Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A.    ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA BANK SYARI’AH

Perbankan syari’ah di Indonesia saat ini telah  memasuki periode perkembangan yang


ditandai dengan bank-bank syari’ah baru. Hal ini dimungkinkan dengan adanya landasan
hukum yang jelas yaitu Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang mengubah Undang-
Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan serta peraturan-peraturan pelaksanaanya.
Berdasarkan Undang-undang perbankan yang baru, sistem perbankan di Indonesia terdiri dari
bank umum konvensional dan bank umum syari’ah.
Selain itu pendirian bank syari’ah baru, perubahan kegiatan usaha bank konvensional
menjadi bank syari’ah dan pelaksanaan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syari’ah oleh
bank konvensional.

B.     MEKANISME KERJA

Sesuai dengan struktur organisasi sistem perbankan syari’ah tersebut maka mekanisme
kerja pada masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1.      Dengan adanya Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang antara lain
menyangkut Laporan Pertanggungjawaban Direksi serta Rencana Kerja selanjutnya maka
Bank Syari’ah dapat mengadakan langkah kebijaksanaan serta operasionalisasi selanjutnya.
2.      Disamping itu adanya Fatwa Agama dari Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) terutama
yang menyangkut produk-produk Bank Syari’ah maka langkah kebijaksanaan serta
operasionalisasi Bank Syari’ah tersebut mendapatkan pengabsahannya.
3.      Selanjutnya dalam operasional Bank Syari’ah tersebut terdapat dua macampengawasan:
a)      Pengawasan internal oleh Dewan Komisaris, DPS dan Direksi
b)      Pengawasan eksternal oleh Bank Indonesia.
C.    SISTEM OPERASIONAL BANK ISLAM

Pembicaraan mengenai sistem operasional lembaga keuangan syari’ah pada intinya


adalah membicarakan tentang bagaimana kerja dan optimalisasi masing-masing bagian dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Berkaitan dengan itu, maka adanya job
description  dan job spesification merupakan hal yang sangat penting.

1.      Deskripsi Tugas (Job Describtion)

Bahasan berikut ini akan diuraikan tentang tugas dan kewenangan masing-masing
bagian yang terkait dalam sistem operasional bank syari’ah.

a)      Dewan Pengawas Syari’ah


Dewan pengawas syari’ah terdiri dari tiga orang atau lebih dengan profesi yang ahli
dalam hukum Islam, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas Sayari’ah, berfungsi
memberikan Fatwa Agama terutama dalam produk-produk Bank Syari’ah. Kemudian
bersama dengan Dewan Komisaris mengawasi pelaksanaanya. Fatwa agama dari hasil
keputusan musyawarah Dewan Pengawas Syari’ah disampaikan secara tertulis kepada
Direksi dengan tindakan Dewan Komisaris.

b)      Dewan Komisaris
1)      Dewan komisaris yang terdiri dari 3 orang atau lebih yang dipimpin oleh
seorang Komisaris Utama, bertugas dalam pengawasan intern Bank Syari’ah,
mengarahkan pelaksanaan yang dijalankan oleh Direksi agar tetap mengikuti
kebijaksanaan Perseroan dan Ketentuan yang berlaku.
2)      Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
-          Mempertimbangkan, menyempurnakan dan mewakili para
pemegang saham dalam memutuskan perumusan kebijaksanaan umum
yang baru yang diusulkan oleh Direksi untuk dilaksanakan pada masa
yang akan datang.
-          Menyelenggarakan rapat umum luar biasa para pemegang
saham dalam hal pembebasan tugas dan kewajiban Direksi.
-          Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan
yang diajukan kepada perusahaan yang jumlahnya melebihi maksimum
yang dapat diputuskan Direksi.
-          Memberikan penilaian atas neraca dan perhitungan R/L
tahunan, serta laporan-laporan berkala lainnya yang disampaikan oleh
Direksi.
-          Memberikan persetujuan tentnag pengikatan perseroan sebagai
penanggung, penggadaian serta penjualan, baik untuk barang bergerak
maupun tidak bergerak kepunyaan perseroan.
-          Menyetujui atau menolak pinjaman yang diajukan oleh para
anggota Direksi.
-          Menyetujui semua hal yang menyangkut perubahan-perubahan
modal dan pembagian laba.
-          Menandatangani surat-surat saham yang telah diberi nomor urut
sesuai dengan yang diberikan dalam anggaran dasar perseroan.
-          Menyetujui pembagian tugas dan kewajiban diantara anggota
Direksi.

c)      Direksi
1)      Direksi yang terdiri seorang Direktur Utama dan seorang atau lebih
Direktur, bertugas dalam memimpin dan mengawasi kegiatan Bank Syari’ah sehari-
hari, sesuai dengan kebijaksanaan umum yang telah disetujui Dewan Komisaris dalam
RUPS.
2)      Tugas dan tanggung jawab direksi
-          Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank
Syari’ah untuk masa yang akan datang yang disetujui oleh Dewan
Komisaris serta disyahkan dalam RUPS, agar tercapai tujuan serta
kontinuitas operasional perusahaan.
-          Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaan
dan Rencana Kerja untuk tahun buku yang baru disetujui oleh Dewan
Komisaris.
-          Mengajukan Neraca dan Laporan Rugi-Laba tahunan serta
laporan-laporans berkala lainnya kepada Dewan Komisaris untuk
mendapatkan penilaiannya.
-          Turut menandatangani Surat-surat Saham yang telah diberi
nomor urut sesuai dengan ketentuan didalam Anggaran Dasar
Perusahaan.
-          Menyetujui pemindahtanganan saham-saham kepada pembeli
baru yang ditunjuk dan dipilih oleh pemegang saham lama, setelah
mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar tentang
pemindahtanganan saham-saham tersebut.
-          Bertanggung jawab atas pengeluaran duplikasi surat saham,
tanda penerimaan keuntungan dan talon yang hilang serta
mengumumkan disurat kabar resmi yang terbit ditempat kedudukan
perseroan.
-          Mengundang para pemegang saham untuk menghadiri Rapat
Pemegang Saham.
-          Mengajukan kepada Dewan Komisaris, jenis pelayanan baru
yang dapat diberikan perseroan kepada masyarakat untuk disetujui.
-          Memberi persetujuan atas penggunaan formulir-formulir  dan
dokumen-dokumen lainnya dalam transaksi perseroan.
-          Menyetujui pinjaman yang diberikan kepada pegawai Bank
Syari’ah.
-          Mengangkat pejabat-pejabat Bank Syari’ah yang akan diberi
tanggung jawab mengawasi kegiatan perseroan.
-          Menyetujui besarnya gaji dan tunjangan lainnya yang harus
dibayarkan kepada para pejabat dan pegawai perseroan.
-          Mengamankan harta kekayaan perseroan agar terlindung dari
bahaya
kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan

3)      Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama


-          Mewakili Direksi atas nama perseroan.
-          Memimpin dan mengelola perseroan sehingga tercapai tujuan
perseroan.
-          Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan khususnya
dalam hubungan dengan pihak ekstern perusahaan.
-          Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
4)      Tugas dan tanggung jawab Direktur
-          Mewakili direktur utama atas nama direksi
-          Membantu direktur utama dalam mengelola perseroan sehingga
tercapai tujuan perseroan.
-          Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan, khususnya
dalam hubungan dengan pihak intern perusahaan.
-          Bersama-sama direktur utama bertanggung jawab kepada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
d)     Bidang Marketing
1)      Fungsi bidang marketing adalah sebagai aparat manajemen yang
ditugaskan untuk membantu Direksi dalam menangani tugas-tugas khususnya yang
menyangkut bidang marketing dan pembiayaan (kredit).
2)      Tugas-tugas pokok bidang marketing
-          Melakukan koordinasi setiap pelaksanaan tugas-
tugas marketing dan pembiayaan (kredit) dari unit/bagian yang berada
dibawah supervisi-nya, hingga dapat memberikan pelayanan
kebutuhan perbankan bagi nasabah secara efisien dan efektif yang
dapat memuaskan dan menguntungkan baik bagi nasabah maupun
bank syari’ah.
-          Melakukan monitoring, evaluasi, review dan surpervisi terhada
p pelaksanaan tugas dan fungsi bidang  marketing (perkreditan) pada
unit/bagian yang ada dibawah supervisi-nya.
-          Bertindak sebagai Komite Pembiayaan dalam upaya
pengambilan keputusan pembiayaan (kredit).
-          Melakukan monitoring, evaluasi, review terhadap kualitas
portofolio pembiayaan (kredit) yang telah diberikan dalam rangka
pengamanan atas setiap pembiayaan (kredit) yang telah diberikan.
e)      Bidang Operasional
1)      Fungsi bidang operasional sebagai aparat manajemen yang ditugaskan
untuk membantu direksi dalam melakukan tugas-tugas dibidang operasional bank.
2)      Tugas-tugas pokok bidang operasional
-          Melaksanakan supervisi terhadap setiap pelayanan dan
pengamanan jasa-jasa perbankan dari setiap unit/bagian yagn berada
dibawah tanggung jawabnya.
-          Melakukanmonitoring, evaluasi, review dan kondisi terhadap
pelaksanaan tugas-tugas pelayanan dibidang operasional.
3)      Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian setiap
unit/bagian yang berada dibawah tanggung jawab.

f)       Bidang umum
1)      Fungsi bidang umum adalah sebagai staf/karyawan bank yang bertugas
untuk membantu penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan agar
dapat melanjutkan tugasnya dengan baik.
2)      Tugas-tugas pokok bidang umum
-          Menginventarisasikan kebutuhan-kebutuhan karyawan dan
perusahaan dan kemudian menyediakannya sepanjang sesuai dengan
ketentuan, yagn berlaku.
-          Melakukan pengadaan/pembelian serta pembukuan dan
melakukan penyusutan atas setiap harta/inventaris kantor sesuai
dengan ketentuan yang berlaku tentang penyusutan tersebut serta
dengan memperhatikan pengendalian biaya.
-          Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap dalam
kondisi yang baik, dan bertanggung jawab atas keamanan
harta/peralatan tersebut.

g)      Bidang pengawasan

Bidang pengawasan disini adalah penegasan manajerial yang dijumpai oleh Direksi
(Direktur Utama) agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan serta
dapat  mencapai keberhasilan yang optimal. Diluar bidang pengawasan masih juga terdapat
pengawasan pembiayaan yang merupakan pengawasan fungsional.

2.      Tugas-tugas khusus (Job   Spesification)

Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada operasional bank
syari’ah meliputi:

a)      Mobilisasi dana/Funding

Bagian mobilisasi dana bertugas dalam pengumpulan dana masyarakat sesuai


denganfundingyangada,seperti:saham,deposito,mudhorobah, tabunganmudharabah, ti
tipan wadi’ah yad dhomamah, zakat, infaq dan shadaqah.

b)      Account Officer(A/O)
A/O bertugas memproses calon Debitur atau permohonan pembiayaan
sehingga menjadi debitur. Selanjutnya membina debitur tersebut agar memenuhi
kesanggupannya terutama dalam pembayaran kembali pinjamanya.
c)      Bagian Support pembiayaan
Bersama dengan A/O mengadakan penilaian permohonan pembiayaan
sehingga memenuhi kriteria dan persyaratannya.
d)     Bagian administrasi Pembiayaan
Didalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh A/O
ataupun bagianSupport Pembiayaan.
e)      Bagian pengawasan pembiayaan
Bagian pengawasan pembiayaan bertugas untuk memantau pembiayaan antara
lain membuat surat-surat peringatan kepada Debitur, penagihan-penagihan.
f)       Service Assistance (S/A)
S/A memberi informasi dalam hal operasional kantor Bank Syari’ah.
Disamping itu S/A mengadministrasikan nasabah  funding yang baru.
g)      Kas dan  Teller
Kas dan Teller  selaku kuasa bank untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan penerimaan dan penarikan pembayaran uang.
h)      Bagian jasa nasabah (Janas)
Janas bertugas untuk melakukan pencatatan transaksi pembayaran
(funding)kemudian melakukan penjurnalan.

D.    POKOK-POKOK OPERASIONAL BANK SYARI’AH

1.      Landasan Hukum dalam Operasional


a)      Dewan Pengawas Syari’ah, setelah menerima laporan dari Direksi terutama
yang menyangkut produk-produk Bank Syari’ah, segera mengadakan musyawarah dengan
pimpinan ketuanya.
b)      Operasional Bank Syari’ah yang dipimpin oleh Direksi berlandaskan fatwa
Agama tersebut.
c)      Produk-produk baru baik yang timbul dari Direksi, Komisaris, DPS maupun
dari masyarakat pada umumnya harus melalui Fatwa Agama dari DPS yang disampaikan
kepada direksi dengan tindakan kepada Komisaris.
d)     Kebijaksanaan direksi yang tidak sesuai dengan Fatwa Agama, karena tidak
mampu berlandaskan fatwa agama tersebut ataupun dengan alasan lain, segera diambil oleh
Komisaris untuk diadakan musyawarah bersama antara Direksi, DPS dan Komisaris.

2.      Untuk pertama kali, direksi membuat Rencana Kerja/operasional dan


membuat  anggaran yang disampaikan kepada Departemen Keuangan Jakarta didalams
permohonan Ijin Operasional.

E.     KEGIATAN OPERASIONAL BANK SYARI’AH

1.      Bidang Marketing
Sebagai langkah awal bidang marketing membuat rencana target, baik untuk
produk fundingmaupun produk  financing. Dalam membuat target tersebut haruslah
disesuaikan dengan Rencana Kerja Operasional Bank Syari’ah yang dibuat oleh Direksi.
2.      Kegiatan Operasionalnya

a)      Pemasaran produk dengan melakui bermacam-macam media pemasaran, baik


media elektronik, cetak, pertemuan-pertemuan, pengajian-pengajian, khutbah jum’ah dan
sebagainya.
b)      Kegiatan funding officer dan anggotanya terutama dalma mobilisasi dana,
hasilnya:
 Funding:Saham,deposito, mudhorobah, tabungan mudhorobah, titipan 
wadiahyad dhomamahatau zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).
 Setelah diadministrasikan oleh FO, Funding yagn baru diserahkan
kepada SA dan bagian jasa nasabah (Janas),
sedangkan funding kelanjutan langsung diserahkan kepada Teller/kasir.
c)      Operasionalisasiaccount officer (A/O) atau pembina pembiayaan
 Membuat struktur dana dan alokasi dana dari dana mobilisasi tersebut
untuk memenuhi permohonan pembiayaan yang masuk.
 Memproses calon debitur yang masuk.
 Membina debitur agar lancar pengembalian pembiayaan serta
mengurangi risiko (menekan risiko) atas pembiayaan yang diberikan.

Paradigma Manajemen Syari’ah

Perubahan lingkungan yang akan datang terjadi mendesak manajemen untuk


membuka diri pada dampak perubahan lingkungan eksternal dan transformasi visi,misi dan
strategi, serta adaptasi kultur, struktur dan sistem. Perubahan ini membentuk kebutuhan
manajemen secara keseluruhan untuk menggapainya. Oleh, karena itu, harus ada perubahan
konsep , yaitu konsep yang dulu mengandalkan pada supper stars menuju konsep supper
teams, sehingga harus berani membongkar dan menanggalkan pemikiran yang usang masa
lampau menuju pada kapasitas dan kredibilitas kepemimpinan dan manajemen organisasi,
sehingga mampu melakukan gugatan berupa keberanian moral untuk merubah mentalitas
“pedagang” menuju entrepreneur yang profesional. Hal ini saja belum cukup, namun perlu
didasarkan pada hubungan yang humanis, bahkan sampai kepada pendekatan theologis-etis.
Pendekatan ini penting, karena pendekatan ini mampu berperan sebagai akselerator bagi
terciptanya pola interaksi manajer dengan pekerja yang humanis, dimana kerja akan
dirasakan baik oleh manajer maupun pekerja, sebagai wahana humanisasi diri dan realisasi
kediriannya.

Pendekatan atau kerangka manajemen theologis-etis mengarah pada keterlibatan


dimensi spritual dalam perilaku manajemen. Spiritualisasi membawa kepada wujud semesta
dan ilahi. Kenyataan yang tidak sepenuhnya dapat dipahami akhirnya akan membawa kepada
pengalaman dan penghayatan atas transeden. Transeden itu sudah menjadi kebutuhan baru,
yakni self transedence. Dalam hirarki kebutuhan sebagaimana yang diteorikan Abraham
Maslow, maka self transendence dapat diletakkan diatas jenjang kebutuhan tertinggi, yaitu
self actualization.

Selanjutnya, bagaimana caranya untuk keluar dari kendala struktural manajemen yang
terkait, baik dengan kebijaksanaan ekonomi negara maupun tuntutan pasar? Solusinya adalah
menciptakan kesadaran emansipatoris yang pada gilirannya terwujud dalam pola hubungan
manajer-pekerja. Selanjutnya, dorongan theologist-etis dapat berperan sebagai akselerator
bagi tercipta nya pola interaksi manajer-pekerja yang humanis.

Manajemen Islam dibangun atas tiga ranah, yaitu: manajemen, etika dan spiritualitas.
Ketiga ranah ini membentuk hubungan yang tidak terpisahkan. Ketiga ranah berjalan
membangun kekuatan dalam menjalankan amanah. Dengan demikian, jika suatu proses
manajemen berjalan menjalakan amanah, maka amanah merupakan metafora yang akan
dibentuk. Dengan demikian, jika metafora amanah yang akan dan telah dibentuk, maka di
dalamnya akan ditemukan tiga hal penting, yaitu: pihak pemberi amanah, pihak penerima
amanah dan amanah itu sendiri.

Implikasi penerapan paradigma manajemen islami akan menciptakan peradaban


(manajemn) bisnis dengan wawasan humanis , emansipatoris, transdendental dan teologikal.

Dasar – Dasar Manajemen Islami

Sebagaimana diuraikan pada sub bab sebelumnya, manajemen dalam islam


dikembangkan berdasarkan terma tadbir. Ditinjau dari bentuk lafadznya, bersifat mutlaq
yakni lafadz yang belum ada kaitan atau batasan dengan lafadz lain yang mengurangi
keseluruhan jangkauannya. Kemudian terma Tadbir menjadi muqayyad dikarenakan
berhadapan dengan lafadz lain. Muqayyad berarti suatu lafadz yang terbatas atau terikat oleh
lafadz lain yang mengurangi keseluruhan jangkauannya. Maksudnya, luas nya jangkauannya
telah dibatasi sedikit dari waktu masih mutlaq-nya Dengan kata lain lafadzmuqqayyad pada
dasar adalah lafadz mutlaq yang diberi kaitan oleh lafadz lain sehingga artinya lebih tegas
nya dan terbatas daripada waktu masih mutlaq-nya. Walaupun demikian keterbatasan lafadz
muqayyad seperti lafadz pada ayat ayat di atas tidak menghilangkan jangkauannya kepada
sifat sifat lain artinya sifat sifat lain masih ada padanya.

Berikut prinsip-prinsip manajemen islami yang diringkas oleh Jamil (2002) :


1. Keadilan
2. Amanah dan Pertanggungjawaban
3. Komunikatif

Dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Keadilan
Meski benar bahwa keadilan dan ketidakadilan telah terlihat jelas semenjak manusia
eksis dimuka bumi, manusia masih kabur dalam menggambarkan tapal batasnya. Arti
keadilan tidak pernah dipahami secara lengkap. Keadilan merupakan satu prinsip
fundamental dalam ideologi Islam. Pengelolaan keadilan seharusnya tidak sepotong-potong,
tanpa mengacu kepada status sosial, aset finansial, kelas dan keyakinan religius seseorang.
Al-qur’an telah memerintahkan penganutnya untuk mengambil keputusan dengan berpegang
pada kesamaan derajat, keutuhan dan keterbukaan. Maka, keadilan adalah ideal untuk
diterapkan dalam hubungan dengan sesama manusia.

2. Amanah dan Pertanggungjawaban


Prinsip tersebut bermakna bahwa setiap pribadi yang mempunyai kedudukan
fungsional dalam interaksi anatarmanusia dituntut agar melaksanakan kewajibannya dengan
sebaik-sebaiknya. Apabila ada kelalaian terhadap kewajiban tersebut akan mengakibatkan
kerugian bagi diri sendiri. Persoalan lebih lanjut berkenaan dengan kewajiban-kewajiban
yang menjadi tanggungjawab dan sumber tanggungjawab tersebut. Persoalan ini terkait
dengan amanat yang telah dikemukakan, yaitu manat dari Tuhan berupa tugas-tugas berupa
kewajiban yang dibebankan oleh agama, dana amanat dari sesama manusia, baik manat yang
bersifat invidual maupun organisasional.

3. Komunikatif
Sesungguhnya dalam setiap gerak manusia tidak dapat menghindari untuk
berkomunikasi. Ketika pejabat mengatakan ‘No comment’ misalnya, sebetulnya ia telah
menyampaikan komentar. Begitu akrabnya komunikasi dengan kehidupan manusia, sehingga
manusia perlu berkomunikasi untuk menghindari komunikasi.
Dalam manajemen, komunikasi menjadi faktor penting dalam melakuakan
transformasi kebijakan atau keputusan dalam rangka pelaksanaan manajerial itu sendiri
menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Begitu pentingnya komunikasi dalam
manajemen, sehingga menutut komunikasi tersebut disampaikan dengan tepat. Ketepatan
penyampaian komunikasi ini, selanjutnya disebut sebagai komunikatif. Berkaitan dengan
komunikasi yang komunikatif ini, Al-Qur’an memberikan penjelasan dalam beberapa ayatnya
dengan petunjuk lafadz qawlan yang berbentuk kata kerja perintah (amr).
Tujuan Manajemen Syari’ah
Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha swasta, badan yang bersifat
publik taupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan tentu mempunyai suatu tujuan
sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dari pendiriannya. Manajemen didalam suatau
badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong oleh
motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar,
manajemen haruslah diselenggarakan dengan efesien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap
pengusaha dan manajer dimanapun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan
publik, maupun organisasi sosial kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah ada falsafah hidup
yang dianut oleh masing masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut.
Manajemen yang kita kenal sekarang ini adalah manajemen barat yang individualis
dan kapitalisasi. Di dalam masyarakat yang Individualistis , kepentingan bersama dapat
ditangguhkan demi kepentingan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka telah
meninggalkan nilai-nilai religius yang berdasarkan hubungan tanggung jawab antara manusia
dengan tuhannya, baik mengenai suruhan yang ma’ruf dan pencegahan yang munkar, semata-
semata ditunjuk untuk memenuhi kebutuhannya.
Unsur Manajemen Syari’ah dan Implikasinya di Bank Syari’ah
Manajemen sebagai suatu sistem di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling
terkait antara satu dengan yang lain dalam rangka mencapai sasaran. Unsur satu dengan yang
lain tidak dapat dipisahkan. Hal inilah sebagai suatu konsep keutuhan. Islam memberikan
dorongan kepada umatnya untuk melihat sesuatu secara utuh (kafaah). Terkait dengan
manajemen sebagai suatu sistem, maka didalamnya terdapat unsur-unsur, yaitu: Perencanaan,
Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan.
 Perencanaan
Semua dasar dan tujuan manajemen seperti diatas haruslah terintegrasi,
konsisiten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsistensi ke arah
pencapaian tujuan manajemen maka setiap usaha itu harus didahului oleh proses perencanaan
yang baik. Allah swt. Berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan rencanakanlah
masa depanmu.Dan bertaqwalah kepada Allah sesugguhnya Allah Maha Tahu atas apa-apa
yang kali perbuat” Qs Al-Hasyr (59): 18
Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang
meliputi forecasting, objective, policies, programes, procedures dan budgets.

1. Forecasting
Forecasting adalah suatu peramalan usaha sisitematis, yang paling mungkin memperoleh
sesuatu yang akan datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan yang
rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah untuk memberi informasi sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2. Objective
Objective atau tujuan adalah nilai yang akan dicapai atau dinginkan oleh seseorang atau
Badan Usaha. Untuk mencapai tujuan itu dia bersedia memberi pengorbana atau usaha yang
wajar agar nilai-nilai itu terjangkau. Tujuan suatu organisasi harus dirumuskan dengan jelas,
realistis dan dapat diketahui oleh semua orang yang terlibat dalam organisasi, agar mereka
dapat berpasrtisipasi dengan penuh kesadaran.
Tujuan manajemen bank syari’ah tidak saja meningkatkan kesejahteraan bagi para
stakeholder, tetapi juga harus mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-
prinsip islam, syari’ah dan tradisinya kedalam bisnis keuangan dan bisnis lainnya yang
terkait. Oleh karena itu aktivitas perencanaan tujuan masa depan harus dilakukan dengan
baik, teliti, lengkap dan rinci, dan perumusan kebijakan dan dewan pengawas syari’ah, dan
perencanaan operasional harus disusun bersama dengan para pejabat yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan operasional. Islam menganjurkan melakukan musyawarah, dan bukan one
man show. Sebagaimana Allah berfirman:
“Maka dikarenakan karunia dari Allah engkau bersikap lemah lembut kepada
mereka. Kalau engkau dan berhati keras maka mereka akan menjauh disekitarmu. Oleh
karena itu maafkanlah mereka dan mintalah ampunan untuk mereka.Dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam setiap urusan kalian.Maka jika kamu sudah bertekad (mengambil
keputusan) bulat, maka berserah dirilah kepada Allah, Sesungguhnya Allah itu mencintai
orang-orang yang bertawakal.” QS. Ali ‘Imran(3) : 159.
3. Policies
Policies dapat berarti rencana kegiatan atau juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman
pokok yang diadakan oleh suatu Badan Usaha untuk menentukan kegiatan yang berulang
ulang. Suatu policies dapat dikenal dengan dua macam sifat, yaitu pertama merupakan
prinsip-prinsip dan kedua sebagai aturan untuk kegiatan-kegiatan. Oleh karena itu policies
merupakan prinsip yang menjadi aturan dalam kegiatan yang terus-menerus, setidak tidaknya
selama jangka waktu pelaksanaan rencana suatu organisasi.
Wujud kebijakan dasar (basic policies) umumnya meliputi bidang penting bagi
aktivitas bank:
a) Tipe nasabah yang dilayani
b) Jenis layanan yang disediakan bagi nasabah
c) Daerah atau wilayah pelayanan
d) Sistem penyampaian
e) Distribusi aktiva produktif
f) Preferensi likuiditas
g) Persaingan
h) Pengembangan dan pelatihan staf

4. Programmes
Programmes adalah sederetan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies.
Program itu merupakan rencana kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanakan secara
bertahap, dan terikat dengan ruang (place) dan waktu (time). Program itu harus merupakan
suatu kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan tujuan yang telah
ditentukan dalam organisasi.
5. Schedules
Schedules adalah pembagian program yang harus diselesaiakn menurut ururt-urutan waktu
tertentu. Dalam keadaan terpaksa schedules dapat berubah, tetapi program dan tujuan tidak
berubah.
6. Procedures
Procedures adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Perbedaannya dengan program alah program menyatakan apa yang harus
dikerjakan, dan sedangkan prosedur berbicara tentang bagaiman melaksanakannya.
7. Bugdet
Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan baiaya yang harus dikeluarkan dna pendapatan
yang diharapkan diperolehan di masa yang akan datang.dengan demikan, budget dinyatakan
dalam waktu, uang, material dan unit-unit yang melaksanakan pekerjaan guna memperoleh
hasil yang diharapkan.
 Pengorganisasian

Pengorganisasian mencakup pembagian kerja yang bersifat logis, penetapan tanggung


jawab serta wewenang yang jelas, dan pengukuran pelaksanaan serta prestasi yang diukur.
Pendekatan-pendekatan yang biasa digunakan saat menetapkan organisasi bank yaitu sebagai
berikut:

a. Pendekatan fungsional, yaitu dengan cara pengintegrasian fungsi-fungsi. Fungsi-


fungsi ini biasanya ditetapkan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang tercantum
dalam neraca
b. Pendekatan pasar
c. Fungsi staf
d. Struktur personalia

 Pelaksanaan

Struktur organisasi bank melibatkan berbagai tingkat wewenang dan tanggung jawab.
Bank harus mempunyai pengurus dan manajemen. Bank juga membentuk beberapa komite
yang terdiri dari para anggota direksi dan para personil yang terkait dalam tingkat
manajemen.

 Pengawasan

Kelancaran operasi bank adalah kepentingan utama bagi manajemen puncak. Melalui
pengawasan para manajer dapat memastikan tercapai atau tidaknya harapan mereka.
Pengawasan juga dapat membantu mereka mengambil keputusan yang lebih baik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal


sebagai Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free banking. Peristilahan dengan
menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan dari asal mula sistem perbankan syariah itu
sendiri. Oleh karena itu, perbankan syariah merupakan segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah pada awalnya
dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim
yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia
jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip
syariah Islam. Utamanya adalah berkaitan dengan pelanggaran praktik kegiatan
maisir (spekulasi), gharar (ketidak jelasan), dan riba.

         B.  Penutup

 Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, dimengerti dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai