PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan pembangunan di segala
bidang. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan
pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan tekhnologi. Dalam pola
pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya
manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang
berkelanjutan. Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah perubahan positif
sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat
bergantung padanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan
proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan
penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia
usahanya. Proses pembangunan terutama bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat
baik secara spiritual maupun material.
Pembangunan dalam konteks Negara selalu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik yang merata. Pembangunan bukan hanya
berarti penekanan pada akselerasi dan peningkatan pendapatan perkapita sebagai indeks
dari pembangunan saja, akan tetapi pembangunan merupakan suatu proses multi dimensi
yang meliputi pola reorganisasi dan pembaharuan seluruh sistem dan aktifitas ekonomi,
sosial dan lingkungan dalam mensejahterakan kehidupan warga masyarakat.
1
6. Apa saja dampak lingkungan yang timbuk akibat aktifitas industri karet ?
7. Bagaimana pola kehidupan masyarakat di sekitar lokasi industri ?
1.3 Ruang Lingkup Kajian
Untuk menjawab rumusan masalah di atas perlu pengkajian beberapa pokok, yaitu:
1. Definisi karet
2. Definisi lingkungan dan lingkungan hidup
3. Langkah – langkah ADKL
4. Metode ADKL
5. Aktifitas pengolahan karet
6. Proses Pemajanan
7. Dampak industri pengolahan karet
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definifi karet
Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya Brasil. Sebelum
dipopulerkan sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besarbesaran, penduduk asli
Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis tanaman
penghasil getah. Karet masuk ke Indonesia pada tahun 1864, mula-mula karet ditanam di kebun
Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke
beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersial (Setiawan dan Andoko, 2005).
Prospek industri karet masih terbuka luas sejalan dengan bergesernya konsumsi karet dunia dari
Eropa dan Amerika ke Asia. Untuk itu, industri karet harus mampu berproduksi maksimal
apalagi pasokan karet domestik semakin besar pascapembatasan ekspor. Indonesia memiliki
areal karet paling luas di dunia, yaitu 3,4 juta ha dengan produksi karet per tahun 2,7 juta ton.
Meski begitu, produktivitasnya hanya 1,0 ton/ha, lebih rendah daripada Malaysia (1,3 ton/ha)
dan Thailand (1,9 ton/ha). Produksi karet di Indonesia, Thailand, dan Malaysia berkontribusi
85% dari total produksi dunia. Namun, Indonesia memiliki kesempatan paling besar untuk
memimpin industri karet dunia. Harga karet dunia saat ini masih mengalami tekanan akibat
turunnya permintaan. Oleh karena itu, tiga negara utama produsen karet alam bersepakat
menahan penurunan harga dengan mengurangi ekspor sejak Agustus lalu. Artinya pasokan karet
di dalam negeri akan semakin melimpah (Kemenperin, 2012).
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita
makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia serta
mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.
Lingkungan biotik adalah lingkungan yang hidup, misalnya tanah, pepohonan, dan para
tetangga. Sementara lingkungan abiotik mencakup benda-benda tidak hidup seperti rumah,
gedung, dan tiang listrik. Sebagai contoh di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-
3
teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga
berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di
sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung
sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di
bumi. Secara umum pengertian lingkungan hidup adalah sebuah kesatuang ruang dengan
segala benda dan makhluk hidup di dalamnya termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi keberlangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk
hidup yang lainnya. Lingkungan hidup mencakup ekosistem, perilaku sosial, budaya, dan
juga udara yang ada. (ArtikeLlingkunganHidup.com, 2012)
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah,
maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas,
maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang
merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial.
Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma
yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak
hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat
4
besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa
yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja
kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana
kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur,
munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
2.3 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang berguna
untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau
menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
(Subagia, 2013)
Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan batasan pada
laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya. Ambang batas
ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung
pada teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta
kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.
Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam pemanfaatan
ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk
memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga untuk
kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian diharapkan bahwa kita
tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang ditugaskan, tetapi juga
dituntut untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh.
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki secara cermat dan bijaksana.
a. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan mineral, dan
keanekaragaman hayati.
b. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan,
keterampilan, dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, informasi, komunikasi,
5
dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lainnya.
6
2.4 Langkah-langkah ADKL
ADKL dapat dimulai berdasarkan keluhan masyaran atau kecurigaan yang terbaca dari hasil
pemantauan lingkungan dan sirveilans penyakit, dilanjutkan dengan langkah-langkah ADKL.
Dengan demikian, ADKL tidak berhenti sekali sejalan, melainkan merupakan kegian berulang
yang dinamis sesuai dengan tipe data yang tersedia dari berbagai perspektif. Kadang – kadang
perlu dilakukan studi kasus lanjutan untuk mengalisis dampak kesehatan secara lebih dalam.
Langkah –langkah ADKL umumnya dibedakan dalam 7langkah yaitu :
7
pencemar pada titik – titik pemajanan
5. Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat
Memperkirakan damapk kesehatan adalah memebuat perkirakan apakah pencemar yang lepas
dan/ tau berada dimedia lingkungan berpotensi atau telah menimbulkan damapk kesehatan.
Karena demikian banyak pencemar yang ada dimedia lingkungan, maka kemunginnan damapak
kesehatan juga banyak. Karena itu perlu dicari untuk mempersempit analisis. Ada 3 cara yang
dapat dilakukan, yaitu:
a. Evaluasi toksikologi
b. Evaluasi jenis dampak
c. Evaluasi kepedulian masyarakat
6. kesimpulan dan rekomendasi
kesimpulan dan rekomendasi adalah menyusun kesimpulan tentang dampak kesehatan yang
berkaitan dengan kejadian pencemaran dan menyiapkan rekomendasi dengan merinci tindakan
yang telah di ambil dan yang masih perlu diambil.
7. Pengelolaan risiko
Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan untuk mengendalikan risiko. Dalam
pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan resiko lingkungan adalah pengelolaan situasi dan
atau kondisi lingkungan yang mengandung risiko yang diketahui dari hasil analisis sebelumnya.
Banyak hal perlu memperoleh pertimbangan secara proporsional mengingat kompleksitasnya.
Metode pengumpulan data dan informasi dalam ADKL dibedakan menjadi 2 cara pokok yaitu
pengumpulan data primer dan data sekunder (Ditjend PL.2002:2-15) :
a. Data primer
Metode pengumpulan data primer yang umum digunakan antara lain :
1) Wawancara
2) Kuesioner (subyek mengisi sendiri)
3) Pengamatan terhadap subyek
4) Pengukuran fisik atau kimiawi tentang subyek
5) Pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan atau dengan kunjungan lapangan.
b. Data sekunder
Metoda pengumpulan data sekunder yang dapat digunakan untuk pengukuran pemajanan dalam
kaitannya dengan analisis epidemiologis antara lain :
1) Catatan harian ; untuk mengumulkan data perilaku atau pengalaman sekarang.
8
2) Catatan lain : catatan yang belum dikumpulkan secara khusus untuk tujuan pengukuran
pemajanan, misalnya catatan medis, pekerjaan, dan sensus.
9
BAB III
PEMBAHASAN
menjadi dasar penentuan kelas mutu pada jenis karet crepe, sheet, maupun lateks pekat
tidak berlaku untuk crumb rubber.
Peremahan
BOKAR yang telah mengalami penuntasan selama 10-15 hari diremahkan dalam
granulator. Bahan Olah Karet (BOKAR) adalah lateks kebun dan gumpalan lateks kebun
10
yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis M).
Peremahan bertujuan untuk mendapatkan remahan yang siap untuk dikeringkan. Sifat yang
dihasilkan oleh peremahan adalah mudah dikeringkan sehingga dicapai kapasitas produksi
yang lebih tinggi dan kematangan remah yang sempurna.
Pengeringan
BOKAR yang terlah mengalami peremahan selanjutnya dikeringkan dalam dryer selama 3
jam. Pemasukan kotak pengering kedalam dryer 12 menit sekali, suhu pengering 122°C
untuk bahan baku BOKAR dan 110°C untuk proses WF. Suhu produk yang keluar dari
dryer dibawah 40°C.
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas aman simpan baik dari
serangan serangga maupun mikrobiologis, enzimatis dan hidrolis. Dalam pengeringan
faktor yang dapat memepengaruhi hasil adalah lamanya penuntasan, ketinggian remahan,
suhu dan lama pengeringan.
Pengepresan
Pengepresan merupakan pembentukan bandela-bandela dari remah karet kering. Bahan
yang keluar dari pengering kemudian ditimbang seberat 35kg/bandela yang akan dikemas
dalam kemasan SW dan 33,5kg/bandela untuk kemasan. Setelah itu produk dipress dengan
menggunakan mesin press bandela. Ukuran hasil pengepresan 60 x 30 x 17 cm.
11
3.1.2 Pemajanan
-Nitrit -
Plankton dan
benthos
12
3.2 Identifikasi Keadaan Lingkungan Sekitar Pabrik
Dari citra di atas, secara geografis letak pabrik berada di area pendidikan dan pemukiman.
Dalam radius 500 meter dari pabrik terdapat dua institusi pendidikan yaitu Politeknik
Negeri Lampung dan Yayasan Al-Kautsar dan terdapat dua perumahan yaitu Perumahan
Griya Intan dan Perumahan Glora Persada. Dalam radius satu kilometer terdapat satu
institusi pendidikan yaitu Universitas Lampung dan dua perumahan yaitu Perumahan Polri
Hajimena dan Perumahan Bataranila. Jika dilihat dari aspek ekonomi, masih terpetak- petak
untuk area perumahan cenderung memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas dan untuk
daerah pemukiman yang berada di luar perumahan cenderung memiliki tingkat ekonomi
menengah ke bawah. Untuk kalangan menengah ke atas mayoritas memliki pekerjaan
sebagai pegawai negeri sipil dan pemilik kos-kosan/kontrakan. Sedangkan untuk kalangan
menengah ke bawah mayoritas memiliki pekerjaan sebagai pedagang kecil dan buruh.
Serupa dengan aspek ekonomi, dipandang dari aspek sosial, interkasi sosial antar individu
di lingkungan pabrik relatif minim untuk area perumahan, namun berbeda untuk wilayah
pemukiman biasa, interaksi sosial masih tinggi dan masih sering dijumpai penduduk yang
melakukan musyawarah, kerja bakti dan ronda bersama-sama.
13
3.3 Dampak Aktifitas Pabrik Terhadap Lingkungan
Bau busuk menyengat terjadi disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang
melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida. Kedua hal
tersebut terjadi karena bahan pembeku lateks yang digunakan saat ini tidak dapat mencegah
pertumbuhan bakteri. Kemudian bau busuk tersebut dibawa terus sampai ke pabrik karet
remah dan di pabrik yang menjadi sumber bau busuk tersebut adalah berasal dari tempat
penyimpanan bokar, kamar gantung angin (pre-drying room), dan mesin pengering (dryer).
Masalah bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet remah ini sampai saat ini
sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik sudah menggunakan scrubber (cerobong asap),
padahal di sekeliling pabrik sudah menjadi kawasan perumahan. Pada akhirnya bau busuk
ini menimbulkan keluhan- keluhan masyarakat di sekeliling pabrik bahkan yang jauh dari
pabrik (bau terbawa oleh angin). Bau busuk yang ditimbulkan oleh PT. Way Kandis
berdampak negatif bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sangat terganggu terhadap bau
busuk, ini menandakan bahwa masyarakat yang tinggal sekitar pabrik karet mengalami
tekanan dari lingkungan tempat tinggal sehingga kenyamanan masyarakat sekitar
terganggu.
Hubungan ekonomi industri dan komunitas lokal ditemukan masalah. PT Way Kandis
merupakan industri padat modaldan teknologi yang sedikit menyerap tenaga kerja.
Sementara itu sebagian kecil tenaga kerja lokal hanya ditampung sebagai buruh harian tetap
dan lepas. Upah kerja mereka relatif rendah dan menempati perumahan yang tak terawat
14
.Tenaga kerja borongan, jumlahnya Iebih banyak yang didatangkan dari luar komunitas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dampak negatif dari keberadaan pabrik ialah menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan seperti polusi udara, pencemaran tanah, air. Sehingga lingkungan menjadi
rusak, mengganggu kesehatan dan kenyamanan masyarakat yang tinggal di dekat
lingkungan pabrik. Sedangkan , Dampak positif dari keberadaan pabrik pengolahan karet
yaitu PT. Way Kandis ialah memberikan lapangan pekerjaan sehingga bisa mengurangi
pengangguran dan mensejahterakan masyarakat. Masyarakat berpeluang untuk membuka
usaha atau berdagang. Kesempatan kerja dan peluang usaha ini berkontribusi terhadap
pendapatan masyarakat.
4.2 Saran
Untuk mengatasi dampak negatif yang ditumbulkan oleh pengolahan karet remah
khususnya bau busuk ialah dengan melakukan penyemprotan asap cair di atas bokar. Hal
ini dapat menghilangkan/menetralkan bau busuknya dan asap cair dapat membekukan
lateks (getah karet) dengan sempurna dengan nilai plastisitas tinggi, dan sifat fisik
vulkanisat setara atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dengan
pembeku asam format (semut). Selain itu masyarakat sebaiknya juga melakukan tindakan
adaptif terhadap bau dengan memasang pengharum ruangan di rumah.
15
DAFTAR PUSTAKA
16