Anda di halaman 1dari 3

Natech (Natural Technology) & Industrial Disaster Management

Dalam sejarah, terdapat sepuluh bencana industry terbesar di dunia, yaitu:


1. Bhopal, India, Methyl isocyanate gas, pabrik pestisida, 1984
2. Carbonyl, Ukraina, Nuclear explosion, Rusia, 26 April 1986
3. Minamata Disease, Cisso Minamata, Fertilizers – Mecury, Minamata Bay, Japan,
1932-1968
4. Piper Aloha Oil Rig Explosions, North Sea, 1988
5. Ranaplaza collapse, Dhaka, Bangladesh, 2013
6. Texas City Disaster, Ammonium Nitrate explosions, 1947
7. Exxon Valdez Tank Oil Spill, Drinking, 1989
8. Halifax Explosion, Prancis, explosive 1917
9. Fukushima Explosion, Nuclear reactor explosions, earthquake & tsunami, 2011
10. Enschede Fireworks at Netherland, Mei 2000
Bencana industry menyebabkan banyak dampak termasuk dampak lingkungan, ekonomi,
sosial, dan kesehatan. Bencana industry terutama disebabkan oleh industry oil and Gas, yang
merupakan industry paling berbahaya dan menyebabkan kebakaran, polusi, dan kecelakaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pencegahan dan penanggulangan bencana industry ini
adalah keselamatan jiwa, penjagaan asset, dan penjagaan lingkungan serta keselamatan
publik. Contoh bencana industry oil and gas adalah kecelakaan kerja di 38T 103
PERTAMINA RU IV Cilacap (13 September 2011) karena kekurangan oksigen dan
menghirup zat beracun ketika masuk ke dalam container yang berisi minyak kotor dan
semburan liar di Porong, Sidoarjo, Lapindo Brantas karena eksploitasi gas migas yang
berlebihan sehingga menyebabkan semburan lumpur dan mengeluarkan gas H 2S, logam
berat, dan senyawa karsinogen penyebab kanker.
Bencana alam dapat menyebabkan rusaknya teknologi, seperti rusaknya industry kimia,
kerusakan lingkungan, kerusakan fasilitas, masalah kesehatan, dan terjadi pelepasan bahan
kimia yang beracun dan berbahaya. Contoh bencana alam yang pernah terjadi adalah gempa
bumi & tsunami Jepang 2011, Gempa bumi di Turki 1999, dan Hurricane katrina 2005 yang
menyebabkan lepasnya senyawa radioactive.
Bencana teknologi merupakan bencana yang disebabkan oleh kegagalan atau kesalahan
design, kesalahan pengoperasian, kelalaian, dan atau kesengajaan manusia dalam penggunaan
teknologi dan atau industry. Contoh penyebab kegagalan teknologi adalah kebakaran,
kerusakan komponen, kebocoran reactor nuklir, dan kecelakaan transportasi. Untuk
mengurangi resiko bencana industry maka perlu dilakukan beberapa upaya seperti,
mengurangi pemakaian bahan kimia yang berbahaya dan mudah terbakar, meningkatkan
ketahanan peralatan terhadap kebakaran, meningkatkan kemampuan pertahanan sipil dan
otoritas kedaruratan, membangun daerah penyangga/penghalang api, meningkatkan fungsi
sistem deteksi dan peringatan dini, sosialisasi rencana evakuasi, serta meningkatkan standar
keselamatan di pabrik dan design peralatan yang dipakai.

Management Physicological Response

Bencana dibedakan menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana buatan manusia, dan
bencana teknologi. Bencana alam dianggap sebagai bencana dari Tuhan, sehingga korban
lebih menerima bencana tersebut dan proses pemulihan akan berlangsung lebih cepat.
Bencana buatan manusia dan teknologi merupakan bencana yang disengaja sehingga ada satu
pihak yang disalahkan oleh korban karena terdapat luka yang mendalam dari sang korban
sehingga menyebabkan proses pemulihan yang panjang.
Saat terjadi bencana, terdapat tiga pihak yang terdampak bencana, yaitu survivor,
responden, dan masyarakat/publik. Survivor merupakan korban yang terdampak langsung,
responden meruapakan orang-orang yang membantu korban bencana, seperti tenaga
kesehatan. Sedangkan masyarakat/publik adalah orang-orang yang mengetahui bencana dari
media atau melihat bencana dari jauh sehingga merasa terpanggil untuk membantu atau
menolong korban.
Dampak bencana bersifat holistic dan unik. Masing-masing orang memiliki respons
psikis dan perilaku yang berbeda-beda. Terdapat dua pola respon, yaitu adaptif
(mengembalikan fungsi yang mengarah terhadap tumbuh dan berkembang ) dan maladaktif
(mencegah tumbuh dan berkembang). Respon psikis dan perilaku dibagi menjadi tiga, yaitu
fight response (menyiapkan diri terlebih dahulu lalu langsung mengeluarkan energy untuk
merespon bencana), flight response (menyimpan sumber energy dan menunda menyerang
sampai siap untuk melakukannya), dan respon fisiologis yang mempengaruhi fight response.
Respons psikologi yang terjadi dapat berupa insomnia, kurang nafsu makan, tremor, keluhan
somatic, perilaku (mengasingkan diri atau kebiasaan merokok meningkat), penampilan,
suasana hati (mudah tersinggung, sedih, shock, dan mudah marah), pikiran (merasa bersalah),
serta konsentrasi berkurang. Faktor yang mempengaruhi respons psikologi adalah personality
(kepribadian seseorang), normal coping pattern, coping reserves or resources, dan ada atau
tidaknya support system. Proses kehilangan dikemukakan oleh Kubler Ross yang membahas
Teori Loss & Grieving, yaitu terjadi denial, kemudian anger, bargaining, depression, dan
yang terakhir adalah acceptance.
Korban bencana perlu diselamatkan jiwa dan perasaannya. Apabila penyelamatan
psikologi tidak dilakukan secara tuntas atau bahkan tidak dilakukan, maka akan
menyebabkan gejala sindrom pasca trauma dan dalam jangka panjang akan berlanjut menjadi
gangguan stress. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya dalam melakukan
penyelamatan psikososial, yang pertama melakukan penilaian terhadap faktor resiko
psikologis, geologis, dan sosiokultural. Kemudian melakukan presipitasi stressor dan
penilaian terhadap stressor yang terkait fungsi fisiologi, kognitif, afektif (perasaan), perilaku,
dan social-cultural-spiritual. Terakhir perlu dilakukan coping resources yaitu hal-hal yang
perlu diperhatikan dan dilakukan. Mekanisme coping terbagi menjadi tiga, yaitu problem
focus (melibatkan tugas dan upaya langsung dalam menangani masalah), cognitively focused
(upaya untuk mengendalikan makna suatu masalah dan menetralisirnya), dan emotional
focused (banyak denial/ menyalahkan pengalaman yang tidak menyenangkan dan tidak
mencari solusi). Proses penyelamatan yang dilakukan adalah dengan observasi informasi,
identifikasi psikologi, mengkaji kemampuan untuk bisa menolong dirinya sendiri,
mengklasifikasikan korban berdasarkan usia, dan melakukan relokasi stress syndrome. Hal-
hal yang diperlukan dalam proses penyelamatan adalah adanya kemampuan untuk
mengidentifikasi apa saja faktor resiko dan faktor protektifnya, mengkaji faktor presipitasi,
dan mengkaji bagaimana penilaian pada stressor. Teori Human Caring mengemukakan
bahwa human care bermanfaat untuk melindungi dan menungkatkan rasa kemanusiaan
dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan dan meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri. Human caring yang dilakukan adalah human touch in
helping yang bertujuan untuk harmonisasi pikiran, badan, dan jiwa yg diwujudkan dalam
bentuk pengenalan diri, perawatan diri, pembanggaan diri, dan menganggap diri sebagai
sesuatu yang berharga.

Anda mungkin juga menyukai