Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Motor Bakar

Motor bakar merupakan salah satu jenis pengerak yang banyak digunakan

dengan memanfaatkan energi kalor dari proses pembakaran menjadi energi

mekanik. Motor bakar salah satu jenis mesin kalor yang proses pembakaran

terjadi didalam ruang bakar motor bakar itu sendiri (Teknik Konversi Energi:

2011). Otto (1867) adalah penemu motor bensin yang menggunakan proses

pembakaran untuk menghasikan sebuah tenaga. Pembakaran yang menggunakan

nyala busi dirancang untuk bahan bakar bensin, siklus motor yang dihasilkan

adalah motor 4 langkah yang dinamakan dengan siklus otto. Motor bensin dapat

bergerak menghasilkan tenaga melalui proses pembakaran dari bahan bakar

dengan campuran udara pada ruang bakar dan menghasilkan panas dan tekanan,

selanjutnya dimanfaatkan untuk menggerakan poros engkos dari gerakan naik

turun piston. Tenaga dihasilkan dari beberapa unsur yaitu bahan bakar, udara,

nyala api, kompresi dan ketepatan waktu pada saat pembakaran. Proses

pembakaran pada motor bensin disebabkan pada saat campuran bahan bakar

dengan udara mengalami proses kompresi di dalam silinder, dengan adanya

tekanan ini busi meloncatkan bunga api sehingga terjadi pembakaran. Campuran

tersebut terbakar habis seketika menimbulkan kenaikan suhu dan perubahan

tekanan pada ruang bakar dimanfaatkan untuk menggerakan piston naik turun,

selanjutnya diubah menjadi gerak putar oleh poros engkol. Motor bensin 4

langkah adalah motor yang setiap siklus kerjanya diselesaikan dalam 4 kali gerak

9
10

bolak-balik langkah piston atau dua kali putaran poros engkol. Langkah piston

adalah gerak piston tertinggi atau TMA sampai yang terendah TMB. Menurut

Hidayat (2012) siklus kerja adalah rangkaian proses yang dilakukan oleh gerak

bolak-balik piston yang membentuk rangkaian siklus tertutup. Kendaraan motor

saat ini sudah menggunakan 4 langkah, sedangkan motor 2 langkah ditinggalkan

karena memiliki kekurangan yaitu boros dan emisi gas buang dapat merusak

lingkungan. Motor 4 langkah mulai dikembangkan untuk mengatasi permasalah

tersebut keunggulan dari motor 2 langkah antara lain adalah efisiensi bahan bakar,

emisi gas buang lebih ramah lingkungan dan perawatan yang mudah. Bedasarkan

hal tersebut maka alasan motor bensin 2 langkah yang sudah mulai ditinggalkan

dan cenderung untuk memproduksi motor 4 langkah. Proses kerja motor 4

langkah akan dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Siklus Kerja Mesin 4 Tak


(Sumber: Daryanto, 2002:6)
11

1. Langkah Hisap

Langkah hisap adalah saat piston bergerak dari titik mati atas (TMA)

menuju titik mati bawah (TMB). Proses langkah hisap dimulai pada TMA lalu

piston bergerak menuju TMB. Katup hisap sudah terbuka untuk menghasilkan

daya hisap agar udara dan bahan bakar masuk kedalam ruang bakar. Pada proses

saat katub buang dalam keadaan tertutup selanjutnya akan dilanjutkan dengan

langkah kompresi.

2. Langkah Kompresi

Langkah kompresi adalah piston bergerak dari TMB ke TMA sehingga

terjadinya perubaran volume menyebabkan peyempitan ruang silinder. Campuran

bahan bakar dan udara akan dikompresikan sehingga tekanan dan temperatur naik

sesuai dengan perbandingan kompresi. Tekanan yang terjadi pada dalam silinder

sangat tinggi dalam proses ini tidak boleh terjadi kebocoran, jika terjadi

kebocoran daya yang dihasilkan motor akan berkurang dan mengakibatkan

konsumsi bahan bakar menjadi boros.

3. Langkah Usaha

Langkah usaha yaitu keadaan katup hisap dan katup buang masih dalam

keadaan tertutup, selanjutnya beberapa derajat sebelum TMA busi memercikan

bunga api untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang telah

dikompresikan pada saat langkah kompresi. Campuran bahan bakar yang telah

terbakar akan menghasilkan tenaga dan akan menggerakan piston ke TMB.

Tenaga yang telah dihasilkan tersebut akan diteruskan ke poros enggol. Piston

telah melakukan 3 langkah dan poros engkol sudah berputar satu setengah

putaran.
12

4. Langkah Buang

Langkah buang yaitu piston bergerak dari TMB menuju TMA, saat proses ini

katup hisap tertutup dan katup buang akan terbuka untuk mengeluarkan gas

sisa hasil pembakaran. Gas tersebut disalurkan ke knalpot dan dikeluarkan ke

udara bebas. Posisi piston jika sudah mencapai titik TMA maka katup buang

akan tertutup dan kembali melakukan sirkulasi langkah hisap, langkah

kompresi, langkah langkah usaha dan langkah buang.

B. Sistem Kontrol Elektronik

Sistem kontrol elektronik merupakan kendali utama pada mesin yang

sudah menggunakan EFI (Electronik Fuel Injection). EFI adalah semua sistem

yang dikontrol oleh elektronik dan salah satunya adalah sistem bahan bakar yang

diatur secara elektronik agar mendapatkan campuran bahan bakar dan udara yang

ideal untuk memenuhi kebutuan motor bakar, sehingga didapat daya dan

akselerasi motor optimal dengan konsumsi bahan bakar yang irit serta emisi gas

buang ramah lingkungan (Taplin L. B, 1980). Bahan bakar ditampung pada tangki

dan disaring oleh filter, selanjutnya bahan bakar dipompa untuk menghasilkan

tekanan dan dicampur dengan udara setelah itu disemprotkan oleh injektor pada

throttle body diteruskan ke ruang bakar. Kendaraan saat ini sudah menggunakan

sistem EFI, karena memiliki keunggulan dibandingan dengan sistem karburator

yaitu lebih hemat konsumsi bahan bakar dan efisiensi daya mesin tinggi.

Kelebihan dari EFI ini adalah didapat daya mesin lebih optimal, akselerasi

mesin lebih meningkat dan sisa gas dari hasil pembakaran lebih ramah lingkungan
13

dibanding dengan motor bakar yang masih menggunakan karburator. Komponen

yang digunakan menyalurkan bahan bakar ke ruang bakar antara lain adalah:

1. Fuel tank sebagai tempat penyimpanan bahan bakar pada suatu kendaraan.

2. fuel filter berfungsi untuk menyaring kotoran dari bahan bakar supaya tidak

terisap pompa bahan bakar, karena jika ada kotoran yang masuk bisa

menyumbat lubang pada injektor.

3. Fuel pump adalah pompa yang berguna untuk memompa bahan bakar dari fuel

tank ke injektor. Pemompaan bahan bakarnya harus lebih banyak agar tekanan

dalam sistem bahan bakar bisa dipertahankan setiap waktu walaupun kondisi

perubahan putaran mesin.

4. Fuel pressure regulator adalah sebagai pengatur tekanan bahan bakar untuk

disalurkan ke fuel feed house. Yamaha Vixion mempunyai standart tekanan

yaitu 250,0 kPa (35,6 psi, 2,5 kgf/cm²). Tekanan jika kurang dari angka

tersebut sebaiknya ganti pompa bensin, karena dapat menurunkan kebutuhan

suplai bahan bakar pada ruang bakar.

5. Fuel feed house berfungsi sebagai selang untuk menyalurkan bahan bakar dari

dari tangki kepada injektor. Fuel feed house harus tahan terhadap tekanan

tinggi, jika terjadi kebocoran akan mengurangi tekanan yang dihasilkan oleh

pompa.
14

Gambar 2.2 Komponen EFI


(Sumber: Sutiman, Solikin 2005)

Pada sistem EFI dibagi menjadi 3 pengontrol yaitu yang pertama adalah

sensor yang berfungsi sebagai input berfungsi untuk mendeksi beban mesin.

Sistem pengolah data atau biasa disebut ECU (Electronic Control Module)

berfungsi untuk penerima sinyal. Actuator yang berguna untuk mengolah data

perintah dari ECU menjadi perintah aksi pada sistem. Berikut sensor yang

terdapat pada EFI adalah:

1. ECU (Electronic Control Unit)

ECU adalah alat kontrol elektronik yang fungsinya sebagai pengendali

rangkaian actuator pada mesin dan merupakan otak dari suatu kendaraan.

Kerusakan dari mesin akan dideteksi oleh sensor, selanjutnya sinyal akan dikirim

ke ECU. Kerusakan pada sistem akan diberitahukan kepada pengendara melalui

kedipan lampu yang terdapat pada speedometer. ECU merupakan meningkatkan

kinerja mesin lebih efisien karena hanya memainkan varisi dari waktu dan

campuran bahan bakar akan menghasilkan daya yang optimal pada sebuah mesin.
15

2. MAP (Manifold Air Presure)

MAP adalah sensor yang digunakan pada kendaraan yang menggunakan

EFI pada sistem bahan bakar. Sensor ini terletak pada bagian yang berhubungan

dengan intake manifold. Fungsi dari sensor ini adalah untuk mengetahui tekanan

udara pada intake manifold dan menghitung jumlah udara yang masuk.

3. TPS (Throttle Position Sensor)

TPS adalah sensor yang berfungsi untuk mengetahui posisi (derajat)

pembukaan katup gas, sensor ini berhubungan dengan throttle valve. Pada saat

katup throttle membuka maka TPS akan mendeteksi perubahan posisi katup

tersebut, selanjutkan sinyal akan dikirim kepada ECU. Sinyal dari TPS yang

diberikan kepada ECU digunakan untuk mengontrol mesin saat idle, Pemutusan

sistem kontrol emisi saat akselerasi dan pengatur konsumsi bahan bakar.

4. IAT (Intake Air Temperature)

Sensor IAT berfungsi sebagai pendeteksi temperature udara yang masuk

ke dalam mesin dan mengatur jumlah bahan bakar yang diperlukan injeksi untuk

menyemprotkan ke throttle body. Sensor ini terletak menjadi satu bagian dengan

sensor MAP dan TPS. IAT mempunyai 2 terminal yaitu THA dan E2 selanjutnya

ECU yang mengatur menyuplai tegangan pada terminal tersebut. Variasi tegangan

inilah yang menjadi sebagai patokan bagi ECU untuk menentukan temperature

udara yang masuk.

5. ECT (Engine Coolant Temperature)

Fungsi dari sensor ECT adalah untuk mendeteksi temperatur air pendingin

radiator. Letak sensor ini terletak pada saluran air radiator sebelum thermostat.

Sensor ini sangat berpengaruh untuk mengontrol proses injeksi bekerja, saat
16

pengapian, variable valve timing karena suhu pada air pendingin saat berpengaruh

saat mesin bekerja.

C. Carbon Cleaner

Kebutuhan zat adiktif pada saat sekarang ini sangat meningkat pesat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan harga minyak bumi, efisiensi

komsumsi bahan bakar dan emisi gas buang. Zat aditif yang dimaksud pada

penelitian ini adalah cairan yang dicampurkan ke dalam bahan bakar melalui

tangki. Sifat zat aditif adalah meningkatkan sifat dasar pada bahan bakar, dapat

menaikan bilangan nilai oktan dan sebagai pembersih pada ruang bakar akibat

pembakaran dari bahan bakar yang mengandung timbal. Zat aditif digunakan

sebagai campuran bahan bakar pada rasio kompresi tinggi untuk meningkatkan

kinerja mesin dan mengurangi emisi dengan efisiensi rendah (Celik M. B, 2008).

Proses pembakaran yang tidak sempurna juga dapat menimbulkan deposit kerak

carbon pada ruang bakar, zat aditif memiliki cara penggunaan yang tepat agar

tidak merusak komponen mesin tersebut.

Carbon Cleaner adalah cairan khusus yang digunakan untuk menjaga dan

merawat kondisi mesin agar tetap bagus dan prima. Fungsi utamanya adalah untuk

menghilangkan karbon dari sisa hasil pembakaran yang tidak sempurna sehingga

kondisi ruang bakar menjadi bersih dan pada saluran bahan bakar seperti injektor,

intake manifold maupun permukaan piston akan terhindar dari penumpukan

karbon (Rath H. P, 1992). Bahan dasar pembuatan ini adalah Poly Ether Amine

dan cara pemakaian sebanyak 75 ml carbon cleaner dapat digunakan untuk 3-5

liter bahan bakar dengan dicampurkan, agar dapat membersihkan sisa- sisa
17

karbon. Rekomendasi dilakukan dengan penggunaan secara berkala pada setiap

3000 km untuk pembersihan maksimal, hanya untuk mesin 4 langkah ( injeksi dan

karbulator). Ruang bakar jika terdapat tumpukan karbon bisa menyebabkan

kerusakan komponen piston dan tenaga yang dihasilkan mesin kurang optimal.

Kandungan yang terdapat pada cairan zat adiktif ini adalah Poly Ether Amine

(PEA) berfungsi sebagai pembersih ruang bakar, mengurangi emisi gas buang dan

tidak menimbulkan racun. Penemuan PEA berawal pada tahun 1967 oleh Charles

Pedersen yang bekerja dibidang kimia. Struktur utama dari zat aditif ini

tersusun atas gugusan fungsional amine yang berikatan dengan atom karbon dan

memiliki kandungan air sekitar 0,1%. Rantai primer dari amine yang mampu

berikatan dengan logam inilah yang membuat bisa digunakan sebagai

pembersih ruang pembakaran. PEA tidak mengandung deposit di ruang bakar,

mengurangi emisi gas buang.

Fungsi lain dari zat adiktif carbon cleaner ini antara lain adalah:

1. Membersihkan injektor dan karburator dari kotoran bahan bakar.

2. Mengembalikan performa mesin.

3. Mengurangi gangguan mesin seperti mesin tersendat-sendat dan akselerasi

tidak baik.

4. Mengurangi emisi gas buang dari hasil pembakaran mesin.

5. Tidak ada efek samping yang berbahaya: pengentalan oli, kerusakan bearing,

kerusakan katup, endapan kotoran pada ruang bakar.


18

Menurut Kirana (2005) campuran zat aditif terhadap bensin (1:10) PEA

(Polyether Amine) pada pengujian dapat peningkatan daya sebesar 4,28 % dan

penurunan konsumsi bahan bakar sebesar 23,93 % dibandingkan dengan bahan

bakar bensin murni. Penelitian yang dilakukan Saputra (2013) waktu rata-rata

akselerasi yang dihasilkan pada campuran bahan bakar dengan zat aditif didapat

waktu 10,847 detik lebih cepat 20,69% dibanding dengan bahan bakar murni yang

mendapatkan waktu 13,677 detik. Hasil pengujian dilakukan oleh Trihatmojo

(2016) menghasilkan bahwa carbon cleaner sangat mempengaruhi terhadap emisi

gas buang yang dihasilkan. Daya yang dihasilkan mengalami peningkat dari pada

bahan bakar yang tidak dicampur dengan cairan carbon cleaner. Pada emisi gas

buang CO dan HO mengasilkan nilai yang lebih rendah.

PEA tersusun dari gugus fungsional Polyether yaitu mengikat Amine

membentuk kompleks stabil pada fase cairan dan gas. Rantai primer Amine

mampu saling terikat dengan logam inilah dapat digunakan untuk membersihkan

pada ruang bakar. Karakteristik Polyether Amine pada bahan bakar akan

menyebabkan peningkatan pada nilai oktan. Penelitian yang dilakukan oleh Barlin

& Saputra (2014) penambahan sebanyak 15 ml terhadap 1 liter bahan bakar

premium meningkatkan nilai oktak menjadi 9934,86 cal/g, sedangkan premium

mempunyai nilai oktan 4805,41 cal/g. Reaksi pembentukan Poly Ether Amine (C6

H16 N2 O2) dengan gugusan fungsional Polyether yang mengikat amine adalah:

C6 H14 O3 + 2N H2 C6 H16 N2 O2 + H2 O
19

Gambar 2.3 Carbon Cleaner


(Sumber: Yamaha Motor)

D. Pertamax RON 92

Bahan bakar merupakan senyawa mengandung unsur hidrokarbon yang

dibutuhkan pada pembakaran untuk menghasilkan suatu tenaga, apabila dibakar

dapat meneruskan proses pembakaran dengan sendirinya dan disertai pengeluaran

panas. Wilbraham (1992: 25) menyatakan bahwa senyawa hidrokarbon adalah

senyawa yang struktur molekulnya terdiri dari hidrogen dan karbon. Senyawa

tersebut kemudian dikonversikan menjadi fraksi-fraksi pada kualitas yang

diinginkan. Pada bensin sebagian fraksi panjang harus diubah konversi ke fraksi

pendek. Fraksi harus mengandung lebih banyak hidrokarbon rantai bercabang

dibandingkan pada rantai lurus menurut Sukarmin (2004: 41).

Bahan bakar pada kendaraan yaitu mempunyai sifat yang mudah terbakar

dan sesuai dengan kompresi. Ditinjau dari wujudnya bahan bakar dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu, bahan bakar padat, bahan bakar minyak dan bahan bakar gas.
20

Pemilihan bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin dapat

mengurangi tenaga mesin itu sendiri dan yang hanya didapatkan adalah hasil gas

buang mencemari lingkungan. Sifat dari bahan bakar antara lain yaitu penguapan,

nilai bakar jumlah total energi yang terkandung dalam bahan bakar, titik nyala

bahan bakar terbakar, kekentalan, gravitasi spesifik perbandingan berat jenis

bahan bakar. Kualitas bahan bakar dinyatakan pada bilangan nilai oktan. Oktan

adalah nilai yang terkandung pada bahan bakar untuk bertahan terhadap

kemungkinan terbakar sendiri akibat menerima tekanan tinggi pada ruang bakar

kendaraan. Semakin tinggi nilai oktan maka dibutuhkan tekanan yang tinggi dan

semakin tahan pada terjadinya detonasi (Satibi, 2013: 44). Nilai oktan tinggi

digunakan pada pada kompresi rendah maka tidak akan menghasilkan tenaga yang

besar, sebaliknya nilai oktan rendah digunakan pada kompresi tinggi akan

menghasilkan detonasi besar. Pemilihan bahan bakar dapat disesuaikan pada

penggunaan kendaraan, nilai oktan harus sebanding dengan nilai kompresi agar

mesin dapat menghasilkan tenaga maksimal.

(American Society For Testing and Materials, 2004) telah menyamakan

nama bilangan nilai oktan bahan bakar yaitu Research Octane Number. RON 92

di Indonesia adalah Pertamax yang diproduksi oleh produsen Pertamina. Pertamax

adalah bahan bakar dari minyak bumi dihasilkan dengan penambahan zat adiktif

Ecosave Technology yang mampu menghasilkan pembakaran sempurna. Pada 10

desember 1999 pertamax diluncurkan sebagai pengganti dari Premix 1994 dan

Super TT 1998. Bahan bakar pertamax sangat direkomendasikan untuk mesin

yang mempunyai nilai tekanan kompresi 10:1 hingga 11:1 dan kendaraan yang

sudah menggunakan sistem EFI. Rumus kimia pertamax adalah C10 H24 bahan
21

bakar ini sudah tidak mengandung campuran timbal sehingga dapat mengurangi

emisi gas buang seperti nitrogen oksidan, karbon monoksida dan menjadikan

ramah lingkungan. Keunggulan dari pertamax adalah mesin lebih bersih dari

penumpukan karbon, mampu mencegah terjadinya detonasi di dalam ruang bakar

sehingga mesin lebih halus. Kandungan kadar nilai oktan pertamax adalah 92

lebih tinggi dari pertalite maupun premium dan mengakibatkan bahan bakar ini

dapat memberikan prestasi yang lebih bagus kepada daya dan akselerasi yang baik

pada mesin dan ruang bakar. Kandungan nilai oktan 92 pada pertamax bukan

berarti mengandung 92% isooktana dan 8% normal heptane, melainkan jumlah

ketukan yang dihasilkan setara dengan campuran 92% isooktana dan 8% normal

hektana (Saidah, 2013: 5). Pembakaran lebih sempurna jika sesuai dengan tekanan

kompresi karena nilai oktan pertamax lebih tinggi, sehingga menghasilkan

pembakaran yang maksimal dan kinerja mesin menjadi lebih baik.

Tabel 2.1 Spesifikasi Perbandingan Nilai Oktan

Nilai Oktan Perbandingan Kompresi


88 7-9 : 1
90 9-10 : 1
92 10-11 : 1
98 12> :1
(Sumber: Pertamina)

Tabel 2.2 Spesifikasi Pertamax RON 92


Batasan Metode Uji
No Sifat Satuan
MIN MAX ASTM Lain
1 Bilangan Oktana Riset RON 92 - D 2699
2 Stabilitas Oksidasi Menit 480 - D 525
Kandungan Sulfur % m/m D 2622 / D
3 - 0,5 4)
4294
Kandungan Timbal (Pb) gr/liter 0,013 D 3237
4 - 4)

5 Kandungan Fosfor mg/l - - D 3231


6 Kandungan Logam (Mn, Fe, dll) mg/l - - D 3831
22

Batasan Metode Uji


No Sifat Satuan
MIN MAX ASTM Lain
7 Kandungan Silikon mg/kg - - IICP-AES
8 Kandungan Oksigen % m/m - 2.7 4) D 4815
4)
9 Kandungan Olefin % v/v - D 1319
10 Kandungan Aromatik % v/v - 50,0 D 1319
11 Kandungan Benzena % v/v - 5,0 D 4420
12 Distilasi: D 86
10% vol. penguapan o
C - 70 D 5452
o
50% vol. penguapan C 77 110 D 381
o
90% vol. penguapan C 130 180 D 381
o
Titik didih akhir C 215 D 5191 / D
-
323
Residu % v/v 2,0 D 4052 / D
-
1298
13 Sedimen mg/l - 1 D 130
Unwashed Gum mg/100 D 4815
14 - 70
ml
Washed Gum mg/100 D 1319
15 - 5
ml
Tekanan Uap kPa D 5191 / D
16 45 60
323
Berat Jenis (pada suhu 15 kg/m3 D 4052 / D
17 715 770
1298
18 Korosi Bilah tembaga Merit Kelas 1 D 130
19 Uji Doctor Negatif IP 30
Belerang Mercaptan % D 3227
20 - 0,002
massa
Penampilan Visual Jernih dan
21
Terang
22 Warna Biru
23 Kandungan Pewarna gr/100 l - 0,13
(Sumber: Pertamina)

Pertamax mengandung zat aditif yang berfungsi untuk membersihkan

saluran intake valve dan ruang bakar, tapi bukan berarti kendaraan yang

menggunakan pertamax terbebas dari kerak yang dihasilkan dari proses

pembakaran. Faktor yang menyebabkan adalah tangki penyimpanan bahan bakar

pada SPBU, karena setiap SPBU tidak sama dalam kandungan timbal pada bahan

bakar. Cara untuk mengatasinya dengan memberikan cairan aditif yang banyak

dijual dipasaran agar lebih optimal dalam pembersihan karbon pada saluran

maupun pada ruang bahan bakar. Pertamax dianjurkan untuk kendaraan yang
23

sudah mempunyai sistem EFI agar saat proses pencampuran bahan bakar menjadi

optimal dan terbakar seluruhnya serta menghasilkan emisi gas buang yang lebih

ramah lingkungan.

E. Daya Mesin

Daya mesin adalah tenaga dipergunakan untuk menggerakan motor.

Satuan tenaga pada kendaraan pada standar Inggris adalah HP (Horsepower).

Menurut Putra (2014: 15) daya mesin adalah kemampuan motor untuk

menghasilkan daya maksimal pada putaran yang telah ditentukan dan menjelaskan

besarnya kerja mesin dengan waktu atau rata-rata kerja yang dihasilkan,

sedangkan menurut Arends dan Berenschot (1980: 18) daya mesin merupakan

besarnya kerja mesin yang dihasilkan selama waktu tertentu dengan satuan daya

yaitu watt. Pada fisika daya adalah kecepatan untuk melakukan suatu kerja. Daya

sama dengan jumlah energi yang dihabiskan per satuan waktu.

Menurut Jama (2008: 25) Hal ini berbeda dengan kenyataan bahwa

kenaikan putaran mesin tidak selalu diimbangi dengan peningkatan daya yang

dihasilkan. Jika putaran mesin terlalu tinggi biasanya tenaga yang dihasilkan akan

menurun. Ada satu variabel yang nilainya selalu berubah yaitu tekanan.

Perubahan pada nilai tekanan ini yang dipengaruhi oleh banyak faktor,

diantaranya kecepatan piston terlalu tinggi menyebabkan langkah hisap terlalu

cepat. Pengaruhnya terhadap volume silinder menjadi berkurang saat proses kerja

dan penurunan nilai indikator, sama halnya pada daya maksimum juga akan

dihasilkan pada putaran mesin tertentu. Penelitian yang dilakukan Fajariyanto

(2007: 52) peningkatan daya disebabkan oleh frekuensi putar mesin dan derajat
24

pengisian pada silinder. Pada frekuensi putaran mesin yang lebih tinggi lagi daya

akan kembali menurun, karena pada derajat tersebut pengisian di silinder menjadi

buruk. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan daya mesin antara lain

adalah volume silinder, perbandingan kompresi, efisiensi volumetrik, pemasukan

campuran bahan bakar dan efisiensi mesin.

Tekanan dari mesin motor dinyatakan dengan lambang satuan P, untuk

menghitung gaya yang bekerja maka tekanan harus dikalikan dengan luas piston

(Pi x A). Daya ditentukan dalam N.m/s (J/s = Watt) maka gaya harus dikalikan

dengan langkah piston dalam meter dan frekuensi putarnya, dengan demikian

rumus yang digunakan untuk mencari daya adalah:

P=a( A . Pr . L. N . z )/100.75 .60 (Hidayat, 2012:34)

Keterangan:

P : Daya (HP) a : ½ untuk motor empat langkah tunggal

A : Luas penampang (cm2) L : Panjang langkah piston (cm)

N : Putaran motor per menit z : jumlah silinder

F. Akselerasi

Akselerasi adalah percepatan atau perubahan kecepatan dalam satuan

waktu tertentu. Kecepatan benda bergerak selalu berubah-ubah atau tidak tetap,

perubahan kecepatan inilah yang disebut dengan percepatan. Percepatan suatu

objek yang bergerak bisa semakin cepat atau semakin lambat. Pada objek yang

bergerak semakin cepat maka percepatan tersebut bernilai positif, namun bila

bergerak semakin lambat percepatan bernilai negatif. Pada konsumen sepeda

motor rata-rata banyak yang salah mengartikan akselerasi dan top speed
25

kendaraan. Kendaraan yang mempunyai akselerasi baik belum tentu memiliki top

speed yang tinggi, sebaliknya kendaraan yang memiliki top speed tinggi belum

tentu akselerasinya baik karena dipengaruhi oleh rasio perbandingan gear pada

sistem perpindahan gigi dan final gear output. Beberapa faktor yang

mempengaruh pada top speed dan akselerasi antara lain adalah rantai dan final

gear, ban, beban pengendara, hambatan angin dan timing perpindahan gear.

Pada dasarnya pengertian akselerasi dan kecepatan sangatlah berbeda.

Bahwa akselerasi memberitahu tentang seberapa cepatnya kecepatan berubah,

sedangkan kecepatan memberitahu seberapa cepatnya posisi kendaraan itu

berubah dari posisi semula (Giancoli, 2014:33). Akselerasi yang baik dimiliki

oleh suatu kendaraan, maka akan semakin cepat kendaraan tersebut umtuk

meningkatkan kecepatannya (Santoso, 2015:27). Secara keseluruhan akselerasi

dibutuhkan kendaraan untuk melewati medan yang banyak tikungan maupun

tanjakan dan turunan. Pada medan tersebut dibutuhkan perpindahan kecepatan

yang sangat baik guna memaksimalkan kinerja dari sebuah mesin kendaraan,

contoh pada motor balap lebih mengutamakan akselerasi dikarenakan mempunyai

banyak tikungan. Akselerasi dikonversikan ke dalam m/s2 dengan rumus sebagai

berikut:

v
A= t (Giancoli 2014:32)

Keterangan :

A = Akselerasi (m/s2)

t = Waktu (s)

v = Kecepatan (m/s)

G. Kerangka Konseptual
26

MESIN

BAHAN BAKAR

PENAMBAHAN
PERTAMAX ZAT ADIKTIF

PEMBAKARAN

TEKANAN
USAHA
PEMBAKARAN

PUTARAN
MESIN

AKSELERASI DAYA

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

Anda mungkin juga menyukai