Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PRAKTIKUM IKM

TINGKAT MORTALITAS KELAHIRAN BAYI DAN IBU

PROVINSI D.I.YOGYAKARTA 2017

PENGAMPU :

dr. Naela Fadhila, M.Kes

NAMA : Leonaldo Kristian Yuliharmono

NIM : 18109011022

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2021
A. Desain Studi

Pada diagnosis komunitas ini menggunakan metode kualitatif.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2017, jumlah penduduk


3.762.167 jiwa yang terdiri atas 1.860.869 laki- laki dan 1.901.298 peremuan.

Tahun 2017 memiliki angka kematian ibu (AKI) yaitu sebesar 34 kasus.
Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di DIY mengalami kenaikan yaitu, 278
kasus pada tahun 2016, dan naik menjadi 313 kasus pada tahun 2017.

C. Pengumpulan Data
1. Data Primer
2. Data sekunder
Berdasarkan data keseluruhan dari http://bappeda.jogjaprov.go.id dapat
disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 34 kasus kematian ibu yang meliputi
dari Kab. Kulon Progo 3 kasus, Kab. Bantul 9 kasus, Kab.Gunung Kidul 12
kasus, Kab.Sleman 6 kasus, Kab. Yogyakarta 4 kasus. Lalu untuk jumlah
kematian bayi pada tahun 2017 terdapat 313 kasus yang terdiri atas Kab.
Kulon Progo 42 kasus, Kab. Bantul 108 kasus, Kab. Gunung Kidul 71 kasus,
Kab. Sleman 59 kasus, Kab. Yogyakarta 33 kasus.
D. Identifikasi Penyebab masalah

Terdapat banyak penyebab yang mungkin menyebabkan terjadinya


peningkatan angka mortalitas bayi dan ibu di Provinsi D.I.Yogakarta, adalah
sebagai berikut:

1. kematian pada anak dan ibu hamil selalu berkaitan dengan komplikasi,
diantaranya perdarahan 24%, infeksi 14,9%, eklamsia 12,9%, distosia saat
persalinan 6,9%, aborsi yang tidak aman 12,9% dan sisanya berkaitan sebab
lain.
2. Ketuban pecah dini
3. Anemia
4. Lama dijalan lahir
5. Letak melintang
E. Prioritas masalah

n Kriteria Bob Faktor resiko mortlaitas bayi dan ibu Provinsi D.I.Yogakarta
Ketuban Lama
o ot Letak
Komplikasi Pecah Dini Anemia dijalan
melintang
(KPD) lahir
1. Ketersediaa
n sarana/ 4 5x4 5x4 4x4 3x4 3x4
teknologi
2. kegawatan 5 5x5 5x5 4x5 3x5 2x5
3. kemudahan 2 2x2 2x2 3x2 4x2 5x2
total 49 49 42 35 32
Rangking prioritas 1 1 2 3 4
F. Alternatif pemecahan masalah

Alternatif pemecahan masalah berdasarkan brainstorming atau curah pendapat


penulis

1. Memperbanyak tenaga medis yang terampil


2. Menyarankan Ibu hamil kontrol secara rutin untuk pemantauan kondisi
ibu dan janin.
3. Segera merujuk jika terjadi perdarahan besar
4. Pemberian informasi secara lengkap jika terjadi suatu komplikasi sejak
dini
5. Edukasi kepada pasangan maupun keluarga jika terjadi sesuatu
6. Keluarga berencana
G. Aksi pemecahan masalah

No Kriteria Bobot PEMECAHAN MASALAH


Pemberia
n Edukasi
informas kepada
Memper Segera
i secara pasanga
banyak merujuk Keluarg
kontrol lengkap n
tenaga jika a
secara jika maupun
medis terjadi berencan
rutin terjadi keluarg
yang perdarah a
suatu a jika
terampil an besar
komplika terjadi
si sejak sesuatu
dini
Keterse
diaan
1. sarana/ 3 5x3 5x3 5x3 5x3 5x3 5x3
teknolo
gi
kegawa
2. 5 5x5 4x5 5x5 4x5 3x5 4x5
tan
kemuda
3. 4 2x4 5x4 4x4 5x4 5x4 2x4
han
Total 48 55 56 55 50 43
Rangking prioritas 4 2 1 2 3 5

a) Aksi pemecahan masalah

Dengan menggunakan panduan SWOT didapatkan:

1. Faktor internal sebagai kekuatan

a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan.

b. Bentuk pelayanan kesehatan bagi keluarga difokuskan pada pelayanan

kesehatan ibu (yaitu pelayanan kebidanan dasar, pertolongan persalinan

dan pelayanan nifas).

c. Bumil telah menerima pelayanan rujukan baik ke Puskesmas perawatan

maupun ke rumah sakit.

d. Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA langsung di tengah-

tengah masyarakat bekerja sama dengan masyarakat setempat baik

individu, kelompok, tenaga kesehatan lain (bidan desa, dukun, dokter,

dsb).

e. Meningkatnya motivasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan

f. Pelayanan yang diberikan cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat mengenai masalah kesehatan.

2. Faktor internal sebagai kelemahan

a. Ibu hamil belum dilakukan pemeriksaan secara rutin yang

menyebabkan dokter sulit untuk mengkontrol kesehatan janin maupun

ibu.

b. Kurangnya tenaga yang sesuai dengan tupoksi, misal tenaga

laboratorium laksanakan perawat, tenaga gizi di pegang oleh Bidan.


c. Masyarakat yang kurang pendidikan sehingga sulit untuk memberikan

infornasi terkait kesehatan.

d. Belum ada sasaran mutu pelayanan, jaminan mutu layanan (survey

kepuasan pelanggan ),belum ada kotak saran atau layanan aduan

masyarakat

3. Faktor eksternal sebagai potensi

a. Adanya Posyandu yang aktif di setiap Desa.

b. Adanya keterlibatan kader dalam kegiatan posyandu.

c. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui sistem JPKM

melalui program BPJS dan Jamkesmas.

d. Pemerintah telah mensukseskan program kesehatan ibu dan anak

melalui peningkatan dan memperluas sarana dan prasarana kesehatan.

4. Faktor eksternal sebagai hambatan

a. Mobilitas penduduk tinggi Mempercepat sebaran penyakit menular

( HIV/AIDS,DBD,Malaria)

b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat masih lemah sehingga mempengaruhi

kemampuan masyarakat dalam konsumsi makanan bergizi dan mengakses

pelayanan kesehatan.

c. Masih ada budaya/mitos/kepercayaan yang menghambat program

kesehatan. Misal : menolak imunisasi, pantang makanan tertentu pada ibu

hamil dan menyusui.

d. Sebagian besar masyarakat masih memiliki pola makan dan gaya hidup

tidak sehat seperti tidak merokok dan konsumsi makanan berlebih.

e. Rendahnya kualitas lingkungan karena pembuangan sampah di sungai.

Anda mungkin juga menyukai