Anda di halaman 1dari 179

Disain Busana

Dr. Hamidah Suryani, M.Pd


Dr. Syamsidah, M.Pd
Dra. Ratnawati Tawani, M. Hum

i
Disain Busana
Hak Cipta @ 2017 oleh Hamidah,dkk
Hak cipta dilindungi undang-undang
Cetakan Pertama, 2017

Diterbitkan oleh Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar


Gedung Perpustakaan Lt. 1 Kampus UNM Gunungsari
Jl. A. P. Petta Rani Makassar 90222
Tlp./Fax. (0411) 855 199

ANGGOTA IKAPI No. 011/SSL/2010


ANGGOTA APPTI No. 010/APPTI/TA/2011

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk apa pun


tanpa izin tertulis dari penerbit

Disain Busana / Hamidah,dkk - cet.1


Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
Makassar 2017
170 hlm; 23 cm

ISBN :978-602-6883-70-4

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan


karuniaNya sehingga buku ajar ini dapat terwujud sebagaimana
adanya. Buku ajar ini merupakan hasil rangkuman dari beberapa
buku yang dapat menunjang mata kuliah DIsain Busana.
Mata kuliah Disain Busana merupakan mata kuliah wajib
bagi semua mahasiswa Jurusan Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga pada konsentrasi Tata Busana, fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar. Namun sejak berdiri hingga saat
ini, belum pernah disusun sebuah buku ajar yang berisi bahan
kuliah yang menjadi rujukan penting bagi mahasiswa tersebut.
Sebagai penanggung jawab mata kuliah Disain Busana
sejak tahun 2005, dan juga untuk memenuhi akan materi Disain
Busana, maka penulis berupaya untuk menyusun buku yang
dimaksud. Materi-materi kuliah dalam buku ini disusun untuk
memberikan bekal kepada mahasiswa agar mereka kelak
mempunyai wawasan tentang konsep dasar Disain Busana dan
bagaimana menghasilkan suatu disain busana yang baik.
Pendekatan yang diterapkan dalam menyusun buku ajar
ini adalah terlebih dahulu membahas
konsep/teori/pengetahuan dasar Disain Busana dan disertai
dengan contoh-contoh sederhana agar mudah dipahami, lalu
diberikan beberapa soal tanya jawab dan soal praktik untuk
menguji nalar dan penguasaan materi bahasan. Soal-soal ini
sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan diskusi di dalam kelas.
Kemudian disajian beberapa materi latihan untuk praktik
menerapkan teknik dasar mendisain busana tersebut agar
mahasiswa tidah hanya menguasai secara teoritis tapi juga
memiliki kemampuan keterampilan mendisain busana.
Oleh karena itu, bagi yang mempelajarinya (mahasiswa
ataupun anggota masyarakat umum) yang berkeinginan menjadi
perancang busana dan telah mempelajari isi buku ini,
diharapkan berlatih sebanyak mungkin untuk mengasah
iii
keterampilan mendisain busana. Latihan atau praktik dapat
dilakukan sebanyak mungkin, tidak hanya terbata pada materi
latihan/tugas yang disajikan, namun dapat mengembangkannya
lebih lanjut lagi.
Akhinya saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada: (1) Pemerintah dalah hal ini Direktorak Jendral
Pendidikan Tinggi yang telah memberikan hibah penelitian
kepada Kami, (2) Rektor Univeristas Negeri Makassar, (3) Ketua
Lembaga Penelitian yang memfasilitasi dalam penyusunan buku
ajar Disain Busana, (4) kepada seluruh rekan di Jurusan
Pendidikan Kesejateraan Keluarga FT UNM yang telah
mempercayakan saya untuk mengasuh mata kuliah ini. Juga
jajasan staf Penertbit UNM Makassar yang telah
memperjuangkan penerbitan buku ini.
Kami menyadairi buku ajar Disain Busana ini belum
sempurna, olehnya itu masukan dan kritikan sangat kami
harapkan untuk memperbaikan buku ini. Mudah-mudahan buku
ajar ini memberikan manfaat bagi pengembangan pendidikan
pada umumnya terutama bagi pengetahuan Disain Busana.
Penulis

Dr. Hamidah Suryani, M.Pd,dkk

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii


DAFTAR ISI v

BAB I KONSEP DASAR DISAIN BUSANA 1


A. Latar Belakang 1
B. Pengertian Disain Busana 2
C. Hakikat Disain Busana 4
D. Kajian Disain Busana 7
E. Disain Sebagai Produksi 10
F. Disain Sebagai Proses 12
G. Disain Busana Sesuai Lingkungan 12
H. Jenis Disain Busana 13
RANGKUMAN 15
PENDALAMAN 15

BAB II UNSUR-UNSUR DISAIN BUSANA 17


A. Pengertian Unsur-Unsur Disain Busana 17
B. Macam-macam Unsur-Unsur Disain Busana 18
1. Garis 18
2. Arah 20
3. Bentuk 24
4. Ukuran 28
5. Warna 29
6. Tekstur 35
RANGKUMAN 41
PENDALAMAN 42

BAB III PRINSIP-PRINSIP DISAIN BUSANA 43


A. Pengertian Prinsip-Prinsip Disain Busana 43
B. Macam-macam Prinsip-Prinsip Disain Busana 44
1. Keselarasan 44
2. Perbandiangan 50
3. Keseimbangan 51

v
4. Irama 53
5. Pusat Perhatian 56
RANGKUMAN 58
PENDALAMAN 58

BAB IV PROPORSI TUBUH DISAIN BUSANA 59


A. Pengertian Proporsi Tubuh 59
B. Struktur Analisis Kepala dan Wajah 62
1. Profil Wajah Tampak Depan 62
2. Profil Wajah Tampak Tiga Perempat 63
3. Profil Wajah Tampak Samping 65
4. Profil Wajah Tampak Belakang 67
5. Menggambar Rambut 67
C. Struktur dan Analisis Anggota Gerak 72
1. Menggambar Tangan 72
2. Menggambar Lengan 75
3. Menggambar Kaki 76
4. Menggambar Batang Kaki 78
D. Struktur dan Analisis Tubuh Secara Global 79
RANGKUMAN 86
PENDALAMAN 87

BAB V BAGIAN-BAGIAN BUSANA DAN TEKNIK 89


MENGGAMBAR
A. Nama Bagian Busana 90
B. Garis Leher 90
C. Kerah 95
D. Lengan 101
E. Trimming 110
F. Rok 117
G. Celana 123
RANGKUMAN 128
PENDALAMAN 129

vi
BAB VI MENGGAMBAR TEKSTUR DAN POLA MOTIF BAHAN 131
A. Menggambar Bahan dengan Permukaan Berkilau 132
B. Tenunan Halus dan Tipis (Sheers) 133
C. Menggambar Renda (Lace) 134
D. Menggambar Motif Bergaris (Stripe) 136
E. Menggambar Bahan Rajutan 137
F. Menggambar Bahan Bulu ( Fur) 138
G. Menggambar Bahan Quilting 140
RANGKUMAN 142
PENDALAMAN 142

BAB VII DISAIN BUSANA UNTUK BERBAGAI KESEMPATAN 143


A. Disain Busana Rumah 143
B. Disain Busana Kerja 144
C. Disain Busana Kuliah 145
D. Disain Busana Rekreasi dan Kasual 147
E. Disain Busana Olah Raga 148
F. Disain Busana Hamil 149
G. Disain Busana Pesta 149
RANGKUMAN 151
PENDALAMAN 152

BAB VIII TEKNIK PENYAJIAN DISAIN BUSANA 153


A. Disain Sketsa (Design Sketching) 154
B. Disain Produksi 156
C. Disain Sajian (Presentation Design) 160
D. Disain Illustrasi (Fashion Illustration) 162
E. Kolase (Research Board) Mode 164
F. Disain Tiga Dimensi (Three Demention Design) 165
RANGKUMAN 167
PENDALAMAN 167

DAFTAR PUSTAKA 169

vii
viii
BAB I
KONSEP DASAR DISAIN BUSANA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari konsep dasar disain busana, mahasiswa


mampu:

1. Menjelaskan pengertian disain busana.


2. Menjelaskan Hakikat disain busana.
3. Menjelaskan kajian disain busana.
4. Menjelaskan pengertian disain sebagai disain produksi.
5. Menjelaskan pengertian disain sebagai proses.
6. Menjelaskan disain busana sesuai lingkungan.
7. Menjelaskan jenis disain busana.

PEMBAHASAN

A. Latar belakang

Busana atau pakaian dan aksesories yang dipakai setiap


hari dibuat tidak asal jadi, tetapi berdasarkan suatu rancangan
tertentu yang disebut disain. Disainlah yang menyebabkan
busana tampak indah, menarik, anggun, dan nyaman dipakai.
Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, semakin
banyak memerlukan peran disain. Semakin tinggi selera
masyarakat dalam berbusana, semakin tinggi tuntutan
kecermatan keseluruhan disainnya. Sebab, dalam berbusana,
pada hakekatnya manusia selalu menuntut dua nilai sekaligus,
yakni nilai jasmaniah yang berupa enak dan nyaman dipakai,
dan nilai rohaniah yang berupa keindahan dan keanggunan.
Dalam membuat illustrasi disain busana, diperlukan
beberapa informasi pengetahuan, keterampilan di bidang
busana, daya kreasi. Daya kreasi adalah kreativitas yang

Disain Busana 1
dimiliki seseorang yang dituangkan ke dalam bentuk suatu
benda, dalam hal ini adalah bentuk busana. Daya kreasi dalah
hal ini berupa pengetahuan tentang busana itu sendiri,
pengetahuan illustrasi busana, maupun busana secara konkret
yang mengandung seni, sehingga menimbulkan suatu kreasi
yang indah dan menarik untuk dikenakan.

B. Pengertian Disain Busana

Disain merupakan kata baru peng-Indonesiaan dari


kata design (bahasa. Inggris), istilah ini merupakan
pengilmuan kata merancang yang penggunaannya dinilai
terlalu umum dan kurang mewadahi aspek keilmuan secara
formal. Kemudian kata disain mulai dipergunakan di
lingkungan akademis dan profesi, yang kemudian
berkembang sebagai satu istilah budaya yang melingkupi
berbagai aspek kegiatan masyarakat luas.
Di dalam dunia seni rupa Indonesia, kata disain
seringkali dipadankan dengan berbagai istilah, yaitu:
1. Kata benda: rekabentuk, rekarupa, tatarupa, perupaan,
anggitan, rancangan, gagas rekayasa, perencanaan, karya
kerajinan, kriya, kerangka, sketsa ide, gambar, busana,
penggayaan, layout, ruang (interior), susunan rupa,
tatabentuk, tatawarna, ukiran, motif, ornamen, grafis, dan
dekorasi.
2. Kata Kerja: menata, mengkomposisi, merancang,
merencana, menghias, menyusun, mencipta, berkreasi,
menggambar, melukiskan, menyajikan karya, dan berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan merancang
dalam arti luas.

Disain dapat diartikan rancangan sesuatu yang dapat


diwujudkan pada benda nyata atau perilaku manusia, yang
dapat dirasakan, dilihat, didengar, diraba. Khusus mengenai
pengertian disain busana yaitu rancangan model busana yang

2 Disain Busana
berupa gambar dengan menggunakan unsur garis, bentuk,
siluet (silhouette), ukuran, tekstur yang dapat diwujudkan
menjadi busana.
Sedangkan pengertian busana itu sendiri terdiri dari
dua yaitu pertama busana dalam arti umum adalah bahan
tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit
yang dipakai atau disampirkan untuk penutup tubuh
seseorang. Sebagai contoh yaitu kebaya dan kain panjang atau
sarung, rok, blus, blezer, bebe, celana pendek atau celana
panjang (pantalon), kemeja, T-shirt, piyama, singlet, kutang
(brassier) atau buste houlder (BH), rok dalam, bebe dalam.
Yang kedua busana dalam pengertian lebih luas sesuai dengan
perkembangan manusia, khususnya bidang busana, termasuk
kedalamnya aspek-aspek yang menyertainya sebagai
perlengkapan pakaian itu sendiri, baik dalam kelompok
milineries (millineries) misalnya sepatu, sendal, selop, kaus
kaki, topi, tas peci, selendang, kerudung, payung, dasi, sraf,
syaal, stola, ikat pinggang, sarung tangan, maupun aksesories
(accessories) misalnya pita rambut, sirkam, bandu, jepit
rambut, penjepit dasi, giwang, kalung, liontin, gelang, dan
tusuk konde.
Dari pengertian disain busana di atas, maka dapat
disimak bahwa rancangan tersebut berupa gambar model
busana yang didalamnya terdapat pengetahuan busana itu
sendiri yang memuat unsur garis, bentuk, siluet, ukuran,warna,
motif kain dan tekstur, sehingga membentuk suatu gambar
yang dapat dibaca atau difahami oleh orang lain khususnya
yang akan membuat busana sesuai dengan model tersebut.
Jadi, suatu disain harus dapat mengilustrasikan dengan jelas
apa yang ada dalam pikiran seorang perancang sehingga yang
ada dalam pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Tanpa
dapat mewujudkan dalam bentuk gambar tersebut, maka
belum dapat dikatakan sebagai disain busana.

Disain Busana 3
C. Hakikat Disain Busana

Disain busana merupakan hal yang mutlak diperlukan


dalam mengungkapkan suatu pemikiran yang akan
mencetuskan suatu ide dalam bentuk model busana. Disain
busana ini akan diungkapkan melalui gambar yang akan dibaca,
difahami, di realisasikan dalam wujud busana. Disain busana
yang dapat dilihat oleh orang lain, merupakan suatu gagasan
yang diapresiasikan dalam bentuk proses sehingga tampil
dalam wujud gambar disain busana.
Dalam mendisain busana, para perancang (designer)
memerlukan pengetahuan, ide, pemikiran yang akan
dituangkan dalam bentuk rancangan busana berupa gambar.
Manusia dalam kaitan sebagai perancang atau disainer busana
ini juga memerlukan peralatan untuk menggambar rancangan
busana tersebut. Sifat dan kemampuan manusia ini menurut
Harsojo (1977 : 116), antara lain sebagai home sapiens
(makhluk biologis yang dapat berfikir), dan home Faber
(makhluk yang pandai membuat alat dan
mempergunakannya). Dengan demikian bahwa manusia pada
hakekatnya dapat berfikir, yang dari hasil pemikiran dan
keterampilannya dapat dituangkan dalam bentuk rancangan
berupa gambar model busana. Dari hasil rancangan ini dapat
diwujudkan dalam bentuk busana yang dapat dipergunakan
oleh orang yang menyenanginya, menginginkannya atau
membutuhkannya.
Manusia sebagai makhluk home sapiens akan terus
mengembangkan disain-disain busananya yang disesuaikan
dengan kebutuhan manusia untuk berbagai kesempatan,
berbagai usia, bentuk dan ukuran badan, serta produksi tekstil
saat ini. Disamping itu manusia sebagai mahkluk home feber
secara berkelanjtan mewujudkan rancangan tersebut dalam
bentuk busana yang akan disebarkan kepada para konsumen.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(iptek), maka rancangan busana yang diciptakan para disainer

4 Disain Busana
sebagai makhluk yang berfikir dapat membuat rancangan-
rancangan busana dengan alat-alat yang tersedia pada
zamannya, sehingga rancangan model busana berkembang
mulai zaman prasejarah sampai dengan zaman modern ini, dan
sampai dengan akhir dunia.
Manusia yang beradab dimanapun, siapa pun
umumnya selalu membutuhkan busana, baik di zaman primitif,
zaman prosejarah, maupun di zaman modern, atau di era
globalisasi ini. Perbedaan pakaian atau busana pada setiap
zaman terutama pada bahan, model sesuai dengan kondisi
alam, tingkat kebudayaan, pemikiran dan perkembangan
ipteks. Untuk terealisasinya busana saat itu diperlukan
rancangan busana untuk berbagai kesempatan dan berbagai
usia. Para produsen di bidang busana seperti di usaha butik,
usaha garment pada prinsipnya akan selalu memerlukan disain
busana tertentu terlebih dahulu. Disain busana yang dibuat
akan selalu dihasilkan oleh para perancang, baik perancang
profesional maupun perancang yang masih dalam taraf belajar,
atau siapa pun yang mencoba mendisain, dapat memberikan
kontribusi pada dunia mode busana apabila rancangan itu
diwujudkan dalm bentuk busana, dan disebarluaskan kepada
pemakai (consumer) yang membutuhkannya serta menjadi
suatu model busana yang digemari masyarakat.
Disain busana sebagai hasil pemikiran manusia selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan budaya dan
perkembangan ipteks. Walaupun demikian pada dasarnya,
disain busana ini perkembanganya akan selalu berpijak pada
dasar model busana yang telah ada, yang berkembang dari
costum dunia kuno, klasik, eropa dan dunia barat. Jadi busana
atau pakaian pada zaman dunia kuno dampai zaman era
globalisasi dapat dijadikan dasar untuk mendisain busana, yang
tentu perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini, baik dilihat
dari kondisi alam, budaya dan kebutuhan manusia itu sendiri
sebagai para konsumen dari produk desai dan diwujudkan
dalam bentuk busana. Disain yang diseuaikan dengan

Disain Busana 5
kebutuhan konsuman perlu melihat kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dan kebiasaan orang berbusana. Kegiatan yang
dilakukan oleh konsumen ini seperti kegiatan bekerja, rekreasi,
pesta dan dirumah, sedangkan kebiasaan orang berbusana,
yaitu yang berbusana muslimah, daerah, dan berbusana barat.
Para perancang busana dapat merancang jenis busana yang
diseuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan para pemakai
busana.
Disain busana yang berkembang dari zaman kuno
sampai saat ini terdiri atas bagian-bagian busana yang dapat
dipilah-pilah sebagai bagian yang perlu diketahui dalm
mendisain busana yaitu : bentuk dasar model garis leher,
bentuk dasar model kerah, bentuk dasar model lengan, garis
model pada bagian badan, dasar model rok, dan bentuk siluet
model busana. Dari bagian-bagian busana, kemudian dirangkai
menjadi sebuah model busana. Untuk mendisain model
busana ditampilkan rancangan busana sesuai dengan disain
yang diperlukan.
Pada hakekatnya disain busana ialah sebagai suatu
disain struktur, disain dekoratif dan disain fungsional. Disain
struktur merupakan disain busana yang terfokuskan pada
susunan bentuk dan garis (siluet), sedangkan disain dekoratif
yaitu suatu disain yang pada bagian bidangnya diperindah
dengan berbagai cara. Dekorasi yang dilakukan dapat burupa
garis hias, garis lipit, kerutan, draperi, garniture, berbagai
sulaman, bordir, guilting, patchwork, sablon, batik, jumputan,
sedangkan disain fungsional yaitu disain yang berfungsi untuk
kesempatan yang bersifat kemporer (misal: baju hamil), dan
yang keberadaanya dapat dipergunakan ( misalnya: saku
tempel atau saku bobok). Disain fungsional dapat pula
berfungsi sebagai hiasan, misalnya penempelan saku akan
dapat berfungsi sebagai hiasan, dan juga berfungsi untuk
menyimpan sesuatu.

6 Disain Busana
D. Kajian Disain Busana

Busana menrupakan kebutuhan pokok manusia dalam


masyarakat berbudaya. Untuk keperluan pembuatan busana
diperlukan disain busana yang disesuaikan dengan kebutuhan
para pemakai. Kebutuhan para pemakai ini pada umumnya
disesuaikan pula dengan tingkat sosial ekonomi. Para
perancang busana akan membuat rancangan yang disesuaikan
dengan tren mode yang ada dimasyarakat atau justru para
perancang akan membuat atau memperkenalkan
rancangannya untuk menjadi trend mode pada suatu periode
tertentu. Desai-disain busana yang ditawarkan para perancang
melalui mass media cetak atau pun elektronik akam
mempengaruhi motivasi masyarakat untuk memilih model
busana dengan disain yang terbaru, terutama para konsumen
yang selalu mengikuti trend mode.
Disain busana yang telah diwujudkan dalam bentuk
busana yang telah ditampilkan dalam suatu peragaan busana,
di toko-toko, maupun di butik akan memberi dorongan yang
kuat kepada masyarakat penggemar mode untuk memilih
sesuai selera, yang pada umumnya selerapun akan ditentukan
oleh tingkat sosial ekonomi masyarakat. Suatu disain busana
akan diterima oleh masyarakat, apabila rancangan busana itu
sesuai dengan budaya di tempat hasil rancangan itu disebar
luaskan. Masyarakat konsumen yang akan menerima hasil
rancangan terdiri dari berbagai tingkatan sosial ekonomi yang
mempunyai kegiatan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Dengan kebutuhan yang berbeda pada tingkat sosial ekonomi
masing-masing cenderung memberi peluang kepada para
perancang membuat rancangan untuk berbagai kegiatan dan
kesempatan sesuai kebutuhan para konsumen.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(ipteks) yang berkaitan dengan bidang busana, seperti
perkembangan teknologi tekstil, perkembangan teknologi
pewarnaan disain, teknologi pembuatan disain busana malalui

Disain Busana 7
komputer, dan perkembangan teknologi pembuatan busana
itu sendiri sebagai sarana untuk mewujudkan disain busana
cukup berkembang dengan pesat. Teknologi pembuatan tekstil
yang menghasilkan produksi tekstil yang menghasilkan
produksi tekstil yang beragam, bervariasi dari bahan,
penyempurnaan, warna dan corak, cenderung dapat
mendorong para disainer untuk menghasilkan disain-disain
yang dalam wujud busananya akan dapat memanfaatkan hasil
produksi tekstil tersebut.
Disain-disain yang dibuat secara manual akan dapat
memanfaatkan teknologi hasil produksi pewarnaan untuk
menggambar, sehingga disain-disain dapat ditampilkan sesuai
corak dan warna yang sebenarnya. Hasil disain tersebut
cenderung akan tampil lebih menarik untuk dilihat sebagai
arsip para pengusaha busana ataupun untuk para disainer itu
sendiri, para siswa, mahasiswa yang sedang belajar disain atau
siapapun yang berminat belajar disain atau mendisain.
Mendisain dengan komputer dapat membantu para disainer
untuk mempercepat pekerjaan para perancang busana,
terutama untuk para pengusaha busana yang sudah cukup
besar, seperti garment .
Teknologi busana yang demikian maju dengan pesat,
akan mendorong akselarasi munculnya disain-disain busana
terbaru yang menyesuaikan dengan teknologi produksi tekstil
dan teknologi pembuatan busana. Teknologi pembuatan
busana, teknologi menghias busana dengan mesin-mesin yang
sudah lebih canggih, dengan sistem komputer, dapat dijadikan
sebagai salah satu peluang bagi para perancang busana atau
siapapun yang merancang busana untuk mendisain busana
yang perwujudan busananya dapat mempergunakan mesin-
mesin dengan teknologi mutakhir tersebut. Pada disain yang
dibuat akan merupakan rekayasa gambar, warna dan motif
yang diatur, didisain sedemikian rupa, sehingga merupakan
suatu disain yang diasumsikan akan diterima masyarakat.

8 Disain Busana
Busana/pakaian merupakan salah satu unsur teknologi
seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1975 : 59),
yaitu unsur teknologi terdiri dari tujuh : (1) alat-alat produktif,
(2) senjata, (3) wadah, (4) makanan dan minuman, (5) pakaian
dan perhiasan, (6) tempat berlindung dan perumahan, dan (7)
lat-lat transportasi.
Jadi, jelas pakaian (busana) merupakan salah satu unsur
teknologi. Untuk terealisasinya busana, antara lain diperlukan
disain-disain yang dalam perwujudan busananya dengan
memanfaatkan hasil produksi tekstil yang ada saat ini. Para
disain busana akan termotifasi untuk mendisain busana
dengan model yang sesuai untuk berbagai selera pada tingkat
sosial ekonomi yang juga memanfaatkan produksi tekstil yang
tersedia.
Disain busana merupakan disain yang berkembang
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
khususnya dalam teknologi pembuatan tekstil atau bahan
untuk busana, dan teknologi pembuatan busana. Semakin
berkembang dan beragam hasil produksi teknologi tekstil,
teknologi pembuatan dan mendekorasi busana, maka akan
semakin bervariasi pula disain-disain busana yang dapat
ditampilkan. Para pengusaha produksi tekstil dapat memberi
peluang kepada para disain untuk mengembangkan ide-ide
rancangannya dengan tampilan disain busana yang
mempergunakan produksi tekstil tersebut. Dengan demikian
antara para disainer dengan pengusaha produksi tekstil dapat
berkoordinasi untuk saling mengisi, sehingga keduanya dapat
seiring, berkembang meraih kemajuan. Koordinasi dapat
dilakukan pula antara pengusaha tekstil, usaha garment dan
disainer, untuk promasi produksi tekstil yang mutakhir dari
suatu pabrik, promosi para disainer dan usaha garment .
Bentuk promosi yang dapat ditampilkan bersama yaitu
berbentuk peragaan busana (fashion show).
Disain busana yang dihasilkan para perancang akan
menjadi suatu mode yang trend di masyarakat, apabila disain

Disain Busana 9
tersebut sesuai dengan selera masyarakat, budaya dan bahkan
sesuai dengan keyakinan beragama. Sebagai contoh pada saat
ini disain busana muslimah akan banyak di gemari masyarakat,
karena sudah banyak wanita yang beragama islam berbusana
muslimah untuk kegitan sehari-hari. Untuk itu disain busana
muslimah dari disain yang sederhana sampai dengan yang
eksklusif dapat dibuat oleh para disainer untuk memenuhi
kebutuhan busana pada tingkat sosial ekonomi yang bawah
sampai dengan yang tinggi. Dari disain mode yang dirancang
yang disosialisasikan kepada masyarakat dapat mempengaruhi
masyarakat, bahkan dapat memaksa masyarakat dengan tanpa
disadari oleh yang bersangkutan untuk memilih disain-disain
yang sudah diwujudkan dalam bentuk busana. Hal ini
dimungkinkan, karena masyarakat yang selalu mengikuti
mode, apabila tidak menyesuaikan, memilih, memakai disain
busana yang paling mutakhir. Jadi disain busana yang
diciptaakan oleh seseorang, terutama disainer yang sudah
terkenal akan mempengaruhi atau relatif memaksa seseorang
untuk memiliki busananya, berarti disain busana dapat
berperan sebagai fungsi sosial, yang dapat membawa
masyarakat memasuki suatu kelompok lapisan masyarakat
tertentu dari sudut berbusana.

E. Disain Sebagai Produksi

Sebagai hasil ciptaan manusia atau disain sebagai


produksi dapat dikategorikan menjadi dua yaitu bersifat
perasaan atau sensory dan yang bersifat tingkah laku atau
behavior, tetapi adapula hasil ciptaan atau disain yang
memasukkan unsur keduanya yaitu sensory dan behavior
berarti kombinasi kedua aspek disain tersebut.
1. Disain yang bersifat sensory
Disain yang bersifat sensori yaitu hasil karya dari suatu
disain yang dapat dinikmati atau dialami melalui
perasaan atau physical sense seperti melalui

10 Disain Busana
penglihatan, suara, pengecapan, sentuhan dan
pembauan. Pada kenyataannya ada hasil karya dari
suatu disain yang mengandung beberapa unsur diatas,
misalnya makanan mengandung unsur rasa
pengecapan, penglihatan, dan sentuhan. Bahan busana
(kain) mengandung unsur penglihatan, seperti corak
dan warna bahan, rasa (tekstur, hangat/dingin pada
waktu dipakainya). Busana sebagai disain sensory lebih
mengutamakan nilai visual dan nilai sentuhan. Busana
itu harus menjadikan seseorang tampil serasi dan
nyaman mempergunakannya.
2. Disain bersifat behavioral
Yang dimaksud disain yang bersifat behavioral yaitu
disain yang berkaitan dengan pola-pola untuk
melakukan sesuatu atau usaha-usaha yang dilakukan
oleh manusia untuk mencapai sesuatu seperti
pendidikan, politik transportasi, komunikasi. Dengan
melihat pengertian disain behavioral berarti disain
busana secara langsung bukan disain behavioral,
walaupun hasil karya dari suatu disain busana itu
sedikit banyak mengubah gerak langkah seseorang.
3. Disain kombinasi sensory dan behavioral
Kenyataan menunjukkan banyak hasil disain yang
mengandung unsur sensori dan behavioral , misalnya
puisi didengarkan lewat ritme tertentu dengan gaya
tersendiri dari yang membawakannya sehingga
menimbulkan emosi tertentu dari yang
mendengarkannya. Contoh lain parfum yang didisain
dengan bau yang harum tertentu sehingga
membangkitkan reaksi-reaksi emosi tertentu pada
orang yang menciumnya, model busana yang
memperlihatkan lekukan tubuh, terbuka bagian-bagian
tertentu yang dapat merangsang orang lain berbuat
yang amoral.

Disain Busana 11
F. Disain Sebagai Proses

Suatu disain dibuat, umumnya untuk mencapai suatu


tujuan uang telah ditentukan. Demikian pula, disain sebagai
proses ialah disain yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan
dengan menerapkan unsur sensory dan behavioral. Disain
sebagai proses ini hampir sama dengan manajemen. Seperti
mengumpulkan data dan informasi, merencanakan,
melaksanakan dan mengadakan evaluasi pelaksanaan dari
rancangan yang sudah dirumuskan. Langkah-langkah secara
terperinci dari disain proses yaitu:
1) Menetapkan tujuan
2) Mempertimbangkan faktor pengaruh luar
3) Membuat kriteria
4) Membuat rencana
5) Mewujudkan rencana
6) Mengevaluasi hasil karya

G. Disain Busana sesuai Lingkungan

Disain busana yang sesuai dengan lingkungan ialah


busana sebagai suatu rancangan yang dapat diwujudkan, yang
dapat membangkitkan perasaan, yang dapat merefleksikan
ide-ide yang original, diakui, dan diterima oleh lingkungan
masyarakat tertentu yang menjadi tujuan produsen.
Rancangan busana yang telah diwujudkan menjadi bentuk
busana, telah diproduksi untuk dipromodikan dan disebar
luaskan untuk dijual kepada masyarakat luas, akan diuji
keberhasilan rancangannya atau akan terlihat busana hasil
rancangan itu diterima oleh masyarakat atau tidak. Jadi, suatu
disain busana akan dapat disambut baik oleh masyarakat di
lingkungan sosial tertentu, apabila disain sebagai produksi dan
disain sebagai proses telah mengantisipasi sosial ekonomi
masyarakat di mana busana itu akan dipasarkan. Kreatifitas
seorang disainer perlu diselaraskan dengan faktor-faktor

12 Disain Busana
lingkungan seperti: kebutuhan masyarakat, kemanfaatan,
tingkat ekonomi, sosial budaya. Teknologi dan lain-lain yang
lebih disukai (preference) masyarakat. Jadi tanggung jawab
sosial dan kreatifitas hendaknya dapat bekerja sama sehingga
menghasilkan disain produksi dari disain proses yang selaras
dengan lingkungan masyarakat tertentu tempat pemasaran
prosuk busana tersebut.

H. Jenis Disain Busana

Ada 2 jenis disain busana yaitu:


1. Disain struktur: ialah disain berdasarkan bentuk,
ukuran, warna dan tekstur dari suatu benda. Disain
dapat berbentuk benda yang memiliki tiga ukuran
(dimensi) maupun gambaran dari suatu benda dan
dikerjakan di atas kertas.
2. Disain hiasan adalah disain untuk memperindah
permukaan disain strukturnya. Setiap garis, warna, atau
bahan-bahan lain yang digunakan pada disain struktur
dengan tujuan lebih mempertnggi mutu hanyalah
merupakan disain hiasan. Disain struktur jauh lebih
penting daripada disain hiasan. Disain struktur
merupakan suatu yang mutlak (perlu ada) pada setiap
benda, sedangkan disain hiasan hanya untuk
memperindah.

Penerapan disain struktur dan disain hiasan pada disain


busana yaitu Disain struktur pada disain busana mutlak harus
dibuat dalam suatu disain dan disebut siluet (silhouette)
Berdasarkan garis-garis yang dipergunakan dibedakan berbagai
macam struktur dasar siluet model pakaian. Macam-macam
silurt tesebut menunjukkan huruf S maka disebut siluet S;
menunjukkan huruf A maka disebut siluet A; menunjukkan
hirif H maka disebut siluet H; Di samping itu ada juga siluet
yang disebut bustle. Efek gembung bustle ini dihasilkan karena

Disain Busana 13
sehelai kain yang dibentuk menonjol di bawah pinggang bagian
belakang di atas pinggul.
Siluet S adalah siluet yang berpinggang kecil dan
menggembung pada bagian badan dan bagian pinggul. Silut ini
kadang-kadang disebut siluet bel atau lonceng, karena
bentuknya seperti lonceng (gereja), sempit pada pinggangdan
menggembung ke bawah.
Siluet A adalah garisnya sempit di atas dan
mengembang pada bagian bawah seperti huruf A. Sedangkan,
siluet H disebut juga siluet tabung karena pada garis sisinya
lurus dari atas ke bawah. Siluet bustle ini hanya dapat dilihat
dari samping, yaitu mempunyai bentuk menonjol pada bagian
belakang atau pinggul.
Disain hiasan artinya disain busana yang merupakan
bagian-bagian dalam bentuk struktur yang tujuannya untuk
mempertinggi keindahan disain strukturnya. Pada disain
busana, hiasan ini berbentuk kerah, saku, renda-renda, pita
hias, biku-biku, kancing-kancing, lipit-lipt, sulaman dan lain-
lain. Disain hiasan ini kadang-kadang tidak perlu ada pada
setiap disain struktur. Misalnya setiap disain busana tidak
selalu harus memiliki saku, kerah, kancing, renda, dan lain-lain,
tetapi yang mutlak harus dibuat ialah disain strukturnya.

14 Disain Busana
RANGKUMAN

Disain busana adalah rancangan gambar model busana


yang didalamnya terdapat pengetahuan busana itu sendiri
yang memuat unsur garis, bentuk, siluet, ukuran,warna, motif
kain dan tekstur, sehingga membentuk suatu gambar yang
dapat dibaca atau difahami oleh orang lain khususnya yang
akan membuat busana sesuai dengan model tersebut.
Hakekat disain busana merupakan suatu disain
struktur, disain dekoratif dan disain fungsional. Disain struktur
merupakan disain busana yang terfokuskan pada susunan
bentuk dan garis (siluet), sedangkan disain dekoratif yaitu
suatu disain yang pada bagian bidangnya diperindah dengan
berbagai cara. Dekorasi yang dilakukan dapat burupa garis
hias, garis lipit, kerutan, draperi, garniture, berbagai sulaman,
bordir, guilting, patchwork, sablon, batik, jumputan, sedangkan
disain fungsional yaitu disain yang berfungsi untuk kesempatan
yang bersifat kemporer (misal: baju hamil), dan yang
keberadaanya dapat dipergunakan ( misalnya: saku tempel
atau saku bobok).
Disain sebagai produksi dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu bersifat perasaan atau sensory dan yang bersifat
tingkah laku atau behavior, tetapi adapula hasil ciptaan atau
disain yang memasukkan unsur keduanya yaitu sensory dan
behavior berarti kombinasi kedua aspek disain tersebut.
Langkah-langkah secara terperinci dari disain proses
yaitu: menetapkan tujuan, mempertimbangkan faktor
pengaruh luar, membuat kriteria, membuat rencana,
mewujudkan rencana dan mengevaluasi hasil karya. Jenis
Disain Busana ada 2 jenis yaitu: disain struktur: dan disain
hiasan

Disain Busana 15
PENDALAMAN

Untuk mengukur pendalaman belajar mahasiswa pada


tingkat standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka
selesaikan tugas-tugas berikut ini secara kelompok dan
laporkan hasil pemahaman kelompok.
1. Jelaskan pengertian dan tujuan disain busana
2. Uraikan keterkaitan hubungan konsep dasar disain
busana dalam perkembangan busana ditinjau dari
social, ekonomi, budaya dan teknologi

16 Disain Busana
BAB II
UNSUR-UNSUR DISAIN BUSANA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari konsep dasar disain busana, mahasiswa


mampu:

1. Menyebutkan 6 macam unsur desain busana


2. Menyebutkan dan jelaskan penerapan unsur garis
dalam desain busana
3. Menyebutkan dan jelaskan penerapan unsur arah
dalam desain busana
4. Menyebutkan dan jelaskan penerapan unsur bentuk
dalam desain busana
5. Menyebutkan dan jelaskan penerapan unsur ukuran
dalam desain busana
6. Menyebutkan dan jelaskan penerapan unsur warna
dalam desain busana
7. Menyebutkan dan jelaskan penerapan unsur nilai
dalam desain busana
8. Menyebutkan dan jelaskan penerapan unsur tekstur
dalam desain busana

PEMBAHASAN

A. Pengertian Unsur-Unsur Disain

Desain busana merupakan perwujudan cipta karya dan


karsa seseorang yang divisualisasikan pada busana. Para
desainer bekerja untuk menciptakan karya yang sudah tentu
menggunakan berbagai macam bahan yang ada
dilingkungannya. Bahan yang digunakan perancang dalam
mendesain busana biasa dikenal dengan unsur-unsur desain.

Disain Busana 17
Busana merupakan kebutuhan dasar manusia yang
tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan manusia pada
umumnya. Dilihat fungsinya, busana untuk melindungi badan
dari pengaruh alam atau melindungi badan untuk tetap sehat,
menyesuaikan dengan peradaban di mana manusia itu tinggal
serta dapat membuat penampilan seseorang lebih tampan
atau cantik, serasi dan harmonis.
Dengan melihat fungsi busana itu perlu dipikirkan suatu
desain busana yang memenuhi persyaratan tersebut diatas. Di
dalam mendesain busana unsur merupakan suatu kesatuan,
seperti dikemukakan oleh Dora S. Lewis (1960:98) : “Fashion
design han unity when all lines, shape, texture, colors and
values seem belong togather. No line or colour strikes the
wrong note because every element is an essential part of
design”. Sedangkan menurut Chodijah (2001) : Unsur –
unsur desain adalah dasar, komponen atau media yang
digunakan dalam pembuatan suatu desain yang tediri dari
garis, arah, bentuk, ukuran, warna, nilai dan tekstur. Oleh
karena itu setiap unsur mempunyai ciri dan keunikan
tersendiri. Siapapun yang menggunakan unsur-unsur desain
baik profesinya sebagai guru, desainer, atau konsumen harus
mengenal dengan baik macamnya, kualitasnya dan memahami
kekuatan tiap-tiap unsur dan keterbatasannya. Memahami
tiap-tiap unsur berarti mempertinggi pengertian tidak hanya
kekuatan masing-masing tetapi hubungan satu dengan yang
lain sehingga menjadi susunan yang indah. Unsur-unsur ini
harus dipadukan secara seimbang sempurna .

B. Macam-Macam Unsur-Unsur Disain

1. Unsur Garis
Pengertian umum garis merupakan penghubung
dua buah titik. Di dalam suatu desain busana garis
sebagai salah satu unsur yang diperlukan dan
mempengaruhi sesuatu model busana. Garis dapat kita

18 Disain Busana
bedakan sebagai garis luar atau garis di dalam model
busana itu yaitu:
a. Sebagai bayangan garis sisi luar dari model busana yang
di sebut siluet (silhoutte)/desain struktur. Bayangan
garis sisi luar dari siluet itu lazimnya dilihat dari sisi kiri
dan kanan. Siluet oleh para ahli busana dikelompokkan
menjadi siluet A, I, H, T, Y, V, X,L dan S (bustle). Siluet
dari setiap kelompok ini mempunyai ciri tersendiri, dan
akan memberi kesan penampilan tertentu pada
pemakai. Siluet pada sebuah model busana perlu
disesuaikan dengan bentuk tubuh seseorang, agar
seseorang tampil serasi. Contoh-contoh siluet pada
busana dapat dilihat pada gambar berikut.

Siluet H Siluet A Siluet I Siluet S


Siluet Y

Gambar 2.1 Macam-macam Siluet


(Sumber: Hasil observasi, 2015)

b. Sebagai garis hiasan (desain dekoratif) yaitu garis yang


membagi bentuk strukturnya dalam bagian-bagian
yang merupakan hiasan dan memnentukan model

Disain Busana 19
busana tersebut. Misalnya pada model empire,
princess, longtorso, yoke dan lain-lain.
2. Arah
Antara garis dan arah saling berkaitan, karena semua
garis mempunyai arah yaitu vertikal, horisontal, diagonal dan
lengkung. Dari garis yang memiliki arah itu dapat membantu
model yang disebut :
a. Dari garis vertikal dapat menjadi model princess, dan
semi prinsess.
b. Dari garis horisontal dapat menjadi model empire,
longtorso, dan yoke
c. Dari garis lengkung dapat menjadi garis pas
d. Dari garis diagonal dapat menjadi model A simetris.
Berbagai garis yang mempunyai dan membentuk model
dapat dilihat pada contoh berikut.

Model Princess Model Semi princess Model empire Model long torso

Gambar 2.2 Garis yang membentuk model


(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

Tiap arah mempunyai kesan yang berbeda. Dari garis


lurus mempunyai sifat kaku dan memberi dasar kokoh,
sungguh-sungguh dan keras. Dengan adanya arah dapat
memgubah kesan tersebut.
a. Garis vertikal memberikan kesan agung, luhur.
b. Garis Horisontal memberi kesan perasaan tenang

20 Disain Busana
c. Garis diagonal dan garis miring menyudut (obligue
angle) memberi kesan dinamis.
d. Garis mengkung memberi kesan luwes, bersifat riang
dan genbira.
Selain daripada kesan diatas garis memberi pengaruh
terhadap kesan tubuh seseorang. Garis sudah diaplikasikan
pada suatu desain busana akan memberi kesan pada badan
seseorang lebih besar, lebih kecil, lebih pendek atau lebih
tinggi dari realita kondisi badan seseorang. Contohnya dapat
dilihat pada gambat berikut. (lihat gambar 3.3, gambar 3.4 dan
gambar 3.5).
Gambar 2.3 diterangkan bahwa gambar model A
tersebut tidak ada garis yang merintangi, sehigga seolah-olah
kita diajak tegas ke atas akhirnya si pemakai kelihatan lebih
tinggi. Gambar model B, garis tegak lurus dibatasi oleh garis
mendatar sehingga kelihatan si pemakai lebih pendek. Gambar
C, kita seolah-olah dipaksa menuju kebawah oleh garis miring
tersebut sehingga sipemakai kelihatan lebih pendek dari model
B. Gambar model D, garis miring membawa penglihatan kita
menuju ke atas sehingga model yang demikian kelihatan lebih
tinggi.
Penerapan garis vertikal yang memberi kesan pada
pandangan mata yang melihatnya ini dapat lebih bervariasi
lagi, tergantung kreativitas perancang. Variasi tersebut dapat
diberi batas garis dibagian tengah atau dipinggang, di bagian
rok sehingga akan memberi kesan yang berbeda.

Disain Busana 21
Gambar 2.3 Penerapan Garis Vertikal
(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

Gambar 2.4 model A garis lurus dengan arah horisontal


pada panggul, apakah sebagai garis model aaupun sebagai bats
panjang blus akan memberi kesan lebih besar atau lebih
gemuk. Model B mempunyai garis tegak lurus ditengah muka
sehingga kelihatan lebih tinggi. Suatu model yang bidangnya
dibagi dua. Model C dengan kancing pada jarak yang lebar
kelihatan lebih lebar atau memberi kesan gemuk. Model D
bidang dibagi dengan kancing dengan jarak yang berdekatan
sehingga kelihatan lebih memberi kesan langsing.
Garis horisontal yang digambarkan diatas berkisar
dibagi panggul, dan dapat pula penerapan garis horisontal
tersebut pada bagian lainnya. Pada penerapan garis vertikal
dengan kancing dapat pula divariasikan yang lainnya.

22 Disain Busana
Gambar 2.4 Penerapan garis horisontal dan vertikal
(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

Gambar 2.5 Model A1 berbeda dengan model A2


maksudnya kelihatan lebih tinggi dengan mempergunakan
model A1 daripada model A2, walaupun keduanya
dipergunakan garis vertikal. Perbedaan ini disebabkan pada
model A1 mempunyai jarak garis yang sempit sehingga
kesannya lebih tinggi dari pada model A2 karena jarak garis
lebih lebar akan memberi kesan lebar atau gemuk. Model B1
dan B2 yang mempergunakan garis horisontal dengan jarak
yang sempit akan kelihatan penuh (gemuk), sedangkan
horisontal dengan jarak yang lebar akan memberi kesan
panjang atau tinggi.
Penerapan garis lurus miring (diagonal) atau menyudut
dalat membentuk berbagai garis model atau variasi
penggunaan corak kain, seperti pada gambar berikut.

Disain Busana 23
Gambar 2.6 Penerapan garis miring dan menyudut
(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

3. Bentuk
Bentuk sebuah desain khususnya desain busana akan
didasarkan pada beberapa bentuk yang biasanya bentuk
geometris dan bentuk lainnya sebagai variasi pada figure
seseorang atau pada busana.
Bentuk dengan format geometris sama sisi seperti
bujur sangkar, lingkaran, segitiga sama sisi, segi lima, segi

24 Disain Busana
enam, segi delapan, sedangkan geometris yang tidak sama sisi,
seperti oval, segi tiga tidak sama sisi, segi empat panjang,
jajaran genjang, trapesium. Bentuk lain yang dapat diterapkan
pada desain busana seperti bentuk hati, berlian, titik air mata,
binatang, daun, bentuk hati buah pear, bentuk kacang mente.
Selain ada bentuk mempunyai isi dan ruang atau bidang atau
bentuk tiga dimensi, seperti selinder, bola, kubus, kerucut,
piramid, bel, kubah, telur, terompet, tong, dan bentuk jam
dinding.
Bentuk-bentuk tersebut ada yang diterapkan sebagai
bentuk busana atau sebagai desain struktur atau sebagai
desain dekoratif, atau pada bagian tertentu pada suatu desain
busana. Bentuk-bentuk tertentu dari yang disebutkan diatas
dapat dirangkai untuk menjadi suatu struktur atau sebagai
dekoratif.

Gambar 2.7 Bentuk geometis sama sisi

Disain Busana 25
Gambar 2.8 Bentuk-bentuk tiga demensi
(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

a. Bentuk segi empat dan segi panjang


Bentuk ini diterapkan pada busana yaitu pada bentuk
leher, poncho, kimono, mantel dan perlengkapan
busana seperti tas, sepatu dan sebagainya (lihat
gambar 2.9)
b. Penerapan segi tiga dan kerujut.
Bentuk ini terlihat pada syal, garis-garis hias pada
busana wanita, topi, mantel, bentuk leher, bentuk
kerah (lihat gambar 3.10)
c. Bentuk lingkaran dan setengah lingkaran
Bentuk lingkar dan setengah lingkaran pada busana
misalnya terlihat pada : cape, busana balet, garis hias,
bentuk kerah, juga terlihat pada pelengkap busana
seperti tas, topi.
d. Berbagai bentuk sebagai hiasan
Bentuk-bentuk yang dapat diterapkan sebagai desain
dekoratif dapat diterapkan pada rok, kerah, busana
bagian atas atau blus, juga bebe.

26 Disain Busana
Gambar 2.9 Penerapan bentuk segi empat
(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

Gambar 2.10 Penerapan segi tiga dan kerucut


(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

Disain Busana 27
Gambar 2.11 Penerapan bentuk sebagai desain dekoratif
(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

4. Ukuran
Pada sebuah desain busana, garis, bentuk, seringkali
berbeda ukuran. Ukuran ini harus diperhatikan karena akan
mempengaruhi hasil desain. Ukuran ini harus diperhatikan
karena akan mempengaruhi hasil desain. Unsur-unsur desain
yang akan diperhatikan padan sebuah desain perlu mempunyai
ukuran yang seimbang, sehingga merupakan suatu kesatuan
yang harmonis baik kesatuan desain maupun dengan si
pemakai hasil desain itu. Misalnya ukuran pita untuk tubuh
anak kecil sesuai dengan anak tersebut. Demikian juga ukuran
saku, ukuran kerah dan ukuran aksesories.
Selain ukuran keseimbangan pada suatu desain
termasuk pada ukuran ini adalah ukran panjang rok. Ada enam
macam ukuran panjang rok, yaitu (1) mikro mini, (2) mini, (3)
kini /knee, (4) midi, (5) maksi, dan (6) longdress. Macam-

28 Disain Busana
macam ukuran panjang rok dapat dilihat pada gambar di
bawah ini (lihat Gambar 2. 12).

(1) (2) (3)

(4) (5) (6)


Gambar 2.12 Ukuran Panjang Rok
(Sumber: Arifah A. Rianto, 2003)

5. Warna
Pengertian warna menurut ilmu fisika adalah kesan
yang diterima oleh mata (selaput jala / retina ) karena adanya
pantulan dari sesuatu pantulan sinar / cadangan yang tampak,
sedangkan warna menurut ilmu bahan adalah berupa pigmen.
Warna merupakan fenomena getaran / gelombang atau
getaran tertentu dari pancaran sinar suatu benda.
Pada suatu desain busana warna memegang peranan
penting, karena pemilihan warna yang tepat untuk suatu
desain busana menentukan keindahan atau keharmonisan.
Agar dapat menggunakan warna dengan baik dan mudah harus

Disain Busana 29
diketahui istilah-istilah dalam warna dan aturan-aturan dalam
pemakaian warna.
a. Warna primer
Beratus-ratus warna yang terdapat didunia ini
dibuat berdasarkan tiga warna. Tiga warna utama ini
ialah merah, kuning, dan biru. Ketiga warna ini disebut
warna primer. Perkataan primer berarti pertama.
Warna primer atau warna pokok, yaitu warna
yang tidak bisa dicari dari pencampuran warna lain,
bahkan warna lain dapat dicampur dari warna primer
tersebut.
Dibawah ini contoh warna primer.

Gambar 2.13 Warna Primer


(Sumber : Hasil observasi, 2015)

b. Warna Sekunder
Bila dua warna primer dicampurkan yang sama akan
terjadi warna sekunder. Jika kuning dan merah
dicampur dalam jumlah yang sama akan terjadi warna
jingga. Kuning dan biru dalam jumlah sama akan
menghasilkan warna ungu dan jika kuning di
campurkan dengan warna biru akan menghasilkan
warna hijau. Dibawah ini contoh warna sekunder.

30 Disain Busana
Gambar 2.14 Warna sekunder
(Sumber : Hasil observasi, 2015)

c. Warna Perantara (intermediate)


Bila warna primer dan warna sekunder yang
berdekatan dicampur dalam jumlah sama akan
menghasilkan warna yang berbeda, dan disebut warna
penghubung atau warna antara. Misalnya warna merah
(primer) dan jingga (sekunder) bila dicampur terjadi
merah-jingga, dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

Gambar 2.15 Warna Penghubung


(Sumber : Hasil observasi, 2015)

d. Warna netral
Hitam, putih, dan abu-abu disebut warna netral.
Hitam, putih dan abu-abu dapat dikombinasikan satu
dengan yang lain, begitu pula dengan semua warna.
Warna yang mengandung abu-abu (redup) dikatakan
telah dinetralkan. Warna-warna yang telah dinetralkan

Disain Busana 31
ini lebih mudah dikombinasikan dengan warna-warna
lainnya dan kelihatan lebih cocok. Menurut Munsell,
jika semua warna (yang ada pada lingkaran warna)
dicamput dengan perbandingan yang tepat akan terjadi
abu-abu. Abu-abu ini disebut warna netral. Karenanya
warna yang mengandung abu-abu dengan warna-warna
lain kelihatan cocok.

Gambar 2.16 Warna Netral


(Sumber : Hasil observasi, 2015)

e. Warna panas dan Warna dingin (sejek)


Jika melihat pada bagan warna, separo dari
lingkaran itu adalah warna panas dan separo warna
dingin. Warna panas ialah warna yang mengandung
warna merah dan kuning ( merah, merah jingga, jingga,
kuning). Warna-warna panas menpunyai sifat
mendorong, misalnya seseorang memakai warna
merah lombok akan kelihatan lebih besar dibandingkan
dengan yang memakai baju biru dengan bentuk tubuh
yang sama. Sedangkan yang maksud dengan warna
dingin yaitu warna yang mengandung warna biru dan
hijau (hijau, biru hijau, biru ungu, dan ungu). Warna ini
akan kelihatan menjauh, lebih kecil, sehingga seseorang
akan kelihatan lebih kecil dari keadaan yang
sebenarnya.
Untuk menambah kesan hangatnya suatu
warna, perlu ditambahkan warna hitam. Untuk
menambah kesan warna dingin, perlu ditambahkan
warna putih. Warna-warna panas memberi kesan

32 Disain Busana
penampakan menjadi lebih besar, sedangkan warna-
warna dingin akan memberi kesan penampakan lebih
kecil.

Gambar 2.17 Warna Panas dan Warna Dingin/sejuk


(Sumber : Hasil observasi, 2015)

f. Sifat warna
Teori warna menyatakan bahwa warna
mempunyai sifat dan sering diasosiasikan dengan
suasana, waktu, dan kesempatan. Jadi, tiap warna
mempunyai sifat-sifat tersendiri yang menunjukkan ciri
khasnya.
- Warna Merah
Warna merah mempunyai sifat yang
diasosiasikan sebagai perlambang kegembiraan dan
keberanian. Warna merah mempunyai nilai dan
kekuatan warna yang paling kuat, sehingga dapat
memberi daya tarik yang kuat yang banyak disenangi
oleh anak-anak dan wanita.
- Warna Hitam
Warna hitam adalah lambang kenikmatan dan
kedudukan, tepat sekali dipergunakan untuk pakaian
jamuan resmi dalam peristiwa-peristiwa penting,
seperti wisuda sarjana dan melawat jenazah.
- Warna Kuning

Disain Busana 33
Warna kuning adalah warna yang paling
bercahaya yang menarik minat seseorang. Warna
kuning merupakan lambang keagungan dan kehidupan,
mempunyai sifat kesaktian, kecemburuan, dan
keributan.
- Warna Putih
Warna putih mempunyai sifat bercahaya, sering
diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat kesucian dan
kebersihan. Warna ini digunakan untuk pakaian dokter,
juru rawat, dan anak sekolah.
- Warna Biru
Warna biru mempunyai sifat dingin, pasif, dan
tenang. Warna ini diasosiasikan sebagai ketenangan,
pengorbanan, dan harapan, disenangi oelh seseorang
yang berjiwa dewasa dan mantap.
- Warna Violet
Warna violet mempunyai sifat dingin yang
mengesankan, sering diasosiasikan dengan kesedihan,
katabahan, dan keadilan.
- Warna Abu-abu
Warna abu-abu bisa digunakan sebagai latar
belakang yang baik segala warna. Warna ini dapat
diasosiasikan sebagai lambang ketenangan dan
kerendahan hati.
- Warna Lembut
Warna lembut yang dimaksud di sini adalah
warna merah muda, biru muda, dan hijau muda. Warna
lembut mempunyai sifat cenderung menunjukkan sifat
kewanitaan yang mendalam.
- Warna Pastel
Warna yang termasuk warna pastel adalah
warna-warna krem, coklat muda, putih susu, hijau kaki
dan kuning gading. Warna pastel mempunyai sifat
kejantanan yang lembut atau mendapam.

34 Disain Busana
g. Nilai
Nilai (value) ini berhubungan dengan warna
yaitu dari warna tergelap sampai dengan warna yang
paling terang. Menurut Albert Munsell seorang ahli
warna, menyusun sembilan tingkatan warna dari sifat
gelap ke sifat terang.Warna-warna tersebut
mempunyai nilai tertentu misalnya warna merah atau
mempunyai lebih banyak unsur merah memberi kesan
suasana gembira. Jadi warna itu tidak sesuai untuk
busana pergi melawat yang meninggal, tetapi sesuai
untuk pergi pesta atau ketempat-tempat untuk
bersantai.
Dibawah ini contoh tingkatan warna :

a. Biru gelap ke biru terang

b. Merah gelap ke merah terang

Gambar 2.18 Nilai / Value


(Sumber : Hasil observasi, 2015)

6. Tekstur
Dalam suatu desain busana, tekstur itu tidak boleh
dilupakan, karena salah satu yang menentukan desain itu baik
atau tidaknya, apabila diwujudkan dalam bentuk busana.
Pemilihan tekstur hendaknya disesuaikan dengan model yang
dirancang.
Pengertian tekstur tidak saja terbatas pada sifat
permukaan benda atau bahan, tetapi juga menyangkut kesan
terhadap perasaan yang timbul ketika melihat permukaan
bahan. Tekstur dapat mempengaruhi penampilan bahan, baik

Disain Busana 35
secara visual (berdasarkan penglihatan) maupun secara
sensasional (berdasarkan kesan terhadap perasaan).
Didalam memilih tekstur (bahan dan permukaan bahan)
dari pakain ada beberapa hal yang harus diperhatikan;
a. Figur seseorang.
b. Siluet dari pakaian
c. Suasana dan kesempatan.

1) Figur seseorang
Yang simaksud dengan figur yaitu gambaran
tentang bentuk lahir seseorang, termasuk bentuk
badan dan warna kulit. Kecil atau besar, gemuk atau
kurus, kulit yang bagus atau yang sedang maupun
kurang semuanya adalah gambaran seseorang.
Dalam memilih bahan seperti juga memlih
warna dan bentuk, siasat-siasat dari tipuan mata tetap
juga memainkan peranannya yaitu :

1) Tekstur yang bercahaya (mengkilat) dan


tekstur yang kusam.
Bahan-bahan pakaian yang mempunyai tekstur
yang bercahaya seperti taffeta, satin, wetlook, sutera
Thai dan lain-lain akan mempengaruhi figur seseorang.
Bahan-bahan ini sifatnya memantulkan cahaya hingga
memberi tekanan pada kulit dan bentuk badan.
Memakai pakaian yang bercahaya (mengkilap)
akan membuat warna kulit menjadi pucat dan akan
memberi tekanan pada keadaan kulit. Jadi bahan-bahan
yang mengkilat dianjurkan bagi orang-orang yang
mempunyai kulit yang bagus dan indah yang ingin
ditonjolkan. Dihindari untuk orang-orang yang
mempunyai problema-problema pada kulit. Untuk
orang-orang yang berjerawatan dan untuk tangan serta
kaki yang bekas-bekas koreng sebaiknyalah menghidari

36 Disain Busana
bahan-bahan yang bercahaya, yang menampakkan
bagian-bagian yang kurang disenangi.
Bahan-bahan dengan tekstur yang licin dan
bercahaya akan mempunyai figur kelihatan menjadi
tambah besar, orang kurus akan kelihatan agak montok
dan gemuk. Jadi bahan yang bercahaya baik untuk
orang yang kurus, yang ingin kelihatan gemuk.
Sedangkan untuk tekstur yang kusam dalam
penglihatan akan menambah kecil bentuk badan
seseorang dan juga akan memberi kesan figur lebih
kecil jika dibandingkan dengan bahan-bahan tekstur
yang mengkilat.

2) Tekstur kaku
Tekstur yang kaku dapat menyembunyikan, atau
memnutupi bentuk badan seseorang tapi akan
menampakan seseorang kelihatan gemuk. Tekstur yang
kaku ini misalnya dapat dipakai oleh orang yang
mempunyai pinggang besar, tetapi buah dada dan
pinggang sepadan (tidak terlalu besar). Maka memilih
tekstur ini untuk menutupi pinggul yang terlalu besar.
Orang yang berbadan gemuk atau kegemukan
(obesitas), tekstur yang kaku ini sebaiknya dihindari.
3) Tekstur lemas
Kain dengan tekstur yang lembut dan lemas
sesuai untuk model-model kerut-kerut, draperi, dapat
memberi efek yang luwes. Model dengan silet H kurang
sesuai dari bahan yang tekstur lemas, dan juga akan
menonjolkan bentuk badan.
4) Tekstur tembus pandang
Kain yang tembus pandang kurang bisa
menutupi figur seseorang misalnya terlalu gemuk atau
terlalu kurus dan ingin kelihatan langsing

Disain Busana 37
5) Tekstur kasar dan halus
Kain yang teksturnya kasar memberi tekanan di
pemakai kelihatan lebih gemuk, sedangkan bahan yang
lembut atau halus tidak akan mempengaruhi kesan
figur seseorang, asal tidak mengkilap.

b. Siluet dari pakaian


Dalam memilih bahan selain dari figur, siluet
dari pakaian juga ikut mempengaruhi pilihan.
Yang dimaksud dengan siluet pakaian ialah
bentuk bagian luar dari gambaran sebuah pakaian.
Antara siluet pakaian dengan bahan haruslah ada
hubungan yang baik. Janganlah terjadi bahan yang
tebal dipakai untuk kerut-kerut dan bahan tipis untuk
pakaian yang berbentuk tailored.
1) Bahan yang tebal, paling baik untuk pakaian
yang mempunyai beberapa garis dalam
hubungan-hubungan tertentu seperti mantel
wol.
2) Bahan yang lunak, baik untuk pakaian dengan
siluet yang tergantung dan ketat seperti dari
bahan crepe dan jersey.
3) Bahan-bahan yang lembut ringan, baik untuk
pakaian-pakaian dengan kerut-kerut atau lipit
kecil-kecil.
4) Bahan yang agak tebal, baik untuk pakaian yang
bentuknya tailored seperti pakaian dari bahan
linen, wol atau tweed.
5) Bahan yang kaku, baik untuk pakaian yang
bentuknya menggelembung seperti pakaian
pada tafetta.

c. Suasana dan kesempatan.


Selain figur dan siluet, suasana dan kesempatan
akam mempengaruhi pemilihan bahan.

38 Disain Busana
Untuk kesempatan bersifat formil, kita akan
memilih bahan yang bercahaya, lunak, halus, tipis dan
kadang-kadang kaku seperti lace, lame, voile, chiffon
sedangkan kesempatan yang tidak formil mengambil
bahan yang kasar dan kusam.
Memilih chiffon baik untuk orang yang sifatnya
tenang dan satin brokade untuk orang yang sifatnya
lincah.
Bahan yang tidak bercahaya baik untuk dipakai
siang hari, sedangkan bahan-bahan yang bercahaya
(mengkilat) hanya untuk malam hari.
Bahan yang lembut dan tipis akan memberi
kesan seseorang yang memilihnya adalah orang yang
senang mengikuti mode, tenang dan luwes, sedang
bahan-bahan yang berat dan kasar akan memberi kesan
orang yang memlihnya seorang yang agung, kuat atau
garang, seperti tweed, bulu-bulu dan kulit.
Untuk memudahakan dalam memilih bahan
sebaiknya buatkan beberapa ketentuan umum seperti
di bawah ini:
 House coat, dressing gown, nightwear dapat
diambil bahan dari serat buatan atau sebaiknya
campuran dari serat kapas untuk memberi rasa
sejuk.
 Kemeja dan blus, bahan dari kapas, jesrey yang
baik, sutera atau bahan dari serat buatan yang
sama tipisnya.
 Rok dan stelan, bahan wol yang ditenun (tidak
kempa), wol campur dengan terylene, denim
yang tebal, gabardin, kapas tweed yang ringan.
Bahkan ini lebih ditekankan untuk pakaian yang
berbentuk tailored. Bahan conduroy dapat juga
dipakai, tapi kelihatannya agak tebal dari tweed,
jadi yang untuk pakai lipitan kurang baik.

Disain Busana 39
 Celana, dapat mengambil bahan dari serat yang
sama seperti rok dan stelan, tapi yang lebih
tebal.
 Gaun terusan, dapat diambil dari bahan dengan
serat yang sama seperti rok dan stelan, tetapo
yang sifatnya lebih lembut dan ringan seperti
jersey, crepe, wol dan bahan lain yang ringan.
 Shirtdress ( kemeja yang panjang dari leher
sampai tulang paha dipakai di bawah mantel
atau waiscoat ), dapat diambil dari bahan-bahan
yang paling baik lebih tipis, dan bahan dengan
permukaan yang rata seperti crepe, wol yang
baik, bahan kapas dan jersey.
 Evening dress, dan kesempatan-kesempatan
istimewa lainnya, mengambil bahan-bahan yang
lebih lembut dan bahan yang tipis.
 Kebaya pendek, bahan yang lembut, tipis dan
tak mengkilat untuk siang hari seperti voille,
organsa, chiffon, brokade dan bahan yang licin
halus dan bercahaya untuk malam hari.
 Kebaya panjang, bahan yang lembut tipis dan
tak bercahaya untuk siang hari, bahan yang
bercahaya untuk malam hari, seperti satin, satin
brokade, lame dan lace.
 Jaket, dapat mengambil bahan flanel, denim,
velour, conduroy, wol, velvet dan kulit.
 Mantel, dapat mengambil bahan wol yang
ditenun atau dimampat yang tebal sekali.
 Pakaian dalam (lingerie) dapat mengambil
bahan yang lunak tipis.

40 Disain Busana
RANGKUMAN

Unsur – unsur desain adalah dasar, komponen atau


media yang digunakan dalam pembuatan suatu desain yang
terdiri dari garis, arah, bentuk, ukuran, warna, nilai dan
tekstur.
Unsur garis berfungsi sebagai bayangan garis sisi luar
dari model busana yang di sebut siluet (silhoutte)/desain
struktur dan sebagai garis hiasan (desain dekoratif).
Unsur arah yaitu vertika (model princess, dan semi
prinsess), horizontal (model empire, longtorso, dan yoke),
diagonal dan lengkung (model A simetris).
Unsur bentuk sebuah desain khususnya desain busana
akan didasarkan pada beberapa bentuk yang biasanya bentuk
geometris dan bentuk lainnya sebagai variasi pada figure
seseorang atau pada busana.
Unsur warna merupakan unsur desain yang paling
menonjol. kehadiran unsur warna menjadikan desain lebih
menarik.unsur warna dapat mengungkapkan suasana
perasaan, sifat dan watak yang berbeda. Unsur warna terdiri
atas warna dasar, warna sekunder, warna perantara, warna
netral, warna panas dan dingin.
Unsur tekstur tidak saja terbatas pada sifat permukaan
benda atau bahan, tetapi juga menyangkut kesan terhadap
perasaan yang timbul ketika melihat permukaan bahan, tetapi
juga menyangkut kesan terhadap perasaan yang timbul ketika
melihat permukaan bahan. tekstur dapat mempengaruhi
penampilan bahan, baik secara visual (berdasarkan
penglihatan) maupun secara sensasional kesan terhadap
perasaan)

Disain Busana 41
PENDALAMAN

Untuk mengukur pendalaman belajar mahasiswa pada


tingkat standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka
selesaikan tugas-tugas berikut ini secara kelompok dan
laporkan hasil pemahaman kelompok.
1. Jelaskan pengertian unsure-unsur disain
2. Buatlah Kliping model busana dengan mengidentifikasi
dan menganalisis unsur-unsur desain yang digunakan
pada sebuah model busana, minimal 5 model busana.

42 Disain Busana
BAB III
PRINSIP – PRINSIP DISAIN BUSANA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari prinsip-prinsip disain busana, mahasiswa


mampu:
1. Menjelaskan pengertian prinsip keselarasan pada disain
busana
2. Menjelaskan pengertian prinsip keseimbangan pada disain
busana
3. Menjelaskan pengertian prinsip irama pada disain busana
4. Menjelaskan pengertian prinsip pusat perhatian pada
disain busana

PEMBAHASAN

A. Pengertian Prinsip-Prinsip Disain


Prinsip-prinsip disain adalah pedoman, teknik atau cara,
metode bagaimana menggunakan dan menyusun unsur-unsur
disain busana untuk menghasilkan efek tertentu. Untuk
membuat suatu disainbusana yang baik, yang harmonis, yang
indah diantaranya perlu mempunyai pengetahuan tentang
prinsip disainyaitu : keselarasan, keseimbangan (balance),
perbandingan (proportion), irama (rhytm) dan pusat perhatian
( center of interest).
Penerapan prinsip-prinsip disainini tidak dapat
ditanggapi secara tepat karena masing masing selalu
berhubungan. Jadi, tidak dapat digunakan secara terpisah-
pisah. Misalnya irama baru ada kalau terdapat pengulangan
dari satu atau beberapa unsur. Prinsip kesatuan baru tercapai
kalau ada keselarasan antara unsur-unsur yang dipakai, dan

Disain Busana 43
keselarasan ini mengandung persesuaian atau perbedaan
(kontras).
Jadi, di dalam disainbusana sebaiknya ditentukan
prinsip mana yang paling kuat atau menonjol pada disainyang
akan dibuat. Oleh karena itu dalam pembuatan disainbusana
ditentukan oleh prinsip yang tertentu seperti keserasian,
kontras dan keseimbangan. Tetapi prinsip-prinsip yang lain
juga harus diperhatikan agar tercapai kesatuan. Suatu disain
yang baik harus menampilkan satu kesatuan.

B. Macam-Macam Prinsip-Prinsip Disain

1. Keselarasan
Keselarasan merupakan prinsip yang paling penting di
antara semua prinsip desain. Keselarasan adalah suatu prinsip
dalam seni yang mencerminkan kesatuan melalui pemilihan
dan susunan obyek dan ide-ide. Sesuai dengan ide pendisainini
akan dihasilkan disainbusana yang berbeda-beda. Dengan ide-
ide ini akan dihasilkan disainbusana yang menarik.
Suatu disaindikatakan selaras/ serasi apabila (1)
perbandingannya baik, (2) keseimbangan baik, (3) mempunyai
sesuatu yang menarik perhatian, dan (4) mempunyai irama
yang tepat. Keselarasan adalah kesatuan di antara macam-
macam unsur disainwalaupun berbeda, akan tetapi membuat
tiap-tiap bagian itu kelihatan bersatu.
Keselarasan pada disainbusana terdiri dari aspek yaitu:
a. Selaras dalam garis dan bentuk
Disainbusana mengandung bermacam-macam bagian yang
berbeda-beda seperti: garis pinggang, kerah, lengan, saku,
ikat pinggang dan hiasan-hiasan. Keselarasan garis dan
bentuk pada busana misalnya: bebe dengan kerah bulat,
begitu pula sakunya dengan bentuk agak bulat pada
sudutnya, kancing dan gasper juga berbentuk bulat (lihat
gambar 3.1)

44 Disain Busana
Selain selaras/serasi garis dan bentuk pada bagian-bagian
busana, suatu disain busana dapat juga memiliki keserasian
dalam bentuk pada hiasannya. Disainhiasan dikatakan
serasi jika penempatan hiasan ini sesuai dengan garis-garis
tekstur yang telah dipilih, misalnya mengikuti bentuk garis
leher, garis lengan, atau garis kelim. Disainpada gambar
berikut memperlihatkan disainhiasan yang serasi dengan
disainstrukturnya

Gambar 3.1 Keselarasan dalam garis dan bentuk


(Sumber: Sanny Poespo, 2003)

b. Keserasian dalam tekstur


Tekstur yang kasar sama sekali tidak dapat
dikombinasikan dengan tekstur yang halus. Misalnya bahan
tipis, sutera yang indah, rayon yang berkilau, beludu, satin

Disain Busana 45
tekstur ini kurang serasi dengan bahan dari wol yang tebal
atau bahan lain yang teksturnya kasar dan kaku.
Jika diinginkan tekstur yang serasi dalam busana, maka
tekstur satu dengan yang lain harus sesuai. Misalnya blus
dari sutera yang lembut lebih sesuai dengan rok dari wol
yang agak lembut daripada wol yang tebal dan kaku.
Tekstur dan model (style ) juga harus serasi.
Disainbusana dengan model kerut-kerut atau garis-garis
yang lembut, bahan dari voile atau sutera tipis lebih sesuai
dari pada bahan yang agak kaku dan tebal.

c. Keserasian dalam warna


Agar terdapat keserasian warna yang baik, janganlah
terlalu banyak warna yang dipakai sekaligus, hendaknya
dibatasi supaya tidak terlalu ramai. Pedoman yang baik
untuk membuat kombinasi warna dalam busana, tidak
lebih dari tiga warna bahkan dua warna yang digunakan
sudah cukup. Agar lebih baik hasilnya pergunakanlah
standar kombinasi yang sudah pernah dipelajari. Selain
standar dikombinasikan harus diperhatikan juga perbedaan
gelap terangnya (value) dan terang atau kusamnya
(intensitasnya). Warna-warna yang akan digunakan pada
area yang luas hendaknya yang efeknya tenang atau
warna-warna yang sudah diredupkan. Sebaliknya jumlah
yang kecil diperlihatkan dalam kontras yang kuat atau
warna-warna yang menyolok.
Berikut ini beberapa contoh kombinasi warna dalam
busana yang menggunakan tidak lebih dari tiga warna
yaitu:
a. Kombinasi satu warna. Kombinasi warna ini sangat
mudah hanya menggunakan satu warna, tetapi berbeda
dalam gelap terang dan terang atau kusamnya.
Misalnya rok biru tua dikombinasikan dengan blus biru
muda; atau gaun warna merah muda, ikat pinggang dan
kerah warna merah tua. Pakaian pria pada umumnya

46 Disain Busana
menggunakan kombinasi satu warna. Misalnya celana
coklat gelap, kemeja putih dengan bergaris coklat
muda, sepatu coklat. Hitam, abu-abu dan putih selalu
digunakan pada setiap kombinasi warna yang serasi.
(lihat gambar 3.2)
b. Kombinasi yang mempunyai persamaan warna
(analog). Yaitu kombinasi warna yang letaknya
berdekatan dalam lingkaran warna. Kombinasi warna
ini lebih sesuai jika warna-warna terbatas di sekitar
warna primer dengan warna-warna yang berdekatan.
Misalnya di antara warna primer kuning dan biru
seperti kuning, kuning-hijau, dan hijau; dan biru-hijau.
Hijau dan jingga adalah warna yang mempunyai
persamaan karena keduanya mengandung kuning (lihat
gambar 3.3).

Gambar 3.2 Kombinasi satu warna


(Sumber: Goet Poespo, 2003)

Disain Busana 47
Gambar 3.3 Kombinasi persamaan warna (analog)
(Sumber: Goet Poespo, 2003)

c. Kombinasi warna pelengkap (komplementer).


Kombinasi pelengkap yaitu kombinasi warna yang
letaknya bertentangan langsung dalam lingkaran
warna. Disebut pelengkap karena sifat warna yang satu
melengkapi yang lain. Kombinasi pelengkap ini lebih
menyenangkan hasilnya, tetapi perlu ditangani dengan
hati-hati. Lebih-lebih merah dan hijau karena merah
adalah warna yang paling menyolok dibandingkan
dengan warna lainnya. Jadi, salah satu pelengkap ini
harus dibuat lebih redup, atau sangat terang atau
sangat gelap, atau hanya merupakan bagian yang
terkecil. Pada busana misalnya rok berwarna ungu
gelap dikombinasikan dengan blus kuning muda; atau
gaun berwarna hijau redup dengan korsase atau syal
berwarna merah menyolok. Dalam busana warna-
warna menyolok digunakan dalam jumlah sedikit

48 Disain Busana
sebagai tekanan (pusat perhatian), sebaliknya warna-
warna yang redup boleh digunakan dalam jumlah lebih
banyak (lihat gambar 3.4).

Gambar 3.4 Kombinasi warna pelengkap (komplementer)


(Sumber: Sanny Poespo, 2003)

d. Kombinasi warna segitiga. Kombinasi segi tiga ini


menggunakan tiga warna sama jaraknya dalam
lingkaran warna seperti: merah, biru dan kuning; atau
jingga, hijau, dan ungu; atau kuning-jingga, biru-hijau,
dan merah-ungu. Kombinasi segi tiga ini satu-satunya
kombinasi yang memerlukan lebih banyak perhatian
waktu menyusunnya. Kombinasi warna segi ini lebih
kaya dari kombinasi warna yang lainnya asal tepat
penggunaanya. Pada busana misalnya gaun berwarna

Disain Busana 49
kuning-jingga yang redup, topi biru-hijau yang agak
terang, dan merah-ungu menyolok sebagai ikat
pinggang.

Gambar 3.5 Kombinasi Warna Segi tiga


(Sumber: Sanny Poespo, 2003)

2. Perbandingan
Perbandingan dalam busana digunakan untuk
menampakan lebih besar atau lebih kecil, dan memberi
kesan adanya hubungan satu dengan yang lain yaitu
pakaian dan sipemakainya. Pakaian yang terlalu longgar
atau terlalu sempit pada badan adalah kurang sesuai.
Perbandingan yang kurang sesuai dalam berbusana
kelihatan kurang menyenangkan. Misalnya wanita
berbadan besar, tidak serasi kalau mengenakan topi kecil,

50 Disain Busana
atau mengenakan pakaian dengan penyelesaian kancing-
kancing kecil, atau membawa tas kecil. Hal tersebut
membuat dirinya kelihatan lebih besar. Corak atau
bungabunga besar, kelengkapan busana yang lebih besar,
juga kurang kena bagi orang berbadan besar. Sebaliknya
wanita yang berbadan kecil sebaiknya menghindari
pemilihan disainukuran besar. Ia akan kelihatan kurang
sesuai dan akan kelihatan bertambah kecil.

3. Keseimbangan
Prinsip ini digunakan untuk memberi perasaan
ketengan dan kestabilan. Pengaruh ketenangan in dapat
dicapai dengan mengelompokkan bentuk dan warna yang
dapat menimbulkan perhatian sama pada bagian kiri dan
kanan dari pusat. Salah satu cara untuk memperoleh
keseimbangan jikalau terdapat bagian-bagian yang sama
pada kedua sisinya.
Ada dua cara untuk memperoleh keseimbangan yaitu :
a. Keseimbangan simetri
Keseimbangan simetri, jika unsur bagian kiri dan kanan
suatu disainadalah sama jaraknya dari pusat. Pada
disainbusana misalnya jika bagian-bagian busana
seperti saku, garis hias, atau hiasan lain pada bagian kiri
dan kanan sama jaraknya dari pusat. Misalnya bebe
bergaris hias sama yang kiri dan yang kanan.
Keseimbangan simetri ini memberi kesan rapi.
Karenanya pengaruh jenis pakaian ini sesuai untuk
pakaian kerja, pakaian bepergian, atau pakaian sekolah.
b. Kesimbangan Asimetris
Keseimbangan simetris terdapat jika unsur-unsur
bagian kiri dan kanan suatu disainjaraknya dari garis
tengah atau pusat tidak sama, melainkan diimbangi
oleh salah satu unsur yang lain. Keseimbangan asimetri
yang kelihatan lebih lembut, lemah gemulai, dan
bervariasi terutama cocok untuk bahan-bahan yang

Disain Busana 51
lembut. Pada akhir-akhir ini timbul mode dengan
penutup disamping. Oleh karena itu, bidang yang lebih
luas dari sisi yang lain harus diimbangi oleh sesuatu
yang lebih menarik perhatian. Apabila suatu hiasan
yang menarik perhatian adalah bros, dan terdapat
hanya pada satu sisi dari busana, hiasan ini tidak
diletakkan terlalu jauh dari garis tengah atau pusat. Jika
hiasan ini diletakkan terlalu jauh dari garis tengah atau
pusat, busana kelihatan kurang seimbang.
Tidak hanya bagian kiri dan kanan suatu
disainbusana itu harus seimbang, tetapi bagian, tetapi
bagian badan (atas) dan rok (bawah) juga harus
seimbang. Apabila terlalu banyak hiasan pada bagian
rok, kelihatan berat di bagian bawah. Sebaiknya apabila
terlalu banyak hiasan di bagian badan akan kelihatan
berat di atas. Jadi harus ada pembagian yang baik
antara bagian badan dan rok.

Gambar 3.6 Keseimbangan Simetris Gambar 3.7 Keseimbangan


Asimetria
(Sumber: Sanny Poespo, 2003)

52 Disain Busana
4. Irama (rhytm)
Irama dalam disaindapat diartikan sebagai suatu bentuk
pergerakan yang dapat mengalihkan pandangan mata dari
satu bagian ke bagian lain. Pergerakan yang berirama dapat
diadakan dengan cara mengulangan sesuatu secara teratur
atau berselingan sehingga tidak membosankan.
Ada empat macam cara untuk menghasilkan irama
yaitu:
a. Pengulangan
Suatu cara untuk menghasilkan irama adalah dengan
mengadakan pengulangan garis. Irama yang dihasilkan
dengan pengulangan garis antara lain pengulangan garis
lipit, lipit jarum, renda-renda, dan kancing yang
membentuk jalur.
Selain pengulangan garis, irama dapat juga dicapai
melalui pengulangan warna atau bentuk. Irama yang
dicapai melalui pengulangan warna pada busana terdapat
apabila warna bahan pakaian diulang pada warna sepatu,
tas, bros, anting-anting, dan lain-lain.

Gambar 3.8 Pengulangan Renda dan Warna


(Sumber: Sanny Poespo, 2003)

Disain Busana 53
b. Radiasi
Garis pada pakaian yang memancar dari pusat
perhatian akan menghasilkan suatu irama yang dinamai
radiasi. Garis-garis radiasi pada busana terdapat pada
kerutan-kerutan yang memancar dari garis lengkung. Garis
yang memancar dari pusat ini berupa kerut-kerut yang
terdapat pada garis leher, garis pas (yoke), pada saku dan
lain-lain.

Gambar 3.9 Radiasi


(Sumber: Goet Poespo, 2007)

54 Disain Busana
c. Peralihan ukuran
Pengulangan ukuran besar ke ukuran kecil atau
sebaiknya akan menghasilkan irama yang disebut peralihan
ukuran (gradation). Rok bertingkat pada gambar 3.10
memperlihatkan
peralihan ukuran yang dapat menimbulkan irama.
Peralihan ukuran pada lebar rok bertingkat dari besar ke kecil
atau sebaliknya lebih menyenangkan dibandingkan apabila
lebarnya dibuat sama. Peralihan ukuran pada busana dapat
juga diperlihatkan dengan pemakaian renda yang variasi
lebarnya. Misalnya pemakaian renda pada garis leher, garis
lengan, dan garis rok (kelim) yang bervariasi lebarnya.

Gambar 3.10 Peralihan Ukuran


(Sumber: Hasil observasi, 2015)

Disain Busana 55
d. Pertentangan
Pertemuan antara garis tegak lurus dan garis mendatar
pada lipit-lipit atau garis hias adalah contoh irama yang
disebut pertentangan atau kontras. Kain berkotak-kotak
atau lipit-lipit juga merupakan contoh irama yang
bertentangan.

5. Pusat perhatian
Disainbusana harus mempunyai suatu bagian yang lebih
menarik dari bagian-bagian lainnya, ini dinamakan pusat
perhatian. Pusat perhatian (center of interest) tersebut
dapat pada bagian leher; misalnya kerah dengan warna
kontras dan indah; pada pinggang dengan ikat pinggang
yang mencolok, rok dengan kerutan, lipit; pada bagian
dadanya bros, pita dan lain-lain.
Pusat perhatian itu sebaiknya menonjolkan bagian-
bagian tubuh yang baik, misalnya muka yang cantik, maka
pusat perhatian dapat ditempatkan d bagian dekat muka,
pinggang yang ramping sengan pita besar dipinggang atau
ikat pinggang yang cantik atau yang menarik dipinggang.
Jadi pusat perhatian itu hendaknya tidak didekatkan pada
bagian-bagian yang kurang baik, misalnya panggul yang
besar memakai pita besar dipanggul. Justru kita kelabui
mata orang lain misalnya dengan pita dengan warna yang
mencolok, sehingga orang tidak akan tertuju pada pinggul
yang besar tetapi secara tidak langsung mata orang akan
tertarik pada titik pusat disainbusana yang sengaja kita
buat.
Dalam meletakkan pusat perhatian pada sebuah
disainbusana hendaknya disusun mana yang akan menjadi
pusat perhatian pertama, kedua, ketiga dan seterusnya,
atau hanay satu-satunya pusat perhatian. Contoh : pusat
perhatian pertama pada bagian muka terletak pada kerah
atau syal yang menarik karena bentuk dan warnanya.
Kemudian pusat perhatian yang kedua ditempatkan pada

56 Disain Busana
pinggang dengan lipit-lipit atau ikat pinggang yang tidak
mencolok. Pusat perhatian yang lebih kecil dapat
dijatuhkan pada lengan, misalnya manset. Jadi, tidak
menabur pusat perhatian yang sama, sehingga pusat
perhatian yang kita maksudkan menjadi hilang.
Pusat perhatian dapat berupa hiasan lipit, renda, bulu-bulu
,warna yang mencolok, asesories yang gemerlapan, kancing
yang mencolok baik bentuk dan warnanya.

Gambar 3.9 Pusat Perhatian


(Sumber: Hasil observasi, 2015)

Disain Busana 57
RANGKUMAN

Prinsip-prinsip disainadalah pedoman, teknik atau cara,


metode bagaimana menggunakan dan menyusun unsur-unsur
disainbusana untuk menghasilkan efek tertentu. Untuk
membuat suatu disainbusana yang baik, yang harmonis, yang
indah diantaranya perlu mempunyai pengetahuan tentang
prinsip disainyaitu: keselarasan, keseimbangan (balance),
perbandingan (proportion), irama (rhytm) dan pusat perhatian
( center of interest).

PENDALAMAN

Untuk mengukur pendalaman belajar mahasiswa pada tingkat


standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka selesaikan
tugas-tugas berikut ini secara kelompok dan laporkan hasil
pemahaman kelompok.
1. Jelaskan pengertian dan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penerapan prinsip-prinsip disain.
2. Buatlah kliping model disain busana dengan
mengidentifikasi dan menganalisis prinsip-prinsip
disain yang digunakan pada sebuah model busana,
minimal 5 model busana untuk setiap prinsip-prinsip
disainbusana.

58 Disain Busana
BAB IV
PROPORSI TUBUH DISAIN BUSANA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari proporsi tubuh disain busana, mahasiswa


mampu:
1. Menjelaskan pengertian proporsi tubuh
2. Menggambar stuktur analisis kepala dan wajah.
3. Menggambar struktur dan analisis anggota gerak.
4. Menggambar struktur dan analisis proporsi tubuh
secara global.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Proporsi Tubuh

Proporsi tubuh ialah ketentuan yang dipakai untuk


menggambar ukuran tubuh manusia berpedoman pada ukuran tinggi
kepala. Perbandingan tubuh ini ditetapkan berdasarkan lukisan dalam
bentuk dua dimensi atau dari foto yang sesungguhnya. Gambar, foto
dan lukisan dibuat dalam sikap berdiri dan keadaan lurus, serta
menghadap kedepan. Perbandiangan ini akan berubah bila sikap dan
gaya berdiri berubah.
Ada tiga macam proporsi tubuh yaitu:
1. Proporsi menurut anatomi sesungguhnya yaitu tinggi tubuh 7
½ kali tinggi kepala.
2. Proporsi menurut disain busana ialah tinggi tubuh 8 kali tinggi
kepala dan ada pula disebut dengan perbandingan menurut
anatomi model.
3. Proporsi tubuh secara ilustrasi yang biasa dipakai untuk iklan
model atau gaya tertentu yaitu perbandingan 9 kali tinggi
kepala bahkan mencapai 12 kali tinggi kepala. Perbandingan ini

Disain Busana 59
dinamakan perbandingan secara ilustrasi.
Sedangkan menurut Dyahtri (2008), mengatakan bahwa perbandingan
tubuh bisa dengan melihat dan nmenetapkan tinggi seseorang melalui
tinggi kepalanya, dengan mengiria-ngira tinggi tubuhnya. Secara
kebetulan ada hubungan antara tinggi badandengan perbandingan
tinggi kepala dengan ukuran centimeter. Perkiraan ini hanya berlaku
untuk orang dewasa normal berukuran di atas 150-an cm., sebagai
contoh:
- Bila seseorang tingginya 6 x tinggi kepala, berarti tingginya 160-an cm.
- Bila seseorang tingginya 6 ½ x tinggi kepala, berarti tingginya 165-an cm
- Bila seseorang tingginya 7 x tinggi kepala, berarti tingginya 170-an cm.
- Bila seseorang tingginya 7 ½ x tinggi kepala, berarti tingginya 175-an cm
- Bila seseorang tingginya 8 x tinggi kepala, berarti tingginya 180-an cm
- Dan seterusnya.
Ukuran ini bukan ukuran pasti, hanya perkisaraaan saja. Hasilnya juga
merupakan bilangan hasil pembulatan ke atas. Mereka-reka atau
mengira-ngira tinggi seseorang cukup penting dan diperlukan pada saat
seseorang datang dan minta konsultasi fashion. Pada saat calon klien
memasuki studio, dalam beberapa detik sang disainer sudah harus
dapat mereka-reka tinggi dan berat badan yang sesuai untuknya.

Gambar 4.1. Proporsi Tubuh Manusia.


(Sumber: Dyahtri N. W. Astuti.2002)

60 Disain Busana
Tubuh manusia merupakan sebuah figur dalam suatu ruang,
sebuah obyek sebagaimana makhluk lain yang mempunyai tinggi,
massa dan soliditas. Tubuh manusia terdir atas empat bagian besar,
yaitu kepala dan leher (torso), tangan dan kaki. Dari semua bagian ini,
badan adalah bagian terbesar dan tidak terbatas dalam jumlah dan
jarak pergerakan. Agar gambar tubuh sesuai dengan letak bagian
tubuh dana sesuai pula dengan perbandinganya, perlu dilakukan
pertolongan berupa garis dan perbandingan tertentu. Perbandingan ini
berlakuk seluruh bagian tubh baik tinggi tubuh, lebar tubuh dan
perbandingan bagian lainnya seperti besar mata, lebar dahi, tinggi
telinga, letak hidung dan bibir.
Menggambar berbagai gerak dapat digunakan perbandingan
dengan memakai rangka. Rangka dipakai pula untuk pertolongan
menggambar sikap tubuh dan beberapa arah seperti gambar tubuh
dilihat dari belakan, miring kiri maupun miring kanan.
Dari uraian dan gambaran diatas maka jelaslah beberapa
pentingnya pengetahuan dan keterampilan menggambar tubuh
manusia secara tepat dan benar, untuk dipelajari oleh calon perancang
busana atau perancang mode.
Adapun alasan lain yang dapat dikemukakan ialah:
a. Gambar tubuh manusia perlu sebagai tempat untuk
mewujudkan gambar pakaian agar perbandingan bagian-
bagian busana dapat susuai dengan perbandingan tubuh.
b. Gambar tubuh manusia membantu para disainer agar dapat
memperhatikan dibagian mana dari model pakaian akan diberi
kelonggaran, lipit bentuk, belahan dan seterusnya.
c. Gambar tubuh manusia membantu untuk memperlihatkan
model pakaian yang dilihat dari berbagai arah, misalnya pakain
yang mempunyai kantong samping digambarkan dengan
tubuh terlihat dari samping, selanjutnya bila pakaian memakai
keistimewaan di belakang maka digambarkan dengan sikap
tubuh terlihat dari belakang.

Disain Busana 61
Gambar 4.2. Proporsi Tubuh Manusia dari Berbagai Sisi
(Sumber: Dyahtri N. W. Astuti.2002)

B. Stuktur Analisis Kepala dan Wajah

1. Profil Wajah Tampak Depan


Menggambar perbandingan dan letak kepala tampak
depan bentuk wajah berbentuk oval masih dianggap sebagai
wajah ideal model.
Langkah-langkahmenggambarkan wajah tampak 0
derajat atau tampak depan sebagai berikut:
1) Buatlah bentuk persegi empat dengan ukuran panjang
A ke B adalah Tinggi Kepala, sedangkan A ke C
didapatkan 2/3 kali Tinggi Kepala (Gambar 4.3)

Gambar 4.3. Skema Kepala Tampak Depan


(Sumber: Hasil observasi, 2015)

62 Disain Busana
2) Setelah kotak persegi empat jadi maka gambarlah
wajah oval pada kotak tersebut. kemudian gambarlah
bagian-bagian wajah mulai dari mata dan alis tampak
depan, hidung tampak depan, bibir tampak depan dan
telinga tampak depan.
3) Gambarlah atas mata terletak pada garis nomor 2,
hidung terletak pada garis nomor 3, atar bibir terletak
pada garis nomor 1/6 (Gambar 4.4 A).
4) Pertegas dan sempurnakan bentuk mata, hapus semua
gari bantu (Gambar 4 .4 B).

A B

Gambar 4.4. Profil Wajah Tampak Depan


(Sumber: Kajiro Kumagai, 1982)

2. Profil Wajah Tampak Tiga Perempat (3/4)


Menggambar perbandingan dan letak kepala tampak
tiga perempat hampir sama dengan tampak depan, tetapi
lebar kotaknya lebih besar dari bandingan pada kepala tampak
depan. Bila memakai patokan sudut sebagai arah tampilan
wajah, maka wajah tampak tiga perempat di posisi 45 derajat.
Dibidang ilustrasi fashion wajah dengan posisi ini dianggap
mempunyai nilai lebih karena dianggap paling styfish. Dibidang
fotogradi, pengarahan gaya seorang model dengan posisi tiga
perempat ini selain dianggap lebih bergaya, juga mempunyai

Disain Busana 63
fungsi mengkamuflase bentuk wajah agar kelihatan lebih oval
dan badan agak lebih langsing.
Dalam kenyataan, posisi tiga perempat ini tidak benar-benar
dilakukan oleh seorang model dengan ketepatan yang lebih
akurat. Secara mudah bila dihitung dengan besarnya sudut
atara posisi 0 hingga 90 derajat posisi. Yang pasti terjadi
ketidak simetrian wajah karena pergeseran arah gerakan
kepala kea arah sisi kiri atau ke arah sisi kanan.
Langkah-langkah menggambarkan wajah pada possisi 45
derajar atau tiga perempat, sebagai berikut:
1) Buatlah bentuk persegi empat dengan ukuran panjang
A ke B adalah Tinggi Kepala, sedangkan A ke C
didapatkan 2/3 kali Tinggi Kepala ditambah 2 cm
disebabkan kepala tampak tiga perempat lebarnya
lebih besar dibandingkan dengan tampak depan
(Gambar 4.5).

Gambar 4.5. Skema Kepala Tampak Tiga Perempat


(Sumber: Hasil observasi, 2015)

2) Setelah kotak persegi empat jadi maka gambarlah


wajah tampak tiga perempat pada kotak tersebut.
kemudian gambarlah bagian-bagian wajah mulai dari
mata dan alis tampak tiga perempat, hidung tampak
tiga perempat, bibir tampak tiga perempat dan telinga
tampak tiga perempat.

64 Disain Busana
3) Gambarlah atas mata terletak pada garis nomor 2,
hidung terletak pada garis nomor 3, atar bibir terletak
pada garis nomor 1/6 (Gambar 4.6A).
4) Pertegas dan sempurnakan bentuk mata, hapus semua
gari bantu (Gambar 4.6 B).

A B
Gambar 4.6. Profil Wajah Tampak Tiga Perempat
(Sumber: Kajiro Kumagai, 1982)

3. Profil Wajah Tampak Samping


Menggambar perbandingan dan letak kepala tampak
samping skemanya sama pada tampak depan dan samping.
Menggambar wajah tampak samping sebenarnya relative lebih
mudah karena tidak membutuhkan perhatian khusus factor
akutasi kesimetrisan wajah. Secara spedifik, umumnya
keindahan bentuk wajah model akan terekspolasi dengan lebih
jelas, tidak seperti gambaran wajah tampak depan. Lentiknya
bulu mata, mancungnya hidung, dagu yang runjing dan leher
yang jenjang akan lebih kelihatan nyata.
Langkah-langkah menggambarkan wajah tampak samping atau
tampak 90 derajat, sebagai berikut:
1) Buatlah bentuk persegi empat dengan ukuran panjang
A ke B adalah Tinggi Kepala, sedangkan A ke C
didapatkan 2/3 kali Tinggi Kepala tambah 2 cm.
(Gambar 4.7)

Disain Busana 65
Gambar 4.7. Skema Tampak Samping
(Sumber: Hasil observasi, 2015)

2) Setelah kotak persegi empat jadi maka gambarlah


wajah tampak samping pada kotak tersebut. kemudian
gambarlah bagian-bagian wajah mulai dari mata dan
alis tampak samping, hidung tampak samping, bibir
tampak samping dan telinga tampak samping.
3) Gambarlah atas mata terletak pada garis nomor 2,
hidung terletak pada garis nomor 3, atar bibir terletak
pada garis nomor 1/6, dan gambarkan letak telinga di
tengah perpotongan garis bantu sehingga terlihat
sejajar dengan tinggi hidung (Gambar 4.8 A).
4) Pertegas dan sempurnakan bentuk mata, hapus semua
gari bantu (Gambar 4.8 B).

A B

Gambar 4.8. Profil Wajah Tampak Samping


(Sumber: Kajiro Kumagai, 1982)

66 Disain Busana
4. Profil kepala Tampak Belakang
Menggambar kepala tampak belakang skemanya sama
dengan kepala tampak depan. Alat indra yang digunakan yaitu
telinga tampak belakang.

A B

Gambar 4.9. Profil Kepala Tampak Kepala


(Sumber: Kajiro Kumagai, 1982)

5. Menggambar Rambut Tampak Depan, Tiga Perempat


(¾) Samping dan belakang

Rambut merupakan mahkota wanita. Dalam


menggambar figure model, rambut juga harus mendapat
perhatian tersendiri. Hal pertama yang penting diperhatikan
dalam menggambar rambut adalah mengetahuan dengan
tepat garis tumbuh rambut (hair line).
a. Cara menggambar rambut tampak depan
a) setengah bagian wajah sebelah atas dibagi menjadi
tiga bagian. Garis pertama di sebelah atas
membentuk dahi lalu kedua ujung garis yang
berlawanan turun kea rah alis, kearah luar lagi
hingga di depan telinga.

Disain Busana 67
b) Kemudian tentukan model rambut yang akan dibuat
dengan membentuk garis luar atau siluet model
rambut yang diinginkan.

c) Gambarlah sehelai demi helai rambut sehingga


membentuk sebuah gaya rambut, dan diarsir bagian
gelap dan yang lebih terang agar rambut kelihatan
nyata.

68 Disain Busana
b. Cara menggambar rambut tampak tiga perempat (3/4)
1. setengah bagian wajah sebelah atas dibagi menjadi
tiga bagian. Garis pertama di sebelah atas
membentuk dahi lalu kedua ujung garis yang
berlawanan turun kea rah alis, kearah luar lagi
hingga di depan telinga.

2. Kemudian tentukan model rambut yang akan dibuat


dengan membentuk garis luar atau siluet model
rambut yang diinginkan.

Disain Busana 69
3. Gambarlah sehelai demi helai rambut sehingga
membentuk sebuah gaya rambut, dan diarsir bagian
gelap dan yang lebih terang agar rambut kelihatan
nyata.

70 Disain Busana
c. Cara menggambar rambut tampak samping
1. setengah bagian wajah sebelah atas dibagi menjadi
tiga bagian. Garis pertama di sebelah atas
membentuk dahi lalu kedua ujung garis yang
berlawanan turun kea rah alis, kearah luar lagi
hingga di depan telinga.

2. Kemudian tentukan model rambut yang akan dibuat


dengan membentuk garis luar atau siluet model
rambut yang diinginkan sama halnya dengan
menggambar rambut tampak depan dan samping.
3. Gambarlah sehelai demi helai rambut sehingga
membentuk sebuah gaya rambut, dan diarsir bagian
gelap dan yang lebih terang agar rambut kelihatan
nyata.

Disain Busana 71
d. Cara menggambar rambut tampak belakang

Gambar 4.10. Profil Rambut Tampak Belakang


(Sumber: Hasil observasi, 2015)

C. Struktur Dan Analisis Anggota Gerak


1. Menggambar Tangan
Menggambar tangan adalah bagian yang rumit
dalam menggambar anatomi tubuh manusia. Sepasang
tangan tidak hanya dapat digerakkan dalam beberapa
pose, tapi puluhan bahkan ratusan pose. Dari
pergerakan pada pengelangan tangan hingga jari-
jemari. Tiap ruas jari juga mempunyai kemampuan tuk
bergerak sendiri sehingga menghasilkan gerakan yang
berbeda-beda dan ekspresif.
Bentuk telapak tangan terbuka dengan jemari
rapat, maka tingginya kurang lebih sama dengan
panjang wajah.

72 Disain Busana
Gambar 4.10 Analisis Tangan
(Sumber : Dyahtri N. W. Astuti.2002)

Amati dengan cermat dan berlatihlah dengan gambar tangan


di bawah ini untuk melengkapi gerakan tangan yang modis.
Berikut adalah dasar menggambar tangan.

Gambar 4.11 Tangan dan perbandingannya

Menggambar berbagai pose tangan:


1. Langkah-langkah menggambar tangan menggenggam
dan bertolak pinggang

a b c d e

Disain Busana 73
2. Langkah-langkah menggambar tangan dengan posisi
rileks dari sisi depan

a b c d f g h

3. Berbagai contoh pose tangan dari sudut pandang depan

4. Berbagai contoh pose tangan dari sudut pandang


belakang :

74 Disain Busana
2. Menggambar lengan
Lengan adalah anggota gerak tubuh bagian atas yang
terbagi atas empat badan: bahu, lengan atas, lengan bawah
dan tangan. Tiap-tiap bagian tubuh saling dihubungkan dengan
sendi. Di bahu dan pangkal lengan ada sendi putar, di bagian
siku dan pergelangan tangan ada sendi engsel.

Gambar 4.12 Beragam variasi gerakan lengan


(Sumber : Dyahtri N. W. Astuti.2002)

Disain Busana 75
3. Menggambar Kaki
Sama halnya dengan panjang tangan, panjang kaki
(telapak kaki) juga pada umumnya setara dengan panjang
wajah seseorang atau sama dengan tinggi kepala.

Gambar 4.13 Analisis kaki


(Sumber: Kajiro Kumagai, 1982)

Pada saat menggambar kaki perhatikan garis bantu di


pergelangan kaki. Tonjolan mata kaki luar terletak di bawah
garis sedangkan tonjolan tonjolan mata kaki bagian dalam
terletak tepat di garis bantu. Dengan kata lain, dilihat dari
penampangan atas, mata kaki dalam letaknya lebih tinggi
sedikit dari mata kaki luar.
Menggambar berbagai pose kaki:
1) Langkah-langkah menggambar kaki tampak depan

76 Disain Busana
2) Menggambar kaki tampak tiga perempat dan samping

3) Menggambar kaki tampak belakang

4) Berbagai pose kaki dan sepatu tampak depan

5) Gambar pose kaki dan sepatu tampak ¾ dan samping

Disain Busana 77
6) Gambar pose kaki dan sepatu tampak belakang

4. Menggambar batang kaki tampak depan, tampak ¾,


samping dan belakang

78 Disain Busana
Gambar 4.14 Analisis Batang Kaki
(Sumber: Dyahtri N. W. Astuti.2002)

D. Struktur Dan Analisis Tubuh Secara Global


Menggambar proporsi tubuh tidak serumit
penampilannya. Ikuti dengan seksama langsung mencobanya
pada sebuah kertas dibantu oleh pensil dan penggaris. Untuk
mempermudah, pergunakan satuan skala centimeter agar
hasilnya sama persis dengan modul. Pada tubuh berdiri tegak
dengan kaki rapat, ada sebuah garis imajiner yang secara
vertical menghubungkan titik tengan di leher depan dengan titi
diantara tela[ak kaki, yang disebut garis tumpu. Titik dimana

Disain Busana 79
kaki itu bertumpu disebut dengan titik tumpu atau sumbu X.
Berikut adalah proses tahapan menggambar proporsi tubuh
berdiri tegak:
Menggambar bagian figure dengan proporsi 1 : 9.

 X = Tarik garis tegak lurus di tengah kertas yang berfungsi


sabagai titik tumpu.

 Tentukan berapa Tinggi Kepala (TK) yang akan


digunakan. Sebagai contoh menggunakan 3 cm TK

 Buatkan garis dari titik 0 – 9 sepanjang 27 cm di peroleh


dari 9 kali Tinggi Kepala ( 9 X 3 cm TK = 27).

 A = bagian kepala. Untuk memperoleh Lebar Kepala


rumusnya 2/3 kali Tinggi Kepala = 2/3 X 3 cm = 2 cm.

 B = letak bahu. Terletak pada angka 1 1/3. Lebar bahu = 2


kali lebar kepala = 4 cm.

 C = letak buah dada terletak pada angka 2.

 D = Pinggang terletak pada angka 3. Lebar pinggang =


lebar kepala.

 E = Panggul terletak pada angka 4. Lebar panggul = lebar


bahu – 0,5 cm.

 F = Paha terletak pada angka 5.

 G = lutut terletak pada angka 6.

 H = Betis terletak pada angka 7.

 I = Mata kaki terletak pada angka 8

 J = Ujung kaki terletak pada angka 9

80 Disain Busana
1) Menggambar proporsi lengan dan tangan

 F = panjang lengan maksimal, pergelangan


tangan di garis pinggul yang terletak pada angka
4.

 GS = Panjang lengan dibagi 2 sama panjang (F1


dan F2) sehingga terdapat garis siku.

 TT = Telapak tangan panjang sampai pada garis


pada yang terletak pada angka 5.

a. Menggambar detail proporsi tubuh tampak depan

 A = Menggambar garis leher


(sedikit di bawah garis bahu

 B = Membentuk puser yang


seperti tetes air (di bawah garis
pinggang.

 C = Menggambar garis penty


(sepertiga tinggi panggul.

 D = Menggambar garis bentuk


Dbuah dada.

Disain Busana 81
1) Pastikan ukuran pola proporsi tepat dan benar,
kemudian memberi bentuk pada proporsi bagian-
bagian tubuh yang harus berbentuk cembung (CB) dan
cenderung cekung (CK).

Gambar 4.15 Analisis struktur tubuh secara global tampak depan


(Sumber: Dyahtri N. W. Astuti.2002)

82 Disain Busana
Beberapa pose proporsi tampak depan:

Gambar 4.16 Berbagai pose proporsi tubuh tampak depan


(Sumber: Dyahtri N. W. Astuti.2002)

Disain Busana 83
Gambar 4.16 Berbagai pose proporsi tubuh tampak depan
(Sumber: Dyahtri N. W. Astuti.2002)

84 Disain Busana
b. Menggambar Proporsi Tubuh 1: 9 Tampak ¾, samping
dan belakang.

Gambar 4.15 Analisis struktur tubuh secara global tampak tiga


perempat, samping dan belakang
(Sumber: Dyahtri N. W. Astuti.2002)

Disain Busana 85
RANGKUMAN
Proporsi tubuh ialah ketentuan yang dipakai untuk
menggambar ukuran tubuh manusia berpedoman pada ukuran tinggi
kepala. Ada tiga macam proporsi tubuh yaitu:
1. Proporsi menurut anatomi sesungguhnya yaitu tinggi tubuh 7
½ kali tinggi kepala.
2. Proporsi menurut disain busana ialah tinggi tubuh 8 kali tinggi
kepala dan ada pula disebut dengan perbandingan menurut
anatomi model.
3. Proporsi tubuh secara ilustrasi yang biasa dipakai untuk iklan
model atau gaya tertentu yaitu perbandingan 9 kali tinggi
kepala bahkan mencapai 12 kali tinggi kepala. Perbandingan ini
dinamakan perbandingan secara ilustrasi.
Menggambar proporsi tubuh melalui beberapa tahap yaitu:
1. Stuktur Analisis Kepala dan Wajah
a. Profil Wajah Tampak Depan
b. Profil Wajah Tampak Tiga Perempat (3/4)
c. Profil Wajah Tampak Samping
d. Profil kepala Tampak Belakang
e. Menggambar Rambut Tampak Depan, Tiga
Perempat (¾ ) Samping dan belakang
2. Struktur Dan Analisis Anggota Gerak
a. Menggambar Tangan
b. Menggambar lengan
c. Menggambar Kaki
d. Menggambar batang kaki tampak depan, tampak
¾, samping dan belakang
3. Struktur Dan Analisis Tubuh Secara Global
a. Proporsi tubuh tampak depan
b. Proporsi tubuh tampak tiga perempat
c. Proporsi tubuh tampak samping
d. Proporsi tubuh tampak belakang

86 Disain Busana
PENDALAMAN
Untuk mengukur pendalaman belajar mahasiswa pada
tingkat standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka
selesaikan tugas-tugas berikut ini secara kelompok dan
laporkan hasil pemahaman kelompok.
1. Jelaskan pengertian proporsi tubuh desain busana
2. Gambarkan stuktur analisis kepala dan wajah tampak
depan, tiga perempat, samping dan belakang.
3. Gambarkan struktur dan analisis anggota gerak tangan,
lengan, kaki dan batang kaki.
4. Gambarkan struktur dan analisis proporsi tubuh secara
global tampak depan, tiga perempat, samping dan
belakang.

Disain Busana 87
Tugas

1. Menggambar proporsi tubuh 1:9 tampak depan.


2. Menggambar proporsi tubuh 1:9 tampak tiga perempat
3. Menggambar proporsi tubuh 1:9 tampak samping
4. Menggambar proporsi tubuh 1:9 tampak belakang

88 Disain Busana
BAB V
BAGIAN-BAGIAN BUSANA DAN TEKNIK
MENGGAMBAR

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bagian-bagian busana dan teknik


menggambar, mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan dan menjelaskan bagian-bagian
busana
2. Terampil menggambar bagian-bagian busana garis
leher
3. Terampil menggambar bagian-bagian busana kerah
4. Terampil menggambar bagian-bagian busana
lengan
5. Terampil menggambar bagian-bagian busana
trimming.
6. Terampil menggambar bagian-bagian busana rok.
7. Terampil menggambar bagian-bagian busana
celana

PEMBAHASAN

A. Nama bagian busana

Menggambar mode busana selalu didasarkan pada


sesuatu yang klasik meskipun menghasilkan suatu mode yang
moderen. Oleh karena itu, setiap orang yang akan mempelajari
menggambar mode perlu mengetahui bentuk dasar dari
berbagai jenis bagian busana yang dari tahun ke tahun tetap
dipergunakan. Nama-nama dari bagian-bagian busana ini harus
diketahui. Seseorang pendesain busana harus dapat pula
menyusun bagian-bagian ini menjadi suatu desain yang baik.

Disain Busana 89
Pemberian nama/istilah pada bagian-bagian busana
dapat dikelompokkan atas 2 bagian yaitu:
1) Pemberian nama bagian-bagian busana berdasarkan
nama konstruksi yaitu konstruksi pola, bentuk dan
ukuran.
2) Pemberian nama bagian-bagian busana berdasarkan
nama popular yaitu asal Negara, penciptanya, pemakai
pertama, penguasa/pimpinan Negara,selebritis dan
tempat populer

B. Garis leher

1. Pengertian garis leher


Garis leher adalah garis yang membentuk bagian
leher sebuah pakaian yang diselesaikan dengan
berbagai cara seperti dilapisi bentuk, rompok, depun,
serip, dipasangkan renda, disulam pinggiran atau
penyelesaian lainnya sesuai dengan kemajuan teknologi
dan zamannya.
2. Macam-macam garis leher
Garis leher pada sebuah pakaian diberi nama
berdasarkan konstruksi pembuatan pola dan
berdasarkan nama popular. Berikut ini table nama
macam-macam garis leher.

Tabel 5.1 Nama Macam-Macam Garis Leher


No. Nama Nama Uraian
Konstruksi Populer
1 Garis leher Round, Garis leher yang berbentuk bulat
bulat dan Scoop, dan variasinya
variasinya Scallop, Petal
2 Garis leher Vee neck Garis leher yang berbentuk
runcing segitiga, runcing atau berbentuk V
3 Garis leher Square Garis leher yang berbentuk
persegi persegi empat, persegi lima
4 Garis leher U Shape, Garis leher yang berbentuk oval
oval=U Horseshoe sampai huruf U

90 Disain Busana
5 Garis leher hati Diamond, Garis leher yang berbentuk hati.
Sweetheart
6 Garis leher Slot Garis leher bulat diberi belahan di
bulat terbelah tengah muka sekitar 10-12 cm,
contoh leher baju kurung dan baju
bodo
7 Garis leher Decolette Garis leher terbuka sampai bahu
terbuka lebar dan dada di bagian depan sangat
rendah
8 Garis leher sabrina Garis leher rata sampai bahu,
perahu= populer dengan nama garis leher
beteau Sabrina karena judul film,
pemeran utama dan pemainnya
memakai model garis leher
perahu = beteau nama populer
garis leher Sabrina
9 Kutang Camisol, Garis leher tanpa bahu diberi tali,
Tanktop, dengan berbagai variasi letak dan
Strap model tali.
10 Tanpa tali Strapless Garis leher terbuka tanpa bahu
dan tali
11 Halter Halter Garis leher yang ditinggikan dapat
dikerut atau tidak
12 Garis leher Stand Away Garis leher yang ditinggikan
tinggi sekelilingnya
13 Asimetris Cross over Garis leher yang berbentuk
asimetris (bagian kanan dan kiri
tidak sama)
14 Draperi Cowl Garis leher dengan teknik draperi
memakai kerutan/gelombang
tinggi
15 Berkerut Drawstring, Garis leher berkerut dengan
Gathered, bentuk yang bervariasi dan
Shiring penyelesaiannya dapat
menggunakan tali, bis atau lapisan
dengan kain menurut bentuk.
16 Terbuka bahu Off shoulder Garis leher terbuka turun sampai
di bawah bahu
(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

Disain Busana 91
3. Teknik menggambar garis leher
Menggambar garis leher yang dapat diwujudkan oleh
ahli pola dan penjahit, perlu penggambaran garis leher
yang benar sehingga tidak terjadi salah penafsiran arti
dari gambar tersebut. Adapun urutan teknik
menggambar garis leher yaitu:
1) Menggambar proporsi tubuh bagian atas.
2) Macam-macam bentuk garis leher dilihat dari
tampak depan (gbr. A)
3) Macam-macam bentuk garis leher dilihat
tampak tiga perempat (gbr. B)

A
B

4) Teknik menggambar garis leher tampak depan


dengan cara garis pundak busana naik sedikit
(gbr. A), kurva garis leher diatas garis leher
belakang dan mengalir lembut dari sisi lainnya
(gbr. B).

92 Disain Busana
5) Teknik menggambar garis leher tampak tiga
perempat dengan garis leher belakang (gbr. C)

4. Gambar dan nama garis leher

1. Round 2. Scoop 3. Scollop

Disain Busana 93
4. Petal 5. V Neck 6. Square

7. U Shape 8. Diamond (sweetheart 9. Slot

10. Sabrina 11. Decollette 12. Camisol /kutang

13. Strap 14. Staplees 15. Stand Away

94 Disain Busana
16. Halter 17. Cowl 18. Asimetris

19. Gathered 20. Shiring 21. Off Shoulder

(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

C. Kerah

1. Pengertian kerah
Kerah adalah bagian dari busana yang
dijahit/dipasangkan pada garis leher., kerah memiliki
konstruksi dan bentuk yang bervariasi. Kerah dapat
berfungsi sebagai center of intrest (pusat perhatian)
untuk menambah keindahan busana serta dapat
menutupi dan menonjolkan bentuk muka.
2. Macam-macam kerah
Dillihat dari bentuk dan konstruksi kerah dapat
dikelompokkan menjadi tiga:
a. Kerah berdiri (stand) yaitu kerah yang letaknya
berdiri dan sejajar dengan leher. Contohnya kerah

Disain Busana 95
Shanghai, Mandarin, High, turtle, Shirt, Tie/Bow,
Stand away, Funnel, Tunnel.
b. Kerah setengah berdiri (rolled) yaitu kerah yang
jatuhnya sebagian menempel pada garis leher dan
sebagian lagi menempel atau jatuh pada garis
bahu. Contoh Shiller, Peter Pan, Tailored, eton,
Showl, Wing, Strap, Elizabethan, Picture.
c. Kerah rebah (flat) yaitu kerah yang seluruh
bagiannya sejajar/jatuh pada bahu contoh: Cape,
Kerah Palerine, Bertha, Matros (kalasi), Horseshoe,
shaped, Scoop, Puritan, Petal.
Berikut ini nama macam-macam kerah:

Tabel 5.2 Nama Macam-Macam Kerah


No. Nama Nama Populer Uraian
Konstruksi
1 Kerah berdiri Shanghai Kerah yang jatuhnya
High, Turtle, Shirt, berdiri sejajar dengan
Tie/Bow, Stand leher dan besarnya kira-
Away, Funnel, kira 2-4 cm.
Tunnel
2 Kerah setengah Shiller, Tailored, Kerah yang jatuhnya
tegak Eton, Shawl, Wing, sebagian menempel pada
Strap, Elizabethan, garis leher dan sebagian
Picture lagi menempel pada garis
bahu
3 Kerah Kerah Palerin, Kerah yang seluruh bagian
rebah/pipih Bertha, Kelasi, sejajar/jatuh pada bahu
Cape, Horseshoes,
Rever, Scoop, Petal,
Puritan
(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

c) Teknik menggambar kerah.


1. Teknik menggambar kerah berdiri :
 Menggambar bagian proporsi tubuh
yang diperlukan

96 Disain Busana
 Bentuk garis leher, kurva yang halus
sekitar bagian belakang leher (grb. A).
 Menentukan letak bagian depan kerah
dan menentukan tinggi kerah pada
bagian leher (gbr. B)
 Menggambar kerah (gbr. C)

A B C

2. Teknik menggambar kerah kemeja:


 Menggambar bagian proporsi tubuh
yang diperlukan
 Bentuk garis leher, kurva yang halus
sekitar bagian belakang leher (grb. A).
 Menentukan letak bagian depan kerah
dan menentukan tinggi kerah pada
bagian leher (gbr. B)
 Menggambar kerah dan kaki kerah (gbr.
C)

A B C

3. Teknik menggambar kerah setengah tegak:


 Menggambar bagian proporsi tubuh
yang diperlukan

Disain Busana 97
 Bentuk garis leher, kurva yang halus
sekitar bagian belakang leher (grb. A).
 Menggambar pinggiran leher, pinggiran
luar dari kerah dan fall line (garis jatuh
membalik) yang menghubungkan dua
kurva (gbr. B)
 Menggambar kerah dan menyelesaikan
detail-detailnya (gbr. C)

A B C

4. Teknik menggambar kerah Tailored:


 Menggambar bagian proporsi tubuh
yang diperlukan
 Menggambar roll line (garis pinggir
lipatan) kerah, menyhilang sama persis
di atas garis tengah depan dan
mengkurva halus sekeliling bagian
belakang leher (grb. A).
 Menggambar bentuk lapal/kelepaknya
dan fall (jatuh membaliknya
kerah pada garis pundak (gbr. B)
 Menggambar kerah dan menyelesaikan
 detail-detailnya (gbr. C)

98 Disain Busana
A B C

d) Gambar dan nama kerah:

1. Shanghai 2. High 3. turtle

4. Shirt 5. Tie/Bow 6. Stand Away

7. Funnel 8. Tunnel 9. Stand Away

Disain Busana 99
10. Shawl 11. Eton 12. Shiler

13. Tailored 14. Swallow 15. Picture

16. Wing 17. Strap 18. Elizabethan

19. Sailor/Matros 20. Peterpan 21. Bertha

100 Disain Busana


22. Puritan 23. Scoop 24. Rever

25. Cape 26. Horseshoe 27. Petal

(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

D. Lengan

1. Pengertian lengan.
Lengan baju adalah bagian komponen busana
yang menutupi semua atau sebahagian lengan. Penampilan
lengan ditentukan oleh posisi lubang lengan dan jahitan
bawah lengan, penambahan pada sebahagian lengan, serta
keliman lengan atau mansetnya /cuff. Oleh karena lengan
sering bergerak, maka lengan baju yang dirancang harus
memberi cukup ruangan pula untuk bergerak.
Sebuah gusset adalah sepotong bahan berbentuk pesak
(wedge) yang sisipkan dibawah ketiak lengan baju untuk
lebih memudahkan pemakai mengangkat lengan dan
menggerakkannya.

Disain Busana 101


2. Macam-macam Lengan
Sebuah busana tanpa lengan (sleeveless) mempunyai
penyelesaian lubang lengan tanpa lengan baju (lihat
gambar 5.1). Ada dua macam dasar lengan baju:
1. Lengan baju terpasang (set-in), adalah sehelai bahan
terpisah yang digabungkan pada lubang lengan bagian
badan atas (bodice).
2. Lengan baju setali (unmounted), dipotong menjadi satu
bagian sebagai kelanjutan badan atas (bodice) tanpa
jahitan sambungan (lihat gambar 5.2).

Gambar 5.1 Tanpa lengan baju Gambar 5.2 Lengan baju setali
(Sumber: Goet Poespo, 2000)
Dengan tidak mengindahkan klasifikasi lengan baju
yang bisa pendek bisa panjang, sempit atau lebar,
beberapa lengan baju didesin untuk menambah lebar
pundak, lainnya dirancang untuk mengurangi lebar pundak.
Semua lengan baju bisa pas atau penuh pada pergelangan
(dikerut, dilipit), bisa juga dipotong dengan panjang yang
dikehendaki. Lihat bagan variasi panjang lengan baju
(diagram sleeve lenght variation).
Lengan baju bisa pas atau penuh (dikerut, dilipit) pada
lubang lengan. Lengan baju yang pas bisa ditambah
kelonggarannya pada sikunya dengan darts, kerut-kerut,
atau ploi lembut. Lengan baju terpasang (set-in) bisa

102 Disain Busana


bergabung pada bagian badan atau (bodice) dengan salah
satu cara dari tiga kemungkinan berikut ini.
1. Lubang Lengan Biasa (Normal Arm Hole)
Model penggabungan ini adalah yang terbaik yang
pas/cocok untuk kebanyakan orang, lubang lengan
ini mengikuti sambungan-sambungan yang normal
lengan dan badan (lihat gambar 5.3).
2. Lubang Lengan Reglan (Raglan Arm Hole)
Penggabungan ini memiliki bentuk jahitan dengan
lengkungan miring (diagonal curves) dari lubang
lengan menuju garis leher atau bagian depan
busana (lihat gambar 5.4)
3. Pundak jatuh (Drop shoulder)
Dalam model penggabungan ini, pundak
diperpanjang keluar melampaui sambungan lengan
dan badan (lihat gambar 5.5).

Gambar 5.3 lubang lengan biasa Gambar 5.4 Lubang lengan reglan

Gambar 5.5 pundak jatuh


(Sumber: Goet Poespo, 2000)

Disain Busana 103


Bagan Variasi Panjang Lengan Baju (Diagram of Sleeve
Length Variation)
Pada umumnya bagan variasi panjang lengan baju dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Tanpa lengan = sleeveless
b. Lengan baju kep = cap sleeve
c. Lengan baju pendek = short sleeve
d. Lengan baju pas siku = elbow sleeve
e. Lengan baju ¾ = ¾ length sleeve
f. Lengan baju 7/8 = 7/8 length sleeve
g. Lengan baju pergelangan = bracelet sleeve
h. Lengan baju panjang = long sleeve
i. Lengan baju mengulur = extended sleeve

Tabel 5.3 Nama Macam-Macam Lengan


No. Nama Konstruksi Nama Populer Uraian
1 Lengan pasang (set Straight(Suai), Bishop, Lengan yang
in) Balon (Puff), Legon, memiliki garis
Mutton(Shoulder Puff), sambungan
Edwardian, Tulip, Bon- pada lubang
Bon, Bell, Tiered, Cape, lengan dengan
Frilled, Butterfly (Wing), model yang
Lantern, Handkerchief, bervariasi
Caterpillar, Fan, Dimple,
Drawstring
2 Lengan setali Cap, Raglan, Kimono, Lengan yang
Do;Man, Split Raglan, sebagian atau
Epaulet, Yoke, Wedged, seluruhnya
Winged, Batwing, Octopus menyatu
dengan badan.
(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

104 Disain Busana


3. Teknik menggambar lengan.
Adapun urutan menggambar lengan adalah sebagai
berikut:
a. Menggambar bagian tubuh yang diperlukan
b. Menentukan letak bagian lengan
c. Menggambar lengan.

Gambar 5.4. Langkah Menggambar Lengan


(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

Disain Busana 105


4. Gambar dan nama lengan

1.Straigh/Suai 2. Bishop 3. Balon/Puff 4. Mutton/Shouder Puff

5. Bon-bon 6. Bell 7. Tiered 8. Cape

106 Disain Busana


9. Friled 10. Butterfly/Wing 11. Lantern 12. Handkerchief
Mutton/Shouder Puff

13. Fan 14. Dimple 15. Caterpiller 16. Drawstring


Mutton/Shouder Puff

Disain Busana 107


17. Edwardian 18. Tulip 19. Cap 20. Raglan

21. Kimono 21. Dolmen 23. Split Reglan

108 Disain Busana


24. Epaulet 25. yoke 26. wedged 27. Winged
Mutton/Shouder Puff

28. Banwing 29. Octopus

(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

Disain Busana 109


E. Trimming

1. Pengertian trimming
Banya para ahli pembuat busana maupun desainer
mengemukakan arti kata trimming. Porrie Muliaman (dalam
Hasanah , 2009), mengemukakan bahwa trimming adalah
hiasan pada pakaian yang merupakan bagian dari selembar
kain yamng dipasangkan pada pakaian yang mempunyai
penyelesaian pinggiran seperti renda-renda, biku, pita-pita
atau kain lurus yang dikerut, dilipit atau dibuat seperti spiral
atau lingkaran kemudian pinggirannya diselesaikan dengan
jahit pinggir, soom kecil, roolsoom, atau sejenisnya.
Sharon Lee Tate (dalam Hasanah , 2009),
mengemukakan bahwa trimming adalah dekorasi yang
menyatu dan menempel pada pakaian baik sebagai
hiasanmaupun berfungsi dalam pemakaian. Yang termasuk
trimming menurut Tate adalah aplikasi, stikan, pita, renda,
lipit-lipit, kerut-kerut, Volant, kantong, kancing, ban pinggang,
resleting, bagian pakaian yang dinordir ataupun kombinasi
bahan sebagai hiasan.
Menurut Pamela Steaker (dalam Hasanah , 2009),
Trimming adalah hiasan pada busana yang ditempekkan
dengan cara dijahitkan, contoh: renda, pita. Frill, kancing hias,
hiasan aplikasi, logo atau badges yang dibordir.
Perlu diketahui trimming dapat dipasangkan pada
semua bagian busana, seperti garis leher, tepi kerah, lengan
rok, bagian tengah muka atau tengah belakang serta belahan
pakaian. Penempatannya sesuai fungsi trimming serta
keinginan desainer atau stylist dalam rancangannya. Seperti
hal bagian-bagian busana lainnya, maka trimming
dikelompokkan berdasarkan nama konstruksi dan nama
popular.

110 Disain Busana


2. Macam-macam trimming
Seperti halnya bagian kerah yang telah dibahas sebelumnya
maka trimming diberi nama-nama secara konstruksi dan nama-
nama popular berdasarkan defenisi yang diberikan bebera[a
ahli tentang trimming, naka dapat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya pada pakaian yaitu dibedakan atas tiga macam:
a. Trimming sebagai hiasan yang dijahitkan pada pakaian
seperti renda, pita, biku-bikju dan aplikasi
b. Trimming yang berfungsi untuk memudahkan dalam
pemaiaian yaitu dalam membuka dan melepas pakaian
seperti kancing (kancing kait, hias dan kancing tindas),
resleting (tutup tarik).
c. Trimming yang berfungsi selain sebagai hiasan juga
memiliki fungsi lain bagi sipemakai seperti saku dengan
berbagai model.

Tabel 5. 4 Nama-nama Trimming berdasarkan Nama


konstruksi dan Populer

No. Nama Konstruksi Nama Populer Uraian


1 Lajur berkerut Frill, double Frill, Lajur berupa kain
Flounce lurus yang dikerut
2 Lajur berlipit Pleated Frill, Ruff, Lajur berupa kain
Jabot lurus yang dilipit
3 Lajur bergelombang Volant, Graduate, Lajur berupa kain
Cascada, waterfall yang melingkar
4 Lajur berkerut dan Ascot dan ruffles Lajur berupa kain
bergelombang yang melingkar dan
dikerut
(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

Disain Busana 111


3. Langkah-langkah Menggambar Trimming

Teknik cara menggambar Frill


1 Menarik garis berlekuk-lekuk
secara acak sehingga
menghasilkan beberapa
bentuk kurva

2 Dari beberapa lengkungan


pada bagian sudut lengkung,
maka tarik garis lurus ke
bawah, dan ada sebagian garis
lurus kebewah digambar
hanya setengah.

3 Setelah itu berilah shading


gelap terang pada belakang
lengkungan dari titik merah
pada lengkungan.

Teknik cara menggambar


Square Ruffles

1 menggambar garis sudut agak


melengkung yang terlihat
seperti rok lipit

2 Tarik garis ke bawah pada


sudut yang paling melengkung
(titik merah) , kemudian
menarik garis biru secara
perlahan hampir melengkung.

112 Disain Busana


3 Untuk menambah shading
pada lengkungan belakang
lipatan mulai dari titik merah
kemudian menarik garis lurus
pada bagian belakang ruffles.

Teknik cara menggambar


Rounded Ruffles

1 Menarik garis yang sangat


melengkung seperti contoh ini.

2 Tarik garis ke bawah pada


sudut yang paling melengkung
(titik merah) , kemudian
menarik garis biru secara
perlahan hampir melengkung.

3 Untuk menambah shading


pada lengkungan belakang
lipatan mulai dari titik merah
kemudian menarik garis lurus
pada bagian belakang ruffles

Disain Busana 113


Teknik cara menggambar Cascade Ruffles
1 Buat tiga garis panduan
selebar cascade ruffles
yang akan di gambar.
Kemudian tarik garis
kebawah bergelombang.

Tarik garis serong untuk


setiap sisi ruffles

Hilangkan garis bantu dan


lengkapi gambar tersebut

4 Contoh cascade ruffles


pada blus

(Sumber: Hasil observasi, 2015)

114 Disain Busana


4. Gambar dan Nama Trimming

1. Frill 2. Stand Up Frill 3. Double Frill

4. Pie Pleated 5. Jabot 6. Tiered

7. Volant 8. Double volant 9. Ascot

Disain Busana 115


10. Waterfall 11. Cascade 12. Ruffles

13. Double Frill 14. Straight Belt 15. Obi Belt

(Sumber: Uswatun Hasanah, dkk. 2009)

116 Disain Busana


F. Rok

1. Pengertian rok
Rok (skirt) adalah busana wanita bagian bawah yang
terpisah pada bagian bawah garis pinggang, dibuat dengan
cara dijahit dengan ukuran panjang sesuai model.
Sebelum penerapan model rok terlebih dahulu harus
mengetahui empat dasar rok bawah yaitu:
a. Lurus (straight)
Adalah rok yang mempunyai jahitan samping lurus yang
dibentuk kedalam dengan kerutan, lipatan/ploi, atau
kup (darts) untuk menyesuaikan (fit) ukuran pinggang.
b. Mengembang (flared)
Rok mengembang adalah rok yang berbentuk pasak
(wedge), yaitu rok yang menambah kepenuhan dari
pinggul sampai kelim bawah. Untuk menambah isi
(kepenuhan) pada rok, dijahitkan panel. Panel yang
dijahit itu disbut pias (gore).
c. Menyempit kebawah (pegged)
Rok ini berbentuk gasing (peg). Rok ini bentuknya
kebalikan dari rok mengembang. Pada garis pinggang
lebih lebar kemudian menyempit pada kelim
bawahannya. Kelebihan pada pinggang dikurangi
dengan kerutan (gathers), lipatan (tucks), atau
dijatuhkan (draped).
d. Lingkaran atau sirkel (circular)
Rok sirkel ini sangat lebar, ramping pada pinggang. Rok
ini bisa dipotong dari sebagian lingkaran, dan lingkaran
penuh.

Disain Busana 117


1 2 3 4

Gambar 5.6 Empat dasar rok bawah


(Sumber: Goet Poespo, 2000)

Adapun panjang rok sangat bervariasi. Bisa sangat pendek


dapat juga sangat panjang sampai menyentuh lantai. Berikut
ini bagan panjang rok (diagram of skirt lenght variation).
a. Peplum adalah ukuran paling pendek dari variasi
panjang rok. Umumnya bagian peplum ini dihubungkan
dengan busana bagian atas (bodice).
b. Micro adalah panjang rok yang hanya menutupi pantat.
c. Mini adalah panjang rok sampai pertengahan paha.
d. Knee adalah panjang rok sampai lutut.
e. Midi adalah panjang rok sampai pertengahan betis.
f. Maxi adalah panjang rok sampai diatas mata kaki.
g. Ankle adalah panjang rok sampai mata kaki
h. Floor adalah panjang rok sampai menyentuh lantai.

118 Disain Busana


Gambar 5.7 Bagan Panjang Rok
(Sumber: Goet Poespo, 2000)

2. Langkah-langkah Menggambar Rok

Untuk menggambar rok dalam suatu desain busana perlu


memperhatikan jenis rok yang akan kita gambarkan, karena
setiap model rok mempunyai karakteristik tersendiri untuk
menggambarkannya.
a. Menggambar bagian tubuh yang diperlukan
b. Membuat garis pertolongan untuk menggambar rok
seperti batas panjang rok, batar lebar rok, serta letak
bagian-bagian lainnya
c. Menggambar rok kerut

Disain Busana 119


d. Menggambar rok lipit searah

e. Menggambar rok lingkar

(Sumber: Hasil observasi. 2015)

120 Disain Busana


3. Gambar dan Nama Rok
Menurut Arifah (2003), bahwa macam-macam rok terdiri
dari rok suai (a), rok kulot (b), rok lipit (c), rok godet (d), rok
lipit searah (e), rok sapu tangan(f), rok lipit sungkup(g), rok
kerut bertingkat (h), rok drafery(i), rok peplum(j), rok
duyung(k).
(a) Straight / suai (b)rok kulot (c) rok lipit

(d) Rok Godet


(e) Rok lipit

Disain Busana 121


(f) rok sapu tangan (g) rok lipit sungkup (box Pleated skirt)

(h) rok bertingkat (i) Draped Skirt

122 Disain Busana


(j) peplum skirt (k) marmaid skirt (rok duyung

(Sumber: Goet Poespo , 2000)

G. Celana

Celana adalah pakaian luar yang menutupi badan dan


pinggang ke mata kaki dalam dua bagian kaki yang terpisah.
Model (style) celana ditentukan panjang, lebar keliman bawah,
serta bentuk pinggul menuju kelimannya.
Celana dikencangkan (fitted) pada pinggang dengan ban
pinggang, elastis, tali kor, tali pita (tie), atau ikat pinggang.

Disain Busana 123


Dasar Panjang Celana dan detail-Detailnya

Keterangan detail-detail celana:


1. Belt loop : sengkelit sabuk 8. Sid pocked : sakusamping
2. Pleated front : ploi depan 9. Back flap pocked : saku tutup belakang
3. Fly front : gtdbi 10. Rise : tinggiduduk
4. Crotch : pesak 11. Inseam : jahitan dalam kaki
5. Crease : lipat seterika 12. Side seam : jahitan samping kaki
6. Turn up : lipatan manset 13. Hem line : garis kelim bawah
7. Waistband : banpinggang

Keterangan dasar panjang celana:


A. Hip Huggers : di bawah perut
B. Bikini
C. Shorts/ uppers thigh : atas paha
D. Boy short
E. Jamaica Short / mid thig : pertengahan paha
F. Bermuda short/ above the knee : diatas lutut

124 Disain Busana


G. Deek pent/ knee : pada lutut
H. Pedal pushers / mid calf : pertengahan betis
I. Goucho / calf : di atas mata kaki
J. Caprie / ankle : di atas mata kaki
K. Slacks/ classick : panjang penuh

(Sumber: Goet Poespo , 2000)

Dari berbagai desain celana ini, mempunyai nama yang


berbeda. Nama-nama celana bagian luar tersebut yaitu:

a. Pantalon b. Harem Pants c. Celana Jengki

Disain Busana 125


d. Bermuda Shorts e. Celana rok yang dikerut f. Celana Rok

g. Overall h. Hipster i. Hot Pants

(Sumber: Goet Poespo , 2000)

126 Disain Busana


RANGKUMAN

Pemberian nama/istilah pada bagian-bagian busana dapat


dikelompokkan atas 2 bagian yaitu:
1) Pemberian nama bagian-bagian busana berdasarkan
nama konstruksi yaitu konstruksi pola, bentuk dan
ukuran,
2) Pemberian nama bagian-bagian busana berdasarkan
nama popular yaitu asal Negara, penciptanya, pemakai
pertama, penguasa/pimpinan Negara,selebritis dan
tempat populer
Macam-macam desain bagian busana diantaranya adalah:
Garis leher, kerah, lengan, trimming, rok dan Celana.
Garis leher adalah garis yang membentuk bagian leher
sebuah pakaian yang diselesaikan dengan berbagai cara seperti
dilapisi bentuk, rompok, depun, serip, dipasangkan renda,
disulam pinggiran atau penyelesaian lainnya sesuai dengan
kemajuan teknologi dan zamannya. Macam-macam garis leher
yaitu: bentuk garis leher bulat, bentuk U, bentuk segi empat,
bentuk garis leher V, bentuk hati, bentuk tapal kuda, bentuk
mendatar (sabrina), bentuk garis leher tegak, bentuk garis
leher miring, bentuk garis leher satu bahu dan bentuk garis
leher dengan pita (tali).
Kerah adalah bagian dari busana yang
dijahit/dipasangkan pada garis leher., kerah memiliki
konstruksi dan bentuk yang bervariasi. Kerah dapat berfungsi
sebagai center of intrest (pusat perhatian) untuk menambah
keindahan busana serta dapat menutupi dan menonjolkan
bentuk muka. Macam-macam kerah yaitu kerah Shanghai,
Mandarin, High, turtle, Shirt, Tie/Bow, Stand away, Funnel,
Tunnel, Shiller, Peter Pan, Tailored, eton, Showl, Wing, Strap,
Elizabethan, Cape, Kerah Palerine, Bertha, Matros (kalasi),
Horseshoe, shaped, Scoop, Puritan, Petal.
Lengan baju adalah bagian komponen busana yang
menutupi semua atau sebahagian lengan. Penampilan lengan

Disain Busana 127


ditentukan oleh posisi lubang lengan dan jahitan bawah
lengan, penambahan pada sebahagian lengan, serta keliman
lengan atau mansetnya /cuff. Macam-macam lengan yaitu : 1)
Lengan pasang (set in) terdiri atas : Straight(Suai), Bishop,
Balon (Puff), Legon, Mutton(Shoulder Puff), Edwardian, Tulip,
Bon-Bon, Bell, Tiered, Cape, Frilled, Butterfly (Wing), Lantern,
Handkerchief, Caterpillar, Fan, Dimple, Drawstring. 2) Lengan
setali terdiri atas: Cap, Raglan, Kimono, Do;Man, Split Raglan,
Epaulet, Yoke, Wedged, Winged, Batwing, Octopus.
Trimming adalah hiasan pada pakaian yang merupakan
bagian dari selembar kain yamng dipasangkan pada pakaian
yang mempunyai penyelesaian pinggiran seperti renda-renda,
biku, pita-pita atau kain lurus yang dikerut, dilipit atau dibuat
seperti spiral atau lingkaran kemudian pinggirannya
diselesaikan dengan jahit pinggir, soom kecil, roolsoom, atau
sejenisnya. Macam-macam trimming yaitu : 1) Lajur berkerut :
Frill, double Frill, Flounce. 2) Lajur berlipit : Pleated Frill, Ruff,
Jabot. 3) Lajur bergelombang : Volant, Graduate, Cascada,
waterfall. 4) Lajur berkerut dan bergelombang : Ascot dan
ruffles.
Rok (skirt) adalah busana wanita bagian bawah yang
terpisah pada bagian bawah garis pinggang, dibuat dengan
cara dijahit dengan ukuran panjang sesuai model. Macam-
macam rok yaitu: rok suai , rok kulot , rok lipit , rok godet, rok
lipit searah, rok sapu tangan, rok lipit sungkup, rok kerut
bertingkat , rok drafery, rok peplum, rok duyung.
Celana adalah pakaian luar yang menutupi badan dan
pinggang ke mata kaki dalam dua bagian kaki yang terpisah.
Model (style) celana ditentukan panjang, lebar keliman bawah,
serta bentuk pinggul menuju kelimannya. Macam-macam
celana yaitu: Pantalon, Harem Pants,CelanaJengki, Bermuda
Shorts, Celana rok yang dikerut, Celana Rok, Overall, Hipster
dan Hot Pants

128 Disain Busana


PENDALAMAN

Untuk mengukur pendalaman belajar mahasiswa pada


tingkat standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka
selesaikan tugas-tugas berikut ini secara kelompok dan laporkan
hasil pemahaman kelompok.
1. Uraikan yang anda ketahui 7 (tujuh) bagian-bagian
busana
2. Gambarkan 5 (lima) macam garis leher
3. Gambarkan 5 (lima) macam kerah
4. Gambarkan 5 (lima) macam lengan
5. Gambarkan 5 (lima) macam trimming.
6. Gambarkan 5 (lima) macam rok.
7. Gambarkan 5 (lima) macam celana

Disain Busana 129


130 Disain Busana
BAB VI
MENGGAMBAR TEKSTUR DAN POLA
MOTIF BAHAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari menggambar tekstur dan pola


motif bahan, mahasiswa mampu:
1. Menggambar bahan dengan permukaan berkilau
2. Menggambar Tenunan halus dan tipis (sheers)
3. Menggambar bahan renda (lace)
4. Menggambar motif garis (strips)
5. Menggambar rajutan (knitwear)
6. Menggambar bahan Bulu (fur)
7. Menggambar bahan Quilting

PEMBAHASAN

Upaya menggambar pola dan motif bahan bisa


dilakukan dengan cara yang akurat (tepat) untuk
menggambarkan bahan senyata mungkin (realities). Akan
tetapi bisa juga dikerjakan dengan sebuah pendekatan yang
lebih mengesanan (impresionistis), sehingga lebih
menonjolkan “rasa” dari bahan tersebut dari pada
menonjolkan setiap detail-detailnua. Cara menggamber pola
dan motif bahan ini lebih cocok untuk suatu industri
mode/fashion karena gambar bisa lebih cepat dan sederhana,
kelihatan lebih baik dan lebih terang serta lebih mudah untuk
ditafsirkan.
Menggambar tekstur pola dan motif bahan dapat
dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah sebagai
berikut:

Disain Busana 131


A. Menggambar bahan dengan permukaan berkilau

Kain atau bahan berkilau yaitu seperti sutera, rayon,


taf, satin dan beludu. Kesan kilau pada gambar disain busana
dapat dibuat dengan memekai warna putih atau permainan
penonjolan gelap terang warna. Untuk memberi kesan berkilau
dalam pewarnaan gambar disain busana yang terbaik yaitu
dengan memakai pencil warna hitam, ecoline, cat air, dan cat
plakat (Arifah, 2003).
Langkah-langkah menggambar bahan dengan permukaan
berkilau (Shiny Surface) :
1. Tebali garis-garis rancangan sesuai dengan warna
yang di inginkan.
2. Warnailah bagian kepala dan kulit terlebih dahulu.
Warna gelap digunakan untuk bagian yang cekung
atau yang tidak terkena cahaya. Warna terang
untuk bagian yang menonjol atau yang terkena
cahaya.
3. Lanjutkan mewarna busana dengan warna yang tipis.
4. Pada bagian-bagian yang menonjol biarkan
tidak berwarna(putih).
5. Pada bagian-bagian yang cekung, lipatan dan yang
tidak terkena cahayaAnda buat warna sedikit gelap.
6. Kemudian, warna pelengkap busana yang akan
gunakan dalam rancangan.
7. Perjelas bagian-bagian tertentu dengan pena

132 Disain Busana


Gambar. 6.1 Langkah-langkah menggambar bahan dengan
permukaan berkilau
(Sumber: Tim Fakultas Teknik Universitas Negari Surabaya. 2001)

B. Tenunan halus dan tipis (sheers)

Tenunan halus dan tipis (sheers) seperti bahan chiffon,


organza dan organdi adalah semi transparan (tembus
pandang), sehingga kulit dan bahan lain yang ada dibawahnya
bisan terlihat. Variasi tone (gelap terangnya warna) dari
warna yang sama disebabkan oleh terbentuknya laoisan-
lapisan bahan, sehingga semakin banyak lapisan-lapisannya
semakin gelap pula warnanya (Goet Poespo, 2000)
Langkah-langkah menggambar tenunan halus dan tipis (
Sheers)
1. Tebali garis-garis rancangan sesuai dengan warna
yang di inginkan.
2. Warnailah bagian kepala dan kulit yang nampak dari
luar.
3. Lanjutkan mewarna busana yang melekat
langsung di badan dengan warna tebal. Warna
gelap d i gunakan untuk bagian yang cekung,
terlipat dan yang tidak terkena cahaya. Bagian yang

Disain Busana 133


menonjol dan yang terkena cahaya digunakan
warna yang terang. Apabila warna tidak rata maka
bisa meratakan dengan pensil arsir.
4. Setelah itu warna bagian busana luar (tembus
pandang) dengan warnatipis. Buat gradasi
warnanya.
5. Ratakan dengan pensil arsir.
6. Lanjutkan dengan mewarna pelengkap busananya.
7. Perjelas bagian-bagian yang kurang jelas dengan
pena.

Gambar 6.2. Langkah-langkah menggambar tenunan halus dan tipis


(Sheers)
(Sumber: Tim Fakultas Teknik Universitas Negari Surabaya. 2001)

C. Menggambar renda (lace)

Tekstur yang terbuat dari renda akan tampak lebih baik


jika digambarkan dengan goresan-goresan di atas warna dasar.
Langkah-langkah menggambar renda (lace) :
1. Tentukan motif lace pada rancangan dengan
memperhatikan lipatan busana dan lekukan tubuh.

134 Disain Busana


2. Buat jala-jala di atas motif yang di rancang dengan
pensil 2B.
3. Tebali garis rancangan sesuai dengan warna yang di
inginkan.
4. Warnailah bagian kepala dan kulit dengan
menerapkan gradasi warna.
5. Kemudian m e warnai motif brokat dan lanjutkan
mewarna jala-jala di atas motif brokat.
6. Setelah itu warnailah dasar busana dengan
memperhatikan lipatan dan lekukan tubuh.
7. Ratakan warna dengan pensil arsir, agar antara
warna dasar busana, brokat dan jala-jala menyatu.
8. Selanjutnya warna pelengkap busana yang
digunakan.
9. Pertegas bagian yang kurang jelas dengan pena.

Gambar 6.3. Langkah-langkah menggambar renda (lace)


(Sumber: Tim Fakultas Teknik Universitas Negari Surabaya. 2001)

Disain Busana 135


D. Menggambar motif bergaris (stripe)

Gambar disain busana dengan rancangan kain yang


bermotif bergaris perlu diperhatikan proporsi antara motif
dengan proporsi tubuh, sehingga adanya keseimbangan antara
disain tubuh dengan besarnya motif bergaris. Lipatan, tindisan,
p;oi-ploi, kupnat (darts), kontur (lekukan tubuh), garis-garis
rancangan serta garis lajur aranya diputarbalikkan oleh gairs-
garis (stripe) sehingga perlu untuk diperlihatkan (Goet Poespo,
2000).
Langkah-langkah menggambar motif bergaris yaitu:
1. Tentukan bentuk garis dengan memperhatikan
lipatan busana dan lekukan tubuh
2. Garis yang terdapat pada daerah lipatan dan
lekukan tidak dibuat lurus tetapi terpotong atau
terlipat.
3. Tebali garis-garis rancangan sesuai warna yang Anda
inginkan
4. Warnailah bagian kepala dan kulit dengan
menerapkan gradasi warna.
5. Lanjutkan dengan mewarnai garis terlebih dahulu.
6. Kemudian warnailah dasar busana, dengan
memperhatikan lipatan, lekukan dan cahaya.
7. Agar warna dasar busana dan warna garis
menyatu, pada bagian luar garis Anda arsir lebih
tebal dengan warna salah satu garis. Kemudian
tarik ke bagian warna dasar busana dengan pensil
arsir.
8. Selanjutnya warnailah pelengkap busana yang
digunakan.
9. Pertegas bagian yang kurang jelas dengan pena

136 Disain Busana


Gambar. 6.4. Langkah-langkah menggambar bergaris
(Sumber: Tim Fakultas Teknik Universitas Negari Surabaya. 2001)

E. Menggambar bahan rajutan (knitwear)

Menggambar bahan rajutan sangat tergantung pada


benang dan ukurannya. Busana rajutan bisa halus dan
melekat, tebal dan berat, atau apa saja di antara keduanya.
Gambar kontur bandan yang ada dibawahnya mungkin bisa
agak memamerkan bentukbadan atau malahan
menyembunyikan sama sekali. Memperlihatkan gambar
rajutan ke seluruh bagian busana bisa terkesan berlebihan.
Oleh karena itu tentukan tekstur pada area tertentu. Misalnya
untukbayangan atau tonjolan saja, demikian juga pada rajutan
pinggiran manset, keliman dan garis leher (Goet Pospo, 2000).
Langkah-langkah menggambar bahan rajutan (knitwear)
yaitu:
1. Buatlah sketsa bentuk dasar rajutan.
2. Tebali garis rancangan sesuai dengan warna
diinginkan.

Disain Busana 137


3. Warnailah bagian kepala da n kulit sesuai gradasi
warna.
4. Kemudian warnailah bagian-bagian yang
tersembunyi dari rajutan dengan warna gelap dan
biarkan bagian yang menonjol dengan warna terang.
5. Pertebal bagian-bagian busana yang terlipat atau
lekukan tubuh.
6. Ratakan dengan pensil arsir.
7. Pertegas bagian-bagian yang kurang jelas dengan
pena.

Gambar 6.5. Langkah-langkah menggambar bahan rajutan


(Sumber: Tim Fakultas Teknik Universitas Negari Surabaya. 2001)

F. Menggambar bahan bulu (fur)

Bahan bulu itu sifatnya berat. Gambar bulu tergantung


pada tipe kulit binatang berbulu yang digunakan. Bulu
binatang bisa panjang dan berbulu kapas dan ada juga bulu
binatang yang sifatnyamint dan licin (Goet Pospo, 2000)
Langkah-langkah menggambar bahan bulu (fur) yaitu:

138 Disain Busana


1. Tebali garis-garis rancangan sesuai dengan warna
yang diinginkan.
2. Beri tanda arah bulu pada bagian busana yang
menggunakan bahan berbulu dengan sapuan warna
ringan.
3. Warnailah bagian kepala dan kulit dengan
menggunakan gradasi warna.
4. Kemudian lanjutkan dengan mewarna busana yang
tidak menggunakan bahan berbulu.
5. Setelah itu warnailah bulu dengan warna
sedang. Pada bagian yang terkena cahaya
tambahkan warna putih dan bulu dibuat jarang atau
menghilang. Sedangkan pada bagian-bagian yang
tidak terkena cahaya tambahkan warna hitam dan
bulu dibuat lebih banyak.
6. Lanjutkan dengan mewarnai asessoris yang
digunakan dalam rancangan.
7. Perjelas bagian-bagian yang kurang jelas dengan
pena.

Gambar 6.6. Langkah-langkah menggambar bahan bulu (fur)


(Sumber: Tim Fakultas Teknik Universitas Negari Surabaya. 2001)

Disain Busana 139


G. Menggambar bahan quilting

Quilt berasal dari kata latin culcita yang artinya bantal


yang diisi. Pada dasarnya quilting merupakan metode
menjahit 3 lapisan kain menggunakan tangan atau mesin
jahit. Quilt umumnya terdiri dari 2 atau 3 lapisan yang
dijahit bersama-sama dengan benang dan jarum, dalam hal
ini bisa menggunakan tangan atau mesin jahit.
Langkah-langkah menggambar bahan quilting yaitu :

1. Garisi bentuk quilting (kotak-kotak) dengan


pensil 2B dengan memperhatikan lipatan busana
dan lekukan tubuh.
2. Tentukan bagian warna gelap quilting dengan
bentuk bulan sabit.
3. Tebali garis rancangan sesuai dengan warna yang
Anda inginkan.
4. Warnailah bagian kepala dan kulit dengan
menerapkan gradasi warna.
5. Kemudian warnailah bagian quilting dimulai dari
bagian sudut yang gelap dan ditarik ke bagian yang
terang dengan pensil arsir.
6. Lanjutkan mewarna bagian busana yang lain
dengan memperhatikan lipatan busana dan lekukan
tubuh.
7. Selesaikan gari-garis tindasan jahitan dengan pena.

140 Disain Busana


Gambar 6.7. Langkah-langkah menggambar quilting
(Sumber: Tim Fakultas Teknik Universitas Negari Surabaya. 2001)

Disain Busana 141


RANGKUMAN
Upaya menggambar pola dan motif bahan bisa
dilakukan dengan cara yang akurat (tepat) untuk
menggambarkan bahan senyata mungkin (realities).
Menggambar tekstur pola dan motif bahan dapat dilakukan
dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah-langkah menggambar bahan dengan permukaan
berkilau (Shiny Surface).
2. Langkah-langkah menggambar tenunan halus dan tipis
(Sheers)
3. Langkah-langkah menggambar renda (lace)
4. Langkah-langkah menggambar bergaris
5. Langkah-langkah menggambar bahan rajutan
6. Langkah-langkah menggambar bahan bulu (fur)
7. Langkah-langkah menggambar bahan quilting

PENDALAMAN
Untuk mengukur pendalaman belajar mahasiswa pada
tingkat standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka
selesaikan tugas-tugas berikut ini secara kelompok dan laporkan
hasil pemahaman kelompok.
1. Gambarkan 3 (tiga) model busana dengan
menggunakan bahan dengan permukaan berkilau.
2. Gambarkan 3 (tiga) model busana dengan
menggunakan bahan tenunan halus dan tipis (sheers)
3. Gambarkan 3 (tiga) model busana dengan
menggunakan motif garis
4. Gambarkan 3 (tiga )model busana dengan
menggunakan bahan bahan renda (lace)
5. Gambarkan 3 (tiga) model busana dengan
menggunakan bahan rajutan (knitwear)
6. Gambarkan 3 (tiga) model busana dengan
menggunakan bahan Bulu (fur)
7. Gambarkan 3 (tiga) model busana dengan
menggunakan bahan Quilting

142 Disain Busana


BAB VII
DISAIN BUSANA UNTUK BERBAGAI
KESEMPATAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari disain busana untuk berbagai


kesempatan, mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan pengertian busana rumah.


2. Menjelaskan pengertian busana kerja
3. Menjelaskan pengertian busana kuliah.
4. Menjelaskan pengertian busana rekreasi/casual
5. Menjelaskan pengertian busana olah raga
6. Menjelaskan pengertian busana hamil.
7. Menjelaskan pengertian busana pesta.

PEMBAHASAN

Memilih disain busana berdasarkan kesempatan


sangatlah penting diperhatikan karena akan menentukan
apakah busana akan di pakai atau dikenakan cocok atau tidak
jika digunakan pada kesempatan tersebut.
Pada umumnya setiap orang memerlukan busana untuk
berbagai macam kesempatan antara lain : busana rumah,
busana kerja, busana kuliah, busana, busana rekreasi, busana
olah raga, busana hamil, dan busana pesta.

A. Disain Busana Rumah

Menurut Arifah (2003) menyatakan bahwa, busana


rumah berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan dirumah,

Disain Busana 143


seperti kegitan memasak, berkebun, menerima tamu, tidur,
santai di sore hari,.
Busana rumah mempunyai kesan sportif, bahan
sederhana, bentuk dan disain tidak terlalu rumit, dan warna
tidak menyolok. Busana rumah pada umumnya adalah jas
kamar, piyama, duster, baby doll. Busana hanya dipakai di
dalam rumah tidak boleh dipakai pergi jalan-jalan keluar
rumah, bahkan tidak boleh dipakai menerima tamu kecuali
tamu akrab.
Piama Kaftan Duster Jas Kamar

Gambar 7.1 Disain Busana Rumah


(Sumber: Hasil observasi, 2015)

B. Disain Busana Kerja

Busana kerja adalah busana yang dipakai untuk


melakukan suatu pekerjaan dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Busana kerja banyak macamnya, sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan. Jenis pekerjaan yang berbeda

144 Disain Busana


menuntut pula perbedaan model, bahan dan warna yang
diperlukan. Untuk busana kerja dibengkel pilihlah disain yang
mempunyai banyak kantong, karena model yang begini dapat
menghemat waktu dan tenaga, sebab alat-alat yang
dibutuhkan dapat disimpan di dalam kantong tersebut yang
bila diperlukan dapat diambil dengan cepat.
Busana untuk bekerja dikantor, sering dibuat seragam
dengan model klasik, yang biasanya terdiri dari rok dan blus
untuk wanita, celana dan kemeja untuk pria. Jika memilih
model sendiri, pilihlah disain yang sederhana, praktis, tetapi
tetap menarik serta memberikan kesan anggun dan
berwibawa. Hindarilah pakaian yang ketat, serta garis leher
yang rendah atau terbuka, karena disain yang seperti ini
kurang sopan dan mengganggu dalam beraktifitas. Untuk
memilih busana kerja ada beberapa hal yang harus di
perhatikan antara lain :
a) Modelnya sopan dan pantas untuk bekerja serta
dapat menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi
sipemakai dan bagi orang yang melihatnya.
b) Praktis dan memberikan keluwesan dalam bergerak.
c) Bahan yang mengisap keringat

C. Busana Kuliah

Disain busana untuk mahasiswa/si adalah bebas.


Namun kebanyakan dari mereka memilih rok dan blus atau
kemeja dan celana. Hal ini disebabkan karena rok, blus dan
kemeja, celana dalam pemakaiannya dapat diselang-selingi,
maksudnya: dengan memiliki dua lembar rok atau celana
pemakaiannya dapat divariasikan dengan tetap
memperhatikan keserasiannya

Disain Busana 145


Gambar 7.2 Disain Busana kerja
(Sumber: Hasil observasi, 2015)

Gambar 7.3 Disain Busana Kuliah


(Sumber: Dyahtri N. W. Astuti.2002)

146 Disain Busana


D. Disain Busana Rekreasi & Kasual

Busana rekreasi adalah busana yang dipakai pada waktu


santai atau rekreasi. Busana santai banyak jenisnya, hal ini
disesuaikan dengan tempat dimana kita melakukan kegiatan
santai atau rekreasi tersebut. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih busana santai diantaranya yaitu :
a. Pilihlah disain yang praktis dan sesuaikan dengan
tempat bersantai. Jika santai di rumah pilihlah model
yang agak longgar, bila santai kepantai pilih model
leher yang agak terbuka agar tidak panas, jika santai
kegunung pilihlah model yang agak tertutup agar udara
dingin dapat diatasi.
b. Pilihlah bahan yang kuat dan mengisap keringat

Gambar 7.4 Disain Busana Rekreasi


(Sumber: Hasil observasi,.2015)

Disain Busana 147


E. Disain Busana Olah Raga

Busana olahraga adalah busana yang dipakai untuk


melakukan olahraga. Disain busana olahraga disesuaikan
dengan jenis olahraganya. Setiap cabang olahraga
mempunyai jenis busana khusus dengan model yang berbeda
pula. Untuk olahraga volly dan bola kaki biasanya terdiri
dari blus kaus dan celana pendek dengan model tertentu,
begitu juga untuk busana renang didisain dengan model
yang melekat dibadan dan garis leher yang lebih terbuka.
Busana renang biasanya dilengkapi dengan kimono yang
berfungsi untuk menutupi tubuh jika berada di luar kolam
renang. Begitu juga untuk olahraga sepak takrau, tenis meja
dan lain sebagainya, masing-masing menuntut pula suatu
bentuk busana yang khusus. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam memilih busana olahraga antara
lain:
a. Pilihlah bahan busana yang elastis
b. Pilihlah bahan yang mengisap keringat
c. Pilihlah model busana yang sesuai dengan jenis
lahraga yang dilakukan.

Gambar 7.5 Disain Busana Olah Raga


(Sumber: Hasil observasi,.2015)

148 Disain Busana


F. Disain Busana Hamil

Dalam keadaan hamil seorang perempuan memerlukan


busana khusus untuk penampilan yang serasi. Untuk
mengalihkan perhatian dari kehamilan, maka gaun yang sesuai
adalah yang longgar dengan siluet A, model empire atau pas
dada dengan lipit-lipit atau kerutan. Apabila padanan blus
menggvvunakan rok atau celana, maka rok atau celana pada
bagian perut dapat dibesarkan atau dikecilkan.

Gambar 7.6 Disain Busana Hamil


(Sumber: Hasil observasi,.2015)

G. Disain Busana Pesta

Busana pesta adalah busana yang dipakai untuk


menghadiri suatu pesta. Dalam memilih busana pesta
hendaklah dipertimbangkan kapan pesta itu diadakan,
apakah pestanya pagi, siang, sore ataupun malam, karena
perbedaan waktu juga mempengaruhi model, bahan dan
warna yang akan ditampilkan. Selain itu juga perlu

Disain Busana 149


diperhatikan jenis pestanya, apakah pesta perkawinan, pesta
dansa, pesta perpisahan atau pesta lainnya. Hai ini juga
menuntut kita untuk memakai busana sesuai dengan jenis
pesta tersebut. Misalnya pesta adat, maka busana yang
kita pakai adalah busana adat yang telah ditentukan
masyarakat setempat. Jika pestanya bukan pesta adat, kita
boleh bebas memilih busana yang dipakai. Walaupun
demikian ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain :
a) Pilihlah disain yang menarik dan mewah supaya
mencerminkan suasana pesta.
b) Pilihlah bahan busana yang memberikan kesan mewah
dan pantas untuk dipakai kepesta, misalnya : sutra,
taf,beludru dan sejenisnya. Tetapi kita harus
menyesuaikan dengan jenis pestanya, apakah pesta
ulang tahun, pesta perkawinan dan sebagainya.
Disamping itu juga disesuaikan dengan tempat pesta
dan waktu pestanya.

Gambar 7.7 Disain Busana Pesta


(Sumber: Goet Poespo,.2003)

150 Disain Busana


RANGKUMAN
Memilih disain busana berdasarkan kesempatan
sangatlah penting diperhatikan karena itu akan menentukan
apakah pakaian akan di pakai atau dikenakan cocok atau
tidak jika digunakan pada kesempatan itu.
Pada umumnya setiap orang memerlukan busana untuk
berbagai macam kesempatan antara lain :
1. Busana rumah adalah busana yang pantas di pakai di
rumah. Busana rumah mempunyai kesan sportif, bahan
sederhana, bentuk dan disain tidak terlalu rumit, dan
warna tidak menyolok.
2. Busana kerja adalah busana yang dipakai untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
3. Busana kuliah adalah busana untuk mahasiswa/si adalah
bebas, namun kebanyakan dari b u s a n a k u l i a h
memilih rok dan blus atau kemeja dan celana.
4. Busana rekreasi adalah busana yang dipakai pada
waktu santai atau rekreasi. Busana santai banyak jenisnya,
hal ini disesuaikan dengan tempat dimana kita
melakukan kegiatan santai atau rekreasi tersebut.
5. Busana olahraga adalah busana yang dipakai untuk
melakukan olahraga. Disain busana olahraga disesuaikan
dengan jenis olahraganya. Setiap cabang olahraga
mempunyai jenis busana khusus dengan model yang
berbeda pula.
6. Busana hamil merupakan pakaian wanita yang digunakan
oleh ibu hamil pada masa kehamilan. Baju hamil memiliki
ukuran yang lebih besar mengiringi peningkatan berat
badan ibu selama kehamilan.
7. Busana pesta adalah busana yang dipakai untuk
menghadiri suatu pesta.

Disain Busana 151


PENDALAMAN
Untuk mengukur pendalaman belajar mahasiswa pada
tingkat standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka
selesaikan tugas-tugas berikut ini secara kelompok dan laporkan
hasil pemahaman kelompok
Buatlah Kliping model disain busana dengan
mengidentifikasi dan menganalisis busana berbagai
kesempatan masing-masing 5 (lima) model busana setiap
kesempatan .

152 Disain Busana


BAB VIII
TEKNIK PENYAJIAN DISAIN BUSANA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari teknik penyajian disain busana,


mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian disain sketsa (sketsching
design)
2. Menjelaskan pengertian disain produksi (production
design)
3. Menjelaskan disain sajian (presentation design)
4. Menjelaskan disain ilustrasi (fashion illustration).
5. Menjelaskan kolase (research board).
6. Menjelaskan pengertian disain tiga dimensi (three
demention design )

PEMBAHASAN

Disain busana yang telah dirancang akan dikenal oleh


orang lain yaitu masyarakat atau konsumen apabila disajikan
dengan berbagai teknik. Teknik penyajian adalah cara
menampilkan ciptaan/disain busana yang baik, dalam bentuk
2 dimensi atau 3 dimensi. Tujuan dibuat suatu teknik
penyajian agar masyarakat luas atau konsumen mengenal
disain yang dibuat. Teknik penyajian dapat dibedakan menjadi
beberapa, yaitu disain sketsa (sketsching design, disain
produksi (production design), disain sajian (presentation
design), disain ilustrasi (fashion illustration), kolase (research
board), dan disain tiga dimensi (three demention design ).

Disain Busana 153


A. Disain Sketsa (Design Sketching)

Sukarno & Basuki (2004: 3) (dalam Arifah, 2003),


menjelaskan bahwa disain sketsa busana adalah suatu garis
besar atau outline dari rancangan mode dengan menggunakan
pinsil, pena atau alat tulis yang lain. Sketsa disain busana
bersifat linier, tampilannya berupa garis-garis, sehingga orang
dapat menampilkannya dengan cepat. Disain sketsa akan
memudahkan seseorang dalam menerjemahkan bentuk suatu
disain busana sebagaimana seharusnya tampil, sehingga
mudah mewujudkannya dalam bentuk busana yang
sebenarnya. Bakat menggambar seseorang memang sangat
membantu dalam membuat sketsa busana. Namun, hal ini
bukanlah halangan bagi seseorang yang tidak mempunyai
bakat menggambar untuk belajar membuat disain sketsa
busana. Untuk membuat disain sketsa busana, seseorang harus
sudah mengetahui proporsi tubuh manusia menurut proporsi
fashion atau fashion figure bukan proporsi normal. Disain
sketsa busana sangat penting bagi mereka yang belajar bidang
busana dan mereka yang berkecimpung dalam dunia mode.
Garis-garis yang ada dalam sketsa berbicara lebih banyak, yang
dapat menjelaskan berbagai macam bentuk dan model busana
yang jelas, daripada sederet kata-kata atau kalimat.
Porrie Muliawan (2002:55) mengatakan sketsa disain
busana yang disertai penyajian gambar (a) proporsi tubuh
bervariasi, tergantung pada model yang menjadi pusat
perhatian; (b) gambar tidak diselesaikan sempurna (tidak
lengkap) artinya proporsi tidak lengkap dan sesain boleh
setengah bagian saja; (c) penyelesaian gambar tidak berwarna
(hanya hitam putih saja).

154 Disain Busana


Sketsa badan lengkap Busana Muslimah

Sketsa setengah badan

Gambar 8.1 Disain Sketsa


(Sumber: Hasil observasi, 2015)

Disain Busana 155


B. Disain Produksi

Sukarno & Basuki (2004: 4) menjelaskan tentang disain


busana produksi adalah disain busana yang ditampilkan
dengan sikap yang jelas, menghadap ke depan dilengkapi
dengan gambar bagian belakang. Detail busana produksi
digambar dengan jelas, bahkan titik krisis dari disain busana
digambar tersendiri untuk membantu penjahit dalam
menjelaskan busana dari disain tadi.
Porrie Muliawan (2001: 55) menjelaskan sketsa disain
busana yang ditujukan untuk menghasilkan produksi busana
dalam jumlah besar, biasanya untuk busana siap pakai). Dapat
dibagi menjadi: (1) proporsi tubuh lengkap dengan posisi
menghadap ke depan dan ke belakang sama besar; (2) model
dan garis disainnya mesti jelas dan memiliki daya pakai, daya
fungsi dan daya jual; (3) penyelesaian gambar bisa berwarna,
yang disesuaikan dengan bahan (tekstil) yang digunakan.
Penyelesaian gambar melibatkan pula unsur-unsur warna,
motif dan tekstur; (4) gambar bisa dilengkapi pula dengan
production sheet, yakni keterangan tentang nama bahan
utama dan pelengkap, warna, ukuran serta jumlah produksi.
Contoh 1 Produksi:

156 Disain Busana


(Sumber: Arifah, 2003)

Gambar 8. 2 Disain Produksi 1


(sumber: Hasil observasi, 2015

Disain Busana 157


Quantity : 500 pcs Kontras : TC 208T Peach
Finish : 20 Feb ’06 Lining : Nylon Taffeta 190T
Delivery : 25 Feb ’06 Kain keras : U/kerah, placket luar & dalam, scoder, variasi saku, manset dan ban

Size M L XL XXL
Bahan Bantu Jahit
B
A a
Lingkar Badan 82 88 94 100 cm
Benang - U/ OUTSHELL, g
benang kecil 40/2, B Lingkar Pinggang
i (jadi) Baju 65 72 78 87 cm
W/maching C a Lengan
Lingkar Kerung 48 50 54 57 cm
outshell (Beige, n
Panjang lengan
D 52 53 54 55 cm
Burgundy, B Panjang Punggung 37,5 38 38 39 cm
E
Zipper - Green,
U/TutupNavy)depan, YKK F Lingkar Pinggang Celana 63 69 75 84 cm
-VFO
U/LINING,
= 50 cm,benang
warna
kecil
analog 40/2, G Lingkar Panggul 88 94 98 102 cm
W/matching lining Panjang Celana 92 97 102 107 cm
- (Navy,
U/TutupB.celana,
Green,YKK H
standar
Burgundy) = 17,5 cm I Panjang bawah celana 48 51 54 56 cm
- U/Variasi tutup saku J Tinggi Kerah 3,5 4 4,5 5 cm
baju, YKK = 15 cm,
Button K Lebar Manset 5 5 5 5 cm
- Snap
uniqueButton,
brass Antique
Brass, 4 pcstutup
- U/Variasi / baju L
Washer 11
-U pcs / baju
/ bukaan
saku celana,celana,
YKK iron, M
Pipih, l = 3 cm, 50 1 =pc20/ celana
cm, unique N
cm / baju brass.
- U/Baju, stainless, O
kecil, 4 pcs / baju
- U/Celana, P
stainless,
Main Label besar, 1 Woven ‘A.C.L’, 1 pc / baju, Bahan Bantu
set 1 pc / celana
Size/ celana
Label Woven, 1 pc / baju, 1 pc / POLYBAG Packing HANG TAG
celana
Print sateen, 1 pc / baju, 1 INNER BOX YAG PIN
Care Label
pc / celana
PIP Label Woven ‘A.C.L’, 1 pc / baju BLISTERBAG PRICE TAG
LAYER
EXP CARTON
Cara
Packing

158 Disain Busana


Contoh 2 disain produksi I dan II :

Gambar 8. 3 Disain Produksi I Tampak depan dan Belakang

Disain Busana 159


Gambar 8. 5 Disain Produksi I
(Sumber: Rahmah, 2014)

C. Disain Sajian (Presentation Design )

Sukarno & Basuki (2004: 3) menjelaskan tentang


menggambar penyajian artinya disain yang dibuat itu
berbentuk dokumentasi namun sekaligus sebagai promosi.
Bersifat dokumentasi artinya disain beusana yang dibuat
berdasarkan sejarah mode, yang ditampilkan dengan sikap dan
gaya yang disesuaikan dengan zaman dan tempat mode
busana tersebut sedang berkembang dan digemari. Sedangkan
disain busana promosi adalah disain busana yang ditujukan
untuk tujuan promosi suatu produk tertentu. Disain busana

160 Disain Busana


promosi ditampilkan dengan sangat spontan. Penjelasan kata
sangat terbatas, tetapi gambar tersebut telah mampu
menyampaikan kejutan atau daya tarik bagi para konsumen
untuk membeli atau menggunakan produk yang dipromosikan.
Disain busana promosi yang ditampilkan dalam bentuk iklan di
media cetak direalisasikan dalam bentuk gambar hitam putih
untuk memudahkan proses pencetakannya.
Porrie Muliawan (2002: 62) menjelaskan penyajian
gambar ‘presentation drawing’ ditujukan untuk pembuatan
busana secara perorangan, misalnya untuk butik atau rumah
mode, untuk busana haute couture atau adi busana. Penyajian
gambarnya dapat dibagi menjadi: (1) proporsi tubuh digambar
lengkap dengan posisi menghadap ke depan atau miring ¾,
tinggi tubuh 8½ atau 9x tinggi kepala; (2) garis disain mesti
jelas. Model busana harus disesuaikan dengan permintaan
klien yang tentu saja disesuaikan pula dengan bentuk tubuh,
kepribadian dan kesempatan pemakaian; (3) gambar disain
busana dilengkapi detail yang jelas baik dalam hal model,
warna, maupun garis disain yang memerlukan penyelesaian
tertentu; (4) penyelesaian gambar bisa berwarna, yang tentu
saja disesuaikan dengan bahannya.

Disain Busana 161


Gambar 8. 6 Disain Sajian dan Contoh Bahan
(sumber: hasil observasi, 2015)

D. Disain Ilustrasi (Fashion Illustration)

Sukarno & Basuki (2004: 3 ) dalam Arifah (2003),


menjelaskan dalam membuat ilustrasi busana, diperlukan
beberapa informasi pengetahuan, keterampilan di bidang
busana, dan daya kreasi. Daya kreasi adalah kreativitas yang
dimiliki seseorang yang dituangkan ke dalam bentuk suatu
benda, dalam hal ini adalah bentuk busana.Daya kreasi itu
berupa gambar sketsa busana, ilustrasi busana, maupun benda
atau busana secara konkrit yang mengandung nilai seni,
sehingga menimbulkan rasa nyaman dan menampakkan
keindahan.
Disain ilustrasi busana adalah disain busana yang tidak
menampilkan detail busana dengan jelas, tetapi lebih
menekankan kepada jatuhnya bahan pakaian pada tubuh,
siluet, keindahan, dan keluwesan. Disain ilustrasi busana
ditampilkan; pertama, menekankan penampilan model atau
pragawati dengan sikap dan bentuk tubuh sangat diutamakan,

162 Disain Busana


pose dan proporsi tubuh memegang peranan penting, serta
pose pragawati selalu berubah-ubah sesuai dengan trend
mode yang sedang berlaku. Kedua, menekankan kesan atau
tipe dari model yang bersangkutan, misalnya ilustrasi disain
busana harus tampak feminine, tampak ceria dan muda,
tampak anggun dan berwibawa, atau tampak kekanak-
kanakan. Ketiga, menekankan teknik penyelesaian busana,
mengutamakan penampilan garis, serta jatuhnya bahan dan
permukaan bahan atau teksture dari bahan busana yang
digunakan (Sukarno & Basuki, 2004: 3)
Porrie Muliawan (2002: 62) menjelaskan fashion
illustration ditujukan untuk promosi barang-barang mode,
sampul depan atau cover, undangan, brosur, poster atau
majallah, tetapi daya pakainya rendah. Penyajian gambar
dibagi atas: (1) proporsi tubuh bebas. Tinggi boleh lebih dari 9
x tinggi kepala dengan gaya yang menarik. Gambar boleh
lengkap atau tidak. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian;
(2) gambar disain pakaian tidak memiliki daya pakai dan daya
fungsi; (3) penyelesaian gambar boleh berwarna atau hanya
satu warna saja.

Disain Busana 163


Gambar 8. 7 Ilustrasi Disain Busana
(Sumber: Hasil observasi, 2015)

E. Kolase (Research Board) Mode

Kolase (Research Board) berarti kumpulan . Kolase


(Research Board) Mode berarti kumpulan dari berbagai
sumber yang kelak dijadikan ide dalam mencipta mode
busana. Kolase mode merupakan pengembangan disain,
sebagaimana disain sketsa, bedanya pada kolase mode
coretan yang dikumpulkan adalah berbagai gambar keadaan
alam busana negara tetangga, busana daerah Indonesia, dan
busana-busana karya para disainer yang telah dikenal baik.
Dalam maupun luar negeri. Hasil pengamatan dari berbagai
gambar tersebut kemudian dituangkan ke dalam disain
busana, bahkan dapat dibuat beberapa disain dengan tema
tertentu. Tujuan membuat kolase mode adalah
mengembangkan ide dari berbagai koleksi gambar atau karya
seni lainnya untuk diwujudkan menjadi disain busana.

164 Disain Busana


Gambar 8. 8. Kolase (Research Board) Mode
(Sumber: Hasil observasi, 2015)

F. Disain Tiga Dimensi (Three Demention Design)

Disain tiga dimensi adalah salah satu permodelan


(prototype) dari suatu busana, sebagai tindak lanjut dari
pembuatan disain busana. Permodelan ini seringkali digunakan
sebagai master yang dipajang di suatu usaha butik/rumah
mode, ataupun dapat dijadikan sample, karena disain tiga
dimensi dapat memvisualisasikan kondisi yang sesungguhnya
dari suatu busana yang akan dibuat. Sesuai dengan namanya,
maka disain tiga dimensi adalah gambar disain busana yang
dibuat dalam format tiga dimensi, yaitu memiliki matra
panjang, lebar dan ketebalan, sehingga gambar tersebut
memiliki volume.

Disain Busana 165


Gambar 8. 9. Disain Tiga Dimensi (Three Demention
Design)
(Sumber: Hasil observasi, 2015)

166 Disain Busana


RANGKUMAN

Disain busana yang telah dirancang akan dikenal oleh


orang lain yaitu masyarakat atau konsumen apabila disajikan
dengan berbagai teknik. Teknik penyajian adalah cara
menampilkan ciptaan/disain busana yang baik, dalam bentuk 2
dimensi atau 3 dimensi. Tujuan dibuat suatu teknik penyajian
agar masyarakat luas atau konsumen mengenal disain yang
dibuat. Teknik penyajian dapat dibedakan menjadi beberapa,
yaitu disain sketsa (sketsching design, disain produksi
(production design), disain sajian (presentation design), disain
ilustrasi (fashion illustration), kolase (research board), dan
disain tiga dimensi (three demention design ).

PENDALAMAN

Untuk mengukur pendalaman belajar mahasiswa pada


tingkat standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) maka
selesaikan tugas-tugas berikut ini secara kelompok dan laporkan
hasil pemahaman kelompok
Membuat kliping tentang disain sketsa, produksi 1,
produksi 2 dan disain sajian yang disertai dengan penjelasan.

Disain Busana 167


168 Disain Busana
DAFTAR PUSTAKA

Arifah A. Rianto, 2003, Desain Busana, Bandung: Penerbit


Yapemdo.

Astuti, Dyahtri N.W. 2002. Desain Pakaian Seragam Wanita


Karier. Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama

Chodijah dan Mamdy. 1982. Desain Busana. Jakarta: CV. Petra


Jaya.

Chambers, Bernice. G, 1951, Color and Design, New york:


Prentice Hall, Inc.

Goet Poespo, 2000, Aneka krah, Yogya: Penerbit Kanisius.

, 2000, Aneka lengan, Yogya: Penerbit Kanisius

, 2000, Aneka Rok, Yogya: Penerbit Kanisius

, 2000, Aneka Celana, Yogya: Penerbit Kanisius

, 2005, Ayunda 80 gaya Kebaya Modern, Yogya:


Penerbit Kanisius

Dyahtri N. W. Astuti.2002. Fashion Figure Drawing. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Irfan Abdul Rahman. 2015. Panduan Menggambar Ilustrasi &


Wajah dengan Pensil. Jakarta: Mediakita

Kasmar Sumarna, 2001, Kiat Mengomersialkan Hobi


menggambar, Semarang: Penerbit Effhar

Daftar Pustaka 169


Kajiro Kumagai, 1982, Ladies Fashion illustration, Tokyo:
Penerbit: Chiyoda-ku

Miss M. Jalins & Ita A. Mamby, 1984, Unsur-unsur Pokok dalam


Seni Pakaian, Jakarta: Penerbit Miswar.

Mamdy, Wisri Adipertiwi. 2001. Menggambar Anatomi Modis.


Jakarta: Meutia Cipta Sarana.

Muliawan, Porrie. 2002. Menggambar Mode dan Mencipta


Busana Wanita. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia

Porrie Muliawan, 2002, Menggambar Mode dan Cipta Busana


Wanita, Jakarta: Penerbit PT BPK Gunung Mulia.

Sanny Poespo, 2003, Gaya Busana Pesta, Yogya: Penerbit


Kanisius

Tim Fakultas Teknik Universitas Negari Surabaya. 2001.


Menggambar Sketsa Busana Secara Kering. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Uswatun Hasanah, dkk. 2009. Menggambar Busana. Jakarta:


Remaja Rosdakarya

Wisri Adipertiwi Mamdy. 2001. Menggamba r Anatomi Modis


untuk Merancang Busana. Jakarta: Mutia Cipta Sarana

170 Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai