Anda di halaman 1dari 78

Universitas pembangUnan panca bUdi

Penggunaan AVO meter Analog


HAMDANI, ST,MT

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaah. Atas berkat rahmat dan petunjuk dari Allaah Subhanahu


Wata’ala,Tuhan yang Maha berilmu, Penulis dapat menyelesaikan modul dengan
judul penggunaan AVO meter analog

Isi modul ajar ini disinergikan dengan tuntutan kurikulum dengan teknik
penyajian yang sesederhana mungkin, diarahkan pada kompetensi umum taruna
yaitu melakukan pengukuran besaran listrik (tegangan, resistansi dan arus) menggunakan
alat ukur standar AVO meter analog secara baik dan benar sesuai POS. Selain itu
diberikan juga materi teori-teori dasar yang berhubungan dengan alat ukur dan teknik
pengukuran besaran listrik.

Demikian modul ajar ini disusun, semoga bermanfaat.

September 2015

Hamdani, MT

1
BAB I

PENGANTAR
Mengukur dan besaran listrik
Mengukur pada hakekatnya adalah membandingkan sesuatu besaran yang
belum diketahui besarannya dengan besaran lain yang diketahui besarnya.
Besaran listrik yang telah diketahui kuantitas, jumlah dan besarnya disebut satuan.
Selain dengan proses perhitungan, untuk mengetahui jumlah, kuantitas, ataupun
nilai besaran diperlukan alat ukur yang sesuai
Besaran-besaran listrik dan alat ukurnya dijelaskan pada tabel :
Tabel 1 : besaran listrik, satuan dan alat ukurnya
nama besaran simbol nama satuan simbol nama alat ukur
besaran satuan
Tegangan listrik V Volt V Volt meter
Hambatan listrik R Ohm Ω Ohm meter
Arus listrik I Ampere A Ampere meter
Daya listrik* P* Watt W Watt metet
Energi listrik E kilo watt hour Kwh Kwh meter
*daya yang dimaksud diatas adalah daya nyata.
Selain itu masih masih ada beberapa alat ukur listrik lainnya yang
merupakan pengembangan dari alat ukur diatas, misalnya alat ukur tahanan
isolasi, tahanan tanah, cos phi meter,dan lainnya.
Dalam pekerjaan pengukuran, diperlukan pemilihan alat ukur yang baik.
Alat ukur yang baik setidak-tidaknya mengandung informasi besaran-besaran
yang diukur yang sesuai dengan kondisi senyatanya. Akan tetapi di dalam proses
pengukuran terdapat kekeliruan-kekeliruan. Ada dua kelompok kekeliruan, yaitu
kekeliruan sistematik (berkaitan dengan alat ukur, metode pengukuran, dan faktor
manusia) dan kekeliruan acak (berkaitan dengan faktor non teknis/sistematik).

Pada prinsipnya memilih alat ukur listrik adalah upaya untuk mendapatkan alat
ukur yang sesuai dengan besaran-besaran listrik yang hendak diketahui nilai
besarannya. Hal ini berkaitan dengan upaya untuk menentukan nilai kuantitas
besaran listrik yang hendak diketahui.

2
BAB II
MENGENAL AVO METER ANALOG

Pemahaman Dasar

AVO meter atau yang biasa disebut multimeter dan multi tester adalah alat

ukur dengan fungsi dasar untuk mengukur besaran listrik arus, tegangan, dan

hambatan. Istilah AVO disingkat dari satuan besaran listrik, yaitu Ampere untuk

satuan kuat arus, Volt untuk satuan tegangan dan Ohm untuk satuan resistansi.

Sedangkan istilah multi dalam kata multimeter atau multitester berkaitan dengan

sejumlah besaran listrik yang dapat diukur. Sejalan dengan perkembangan

teknologi dan kebutuhan masyarakat, AVO meter juga bisa difungsikan untuk

memeriksa kualitas dan mengidentifikasi komponen listrik dan elektronik, hal ini

berkaitan dengan salah satu fungsi dasar AVO meter yaitu sebagai pengukur

resistansi, karena pada dasarnya semua elemen dan komponen listrik memiliki

nilai resistansi tertentu.

Ada berbagai model, spesifikasi dan merk, AVO meter analog, dan dalam

bahasan ini digunakan contoh AVO meter model YX360TRF merk dagang

sanwa, produksi sanwa electric instrument Co., Ltd. Tokyo, Japan. Fungsi dasar

dan cara penggunaan AVO meter dimaksud tidak jauh berbeda dengan AVO

meter analog model dan merk dagang lainnya.

3
Fisik AVO meter sanwa model YX360TRF

Gambar fisik AVO meter sanwa model YX360TRF ditunjukan pada

gambar 1

Papan
angka
Jarum
penunjuk penyangga

Zero
adjuster VA

Saklar Zero
selektor adjuster Ω

Stick
pengukur

Gambar 1 : Fisik Avo meter model YX360TRF

4
Gambar diatas menunjukaan bagian-bagian utama AVO meter, yaitu, saklar

selector, zero adjuster VA, zero adjuster ohm, jarum penunjuk, papan angka, stick

pengukur, dan penyangga.

Saklar selector

Saklar ini berperan untuk mengatur koneksitas didalam AVO meter, posisi

(arah) saklar selector ini harus disesuaikan dengan besaran yang akan diukur, dan

perkiraan kuantitas besaran. Perkiraan kuantitas besaran berkaitan dengan

pengaturan batas ukur atau faktor kali. Pada AVO meter sanwa YX360TRF,

terdapat lima mode pengukuran (bagian) yang diatur oleh saklat selector, yaitu

DCA, DCV, DCV (null), ACV,OHM(Ω)&LI dan dilengkapi dengan posisi OFF,

seperti ditunjukkan pada gambar 2

DCV (null)

DCV ACV

C (uF) &
x100kΩ

OFF

OHM (Ω)
& LI

DCA

Gambar 2 : pilihan posisi saklar selektor

5
DCV

DCV adalah DC Volt. Saklar selektor harus diarahkan pada range DCV
ketika mengukur tegangan searah (DC). Terdapat tujuh range batas ukur DCV,
yaitu : 0,1 – 0,25 – 2,5 – 10 – 50 – 250 – 1000, ditunjukan pada gambar 3

Gambar 3 : Pilihan batas ukur DCV

Pengaturan atau pemilihan range batas ukur ini perlu dilakukan untuk
mempermudah pembacaan nilai penunjukan jarum hasil pengukuran dan menjaga
kualitas alat ukur dari kerusakan akibat tegangan berlebih (over voltage),
pengguna harus menyesuiakan pemilihan range dengan perkiraan besar tegangan
DC yang akan diukur.

DCV (null)

DCV null adalah range pengukuran tegangan DC yang mampu

mengidentifikasi tegangan DC positif atau DC negatif yang diukur. Jika pengguna

tidak dapat mengidentifikasi polaritas tegangan positif dan negatif pada titik yang

akan diukur, maka sebaiknya memilih range DCV null. Namun hanya ada dua

range DCV null, yaitu 5 volt dan 25 volt, ditunjukan pada gambar 4. Oleh karena

itu pengguna harus yakin bahwa tegangan pada titik yang akan diukur tidak lebih

dari 25 volt.

6
Gambar 4 : Pilihan batas ukur DCV (null)

ACV

ACV adalah AC volt, selektor diarahkan pada ACV untuk mengukur

tegangan bolah balik (ac). Terdapat empat range batas ukur ACV, yaitu ; 10- 50 –

250 – 750, ditunjukan pada gambar 5

Gambar 5 : Pilihan batas ukur ACV

Pilihan range harus disesuaikan dengan perkiraan besaran tegangan ac yang akan

diukur, dan untuk mempermudah pembacaan nilai. Sama halnya dengan

pengaturan DCV (bahasan sebelumnya)

7
OHM (Ω)

Fungsi utama posisi ohm (Ω) adalah untuk mengukur resistansi, baik
resistor pada resistor, maupun resistansi pada elemen lainnya. Karena semua
elemen listrik memiliki resistansi tertentu, maka posisi OHM juga digunakan
untuk pemeriksaan kualitas komponen dan elemen listrik.

Tersedia lima pilihan range resistansi, yaitu : x1–x1 – x100 – x1k –


x100k(terminal range di C(uF)) , ditunjukan pada gambar 6

Gambar 6 : faktor kali OHM (Ω)

DCA

DCA adalah DC ampere, merupakan posisi untuk mengukur arus searah


(DC). Terdapat empat range pilihan batas ukur, yaitu : 50u – 2.5m – 25m - 0.25
(u = mikro, m = mili), ditunjukan pada gambar 7

Gambar 7 : pilihan batas ukur

8
C (uF)

Posisi C (uF) ini digunakan untuk mengukur kapasitansi , (maksimum 10


uf), ditunjukan pada gambar 8

Gambar 8 : posisi saklar selektor untuk pengukur kapasitansi

LI

LI adalah load current, yaitu besar arus yang mengalir pada elemen ketika
dilakukan pengukuran resistansi elemen tersebut. Pada dasarnya pengukuran
resistansi adalah suatu perlakuan mengalirkan arus ke elemen yang diukur.
Posisinya sama dengan posisi OHM (Ω), Besarnya arus elemen (load current)
berbanding terbalik dengan resistansi elemen.

Terdapat empat range batas ukur, yaitu ; 150uA - 1.5mA – 15mA – 150mA,
ditunjukan pada gambar 9

Ingat : fungsi LI sangat berbeda dengan DCA

Gambar 9 : posisi saklar selektor untuk mengukur (mengetahui) load current (LI)

9
hFE PROBE

hFE adalah penguatan pada transistor, jadi AVO meter dapat digunakan
untuk mengukur penguatan (hFE) pada transistor. Untuk mengukur hFE
transistor, saklar selektor harus diarahkan pada posisi hFE PROBE atau X10
OHM, dan dibutuhkan probe khusus, yaitu hFE probe. Amati gambar 10

Gambar 10 : Saklar selektor OHM X10 (hFE Probe)

HV probe

HV adalah high voltage DC. AVO meter juga dapat digunakan untuk
mengukur tegangan DC sampai 25 kilo volt (KV). Dalam memfungsikan AVO
meter untuk mengukur tegangan tinggi sampai 25 KV, saklar selektor selektor
harus diarahkan pada posisi HV probe, atau VDC 2,5. Dan dibutuhkan probe
tambahan khusus. Amati gambar 11.

Gambar 11 : saklar selektor pada posisi VDC 2.5 (HV probe)

10
Off

Posisi off dipilih ketika alat ukur tidak digunakan, penyediaan posisi off
bertujuan untuk menjaga kualitas AVO meter itu sendiri.amati gambar 12

Gambar 12 : selektor pada posisi off

Zero adjuster

Zero adjuster adalah bagian AVO meter yang berfungsi untuk


memposisikan jarum ukur tepat berada pada titik nol sebelum alat ukur
digunakan, istilah umum dari perlakuan tersebut adalah zero adjustment. Pada
AVO meter terdapat dua jenis zero adjuster, yaitu zero adjuster untuk volt dan
ampere, (posisi nol di sisi kanan AVO meter), dan zero adjuster untuk ohm (posisi
nol di sisi kiri AVO meter). Zero adjuster VA terletak di sistem makanisme jarum
ukur, seperti ditunjukan pada gambar 13.

Posisi jarum
di titik nol

Zero adjuster
VA

Gamnar 13 : Zero adjuster VA dan posisi jarum di titik nol

11
Sedangkan zero adjuster untuk OHM, ditunjukan pada gambar 14

Posisi jarum
di titik nol

Zero adjuster
OHM

Gambar 14 : Zero adjuster OHM dan posisi jarum di titik nol

Papan angka (skala)

Papan angka berfungsi sebagai analogi nilai besaran listrik. Pada AVO
meter analog terdapat berbagai model papan angka dengan berbagai metode
analogi besaran listriknya. Sebagai contoh untuk papan angka AVO meter sanwa
YX360 TRX ditunjukan pada gambar 15 dan 16 berikut :

12
Cermin datar
Analoger
nilai OHM

Analoger
nilai Volt dan ampere DC, AC

Analoger
Volt AC 10 V

Analoger
nilai kapasitansi C 10 uF
Analoger
LI (uA,mA) Load Current, ICEO Analoger
DCV null

Analoger
hFE Analoger
Analoger dB
LV(V) load Volt

Gambar 15 : Papan angka AVO meter

Keterkaitan antara papan angka atau skala pembacaan ditunjukan pada gambar 16.

13
Gambar 16 : scale reading AVO meter sanwa YX360 TRX

14
Analoger nilai OHM

Papan angka (analoger) nilai OHM menyediakan nilai 0Ω sampai 2KΩ


dan ∞. Perhatikan gambar 17

Gambar 17 : papan angka nilai OHM

Untuk mendapatkan nilai akhir pengukuran .Nilai 0Ω sampai 2KΩ ini harus
diintegrasikan dengan nilai faktor kali (perhatikan kembali gambar 10)

Analoger nilai Volt dan Ampere DC, AC


Papan angka (analoger) nilai Volt dan Ampere (VA) menyediakan level
nilai 0 sampai 10, 0 sampai 50, 0 sampai 250. Amati gambar 18.

Gambar 18 : papan angka nilai Volt dan Ampere

Untuk mendapatkan nilai akhir pengukuran, nilai-nilai tersebut harus


diintegrasikan dan disesuaikan dengan nilai batas ukur (perhatikan kembali
gambar 3, gambar 5 dan gambar 7). Khusus untuk pengukuran dan pembacaan
tegangan ac 10 volt, harus digunakan garis skala berwarna merah (bawah)

15
Analoger nilai kapasitansi

Nilai kapasitansi yang dapat dibaca oleh AVO meter maksimum 10 uF.
Amati gambar 19.

Gambar 19 : papan angka nilai kapasitansi

Analoger nilai VDC null

Papan angka VDC null mampu mengidentifikasi tegangan positif atau


negatif yang terukur atau terhubung dengan lead tester. Amati gambar 20.

Gambar 20 : papan angka DCV null

Nilai tegangan DC yang dapat dibaca 0 volt sampai 5 volt (+-) dan 0 volt sampai
25 volt (+-). Tergantung pengaturan posisi saklar selektor. (perhatikan kembali
gambar 4 diatas)

Analoger LI,uA,mA (Load Current) ICEO dan LV (load voltage)


Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya bahwa LI adalah load
current, yaitu besarnya arus yang mengalir dari sumber tegangan AVO meter pada
resistor, ataupun elemen lainnya ketika AVO meter digunakan untuk mengukur
resistansi. Papan angka ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengukur arus bocor dari colector ke emitor pada pengukuran transistor. Jika nilai

16
resistansi dan arus elemen dapat diidentifikasi, maka tegangan elemen juga dapat
diidentifikasi. Papan angka LI,uA,mA (Load Current) ICEO dan LV (load
voltage) ditunjukan pada gambar 21.

Gambar 21 : papan angka LI, ICEO, dan LV

Analoger hFE

hFE adalah penguatan transistor. Batas hFE yang dapat diidentifikasi


AVO meter adalah 1000. Pengukuran hFE menggunakan AVO meter ini
memerlukan probe khusus dengan metode khusus. Papan angka pengukuran hFE
ditunjukan pada gambar 22.

Gambar 22: Papan angka pengukuran hFE

Analoger dB

dB (desibel) adalah satuan dari penguatan sinyal audio.. Perhatikan


gambar 23.

17
Gambar 23 : papan angka pengukuran decibel (dB)

Cermin datar

Papan angka pada AVO meter analog biasanya dilengkapi dengan cermin
datar. Perhatikan kembali gambar 15 diatas. Tujuan pemasangan cermin datar ini
adalah untuk menghindari kesalahan paralaks, yaitu ketidak tepatan posisi mata
membaca posisi jarum sehingga berpotensi adanya kesalahan dalam pembacaan
nilai ukur. Apabila pengguna masih dapat melihat bayangan jarum pada cermin,
berarti posisi mata belum tepat dalm membaca posisi jarum. Dan sebaliknya jika
pengguna tidak dapat melihat bayangan jarum (jarum dengan bayangan satu
garis), maka posisi mata sudah ideal untuk membaca posisi jarum. Amati ilustrasi
pada gambar 24

Gambar 24 : ilustrasi kesalahan paralaks

18
Stick pengukur

Istilah lain untuk stick pengukur adalah lead tester atau probe tester.
Terdapat dua lead tester, yaitu berwarna merah atau positif dan berwarna hitam
atau negatif. Kedua lead tester inilah yang digunakan untuk menghubungkan
komponen, elemen, titik, rangkaian, terhadap AVO meter ketika dilakukan
pengukuran. Perhatikan gambar 1, stik pengukur yang tersimpan pada AVO meter

Penyangga
Penyangga berfungsi untuk membantu model peletakan AVO meter secara
tegak (sekitar 700). Keping penyangga juga berfungsi sebagai penutup AVO meter
jika tidak digunakan, agar lebih terawat.

19
BAB III
ZERO ADJUSTMENT.

Pentingnya proses Zero Adjustment

Zero adjustment adalah proses penempatan jarum pada titik nol sebelum
AVO meter digunakan. Hal ini penting dilakukan agar hasil pengukuran tidak
menyimpang. Pada AVO meter analog umumnya terdapat dua jenis zero
adjusment, yaitu zero adjustment untuk pengukuran tegangan dan arus (VA), dan
zero adjustment untuk pengukuran resistansi dan sejenisnya. Khusus untuk AVO
meter sanwa YX36-TRX terdapat 3 jenis titik nol, satu lainnya yaitu titik nol
untuk pengukuran DCV null, terletak di bagian tengah papan skala. Zero adjuster
yang digunakan sama dengan zero adjuster OHM. Pergeseran jarum dari titik nol
sebelum AVO meter digunakan disebabkan beberapa faktor, antara lain :

a. untuk ketidak tepatan posisi jarum di sisi kanan AVO meter, atau
untuk pengukuran VA :
1. Proses dropping AVO meter, terjatuh, cara penyimpanan, dan lainnya.
2. Gangguan pada sistem mekanis jarum dan ketidak tepatan pengaturan
sebelumnya.
3. Adanya benda asing yang mengganggu pergerakan jarum
b. untuk ketidak tepatan posisi jarum pada titik nol di sisi kiri dan tengah
AVO meter, atau untuk pengukuran resistansi dan DCV null.
1. Melemahnya catu daya barerai internal di dalam AVO meter.
2. Rusaknya potensiometer zero adjuster, ketidak tepatan pengaturan
sebelumnya.
3. Gangguan pada asistem mekanis jarum
4. Adanya benda asing yang mengganggu pergerakan jarum

Proses zero adjustment VA (sisi kanan AVO meter)

Tahapan proses zero adjustment VA adalah sebagai berikut :

20
1. Arahkan selektor pada DCV, DCA, ACV, dan OFF. Tidak boleh
diarahkan pada posisi OHM dan DCV null
2. Amati posisi jarum di sisi kanan AVO meter, apakah sudah tepat
berada pada titik nol atau belum, hati hati terhadap kesalahan paralaks
(tentang kesalahan paralaks baca kembali uraian fungsi cermin datar
diatas)
3. Jika jika posisi jarum belum tepat pada titik nol, putar (atur) zero
adjuster menggunakan obeng minus kecil. Sampai jarum tepat pada titik
nol.
Amati gambar 25, 26 dan 27 berikut, yang menunjukan gambar posisi
jarum dan proses zero adjustment

Gambar 25 : posisi jarum diatas angka nol

21
Gambar 26 : posisi jarum dibawah angka nol

Gambar 27 ; proses zero adjustment dan jarum tepat pada titik nol

Proses zero adjustment OHM (sisi kiri AVO meter)

Tahapan zero adjusment OHM adalah sebagai berikut :

1. Amati posisi jarum di sisi kanan AVO meter (VA). Lakukan zero

adjustment jarum di sisi kanan jika posisi jarum tidak tepat pada titik

nol, hal ini penting karena zero adjustment kanan akan mempengaruhi

zero adjustment kiri. Sedangkan zero adjustment kiri tidak

mempengaruhi zero adjustment kanan.

2. Arahkan selektor pada posisi OHM, x1, x10, x100, 1K, atau x100K,

tergantung kebutuhan pengukuran resistansi yang akan dilakukan.

22
Gambar 28: Arah saklar selektor pada posisi OHM

3. Hubungsingkat kedua stick pengukur (lead tester),

Gambar 29 : menghubungsingkat Lead tester

4. Amati pergerakan jarum ke sisi kiri AVO meter.

23
Gambar 30 : posisi jarum masih dibawah angka nol

5. Putar knop zero adjuster sembari mengamati posisi jarum dan tetap

menjaga koneksitas kedua lead tester, sampai jarum tepat berada pada

titik nol (hindari kesalahan paralaks)

Gambar 31 : memutar knop zero adjuster, posisi jarum pada titik nol

6. Zero adjustment berhasil jika posisi

jarum sudah tepat pada angka nol.

24
BAB IV
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

Pengukuran Resistansi

Pengukuran nilai resistansi elemen, seperti resistor, potensiometer, LDR,


Thermistor, dan lainnya, dapat dilakukan menggunakan AVO meter.
AVO meter sanwa YX 360 TRX mampu membaca nilai sampai 200 Mega ohm,
2K nilai pada papan skala dikali 100K pada pengaturan faktor kali saklar selektor.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan AVO meter sebagai
Ohm Meter untuk pengukuran resistansi, yaitu :
1. Posisi saklar selektor pada range
OHM. (x1, x10, x100, x1K, atau 100K). pemilihan faktor kali yang ideal
bertujuan untuk menaikkan kemampuan alat ukur dan mempermudah
dalam pembacaan posisi jarum.
2. Proses zero adjustment, untuk
memastikan bahwa posisi jarum masih ideal pada angka nol sebelum
digunakan, hendaknya selalu melakukan zero adjustment, terutama setiap
pergantian faktor kali.
3. Hindari hubungan jari dengan
konduktor elemen yang diukur atau lead tester karena dapat memberikan
dampak terhadap hasil pengukuran.

25
Gambar 32 : terhubungnya jari dengan lead tester
4. Hindari Kesalahan paralaks,
dengan memperhatikan bayangan jarum pada cermin
5. Hindari pengukuran resistor
didalam rangkaian, kecuali dapat dipastikan bahwa tidak ada komponen
lain yang mempengaruhi. Gambar 31 berikut menunjukan bahwa alat ukur
membaca nilai resistansi yang terjadi akibat terhubungnya sejumlah
komponen dengan resistor didalam rangkaian.

26
Gambar 33 : pengukuran resistor dalam rangkaian
Nilai resistansi yang terbaca oleh alat sebesar 7 Kilo Ohm, padahal jika
resistor tersebut diukur diluar rangkaian terbaca nilai resistansinya sebesar
10 Kilo Ohm.
6. Tidak dibenarkan melakukan
pengukuran resistansi selagi ada aliran arus pada elemen yang akan diukur.

Contoh tahapan pengukuran resistansi

Contoh proses pengukuran resistansi, dalam hal ini komponen resistor adalah
sebagai berikut

1. Perkirakan nilai resistansi elemen (resistor) jika memungkinkan, untuk


menyesuaikan pemilihan faktor kali yang ideal.
2. Lakukan zero adjustment,
3. Hubungkan kedua kaki (elektroda) elemen yang akan diukur dengan kedua
lead tester.

27
Gambar 34 : contoh pengukuran resistor dan penunjukan jarum

4. Amati posis jarum pada papan skala ohm, pada angka berapa?
(gambar 34 menunjukan posisi jarum pada angka 10)
5. Kalikan nilai tersebut dengan faktor kali yang digunakan, untuk
mendapatkan nilai akhir. Dari contoh (gambar 34)
Faktor kali OHM pada posisi x1K, posisi jarum pada angka 10, maka nilai
akhir (nilai resistansi resistor) adalah 10 kilo Ohm.

Berikut ini dua gambar contoh pemilihan faktor kali yang kurang(tidak) sesuai,
menyebabkan posisi jarum sulit untuk dibaca.

28
Gambar 35 : pemilihan faktor kali terlalu rendah.

Gambar 35 menunjukan pemilihan faktor kali yang terlalu rendah, yaitu x1, jarum
berada pada titik maksimum, berarti nilai resistansi elemen resistor lebih besar
dari 2K (batas maksimum). Secara perhitungan kode warna nilai resistansi resistor
sebesar 10 K Ohm.
Jika terjadi kondisi seperti ini maka faktor kali perlu dinaikan sampai diperoleh
kondisi dimana posisi jarum ukur mudah dibaca,
Sedangkan gambar 36 berikut menunjukan bahwa pemilihan faktor yang terlalu
tinggi.

Gambar 36 : pemilihan faktor kali terlalu tinggi

29
Gambar 36 menunjukan bahwa defleksi jarum sangat kecil diatas nol, sehingga
sulit dibaca. Secara perhitungan kode warna nilai resistansi resistor sebesar 330
Ohm. Bandingkan dengan hasil pengukuran yang menggunakan faktor kali x1K,
berarti jarum berada pada posisi 0.33 Ohm. Posisi ini sulit dibaca, dan berpotensi
menimbulkan salah baca.

Jika terjadi kondisi seperti ini, maka faktor kali perlu diturunkan sampai diperoleh
penunjukan jarum yang ideal.

Pengukuran Tegangan DC

Pengukuran tegangan DC dapat dilakukan pada sumber tegangan DC


ataupun pada komponen, elemen, dan lainnya yang berada pada suatu rangkaian
listrik tertutup dengan sumber tegangan DC. Pengukuran tegangan dilakukan
dengan menghubungkan secara paralel antara terminal alat ukur dengan terminal
eleman yang akan diukur tegangannya. Seperti ditunjukan pada gambar 37 berikut
;

Gambar 37 : rangkaian dasar pengukuran tegangan pada R 10 K ohm

AVO meter Sanwa YX360TRX mampu membaca tegangan DC sampai


maksimum 1000 Volt, jika menggunakan batas ukur 1000.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran tegangan DC


menggunakan AVO meter analog, antara lain :

30
1. Lakukan
zero adjustment dengan memperhatikan posisi jarum di sisi kanan
AVO meter
2. Atur dan
sesuaikan batas ukur DCV dengan perkiraan tegangan DC yang akan
diukur. Misalkan ketika akan mengukur tegangan pada baterai kering
AA, sebaiknya gunakan batas ukur 2,5 atau 10, karena tegangan
maksimum pada baterai AA sebesar 1.5 Volt. Ketidak sesuaian
pemilihan batas ukur dapat menyebabkan kerusakan pada AVO meter
atau kesulitan pengguna dalam mengidentifikasi posisi jarum ukur.
jika batas ukur yang dipilih jauh lebih besar dari tegangan yang diukur
menyebabkab pergerakan jarum sangat kecil dan sulit dibaca tetapi
tidak berbahaya terhadap alat ukur, dan sebaliknya jika batas ukur
yang dipilih jauh lebih kecil dari tegangan yang diukur menyebabkan
jarum melewati titik maksumum dan terjadi over voltage yang dapat
membahayakan AVO meter.Oleh karena itu jika besar tegangan DC
tidak dapat diperkirakan sebelum diukur, maka pilihlah batas ukur
tertinggi terlebih dahulu, kemudian dapat diturunkan sesuai kebutuhan.
3. Identifikas
i polaritas tegangan DC pada elemen atau terminal yang akan diukur.
Kabel merah lead tester AVO meter untuk polaritas positif, dan kabel
hitam lead tester untuk polaritas negatif. Kesalahan identifikasi
polaritas atau ketidak tepatan koneksi lead tester dapat menyebabkan
jarun bergerak ke bawah angka nol dan berbahaya terhadap AVO
meter.
4. Penentuan
nilai akhir hasil pengukuran merupakan proses integrasi posisi jarum
dengan posisi batas ukur saklar selektor.

Contoh tahapan pengukuran tegangan DC

31
a. Berikut ini
adalah contoh pengukuran tegangan DC baterai kering menggunakan
AVO meter
1. Lakukan
zero adjustment jika diperlukan.
2. Perkirakan
besar tegangan DC yang akan diukur, dalam contoh ini adalah sebuah
baterai kering AA dengan tegangan standar 1.5 volt DC

Gambar 38: baterai kering AA 1.5 volt DC


3. Atur posisi
saklar selektor pada batas ukur yang sesuai, misalnya DCV 2.5 atau DCV
10.
4. Identifikas
i polaritas sumber tegangan DC, untuk baterai kering AA polaritas positif
ditandai dengan adanya simbol + (amati gambar 38)
5. Lakukan
pengukuran dengan menghubungkan lead tester merah terhadap polaritas
positif elemen atau terminal yang diukur, sedangkan lead tester hitam
terhadap polaritas negatif.
6. Amati
pergerakan jarum,

32
Gambar 39 : selektor batas ukur DCV 10, penunjukan jarum 1.5
7. Jika perlu, atur kembali batas ukur yang digunakan.

Gambar 40 : selektor batas ukur DCV 2,5 penunjukan jarum 1,5


Jika menggunakan batas ukur 2,5 maka skala yang ideal digunakan adalah
250. Angka 250 dianggap 2,5 (250/100). Demikian seterusnya untuk setiap
angka dalam range 0-250 harus dibagi 100. Contoh pada gambar 38
menunjukan bahwa jarum berada pada angka 150, maka nilai akhir
pengukuran adalah 150/100 = 1,5 volt.

Gambar 41,42 dan 43 berikut ini menunjukan contoh pemilihan batas ukur yang
kurang sesuai dan koneksi polaritas yang terbalik.

33
Gambar 41 : pemilihan batas ukur DCV 0,25

Gambar 41 menunjukan bahwa terjadi over voltage pada AVO meter, yaitu jarum
melewati batas maksimumnya, akibat ketidak sesuaian pilihan batas ukur yaitu
DCV 0,25 dengan besar tegangan DC yang diukur yaitu diatas 0,25 volt, dengan
kata lain pengaturan batas ukur terlalu rendah, hal ini dapat membahayakan AVO
meter.

Selanjutnya perhatikan gambar 42

34
Gambar 42 : pemilihan batas ukur DCV yang terlalu tinggi.

Batas ukur yang terlalu tinggi menyebabkan defleksi jarum sangat kecil, seolah-
olah tak bergerak. Contoh gambar 42 diatas menunjukan pemilihan batas ukur
DCV 1000 sementara tegangan DC yang diukur dengan tegangan maksimum 1.5
Volt, berarti jarum bergerak hanya 0,15 % .

Selanjutnya gambar 43 menunjukan koneksi terminal (polaritas) tegangan dengan


lead tester terbalik.menyebabkan jarum ukur defleksi dibawah nol, kondisi ini
berbahaya terhadap AVO meter

35
Polaritas terbalik

Gambar 43: koneksi lead tester terbalik dan dampak terhadap jarum ukur

b. Berikut ini adalah contoh pengukuran tegangan DC dalam rangkaian


Gambar 44 adalah rangkaian pengukuran tegangan DC pada rangkaian
resistor seri yang dilakukan secara paralel antara resistor dengan alat ukur

Gambar 44 : pengukuran tegangan DC pada masing-masing resistor


1. Lakukan zero adjustment jika diperlukan
2. Perkirakan tegangan DC yang akan diukur, dalam contoh ini adalah
tegangan pada resistor- resistor yang terkoneksi dengan sumber tegangan
adaptor 10 volt.

36
3. Atur posisi saklar pada DCV 50
4. Identifikasi polaritas tegangan, dan lakukan pengukuran tegangan sumber.

Gambar 45 : mengukur tegangan sumber, sebelum terhubung dengan


rangkaian resistor

5. Tegangan sumber terbaca 11 volt.


6. Lakukan pengukuran tegangan pada resistor atas (820 ohm) turunkan batas
ukur jika perlu

Gambar 46 : pengukuran tegangan pada resistor atas (820 ohm), batas


ukur DCV 50 dan DCV 10
7. Terbaca tegangan pada resistor 280 ohm sebesar 7.6 volt
8. Lakukan pengukuran tegangan pada resistor bawah (330 ohm), turunkan
batas ukur jika perlu.

37
Gambar 47 : pengukuran tegangan pada resistor bawah (330 Ohm), batas
ukur DCV 50 dan DCV 10

9. Terukur tegangan sebesar 3,1 volt.

Pengukuran Tegangan Dc (Menggunakan Dcv Null)

Perbedaan utama antara DCV dengan DCV null pada AVO meter adalah
kemampuan DCV null mengidentifikasi polaritas tegangan DC (positif atau
negatif), sehingga pengguna dapat menghubungkan lead tester dengan elemen
yang diukur secara sembarang tanpa harus mengidentifikasi dan menyesuaikan
polaritas tegangan dengan lead tester. AVO meter tetap dapat membaca nilai
tegangan secara aman walaupun koneksi lead tester terhadap polaritas tegangan
dalam kondisi terbalik. Jarum akan menyimpang ke kanan (skala negatif) jika
koneksi antara lead tester dengan polaritas tegangan elemen dalam kondisi
terbalik (merah ke negatif dan hitam ke positif), dan jarum akan menyimpang ke
kiri (skala positif) jika koneksi antara lead tester dengan polaritas tegangan
elemen dalam kondisi tidak terbalik (merak ke positif dan hitam ke negatif).

Namun DCV null hanya mampu membaca tegangan maksimum 25 Volt.

Beberapa hal yang harus diperhatika dalam pengukuran tegangan DC


menggunakan DCV null adalah :

38
1. Pastikan
tegangan DC yang akan diukur tidak lebih dari 25 volt
2. Arahkan
saklar selektor pada posisi +5 atau +25 tergantung kebutuhan.
3. Perhatikan
posisi jarum apakah sudah tepat pada posisi nol atau belum

Gambar 48 : jarum diatas angka nol (positif)

Gambar 49 : jarum dibawah angka nol (negatif)


4. Lakukan
zero adjustment dengan memutar knop zero adjustment yang terletak disisi
kiri AVO meter (zero adjustment OHM)

39
Gambar 50 : zero adjustment DCV null dan posisi jarum pada nol
5. Lakukan
pengukuran tegangan tanpa harus memperhatikan polaritas tegangan dan
koneksinya dengan lead tester.
6. Jarum
akan bergerak ke sisi positif atau negatif tergantung koneksi antara titik
ukur dengan lead tester

Contoh tahapan pengukuran tegangan DC menggunakan DCV null

Berikut ini adalah contoh penggunaan DCV null.


1. Pastikan
tegangan DC yang akan diukur tidak lebih dari 25 volt
Dalam contoh ini adalah pengukuran output power supply komputer
dengan tegangan standar 12 V(kabel kuning – hitam)

40
Gambar 51 ; power supply komputer

2. Pilihlah
batas ukur +25.
3. Hubungka
n kabel positif power supply (kuning) dengan lead tester merah, dan kabel
negatif power supply (hitam) dengan lead tester hitam.
4. Amati
pergerakan jarum

Gambar 52 : jarum pada nilai +12 Volt

5. Selanjutny
a balikkan polaritas, kabel positif power supply (kuning) dengan lead

41
tester merah, dan kabel negatif power supply (hitam) dengan lead tester
hitam.
6. Amati
kembali pergerakan jarum

Gambar 53: jarum berada pada nilai -12

Gambar 54 dan 55 berikut menunjukan pemilihan batas ukur yang tidak sesuai
(terlalu kecil)

42
Gambar 54 : jarum melewati batas maksimum positif (+)

Gambar 55 : Jarum melewati batas maksimum negatif (-)


Gambar 54 dan 55 menjelaskan bahwa jarum melewati batas maksimum, akibat
ketidak sesuaian batas ukur yang digunakan, tegangan sumber yang diukur

43
sebesar 12 volt, tetapi batas ukur yang dipilih + 5 volt. Hal ini berbahaya bagi
AVO meter.

Pengukuran Tegangan AC
Sumber tegangan ac (tegangan bolak-balik) seperti sumber dari PLN,
genset, output transformator dan lainnya. Pengukuran tegangan ac juga dapt
dilakukan pada rangkaian, dan elemen listrik yang sedang bertegangan.
AVO meter sanwa YX360TRX mampu membaca tegangan ac maksimum 750
volt jika menggunakan batas ukur 750. (amati kembali gambar 5 diatas)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran tegangan ac


menggunakan AVO meter analog, antara lain :

1. Melakukan
zero adjustment jika perlu.
2. Memperkir
akan besar tegangan ac yang akan diukur, jika tidak dapat dilakukan maka
pilih batas ukur tertinggi terlebih dahulu, selanjutnya bisa diturunkan
sesuai kebutuhan.
3. Koneksi
antara lead tester dengan terminal atau titik yang akan diukur boleh
dilakukan secara sembarang, karena polaritas sumber tegangan ac
berubah-ubah dengan frekuensi 50 Hz
4. Khusus
untuk batas ukur ACV 10 volt, menggunakan skala yang berwarna merah,
seperti gambar

Gambar 56 : skala AC 10V

44
5. Untuk batas ukur ACV 50, ACV 250 , menggunakan skala berwarna
hitam diatas. Seperti gambar berikut ;

Gambar 57 : skala AC 50 dan 250 volt


6. Untuk batas ukur ACV 750 tidak tertera nilainya secara langsung, gunakan
bar skala hitam, dan range angka 0-10. Untuk mendapatkan nilai akhir,
setiap nilai yang dibaca oleh jarum harus dikali 100. Perhatikan kembali
gambar 16. Perlu dijelaskan bahwa papan skala sebenarnya mampu
membaca sampai 1000 volt ac (10 x 100)., namun karena tegangan ac
1000 volt merupakan nilai tegangan dengan resiko tinggi, maka disarankan
tegangan ac yang diukur oleh AVO meter maksimum 750 volt.

Contoh tahapan pengukuran tegangan ac

berikut ini adalah contoh tahapan pengukuran tegangan ac:

1. Lakukan
zero adjustment jika perlu.
2. Perkirakan besar tegangan ac yang akan diukur, dalam contoh ini adalah
sumber tegangan ac dari PLN, dengan tegangan standar 220 Volt.
3. Dengan demikian masih memungkinkan batas ukur dipilih
ACV 250.

Gambar 58 : batas ukur ACV 250

45
4. Hasil penunjukan jarum pada angka 215

Gambar 59 : hasil pengukuran 215

Pengukuran Arus DC
Sesuai dengan hukum dasar kelistrikan bahwa arus yang mengalir pada
elemen-elemen yang terhubung seri adalah sama besar, maka pengukuran arus
juga dilakukan secara hubungan seri antara alat ukur dengan elemen yang akan
diukur arusnya. Seperti ditunjukan pada gambar berikut :

Gambar 60 : rangkaian pengukuran arus

AVO meter Sanwa YX360TRX mampu membaca arus DC sampai maksimum


0.25 ampere, jika menggunakan batas ukur 0.25

46
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran arus DC menggunakan
AVO meter analog, antara lain :

1. Melakukan zero adjustmen jika perlu


2. Memperkirakan arus maksimum dan menyesuaikannya dengan pemilihan
batas ukur, jika arus maksimum tidak dapat diperkirakan, gunakan batas
ukur tertinggi , dan dapat diturunkan sesuai kebutuhan.
3. Mengidentifikasi polaritas arus positif atau negatif, dan menyesuaikan
koneksi lead tester .
4. Rangkaian pengukuran secara seri.

Contoh tahapan pengukuran arus DC


Berikut ini adalah contoh pengukuran arus DC pada rangkaian resistor
1. Lakukan zero adjustment jika perlu
2. Perkirakan besar arus yang mengalir pada resistor, gunakan batas ukur
yang sesuai.
3. Atau gunakan batas ukur yang tertinggi agar lebih aman. Dalam contoh
ini digunakan batas ukur DCA 25 m (mili ampere). Dan tidak terjadi
arus lebih pada alat ukur.
4. Lakukan pengukuran secara seri dengan memperhatikan polaritas,
terminal (kabel merah) adalah polaritas positif, harus dihubungkan
dengan leadtester merah (positif).

47
Gambar 61 : pengukuran arus DC
5. Terbaca nilai arus 9 mili ampere. Batas ukur yang digunakan adalah
25m, berarti nilai 250 pada papan skala dianggap 25m, makan nilai
100 dianggap 10m, jarum berada pada nilai 90, maka nilai akhir adalah
9 mili ampere.

Gambar berikut adalah contoh defleksi jarum akibat kesalahan koneksi


lead tester (kesalahan identifikasi polaritas)

Gambar 62 : kesalahan koneksi dan defleksi jarum

Pembacaan LI (Load Current) Dan LV (Load Voltage)


Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa LI dan LV adfalh
fasilitas tambahan yang disediakan AVO meter sanwa YX360TRX. LI dan LV
adalah pengukuran nilai arus dan tegangan pada resistor atau elemen lainnya
ketika dilakukan pengukuran nilai resistansi. Nilai yang ditunjukan pada
pengukuran LI dan LV adalah nilai dari lingkaran (loop) arus dan tegangan dari
sumber tegangan internal AVO meter dan resistansi elemen yang diukur.

48
Contoh pengukuran (pembacaan LI dan LV).
1. Lakukan
zero adjustment OHM jika perlu
2. Lakukan
pengukuran resitansi elemen, dengan pilihan faktor kali yang sesuai
3. Amati
nilai yang dutunjukan jarum, gunakan angka (skala) LI dan LV

Gambar 63 : pembacaan nilai LI dan LV

4. Terbaca nilai LV sebesar 2,4 volt, nilai LI sebesar 3 mili ampere, dan
resistansi elemen resistor sekitar 800 OHM. Nilai-nilai ini sesuai dengan
persamaan V = I x R

49
BAB V
PEMERIKSAAN KUALITAS KOMPONEN ELEKTRONIK

Pemeriksaan fixed resistor


Tahapan pengukuran resistor tetap (fixed resistor) telah dijelaskan pada
Bab IV. Untuk mengidentifikasi kualitas resistor dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran dengan kode warna. Dalam hal ini perlu
diperhatikan masalah toleransi resistor dan toleransi alat ukur.

Pemeriksaan variabel resistor


Variabel resistor, atau yang lazim disebut potensiometer adalah komponen
resistor dengan nilai resistansi yang dapat diubah-ubah dengan memutar atau
menggeser tuas kearah minimum atau maksimum. Simbol, fisik dan konstruksi
potensiometer ditunjukan pada gambar 64.

Gambar 64 : simbol, fisik dan konstruksi potensiometer


Pada badan potensiometer biasanya tertulis nilai resistansi maksimum, misalnya 5
K, 10 K, 20K, dan lainnya. Resistansi maksimum potensiometer adalah resistansi
yang terbentuk antara pin 1 dengan pin 3. dimanapun posisi tuas, tidak akan
mempengaruhi nilai resistansi maksimum. Apabila tuas diputar berlawanan arah
jarum jam (CCW) maka resistansi antara pin.2 dengan pin.3 akan mengecil
sedangkan resistansi antara pin.2 dengan pin.1 akan membesar. Apabila putaran

50
CCW sudah sampai batas akhir maka resistansi antara pin.2 dengan pin.3 sebesar
0 ohm. (hubungsingkat), sedangkan resistansi antara pin.2 dengan pin.1 sebesar
nilai maksimum potensiometer tersebut. Selanjutnya Apabila tuas diputar searah
jarum jam (CW) maka resistansi antara pin.2 dengan pin.1 akan mengecil
sedangkan resistansi antara pin.2 dengan pin.3 akan membesar. Apabila putaran
CW sudah sampai batas akhir maka resistansi antara pin.2 dengan pin.1 sebesar 0
ohm. (hubungsingkat), sedangkan resistansi antara pin.2 dengan pin.3 sebesar
nilai maksimum potensiometer tersebut.
Contoh pemeriksaan potensiometer
Berdasarkan uraian diatas, maka pemeriksaan potensiometer dapat dilakukan
dengan tahapan seperti contoh berikut :
1. Identifikasi nilai maksimum potensiometer dengan memperhatikan angka
yang tertera di badannya, contoh 20 K

Gambar 65 : nilai potersiometer 20 K ohm


2. Atur faktor kali OHM yang sesuai dan lakukan zero adjustment OHM jika
perlu, dipilih faktor kali x1k
3. Lakukan pengukuran antara pin.1 dengan pin.3, polaritas lead tester boleh
sembarang,

51
Gambar 66 : pengukuran resistansi pin.1 ke pin.3,
4. Terbaca nilai maksimum 20 Kilo ohm (20 x 1 K)
5. Putar tuas ke kiri berlawanan arah jarum jam (CCW), sampai batas akhir.
6. Ukur kembali resistansi pin.1 ke pin.3. idealnya hasil pengukuran tetap 20 K
7. Lakukan pengukuran antara pin.2 dengan pin.3

Gambar 67 : pengukuran resistansi pin.2 dengan pin.3 (tuas CCW)


8. Terbaca nilai 0 ohm, kondisi ini ideal karena pin.2 dengan pin.3 resistansi
minimum (hubung singkat)
9. Ukur resistansi antara pin.2 dengan pin.1

52
Gambar 68 : pengukuran resistansi pin.2 ke pin.1 (tuas CCW)
10. Terbaca nilai 20 Kilo ohm (20 x 1K), kondisi ini ideal karena pin.2 dengan
pin.1 membentuk resistansi maksimum
11. Putar tuas potensiometer searak jarum jam (CW), sampai batas akhir.
12. Ukur kembali reistansi pin.2 dengan pin.3

Gambar 69 : pengukuran resistansi pin.2 ke pin.3 (tuas CW)


13. Terbaca nilai 20 Kilo ohm (20 x 1K), kondisi ini ideal karena pin.2 dengan
pin.3 membentuk resistansi maksimum.
14. Ukur resistansi antara pin.2 dengan pin.1

53
Gambar 70 : pengukuran resistansi pin.2 ke pin.1 (tuas CW)
15. Terbaca nilai 0 ohm, konsisi ini ideal karena pin.2 dengan pin.1 membentuk
resistansi minimum (hubung singkat).

Pemeriksaan kapasitor (kondensator)


Kapasitor atau kondensator adalah komponen yang berfungsi menyimpan
muatan sementara, kemampuan menyimpan muatan disebut kapsitansi atau
kapasitas dengan satuan farad. Dalm rangkaian elektronik nilai kapasitor yang
umum digunakan dalam satuan mikro farad, nano farad dan piko farad
Simbol dan wujud kapasitor non polar dan bipolar ditunjukan pada gambar

Gambar 71 : simbol kapasitor non polar, bipolar (Elco), wujud kapasitor


nonpolar dan wujud kapasitor bipolar (Elco)

AVO meter analog pada umumnya tidak dapat mengukur nilai kapasitansi, namun
AVO meter sanwa YX 360 TRX menyedialkan fasilitas pengukuran kapasitansi
sampai batas 10 uF (mikro farad) , perhatikan kembali gambar 8 dan 19 diatas.
Namun nilai kapasitansi yang ditunjukan hanya pendekatan, karena saat

54
dilakukkan pengukuran kapasitor, jarum akan menyimpang sampai pada nilai
tertentu dan akan kembali ke titik nol, nilai kapasitansinya adalah saat jarum
berada pada penyimpangan maksimum, sehingga sulit diidentifikasi.
Berkaitan dengan masalah pemeriksaan kualitas kapasitor, AVO meter
masih ideal digunakan untuk memeriksa kualitas kapasitor, sebatas
mengidentifikasi adanya proses pengisian. Penurunan arus pengisian dan
berhentinya arus pengisian. Proses tersebut ditandai dengan pergerakan jarum
menuju nilai Ohm rendah (adanya arus pengisian), sampai batas tertentu, dan
jarum kembali menuju nilai Ohm yang besar (berkurangnya arus pengisian).
Kondisi terakhir jarum kembali pada nilai Ohm maksimum (arus pengisian
mendekati nol). Besar kecilnya defleksi jarum ditentukan oleh nilai kapasitansi
kapasitor, semakin besar nilai kapasitansi maka defleksi akan semakin jauh dan
sebaliknya jika nilai kapasitansi kecil maka defleksi jarum juga kecil, bahkan
kadang tidak teridentifikasi. Oleh karena itu pengaturan faktor kali Ohm sangat
diperlukan untuk identifikasi proses pengisian kapasitor.

Contoh pemeriksaan kapasitor


Berdasarkan uraian diatas, maka pemeriksaan kapasitor dapat dilakukan dengan
tahapan seperti contoh berikut :
1. Identifikasi nilai kapasitor berdasarkan kode angka atau teraan pada
badan kapasitor.
2. Buang muatan yang mungkin sebelumnya tersimpan di kapasitor
dengan cara menghubungsingkat kedua elektrodanya, namun untuk
kapasitor ukuran besar misalnya diatas 2200 uF sebaiknya gunakan
elemen listrik lainnya misalnya resistor untuk membuang muatan,
dengan cara menghubungkan secara paralel resistor dan kapasitor
tersebut.

55
Gambar 72 : menghubungsingkat elektroda kapasitor menggunakan
leadtester
3. Arahkan selektor pada posisi Ohm, pilih faktor kali yang sesuai
dengan ukuran kapasitor.
4. Untuk kapasitor bipolar (Elco), lakukan pengujian dengan
menghubungkan lead tester merah dengan elektroda negatif dan
leadtester hitam dengan elektroda positif.
5. Untuk kapasitor nonpolar. Koneksi leadtester terhadap elektroda
kapasitor boleh sembarangan.
6. Amati pergerakan jarum.

Gambar 73 : pengujian kapasitor bipolar

56
Gambar 74 : pengujian kapasitor nonpolar
7. Kondisi ideal jarum deflek ke nilai Ohm rendah dan kembali ke Ohm
tinggi
8. Jika jarum deflek menuju nilai Ohm rendah dan tidak kembali ke ohm
tinggi, berarti kapasitor dalam kondisi bocor atau hubung singkat.
9. Jika jarum tidak deflek sama sekali walaupun faktor kali sudah diatur
pada range tertinggi, berati kapasitor putus. Namun nilai kapasitor juga
harus diperhatikan (untuk nilai kapasitansi kecil, defleksi jarum tidak
teridentifikasi), contohnya seperti pada gambar 74.

Pemeriksaan dioda dan LED


Dioda adalah komponen dasar semi konduktor, dioda hanya dapat
mengalirkan arus dari satu arah saja. Dioda akan bersifat isolatif jika arah arus
atau arah dioda dibalik. Gambar 75 adalah simbol dan wujud fisik dioda

Gambar 75 : simbol dioda, simbol LED, wujud dioda, dan wujud LED

57
LED (Light Emitting Diode) adalah jenis dioda yang dapat memancarkan cahaya
bila dialiri arus yang cukup, biasanya digunakan sebagai indikator.
Ditinjau dari sifat semi konduktornya (menghantar dan tidak menghantarnya)
kualitas dioda dapat diperiksa menggunakan AVO meter.

Contoh pemeriksaan dioda

Pemeriksaan kualitas dioda berdasarkan sifat semikonduktor dilakukan


dengan tahapan seperti pada contoh berikut :
1. Arahkan AVO meter pada Ohm x10. Lakukan zero adjustment jika perlu.
2. Identifikasi elektroda dioda, kaki yang dekat dengan garis putih adalah kaki
katoda, maka kaki lainnya adalah kaki anoda.
3. Lakukan pengujian dengan menghubungkan kaki anoda dengan leadtester
hitam dan kaki katoda dengan leadtester merah.
4. Perhatikan kondisi jarum, idealnya jarum menyimpang kearah ohm lebih
rendah, berarti dioda konduksi. Kondisi ini disebut juga bias maju.

Gambar 76 : dioda konduksi


5. Balikkan arah dioda atau koneksi leadtester, anoda dengan leadtester merah
dan katoda dengan leadtester hitam.
6. Perhatikan kondisi jarum, idealnya jarum tidak bergerak, berati dioda tidak
konduksi. Kondisi ini disebut bias mundur.

58
Gambar 77 : dioda tidak konduksi

Contoh pemeriksaan LED


1. Arahkan AVO meter pada Ohm x10. Lakukan zero adjustment jika perlu.
2. Identifikasi elektroda LED, kaki yang lebar di dalam tabung LED adalah kaki
katoda (negatif), maka kaki lainnya adalah kaki anoda (positif). Namun
kadangkala kondisi ini terbalik.

Gambar 78 : elektroda LED


3. Lakukan pengujian dengan menghubungkan kaki anoda dengan leadtester
hitam dan kaki katoda dengan leadtester merah.
4. Perhatikan kondisi jarum, idealnya jarum menyimpang kearah ohm lebih
rendah, dan LED menyala, berarti dioda konduksi. Kondisi ini disebut juga
bias maju.

59
Gambar 79 : LED konduksi
5. Balikkan arah dioda atau koneksi leadtester, anoda dengan leadtester
merah dan katoda dengan leadtester hitam.
6. Perhatikan kondisi jarum, idealnya jarum tidak bergerak, LED padam,
berati dioda tidak konduksi. Kondisi ini disebut bias mundur.

Gambar 80 : LED tidak konduksi.


Contoh pemeriksaan seven segment
Seven segment adalah gabungan tujuh LED yang ditata sedemikian rupa
untuk display angka digital. Berdasarkan cara penyambungannya ada dua jenis
seven segment, yaitu commond anode (CA), yaitu anoda dari ketujuh LED

60
tergabung dalam satu terminal (commond), dan commond chatode (CC), yaitu
chatode dari ketujuh LED tergabung dalam satu terminal (commond)
Teknik pengujian LED-LED pada seven segment adalah sama dengan
pengujian LED tunggal. Yang perlu diperhatikan adalah identifikasi terminal
dari masing-masing LED. bandingkan gambar 81 dan 82 berikut, ada
perbedaan cara koneksi leadtester dengan terminal seven segment.

Gambar 81 : pengujian segment a seven segment CA

Gambar 82 : pengujian segment a seven segment CC

Untuk lebih jelasnya pengukuran dioda dan LED dalam kondisi baik ditunjukan
pada tabel berikut :

Tabel : pengujian dioda

koneksi dioda dengan leadtester kondisi jarum

61
anoda khatoda
hitam merah bergerak
merah hitam tidak bergerak

Pengujian transistor

Transistor adalah komponen semi konduktor yang berfungsi sebagai


penguat, saklar dan penstabil tegangan dan arus. Transistor adalah komponen
pengembangan dari dioda, transistor identik dengan dua dioda yang disambung
anti seri. Berdasarkan cara penyambungannya, ada dua type transistor yaitu PNP
(positif-negatif-positif) dan NPN (negatif-positif-negatif). Konstruksi
penyambungan dan simbol transistor ditunjukan pada gambar 83.

P +++ +++ P N ---- N


+++ J1 ------ J2 +++ ---- J1 +++++
---- J2 ----
------ ---- +++++ ----
+++ +++

N P
A A K K

K A
a. Konstruksi PNP
b. Konstruksi NPN

C PNP E C NPN E

B B
c. Simbol PNP
d. Simbol NPN

Gambar 83 : konstruksi dan simbol dioda


Transistor memiliki tiga elektroda (kaki), yaitu basis (B), colector (C) dan Emitor
(E). dan dalam fisik transistor urutan kaki tidak selalu sama, kecuali transistor
dengan nomor yang sama, maka akan memiliki urutan kaki yang sama dan type
yang sama. Bentuk fisik transistor pun beragam, seperti contoh pada gambar 84

62
Gambar 84 : berbagai model/bentuk transistor

Berkaitan dengan masalah pengujian pada transistor menggunakan AVO meter,


ada tiga hal yang dapt dilakukan AVO meter, yaitu :
Mengidentifikasi type transistor, mengetahui kualitas (rusak tidaknya) transistor,
dan mengidentifikasi urutan kaki.

Untuk mengidentifikasi type transistor, harus dipastikan bahwa transistor dalam


konsisi baik
Untuk mengetahui kualitas transistor, harus diketahui terlebih dahulu type atau
urutan kaki
Untuk mengidentifikasi urutan kaki, harus dipastikan transistor dalam kondisi
baik.
Kondisi ideal transistor dalam kondisi baik ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel : tabel pengujian transistor PNP


koneksi leadtester dengan elektroda transistor
kondisi jarum keterangan
colector (C) basis (B) emitor (E)
hitam merah ------------ bergerak
------------ merah hitam bergerak
type :PNP
merah hitam tak bergerak
kondisi : baik
-------------- hitam merah tak bergerak
hitam ------------ merah tak bergerak

63
merah -------------- hitam tak bergerak

Tabel : tabel pengujian transistor NPN


koneksi leadtester dengan elektroda transistor
kondisi jarum keterangan
colector (C) basis (B) emitor (E)
hitam merah ------------ tak bergerak
------------ merah hitam tak bergerak
merah hitam bergerak type :NPN
-------------- hitam merah bergerak kondisi : baik
hitam ------------ merah tak bergerak
merah -------------- hitam tak bergerak

Contoh pemeriksaan transistor

Transistor yang akan diuji pada contoh ini adalah transistor dengan nomor
B507, dan BD 139 dengan urutan kaki seperti pada gambar 85

Gambar 85 : urutan kaki transistor B507 dan BD139

Tahapan pemeriksaan transistor B507 adalah sebagai berikut :


1. Identifikasi urutan kaki transistor (B507)
2. Arahkan AVO meter pada OHM x10. Jika perlu lakukan zero adjustment
3. Lakukan pengukuran dengan enam tahapan seperti pada tabel

64
4. Aktualisasi pengukuran ditunjukan pada gambar 86-91

Gambar 86 : pengujian C=hitam, B=merah, jarum bergerak

Gambar 87: pengujian E=hitam, B=merah, jarum bergerak

65
Gambar 88: pengujian C=merah, B=hitam, jarum tak bergerak

Gambar 89 : pengujian E=merah, B=hitam, jarum tak bergerak

Gambar 90 : pengujian C=hitam, E=merah, jarum tak bergerak

Gambar 91 : pengujian C=merah, E=hitam, jarum tak bergerak

Selanjutnya Tahapan pemeriksaan transistor BD139 adalah sebagai berikut :


1. Identifikasi urutan kaki transistor (BD 139)

66
2. Arahkan AVO meter pada OHM x10. Jika perlu lakukan zero adjustment
3. Lakukan pengukuran dengan enam tahapan seperti pada tabel
4. Aktualisasi pengukuran ditunjukan pada gambar 92-97

Gambar 92 : pengujian C=hitam, B=merah, jarum tak bergerak

Gambar 93 : pengujian E=hitam, B=merah, jarum tak bergerak

Gambar 94 : pengujian C=merah, B=hitam, jarum bergerak

67
Gambar 95 : pengujian E=merah, B=hitam, jarum bergerak

Gambar 96 : pengujian C=hitam, E=merah, jarum tak bergerak

Gambar 97 : pengujian C=merah, E=hitam, jarum tak bergerak

68
69
BAB VI
TEORI PERTIMBANGAN PEMILIHAN ALAT UKUR

Pemilihan Amperemeter Berdasarkan Tahanan Dalamnya


Setiap alat ukur listrik mempunyai tahanan dalam dengan ukuran berbeda-
beda. Demikian juga amperemeter mempunyai tahanan dalam yang besarnya yang
berbeda-beda pula. Gambar 98 di bawah memperlihatkan rangkaian Amperemeter
DC dengan tahanan dalam RA, dengan sumber tegangan DC Vs dan tahanan
beban RB.

Gambar 98. Rangkaian Amperemeter DC

Dengan memperhitungkan tahanan dalam Amperemeter, arus I yang


terukur Amperemeter besarnya :
Vs
I = ------------ ………………… (1)
RA + RB

(I . RA) +( I .RB) = Vs

(I . RA) = Vs – (I . RB )

Vs – (I . RB)
RA = ---------------- ……………… (2)
I

70
Apabila Vs, I dan RB diketahui, maka besarnya tahanan dalam RA dapat dihitung.
Dari persamaan (1) diatas jika tahanan dalam Amperemeter jauh lebih kecil
daripada tahanan beban, maka tahanan dalam Amperemeter dapat diabaikan,
karena pengaruhnya sangat kecil terhadap besarnya arus yang terukur
Amperemeter.
Tetapi jika besarnya tahanan dalam Amperemeter sama atau lebih besar
dari tahanan beban, maka tahanan dalam harus diperhitungkan sesuai dengan
persamaan (1).
Jadi semakin kecil tahanan dalam Amperemeter, maka akan semakin teliti
hasil pengukurannya. Pengaruh tahanan dalam ampere meter terhadap hasil
pengukuran disebut dengan istilh efek pembebanan (loading effect) ampere meter.

Pemilihan voltmeter Berdasarkan sensitivitas dan tahanan dalam

Setiap Voltmeter mempunyai sensitivitas atau kepekaan yang diberi


lambang S. Sensitivitas volt meter merupakan faktor penting dalam pemilihan alat
ukur untuk pengukuran tegangan tertentu. Voltmeter dengan sensitivitas rendah
dapat mengukur tegangan dalam rangkaian-rangkaian tahanan rendah, tetapi
untuk pembacaan dalam rangkaian-rangkaian tahanan tinggi kurang tepat.. Jika
volt meter dihubungkan antara dua titik dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi,
maka voltmeter tersebut bertindak sebagai shunt dan akan memperkecil tahanan
ekivalen dalam rangkaian. Dengan demikian voltmeter akan menghasilkan
penunjukan tegangan yang lebih rendah dari yang sebenarnya. Efek ini disebut
efek pembebanan instrumen (loading effect), pada volt meter, hal ini terutama
pada voltmeter dengan sensitivitas rendah. Tahanan dalam Voltmeter dapat
dihitung dengan rumus :

Rd = S . BU ……………………… (3)

dimana Rd : Tahanan dalam meter ()


S : Sensitivitas (V)

71
BU : Batas ukur (V)
Misalnya sebuah Voltmeter mempunyai sensitivitas 2000 /V. Bila batas ukurnya
100 Volt, maka tahanan dalam Voltmeter tersebut adalah
Rd = S . BU
Rd = 2000 /V. 100 V
Rd = 200.000 
Rd = 200 k.

Gambar di bawah memperlihatkan sebuah Voltmeter untuk mengukur


tegangan diantara titik A – B.

R1 A

+ +
R2 V Rd

B
Gambar 99. Pengukuran Tegangan dengan Voltmeter
Rangkaian di atas dapat diganti dengan rangkaian ekivalennya yaitu :

Rp +
R1 V
V V Rm
Rp
+
VS

Gambar 100. Rangkaian Ekivalen Pengukuran Tegangan

Akibat terhubungnya volt meter atau tahanan dalam dengan R2, maka akan
terbentuk resistor paralel

72
Besarnya Rp =

Akibat hubungan paralel ini, maka resistansi antara terminal A-B menjadi lebih
kecil dari sebelumnya (R2). Sesuai dengan ilmu listrik, besar tegangan antara titik
A-B juga akan menurun.
Vs adalah tegangan sumber, sedang V adalah tegangan yang terbaca pada
Rp
Voltmeter ; V  xVs
R1  Rp
( R 2 xRd ) /( R 2  Rd )
V xVs
R1  (( R 2 xRd ) /( R 2  Rd ))

R2
Bandingkan nilai V sebelum terhubungnya volt meter, V  xVs
R1  R 2
Dari persamaan (3) dapat dijelaskan bahwa semakin besar tahanan dalam
Voltmeter (Rd), harga tegangan Voltmeter (V) akan semakin mendekati harga
tegangan sebenarnya (Vs), Hal ini berarti hasil pengukuran Voltmeter akan
semakin teliti.
Dari persamaan (3) terlihat bahwa Rd berbanding lurus dengan S. Hal ini
berarti semakin besar sensitivitas Voltmeter akan semakin teliti hasil pengukuran
Voltmeter tersebut.

Pemilihan alat ukur listrik berdasarkan kelasnya


Setiap alat ukur listrik mempunyai kelas tersendiri. Kelas suatu alat ukur
listrik menunjukkan besarnya kesalahan pengukuran alat tersebut. Semakin kecil
kelas suatu alat ukur listrik, maka kesalahan pengukurannya akan semakin kecil.
Standar IEC mengklasifikasikan dalam 8 kelas, yaitu kelas : 0,05; 0,1; 0,2; 0,5; 1;
1,5; 2,5; dan 5. Hal tersebut dimaksudkan bahwa kesalahan dari alat ukur tersebut
masing-masing  0,05 %;  0,1 %;  0,2 %;  0,5 %;  1 %;  1,5 %;  2,5 %;
dan  5 %. Misalnya Voltmeter mempunyai kelas 1, hasil pengukurannya

73
menunjuk 9 Volt, berarti hasil pengukurannya berada antara 9 Volt - (1% x 9
Volt) sampai 9 Volt + (1% x 9 volt), atau antara 8,91 Volt sampai 9,09 Volt.
Pemilihan alat ukur untuk kepentingan pengukuran, atau perencanaan
dalam penggunaan peralatan diklasifikasikan dalam 4 golongan sesuai daerah
pemakaiannya, yaitu :
1. Alat-alat ukur dari kelas 0,05; 0,1; 0,2 alat ukur ini termasuk golongan
alat ukur dengan ketelitian atau presisi yang tertinggi. Biasanya
ditempatkan secara stationer di dalam laboratorium, dan dipergunakan
untuk eksperimen-eksperimen yang memerlukan presisi yang tinggi atau
pada pengujian alat ukur yang lainnya.
2. Alat ukur kelas 0,5 ; alat ukur ini mempunyai ketelitian dan presisi pada
tingkat berikutnya dari kelas 0,2, biasanya dipergunakan untuk
pengukuran-pengukuran presisi.
3. Alat ukur kelas 1,0; alat ukur ini mempunyai ketelitian dan presisi pada
tingkat lebih rendah dari alat ukur kelas 0,5, biasanya dipergunakan pada
alat ukur portable yang kecil atau alat-alat ukur yang ditempatkan pada
panel yang besar.
4. Alat-alat ukur dari kelas 1,5; 2,5; dan 5; alat ukur ini dipergunakan pada
panel-panel di mana ketelitian serta presisi dari alat ukur tersebut tidak
begitu penting.

Pemilihan alat ukur berdasarkan batas ukurnya

Setiap alat ukur listrik pasti mempunyai batas ukur tertentu. Batas alat
ukur listrik adalah batas daerah skala pembacaan dari alat ukur itu sendiri. Batas
ukur alat ukur listrik akan mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran, oleh karena
itu untuk memperoleh ketelitian hasil pengukuran yang baik haruslah dipilih batas
ukur yang tepat sesuai dengan skala dan besar besaran listrik yang diukur.
Apabila batas ukur yang dipilih lebih kecil dari pada yang diukur, maka dapat
menyebabkan kerusakan pada alat ukur tersebut. Sedangkan jika batas ukur yang
dipilih terlalu besar dibandingkan dengan besaran yang diukur, maka hasil

74
pengukuranya menjadi kurang teliti. Untuk mencegah kerusakan alat ukur listrik,
maka sebelum pengukuran dilakukan harus diperhitungkan lebih dahulu besarnya
besaran listrik yang diukur. Misalnya mengukur sumber tegangan DC dari batu
baterai, akumulator bisa melihat pada ukuran yang tertulis pada sumber tersebut.
Apabila mengukur arus listrik pada rangkaian, maka dapat dihitung menggunakan
I = V/R dan sebagainya.

Cara menentukan batas ukur dalam pengukuran listrik adalah sebagai


berikut :
1. Untuk pengukuran arus, tegangan dan daya listrik, batas ukur alat
(instrumen) yang paling baik adalah bila pembacaan jarum meter pada
kedudukan maksimum pada daerah skala pengukuran. Pembacaan jarum
meter pada skala dibawah 20% dari daerah skala pembacaan adalah
kurang teliti, oleh sebab itu pilihlah alat ukur yang daerah pembacaannya
di atas 20% dari daerah skala pembacaan. Untuk pembacaan di bawah
20% dari skala, sebaiknya menggunakan instrumen yang batas
ukurnya lebih rendah.
2. Untuk pengukuran tahanan, pilihlah instrumen yang mempunyai
pembacaan jarumnya di daerah tengah skala pembacaan.
3. Untuk pengukuran tegangan dan arus yang tinggi, bila tidak tersedia
batas ukur yang cocok, dapat menggunakan instrumen batas ukur rendah
disambung tahanan Shunt, seri atau transformator arus, transformator
tegangan sesuai besaran yang diukur.

Pemilihan Alat Ukur Berdasarkan Jenisnya

Alat ukur listrik digunakan untuk arus searah dan arus bolak-balik; dalam
penggunaan arus bolak-balik hal-hal yang mempengaruhinya adalah frekuensi,
bentuk gelombang, induksi pada frekuensi tinggi dan sebagainya. Jika digunakan
untuk arus searah maupun untuk arus bolak-balik, maka harus dipilih alat ukur
yang mempunyai pemakaian daya sendiri sekecil mungkin, sehingga tidak

75
mempengaruhi rangkaian listrik yang diukur. Kadang-kadang perlu diperhatikan
pengaruh temperatur dan medan magnit pada alat ukur tersebut.

Setiap jenis alat ukur mempunyai karakteristik tersendiri, sebagai berikut :


1. Alat ukur listrik jenis kumparan putar dengan medan magnet tetap
mempunyai karakteristik :
a. Hanya dapat digunakan untuk pengukuran arus searah.
b. Mempunyai ketelitian yang tinggi.
c. Pemakaian dayanya sedikit.
d. Mempunyai skala yang uniform.
e. Tidak mempunyai kerugian histerisis.
f. Mempunyai medan magnit yang kuat, sehingga tidak terpengaruh
medan magnit luar.
g. Mempunyai kesalahan yang ditimbulkan oleh usia pegas dan magnit
permanennya.
h. Untuk mengukur arus yang kecil dan sedang.
2. Alat ukur jenis besi putar mempunyai karakteristik :
a. Dapat digunakan untuk pengukuran arus searah maupun bolak balik.
b. Mempunyai ketelitian yang rendah.
c. Untuk mengukur arus yang sedang dan besar.
d. Sederhana dan kuat dalam konstruksi
e. Mempunyai kerugian histerisis.
3. Alat ukur jenis elektrodinamis mempunyai karakteristik :
a. Dapat digunakan untuk pengukuran arus bolak-balik maupun arus
searah.
b. Mempunyai ketelitian yang tinggi.
c. Pemakaian dayanya tinggi.
d. Banyak digunakan pada wattmeter.
4. Alat ukur jenis induksi mempunyai karakteristik :
a. Mempunyai konstruksi sederhana dan kokoh.
b. Mudah dibuat dengan skala pembacaan yang lebar
c. Mempunyai skala pembacaan yang lebar

76
d. Tidak terlalu terpengaruh oleh medan magnit luar.
e. Menyerap daya yang besar.
f. Hanya dapat digunakan untuk alat ukur AC.
BAB VII
PRINSIP KERJA DASAR ALAT UKUR LISTRIK ANALOG
(AMPERE-VOLT OHM)

77

Anda mungkin juga menyukai