SYARIAH MANDIRI
Latar Belakang
Pengelolaan perusahaan (CG) dalam dunia ekonomi merupakan hal yang dianggap penting
sebagaimana yang terjadi dalam pemerintahan negara. Implementasi GCG pada saat ini bukan
lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan organisasi.
Pernyataan tersebut telah menegaskan bahwa perusahaan memiliki kedudukan penting dalam
menjalankan perannya dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Krisis perbankan di
Indonesia yang dimulai pada akhir tahun 1997 bukan semata-mata diakibatkan oleh krisis
ekonomi, tetapi juga di akibatkan oleh belum diimplementasikannya GCG dan etika yang
melandasinya. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan
Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi, hanya dapat mempunyai dampak jangka
panjang apabila disertai tiga tindakan penting, yakni:
1. Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian
2. Pelaksanaan GCG
3. Pengawasan yang efektif dari otorisasi pengawasan
Oleh karena itu ketaatan akan prinsip-prinsip GCG, antara lain transparansi (transparency),
kemandirian (independence), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), dan kewajaran (fairness) dalam menjalankan perbankan dan segala
prosedur yang ada didalamnya haruslah terlaksana dengan baik agar perbankan dapat
berkembang dengan baik dan sehat.
Penerapan GCG di BSM dimulai dari komitmen pihak yang paling berpengaruh terhadap penetapan
strategis perusahaan yang dikenal dengan 3 (tiga) pilar GCG yaitu Pemegang Saham, Dewan
Komisaris dan Direksi. Penerapan GCG di BSM dimulai sejak periode 2003, menggunakan format
standard checklist yang dibuat oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) yang
bekerjasama dengan Asian Development Bank (ADB). Hasil penilaian secara Self Assessment (SA)
tahunan terus membaik sebagaimana hasil pengukuran oleh jajaran BSM (Dewan Komisaris, Direksi
dan Pejabat Eksekutif).
Kebijakan GCG
BSM telah memiliki kelengkapan berbagai kebijakan (soft-structure) yang mengatur
pelaksanaan GCG. BSM menyusun soft-structure GCG sedemikian rupa sesuai dengan
kebutuhan, dan mengacu pada berbagai ketentuan yang berlaku di Indonesia. Soft-
structure GCG yang berlaku di BSM adalah sebagai berikut (Laporan Tahunan BSM,
2009):
a. BSM menyusun Piagam GCG (GCG Charter) berdasarkan Keputusan Bersama
Dewan Komisaris dan Direksi No.9/002-SKB/KOM.DIR tanggal 30 April 2007.
Piagam GCG merupakan peraturan, kaidah dan kebijakan BSM yang wajib dipatuhi
oleh seluruh jajaran BSM. Piagam GCG diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pengelolaan BSM sehingga dalam implementasinya dapat selaras dan sesuai dengan
standar GCG.
b. BSM menyusun Code of Conduct BSM berdasarkan Surat Keputusan Bersama
Direksi dan Komisaris No. 4/002/DIR.KOM tanggal 26 November 2002. Code of
Conduct BSM merupakan pedoman bagi segenap insan BSM agar berperilaku secara
islami, profesional, bertanggung jawab, wajar, patut, dan dapat dipercaya bagi seluruh
jajaran BSM baik dalam melakukan hubungan bisnis dengan para nasabah, rekanan,
maupun hubungan dengan rekan sekerja.
c. Piagam Komite, terdiri dari: Piagam Komite Audit, Piagam Komite Remunerasi
dan Nominasi, dan Piagam Komite Pemantau Risiko.
Mekanisme GCG