigtamus ( gerakan mata cepat , gerakan mata lambat
menunjukkan lokasi lesi )
Test rhomberg ( pada mata terbuka pasien jatuh ,
kemungkinan kelainan pada serebelum . Jika pada mata
tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi , kemungkinan
kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif .
Tes Tandem (Pada kelainan sereberal, Pasien tidak dapat
melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi . Pada
kelainan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi )
Tes fukuda ( Dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih
dari 30 derajat atau maju mundur lebih dari 1 meter )
Tes past pointing ( Pada kelainan vestibuler ketika mata
tertutup, maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada
kelainan sereberal akan terjadi hipermetri atau hipometri )
3. Penatalaksanaan
- Antihistamin ( Dimenhidrinat , Difenhidramin , Meksilin ,Siklisin ) →
25 – 50mg , PO / I M / I V (4x / hari )
- Boleh Betahistin Mesylate : 12mg 3x / hari P . O
- Betahistin HCI : 8 – 24mg 3x / hari P . O
- Kalsium Antagonis ( Cinnarizine 15 – 30mg 3x / hari )
- Vestibular exercise dengan metode BrandDaroff
Pasien duduk di tempat tidur dengan kaki tergantung , mata tertutup
baringkan tubuh ke satu sisi dengan cepat selama 30 detik lalu
duduk kembali . Baringkan ke satu sisi lain pertahankan selama 30
detik lalu duduk kembali .Lakukan latihan ini pagi 3x , siang 5x ,
malam 5x selama 2 minggu - 3 minggu. Selanjutnya pagi dan sore
VERTIGO
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 5/5
6. PROSEDUR
4. Konseling
- Bukan penyakit berbahaya dan akan hilang sewaktu-waktu
- Rencana Tindak Lanjut
- Pemantauan diperlukan untuk mencari penyebabnya dan mengobati
sesuai penyebab
- Memotivasi pasien untuk latihan vestibuler secara teratur
7. BAGAN ALUR -
DELIRIUM
Nomor Dokumen :
SOP
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3
5. ALAT DAN
1. Stetoscop
BAHAN
2. Termometer
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Berkurangnya atensi
- Gangguan psikomotor
- Gangguan emosi
- Arus pikiran kacau
- Gangguan siklus bangun tidur
- Gejala diatas berlangsung jangka pendek dan berfluktuasi dalam
sehari
- Hasil auto anamnesa :
- Pasien tidak mampu menjawab pertanyaan dokter sesuai yang
diharapkan
- Perilaku tidak terkendali
DELIRIUM
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/3
6. PROSEDUR
2. Pemeriksaan Fisik
- Sesuai penyakit utama yang mendasari
3. Pemeriksaan penunjang :
- Mini mental state examination ( MMSE )
- Laboratorium, kimia darah, elektrolit, SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin, urinalisis, analisid gas drah, foto toraks, elektrokardiorafi
dan CT Scan
4. Diagnosa :
i. Onset akut dan berfluktuasi
DELIRIUM
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3
6. PROSEDUR
5. Penatalaksanaan
Obat anti psikotik :
- Haloperidol injeksi 2-5 mg intra muskular ( IM )/ Intra Vena ( IV )
diulang setiap 30 menit dengan dosis maksimal 20 mg/hari
- Kondisi pasien harus dijaga agar terhindar dari kecelakaan
- Apabila memperoleh pengobatan sebaiknya tidak menam bahkan
obat pada terapi yang sedang dijalani.
7. BAGAN ALUR -
TETANUS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/5
1. PENGERTIAN Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf yang ditandai dengan spasme
tonik persisten yang jelas dan keras yang disebabkan tetanospasmin .
Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani .
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Tetanus
5. ALAT DAN
1. Sarana pemeriksaan neurologis
BAHAN
2. Oksigen
3. Infus set
4. Obat antikonvulsan
6. PROSEDUR
1. Anamnesa
- Tetanus lokal : Rasa sakit dan kejang pada sekitar luka
- Tetanus sefalik : ( Bentuk tetanus lokal ) dimana kejang-kejang
( kram ) pada wajah yang disebabkan luka pada daerah kepala.
Gejalanya berupa trasmus , disfagia , rhisus sardonikus dan disfungsi
nervus kranial. Tetanus sefal jarang terjadi , prognosisnya jelek .
- Tetanus umum :
Trismus, iritable, kekakuan pada leher susah menelan ,
kekakuan dada dan perut ( opisthotonus )
Sakit dan lemes hebat
Kejang umun apabila terkena rangsang ringan ( sinar dan
suara )
Kesadaran : Baik
TETANUS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/5
6. PROSEDUR
- Tetanus Neonatorum :
Pada bayi baru lahir , disebabkan adanya infeksi tali pusat
Tidak mau menetek , kelemahan irritable diikuti oleh kekakuan
dan spasme
2. Pemeriksaan
- Pada Tetanus lokal : Kekakuan dan spasme yang menetap
- Pada tetanus Sefalik : Trismus, rhisus sardonikus, dan disfungsi
nervus kranial
- Pada Tetanus Umum :
Trismus , kekakuan pada ( leher , dada , perut , fleksi abduksi
lengan
Ekstensi tungkai
Kejang umum dimana pasien dalam keadaan sadar
- Tetanus Neonatorum :
Trismus
Kekakuan otot punggung & opisthotonus yang berat dengan
lordosis lumbal
Atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada
Pergelangan tangan fleksi tetapi jari mengepal
Ektremitas bawah hiperektstensi dengan dorsofleksi pada
pergelangan dan fleksi jari-jari
- Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi Albleet’s
a. Grade I ( Ringan )
o Trismus ringan sampai sedang , spamisitas umum , tidak ada
penyulit pernafasan ,
o Tidak ada spasme
o Sedikit atau tidak ada disfagia
TETANUS
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman : 3/5
6. PROSEDUR
b. Grade 2 ( Sedang )
o Trismus sedang rigiditas lebih jelas
o Spasme ringan sampai sedang namun berlangsung singkat
o Penyulit pernafasan sedang dengan Takipneu
c. Grade 3 ( Berat )
o Trismus berat , spasitas umum
o Spasme spontan yang lama dan sering
o Takipneu , Takikardi , apneu
o Disfagia berat
d. Grade 4 ( Sangat Berat )
o Trismus berat , spasitas umum
o Spasme spontan yang lama dan sering
o Takipneu , Takikardi , apneu
o Disfagia berat
o Gangguan otonom yang berat “ autonomic storm “
Luka rentan Tetanus
o > 6-8 jam
o Kedalaman > 1cm
o Terkontaminasi
o Bentuk stelat , avulsi atau hancur
o Denevarsi , iskemik
o Terinfeksi ( purulen, jaringan nekrotik )
TETANUS
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 4/5
6. PROSEDUR
3. Penatalaksanaan
a. Manajemen luka
b. Pasien ditempatkan di ruang isolasi
c. Diet TKTP
d. Oksigen , pernafasan buatan dan trakeostomi bila perlu
e. Antikonvulsan → titrasi ( drip )
f. Diazepam atau vankuronium 6-8mg/hari
g. Bila pasien datang dengan kondisi kejang maka diberikan diazepam
0,5mg/kgBB/kali sehari I.V , perlahan-lahan dengan dosis maksimal
diazepam 240mg/hari , apabila kejang ( tetanus yang sangat berat ) dosis
diazepam ditingkatkan sampai 480mg/ hari dengan bantuan ventilasi
mekanik .
h. Pemberian ATS ( skin test dulu ) 50.000 iu diberikan I.M , diikuti 50.000
diberikan I.V infus lambat . Jika eksisi luka dilakukan sebagian ATS
disuntikan di daerah luka .
i. Pemberin Penicilin 10-20 juta perhari elama 10 hari
- Bila alergi Penicilin bisa diganti
:Clindamicin,Eritromicin,Metronidazole
- Pengendalian spasme otot dengan diazepam/midasolam
barbiturat/klorpomasin,atau jika tidak respon terapi dapat digunakan
agen vekuronium kalau perlu intubasi atau trakeostomi dan
pemasangan ventilator
- Bila ada disfungsi otonomik dapat diberikan agen alfa/beta
bloker,Clonidin,dan morfin sulfat
TETANUS
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman : 5/5
7. BAGAN ALUR -
RABIES
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3
1. PENGERTIAN Rabies adalah infeksi akut pada saraf pusat disebabkan virus rabies.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani rabies
6. PROSEDUR 1. Anamnesa
- Gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri
tenggorokan
- Sensoris, penderita merasa nyeri dan panas disertai kesemutan
bekas luka, lemas, reaksi berlebihan terhadap rangsangan sensoris
- Eksitasi, hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil
dilatasi, hidrofobia ( macam-macam fobia ), kontraksi otot
tenggorokan dan nafas , apneu, sianosis, konvulsan, dan takikardia,
tindakan termasuk akal disertai responsif terus berlangsung sampai
meninggal.
- Paralisis, paresis otot yang progresif
- Terdapat riwayat digigit anjing ( masa inkubasi 3-8 minggu ) gejala-
gejala muncul pada saat > 12 minggu
Sifat-siaft anjing, kucing dan lain-lain yang menggigit/ mencakar :
- Positif rabies ( otak hewan tersangka) :Akan mati dalam 10 hari
sejak menggigit
- Hewan berubah sifat, males makan, dan lain-lain.
RABIES
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/3
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
RABIES
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3
7. BAGAN ALUR -
EPILEPSI
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3
1. PENGERTIAN Epilepsi adalah bangkitan kejang epilepsi berulang berselang > 24jam
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Epilepsi
6. PROSEDUR 1. Anamnesa
- Memastikan apakah kejadian yang bersifat Paroksismal adalah
bangkitan epilepsi
- Gejala sebelum, selama dan paska bangkitan
- Gejala awitan
- ( Aura, gerakan ,sensasi awal/ speech arrest )
- Kondisi duduk berdiri/ bangun/ tidur/ berkemih
- Gejala saat bangkitan
- Gerakan tonik / klonik , vokalisasi, otomatisme, inkontinensia, lidah
tergigit , pucat berkeringat, deviasi mata .
- Jumlah pola bangkitan satu atau lebih , atau terdapat perubahan pola
bangkitan .
- Gangguan setelah kejadian :
Bingung , terjaga , nyeri kepala, tidur , gaduh gelisah, todd’s paresis
- Faktor pencetus : alkohol , kurang tidur , hormonal
- Apabila benar terdapat bangkitan epilepsi , maka tentukan bangkitan
tersebut bangkitan yang mana → klasifikasi ILAE 1981
EPILEPSI
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/3
EPILEPSI
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3
7. BAGAN ALUR -
BELS PALSY
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Bels’ palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, akut dan unilateral.
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani bels’palsy
BELS PALSY
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR
3. Pemeriksaan Fisik
- Kelemahan atau paralisis saraf fasial ( N VII ) melibatkan kelemahan
wajah satu sisi
- Saat pasien diminta tersenyum terjadi distorsi atau lateralisasi pada
sisi yang berlawanan
- Saat pasien diminta mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar
- Peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh
4. Penatalaksanaan
- Pada pasien onset 1-4 hari pertama ditujukan untuk memperbaiki
fungsi saraf VII fasialis.
- Steroid dan asiklovir – prednison 1 mg/kgBB/ hari selama 6 hari,
diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari
- Acyclovir 400 mg 5x/ hari salama 10 hari, bila curiga virus varicella
zoster acyclovir 500 mg 5x/ hari
- Perawatan mata
- Fisioterapi
Catatan : Bila tidak membaik dirujuk
7. BAGAN ALUR -
TENSION HEADACHE
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Tension headache adalah bentuk sakit kepala tipe tegang karena
peningkatan stress
2. TUJUAN Agar Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani Tension Headache
TENSION HEADACHE
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
7. BAGAN ALUR -
SKIZOFRENIA
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
6. PROSEDUR 1. Anamnesa
- Gangguan proses berpikir: bicara aneh, kacau, tidak nyambung
- Gangguan isi pikir ( waham ): mengutarakan pendapat atau isi pikiran
yang tidak sesuai fakta realita
- Gangguan persepsi: halusinasi, persepsi, ilusi, depersonalisasi,
derealisasi seperti mendengar suara-suara, mencium bau-bauan
- Gangguan emosi dan perilaku: pasien manarik diri dari lingkungan,
berperilaku aneh, ketakutan yang tidak rasional
- Gangguan motivasi dan neurokognitif: hilangnya kehendak, atensi
terganggu dan lupa.
2. Pemeriksaan Fisik
Tidak ditemukan kelainan organic
3. Diagnosa
Apabila ditemukan satu dari gejala diatas yang berlangsung 1 bulan
SKIZOFRENIA
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
6. PROSEDUR 4. Penatalaksanaan
1. Dukungan faktor lingkungan
2. Pada fase akut – respon cepat
o Risperidon 2-8 mg/hari
o Haloperidol 5-20 mg/hari
o Trihexiferidol untuk mengurangi ES
o Injeksi :
o Haloperidol 5 mg/injeksi, i.m diulang tiap 1/2 jam dosis
maksimum 20 mg/hari
o Diazepam 10 mg/injeksi, i.m dosis maksimum 30 mg/hari
3. Fase Stabilisasi ( untuk mengontrol kekambuhan )
o Injeksi anti psikotik jangka panjang 2-4 minggu
o Oral: OAP dipertahankan dosis optimal 8-10 minggu
o Fase Rumatan ( untuk mempertahankan remisi gejala dan
meminimalisasi kekambuhan
o Pengobatan seperti diatas diberikan selama 2 tahun ( untuk
pasien yang baru terserang petama kali )
o Pengobatan selama 5 tahun untuk pasien yang sudah kronis
Yang termasuk anti psikotik injeksi long acting: Risperidon,
Flufenesin, Dekanoat, Haloperidol
7. BAGAN ALUR -
EPISTAKSIS
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman : 1/4
1. PENGERTIAN Epistaksis adalah pendarahan acut yang keluar dari rongga hidung yang
disebabkan pendarahan dari rongga hidung atau nasofaring bukan penyakit
tapi gejala.
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani epistaksis
EPISTAKSIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/4
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
6. PROSEDUR 3. Penatalaksanaan
Untuk mencegah berulangnya epistaksis dan menghentikan pendarahan
a. Pasien diperiksa dalam kondisi duduk dengan kepala ditegakkan
( kecuali pada pasien kondisi lemah bisa dibaringkan dengan kepala
miring ke kiri )
b. Pada anak → cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5
menit
c. Darah dibersihkan dengan suction
d. Bila pendarahan belum berhenti
Kapas dikeluarkan
EPISTAKSIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/4
Tampon
( kapas dibungkuskan diberi vaselin campur betadine Ditambah antibiotic )
2x24jam →sambil minum obat
antibiotic + Analgetik ( 2 hari )
Dikeluarkan
Untuk pendarahan posterior → pasang tampon di rongga nasofaring
( tampon Bellocq )
Pada tampon ini terdapat 3 buah benang , 2 buah pada satu sisi, 1 buah
pada sisi lain , tampon harus dapat menutupi ( nares posterior )
EPISTAKSIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 4/4
FURUNKEL
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Furunkel adalah bisul kecil yang disebabkan oleh staphylococcus aureus
yang menginfeksi kelenjar sebasea atau folikel rambut.
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani furunkel
FURUNKEL
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
7. BAGAN ALUR -
RHINITIS AKUT
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Rhinitis akut adalah peradangan pada hidung yang berlangsung akut < 12
minggu.
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani rhinitis
RHINITIS AKUT
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR 3. Penatalaksanaan
- Istirahat cukup
- Konsumsi makanan dan minuman sehat
- Rhinitis akut, sembuh sendiri ± 1-2 minggu, diberikan terapi
simptoamtik ( analgetik, antipiretik, dan nasal dekongestan )
- Bila terdapat komplikasi infeksi bakteri ( primer/ sekunder ) bisa
ditambahkan antibiotik: amoxicillin, eritromisin, cefadroxil.
- Pada rhinitis difteri terapi meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik,
dan antitoksin difteri/ ADS
7. BAGAN ALUR -
FARINGITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/4
1. PENGERTIAN Faringitis adalah peradangan dinding faring oleh virus , bakteri , alergi ,
trauma , iritan . dll
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani faringitis
FARINGITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/4
6. PROSEDUR - Pada faringitis kronis ( atrofi ) → tenggorokan tebal dan mulut berbau
- Pada faringitis Luetika → PMS
- Pada faringitis TBC → nyeri tenggorokan hebat dan tak berespon
dengan antibiotic non spesifik
2. Pemeriksaan fisik
- Pada faringitis viral
- Faring dan tonsil hiperemis
- Eksudat + / -
- Lesi vesikular di orofaring
- Maculopapular rash di kulit
- Pada faringitis bakterial
a. Faring dan tonsil hiperemis dan odem
b. Eksudat ( + ) di permulaan
c. Beberapa hari kemudian ptechiae pada platum dan faring
d. Pembesaran kelenjar limfa leher anterior dengan rasa nyeri
- Pada faringitis fungil
a. Nampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah
b. Mukosa faring laring hiperemis
- Pada faringitis kronik hiperplastik
a. Hiperplasi mukosa faring → tampak dinding faring tidak rata
dan bergranular ( cobble stone ) seperti batu
b. Pada faringitis atrofi
c. Mukosa faring ditutupi oleh lendir kental dan bila diangkat
mukosa kering
- Pada faringitis TBC
Tampak granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring
-
FARINGITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/4
FARINGITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 4/4
RHINITIS ALERGIK
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Rhinitis alergik adalah keradangan hidung yang disebabkan reaksi alergi .
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani rhinitis alergi
6. PROSEDUR 1. Anamnesa
- Keluarnya ingus encer ( Rinorea )
- Hidung tersumbat
- Gatal hidung
- Bersin berulang terutama pagi hari
- Mata gatal , banyak keluar air mata
- Intermitten ( yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/ minggu atau kurang dari
4minggu ), Persisten ( yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/ minggu
dan/atau lebih dari 4minggu )
- Ringan , yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur , gangguan
aktivitas harian , bersantai , berolahraga , belajar , berkerja . berat ,
yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan di atas .
2. Pemeriksaan Fisik
- Ada gerakan pasien menggosok hidung karena gatal
- Obstruksi hidung
- Pada faring tampak granuler dan edema ( cobble stone appearance )
serta dinding lateral faring menebal .
- Lidah tampak seperti gambaran peta ( geographic tongue )
RHINITIS ALERGI
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
RHINITIS VASOMOTOR
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Rhinitis vasomotor adalah keadaan idiopatik/ yang tidak diketahui bahkan
rhinitis allergi dan bahkan rhinitis infeksi.
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani rhinitis vasomotor
RHINITIS VASOMOTOR
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
6. PROSEDUR 5. Penatalaksanaan
- Operasi
- Neurektomi N. Vidianus
- Konseling
a. Menghindari faktor pencetus ( dingin, AC, minuman dingin )
b. Berhenti merokok
c. Menghindari faktor psikis ( cemas, tegang, stres )
7. BAGAN ALUR -
1. PENGERTIAN Infeksi saluran kemih adalah radang saluran kemih mulai kandung kemih
sampai ureter, tersering pada sistitis akut , sistitis kronik dan uretritis ,
pielonefritis dinyatakan sebagai komplikasi.
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani infeksi saluran kemih
6. PROSEDUR 1. Anamnesa
- Demam
- Susah BAK , diakhir BAK nyeri , sering BAK ( anyang–anyangan )
- Nyeri pinggang dan nyeri suprapubik
2. Pemeriksaan Fisik
- Demam
- Nyeri ketok pinggang / costovertebral angle , Flank pain (+)
- Nyeri tekan suprapubik
3. Pemeriksaan penunjang :
a. DL dan UL ( leukosit > 10 / lp ) ,
b. Ureum dan Kreatinin
c. GD
4. Penatalaksanaan
a. Minum air putih ± 2 liter/ hari
b. Menjaga higienesitas genetalia externa
c. Antibiotik : Flurokinolon ( ciprofloxacim ) 2 x 1, untuk wanita 7-10
hari, untuk laki-laki 10-14 hari
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai 20 minggu .
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani hiperemis gravidarum
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
MASTITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Mastitis adalah keradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa
nifas.
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani mastitis
6. PROSEDUR 1. Anamnesa
- Nyeri daerah payudara
- Demam
- Myalgia ( pegal-pegal )
2. Pemeriksaan Fisik
- Tanda vital: nadi meningkat
- Pemeriksaan payudara: payudara membengkak, teraba hangat,
kemerahan, unilateral, dapat ditemukan luka.
MASTITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
UPT KEPALA UPT PUSKESMAS
PUSKESMAS CIKELET
CIKELET
6. PROSEDUR 3. Penatalaksanaan
a. Obat-obatan:
- Antibiotik: penisilin tahan penisilinase ( dikloksasilin )
- Amoxicillin
- Cephalexin
- Ciprofloxacin
- Eritromicin
- Sulfamethaxazole/ trimethoprim
- Clindamicin
b. Perawatan payudara untuk mencegah komplikasi abses dan
sepsis dengan massase pada punggung untuk merangsang
oksitosin keluar
c. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi
d. Konseling
- Mengajarkan cara pemberian ASI yang baik dan benar
- Memotivasi untuk selalu mengosongkan payudara ( laktasi
atau dipompa )
- Menjaga kebersihan payudara, mulut dan hidung bayi
7. BAGAN ALUR -
FLUOR ALBUS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Fluor albus adalah keluarnya duh tubuh dari vagina secara fisiologis
mengalami perubahan sesuai siklus menstruasi .
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani fluor albus
FLUOR ALBUS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR - Trichomoniasis
o Duh kuning kehijauan
o Berbuih berbau amis
- Pelvic Inflamatory Disease
o Nyeri abdomen bawah dengan demam
o Kekakuan adneksa dan serviks
o Nyeri angkat palpasi bimanual
- Lichen planus
- Gonore
- Benda asing ( tampon / kondom ) yang lupa diangkat
- Infeksi menular seksual lainnya
- Untuk pasien yang mempunyai resti PMS ditawarkan pemeriksaan
chlamydia , gonorrhea , syfillis , HIV
3. Penatalaksanaan
a. Pada vaginosis bakterial
Metrodinazole atau clyndamycin pervaginam
Bila hamil metrodinazole 2 x 400mg / hari selama 5-7hari
Apabila pasien menggunakan IUD → dilepas
Tidak perlu pemeriksaan silang dengan pasangan pria
b. Pada vulvavaginal candidiasis
Azole antifungi oral / pervaginam
Bila berulang pengobatan paling lama 6 bulan
Pada saat kehamilan hindari antifungi oral → topikal boleh
Antifungi lokal dapat merusak latex
c. Chlamydia
Azithromycin 1gr ( single dose ) atau doxycyline 2 x 100mg ( 7 hari )
Untuk ibu hamil : amoxicillin 3 x 500mg ( 3 hari ) atau Eritromisin 4 x
500mg ( 7 hari )
FLUOR ALBUS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3
7. BAGAN ALUR -
SIFILIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Sifilis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh treponema pallidum dan
bersifat systemik
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani sifilis
6. PROSEDUR 1. Anamnesa
a. Pada afek primer , keluhan hanya lesi tanpa nyeri
b. Pada sifilis sekunder ( II )
Ruam atau beruntus pada kulit → luka , coklat kemerahan
Lelah dan perasaan tidak nyaman
Pembesaran kelenjar getah bening
Sakit tenggorokan / kutil di mulut dan daerah genital
c. Pada sifilis lanjut ( III )
Muncul guma bisa disertai demam
Nyeri tulang pada malam hari
Pada gejala seperti angina pectoris
Ada gejala kelainan sistem saraf
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sifilis I
Ada papul lentikuler ( eritem dan bersih )
Ulkus indolen → ulkus durum ( sembuh sendiri 3 – 10 minggu )
Pada genetalia dan ekstra genetalia
SIFILIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
7. BAGAN ALUR -
GONORE
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
GONORE
Nomor Dokumen :
SOP Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
7. BAGAN ALUR -
VAGINITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1. PENGERTIAN Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang ditandai dengan pruritus,
keputihan, dispareunia, dan disuria.
2. TUJUAN Dokter dan petugas bisa mengenali dan menangani disuria
VAGINITIS
SOP Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/2
6. PROSEDUR 4. Penatalaksanaan
- Menjaga kebersihan diri terutama daerah vagina
- Hindari pemakaian sabun berlebihan pada daerah vagina
( menggeser flora normal, merubah PH )
- Hindari pemakaian handuk besama
- Antibiotik: Bab flour albus
7. BAGAN ALUR -