Laporan
Disusun Oleh:
Galih Leo Dalili (1900890)
2020
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 1900890
Sebagai bentuk keaslian, tugas laporan ini saya kerjakan secara mandiri
dan tanpa memberi ataupun menerima bantuan dari orang lain dalam bentuk
apapun. Saya berjanji akan memenuhi semua peraturan dan tidak menyebarkan isi
tugas ini kepada siapapun.
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Laporan mata kuliah Mekanika Tanah II tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Mekanika Tanah II. Selain itu laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan stratifikasi dan
parameter tanah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Selaku dosen Mekanika Tanah II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
i
DAFTAR ISI
Kode Keaslian
Kata pengantar ………………………………………………….
………………….i
Daftar isi………………………………………………………….………………..ii
Daftar
gambar……………………………………………………………………..iv
Daftar tabel………………………………………………………………………..vi
BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang …………………………………………………………
1
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………...2
1.3 Tujuan
penulisan……………………………………………………….2
1.4 Metode penulisan………………………………………………………
2
1.5 Sistematika penulisan ………………………………………...
………..2
BAB 2. Landasan Teori
2.1 Stratifikasi tanah……………………………………………....……….4
2.2 Parameter tanah ……………………………………………...
………...4
2.3 Stabilitas Lereng………………………………………………...….….6
2.4 Metode Stabilitas Lereng………………………………………………
9
2.5 Metode Konstruksi Timbunan………………………………………..20
2.6 GeoStudio…………………………………………………………….27
BAB 3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Stratifikasi tanah………………………………………...……………28
3.2 Parameter tanah ………………………………………………...
…….35
ii
3.3 Stabilitas Lereng……………………………………………………...52
3.4 Analisis Geoslope…………………………………………………….75
BAB 4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan…………………………………………………..
……….81
4.2 Saran…………..……………………………………………………...81
Daftar Pustaka …………………………………………………………..….
…….82
Lampiran-lanpiran
Lampiran 1. Stratifikasi Tanah
Lampiran 2. Lereng Timbunan Panjang ZW
Lampiran 3. Lereng Timbunan Panjang l
Lampiran 4. Lereng Timbunan Panjang b
Lampiran 5. Lereng Timbunan Nilai α
Lampiran 6. Lereng Timbunan Luas A
Lampiran 7. Lereng Timbunan Panjang D dan L
Lampiran 8. Analisis Geoslope Metode Fellenius Berdasarkan FK
Lampiran 9. Analisis Geoslope Metode Fellenius Berdasarkan Bidang
Gelincir
Lampiran 10. Analisis Geoslope Metode Bishop Berdasarkan FK
Lampiran 11. Analisis Geoslope Metode Bishop Berdasarkan Bidang
Gelincir
Lampiran 12. Analisis Geoslope Metode Janbu Berdasarkan FK
Lampiran 13. Analisis Geoslope Metode Janbu Berdasarkan Bidang
Gelincir
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Metode
Fellenius……………………………………………………….9
Gambar 2. Metode
bishop………………………………………………………...10
Gambar 3. Kurva Mi(a)
…………………………………………………………...11
Gambar 4. Lereng & Gaya-Gaya yang bekerja Pada Metode Janbu………………
12
Gambar 5. Definisi d dan L………………………………………………………13
Gambar 6. Lereng dan Gaya Yang Bekerja Pada Metode Janbu
2………………..14
Gambar 7. Nilai f0………………………………………………………………..15
Gambar 8. Faktor Kedalaman (d)…………………………………………………
16
Gambar 9. Nilai Xo dan Yo untuk Lereng ɸ = 0 (Janbu, 1968)
………………….16
Gambar 10. lingkaran keruntuhan melalui lapisan tanah
berlapis………………..17
Gambar 11 Faktor Reduksi Beban Merata di atas Permukaan, Tanah ɸ = 0
dan ɸ > 0 (Janbu,1968)……………………………………………...18
iv
Gambar 12. Faktor Reduksi Muka Air dan Rembesan untuk Tanah ɸ = 0
dan ɸ > 0 (Janbu, 1968)……………………………………………..18
Gambar 13. Faktor Reduksi Tegangan Tarik untuk Tanah ɸ = 0 dan ɸ > 0
(Janbu, 1968)………………………………………………………...19
Gambar 14. Nilai
N0……………………………………………………………...19
Gambar 15. Sketsa
Timbunan…………………………………………………….20
Gambar 16. Software GeoStudio…………………………………………………
27
Gambar 17. Tol Pekanbaru – Dumai……………………………………………..28
Gambar 18. Tol Pekanbaru-Dumai Dilihat Dari Peta (Google Maps)
…………….28
Gambar 19. Stratifikasi Tanah……………………………………………………
33
Gambar 20.
Legenda……………………………………………………………...34
Gambar 21. Profil Stabilitas Lereng………………………………………………
52
Gambar 22. Panjang
l……………………………………………………………..53
Gambar 23. Panjang
zw…………………………………………………………..53
Gambar 24. Nilai
α………………………………………………………………..54
Gambar 25. Nilai Luas (A) masing-masing baji dibagi tiap lapisan
tanah………...54
Gambar 26. Panjang
zw…………………………………………………………..61
Gambar 27. Nilai
α………………………………………………………………..61
Gambar 28. Nilai Luas (A) masing-masing baji dibagi tiap lapisan
tanah………...62
Gambar 29. Panjang b………………………………………………………..
…...62
Gambar 30. Panjang
l……………………………………………………………..68
v
Gambar 31. Panjang
zw…………………………………………………………..68
Gambar 32. Nilai
α………………………………………………………………..69
Gambar 33. Nilai Luas (A) masing-masing baji dibagi tiap lapisan
tanah………...69
Gambar 34. Panjang L dan d………………………………………………….
…..70
Gambar 35. Lereng Awal…………………………………………………………
76
Gambar 36. Analisis Geoslope Fellenius Berdasarkan
FK……………………….76
Gambar 37. Analisis Geoslope Fellenius Berdasarkan Bidang Gelincir…………
77
Gambar 38. Analisis Geoslope Bishop Berdasarkan FK…………………………
78
Gambar 39. Analisis Geoslope Bishop Berdasarkan Bidang Gelincir……………
78
Gambar 40. Analisis Geoslope Janbu Berdasarkan
FK…………………………..79
Gambar 41. Analisis Geoslope Janbu Berdasarkan Bidang
Gelincir……………..80
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 14. Data nilai ϕ ……...……………………………………….….
……........42
Tabel 15. Tabel nilai C’ ……………………………………………….
………….42
Tabel 16. Data Nilai C’ …………………………………………….
…………….44
Tabel 17. Tabel nilai ϕ’ …………………………………………….…..….
……..45
Tabel 18. Data Nilai ϕ’ ………………………………………….….
……….........47
Tabel 19. Modulus E dan mv ………………………………………….
………….48
Tabel 20. Data nilai E dan Mv ……………………………………………………
51
Tabel 21. Data Parameter tanah
………………………………………………….52
Tabel 22. Data Stabilitas Lereng
Fellenius……………………………………….55
Tabel 23. Pengolahan data Lereng Metode Fellenius
…………………………….60
Tabel 24. Data Awal Metode Bishop………………………………………….
….62
Tabel 25. Pengolahan Data Metode Bishop
……………………………………...67
Tabel 26. Data Awal Metode Janbu………………………………………………
70
Tabel 27. Pengolahan Data Metode Janbu ………………….……………………
61
Tabel 28. Resume Perbandingan Nilai FK ………………….……………………
80
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan
organik yang telah melapuk(berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas
yang mengisi ruang-ruang kosongdi antara partikel-partikel padat tersebut.
Dalam ilmu mekanika tanah yang disebut “tanah” ialah semua endapan
alam yang berhubungan dengan teknik sipil, kecuali batuan tetap. Batuan tetap
menjadi ilmu tersendiri yaitu mekanika batuan (rock mechanics). Endapan
alam tersebut mencakup semua bahan, dari tanah lempung (clay) sampai
berangkal (boulder ).
Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan
tekniksipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi
dari bangunan.Jadi seorang ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat
dasar dari tanah, sepertiasal usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan
mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan
geser, kapasitas daya dukung terhadap beban dan lain-lain.Jadi Mekanika
Tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan massa tanah tersebut bila
menerima bermacam-macam gaya. Sedangkan ilmu Rekayasa Tanah (Soil
Engineering) merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip mekanika tanah dalam
problema-problema praktisnya
Tanah umunya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau
(silt) atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling
dominan pada tanah tersebut. Hal tersebut dapat dibedakan juga dari tekstur
tanah, warna, dan lainnya sehingga dapat diklasifikasikan dan dimuat dalam
suatu data yang disebut stratifikasi tanah.
1
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana contoh dari hasil stratifikasi tanah?
- Bagaimana hasil dari perhitungan parameter tanah?
- Bagaimana contoh profil stabilitas lereng?
- Bagaimana cara perhitungan stabilitas lereng metode fellenius?
- Bagaimana cara perhitungan stabilitas lereng metode bishop?
- Bagaimana cara perhitungan stabilitas lereng metode janbu?
- Bagaimana hasil analisis software geostudio?
1.3 Tujuan
- Untuk memahami stratifikasi tanah
- Untuk memahami cara perhitungan parameter tanah
- Untuk mengetahui profil stabilitas lereng
- Untuk memahami perhitungan stabilitas lereng metode fellenius
- Untuk memahami perhitungan stabilitas lereng metode bishop
- Untuk memahami perhitungan stabilitas lereng metode janbu
- Untuk memahami analisis geostudio
2
- BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan kajian terperinci berupa definisi yang diambil dari
artikel yang berkaitan dengan penyusunan laporan ini.
- BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan pembahasan materi secara mendetail dari hasil pengerjaan
berdasarkan data yang diberikan.
- BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Beriskan simpulan yang berkaitan dengan materi berdasarkan yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
2. Menentukan kapasitas daya dukung tanah menurut tipe pondasi yang
dipilih.
5
diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser langsung
(direct shear strength test) dan pengujian triaxial (triaxial test).
- kuat geser => ϕ (sudut geser dalam),
6
- Lereng yang dibuat dari tanah yangdipadatkan, sebagai tanggul untuk
jalan atau bendungan tanah.
Pola Pergerakan Lereng
Bentuk bidang gelincir yang umum dan sering dijumpai adalah
bentuk bidang gelincir yang mendekati bentuk busur lingkaran. Tanah
yang longsor demikian disebut rotational slide yang bersifat berputar.
Ada juga tanah longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang
hampir lurus dan sejajar dengan muka tanah. Longsor yang demikian
disebut translational slide, yaitu longsor yang bersifat bergerak pada satu
jurusan. Biasa terjadi apabila terdapat lapisan agak keras yang sejajar
dengan permukaan lereng.
Ada juga longsoran yang terjadi akibat adanya aksi dari dekat.
Biasa terjadi pada lereng alam atau buatan dimana lapisan tanah yang
longsor pada bidang tanah yang jelek. Longsor ini disebut longsor blok
atau baji. Ada juga bentuk longsor mengalir karena adanya
pergerakan lateral pada semua arah atau karena perbedaan kekentalan
(viskositas) massa tanah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng
Keruntuhan pada lereng alami atau buatan disebabkan karena
adanya perubahan pada topografi, seismik, aliran air tanah, kehilangan
kekuatan, perubahan tegangan, dan musim/iklim/cuaca.
Akibat adanya gaya-gaya luar yang bekerja pada material
pembentuk lereng menyebabkan material pembentuk lereng mempunyai
kecenderungan untuk menggelincir. Kecenderungan menggelincir ini
ditahan oleh kekuatan geser material sendiri. Meskipun suatu lereng telah
stabil dalam jangka waktu yang lama, lereng tersebut dapat menjadi tidak
stabil karena beberapa faktor seperti :
- Jenis dan keadaan lapisan tanah / batuan pembentuk lereng
- Bentuk geometris penampang lereng (misalnya tinggi dan kemiringan
lereng)
7
- Penambahan kadar air pada tanah (misalnya terdapat rembesan air
atau infiltrasi hujan)
- Berat dan distribusi beban
- Getaran atau gempa
Cara menstabilkan lereng
Pada prinsipnya, cara yang dipakai untuk menjadikan lereng
supaya stabil dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu (Wesley dan Pranyoto,
2010):
8
Curam (steep)
30% -
Proses denudasional dari semua jenis terjadi secara intensif Merah Cerah
70%
(erosi, rayapan, pergerakan lereng)
70% - Sangat Curam (very steep)
Merah Gelap
140% Proses denudasional terjadi secara intensif
Curam ekstrem (exremely steep)
>140% Proses denudasional sangat kuat, terutama wall Ungu Gelap
denudational
9
Dimana :
C’ = Kohesi tanah pada bidang gelincir
Φ = Sudut geser dalam
I = Panjang busur pada bidang gelincir
W = Berat segmen tanah
α = Sudut yang dibuat oleh W dan titik gelincir O pada bidang gelincir.
10
Rumus umum metode Bishop adalah :
Dimana :
C = Kohesi tanah pada bidang gelincir
Φ = Sudut geser dalam
b = Lebar horizontal segmen
11
Metode Janbu
Pada tahun 1954 Janbu membuat suatu metode analisis yang dapat
digunakan pada permukaan longsor yang berbentuk circular dan non
circular.
Rumus-rumus dasar telah dikembangkan untuk menganalisa daya
dukung dan masalah tekanan tanah oleh Janbu 1957. Ini merupakan
metode irisan (slice) pertama dimana seluruh keseimbangan gaya dan
keseimbangan momen dipenuhi.
12
Notasi :
W = Berat total pada irisan
EL = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal pada penampang
kiri
ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal pada penampang
kanan
XL = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kiri
XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang
kanan
13
Gambar 5. Definisi d dan L
Selain metode janbu yang dijelaskan sebelumnya, ada juga sumber lain
yang menjelaskan metode janbu dengan rumus berbeda yang
merupakan modifikasi dari metode bishop. Rumus yang digunakan
adalah :
14
Gambar 6. Lereng dan Gaya Yang Bekerja Pada Metode Janbu 2
15
Gambar 7. Nilai f0
o Jika ada air di sisi luar lereng, lingkatan kritis mungkin terjadi
diatas muka air.
16
masing lapisan. Ini juga berlaku untuk lapisan-lapisan tanah baik
dibawah maupun diatas kaki lereng
17
d. Tentukanlah kohesi rata-rata dan berat isi rata-rata, jika lingkaran
keruntuhan melalui lapisan tanah berlapis
Dimana :
γ = Berat isi rata-rata tanah
H = Tinggi lereng
q = Beban merata permukaan
18
γw = Berat isi air
μq = Faktor koreksi beban, jika tidak ada beban maka μq = 1
μw = Faktor koreksi muka air, jika tidak ada maka μw = 1
μt = Faktor koreksi regangan tarik, jika tidak ada maka μt = 1
Gambar 12. Faktor Reduksi Muka Air dan Rembesan untuk Tanah ɸ = 0
dan ɸ > 0 (Janbu, 1968)
19
Gambar 13. Faktor Reduksi Tegangan Tarik untuk Tanah ɸ = 0 dan ɸ > 0
(Janbu, 1968)
20
g. Tentukan FK dengan menggunakan rumus :
Dimana
N0 = Angka kestabilan
C = Kohesi tanah, jika tanah berlapis gunakan kohesi rata-rata
21
atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan
dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
- Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas
kadar airnya yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan
dicampur seluruhnya dengan menggunakan motor grader atau peralatan
lain yang disetujui.
- Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut dengan menggunakan motor grader atau alat
lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama
penanganan, dalam cuaca cerah. Jika tidak bisa maka material diganti
dengan yang baru.
- Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain,
biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat
bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan.
c. Pengembalian bentuk pekerjaan setelah pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor
dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang
disyaratkan.
d. Cuaca yang dijinkan untuk bekerja
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau
bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.
e. Bahan untuk timbunan biasa
- Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145
atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification
System".
22
- Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki
CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan
100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan
oleh SNI 03-1742-1989.
- Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258
sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks
Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung
(SNI 03-3422-1994).
f. Bahan untuk timbunan pilihan
- Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri
dari bahan tanah atau batu yang memenuhi ketentuan, bila diuji sesuai
dengan SNI 03-1744-1989, timbunan pilihan harus memiliki CBR
paling sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai
100 % kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
- Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.
- Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan
stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat
geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering
normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil
lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung
berplastisitas rendah.
g. Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau
bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.
h. Penghamparan dan pemadatan timbunan
Penyiapan tempat kerja
- Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan
yang tidak diperlukan harus dibuang.
23
- Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi
timbunan harus dipadatkan sampai 15 cm bagian permukaan atas
dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk
timbunan yang ditempatkan diatasnya.
- Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau
ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka
lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup
sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di
daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar
horizontal lapis demi lapis.
Penghamparan timbunan
- Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan
disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
- Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber
bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan
disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya
tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.
- Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus
dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan
kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah
pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur
beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu
dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar
struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu
dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari
14 hari.
24
- Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan
lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang
terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga
timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama. Selanjutnya
timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup
secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai
elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat
dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat mungkin, dengan demikian
pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana
diperlukan.
Pemadatan timbunan
- Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis
harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan
disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
- Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar
air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum
sampai 1 % di atas kadar air optimum (sesuai SNI 03-1742-1989).
- Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung
batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga
batu pada bagian atas timbunan batu tersebut.
- Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan berikutnya dihampar.
- Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju
ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
- Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau
drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan
sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai
elevasi yang hampir sama.
25
- Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi
abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala
gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan
struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat
menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada
struktur.
- Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh
ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai
struktur bangunan atas telah terpasang.
- Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan
tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk
loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum
10 kg.
- Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas
permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang
disetujui.
i. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu bahan
- Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu
bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang
diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin
terdapat pada sumber bahan.
- Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau
sumber bahannya dapat diamati.
- Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap
sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai
Aktif.
26
Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah
- Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah
yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan
¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi
terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.
- Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
- Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan
yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil
setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang
disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki. Untuk timbunan,
paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus
dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang dihampar.
j. Toleransi dimensi
- Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
- Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
- Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10
cm dari garis profil yang ditentukan.
- Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih
dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
27
2.6 GeoStudio
28
Pada analisis SLOPE/W input data yang perlu dilakukan yaitu seperti
input material tanah, input beban gempa pada kedalaman bendungan (Y/H
0.25, Y/H 0.5, Y/H 0.75 dan Y/H 1), input grid radius dan input garis freatik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
29
Gambar 18. Tol Pekanbaru-Dumai Dilihat Dari Peta (Google Maps)
Dari lokasi proyek tersebut (Tol Pekanbaru-Dumai), didapat data pengeboran
tanah yang akan digunakan dalam laporan ini, yakni sebagai berikut :
30
Tabel 4. Data Bor Tanah Tol Pekanbaru-Dumai
31
Tabel 5. Data Bor Tanah Tol Pekanbaru-Dumai
32
Tabel 6. Data Bor Tanah Tol Pekanbaru-Dumai
33
34
Sehingga dari data tadi dapat disederhanakan kembali dalam sebuah tabel
seperti dibawah ini:
Tabel 7. Resume Data Bor tanah Tol Pekanbaru-Dumai
Laye N
Depth (m) Soil Type
r Value
1 0 - 3 Silty Clay – Medium 6
2 3 - 4,5 Sandstone – Loose 9
3 4,5 - 16 Silty Clay – Soft Non-Organic 4
4 16 - 20 Silty Clay – Medium 6
5 20 - 30 Silty Clay – Stiff 14
6 30 - 40 Silty Clay – Very Stiff 21
7 40 - 44 Silty Clay – Stiff 19
8 44 - 46 Silty Clay – Very Stiff 27
9 46 - 48 Silty Clay – Very Stiff 35
10 48 - 60 Silty Clay – Very Stiff 23
11 60 - 71,5 Silty Clay – Very Stiff 31
12 71,5 - 76 Clay – Hard 48
Maka berdasarkan data dari tabel 7, dapat dibuat stratifikasi tanah Tol
Pekanbaru-Dumai sebagai berikut :
35
Gambar 20. Legenda
36
- Pada kedalaman 30 – 40 meter, jenis tanah adalah tanah lempung,
berwarna abu-abu dengan konsistensi sangat kaku/very stiff (silty clay,
very stiff) dan NSPT 21
- Pada kedalaman 40 – 44 meter, jenis tanah adalah tanah lempung,
berwarna abu-abu dengan konsistensi kaku/stiff (silty clay, stiff) dan
NSPT 19
- Pada kedalaman 44 – 46 meter, jenis tanah adalah tanah lempung,
berwarna abu-abu dengan konsistensi sangat kaku/very stiff (silty clay,
very stiff) dan NSPT 27
- Pada kedalaman 46 – 48 meter, jenis tanah adalah tanah lempung,
berwarna abu-abu dengan konsistensi sangat kaku/very stiff (silty clay,
very stiff) dan NSPT 35
- Pada kedalaman 48 – 60 meter, jenis tanah adalah tanah lempung,
berwarna abu-abu dengan konsistensi sangat kaku/very stiff (silty clay,
very stiff) dan NSPT 23
- Pada kedalaman 60 – 71,5 meter, jenis tanah adalah tanah lempung,
berwarna abu-abu dengan konsistensi sangat kaku/very stiff (silty clay,
very stiff) dan NSPT 31
- Pada kedalaman 71,5 – 76 meter, jenis tanah adalah tanah lempung,
berwarna abu-abu dengan konsistensi keras/hard (clay, hard) dan NSPT 48
37
11 60 - 71,5 Silty Clay - Very Stiff 31
12 71,5 - 76 Clay - Hard 48
Berikut adalah langkah-langkah mencari parameter-parameter tanah
berdasarkan data yang ada pada tabel 8.
38
Berikut rumus forecast :
Dengan
Diketahui :
n = 2,
x = NSPT = 0 dan 60,
yclay = 1,2 dan 1,7, ysand = 1,5 dan 1,9
Diperoleh :
a clay = 1,6 dan a sand = 1,5
b clay = 0,00333 dan b sand = 0,00667
39
γsat 2 = 1,1 x 15,6 = 17,2 kN/m3
γsat 3 = 1,1 x 16,13 = 17,7 kN/m3
γsat 4 = 1,1 x 16,2 = 18 kN/m3
γsat 5 = 1,1 x 16,46 = 18 kN/m3
γsat 6 = 1,1 x 16,7 = 18,4 kN/m3
γsat 7 = 1,1 x 16,63 = 18,3 kN/m3
γsat 8 = 1,1 x 16,9 = 18,6 kN/m3
γsat 9 = 1,1 x 17,17 = 19 kN/m3
γsat 10 = 1,1 x 16,77 = 18,4 kN/m3
γsat 11 = 1,1 x 17,03 = 19 kN/m3
γsat 12 = 1,1 x 17,6 = 19,4 kN/m3
- Mencari nilai C
Nilai C hanya ada pada clay, untuk sand tidak memiliki nilai C. Nilai C
pada clay bisa ditentukan dengan menggunakan rumus forecast
berdasarkan nilai NSPT clay dengan ketentuan seperti pada tabel berikut :
40
Tabel 11. Tabel nilai C
Dengan
Diketahui :
n = 2,
x = NSPT = 0 dan 60,
y = C clay = 0 dan 300
Diperoleh :
a =0 dan b=5
41
C6 = 0 + 5.(21) = 105 kN/m2
C7 = 0 + 5.(19) = 95 kN/m2
C8 = 0 + 5.(27) = 135 kN/m2
C9 = 0 + 5.(35) = 175 kN/m2
C10 = 0 + 5.(23) = 115 kN/m2
C11 = 0 + 5.(31) = 155 kN/m2
C12 = 0 + 5.(48) = 240 kN/m2
Laye N C
Depth (m)
r Value (kN/m2)
1 0 - 3 6 30
2 3 - 4,5 9 -
3 4,5 - 16 4 21
4 16 - 20 6 30
5 20 - 30 14 70
6 30 - 40 21 105
7 40 - 44 19 95
8 44 - 46 27 135
9 46 - 48 35 175
10 48 - 60 23 115
11 60 - 71,5 31 155
12 71,5 - 76 48 240
- Mencari nilai ϕ
Kebalikan dari nilai C, disini clay tidak memiliki nilai ϕ melainkan hanya
sand yg memilikinya. Nilai ϕ pada sand juga didapat dengan rumus
forecast berdasarkan nilai NSPT sand terhadap nilai ϕ yang ada pada tabel
berikut:
42
Tabel 13. Tabel nilai ϕ
Dengan
Diketahui :
n = 2,
x = NSPT = 4 dan 10,
y = ϕ = 28 dan 30
Diperoleh :
a = 26,6667 dan b = 0,3333
43
Maka hasil hitungan dapat dimuat dalam tabel berikut berikut:
- Mencari nilai C’
Nilai C’ diperoleh dengan mengambil nilai C’ desain yang didapat dari
nilai minimum antara C1’ dan C2’. C1’ didapat dengan menyesuaikan
nilai NSPT terhadap nilai C yang ada pada tabel dibawah, dan C2’ didapat
dengan rumus forecast berdasarkan nilai NSPT 1-60 dengan nilai C pada
rentang 5-10. Lalu C’ desain diperoleh dari nilai minimum antara C1’
dengan C2’.
44
Berikut rumus forecast yang akan digunakan:
Dengan
Diketahui :
n = 2,
x = NSPT C1’= 2 dan 10, 10 dan 40, 40 dan 60
y = C1’ clay = 10 dan 20, 20 dan 50, 50 dan 100
Diperoleh :
a = 7,5 dan b = 1,25 (untuk NSPT 2-10)
a = 10 dan b = 1 (untuk NSPT 10-40)
a = -50 dan b = 2,5 (untuk NSPT 40-60)
45
Selanjutnya adalah mencari nilai C2’ sebagai berikut :
Diketahui :
n = 2,
x = NSPT = 0 dan 60,
y = C2’ clay = 5 dan 10
Diperoleh :
a =5 dan b = 0,08333
46
4 16 - 20 6 15 5,42 5,42
5 20 - 30 14 24 6,10 6,10
6 30 - 40 21 31 6,69 6,69
C1' C2' C'
Laye N
Depth (m) (kN/m2 (kN/m2 Desain
r Value
) ) (kN/m2)
7 40 - 44 19 29 6,53 6,53
8 44 - 46 27 37 7,20 7,20
9 46 - 48 35 45 7,88 7,88
10 48 - 60 23 33 6,86 6,86
11 60 - 71,5 31 41 7,54 7,54
12 71,5 - 76 48 70 8,98 8,98
- Mencari nilai ϕ’
Nilai ϕ’ diperoleh dari nilai ϕ’ desain yang diambil dari nilai minimum
antara ϕ’1, ϕ’2 dan ϕ’3. Yang masing-masing didapat dengan rumus
forecast berdasarkan NSPT dengan nilai ϕ yang ada pada tabel dibawah.
47
Dengan
Diketahui :
n = 2,
x clay = NSPT = 2 dan 10, 10 dan 40, 40 dan 60
x sand = 0 dan 10
y clay = ϕ = 15 dan 25, 20 dan 30, 25 dan 30
y sand = 30 dan 34
Diperoleh :
a = 12,5 dan b = 1,25 (untuk clay NSPT 2-10)
a = 16,667 dan b = 0,3333 (untuk clay NSPT 10-40)
a = 15 dan b = 0,25 (untuk clay NSPT 40-60)
a = 30 dan b = 0,4 (untuk sand NSPT 0-10)
48
ϕ12’1 = 15 + 0,25.(48) = 27°
Selanjutnya adalah mencari nilai ϕ’2, nilai ϕ’2 hanya ada pada tanah
berpasir yakni pada layer 2, perhitungannya sebagai berikut :
Diketahui :
n = 2,
x sand = NSPT = 0 dan 10
y sand = ϕ = 27 dan 32
Diperoleh :
a = 27 dan b = 0,5
Berikutnya adalah adalah mencari nilai ϕ’3, nilai ϕ’3 hanya ada pada tanah
berpasir yakni pada layer 2, perhitungannya sebagai berikut :
Diketahui :
n = 2,
x sand = NSPT = 0 dan 10
y sand = ϕ = 27 dan 30
Diperoleh :
a = 27 dan b = 0,3
49
3 4,5 - 16 4 17,50 0 0 17,50
Laye ɸ' (°)
Depth (m) N Value
r ɸ' 1 ɸ' 2 ɸ' 3 ɸ' Desain
4 16 - 20 6 20,00 0 0 20,00
5 20 - 30 14 21,33 0 0 21,33
6 30 - 40 21 23,67 0 0 23,67
7 40 - 44 19 23,00 0 0 23,00
8 44 - 46 27 25,67 0 0 25,67
9 46 - 48 35 28,33 0 0 28,33
10 48 - 60 23 24,33 0 0 24,33
11 60 - 71,5 31 27,00 0 0 27,00
12 71,5 - 76 48 27,00 0 0 27,00
50
Dalam laporan ini nilai E yang digunakan adalah short term.
Berikut ini adalah rumus forecast yang akan digunakan untuk mencari E :
Dengan
Diketahui :
n = 2,
x clay = NSPT = 2 dan 5, 5 dan 10, 10 dan 20, 20 dan 40, 40 dan 60
x sand = NSPT = 4 dan 10
y clay = E = 2 dan 7, 5 dan 12, 10 dan 25, 20 dan 50, 40 dan 80
y sand = E = 3 dan 10
Diperoleh :
a = -1,333 dan b = 1,667 (untuk clay NSPT 2-5)
a = -2 dan b = 1,4 (untuk clay NSPT 5-10)
a = -5 dan b = 1,5 (untuk clay NSPT 10-20)
a = -10 dan b = 1,5 (untuk clay NSPT 20-40)
a = -40 dan b=2 (untuk clay NSPT 40-60)
a = -1,667 dan b = -1,1667 (untuk sand NSPT 4-10)
51
E7 = -5 + 1,5.(19) = 23,5 Mpa = 23500 kN/m2
cara pertama :
mv1 = 1/(7,66 x 6) = 2,E-02
mv2 = 1/(7,66 x 9) = 1,E-02
mv3 = 1/(7,66 x 4) = 3,E-02
mv4 = 1/(7,66 x 6) = 2,E-02
mv5 = 1/(7,66 x 14) = 9,E-03
mv6 = 1/(7,66 x 21) = 6,E-03
mv7 = 1/(7,66 x 19) = 7,E-03
mv8 = 1/(7,66 x 27) = 5,E-03
mv9 = 1/(7,66 x 35) = 4,E-03
mv10 = 1/(7,66 x 23) = 6,E-03
mv11 = 1/(7,66 x 31) = 4,E-03
mv12 = 1/(7,66 x 48) = 3,E-03
cara kedua:
mv1 = 1/6400= 2,E-04
mv2 = 1/8833= 1,E-04
mv3 = 1/5333= 2,E-04
mv4 = 1/6400= 2,E-04
mv5 = 1/16000= 6,E-05
52
mv6 = 1/21500= 5,E-05
nilai mv desain diperoleh dengan memilih salah satu nilai mv yang didapat
dari 2 rumus tadi, dalam laporan ini nilai mv yang digunakan adalah yang
didapat dengan rumus mv = 1/E.
53
Setelah semua perhitungan yang dilakukan, hasil dari hitungan tersebut
dimuat dalam satu tabel sebagai data final seperti pada tabel berikut:
54
Digambarkan sebuah lereng timbunan seperti pada gambar 20. Diketahui
lereng dibagi dalam 15 baji dengan jarak antar baji sama panjang. Kedalaman
mencapai lapisan ketiga di lokasi proyek dengan titik koordinat X =
43,4338 dan Y = 9,7405
Berikut ini adalah gambar rincian dari profil lereng untuk metode fellenius :
Panjang l adalah panjang bidang gelincir pada setiap baji
55
Nilai α adalah nilai sudut yang dibentuk antara tengah-tengah baji
dengan
Gambar 25. Luas (A) masing-masing baji dibagi tiap lapisan tanah
56
Sehingga diperoleh beberapa data sebagai berikut :
Tabel 22. Data Stabilitas Lereng Fellenius
C A
N
(kN/m2 ɸ (°) l (m) α (°) zw
o T 1 2 3
)
1 25 0 10 18,416 65 0,00
2 28,021 0 6,67 43,991 3,575 52 0,65
3 12,255 13,261 5,52 41,151 12,109 4,433 1,574 43 4,55
4 21 0 4,91 35,328 12,132 6,066 10,434 34 7,18
5 21 0 4,53 32,600 12,132 6,066 17,734 27 8,97
6 21 0 4,3 29,922 12,132 6,066 22,359 20 10,10
7 21 0 4,15 23,683 12,132 6,066 25,223 13 10,79
8 21 0 4,07 19,113 12,132 6,066 27,943 6 11,47
9 21 0 4,05 16,385 12,132 6,066 28,934 0 11,71
10 21 0 4,07 8,254 12,132 6,066 28,050 -7 11,50
11 21 0 4,16 1,013 12,132 6,066 25,235 -13 10,81
12 21 0 4,31 12,132 6,066 20,283 -30 9,59
13 21 0 4,56 12,132 6,066 13,030 -27 7,80
14 16,433 6,524 4,92 12,132 5,788 3,482 -35 5,36
15 23,011 6,989 5,58 7,560 0,418 -43 2,07
Selanjutnya data akan diolah dengan menggunakan metode Fellenius dan Bishop.
Metode Fellenius
Rumus yang digunakan adalah :
Diketahui :
57
γsat timbunan = 17 kN/m3 γsat layer 1 = 18 kN/m3
γsat layer 2 = 17,2 kN/m3 γsat layer 3 = 17,7 kN/m3
γw = 10 kN/m3
58
W7 =(23,638 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(25,223 x 17,7) = 1171,774
kN
W8 =(19,113 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(27,943 x 17,7) = 1142,221
kN
W9 =(16,385 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(28,934 x 17,7) = 1113,384
kN
W10 =(8,254 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(28,050 x 17,7) = 959,513 kN
W11 =(1,013 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(25,235 x 17,7) = 786,597 kN
W12 = (12,132 x 18) + (6,066 x 17,2) + (20,283 x 17,7) = 681,772 kN
W13 = (12,132 x 18) + (6,066 x 17,2) + (13,030 x 17,7) = 553,346 kN
W14 = (12,132 x 18) + (5,788 x 17,2) + (3,482 x 17,7) = 379,545 kN
W15 =(7,560 x 18) + (0,418 x 17,2) = 143,259 kN
59
u2 = 0,65 x 10 = 65 kN
u3 = 4,55 x 10 = 45,5 kN
u4 = 7,18 x 10 = 71,8 kN
u5 = 8,97 x 10 = 89,7 kN
u6 = 10,10 x 10 = 101 kN
u7 = 10,79 x 10 = 107,9 kN
u8 = 11,47 x 10 = 114,7 kN
u9 = 11,71 x 10 = 117,1 kN
u10 = 11,5 x 10 = 115 kN
u11 = 10,81 x 10 = 108,1 kN
u12 = 9,59 x 10 = 95,9 kN
u13 = 7,8 x 10 = 78 kN
u14 = 5,36 x 10 = 53,6 kN
u15 = 2,07 x 10 = 65 kN
60
Terakhir adalah mengolah data lanjutan untuk dimasukkan kedalam rumus
FK, yakni sebagai berikut :
∑[ cl+(Wcosα-μl) *tanɸ ]
61
Wsinα 9 = 1113,384 x sin0 = 0
Wsinα 10 = 959,513 x sin(-7) = -116,935
Wsinα 11 = 786,597 x sin(-13) = -176,946
Wsinα 12 = 681,722 x sin(-30) = -340,861
Wsinα 13 = 553,346 x sin(-27) = -251,214
Wsinα 14 = 379,545 x sin(-35) = -217,698
Wsinα 15 = 143,259 x sin(-43) = -97,702
.
Diketahui :
62
∑[ cl+(Wcosα-μl) *tanɸ ] = 1740,031062
∑Wsinα = 2382,0257
Berikut ini adalah gambar rincian dari profil lereng untuk metode Bishop :
Panjang zw adalah panjang dari layer pertama sampai dasar bidang
gelincir tiap baji
63
Gambar 27. Nilai α
Gambar 28. Luas (A) masing-masing baji dibagi tiap lapisan tanah
64
Sehingga diperoleh data awal untuk perhitungan metode bishop sebagai
berikut:
Tabel 24. Data Awal Metode Bishop
C A
N
(kN/m2 ɸ (°) b (m) α (°) zw
o T 1 2 3
)
1 25 0 4,04 18,416 65 0,00
2 28,021 0 4,04 43,991 3,575 52 0,65
3 12,255 13,261 4,04 41,151 12,109 4,433 1,574 43 4,55
4 21 0 4,04 35,328 12,132 6,066 10,434 34 7,18
5 21 0 4,04 32,600 12,132 6,066 17,734 27 8,97
6 21 0 4,04 29,922 12,132 6,066 22,359 20 10,10
7 21 0 4,04 23,683 12,132 6,066 25,223 13 10,79
C A
N
(kN/m2 ɸ (°) b (m) α (°) zw
o T 1 2
)
8 21 0 4,04 19,113 12,132 6,066 27,943 6 11,47
9 21 0 4,04 16,385 12,132 6,066 28,934 0 11,71
10 21 0 4,04 8,254 12,132 6,066 28,050 -7 11,50
11 21 0 4,04 1,013 12,132 6,066 25,235 -13 10,81
12 21 0 4,04 12,132 6,066 20,283 -30 9,59
13 21 0 4,04 12,132 6,066 13,030 -27 7,80
14 16,433 6,524 4,04 12,132 5,788 3,482 -35 5,36
15 23,011 6,989 4,04 7,560 0,418 -43 2,07
65
Cb10 = 21 x 4,04 = 84,840 kN
Cb11 = 21 x 4,04 = 84,840 kN
Cb12 = 21 x 4,04 84,840 kN
Cb13 = 21 x 4,04 = 84,840 kN
Cb14 = 16,433 x 4,04 = 66,389 kN
Cb15 = 23,011 x 4,04 = 92,963 kN
66
u2 = 0,65 x 10 = 65 kN
u3 = 4,55 x 10 = 45,5 kN
u4 = 7,18 x 10 = 71,8 kN
u5 = 8,97 x 10 = 89,7 kN
u6 = 10,10 x 10 = 101 kN
u7 = 10,79 x 10 = 107,9 kN
u8 = 11,47 x 10 = 114,7 kN
u9 = 11,71 x 10 = 117,1 kN
u10 = 11,5 x 10 = 115 kN
u11 = 10,81 x 10 = 108,1 kN
u12 = 9,59 x 10 = 95,9 kN
u13 = 7,8 x 10 = 78 kN
u14 = 5,36 x 10 = 53,6 kN
u15 = 2,07 x 10 = 65 kN
67
Selanjutnya adalah mencari nilai Miα
Miα1 = cos65 (1+tan65.tan0/0,79) = 0,423
Miα2 = cos52 (1+tan52.tan0/0,79/0,79) = 0,616
Miα3 = cos43 (1+tan43.tan13,261/0,79) = 0,935
Miα4 = cos34 (1+tan34.tan0/0,79) = 0,829
Miα5 = cos27 (1+tan27.tan0/0,79) = 0,891
Miα6 = cos20 (1+tan20.tan0/0,79) = 0,940
Miα7 = cos13 (1+tan13.tan0/0,79) = 0,974
Miα8 = cos6 (1+tan6.tan0/0,79) = 0,995
Miα9 = cos0 (1+tan0.tan0/0,79) = 1
Miα10 = cos(-7) (1+tan(-7).tan0/0,79) = 0,993
Miα11 = cos(-13) (1+tan(-13).tan0/0,79) = 0,974
Miα12 = cos(-30) (1+tan(-30).tan0/0,79) = 0,886
Miα13 = cos(-27) (1+tan(-27).tan0/0,79) = 0,891
Miα14 = cos(-35) (1+tan(-35).tan6,524/0,79) = 0,736
Miα15 = cos(-43) (1+tan(-43).tan6,989/0,79) = 0,626
68
Baji 14 = (66,389 + (379,545 – 216,592) x tan6,524).1/0,736 = 115,505
Baji 15 = (92,963 + (143,259 – 83,624) x tan6,989).1/0,626 = 160,306
69
8 84,840 1142,221 119,395 463,315 679 0,00 84,840 0,995 85,307
9 84,840 1113,384 0,000 473,173 640 0,00 84,840 1,000 84,840
10 84,840 959,513 -116,935 464,398 495 0,00 84,840 0,993 85,477
11 84,840 786,597 -176,946 436,587 350 0,00 84,840 0,974 87,072
12 84,840 681,722 -340,861 387,242 294 0,00 84,840 0,866 97,965
13 84,840 553,346 -251,214 315,294 238 0,00 84,840 0,891 95,218
14 66,389 379,545 -217,698 216,592 163 18,64 85,025 0,736 115,505
15 92,963 143,259 -97,702 83,624 60 7,31 100,274 0,626 160,306
∑ 2382,03 1873,60
Tabel 25. Pengolahan Data Metode Bishop
Diketahui :
∑[cb+W-μb*tanɸ]1/miα = 1873,60 dan ∑Wsinα = 2382,0257
Sehingga dapat diperoleh nilai FK
FK = 1873,6 / 2382,03 = 0,79
Metode Janbu
Metode janbu yang digunakan memiliki data awal yang sama seperti
metode fellenius dan bishop. Namun ada tambahan data yakni nilai d dan
L pada rumus metode janbu.
Berikut ini adalah gambar rincian dari profil lereng untuk metode Janbu :
Panjang l adalah panjang bidang gelincir pada setiap baji
70
Gambar 30. Panjang l
71
Gambar 32. Nilai α
Gambar 33. Luas (A) masing-masing baji dibagi tiap lapisan tanah
72
Gambar 34. Panjang L dan d
73
Pertama akan dicari nilai Ff dengan perincian hitungan sebagai berikut :
74
W7 =(23,638 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(25,223 x 17,7) = 1171,774
kN
W8 =(19,113 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(27,943 x 17,7) = 1142,221
kN
W9 =(16,385 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(28,934 x 17,7) = 1113,384
kN
W10 =(8,254 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(28,050 x 17,7) = 959,513 kN
W11 =(1,013 x 17)+(12,132 x 18)+(6,066 x 17,2)+(25,235 x 17,7) = 786,597 kN
W12 = (12,132 x 18) + (6,066 x 17,2) + (20,283 x 17,7) = 681,772 kN
W13 = (12,132 x 18) + (6,066 x 17,2) + (13,030 x 17,7) = 553,346 kN
W14 = (12,132 x 18) + (5,788 x 17,2) + (3,482 x 17,7) = 379,545 kN
W15 =(7,560 x 18) + (0,418 x 17,2) = 143,259 kN
75
ul2 = 65 x 6,67 = 43,482 kN.m
ul3 = 45,5 x 5,52 = 251,370 kN.m
ul4 = 71,8 x 4,91 = 252,666 kN.m
ul5 = 89,7 x 4,53 = 406,164 kN.m
ul6 = 101 x 4,3 = 434,171 kN.m
ul7 = 107,9 x 4,15 = 447,615 kN.m
ul8 = 114,7 x 4,07 = 466,756 kN.m
ul9 = 117,1 x 4,05 = 474,344 kN.m
ul10 = 115 x 4,07 = 467,847 kN.m
ul11 = 108,1 x 4,16 = 449,555 kN.m
ul12 = 95,9 x 4,31 = 413,122 kN.m
ul13 = 78 x 4,56 = 355,876 kN.m
ul14 = 53,6 x 4,92 = 263,771 kN.m
ul15 = 20,7 x 5,58 = 115,5 kN.m
76
Baji 14 = (80,85 + (379,545 – 263,771) x tan6,524).sec(-35) = 114,86
Baji 15 = (128,4 + (143,259 – 115,500) x tan6,989).sec(-43) = 180,22
77
5 95,13 1190,799 606,743 406,164 784,635 0 95,13 106,77
6 90,3 1227,136 446,641 434,171 792,965 0 90,3 96,095
7 87,15 1171,774 270,525 447,615 724,160 0 87,15 89,442
8 85,47 1142,221 120,052 466,756 675,466 0 85,47 85,941
9 85,05 1113,384 0,000 474,344 639,040 0 85,05 85,05
10 85,47 959,513 -117,813 467,847 491,666 0 85,47 86,112
11 87,36 786,597 -181,600 449,555 337,043 0 87,36 89,658
(W-μl
Wtanα W-μl cl + (W-μl
No cl (kN) W (kN) μl (kN) (kN)) * Fi
(kN) (kN) (kN)) * tanɸ
tanɸ
12 90,51 681,722 -393,592 413,122 268,600 0 90,51 104,51
13 95,76 553,346 -281,944 355,876 197,470 0 95,76 107,47
14 80,85 379,545 -265,760 263,771 115,774 13,241 94,091 114,86
15 128,4 143,259 -133,591 115,500 27,758 3,403 131,803 180,22
∑ 1619,1 3480,6307 1817,280447 2506,3
Diketahui :
∑[ cl+(W-μl) *tanɸ ].secα atau fi dalam tabel = 2506,3
Maka nilai ∑Wtanα = 3480,6307
d = 18,36, L = 62,27
Diperoleh nilai :
Ff = 2506,3/3480,6307 = 0,72
F0 = 1+0,5.(d/L-1,4(d/L)2)
= 1+0,5.(18,36/62,27–1,4(18,36/62,27)2 )
= 1,087
Maka nilai FK = Ff x F0
= 0,72 x 1,087 = 0,78
78
digunakan pada hitungan stabilitas lereng sebelumnya. Berikut ini adalah
desain awal lereng yang akan dianalisis :
79
Gambar 36. Analisis Geoslope Fellenius Berdasarkan FK
Berdasarkan nilai Fk dari hitungan fellenius manual yakni 0,73, didapat
lereng dengan desain bidang gelincir seperti pada gambar 35.
Hasil analisis geoslope dengan desain bidang gelincir yang telah dibuat
sebelumnya secara manual diperoleh nilai FK = 0,498
80
Bishop
Dengan menggunakan fitur Slope/W pada aplikasi GeoStudio, dapat
dilakukan analisis stabilitas lereng metode Bishop seperti pada gambar
berikut :
81
Gambar 39. Analisis Geoslope Bishop Berdasarkan Bidang Gelincir
Hasil analisis Geoslope yang berdasarkan bidang gelincir yang telah dibuat
sebelumnya diperoleh nilai FK = 0,574
Janbu
Dengan menggunakan fitur Slope/W pada aplikasi GeoStudio, dapat
dilakukan analisis stabilitas lereng metode Janbu seperti pada gambar
berikut :
82
Gambar 40. Analisis Geoslope Janbu Berdasarkan FK
Hasil analisis Geoslope yang berdasarkan bidang gelincir yang telah dibuat
sebelumnya diperoleh nilai FK = 0,511
83
Dapat dilihat bahwa FK yang diperoleh dari hitungan manual memiliki
nilai yang lebih tinggi dibanding FK yang diperoleh dengan analisis
Geoslope
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
84
Berdasarkan apa yang dibahas dalam laporan ini, penulis menyarankan
untuk melakukan penguatan tanah agar tidak terjadi longsoran/sliding karena
diketahui Faktor Keamanan yang didapat adalah kurang dari 1,5 sehingga lereng
dinyatakan kurang aman. Penguatan yang dilakukan bisa dengan menambahkan
tembok penahan, bronjong ataupun metode lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
85
PEKERJAAN TANAH. 2009. Diakses pada http://civil-injinering.
blogspot.com/2009/05/pekerjaan-tanah.html. Tanggal 20 oktober 2020
86
LAMPIRAN - LAMPIRAN
87
Lampiran 2. Lereng Timbunan Panjang ZW
88
Lampiran 3. Lereng Timbunan Panjang l
89
Lampiran 4. Lereng Timbunan Panjang b
90
Lampiran 5. Lereng Timbunan Nilai α
91
Lampiran 6. Lereng Timbunan Luas A
92
Lampiran 7. Lereng Timbunan Panjang D dan L
93
Lampiran 8. Analisis Geoslope Metode Fellenius Berdasarkan FK
94
Lampiran 9. Analisis Geoslope Metode Fellenius Berdasarkan Bidang
Gelincir
95
Lampiran 10. Analisis Geoslope Metode Bishop Berdasarkan FK
96
97
Lampiran 11. Analisis Geoslope Metode Bishop Berdasarkan Bidang
Gelincir
98
Lampiran 12. Analisis Geoslope Metode Janbu Berdasarkan FK
99
Lampiran 13. Analisis Geoslope Metode Janbu Berdasarkan Bidang Gelincir
100