TUGAS AKHIR
Oleh:
ABDUL MALIK. S
1522010038
i
ii
ii
iii
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
Abdul Malik. S
iv
v
KATA PENGANTAR
Upaya maksimal yang dilakukan oleh penulis tidak akan terwujud dengan
baik tanpa diiringi dengan doa yang dikabulkan oleh Allah Subhana Wataala,
untuk itu patutlah kiranya jika penulis memanjatkan puji dan syukur serta terima
kasih yang tak terhingga kepadaNya dan kepada orang – orang yang turut
1. Terima kasih kepada kedua orang tua, saudara, dan keluarga yang telah
2. Ibu Dr. Ir. Hartinah, M.S dan Ir. Ratnasari, M.P selaku pembimbing yang
3. Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan
Negeri Pangkep.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata
dan kritikan yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan tugas akhir ini.
Penulis
v
vi
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. xi
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan.............................................................. 2
vi
vii
vii
viii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 3.1. Alat yang akan digunakan untuk Pemijahan dan Penanganan
Telur Udang Vaname ............................................................... 12
Tabel 3.2. Bahan yang akan digunakan untuk Pemijahan dan
Penanganan Telur Udang Vaname........................................... 14
Tabel 4.1. Jumlah Induk yang Kawin dan Memijah.................................. 23
Tabel 4.2. Fekuditas dan Daya Tetas......................................................... 26
Tabel 4.3. Perkembangan Telur Udang Vaname ....................................... 25
Tabel 4.4. Kisaran Kualitas Air pada Bak Pemijahan dan Penetasan
Telur .......................................................................................... 28
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1. Morfologi Udang Vaname .................................................. 4
Gambar 2.2 Siklus Hidup Udang Vaname ............................................... 6
Gambar 2.3. Struktur Reproduksi Eksternal Udang Vaname.................... 6
Gambar 2.4. Proses Pemijahan Induk Udang Vaname ............................ 9
Gambar 4.1. Induk yang Telah Kawin ..................................................... 23
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1. Waktu dan Dosis Pemberian Pakan Induk Udang
Vaname................................................................................. 36
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kualitas Air Bak Pemijahan..................... 37
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air Penetasan Telur ................... 38
x
xi
ABSTRAK
xi
xii
ABSTRACT
Quantitatively, fry production from hatchery has not been able to meet
the needs of aquaculture in ponds. There are several problems that cause low
quality fry production, one of the problem is spawning and poor handling of eggs
due to limited experience and skills in applying the right technology.
The purpose of this Final Project writing is to strengthen the mastery of
vaname shrimp egg (Litopenaeus vannamei) handling techniques at PT. Suri Tani
Pemuka (JAPFA) Makasaar Hatchery Unit, Barru Regency. The benefit of writing
this Final Project is to broaden the students' knowledge and competence in
working in the community in particular regarding the handling techniques of
spawning and vaname shrimp’s eggs.
Data collection method used in this final project is observation and
active participation to collect primary data and secondary data, from 5 February to
5 May 2018. The types of variables observed, the number of female and male that
mate and spawn, the number of eggs produced, the number of eggs hatching, egg
and embryo development, spawning and hatching eggs water quality.
Based on the observation, it is known that the total number of female in
TKG 3 (76 individu) is more, but the number of female that mate (35 individu)
and spawn (35 individu) is less, this is thought to be due the less aggressive of the
male as an effect of poor food quality. One famale produced eggs are 238,267,
with an average hatchability (HR) of 89%. It turned out that egg stocking density
had an effect on egg hatching, because in stocking eggs density (10,642,000 )
hatching rate (HR) was obtained which was 89% lower than egg stocking density
(9,651,000 ) which was 92%. The eggs produced require hatching time from eggs
to naupli which is 12 hours 30 minutes. The range of water quality of spawning
and hatching tanks are still in the optimal range.
xii
BAB I PENDAHULUAN
dan pada bulan Mei 2002 pemerintah Indonesia memberikan izin kepada
perusahaan swasta untuk mengimpor induk udang vaname sebanyak 2.000 ekor.
Induk dan benur tersebut kemudian dikembangkan oleh hatchery pemula. Dengan
adanya pembenihan udang vaname, baik dalam bentuk skala kecil atau skala mini
hidup (survival rate) selama masa pemeliharaan tinggi dan permintaan pasar terus
2007).
berkualitas baik. Secara kuantitas produksi benih dari hatchery belum dapat
pengalaman dan teknologi yang dapat menjamin benih yang dihasilkan akan
berkualitas baik.
2
PT. Suri Tani Pemuka (JAPFA) Unit Hatchery Makasaar Kabupaten Barru.
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan dan
vannamei).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Familia : Penaeidae
tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik
(moulting). Bagian tubuh udang putih sudah mengalami modifikasi sehingga dapat
lumpur (burrowing), dan memiliki organ sensor, seperti pada antenna dan antenula.
Kordi (2007), juga menjelaskan bahwa kepala udang putih terdiri dari antena,
antenula, dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3
pasang maxilliped dan 5 pasang kaki jalan (periopoda). Maxilliped sudah mengalami
4
modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-
ruas yang berbentuk capit (dactylus). Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3.
Abdomen terdiri dari 6 ruas, terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang
uropods (ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (ekor) (Suyanto dan
Mujiman, 2003).
kemerah-merahan atau sedikit kebiruan, kulit tipis transparan. Warna tubuhnya putih
kekuningan terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada ekor (Wyban dan Sweeney,
1991). Udang betina dewasa tekstur punggungnya keras, ekor (telson) dan ekor kipas
petasma yang simetris. Spesies ini dapat tumbuh mencapai panjang tubuh 23 cm
(Wyban dan Sweeney, 1991). Morfologi udang vaname dapat dilihat pada Gambar
2.1.
Udang vaname adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah dasar
lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat udang
5
vaname berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-
tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vaname bersifat bentik dan
hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang
vaname adalah dasar laut berlumpur dan berpasir (Haliman dan Adijaya, 2006).
ditemukan di perairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter
(235 kaki). Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat
hidup dari udang vaname adalah katadramos atau dua lingkungan, dimana udang
dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang
vaname akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut
daerah estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi
vaname adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis, post
larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Udang dewasa 9
memijah secara seksual di air laut dalam. Masuk ke stadia larva dari stadia naupli
sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana
Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan
siklus hidup berlanjut kembali. Habitat dan siklus hidup udang vannamei dapat
Gambar 2.2 Siklus Hidup Udang Vaname (Wyban and Sweeney, 1991)
oviduk, lubang genital, dan telikum. Oogonia diproduksi secara mitosis dari
folikel. Oosit yang dihasilkan akan menyerap material kuning telur (yolk) dari
A B
C D
Gambar 2.3. Struktur Reproduksi Eksternal Udang vaname (Wyban et al, 1991) Keterangan: A.
Petasma jantan, B. Satu dari sepasang appendix masculine C. Satu dari sepasang
terminal ampoule, D.Telikum terbuka
7
Organ reproduksi utama dari udang jantan adalah testes, vasa derefensia,
petasma, dan apendiks maskulina. Sperma udang memiliki nukleus yang tidak
terkondensasi dan bersifat non motil karena tidak memiliki flagela. Selama
Ukuran calon induk betina yang baik untuk diablasi adalah lebih besar dari
40 gram dan untuk udang jantan di atas 35 gram. Udang putih betina yang ideal
Ukuran panjang tubuh udang putih betina yang termasuk kriteria produktif
antara 20 hingga 25 cm (diukur mulai dari ujung telson hingga pangkal mata atau
panjang standar). Sedangkan untuk pemilih calon induk udang putih jantan
yang telah diisi air dan diaerasi selama kurang lebih 30 menit, setelah itu suhu air
kantong ataupun suhu air bak diperiksa. Apabila sudah tidak ada perbedaan suhu
atau perbedaannya hanya 1 – 20C, maka induk dapat dilepaskan dalam bak.
Begitupun untuk salinitas, apabila perbedaan salinitas antara air dalam kantong
dengan air dalam bak kurang dari 5 ppt maka induk sudah dapat ditebar
(Sunaryanto 1986).
8
harus dihilangkan yaitu dengan cara ablasi mata. Dengan ablasi mata tersebut
Induk udang putih akan mulai matang gonad sekitar 5-6 hari setelah proses
induk udang diberi pakan segar lebih banyak menurut (Lightner et al 1996,
matang telur yang ditandai dengan warna orange pada punggungnya, udang jantan
dan terjadilah mating. Dari hasil mating tersebut sperma akan ditempelkan pada
telikum, 4-5 jam kemudian induk betina tersebut akan mengeluarkan telur
Gambar 2.4. Proses Pemijahan Induk Udang vaname (Wyban dan Sweeney
1991). Keterangan : A. Pendekatan, B. Pengejaran,
C.Perangkakan, D. Mating
kepadatan 4 ekor /m2. Kemudian induk akan melepaskan telurnya setelah 1-2 jam
(Ditjenkan, 2006).
matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Udang
vaname biasa bertelur di malam hari atau beberapa jam setelah kawin. Telur-telur
dikeluarkan dan difertilisasi secara eksternal di dalam air. Derajat pembuahan dan
pada telikum serta media penetasan (suhu dan salinitas). Beberapa kegagalan
yang mungkin terjadi adalah tidak terjadinya pembuahan yang disebabkan induk
satu kali bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang dan
10
akan menetas menjadi naupli dalam waktu 12-16 jam yang berukuran
mikroskopik (Perry 2008). Tahap nauplii tersebut memakan kuning telur yang
Kualitas air pada media penanganan telur harus dalam kondisi yang baik,
maka dari itu harus dilakukan pengelolaan air yang baik. Pengelolaan air dapat
Temperatur (suhu)
hangat (20 – 32oC), maka telur akan menetas dalam jangka waktu rata-rata 10
jam. Semakin cepat telur menetas semakin sedikit resiko kegagalan lanjutan dan
konsentrasi ion hydrogen (H+). Air murni terdiri dari ion H+ dan ion OH- dalam
bahwa nilai pH terletak antara 1–14 dengan angka 7 sebagai nilai netral. Air laut
garam bersifat alkalis. pH yang baik bagi udang adalah berada pada kisaran 7–9
dan Menurut Elovaara (2001) pH yang baik untuk telur sekitar 8,0, namun pH 7,8
Kekeruhan
dijaga bersih agar tidak ada partikel lumpur sehalus apapun tertinggal didalamnya
Salinitas
mengemukakan bahwa salinitas air laut yang digunakan sebagai media penetasan
telur udang vaname adalah air laut yang bersih bersalinitas 20 – 30 ppt.
Oksigen Terlarut
penetasan telur diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu kuat, kemampuan
aerasi dalam media penetasan adalah 1,3 liter/menit/m3 luas dasar. Kekuatan
aerasi untuk penetasan tidak sama dengan kekuatan aerasi untuk peneluran. Pada
saat peneluran diusahakan kondisi tenang dan terhindar dari tindakan yang
tanggal 5 Februari – 5 Mei 2018 di PT. Suri Tani Pemuka (JAPFA) Unit
Alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2
Tabel 3.1. Alat yang digunakan untuk Pemijahan dan Penanganan Telur
Udang Vaname
Sumber : PT. Suri Tani Pemuka (JAPFA) Unit Hatchery Makassar, 2018
14
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan untuk Pemijahan dan Penanganan Telur
Udang Vaname
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah
observasi dan partisipasi aktif untuk mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sesuai hasil praktik yang
dikerjakan secara langsung pada saat kegiatan. Data sekunder adalah data yang
lapangan.
Persiapan Air
fungal, parasiter dapat bersumber dari air. Penerapan sistem filterisasi air,
pengelolaan akualitas air secara benar, maka kebutuhan akan obat – obatan dan
Pada unit pembenihan PT. Suri Tani Pemuka (JAPFA) pengadaan air laut
menggunakan pompa dan pipa, agar kebersihan air laut yang dihisap terjamin
dilakukan pengambilan air laut dengan jarak dari garis pantai ± 300 meter dan
Adapun cara untuk memperoleh air laut yang bersih yaitu dengan cara
berupa lumpur, kemudian air yang telah diendapkan dialirkan ke dalam bak filter
pasir dan karbon yang berfungsi menyaring partikel yang paling kecil dan karbon
sterilisasi pada air dengan menggunakan kaporit, thiosulfat dan EDTA. Pemberian
kaporit pada penyedian air ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang
berbahaya berupa bakteri, dan jamur sehingga air yang akan digunakan aman dari
thiosulfat dengan dosis 4,8 ppm kemudian diarasi selama 2 jam, terakhir
berat dalam air yang dapat menyebabkan keracunan pada mikroorganisme yang
dipelihara. Dosis EDTA yang digunakan sebanyak 8 ppm dan diaerasi selama 2
jam, setelah itu aerasi dimatikan untuk mengendapkan air selama 2 jam serta
dilakukan cek klorin. Setelah air netral air ditransfer ke bak penampungan air
bersih dan siap dialirkan ke tandon induk air yang dialirkan terlebih dahulu
Untuk pengadaan air tawar pada PT. Suri Tani Pemuka (JAPFA)
menggunakan pompa dan pipa dengan mengisap air pada sumur bor untuk air
tawar sebelum digunakan air tersebut disaring atau memalui saringan catridge 0,5
mikron untuk menyaring kotoran serta pertikel pertikel kecil yang ikut terhisap
yang sangat penting dalam unit pembenihan udang, untuk persaiapan wadah
pemijahan dan penetasan telur ini dilakukan dengan menyiram seluruh permuaan
dinding wadah dengan air tawar hal ini bertujuan untuk membunuh organisme
patogen yang hidup pada air laut kemudian dilakukan pengosokan dinding bak
dengan scoring pad dan deterjen untuk lebih mensterilkan wadah pemijahan dan
17
penetasan telur lalu bilas kembali dengan air tawar dan wadah dikeringkan
sebelum digunakan
Persiapan Induk
Induk yang dipelihara sebagai star awal produksi sebayak 200 pasang
induk udang dengan jumlah jantan 200 ekor dan betina 200 ekor yang dipelihara
secara terpisah, induk tersebut telah diablasi sebelumnya untuk pematangan gonad
selain ablasi pematangan gonad juga dipacu dengan pemberian pakan yang sesuai
dengan dosis dan kebutuhan protein dan lemak untuk induk yang dipelihara,
pakan induk udang vaname terbagi atas dua yaitu pakan segar dan pakan buatan,
pakan segar yang digunakan berupa cumi – cumi dan cacing laut, untuk pakan
buatan berupa pellet . Waktu dan dosis pemberian dapat dilihat pada Lampiran 1.
tersebut akan mencapai matang gonad lama matang gonad setelah ablasi ± 5 hari,
induk yang telah mencapai TKG 3 sudah dapat dipijahkan,untuk tetap menjaga
induk yang dipelihara tetap sehat dilakukan pengelolaan kualitas air dengan
Pemijahan Induk
keemasan pada bagian toraks sudah dapat dipijahkan. Cara pemijahan induk
udang vaname ini yaitu dengan memindahkan induk betina ke dalam kolam
berlangsung 4 – 5 jam dan satu induk betina hanya dapat dipijahkan oleh satu
induk jantan pada kolam pemeliharaan jantan. Induk yang telah memijah ditandai
18
Pemanenan Telur
bak peneluran yang sebelumnya dipindahkan dari bak pemijahan induk udang
proses pematangan gonad setelah itu telur dipanen dengan cara memasang
kelambu panen telur dengan ukuran 250µ pada saluran pengeluaran air kemudian
memutar kran pengeluran secara perlahan hingga air keluar bersama dengan telur
Pencucian Telur
Tujuan pencucian telur ini agar daya tetas dari telur tinggi karena
penyebab telur yang telah dipanen tidak menetas atau daya tetas kurang yakni
terserangnya jamur pada telur tersebut dan proses penanganan yang kurang baik.
Untuk penanganan pencucian telur dilakukan dengan cara menyaring kotoran dan
kemudian dilakukan perendaman betadin sehingga telur yang siap ditebar di bak
Penetasan Telur
penebaran telur disebar secara merata ke dalam bak penetasan yang telah
disiapkan dan telah dipasang aerasi dan pengaduk telur sudah dapat dihitung
setelah penebaran. Telur yang telah ditebar akan menetas setelah 12 jam.
Pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari untuk mengetahui berapa suhu
19
penetasan dan jika terjadi perubahan suhu atau suhu yang dibutuhkan tidak sesuai
penetasan.
Jenis variabel yang diamatai antara lain : jumlah induk yang kawin dan
(hatching rate) perkembangan telur dan embrio, dan kualitas air pemijahan dan
penetasan telur.
Sampel telur diambil dari tank Sampel telur diambil dari bak penetasan
kapasitas 1000 liter dengan 2 titik @ 30 ml, Sampel dihitung dengan Eeg Naupli
Daya tetas telur atau presentasi telur yang menetas setelah terbuahi