Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK

SYARIAH MANDIRI

Denitto Giantoro 20.01020071

Latar Belakang
Pengelolaan perusahaan (CG) dalam dunia ekonomi merupakan hal yang dianggap penting
sebagaimana yang terjadi dalam pemerintahan negara. Implementasi GCG pada saat ini bukan
lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan organisasi.
Pernyataan tersebut telah menegaskan bahwa perusahaan memiliki kedudukan penting dalam
menjalankan perannya dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Krisis perbankan di
Indonesia yang dimulai pada akhir tahun 1997 bukan semata-mata diakibatkan oleh krisis
ekonomi, tetapi juga di akibatkan oleh belum diimplementasikannya GCG dan etika yang
melandasinya. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan
Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi, hanya dapat mempunyai dampak jangka
panjang apabila disertai tiga tindakan penting, yakni:
1. Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian
2. Pelaksanaan GCG
3. Pengawasan yang efektif dari otorisasi pengawasan
Oleh karena itu ketaatan akan prinsip-prinsip GCG, antara lain transparansi (transparency),
kemandirian (independence), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), dan kewajaran (fairness) dalam menjalankan perbankan dan segala
prosedur yang ada didalamnya haruslah terlaksana dengan baik agar perbankan dapat
berkembang dengan baik dan sehat.

GCG pada Bank Syariah Mandiri (BSM)


GCG merupakan unsur penting di industri perbankan mengingat risiko dan tantangan yang
dihadapi semakin meningkat. Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya
saing perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumber daya dan risiko secara
lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan pemegang saham
dan stakeholders, sehingga perusahaan dapat beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan
dalam jangka panjang.
BSM berkomitmen penuh melaksanakan GCG di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi
dengan berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan terkait. Hal itu diwujudkan
dalam (Laporan Tahunan BSM, 2009):
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian internal bank
3. Penerapan fungsi kepatuhan auditor internal dan eksternal
4. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian internal
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana berskala besar
6. Rencana strategis bank
7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank

Self Assessment GCG Perbankan

Penerapan GCG di BSM dimulai dari komitmen pihak yang paling berpengaruh terhadap penetapan
strategis perusahaan yang dikenal dengan 3 (tiga) pilar GCG yaitu Pemegang Saham, Dewan
Komisaris dan Direksi. Penerapan GCG di BSM dimulai sejak periode 2003, menggunakan format
standard checklist yang dibuat oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) yang
bekerjasama dengan Asian Development Bank (ADB). Hasil penilaian secara Self Assessment (SA)
tahunan terus membaik sebagaimana hasil pengukuran oleh jajaran BSM (Dewan Komisaris, Direksi
dan Pejabat Eksekutif).

Kebijakan GCG
BSM telah memiliki kelengkapan berbagai kebijakan (soft-structure) yang mengatur
pelaksanaan GCG. BSM menyusun soft-structure GCG sedemikian rupa sesuai dengan
kebutuhan, dan mengacu pada berbagai ketentuan yang berlaku di Indonesia. Soft-
structure GCG yang berlaku di BSM adalah sebagai berikut (Laporan Tahunan BSM,
2009):
a. BSM menyusun Piagam GCG (GCG Charter) berdasarkan Keputusan Bersama
Dewan Komisaris dan Direksi No.9/002-SKB/KOM.DIR tanggal 30 April 2007.
Piagam GCG merupakan peraturan, kaidah dan kebijakan BSM yang wajib dipatuhi
oleh seluruh jajaran BSM. Piagam GCG diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pengelolaan BSM sehingga dalam implementasinya dapat selaras dan sesuai dengan
standar GCG.
b. BSM menyusun Code of Conduct BSM berdasarkan Surat Keputusan Bersama
Direksi dan Komisaris No. 4/002/DIR.KOM tanggal 26 November 2002. Code of
Conduct BSM merupakan pedoman bagi segenap insan BSM agar berperilaku secara
islami, profesional, bertanggung jawab, wajar, patut, dan dapat dipercaya bagi seluruh
jajaran BSM baik dalam melakukan hubungan bisnis dengan para nasabah, rekanan,
maupun hubungan dengan rekan sekerja.
c. Piagam Komite, terdiri dari: Piagam Komite Audit, Piagam Komite Remunerasi
dan Nominasi, dan Piagam Komite Pemantau Risiko.

Mekanisme GCG

Gambar 1. Mekanisme GCG (Laporan Tahunan BSM, 2009).


RUPS melakukan pengambilan keputusan penting yang didasari pada kepentingan
perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundangan
yang berlaku. Pengelolaan dilakukan oleh Direksi, sementara Dewan Komisaris
melakukan pengawasan yang memadai terhadap kinerja pengelolaan perusahaan. Untuk
memastikan produk-produk BSM tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, BSM dikawal
oleh Dewan Pengawas Syariah (Laporan Tahunan BSM, 2009).

Struktur Organ GCG


Organ perusahaan, terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris,
Dewan Pengawas Syariah, dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan
GCG secara efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ mempunyai
independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata
untuk kepentingan perusahaan (Laporan Tahunan BSM, 2009).
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS adalah organ perusahaan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan
dan memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi, Dewan
Komisaris atau Dewan Pengawas Syariah. RUPS sebagai organ perusahaan merupakan
wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting berkaitan dengan
modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran
Dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS
didasari pada kepentingan usaha perusahaan jangka panjang. RUPS dan atau pemegang
saham tidak melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan
Komisaris, Dewan Pengawas Syariah serta Direksi dengan tidak mengurangi
wewenang RUPS untuk menjalankan hak sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan
perundang-undangan. Pengambilan keputusan RUPS dilakukan secara wajar dan
transparan.
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
serta memastikan bahwa BSM melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan dan tanggung jawabnya,
Dewan Komisaris telah membentuk Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan
Komite Remunerasi dan Nominasi. Dewan Komisaris BSM telah memenuhi ketentuan
fit & proper test dari Bank Indonesia, UU Perseroan Terbatas dan ketentuan GCG.
BSM mewajibkan anggota Dewan Komisaris untuk mengungkapkan kepemilikan
sahamnya, baik pada BSM maupun pada bank dan perusahaan lain, yang berkedudukan
di dalam dan di luar negeri dalam suatu laporan yang harus diperbaharui setiap
tahunnya. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap akhir periode tutup buku. Hasil
penilaian kinerja Dewan Komisaris disampaikan dalam RUPS.
a. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
b. Independensi Dewan Komisaris
c. Susunan Anggota Dewan
d. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan Komisaris
e. Rapat Dewan Komisaris
f. Rangkap Jabatan Dewan Komisaris
g. Kebijakan Remunerasi
h. Pelatihan Dewan Komisaris
3. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Sebagai bank yang bergerak di bidang syariah, maka dibentuk Dewan Pengawas
Syariah (DPS). DPS bersifat independen yang anggota-anggotanya ditetapkan oleh
Dewan Syariah Nasional (DSN), sebuah badan di bawah Majelis Ulama Indonesia
(MUI). Seluruh pedoman produk pendanaan, pembiayaan dan operasional harus
disetujui oleh DPS untuk menjamin kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Direksi
Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk
kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi sebagai organ
perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif dalam mengelola perusahaan. Direksi
bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan nilai tambah dan
memastikan kesinambungan usaha. Masing-masing anggota Direksi melaksanakan tugas dan mengambil
keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenang. Tugas, wewenang, dan hal-hal lain yang terkait
dengan Direksi sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugasnya, Direksi bertanggung jawab kepada RUPS. Pertanggungjawaban Direksi kepada
RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG. Kinerja Direksi dievaluasi oleh Dewan Komisaris baik secara individual maupun kolektif
berdasarkan unsur-unsur penilaian kinerja yang disusun oleh Komite Remunerasi dan Nominasi.
Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap akhir periode tutup buku. Hasil penilaian kinerja Direksi oleh
Dewan Komisaris disampaikan dalam RUPS.

Anda mungkin juga menyukai