Anda di halaman 1dari 8

Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Strength Test) UCS

Sebenarnya udah lama mau buat sendiri artikel tentang UCS Test, memang klo di
lihat ada banyak blog yang membahas tentang pengujian UCS ini, tapi kebanyakan
ga teratur dan ga jelas kemana arah dan ga ada hasilnya sama sekali. Kali ini saya
akan mencoba dan menjelaskan apa fungsi dan tujuan dari UCS test, bagimana
melakukan testnya dan nanti akan saya sertakan juga bagaimana saampai akhirnya
kita mendapatkan nilai UCS dari suatu sampel batuan, ya batuan bukan tanah.

Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan bentuk
(deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress, ( ). Selain stress,
perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam panjang, (l) dibanding dengan
panjang semula, (l) disebut strain, (). Untuk tingkat tegangan yang lemah plot
antara stress vs strain akan membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi pada
material logam yang merupakan jenis material linear elastis. Gambar 1.
menunjukkan keadaan tersebut.
Tentu saja ada stress maksimum yang dapat diterima oleh suatu bahan sebelum
patah. Material untuk pemipaan seperti baja, peralon, mempunyai sifat seperti ini,
ketika stress dinaikkan sampai tingkat paling tinggi maka patahan akan terjadi.
Pada material rapuh seperti batuan, patahan bisa terjadi tiba-tiba dengan sedikit
tambahan strain. Stress yang dibutuhkan untuk menyebabkan patahan disebut
dengan uniaxial compressive strength, (Co). Closure pressure (stress) adalah harga
rata-rata minimum dimana rekahan dapat terjadi. Nilai ini dapat meningkat jika
tekanan pori-pori naik (poro-elasticeffect).
Unconfined Compression Strength test atau pengujian kuat tekan batuan utuh
untuk menentukan kuat kekuatan batuan intact dengan sampel berbentuk silinder
hasil dari pengeboran full coring. Pengujian ini menggunakan mesin tekan untuk
menekan sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaksial).
Perbandingan antara tinggi dan diameter percontoh (l/D) mempengaruhi nilai kuat
tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan secara umum digunakan perbandingan
L= 2D. L adalah Length atau panjang dari sampel sedangkan D adalah diameter dari
sampel batuan yang akan diuji. Sebagai standard bisa dicek di ASTM D 2166
Unconfined Compressive Strength.
Berikut saya sertakan ilustrasi gaya gaya regangan yang bekerja pada saat
dilakukannya penjuian kuat tekan batuan
Perpindahan gaya regangan dari sampel batuan baik aksial (l) maupun lateral (D) selama
pengujian dapat diukur dengan menggunakan dial gauge secara manual yang membutuhkan
ketelitian tinggi atau bisa juga dengan electric strain gauge yang hasilnya akan tercatat secara
otomatis secara komputerisasi dan lebih praktis. Dari hasil pengujian kuat tekan, dapat
digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-strain) untuk tiap sampel batu, kemudian dari
kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik batuan. Sebenarnya dari UCS test tidak hanya nilai
UCS yang bisa kita dapat tetapi nilai nilai seperti batas elastik, modulus Young dan Poison
Ratio juga dapat kita tentukan dari hasil plot ke kurva tegangan - regangan. Lihat gambar
dibawah.
Masih buingung ?. memang kalo cuma baca teori dan ga praktek langsung akan sulit, saya
juga lebih senang learning by doing. Untuk prosedur pengujian mungkin bisa di cari sendiri
ya, saya akan menjelaskan secara singkat pada dan jelas.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa bidang bagian atas dan bawah sampel
batuan harus benar benar rata dan lurus agar mendapatkan nilai UCS yang
maksimal. Selanjutnya sampel batuan bisa langsung dipasang di mesin uji tekan
yang ada dial gauges nya.

Disini masih digunakan dial gauges yang manual jadi harus benar benar cepat
dalam mencatat perubahan dari dial gauge tersebut untuk nilai dari gaya deformasi
yang diberikan (P1) ditunjukkan dial gauge berwarna putih, biasanya pada
pengujian deformasi yang diberikan kita tentukan terlebih dahulu per berapa
deformasi yang akan kita catat perubahan regangan lateral nya pada dial gauges
berwarna kuning, bisa kelipatan 10, 20, ataupun 50 tergantung jenis batuan
tersebut, jika batuan keras maka kita bisa tentukan kelipatan yang tinggi, jika
batuan lunak maka kita bisa tentukan dengan kelipatan yang lebih kecil. Dari
sampel diatas bisa kita lihat jenis batuan silty clay berarti batuan lunak, maka kita
tentukan kelipatan 20 dengan kalibrasi dial gauge per 1 unit = 0.01 mm dan load
dial per 1 unit = 0.3154 lb.
Dari gambar di atas setelah pengujian dilakukan maka dapat kita lihat perubahan dari sampel
batuan yang diberi tekanan setelah dicatat dan diamati perubahan yang terjadi pada sampel
batuan tersebut pada tabel berikut.
Yang kita dapatkan dari hasil pengujian adalah Deformation dial reading dan Load dial
reading seperti yang sudah saya terangkan sebelumnya. Maka untuk pengisian tabel
selanjutnya saya jelaskan dibawah ini:

1. Sample Deformation (l) = (Deformation dial reading) x (Angka Kalibrasi, saya gunakan
0.01 mm)
2. Regangan (Strain)() = l /Lo (Panjang Sampel)
3. % Strain = Strain *100
4. Corrected area A = Ao/(1-1) = (Luas penampang awal) / (1- strain)
6. Load(lb) = Load Dial Reading * 0.3154 lb
7. Load (KN) = (Load (lb) x konversi pound ke kg (0.4536) x gravitasi (m/s2).
8. Stress = P = F/ A = Load (KN)/ Corrected area
Hal yang harus benar benar diperhatikan adalah konversi satuan pada masing masing unit
tabel dan perhitungan. Maka setelah semua langkah dan urutan selesai kita tinggal melakukan
pengeplotan kedalam kurva tegangan dan regangan sehingga didapat nilai UCS dari sampel
tersebut.

Maka dari kurva tegangan regangan didapat nilai UCS pada titik puncak sebelum batuan
pecah atau failure dengan nilai 72 KPa.
Pada kurva Mohr Coulumb bisa kita dapat nilai kohesi dari sampel batuan yang diuji yaitu c
= qu/ 2.
Dengan nilai 36 KPa

Anda mungkin juga menyukai