A. Latar Belakang
Indonesia masih memiliki beban masalah kesehatan dalam hal tingginya angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Penurunan Angka Kematian Ibu dari 346 per 100.000
Kelahiran Hidup pada tahun 2010 (SP 2010) menjadi 305 per 100.000 per Kelahiran
Hidup (SUPAS, 2015) masih belum mencapai pada kondisi yang diinginkan. Begitu juga
dengan angka kematian bayi baru lahir dari 19 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012),
menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2017) sementara Angka Kematian Bayi dari
32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 24 per 1000 Kelahiran Hidup.
Untuk penyebab kematian ibu terbanyak berdasarkan data SRS tahun 2018, penyebab
terbanyak adalah gangguan hipertensi (31,9%), perdarahan obstetrik (26,9%) dan
komplikasi non obstetri (18,5%). Penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh
masalah perinatal (55%), kelainan kongenital (12,9%), dan pnemonia (8,1%). Masalah
perinatal yang terjadi disebabkan karena komplikasi intrapartum (27,7%, gangguan
respirasi dan kardiovaskular (22,3%) dan BBLR (20,3%). Penyebab kematian ini erat
kaitannya dengan penatalaksanaannya saat di fasilitas pelayanan kesehatan.
Dari data SRS 2018 didapatkan bahwa kematian ibu dan bayi terbanyak terjadi di
Rumah Sakit, dengan proporsi kematian ibu di RS sebanyak 70,6% dan kematian
neonatal 69,9%. Sehingga peran rumah sakit dalam penurunan kematian Ibu dan bayi
baru lahir sangatlah besar. Kesiapan Sarana dan prasarana serta kompetensi tenaga
kesehatan sangatlah mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir di Rumah Sakit. Dari data Risfaskes 2019 didapatkan bahwa untuk pelayanan
PONEK di RS, kesiapan operasi < 30 menit hanya sekitar 82% untuk RS rujukan, dan
70% untuk RS non rujukan, waktu tanggap di kamar bersalin sekitar 78% di RS Rujukan
dan 60% di RS rujukan. Sementara untuk tenaga terlatih Ponek rata2 sekitar 80% tenaga
terlatih (dokter, bidan dan perawat) di RS rujukan dan 60% tenaga terlatih PONEK di RS
non Rujukan. Selain itu juga untuk ketersediaan tim PONEK Esensial, sekitar 86,8% di
RS rujukan dan 59,5% di RS non rujukan, serta sekitar 83,4% tim PONEK siap 24 jam di
RS rujukan dan 77,5% di RS non rujukan.
Sebagai upaya terfokus dalam penurunan AKI dan AKB, pada tahun 2020
ditetapkan kabupaten/kota lokus percepatan penurunan AKI dan AKB sebanyak 120
Kabupaten/Kota lokus berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/94/2020,
kemudian ditambah 80 Kabupaten/Kota lokus menjadi 200 Kabupaten/Kota lokus
percepatan penurunan AKI dan AKB pada tahun 2021 berdasarkan Kepmenkes Nomor
HK.01.07/MENKES/319/2020, dan akan bertahap sampai 2024 menjadi 514
Kabupaten/Kota.
Salah satu Strategi intervensi yang diterapkan terhadap Kabupaten/Kota lokus
dalam penguatan sistem kesehatan dalam upaya penurunan AKI dan AKB antara lain
melalui peningkatan kualitas pelayanan melalui program pendampingan RS
Kabupaten/Kota oleh RS Pendamping. Kegiatan pendampingan ini bertujuan untuk
memperkuat tata kelola klinis dan tata Kelola manajemen di RS untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Dalam meningkatkan kapasitas tenaga
kesehatan, pelatihan saja dirasakan tidak cukup jika tidak didukung dengan penerapan di
pelayanan, dan dukungan manajemen RS. Sehingga program pendampingan ini
diharapkan dapat menjadi suatu upaya jaga mutu pelayanan secara berkesinambungan
dan terus menerus.
Pendampingan akan dilakukan oleh 13 RS Vertikal dan 3 RSUD (RSUD dr.
Moewardi, RSUD dr. Saiful Anwar dan RSUD Dr. Soetomo) kepada RSUD di 200
Kabupaten/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI dan AKB tahun 2021 yang dapat
didukung oleh RS lainnya di tingkat provinsi. Pada kegiatan pendampingan ini akan
diawali melalui suatu penilaian mandiri RS dengan menggunakan aplikasi Simatneo
sebagai aplikasi kajian mandiri pelayanan Kesehatan ibu dan bayi, dimana hasilnya akan
menjadi data awal bagi RS Pendamping dalam melakukan proses pendampingan dengan
pendekatan Point of Care Quality Improvement (POCQI). RS Pendamping dapat
melaksanakan pendampingan secara offline atau online. Kegiatan pendampingan Rumah
Sakit ini telah dilaksanakan pada tahun 2020 terhadap 21 RSUD kabupaten/kota lokus
secara langsung/off line dan 4 RSUD secara virtual/online. Perlu dilakukan evaluasi untuk
perbaikan pelaksanaan pendampingan RS terhadap 200 Kabupaten/Kota lokus
percepatan penurunan AKI dan AKB tahun 2021.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Menurunnya kematian ibu dan bayi yang bisa dicegah di RS Kabupaten/Kota lokus
percepatan penurunan AKI dan AKB melalui metode pendampingan.
2. Tujuan khusus
• Terlaksananya pendampingan RS Kabupaten/Kota di lokus percepatan penurunan
AKI dan AKB.
• Terlaksananya pelayanan rujukan ibu dan bayi sesuai standar serta penguatan
sistem rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Kabupaten/Kota lokus
intervensi
• Terlaksananya pemantauan dan evaluasi upaya pendampingan RS
Kabupaten/Kota dan upaya korektif yang dilakukan, sesuai dengan temuan
masalah.
C. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan adalah :
1. Ibu dan bayi
2. RS di wilayah 200 Kabupaten/Kota Lokus AKI dan AKB
3. RS Vertikal / Provinsi (sebagai RS Pendamping)
4. Dinas Kesehatan Kabupaten
5. Dinas Kesehatan Provinsi
6. Kementerian Kesehatan
E. Peserta
Peserta Evaluasi Pendampingan, 26 Februari 2021
Peserta Pusat :
1. Direktur Kesehatan Keluarga
2. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Direktur Mutu dan Pelayanan Kesehatan
4. Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Kesehatan Maternal dan Neonatal
5. Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah
6. Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Kesehatan Maternal dan Neonatal Kepala
Subdit Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
7. Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Kesehatan Maternal dan Neonatal Kepala
Subdit Kesehatan Usia Reproduksi
8. Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Kesehatan Maternal dan Neonatal Kepala
Subdit Kesehatan Lanjut Usia
9. Kasubbag Administrasi Umum Direktorat Kesehatan Keluarga
10. Staf Direktorat Kesehatan Keluarga
11. Ketua PP POGI
12. Ketua PP IDAI
13. Ketua PP IBI
14. Ketua PP IPANI
15. Ketua IKATEMI
16. PKMK UGM
17. WHO
18. UNICEF
19. UNFPA
20. USAID
Peserta Daerah
a. Rumah Sakit Pendamping :
1. Direktur Utama RSUP H. Adam Malik, Medan
2. Direktur Utama RSUP dr. M. Djamil, Padang
3. Direktur Utama RSUP dr. M. Hoesin, Palembang
4. Direktur Utama RSAB Harapan Kita, Jakarta
5. Direktur Utama RSUP Fatmawati, Jakarta
6. Direktur Utama RSUP dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
7. Direktur Utama RS Persahabatan, Jakarta
8. Direktur Utama RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung
9. Direktur Utama RSUP dr. Kariadi, Semarang
10. Direktur Utama RSUD dr. Moewardi, Solo
11. Direktur Utama RSUP dr. Sardjito, Jogjakarta
12. Direktur Utama RSUD dr. Soetomo, Surabaya
13. Direktur Utama RSUD dr. Saiful Anwar, Malang
14. Direktur Utama RSUP Sanglah, Denpasar Bali
15. Direktur Utama RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar
16. Direktur Utama RSUP DR. R. D. Kandou
Jejaring RS Pendamping :
1. Direktur RS. Prof dr. Margono Soekarjo, Purwokerto
RS KAB/KOTA
NO. PROVINSI NAMA RS
PENGAMPU LOKUS
RSUP dr. H.
1 Adam Malik, RS Umum Daerah dr. Zubir Mahmud
Medan Aceh Timur
Nias Barat
Tanjung Jabung
RS Umum Daerah Nurdin Hamzah
Timur
Jambi
RS Umum Daerah Kolonel
Merangin
Abundjani/Bangko
Kota
RS Umum Daerah dr. Soekardjo
Tasikmalaya
Hulu Sungai
RS Umum Daerah Pambalah Batung
Utara
Timor Tengah
RS Umum Soe
Selatan
Pangkajene
RS Umum Batara Siang
RSUP dr. Kepulauan
Wahidin Sulawesi
15 Sinjai RS Umum Daerah Kabupaten Sinjai
Sudirohusodo, Selatan
Makassar
Toraja Utara RS Umum Daerah Pongtiku
Banggai
RS Umum Daerah Trikora Salakan
Kepulauan
Sulawesi
Tengah Donggala RS Umum Daerah Kabelota
Bolaang
RS Umum Daerah Bolaang
Mongondow
Sulawesi Mongondow Utara
Utara
Utara
Bolaang
RS Umum Daerah Bolaang
RSUP DR. R. D. Mongondow
16 Mongondow Selatan
Kandou Selatan
Seram Bagian
RS Umum Daerah Bula
Timur
Maluku Barat
RS Umum Daerah Tiakur
Daya