170 370 1 SM
170 370 1 SM
Anita Padang
Staf Pengajar Faperik UNIDAR-Ambon, e-mail : -
ABSTRAK
Fitoplankton merupakan pakan alami yang baik bagi larva ikan pada fase awal
pengenalan makanan dan zooplankton. Salah satu jenis fitoplankton yang
dibudidayakan sebagai pakan alami yaitu Coccolithophore sp, dimana
pertumbuhan Coccolithophore sp dipengaruhi oleh salinitas, pH, suhu dan
kepadatan inokulum. Inokulum adalah bibit kultur yang diperoleh dari stok bibit
atau sering disebut stok starter tujuan penelitian adalah untuk mengamati
pertumbuhan Coccolithophore sp dalam wadah terkontrol dengan kepadatan
inokulum yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di
Laboratorium Pakan Alami Balai Budidaya Laut Ambon, dengan tiga perlakuan
kepadatan inokulum yaitu: 1,6-2,2x106sel/ml (A), 2,3-2,7x106sel/ml (B) dan 2,8-
3,2x106sel/ml (C). Perhitungan kepadatan dilakukan setiap 24 jam selama 14 hari
dengan menggunakan miksrokop NIKON SF pada pembesaran 400x. Hasil
penelitian memperlihatkan perbedaan kepadatan sel serta waktu pencapaian
puncak pertumbuhan, dimana perlakuan A dan B menggalami puncak
pertumbuhan pada hari kesebelas dengan kepadatan sel pada perlakuan A sebesar
72,07 x106sel/ml dan perlakuan B sebesar 63,36 x106 se/ml sedangkan perlakuan C
mencapai puncak pertumbuhan pada hari kesepuluh sebesar 51,69 x106sel/ml.
34
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 6 Edisi 3 (Januari 2014)
35
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 6 Edisi 3 (Januari 2014)
Sebagaimana yang dikemukakan oleh nutrien pada media kultur dalam jumlah
Priyambodo dan Wahyuningsih (2004) tertentu mutlak diperlukan ketika kultur
bahwa untuk mendapatkan kualitas bibit dilakukan (Silfester dkk, 2002). Namun karena
(inokulum) yang baik, bibit yang akan media hidup dari Coccolithophore sp ini adalah
diinokulasikan diambil dari fase air laut maka salinitas juga mempengaruhi
pertumbuhan karena bibit dari fase tetap proses penyerapan nutrisi tersebut.
dan fase kematian memiliki pertumbuhan Kepadatan maksimum dicapai oleh
yang sangat lambat. Coccolithophore sp dengan kepadatan
c. Fase Stasioner inokulum 1,6-2,2x10 sel/ml (perlakuan A) pada
6
Pada fase ini, pertumbuhan mulai hari kesebelas dengan kepadatan mencapai
menggalami penurunan dibandingkan 72,07x106sel/ml, lebih tinggi dari dua perlakuan
dengan fase logaritmik. Laju reproduksi lainya. Perlakuan A dengan kepadatan
sama dengan laju kematian, dengan inokulum yang lebih sedikit ternyata
demikian penambahan dan pengurangan memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi
jumlah Coccolithophore sp relatif sama atau jika dibandingkan dengan perlakuan B dan C.
seimbang sehingga kepadatan Selanjutnya ketiga perlakuan inokulum
Coccolithophore sp tetap. Pada penelitian ini mengalami fase penurunan hingga
ini ketiga perlakuan tidak memperlihatkan mencapai fase kematian, ini diakibatkan karena
fase stasioner karena langsung menggalami adanya persaingan makanan, ruang dan
penurunan jumlah sel. oksigen. Organisme yang tidak dapat
d. Fase Kematian mempertahankan dirinya akan mati, sehingga
Pada fase ini, laju kematian lebih cepat dari mengakibatkan penurunan jumlah sel (Silfester
laju reproduksi. Jumlah sel menurun secara dkk, 2002).
geometrik. Dimana pada penelitian ini Coccolithophore sp dapat dibudidayakan
ketiga perlakuan menggalami fase sebagai pakan alami karena merupakan jenis
penuruan pada hari keduabelas (perlakuan fitoplankton yang dapat hidup dengan
A sebesar 63,63 x106 sel/ml dan B sebsar intensitas cahaya yang rendah (Nontji, 2008;
60,56 x106 sel/ml) sedangkan perlakuan C Huliselan dkk, 2006), sehingga jika kondisi
pada hari kesebelas sebesar 47,44 x106 cuaca tidak baik yaitu pada saat musim
sel/ml. penghujan yang mempengaruhi cahaya
Hasil yang diperoleh dalam penelitian matahari dalam kultur secara outdoor, maka
ini memperlihatkan adanya perbedaan dalam fitoplankton ini dapat digunakan dalam
kepadatan sel pada saat mencapai puncak memenuhi ketersediaan pakan alami.
pertumbuhan. Dimana pertumbuhan Sebagaimana yang dilakukan oleh
dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon dan Khabibbulloh, dkk (2010) di Balai Budidaya
zat hara (Fujaya, 2004). Selanjutnya juga Laut Ambon yang mengkultur Coccolithophore
dikatakan bahwa zat hara yang termasuk di sp sebagai pakan alternatif bagi pemeliharaan
dalamnya adalah makanan, air dan oksigen. larva kerapu tikus (Epinephelus altivelis)
Untuk menunjang pertumbuhanya dalam selama musim hujan, karena pakan Chlorella sp
wadah pemeliharaan, Coccolithophore sp yang biasa digunakan sebagai pakan terganggu
memperoleh zat hara melalui proses dengan cuaca yang kurang cahaya matahari.
penyerapan dari media hidupnya. Dimana Coccolithophore sp merupakan sumber
nutrisi yang dibutuhkan tersebut telah pakan penting bagi berbagai biota laut (Nontji,
disediakan melalui proses pemupukan dengan 2008) karena dinding selnya terdiri dari calsium
pupuk Conwy/Walne’s. carbonat (CaCO3) berbentuk seperti kristal
Media yang digunakan dalam kultur (Huliselan dkk, 2006; Nontji, 2008). CaCO3
Coccolithophore sp berbentuk cair yang merupakan salah satu mineral yang berguna
merupakan sumber nutrien. Coccolithophore sp bagi pembentukan struktur tulang dan gigi,
akan mengabsorsi nutrien dari media untuk menjaga tekanan osmosis untuk mengatur
tumbuh dan berkembang. Hal ini berarti pertukaraan air dan bahan terlarut dalam
ketersediaan unsur makro nutrien dan mikro tubuh, struktur dari jaringan serta menjaga
36
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 6 Edisi 3 (Januari 2014)
37
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 6 Edisi 3 (Januari 2014)
DAFTAR PUSTAKA
BBLA.1994. Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Laporan Uji Coba Budidaya Algae. Produksi Pakan.
Cahyaningsih dan Nurwijayanto. 2006. Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami. Departemen
Kelautan dan Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
Cotteaue. P.1996. Mikroalga in: Manual On Production. Perikanan Indonesia.
Dorling, Sir Edward Bullard, Eyewitness Science, Eart, 1997. Kamus Biologi Lengkap.
Fujaya. Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. PT. Rineka Cipta
Jakarta.
Huliselan, N.V; F.S.Pello dan Y.A.Lewerissa, 2006. Buku Ajar Planktonologi. Penerbit Jurusan
Manajeman Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Pattimura
Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami
Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius.Yogyakarta.
Khabibbulloh, Narulita Ely, Marwa dan Ramlan. 2010. Penggunaan Coccolite sp Sebagai
Fitoplanktom Alternatif Dalam Pemeliharaan Larva Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)
Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Benih.
Kordi, M.G.H. 2011. Marikultur, Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Penerbit Lily Publisher.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press-Jakarta
Padang, A, Marwa, M. Sangadji dan O. Salampessy. 2010. Pengaruh Salinitas Terhadap
Kepadatan Sel Fitoplankton Coccolithophore sp di Bak Terkontrol. Dalam : Jurnal
BIMAFIKA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Darussalam, ISSN: 2086
1869. Volume 3 No. 2 Mei 2012, Hal : 351-354.
Padang, A. La Rajaku dan M. Sangadji. 2010. Pemberian Pakan Fitoplankton yang Berbeda
Terhadap Kepadatan Rotifer Brachionus plicatilis Skala Laboratorium. Dalam : Jurnal
Agrikan, ISSN :1979-6072. Volume 6 Edisi 2 Tahun 2013, Hal : 41-48.
Priambodo, K. dan Wahyuningsih. 2004. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Cetakan IV. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rusyani, E. Sapta, AIM, M.Firdaus dan Reynaldo, 2007. Budidaya Skala Laboratorium,. Dalam :
Seri Budidaya Laut Nomor 9, ISBN : 979-95483-9-X, Balai Besar Pengembangan Budidaya
Laut, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Hal :
48-59.
Sapta, AIM.,E. Rusyani dan L. Erawati. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton Skala
Laboratorium.
Saputro, D.1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Sutomo, 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp, Chlorella sp, dan Chaetoceros gracilis)
dan Pengaruh Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan C. gracilis di
Laboratorium.Oseanologi dan Limnology di Indonesia.
Silfester, B.,D.Nelvi dan Sudjiharno. 2002. Persyaratan Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton.
Silfester, B.,D. Supriya dan A.H.Q.Sugianto. 2007. Persyaratan Budidaya. Dalam : Seri Budidaya
Laut Nomor 9, ISBN : 979-95483-9-X, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan,
Hal : 27-37.
Taw, N. 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikroalga.
38