Anda di halaman 1dari 22

KONSEP ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

1
BAB I
PENDAHULUAN
 

A. Latar Belakang

Profesi perawat dewasa ini sangat diminati karena bidang


pelayanan kesehatan masyarakat masih banyak membutuhkan tenaga-
tenaga kesehatan profesional yang berkompeten di bidang pelayanan
kesehatan. Perawat termasuk posisi vital dalam dunia pelayanan kesehatan
selain dokter. Menjadi perawat profesional membutuhkan pengetahuan
dan keterampilan khusus.

Namun, dalam menjalankan profesinya sebagai perawat, perawat


dituntut memahami dan menerapkan kode etik keperawatan serta hukum
kesehatan yang mengatur relasinya baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap dokter, tenaga medis yang lain, pasien/klien, dan masyarakat
secara keseluruhan.

Seiring dengan kemajuan zaman, ilmu teknologi, dan informasi


yang semakin canggih. Membuat masyarakat menjadi lebih kritis.
Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang semakin maju membuat
derajat kesehatan masyarakat menjadi tinggi. Perkembangan ini diikuti
dengan perkembangan hukum di bidang kesehatan, sehingga secara
bersamaan petugas kesehatan menghadapi masalah hukum terkait dengan
aktivitas, perilaku, sikap, dan kemampuannya dalam menjalankan profesi
kesehatan. Ketika masyarakat merasa tidak puas dengan pelayanan atau
apabila seorang petugas kesehatan melakukan kesalahan yang merugikan
pasien, tidak menutup kemungkinan untuk di meja hijaukan.

Oleh karena itu, berbagai masalah yang timbul dalam pelayanan


kesehatan tersebut, menjadi hal yang perlu diperhatikan dan didukung
pemahaman petugas kesehatan mengenai kode etik dan hukum kesehatan,
dasar kewenangan, dan aspek legal dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu
dibutuhkan suatu pedoman yang baik dan benar-benar terpercaya tentang

2
sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang petugas kesehatan,
pedoman tersebut adalah kode etik dan hukum kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika keperawatan?
2. Apa tujuan dari etika keperawatan?
3. Apa fungsi dari etika keperawatan?
4. Apa yang dimaksud dengan kode etik keperawatan?
5. Apa yang dimaksud dengan hukum kesehatan dan apa saja hukum
tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari etika keperawatan.
2. Untuk memahami tujuan dari etika keperawatan.
3. Untuk memahami fungsi dari etika keperawatan.
4. Untuk memahami pengertian kode etik keperawatan.
5. Mampu memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip etik.
6. Mampu memahami hukum kesehatan yang telah ditetapkan.

D. Manfaat

Menambah wawasan dan pengetahuan lebih mendalam mengenai konsep


etik dan hukum kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Etik

1. Pengertian Etika Keperawatan

Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani,


yaitu “ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, model perilaku
atau standar yang diharapkan, dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan.
Konsep etika dapat dipahami sebagai peraturan atau norma yang
digunakan sebagai dasar acuan perilaku yang dilakukan oleh seseorang.
Etika keperawatan menjadi acuan dasar bagi perawat dalam
menjalankan profesinya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika keperawatan adalah suatu tindakan


keperawatan yang memiliki standar dan kriteria tertentu yang sesuai
dengan peraturan dan norma yang telah ditetapkan, dapat dinilai dengan
baik atau buruk perilaku seseorang.

2. Tujuan Etika Keperawatan

Jika dirumuskan ke dalam beberapa hal pokok, tujuan dari konsep etika
keperawatan sebagai berikut :

(1) Merekatkan hubungan harmonis antara perawat dan pasien


(2) Menyelesaikan segala persoalan yang dialami oleh klien atau
pasien ketika menerima pelayanan dari seorang perawat
(3) Melindungi seorang perawat yang diperlakukan secara tidak adil
oleh institusi yang menaunginya
(4) Menyinergikan institusi pendidikan yang menekuni keperawatan
dengan produk lulusan yang dihasilkan

4
(5) Memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna tenaga
keperawatan tentang pentingnya sikap profesional dalam
melaksanakan tugas praktik keperawatan.
(6) Memberi kesempatan bagi para perawat untuk menerapkan ilmu
pengetahuannya dan prinsip etik keperawatan dalam praktik serta
dalam situasi nyata.

3. Fungsi Etika Keperawatan


(1) Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan
(2) Mendorong perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta
dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan
jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
(3) Mendorong para perawat agar dapat berperan secara aktif dalam
mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup
sehat, tidak hanya di rumah sakit, tetapi di luar rumah sakit
(4) Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara
terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional,
integritas, dan loyalitasnya bagi masyarakat luas.
(5) Intinya fungsi etika keperawatan adalah agar para perawat mampu
melaksanakan peran dan fungsinya dengan benar dan maksimal
sesuai dengan kebijakan pemerintah kepada masyarakat dalam
pelayanan kesehatan.

4. Pengertian Kode Etik Keperawatan

Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa


kode etik adalah salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan
arti penting dalam penentuan, pertahanan, dan peningkatan standar
profesi. Kode etik keperawatan dapat juga diartikan seperangkat

5
sistem norma, nilai, dan aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis
yang berlaku bagi semua anggota organisasi profesi keperawatan.
Kode Etik Perawat Nasional Indonesia adalah aturan yang berlaku
untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/ fungsi
perawat. Kode etik keperawatan menjadi pedoman para perawat
dalam menjalankan peran dan fungsinya sesuai standar profesi
keperawatan yang akan melindungi perawat dan pasien.

5. Pinsip-Prinsip Etik

(1) Otonomi (autonomy)

Otonomi adalah hak kemandirian dan kebebasan individu yang


menuntut pembedaan diri. Prinsip otomi adalah didasari pada
keyakinan seseorang bahwa dia mampu berpikir logis dan dapat
membuat keputusan sendiri.

(2) Berbuat baik (beneficience)

Berbuat baik dalam prinsip ini maksudnya individu tersebut


melakukan sesuatu yang baik. Dapat mencegah seseorang
melakukan kesalahan. Terkadang, prinsip ini dalam pelayanan
kesehatan terjadi konflik dengan otonomi. Kenapa? Karena saat
kita sudah niat untuk melakukan suatu kebaikan tetapi terhalang
oleh otonomi (kemandirian kita), jika kita tidak memiliki
pengetahuan atau pedoman yang benar dalam melakukan sesuatu
kita bisa mendapat keburukan/kesalahan dalam perbuatan kita
tersebut.

(3) Keadilan (justice)

Keadilan adalah sesuatu yang ditempatkan sesuai dengan


porsinya. Prinsip keadilan dibutuhkan demi tercapainya kesamaan
derajat dan keadilan terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan.

6
(4) Tidak merugikan (non-maleficience)

Prinsip ini maksudnya dalam melakukan tindakan jangan


menimbulkan bahaya/cedera fisik ataupun psikologis pada pasien.

(5) Kejujuran (veracity)

Prinsip kejujuran adalah penuh dengan kebenaran. Prinsip ini


diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran kepada pasien dengan keadaan dirinya
selama menjalani keperawatan tetapi informasi itu harus akurat
dan objektif. Terkadang, ada saatnya pembatasan kejujuran untuk
kepentingan pasien seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis pasien demi pemulihannya.

(6) Menepati Janji (fidelity)

Prinsip ini memiliki makna bahwa sebagai seorang perawat kita


harus menepati janji dan setia pada komitmen awal. Menepati
janji berhubungan juga dengan ketaatan, kesetiaan, dan tanggung
jawab perawat kepada pasien demi meningkatkan kesehatan.

(7) Kerahasiaan (confidentiality)

Prinsip ini maksudnya bahwa segala informasi yang menyangkut


dokumen catatan kesehatan pasien harus benar-benar dijaga
sungguh-sungguh (privasi). Kecuali, jika pasien mengizinkan
dengan bukti persetujuan.

(8) Akuntabilitas (accountability)

Akuntabilitas dapat diartikan standar pasti bahwa tindakan


seorang yang pofesional harus dapat dinilai dalam situasi yang
tidak jelas atau tanpa terkecuali.

7
B. Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau


peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang
mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok atau masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah
perjanjian terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang berlaku secara
lokal, regional, nasional dan internasional.

Dengan demikian, dalam keperawatan hukum berfungsi sebagai berikut :

(1) Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan


keperawatan yang sah dalam asuhan keperawatan pasien
(2) Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga profesional
kesehatan lain
(3) Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang
mandiri
(4) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
(5) Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
(6) Membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.

Perkembangan hukum kesehatan baru dimulai pada tahun 1967, yakni


dengan diselenggarakannya “World Congress on Medical Law” di Belgia
tahun 1967. “ Di Indonesia, perkembangan hukum kesehatan dimulai
dengan terbentuknya kelompok studi untuk Hukum Kedokteran FK-UI
dan rumah Sakit Ciptomangunkusumo di Jakarta tahun 1982. Kelompok
studi hukum kedokteran ini akhirnya pada tahun 1983 berkembang
menjadi Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI). Pada
kongres PERHUKI yang pertama di Jakarta, 14 April 1987. Hukum
kesehatan mencakup komponen-komponen atau kelompok-kelompok

8
profesi kesehatan yang saling berhubungan dengan yang lainnya, yakni :
Hukum Kedokteran, Hukum Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan,
Hukum Farmasi, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat,
Hukum Kesehatan Lingkungan, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan dapat di


kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:

(1) Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan


yaitu:
a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU
No 36/2009 tentang Kesehatan
b. PP  No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
c. Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat
d. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
e. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
f. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
g. UU No. 38/2014 tentang Keperawatan
UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014 dalam Lembaran Negara no:
307 Tambahan Lembaran Negara no: 5612.Tanda Tangan Presiden
RI Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 17 Oktober 2014 yang
Undang-Undang tersebut memuat 13 BAB dan 66 Pasal.
a. Pada BAB I
Ketentuan Umumo pasal 1 memuat tentang pengertian
Keperawatan, Perawat, Pelayanan Keperawatan, Praktik
Keperawatan, Asuhan Keperawatan, Uji Kompetensi, Sertifikat
Kompetensi, Sertifikat Profesi, Registrasi, Surat Tanda
Registrasi, Surat Ijin Praktek Perawat, Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Perawat Warga Negara Asing, Klien, Organisasi
Profesi Perawat, Kolegium Keperawatan, Konsil Keperawatan,
Institusi Pendidikan, Wahana Pendidikan Keperawatan,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Menteri. Pasal 2

9
memuat asas praktik keperawatan yaitu perikemanusiaan, nilai
ilmiah, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, pelindungan
dan kesehatan dan keselamatan klien. Pasal 3 memuat
pengaturan keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu
perawat, meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,
memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat
dan klien dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. BAB II
Jenis Perawat memuat pasal 4 bahwa jenis perawat terdiri atas
perawat profesi dan perawat vokasi. Perawat profesi adalah ners,
ners spesialis dan untuk ketentuan lebih lanjut mengenai jenis
perawat, Undang-Undang ini mengamanatkan untuk diatur
dengan Peraturan Menteri.
c. BAB III
Pendidikan Tinggi Keperawatan pada pasal 5 membagi
pendidikan tinggi keperawatan terdiri atas pendidikan vokasi,
pendidikan akademik, dan pendidikan profesi. Pendidikan
vokasi dalam pasal 6 disebutkan merupakan program diploma
keperawatan dan paling rendah diploma tiga keperawatan. Pasal
7 mengenai pendidikan akademik yang terdiri dari pendidikan
sarjana keperawatan, program magister keperawatan dan
program doktor keperawatan. Sedangkan program profesi
dimuat pada pasal 8 yang terdiri program profesi keperawatan
dan program spesialis keperawatan. Pasal 9 sampai pasal 16
mengatur tentang pendidikan tinggi keperawatan.
d. BAB IV
Registrasi, Izin Praktik, dan Registrasi Ulang memuat pada
bagian pertama pasal 17 umum, bagian kedua registrasi pasal 18
tentang kewajiaban memiliki STR, persyaratan, masa berlaku
dan ketentuan tentang hal tersebut diamanatkan untuk diatur
dalam peraturan konsil keperawatan. Bagian ketiga izin praktik
dimuat pada pasal 19 tentang kewajiban perawat yang

10
menkjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin dalam
bentuk SIPP, tata cara mendapatkan dan masa berlaku. pasal 20
memuat tempat berlakunya SIPP hanya 1 tempat dan diberikan
paling untuk 2 tempat. Pasal 21 memuat kewajiban memasang
papan nama praktik keperawatan dan ketentuan tentang hal
tersebut akan diatur dalam peraturan menteri ( pasal 23 ). pasal
24 – 27 memuat tentang ketentuan perawat warga negara asing
yang akan menjalankan praktik keperawatan di Indonesia.
e. BAB V
Praktik keperawatan memuat bagian kesatu umum pada pasal 28
ayat 1 menyebutkan praktik keperawatan dilaksanakan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat lainnya yang terdiri
atas praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan ( ayat 2 ) yang harus didasarkan
pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan standar
prosedur operasional ( ayat 3) serta prinsip kebutuhan pelayanan
kesehatan dann atau keperawatan masyarakat dalam suatu
wilayah ( ayat 4 ) yang ketentuan lebih lanjutnya akan diatur
dengan peraturan menteri (ayat 5). Bagian kedua memuat tugas
dan wewenang pada pasal 29 bahwa perawat bertugas sebagai
pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien,
pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan,
pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau
pelaksana tugas dalam keterbatasan tertentu.
f. BAB VI
Hak dan Kewajiban. Bagian Kesatu memuat Hak dan Kewajiban
perawat yang dimuat pada pasal 36 tentang hak perawat dan
pasal 37 tentang kewajiban perawat. Bagian kedua memuat hak
dan kewajiban klien pada pasal 38 tentang hak klien, pasal 39
tentang dasar pengungkapan rahasia klien dan pasal 40 tentang
kewajiban klien.
g. BAB VII

11
Organisasi Profesi Perawat. Pasal 41 memuat tentang tujuan
organisasi profesi perawat sedangkan fungsinya dimuat pada
pasal 42. Lokasi organisasi perawat di Ibukota RI dan
perwakilannya di daerah disajikan pada pasal 43.
h. BAB VIII
Kolegium Keperawatan. Kolegium keperawatan merupakan
badan otonom di dalam organisasi profesi perawat dan
bertanggung jawab kepada organisasi profesi perawat tercantum
pada pasal 44, sedangkan fungsi kolegium yaitu
mengembangkan cabang disiplin ilmu keperawatan dan standar
pendidikan tinggi bagi perawat profesi disajikan pada pasal 45
dan ketentuan lebih lanjut tentang kolegium keperawatan
menurut pasal 46 diatur oleh oragnisasi profesi perawat.

i. BAB IX
Konsil Keperawatan. Pasal 47 merupakan dasar pembentukan
konsil keperawatan yang berkedudukan di ibukota RI (pasal 48)
dan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan, dan pembinaan
perawat serta memiliki berbagai macam tugas ( pasal 49 ).
Untuk wewenang konsil keperawatan tercantum pada pasal 50
dan pendanaan konsil keperawatan yang dibebankan kepada
APBN dan sumber lain yang tidak mengikat tercantum pada
pasal 51. Pasal 52 mencantumkan tentang keanggotaan konsil
keperawatan yang terdiri atas unsur pemerintah, organisasi
profesi keperawatan, kolegium keperawatan, asosiasi institusi
pendidikan keperawatan, asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan
dan tokoh masyarakat. Jumlah anggotanya 9 (sembilan) orang
dan ketentuan lebih lanjut tentang susunan organisasi,
pengangkatan, pemberhentian dan keanggotaan diatur Peraturan
Presiden.
j. BAB X

12
Pengembangan, Pembinaan, dan Pengawasan. Pasal 53
mengatur tentang pengembangan praktik keperawatan yang
dilakukan melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal
atau pendidikan berkelanjutan yang bertujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan keprofesionalan perawat.
Pasal 54 mencantumkan tentang pembinaan pendidikan
keperawatan oleh kementerian urusan pemerintahan di bidang
pendidikan dan koordinasi dengan menteri kesehatan. Pasal 55
menyebutkan Pemerintah, Pemda, Konsil keperawatan dan
organisasi profesi membina dan mengawasi praktik keperawatan
sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Pasal 56 memuat
maksud pembinaan dan pengawasan serta pasal 57 mengatur
tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
pengawasan diatur dalam Peraturan Menteri.
k. BAB XI
Sanksi Adminitrasi. Pasal 58 mengatur tentang ketentuan bagi
pelanggar pasal 18 ayat(1), pasal 21 ayat(1), dan pasal 27 ayat
(1) dikenai sanksi administratif yang dapat berupa teguran lisan,
peringatan tertulis, denda adminitrasi dan/atau pencabutan izin
dan ketentuan lebih lanjytnya akan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
l. BAB XII
Ketentuan Peralihan. Pasal 59 menyebutkan STR dan SIPP yang
telah dimiliki oleh perawat sebelum UU Keperawatan
diundangkan dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu
STR dan SIPP berakhir, dan untuk permohonan memperoleh
STR yang masih dalam proses diselesaikan dengan prosedur
yang berlaku sebelum UU Keperawatan diundangkan ( pasal
60). Pasal 61 mengatur untuk lulusan SPK yang telah
melakukan praktik keperawatan sebelum UU Keperawatan
diundangkan masih diberi kewenangan selama jangka waktu
6(enam) tahun setelah diundangkannya UU Keperawatan.

13
m. BAB XIII
Ketentuan Penutup. Pasal 62 mencantumkan Institusi
Pendidikan Keperawatan yang telah ada sebelum UU
Keperawatan diundangkan harus menyesuaikan persyaratan
dalam pasal 9 paling lama 3 (tiga) sejak diundangkan. Konsil
keperawatan dibentuk paling lama 2 (dua) tahun (pasal 63).
Pasal 64 mengatur tentang semua Peraturan Perundang-
undangan yang mengatur mengenai Keperawatan dinyatakan
masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
berdasarkan UU ini. Pasal 65 menyebutkan peraturan
pelaksanaan dari UU ini harus ditetapkan paling lama 2(dua)
tahun terhitung sejak diundangkannya dan pasal 66 menyatakan
bahwa Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

(2) Hukum Kesehatan yang tidak secara langsung terkait dengan


pelayanan Kesehatan antara lain:
a. Hukum Pidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Misalnya Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung
jawab secara pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana kesehatan
yang dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyebabkan
pasien mengalami cacat, gangguan fungsi organ tubuh atau kematian
akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukannya.
b. Hukum Perdata.

Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan


kesehatan. Misalnya Pasal 1365 KUHPerd. mengatur tentang
kewajiban hukum untuk mengganti kerugian yang dialami oleh
pasien akibat adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan sarana kesehatan dalam memberikan
pelayanan terhadap pasien

14
c. Hukum Administrasi

Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik


yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh sarana kesehatan
yang melanggar hukum adminstrasi yang menyebabkan kerugian
pada pada pasien menjadi tanggung jawab hukum dari
penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut

(3) Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional


a. Konvensi
Konvensi dalam norma adalah peraturan tak tertulis yang lama-
kelamaan menjadi suatu kelumrahan dan bahkan menjadi peraturan
yang disepakati secara pasif oleh masyarakat.
b. Yurisprudensi
Yurisprudensi. Yurisprudensi adalah adalah keputusan-keputusan
dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak
diatur di dalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim
yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang sama.
c. Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan internasional merupakan kebiasaan internasional
usage yang telah diakui mempunyai kekuatan hukum atau sudah
diterima sebagai hukum internasional. Kebiasaan yang dapat
dikategorikan sebagai sumber hukum internasional setidaknya harus
memenuhi dua unsur penting, 
(4) Hukum Otonomi
a. Perda tentang kesehatan
b. Kode etik profesi

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari makalah konsep etik dan hukum kesehatan,
maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
(1) Etika keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan yang memiliki
standar dan kriteria tertentu yang sesuai dengan peraturan dan norma
yang telah ditetapkan, dapat dinilai dengan baik atau buruk perilaku
seseorang.
(2) Tujuan dari etika keperawatan adalah merekatkan hubungan harmonis
antara perawat dan pasien, menyelesaikan segala persoalan yang
dialami oleh klien atau pasien ketika menerima pelayanan dari seorang
perawat, melindungi seorang perawat yang diperlakukan secara tidak
adil oleh institusi yang menaunginya dan lain sebagainya.
(3) Fungsi etika keperawatan adalah intinya agar para perawat mampu
melaksanakan peran dan fungsinya dengan benar dan maksimal sesuai
dengan kebijakan pemerintah kepada masyarakat dalam pelayanan
kesehatan.
(4) Kode etik keperawatan menjadi pedoman para perawat dalam
menjalankan peran dan fungsinya sesuai standar profesi keperawatan
yang akan melindungi perawat dan pasien.
(5) Prinsip-prinsip etik yaitu otonomi, berbuat baik, keadilan, tidak
merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan, dan akuntabilitas.
(6) Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak
dan kewajiban individu, kelompok atau masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam
sebuah perjanjian terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-

16
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.

B. Saran

Berdasarkan uraian dari makalah konsep etik dan hukum kesehatan, maka
penulis ingin memberikan saran, Dengan adanya makalah ini hendaknya
pembaca khususnya mahasiswa keperawatan lebih memahami tentang
konsep etik dan hukum kesehatan. Serta mahasiswa dan perawat dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam praktik
keperawatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Suhaemi,Mimin Emi. 2004. Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Priharjo, Robert. 2006. Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius.

https://nandaayuwulandari.wordpress.com/2016/03/22/2/

https://catatankuliahnya.wordpress.com/category/semester-3/etika-dan-
hukum-kesehatan/

http://drampera.blogspot.co.id/2011/06/hukum-kesehatan.html

18
RESUME

(1) Etika keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan yang memiliki


standar dan kriteria tertentu yang sesuai dengan peraturan dan norma
yang telah ditetapkan, dapat dinilai dengan baik atau buruk perilaku
seseorang.
(2) Tujuan dari etika keperawatan adalah merekatkan hubungan harmonis
antara perawat dan pasien, menyelesaikan segala persoalan yang
dialami oleh klien atau pasien ketika menerima pelayanan dari seorang
perawat, melindungi seorang perawat yang diperlakukan secara tidak
adil oleh institusi yang menaunginya dan lain sebagainya.
(3) Fungsi etika keperawatan adalah intinya agar para perawat mampu
melaksanakan peran dan fungsinya dengan benar dan maksimal sesuai
dengan kebijakan pemerintah kepada masyarakat dalam pelayanan
kesehatan.
(4) Kode etik keperawatan menjadi pedoman para perawat dalam
menjalankan peran dan fungsinya sesuai standar profesi keperawatan
yang akan melindungi perawat dan pasien.
(5) Prinsip-prinsip etik yaitu otonomi, berbuat baik, keadilan, tidak
merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan, dan akuntabilitas.
(6) Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak
dan kewajiban individu, kelompok atau masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam
sebuah perjanjian terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional

19
(7) hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1.Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan
yaitu:
 UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU
No 36/2009 tentang Kesehatan
 PP  No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
 Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat
 UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
 UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
 Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
 UU No. 38/2014 tentang Keperawatan
2.Hukum Kesehatan yang tidak secara langsung terkait dengan
pelayanan Kesehatan antara lain:
o Hukum Pidana
 Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Misalnya Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung
jawab secara pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyebabkan pasien
mengalami cacat, gangguan fungsi organ tubuh atau kematian akibat
kelalaian atau kesalahan yang dilakukannya.
o Hukum Perdata.
 Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan
kesehatan. Misalnya Pasal 1365 KUHPerd. mengatur tentang
kewajiban hukum untuk mengganti kerugian yang dialami oleh pasien
akibat adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan dalam memberikan pelayanan
terhadap pasien
o Hukum Administrasi
 Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh sarana kesehatan
yang melanggar hukum adminstrasi yang menyebabkan kerugian pada

20
pada pasien menjadi tanggung jawab hukum dari penyelenggara
pelayanan kesehatan tersebut
3. Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional
 Konvensi
 Yurisprudensi
 Hukum Kebiasaan
4.Hukum Otonomi
 Perda tentang kesehatan
 Kode etik profesi

21
SOAL
1.Sebutkan pengertian etika keperawatan dan tujuan kita mempelajarinya?

2.Sebutkan prinsip-prinsip etik keperawatan?

3.Sebutkan pengertian hukum kesehatan?

4. Sebutkan .Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan


kesehatan?

5.Sebutkan Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional ?

Resume dikumpul tgl 24 Feb 2020 jam 09.00 wita

1. Resume dan jawaban dalam 1 lembar kertas A4/kerta


bergaris-tulisan tangan

22

Anda mungkin juga menyukai