Islam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

“ISLAM INDONESIA”

Bismillah, dengan menyebut nama Allah SWT, saya awali sebuah perjalanan pengembaraan
untuk mencari sebuah kesimpulan dengan berbekal pena dan tinta, merujuk pada sebuah hadits “kullu
amrin dzi baalin laa yubda’u bi bismillah fahuwa aqto” artinya: setiap perkara yang baik yang tidak
diawali dengan bismillah, maka akan kurang keberkahannya.
Segala puji bagi Allah, tuhan seru sekalian alam, yang telah memberikan beribu-ribu nikmat
yang tidak terhitung jumlahnya, “fa in ta’uddu ni’matallah laa tuhshuuha” artinya: Maka apabila kalian
menghitung-hitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan mampu menghitungnya. Dan nikmat yang
paling besar adalah nikmat iman yang berupa keyakinan kita akan ketauhidan (ke esa-an Allah), dan
juga nikmat islam, yang mana iman seseorang akan sah apabila telah masuk ke dalam islam, dengan
kata lain antara iman dan islam tidak boleh dipisahkan.
Shalawat dan salam senantiasa kami sampaikan kepangkuan Nabi agung Muhammad SAW,
yang telah mengentaskan dan menuntun umatnya dari lembah kegelapan (kebodohan) menuju bukit
yang terang benderang (keilmuan). Sabdanya dalam hadits kudsiy. “an-nas kulluhum dholun illa man
hadaituhu fastahduuni ahdikum” : manusia seluruhnya adalah tersesat, kecuali orang yang meminta
petunjuk kepada-Ku (Allah), mintalah petunjuk pada-Ku (Allah) maka Aku akan menunjukkanmu.
Semoga dengan bacaan shalawat serta salam, kita termasuk hamba yang mendapatkan hidayah dari
Allah SWT, Amiin… ammaa ba’du!
Setelah saya melihat dan membaca brosur tentang lomba karya tulis yang mana menyinggung
tentang kemajuan dan kejayaan islam pada abad pertengahan, saya jadi teringat dengan keterangan dari
bapak KH. Muammar Cholil Lc, yang mana beliau menjelaskan menilik pada cara psikologi, bahwa
“ketika kita menulis maka ada tiga anggota kita yang bekerja, yaitu Saraf, Mata, Dan yang ketiga
adalah tangan”. Maka dari ketiga anggota inilah (menurut saya) dapat diambil hasil akhir berupa
sebuah karya tulis. Telah maklum adanya, dizaman sekarang ini sudah sangat langka sekali orang yang
mau berkecimpung didalam mendorong pelajar (santri khususnya) untuk giat didalam mendalami ilmu
pengetahuan, sehingga dengan adanya I’tikad yang baik ini (lomba karya tulis), saya merespon dengan
baik adanya sebuah perlombaan yang mengarah pada kreatifitas kita (para santri) didalam segi
keilmuannya dengan cara menumpahkan buah fikiran kedalam lembaran-lembaran buku. Sebab kita
sadar atau tidak, bahwa dizaman sekarang telah banyak terjadi jastifikasi, mereka belajar bukan untuk
mencari pengetahuan tetapi untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Jelas ini adalah sebuah
pengikisan dan penyelewengan dari hukum asalnya, sehingga dengan demikian maka akan muncullah
ungkapan “Al-Islam As-Saqafiy”: islam itu budaya, dengan kata lain, islam hanya akan dijadikan
sebagai budaya belaka, tanpa dihayati makna yang terkandung didalamnya. Ini jauh menyimpang dari
kayakinan kita sebagai muslim, yang mana telah kita proklamirkan “As-Syaqafah al-Islamiyah”:
budaya islam, yang memang pada kenyataannya islam di Indonesia hanya sebagai batu loncatan saja.
Seperti kebanyakan yang terjadi dibumi Indonesia yang kita cintai.
Kita sadar bahwa Republik Indonesia adalah Negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar
didunia, dengan berpenduduk muslim hampir dua ratus juta jiwa. Tidak ada satu negarapun (bahkan
timur tengah) yang mampu menandingi jumlah umat muslim Indonesia.
Sebagai Negara berpenduduk muslim paling terbesar, islam Indonesia sangat berpotensial
menjadi kekuatan segnifikani dalam mempengaruhi peradaban dunia.
Bukan hanya semata karena jumlahnya yang terbesar, tetai juga karena banyaknya lembaga
pendidikan islam yang dimiliki Indonesia, mulai dari tingkat kanak-kanak sampai pendidikan tinggi,
baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Salah satu dari sekian banyaknya lembaga pendidikan yang dimiliki Indonesia adalah pondok
pesantren. Lembaga ini tumbuh sejalan dengan pergerakan perjuangan muslimin Indonesia ketika
melawan penjajah belanda.
Bahkan konon pondok pesantren merupakan basis-basis perlawanan para pahlawan kita.tidak heran
apabila lembaga ini melahirkan banyak pahlawan-pahlawan nasional yang bergelar ulama, seperti KH.
Hasyim Asy’ari, KH. Achmad Dahlan, dan lain sebagainya.
Pondok pesantren itu sendiri adalah suatu lembaga islam dengan system pendidikan berasrama
(boarding school) yaitu dimana pengasuh (guru) sebagai pendidik, dan santri (siswa) hidup dalam satu
lingkungan yang sama.
Berbagai penelitian yang berkaiyan dengan metode pendidikan di berbagai Negara, ternyata didapat
kesimpulan bahwa system pendidikan berasrama (boarding school) adalah yang terbaik.
Sejak awal fungsi pondok pesantren yaitu sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan terutama
lebih menitik beratkan pada kegiatan belajar mengajar ilmu-ilmu agama. Namun tidak sedikit pula
ulama-ulama yang membekali santrinya ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan skill life. Seperti
pertanian, peternakan, perdagangan, dan lain-lain.
Seiring berjalannya waktu, kini banyak banyak pondok pesantren modern yang bermunculan
yang didalamnya itu tidak hanya mengajarkan tentang ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum dan
teknologi. Karena memang tidak bisa dipungkiri, sekarang manusia hidup dalam kehidupan yang serba
modern. Maka dari itu, santri pun perlu mengetahui ilmu teknologi, tujuannya agar santri mampu
menjawab tantangan zaman serta mengembalikan masa seperti pada zaman abad pertengahan.

“sekian”

Identitas penulis:
nama : Farkhi Hazami
ttl : Pemalang,
alamat : Mandiraja Moga Pemalang
pesantren : Al-Ishlah Assalafiyah
pengasuh : KH. Achmad Syifa Cholil

Luwungragi, 29 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai