Anda di halaman 1dari 21

Paksi Dwiyanto Wibowo S.T., M.T.

Mata Kuliah : Struktur Beton 1


Kode : W111700019
SKS : 3 SKS

Tulangan Geser Balok


Tahan Gempa

Pertemuan 11
RENCANA MATERI PEMBELAJARAN

Minggu 1 Konsep material beton bertulang


Minggu 2 Lentur pada penampang persegi
Minggu 3 Desain balok beton tulangan tunggal
Minggu 4 Perencanaan pelat beton bertulang
Minggu 5 Analisis balok T
Minggu 6 Desain balok T
Minggu 7 Analisis balok tulangan rangkap
Minggu 8 Desain tulangan rangkap balok beton
Minggu 9 Geser pada balok beton bertulang
Minggu 10 Tulangan geser pada balok beton bertulang
Minggu 11 Persyaratan khusus tulangan geser balok tahan
gempa
Minggu 12 Torsi pada balok
Minggu 13 Detail penulangan balok, penyaluran, penjangkaran
Minggu 14 Detail penulangan balok cut off tulangan
Tulangan Geser Balok
Tahan Gempa
Pertemuan 11

Abstrak: Kompetensi:
Modul ini membahas mengenai ketepatan Diharapkan setelah membaca modul ini
pemahaman SNI 032847-2013 terkait mahasiswa dapat memahami mengenai
ketentuan khusus tulangan geser balok tahan ketepatan pemahaman SNI 032847-2013
gempa terkait ketentuan khusus tulangan geser
balok tahan gempa
Pendahuluan

• Indonesia negara yang memiliki risiko tinggi terhadap kejadian gempa bumi.
• Interaksi tiga lempeng raksasa yaitu Lempeng Samudra Indo-Australia, Eurasia dan Samudra Pasifik.
• Gempa bumi merupakan goyangan atau pergerakan tanah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
pelepasan energi yang tersimpan lama di dalam bumi.
• Sebagai akibat dari kejadian gempa bumi, tidak jarang terjadi adanya korban jiwa dan kerugian
materiil, maupun kerusakan-kerusakan infrastruktur.
Penentuan Kategori Desain Seismik (KDS)

Langkah Pertama
Menentukan lokasi objek bangunan untuk menentukan Peak Ground Acceleration (PGA).

Langkah Kedua
Menentukan nilai percepatan batuan dasar periode pendek 0,2 detik (Ss) dan percepatan
batuan dasar untuk periode 1 detik (S1) pada situs Desain Spektra Indonesia 2011 yang dapat
diakses pada website http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/.
Output Variabel Respon Spektral
No. Variabel Nilai
1 PGA (g) 0.381
2 SS (g) 0.734
3 S1 (g) 0.318
4 CRS 1.002
5 CR1 0.937
6 FPGA 0.958
7 FA 1.233
8 FV 2.729
9 PSA (g) 0.365
10 SMS (g) 0.904
11 SM1 (g) 0.867
12 SDS (g) 0.603
13 SD1 (g) 0.578
14 T0 (detik) 0.192
15 TS (detik) 0.959
Langkah Ketiga
Menentukan kategori resiko bangunan dan faktor keutamaan berdasarkan:
Jenis Pemanfaatan Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa (Ie)

Gedung terhadap struktur lainnya yang memiliki resiko rendah


I 1,00
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang tidak termasuk
II 1,00
dalam kategori resiko I, III, IV
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko tinggi terhadap
jiwa manusia saat terjadi kegagalan
III 1,25
Gedung struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori resiko
IV
Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas
yang penting termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
Gedung sekolah, rumah sakit, Fasilitas pemadam kebakaran,
ambulans, dan kantor polisi serta garasi kendaraan darurat, IV 1,5
tempat perlindungan gempa bumi, fasilitas kesiapan darurat,
pembangkit energi, menara, fasilitas penampungan air, fasilitas
pertahanan nasional, fasilitas manufaktur
Langkah Keempat
Menentukan Faktor amplifikasi getaran yang terkait percepatan pada getaran periode pendek
(Fa) sedangkan faktor amplifikasi akibat percepatan pada getaran periode 1 detik (Fv) sebagai
berikut:
Tabel Koefisien Situs Fa
Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER Terpetakan pada Perioda
Pendek, T=0,2 detik, Ss
Kelas Situs
Ss < 0.25 Ss = 0.5 Ss = 0.75 Ss = 1 Ss > 1.25
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Klasifikasi situs
SC 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0 dapat dilihat pada
SD 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0
SE 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9 SNI 1726:2012
SF SSb

Tabel Koefisien situs Fv


Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER Terpetakan pada Perioda Dimana:
Kelas Situs Pendek, T=1 detik, S1
S1 < 0.1 S1 = 0.2 S1 = 0.3 S1 = 0.4 S1 > 0.5
SA = Batuan keras
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 SB = Tanah keras
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 SD = Tanah sedang
SC 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3
SD 2.4 2.0 1.8 1.6 1.5
SE = Tanah lunak
SE 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4 SF = Tanah Khusus
SF SSb
Langkah Kelima
Menghitung parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek (SDS) dan
percepatan spectral desain untuk periode 1 detik (SD1) :
2
𝑆𝐷𝑆 = . 𝐹𝑎 .𝑆𝑆
3
2
𝑆𝐷1 = . 𝐹𝑣 .𝑆1
3

Langkah Keenam
Menentukan Kategori Desain Seismik (KDS)

SDS S1
Kategori Kategori
SDS < 0.167 < SDS 0.33 < SDS 0.50 < S1 < 0.067 < S1 < 0.133 < S1 < 0.20 <
Resiko Resiko
0.167 < 0.33 < 0.50 SDS 0.067 0.133 0.20 S1
I A B C D I A B C D
II A B C D II A B C D
III A B C D III A B C D
IV A C D D IV A C D D
Penggunaan Pasal 2847:2013 terkait KDS
Kategori Desain Seismik (KDS)
Komponen
A B C D,E,F
Analisis & syarat desain Tidak Ada 21.1.2 21.1.2 21.1.2 dan 21.1.3
Material Tidak Ada Tidak Tidak Ada 21.1.4 s.d 21.1.7
Ada
Rangka pemikul momen Tidak Ada 21.2 21.3 21.5 dan 21.6
(Balok & Kolom)
Hubungan balok kolom (HBK) Tidak Ada Tidak Tidak Ada 21.7
Ada
Dinding struktural dan balok kopel Tidak Ada Tidak Tidak Ada 21.9
Ada
Dinding struktural pracetak Tidak Ada Tidak 21.4 21.4 dan 21.10
Ada
Diafragma Tidak Ada Tidak Tidak Ada 21.11
Ada
Pondasi Tidak Ada Tidak Tidak Ada 21.12
Ada
• Pasal 21.5.3.1
Sengkang harus dipasang pada daerah komponen struktur rangka yang diilustrasikan pada
Gambar 2, sebagai berikut:

Sengkang tertutup harus disediakan pada daerah hingga dua kali tinggi balok diukur dari
muka tumpuan pada kedua ujung komponen struktur lentur. Selain itu sengkang terutup
juga harus dipasang di sepanjang daerah dua kali tinggi balok pada kedua sisi dari
penampang, pada tempat yang diharapkan dapat terjadi leleh lentur.
• Pasal 21.5.3.2
Sengkang tertutup pertama harus ditempatkan tidak lebih dari 50 mm dari muka
komponen struktur penumpu. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi yang terkecil
dari (a), (b) dan (c):
(a) d/4
(b) 6db (diameter tulangan memanjang terkecil)
(c) 150 mm

• Pasal 21.5.3.3
Bila sengkang tertutup diperlukan, batang tulangan lentur utama yang terdekat ke muka
tarik dan tekan harus mempunyai tumpuan lateral yang memenuhi pasal 7.10.5.3 atau
pasal 7.10.5.4. spasi batang tulangan lentur lentur yang tertumpu secara transversal tidak
boleh melebihi 350 mm. Tulangan kulit yang disyaratkan oleh 10.6.7 tidak perlu
tertumpu secara lateral.

• Pasal 21.5.3.4
Bila sengkang tidak diperlukan, sengkang dengan kait gempa pada ujung harus
dispasikan dengan jarak tidak lebih dari d/2 sepanjang panjang komponen struktur.
Ilustrasi SNI 2847:2012 pasal 21.5.3.1 sampai dengan pasal 21.5.3.4 dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Persyaratan Tulangan Transversal


• Tulangan transversal untuk struktur rangka pemikul momen khusus (SRPMK) harus didesain untuk
memikul gaya geser rencana yang ditimbulkan oleh kuat lentur maksimum, Mpr dengan tanda
berlawanan, yang dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan. Pada saat bersamaan komponen
struktur tersebut dianggap memikul beban gravitasi terfaktor di sepanjang bentangnnya. Besarnya
gaya geser rencan dihitung dengan menggunakan persamaan:

Besarnya nilai Mpr:


𝑀𝑝𝑟 − + 𝑀𝑝𝑟 + 𝑞𝑢 𝑙𝑛 𝑎
Vki = + Mpr = As x 1,25(fy) 𝑑 −
𝑙𝑛 2 2
Dengan nilai a:
𝑀𝑝𝑟 + + 𝑀𝑝𝑟 − 𝑞𝑢 𝑙𝑛 𝐴𝑠 𝑥 1,25 𝑓𝑦
Vka = - a=
𝑙𝑛 2 0,85 𝑓′𝑐 𝑏

Dengan:
Vki , Vka= Gaya geser rencana pada ujung kiri dan kanan komponen struktur lentur
Mpr = Kuat momen di ujung balok dengan menganggap kuat Tarik tulangan utama atau
tulangan memanjang sebesar minimum 1,25 fy dam faktor reduksi Ф=1,0.
ln = Panjang bersih komponen lentur
qu = beban merata terfaktor
Zonasi tulangan sengkang
Vn

Luas penampang terlalu kecil Zona 5

Vc2 = 0,66 𝑓 ′ 𝑐 bw . d
Jarak tulangan sengkang
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡 . 𝑑
S1 = 𝑉𝑠
S2 = ¼ d Zona 4
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡
S3 = 0,35 𝑏
𝑤
S4 = 300 mm
*Ambil terkecil
Vc1 = 0,33 𝑓 ′ 𝑐 bw . d
Jarak tulangan sengkang
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡 . 𝑑
S1 = 𝑉𝑠
S2 = ½ d
Zona 3
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡
S3 = 0,35 𝑏
𝑤
S4 = 600 mm
ФVc *Ambil terkecil
Tulangan sengkang minimum
S2 = ½ d
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡
S3 = 0,35 𝑏 Zona 2
𝑤
S4 = 600 mm
½ ФVc *Ambil terkecil
Tidak perlu tulangan sengkang
Zona I
CONTOH SOAL:

Rencanakan struktur balok dengan detail sebagai berikut: (gunakan f’c = 30 MPa, fy = 400 MPa)
ln = 8 m
qu = 95,278 kN/m

Momen tumpuan
momen lentur yang terjadi pada tumpuan A dan B.
𝑞.𝐿² (95,278).(8)²
Ma = M b = - =- = - 508,149 kN.m
12 12
Hitung momen positif pada tengah bentang.
𝑞𝑒𝑞 .𝐿² (95,278).(8)²
Mmax = + Ma = + (-508,149) = 254,075 kN.m
8 8
SOLUSI

1. Hitung nilai Mpr


d = h – tebal selimut – dia. Sengkang – ½ dia. Tulangan utama
= 600 – 40 – 10 -1/2 (25)
= 537,5
Untuk tulangan 8D25 (As = 3.927 mm2) di sisi atas:
𝐴𝑠 𝑥 1,25 𝑓𝑦
(3.927) 𝑥 1,25 (400)
a= = = 256,67
0,85 𝑓′𝑐 𝑏 0,85 30 (300)
𝑎 256,67
Mpr = As x 1,25(fy) 𝑑 − = 3.927 x 1,25(400) x 537,5 − = 803,4 kN.m
2 2

Untuk tulangan 2D25 (As = 982 mm2) di sisi bawah:


𝐴𝑠 𝑥 1,25 𝑓𝑦
(982) 𝑥 1,25 (400)
a= = = 64,18
0,85 𝑓′𝑐 𝑏 0,85 30 (300)
𝑎 64,18
Mpr = As x 1,25(fy) 𝑑 − = 982 x 1,25(400) x 537,5 − = 248,2 kN.m
2 2

Dengan qu = 95,278 kN/m maka:


𝑀𝑝𝑟 − + 𝑀𝑝𝑟 + 𝑞𝑢 𝑙𝑛 (803,4 +248,2) 95,278 𝑥 8
Vki = + = + =512,6 kN
𝑙𝑛 2 8 2
𝑀𝑝𝑟 + 𝑀𝑝𝑟 −
+
𝑞𝑢 𝑙𝑛 (803,4 +248,2) 95,278 𝑥 8
Vka = - = - = -249,66 kN (nilai negatif <0)
𝑙𝑛 2 8 2

Maka dipilih Vu = 512,6 kN.


(803,4 +248,2)
Gaya geser maksimum ditimbulkan oleh gempa = = 131,45 kN.
8
SOLUSI

A. Jarak Sengkang Maksimum


d/4 = 537,5/4 = 134,375
6db = 6(25) = 150 mm
150 mm
Jarak maksimum = 134,375 mm ≅ 100 mm (ambil yang terkecil)

B. Desain Sengkang Tumpuan


1. Nilai Vu di desain (sejarak d dari muka tumpuan) maka:
Vu = 512,6 kN – (qu x d) = 512,6 kN – (95,278 kN/m x 0,5375m) = 461,38 kN

2. Hitung ϕVc, 0,5 ϕVc, Vc1, Vc2:


ϕVc = ϕ (0,17λ 𝑓′𝑐 ) bw d = 0,75 (0,17)(1,0)( 30)(300)( 537,5) = 112.608,33 N
0,5 ϕVc = 0,5(112.608,33 N) = 56.304,17 N
Vc1 = 0,33 𝑓′𝑐 bw d =0,33( 30)(300)(537,5) = 291.456,87 N
Vc2 = 0,66 𝑓′𝑐 bw d =0,66( 30)(300)(537,5) = 582.913,73 N
SOLUSI

Vu = 461,4 kN > ϕVc = 112,61 kN, sehingga tulangan geser harus disediakan.
𝑉𝑢 − ϕ𝑉𝑐 461,4 −112,61
Vs = = = 465 kN, [vc1 < Vs < Vc2]
ϕ (0,75)

Maka dipasang jarak tulangan:


1
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡 . 𝑑 2 4 𝜋 102 𝑥 400 𝑥 537,5
S1 = = = 72 mm
𝑉𝑠 465.000
S2 = ¼ d = ¼ (537,5) = 134,375 mm
1
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡 2 4 𝜋 102 𝑥 400
S3 = 0,35 𝑏 = = 598,4 mm
𝑤 0,35 (300)
S4 = 300 mm
Dipilih nilai terkecil 72 ≅ 50 mm (dipasang D10-50) > jarak maksimum (100 mm)
SOLUSI

C. Desain Sengkang Lapangan


Karena geser pada tengah bentang nilainya sangat kecil, maka dipasang jarak minimum
tulangan sengkang
S2 = ½ d = ½ (537,5) = 268,75 mm
1
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦𝑡 2 𝜋 102 𝑥 400
4
S3 = 0,35 𝑏 = = 598,1 mm
𝑤 0,35 (300)
S4 = 600 mm
Dipilih nilai terkecil 268,75 ≅ 250 mm jarak tersebut masih dibawah dari jarak
maksimum 100 mm (dipasang D10-100)
DAFTAR PUSTAKA
Dept. Kimpraswil, 2013, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-28472013
MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, Prentice-Hall,Inc,
New Jersey.
Setiawan, Agus, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013,
Erlangga, Jakarta
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan
SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai