1. Audit maternal perinatal: surveilans dan respon wajib dilaksanakan untuk identifikasi dan mengkaji
faktor-faktor penyebab kematian ibu, lahir mati dan bayi baru lahir untuk menghasilkan rekomendasi
program intervensi yang terukur, tepat sasaran, spesifik, mampu laksana dalam waktu tertentu
2. Seluruh kematian ibu wajib untuk diaudit maternal dan perinatal di tingkat kabupaten/kota, sementara
untuk lahir mati dan kematian bayi baru lahir dilakukan audit maternal dan perinatal dengan sampling
sesuai dengan metode yang ada dalam pedoman AMPSR
3. Hasil AMPSR dan analisis agregat yang dihasilkan menjadi acuan untuk perbaikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak, perbaikan sistem kesehatan dan perubahan kebijakan sebagaimana diperlukan
4. Seluruh fasyankes rujukan (RS) tempat kematian menotifikasi kematian ibu dan BBL melalui MPDN
dalam waktu 3 x 24 jam. Kematian yang terjadi di rumah, perjalanan dan FKTP, notifikasi dilakukan
oleh Puskesmas wilayah terjadinya kematian. Apabila belum dinotifikasi oleh fasyankes dalam 1 bulan
setelah kematian, verifikator Dinkes kab/kota harus menginputkan dalam MPDN.
KESEPAKATAN
• Memasukkan hasil pengkajian tahun 2021dalam fitur • Puskesmas melaksanakan otopsi verbal untuk
analisis aplikasi MPDN ( dalam 1 minggu setelah kematian ibu, lahir mati dan BBL menggunakan
orientasi ) aplikasi MPDN
• Melakukan analisis hasil pelaporan MPDN sebagai • RS harus melakukan audit medik setiap kasus
dasar perencanaan dan pengambilan kebijakan kematian (Maternal Perinatal) segera setelah
kematian, maksimal 14 hari sejak data
diverifikasi
• Melibatkan seluruh FKTP dan RS diwilayahnya dalam • Melaporkan kematian (Ringkasan Medik,
pemanfaatan MPDN dan pelaksanaan AMPSR Ringkasan Medik Perantara, Otopsi Verbal)
Maternal dan Perinatal segera setelah
kematian, maksimal 21 hari sejak data
diverifikasi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota