Anda di halaman 1dari 118

Terampil

menjahit busana
KURSUS TATA BUSANA LEVEL II

DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
TERAMPIL MENJAHIT BUSANA
LEVEL II

Tim Penulis
Amelia Prihatini
Diah Purwitasari

Foto & Materi Foto


Amelia Prihatini
Diah Purwitasari
Lain-lain

Editor Bahasa
Bambang Trim
Sri Yatin

Desain dan Tata Letak


Abu Nizar Zulmi

Ebook Digital & Animasi 2D


Bayu Antrakusuma
Youngki Alfiandi

Foto Cover
Jacqueline Macou dari Pixabay.com

ISBN
978 - 623 - 7005 - 08 - 7

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gedung E Lantai VI, Jl. Jenderal Sudirman
Senayan – Jakarta 19720

Telepon (021) 57904363, 572041


Faximile (021) 57904363, 5725041
Website: www.infokursus.net
Email: ditbinsus@yahoo.co.id

DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ vii


KATA SAMBUTAN ............................................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1


A. Potensi Lulusan Kursus dan Pelatihan ...................................................................................................... 2
B. Tujuan Pembelajaran ................................................................................................................................. 2

BAB II PERSIAPAN MENJAHIT ............................................................................................................ 5


A. Persiapan Tempat Kerja .............................................................................................................................. 6
B. Persiapan Mesin Jahit ................................................................................................................................. 9

BAB III TEKSTIL UNTUK BUSANA ....................................................................................................... 21


A. Pengenalan Tekstil .................................................................................................................................... 22
B. Jenis dan SIfat Tekstil ............................................................................................................................... 23

BAB IV TEKNIK MENJAHIT BUSANA ................................................................................................... 45
A. Menjahit dengan Alat Jahit Tangan ......................................................................................................... 46
B. Menjahit dengan Mesin ............................................................................................................................ 55

BAB V PENYETRIKAAN (PENGEPRESAN) ........................................................................................... 69


A. Pengenalan Alat Setrika dan Fungsinya .................................................................................................. 70
B. Tahapan Pressing ...................................................................................................................................... 73

BAB VI PENGEPASAN (FITTING) ........................................................................................................ 77
A. Persiapan ................................................................................................................................................... 78
B. Pengepasan (Fitting) ................................................................................................................................. 81
C. Evaluasi dan Revisi Hasil Jahitan ............................................................................................................. 81

BAB VII PRESENTASI HASIL JAHITAN .................................................................................................. 85


A. Pelipatan ................................................................................................................................................... 86
B. Pengemasan (Packaging) ......................................................................................................................... 94

GLOSARIUM ..................................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 102
BIODATA PENULIS ........................................................................................................................... 103

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA v


vi
KATA PENGANTAR
Dr. AGUS SALIM, SE., M.Si.
Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan

Sebagai awal yang baik, kami sampaikan puji syukur ke hadirat Allah Yang Mahakuasa atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, bahan ajar kursus dan pelatihan ini dapat diselesaikan.
Rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus juga kami sampaikan kepada tim penyusun
yang telah berupaya keras menyelesaikan bahan ajar kursus dan pelatihan ini sehingga
layak untuk dipergunakan.

Kursus dan pelatihan memang tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan bahan ajar yang
bermutu guna mendukung pengembangan kapasitas SDM yang mumpuni. Pada era yang terus
berubah karena kemajuan teknologi yang telah mengubah pola dan ritme kehidupan maka,
diperlukan akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung oleh informasi
yang memadai. Untuk itu, Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan telah menyediakan
bahan ajar tidak hanya dalam bentuk cetak, tetapi juga dalam bentuk digital dengan tujuan
memberi kemudahan akses seluas-luasnya terhadap siapa saja yang membutuhkan.

Bahan ajar kursus dan pelatihan ini merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan
pembelajaran sebagai pemenuhan kebutuhan substansi kurikulum berbasis kompetensi di
setiap jenis keterampilan yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan berbasis
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Bahan ajar ini diharapkan relevan secara
kontekstual dengan kebutuhan peserta didik serta dunia kerja sehingga sangat membantu
mereka dalam proses pembelajaran untuk mempersiapkan diri mengikuti uji kompetensi.

Uji kompetensi merupakan upaya yang terus dibina oleh Direktorat Pembinaan Kursus
dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar lulusan kursus dan pelatihan memiliki
kompetensi yang unggul serta selaras dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Lebih jauh lagi peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya serta
mampu berkiprah di dunia kerja maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA vii


Melalui bahan ajar ini diharapkan dapat terwujud lulusan-lulusan kursus dan pelatihan
yang kompeten, berdaya saing, dan mampu meraih peluang yang tersedia pada dunia kerja.
Akhirnya, tidak lupa kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada tim penyusun
dan reviewer yang telah bekerja keras serta menginvestasikan waktu, pikiran, dan tenaga
demi terwujudnya bahan ajar ini.

Jakarta, November 2019


Direktur,

Dr. Agus Salim, SE., M.Si.

viii
KATA SAMBUTAN
Ir. HARRIS ISKANDAR, Ph.D
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat

Digitalisasi telah mengubah banyak hal di dalam sendi kehidupan manusia sehingga
memunculkan fenomena disrupsi pada banyak bidang. Teknologi digital menjadi
pemicu berkembangnya internet sehingga mendorong berbagai terobosan teknologi
yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Kondisi ini memunculkan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia


untuk menguasai teknologi tinggi, sehingga kompetensi SDM menjadi kunci terhadap
penguasaan teknologi agar dapat dimanfaatkan secara maslahat untuk kemajuan
bangsa. Kompetensi SDM ini menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

Salah satu upaya peningkatan mutu SDM Indonesia adalah melalui pengembangan
kursus dan pelatihan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja dan dunia industri. Kursus
dan pelatihan juga memerlukan dukungan instruktur dan bahan ajar yang bermutu
dalam kegiatan pembelajaran.

Sejalan dengan upaya menyiapkan SDM unggul, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengemban misi “mewujudkan insan Indonesia yang berakhlak, cerdas, terampil, mandiri
dan kreatif serta profesional berlandaskan gotong-royong” melalui penyelenggaraan
layanan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas)
yang bermutu. Peran PAUD dan Dikmas menjadi strategis mengingat kedua bidang
pendidikan ini merupakan pengejewantahan dari pembelajaran sepanjang hayat.

Untuk memberi akses layanan pendidikan seluas-luasnya kepada masyarakat Direktorat


Jenderal PAUD dan Dikmas telah memfasilitasi penyelenggaraan kursus daring yaitu
Massive Open Online Courses (MOOCs). Sesuai dengan namanya kursus daring ini dapat
diselenggarakan secara massal tanpa batas ruang dan jarak.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA ix


Selain itu, upaya nyata yang ditempuh dalam mengemban misi di atas adalah
mengembangkan dan menyediakan sarana pembelajaran yang mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Dalam konteks ini, Ditjen PAUD dan Dikmas telah berhasil mengembangkan bahan ajar
tematik kursus dan pelatihan yang diharapkan dapat memperkaya khazanah sumber
belajar yang ada dan menjadi jembatan antara masyarakat dan dunia kerja. Penerbitan
bahan ajar ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada lembaga
kursus dan pelatihan serta satuan pendidikan nonformal lainnya sehingga lulusannya
memilki kompetensi yang lebih baik dan mampu bersaing di pasar nasional dan global.

Saya menyambut baik diterbitkannya buku-buku bahan ajar ini sebagai upaya
meningkatkan layanan pendidikan kursus dan pelatihan dengan memperluas
ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas layanan pendidikan masyarakat secara
terarah dan terpadu.

Jakarta, November 2019


Direktur Jenderal,

Ir. Harris Iskandar, Ph.D

x
TERAMPIL MENJAHIT BUSANA xi
Sumber: www.instazu.com (24-10-2019)

xii BAB I
BAB I

PENDAHULUAN

E
ra perekonomian global mengharuskan Indonesia
memiliki sumber daya manusia yang bermutu
dan berdaya saing tinggi dalam kancah nasional
ataupun internasional. Namun, meningkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia, bukan semata tugas
pemerintah. Dukungan semua pihak akan sangat
mempengaruhi keberhasilannya.

Demi menjalankan program peningkatan mutu calon


tenaga kerja ini, pemerintah telah mengembangkan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kurikulum
berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI), termasuk bidang kursus tata busana.

Melalui kursus dan pelatihan bidang tata busana yang


intensif, calon tenaga kerja dibelajarkan menjadi tenaga
kerja yang kompeten sesuai dengan profil lulusan
tiap level kualifikasi yang dibutuhkan dalam industri
busana.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA  1


A POTENSI LULUSAN KURSUS DAN PELATIHAN

Pesatnya perkembangan industri busana di Indonesia


secara otomatis membuat kebutuhan tenaga kerja
di bidang ini meningkat pesat. Baik itu tenaga kerja
yang bertugas di toko atau butik maupun tenaga kerja
di bagian produksi. Keduanya sama-sama memiliki
permintaan yang tinggi.

Tingginya kebutuhan bisa berarti luasnya kesempatan


kerja dalam industri busana. Hal ini adalah peluang
besar yang selayaknya disambut dengan gembira oleh
para calon tenaga kerja dan calon peserta kursus tata
busana.

Peserta didik kursus dan pelatihan yang memiliki


kompetensi tata busana akan memiliki potensi besar
menjadi tenaga kerja andal dan berdaya saing.

B TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk


mengarahkan peserta didik mempelajari berbagai
kompetensi bidang tata busana sesuai standar
kompetensi lulusan dan kurikulum kursus dan
pelatihan Tata Busana Level II KKNI, meliputi

1. Persiapan tempat kerja yang sesuai dengan


prosedur K-3;

2. Persiapan, penyetelan, pengoperasian, dan


perbaikan mesin jahit;

3. Mengenal jenis dan sifat tekstil untuk busana;

4. Menjahit dengan alat jahit tangan;

5. Menjahit dengan mesin;

6. Pengenalan alat setrika, penyetrikaan selama


proses menjahit, penyetrikaan setelah selesai
menjahit; dan

7. Mempresentasikan hasil jahitan dengan


pengepasan, pelipatan, dan pengemasan.

2 BAB I
Sumber: www.ma-darussaadah.sch.id (24-10-2019)
Gambar 1. Para Siswa sedang Menjahit

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA  3


Sumber: 2396521 - www.pixabay.com (19-11-2019)

4 BAB II
BAB II

PERSIAPAN
MENJAHIT

S
uatu pekerjaan dapat terlaksana
dengan baik apabila diikuti dengan
persiapan yang baik. Sama halnya
dengan menjahit. Agar proses penjahitan
dapat berjalan dengan lancar, aman,
dan menghasilkan karya yang baik maka
persiapannya harus dilakukan dengan cermat.
Apa saja yang harus diketahui sebelum
memulai? Berikut ini merupakan hal penting
yang perlu diketahui agar praktik menjahit
lebih mudah dilakukan.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 5


A PERSIAPAN TEMPAT KERJA

Sebagai bagian penting dalam proses menjahit, tempat kerja perlu dipersiapkan dengan baik. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa suasana kerja yang nyaman dan aman akan menimbulkan kesenangan, kenyamanan, dan
keselamatan bagi para pekerja sehingga bisa meningkatkan gairah dan produktivitas kerja.

Sumber: Maria Krasnova - unsplash.com (24-06-2019)


Gambar 2.1 Tempat Kerja

1. Tempat Kerja Yang Nyaman

Kenyamanan bekerja antara satu pekerjaan dan pekerjaan lain, tidak bisa disamaratakan. Dalam menjahit,
kenyamanan bekerja saat menjahit tangan akan berbeda dengan kenyamanan bekerja saat menjahit dengan
mesin.

Prinsip penting dalam menyusun kenyamanan


tempat kerja ini dikenal dengan sebutan ergonomi.
Ergonomi artinya ada keserasian antara manusia dan
lingkungan kerjanya. Suatu perabot kerja yang memiliki
sifat ergonomi, bisa disebut ergonomis. Kelengkapan
perabot yang ergonomis di tempat kerja, membuat
pekerjanya bisa produktif dalam waktu yang lama
dengan rasa nyaman pada tubuhnya.

Sumber: macrovector - freepik.com (24-06-2019)


Gambar 2.2 Ergonomi Menjahit dengan Tangan

6 BAB II
Sumber: macrovector - freepik.com (24-06-2019)
Gambar 2.3 Ergonomi Menjahit dengan Mesin

Kursi dan meja berada diurutan pertama dalam persiapan tempat kerja. Pilihan kursi yang nyaman untuk bekerja
umumnya mempunyai sandaran, beralas duduk cukup empuk dan memiliki tinggi kaki yang sesuai dengan meja
kerja. Untuk meja kerja, sebaiknya dipilih yang memiliki permukaan luas dan halus, serta memiliki tinggi standar
yaitu 70-90 cm.

TIP
Posisi kerja yang nyaman dilakukan dengan pemilihan meja dan kursi pada saat pekerja duduk, ia dapat
dengan mudah menyandarkan sikunya di atas meja.

2. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja pada suatu pekerjaan menjahit menjadi prioritas utama. Sama halnya dengan
membaca, menjahit sama-sama membutuhkan cahaya yang baik untuk kelancaran kegiatannya. Jika diabaikan
maka kesehatan tubuh akan berisiko mengalami kerusakan.

Pencahayaan terbaik untuk ruangan menjahit dilakukan dengan memberikan cahaya dari atas dengan lampu
yang berada di langit-langit ruangan. Sementara untuk pencahayaan jahitan jarak dekat, bisa ditambahkan
dengan cahaya yang berasal dari lampu yang tertanam di dalam mesin jahit.

Selain harus memerhatikan kesehatan jangka panjang penjahit, keselamatan kerja juga perlu diperhatikan
sebelum dan saat menjahit. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi saat kegiatan
menjahit pakaian. Di antara contoh kecelakaan yang mungkin terjadi saat menjahit dan menyetrika adalah
tersengat listrik atau mengalami luka bakar saat mengoperasikan alat. Selain itu, bisa terjadi kecelakaan tertusuk
jarum, tangan tergunting atau terkena patahan jarum. Untuk menghindari kecelakaan, persiapkan tempat kerja
dengan cermat dan lakukan kerja dengan kehati-hatian.

Perlu ditanamkan pada pekerja bahwa kecelakaan-kecelakaan yang mungkin terjadi ditempat kerja bukan
hanya disebabkan karena persoalan teknis saja, melainkan juga karena kecerobohan pekerja.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 7


3. Menjaga Kerapian Area Dan Alat Kerja

Tempat kerja dan alat kerja yang tersusun rapi dapat memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih
berkreasi. Kondisi ini membuat kerja menjadi lebih efektif dan efisien karena posisi alat yang tertata dan mudah
dijangkau.

Ada sebuah prinsip tentang pentingnya penataan dan kebersihan tempat kerja yang diadopsi dari Jepang.
Prinsip ini dikenal dengan sebutan 5-S yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke. Di Indonesia, prinsip ini
dikenal menjadi prinsip 5R.

a. Prinsip 5R

Alat-alat jahit ditata berdasarkan jenis alat, kegunaan alat atau tingkat kepentingannya.
Ringkas Penataan yang sistematis membuat penyimpanan jadi ringkas dan memberikan ruang
lebih di area kerja.

Menyimpan kembali barang di tempat yang tepat sesuai pengaturannya sehingga dapat
Rapi
cepat ditemukan pada waktu yang dibutuhkan.

Resik Selalu menjaga kebersihan peralatan, bahan, area kerja, dan lingkungan kerja.

Melakukan perbaikan alat rusak yang masih bisa diperbaiki, membuang jarum berkarat
Rawat
agar tidak memberikan reaksi pada jarum-jarum lainnya.

Kegiatan ringkas, rapi, resik, rawat di atas rutin dilakukan sehingga menjadi kebiasaan
Rajin
hidup rajin yang positif.

Bekerja dengan budaya kerja pinsip 5-R ini akan mendatangkan banyak manfaat. Selain membuat tempat
kerja menjadi lebih teratur dan efesien, melakukan pekerjaan pun menjadi lebih mudah dan senang.

b. Kerapian Alat Kerja

Alat jahit yang tertata dengan rapi, secara pasti dapat memudahkan proses penjahitan. Tindakan ini dapat
membuat alat jahit bertahan lebih lama dan pada akhirnya dapat membuat penjahit lebih berhemat.

Manfaat Penyimpanan Alat yang Rapi:

1. Tidak mudah berkarat. Jarum jahit, gunting dan jarum pentul yang disimpan dalam wadah tertutup
seperti dalam kotak plastik, akan menjadi lebih awet dan tidak mudah berkarat karena lebih sedikit
terpapar udara.

2. Aman dan mudah dicari. Jarum yang tertata rapi akan memudahkan dicari saat akan dipakai pemakaian,
sekaligus menghindari terjadinya kecelakaan tertusuk jarum dari jarum yang berserakan.

3. Warna tahan lama. Warna benang yang disimpan dalam tempat tertutup, lebih bertahan lama (tidak
cepat pudar) dan tidak mudah rapuh.

8 BAB II
Sumber: Lisa Woakes - unsplash.com (24-06-2019)
Gambar 2.4 Bantalan Jarum

B PERSIAPAN MESIN JAHIT

Para penjahit pemula dapat memilih mesin jahit berjenis


satu fungsi untuk memulai pelajaran menjahitnya.
Mesin jenis ini cukup mudah ditemui. Bentuk dan
jenisnya juga merupakan bentuk yang sangat akrab,
sederhana, dan sangat mudah digunakan.

Mesin berwarna hitam yang lengkap dengan meja dan


pengayuh di kaki merupakan jenis tradisional yang
paling umum digunakan. Namun, para pemula dapat
menggunakan mesin jahit portable (mesin jahit jinjing)
yang paling sederhana.

Sumber: indotrading.com (24-06-2019)


Gambar 2.5 Mesin Jahit Tradisional Satu Fungsi

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 9


Sumber: bhinneka.com (24-06-2019)
Gambar 2.6 Mesin Jahit Portable Sederhana

Sebelum memulai proses belajar menjahit dengan mesin jahit, sebaiknya kenali dahulu bagian-bagian mesin jahit
yang paling dasar. Bagian-bagian dasar ini akan selalu ada di setiap mesin jahit tipe apapun. Perhatikan gambar
dan keterangan berikut.

Sumber: Amelia (25-06-2019)


Gambar 2.7 Pengenalan Bagian-bagian Mesin Jahit 1

Keterangan:

1. Tempat dudukan benang 7. Penjepit benang


2. Roda imbang 8. Pengatur tinggi sepatu mesin
3. Pengatur jarak setikan 9. Pengatur tegangan benang
4. Tuas jahit mundur 10. Pengungkit benang
5. Pengontrol minyak mesin 11. Tiang jarum
6. Tiang benang 12. Sepatu mesin

10 BAB II
Sumber: Amelia (25-06-2019)
Gambar 2.8 Pengenalan Bagian-bagian Mesin Jahit 2

Keterangan:

a. Tiang sepatu mesin dan penahan jarum d. Sekrup penahan sepatu mesin
b. Sekrup pengikat jarum e. Sepatu mesin
c. Jarum mesin f. Gigi mesin

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 11


1. Penyetelan dan Pengoperasian Mesin Jahit

Sebelum mulai menjahit, pastikan mesin jahit ditempatkan di area yang mendapat pencahayaan bagus dan
dekat dengan saklar listrik. Setelah itu, barulah mulai penyetelan dan pengoperasian mesin.

a. Penyetelan Mesin

Penyetelan mesin dimulai dengan memperhatikan bagian-bagian penting dari mesin jahit, mengujinya,
dan mengatur setelannya.

1) Uji Fungsi dengan Menggerakkan Roda Imbang


Lakukan uji secara manual dengan memutar roda imbang ke arah depan. Bila berfungsi dengan baik,
bagian tiang sepatu mesin, pengungkit benang, dan gigi mesin secara bersamaan akan bergerak. Jika
di antara ketiganya tidak bergerak, kemungkinan besar mesin mengalami kerusakan.

2) Atur Jarak Setikan Benang


Ukuran atau jarak setikan benang perlu disesuaikan dengan tujuan penjahitan. Jarak setikan terbaik
untuk menjahit biasanya sudah diberi tanda khusus atau akan berada di tengah tuas pengaturan jarak.
Semakin besar jarak setikan akan mengurangi kekuatan jahitan dan jarak yang paling besar biasanya
digunakan untuk membuat kerutan pada busana.

3) Atur Ketegangan Benang


Pastikan pengatur ketegangan benang berada di tegangan normal, yaitu pada angka di tengah dan
bertanda khusus agar keseimbangan tegangan benang atas dan benang bawah terjalin sempurna.

b. Pengoperasian Mesin Jahit

Lakukan pengoperasian mesin jahit dengan langkah-langkah berurutan seperti dalam uraian berikut.

1) Memasang Jarum Mesin Jahit


Jarum dipasangkan menghadap ke depan pada tiang jarum. Cara pemasangan mesin jahit pada mesin
jahit kecil adalah pada bagian atas jarum yang datar menghadap ke tiang mesin, lalu dikencangkan
dengan menggunakan sekrup. Setiap jarum mesin mempunyai ukuran yang harus disesuaikan dengan
penggunaan kain yang akan dijahit. Semakin tipis dan halus bahan yang akan dijahit makan semakin
kecil nomor jarum mesin yang digunakan.

TIP

Pilihlah jarum sesuai


jenis mesin.

Mesin jahit hispeed


menggunakan jarum
jenis db.

[Mesin jahit obras


menggunakan jarum
jenis dc.

Sumber: tokojahit.com (25-06-2019)


Gambar 2.9 Jarum Mesin Jahit

12 BAB II
2) Memasang Sepatu Mesin Jahit
Sepatu mesin jahit sangat beragam
bentuknya. Pasangkan sepatu mesin
sesuai kebutuhan penjahitan dengan cara
menempelkan bagian pengait sepatu mesin
pada tiang sepatu, kemudian kencangkan
bagian sekrup kecil yang terletak di samping
tiang sepatu mesin.

Sumber: fitinline.com (25-06-2019)


Gambar 2.10 Sepatu Mesin

3) Memasang Benang pada Mesin Jahit


Setiap mesin jahit mempunyai gaya yang berbeda dalam pemasangan benangnya. Namun, pada dasarnya
pemasangan benang pada mesin jahit itu hampir serupa karena harus secara berurutan melalui titik-titik
utama yang selalu ada di setiap mesin yaitu (1) tiang dudukan benang; (2) penjepit benang; (3) pengatur
tegangan; (4) tuas pengungkit benang; (5) penahan benang di atas jarum; dan (6 ) lubang jarum.

Sumber: mychildhoodtreasury.com (25-06-2019)


Gambar 2.11 Alur Memasang Benang pada Mesin Jahit

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 13


4) Memasukan Benang pada Sepul
Masukan sepul pada tiang
penggulung benang lalu taruh
benang ditiang utama. Jepit benang
pada sepul, lalu gulung dengan
menekan pedal dinamo. Isi sepul
secara merata sampai penuh.

Sumber: Amelia (25-06-2019)


Gambar 2.12 Menggulung Benang
pada Sepul

5) Memasang Sepul pada Sekoci


Setelah sepul terisi penuh dengan
benang masukan sepul ke dalam
sekoci, lalu keluarkan ujung benang
melalui alur penjepit yang ada pada
sekoci.

Sumber: brothersupport
@youtube (25-06-2019)
Gambar 2.13 Memasang Sepul pada Sekoci

6) Memasang Sekoci di Mesin Jahit


Memasang sekoci pada mesin jahit dilakukan dengan cara memegang ujung luar pengait sekoci kemudian
masukkan sekoci ke side plate yang terletak di bagian bawah gigi mesin.

Sumber: inikarpet.com (25-06-2019)


Gambar 2.14 Memasang Sekoci pada Side Plate

14 BAB II
7) Menjalankan Mesin Jahit
Ambil kain yang akan dijahit kemudian letakkan
di bawah sepatu mesin. Turunkan tiang sepatu
mesin dengan tuas yang terletak di belakang
kepala mesin sehingga kain terjepit antara
sepatu mesin dan gigi mesin. Mulailah menjahit
dengan menginjak pedal listrik perlahan sambil
mengecek hasil setik jahitan.

Sumber: sekolahpintar.com (25-06-2019)


Gambar 2.15 Pedal Dinamo Mesin

Tanda setikan yang baik

1. Memiliki jarak setik yang teratur.


TIP
2. Benang atas dan bawah terjalin seimbang, sama kencang.

3. Tidak berkerut.

2. Pemeliharaan Mesin Jahit

Seperti halnya semua mesin, mesin jahit juga perlu dipelihara agar tidak mudah rusak. Cara pemeliharaan yang
bisa dilakukan agar mesin bisa selalu berfungsi baik saat akan digunakan, sebagai berikut.

a. Membersihkan Debu dan Sisa Benang

Selama proses menjahit, debu dari serpihan benang dan kain yang sedang dijahit dapat terperangkap di
dalam mesin. Jika dibiarkan, serpihan kain dan benang ini bisa menumpuk dan mengganggu kelancaran
jalannya mesin kemudian mesin menjadi macet.

Bersihkan mesin dengan cara sebagai berikut.

• Menyeka bagian badan mesin dari debu luar dan serpihan benang langsung setiap selesai menjahit,
dengan lap kering.

• Menyapu bagian sekoci, rumah sekoci di bawah mesin dan bagian kepala mesin dari debu dan serpihan
benang dengan kuas kecil.

Sumber: sewingschool.org (02-07-2019)


Gambar 2.16 Membersihkan Mesin Jahit

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 15


b. Mengatur Penyetelan Mesin dengan Baik

Penyetelan tegangan benang yang baik, sangat diperlukan untuk menjaga posisi bagian mesin tetap pada
tempatnya dan tidak mengganggu bagian mesin lainnya. Lakukan penyetelan sebelum mulai menjahit dan
cek ulang jika terjadi perubahan setelah saat menjahit.

c. Meminyaki Mesin Jahit Secara Rutin

Mesin yang dilumasi dengan baik, bisa berjalan lebih mulus, bersuara lebih halus, dan lebih tahan karat
dibandingkan dengan yang tidak dilumasi.

MEMINYAKI MESIN JAHIT

TIP

Berikan minyak mesin Lakukan rutin setiap


Gunakan minyak khusus
pada titik-titik yang seminggu atau dua
untuk mesin jahit.
disarankan. minggu sekali.

Lakukan tes jahit


Hindari meminyaki
Lakukan setelah proses dengan perca agar sisa
mesin sesaat sebelum
menjahit selesai. minyak tidak menodai
menjahit.
kain yang akan dijahit.

Sumber: designmycostume.com
(07-02-2019)
Gambar 2.17 Tips Meminyaki
Mesin Jahit

d. Menyimpan Mesin dan Perlengkapannya dengan Baik

Setelah selesai digunakan, cabut sambungan listrik dari mesin, gulung kabel dinamo, bersihkan sisa-sisa
benang, tutup dengan sarungnya dan tempatkan di tempat yang kering dan tidak mudah terjatuh.

16 BAB II
3. Perbaikan Mesin Jahit

Demi kelancarkan proses menjahit, setiap orang yang menjahit dituntut memiliki kemampuan untuk mengatasi
beragam masalah sederhana yang sering terjadi saat menjahit. Tanpa kemampuan ini proses menjahit akan
menjadi sangat tersendat dan kurang mendapatkan hasil yang memuaskan.

Berikut beberapa saran solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah sederhana yang sering terjadi
saat proses penjahitan. Untuk memudahkan, ingat tips penting berikut!

TIP

“Jika masalah terjadi di bagian atas hasil jahitan, lakukan perbaikan pada bagian bawah mesin.
Demikian berlaku sebaliknya.”

Masalah 1 : Mesin jahit tidak lancar dan berisik

Penyebab Solusi

Kurangnya minyak pelumas pada mesin jahit Berikan minyak pelumas pada throat
atau adanya benang sisa yang menyangkut plate (penutup gigi) dengan pelumas yang
pada mesin atau gigi mesin. berkualitas baik. Bersihkan juga mesin dari
sisa benang yang tertinggal di dalam mesin
dengan kuas atau sikat.

Masalah 2 : Benang atas sering putus

Penyebab Solusi

a. Memasang jarum tidak tepat pada a. Cek pemasangan jarum, pastikan kepala
tempatnya. jarum tidak terbalik dan jarum sudah
sesuai mesin.
b. Benang terlalu kasar atau terlalu halus
yang tidak sesuai dengan jenis kain yang b. Sesuaikan nomor benang dengan nomor
digunakan. jarum yang akan digunakan. Makin tebal
bahan, makin besar nomor jarum.
c. Tegangan benang tidak sesuai dengan
ketebalan bahan. c. Setel kembali rumah sekoci dan
kendurkan tegangan mesin atas. Cek
d. Setelah selesai menjahit, benang dipotong angka tegangan mesin. Makin tebal bahan,
terlalu pendek. makin rendah tegangannya.

d. Di akhir penjahitan satu bagian busana,


tarik bahan yang dijahit agak jauh
sehingga menyisakan benang cukup
panjang di mesin.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 17


Masalah 3 : benang bawah sering putus

Penyebab Solusi

a. Banyak debu atau sisa benang tersangkut a. Bersihlkan mesin dari sisa benang atau
pada mesin bagian bawah. debu dengan kuas.

b. Gulungan benang pada spul/kumparan b. Gulung benang pada spul dengan rapi dan
tidak rapi, mudah tersangkut. padat.

c. Tegangan benang pada sekoci terlalu c. Kurangi ketegangan benang dan sesuaikan
tinggi. dengan tegangan benang atas.

Masalah 4: Jerat benang mengerut

Penyebab Solusi

a. Tegangan benang terlau kuat. a. Kendurkan tegangan dengan


memperhatikan keseimbangan antara
b. Benang tidak melewati jalan pola yang benang atas dan bawah.
benar, terlalu melipir ke sisi.
b. Hindari alur jahit yang melenceng atau
c. Jarum terlalu besar untuk jenis kain yang terlalu melipir ke sisi.
digunakan.
c. Sesuaikan nomor jarum dengan jenis
d. Benang bagian bawah tidak digulung bahan. Semakin tebal bahan semakin
dengan rapi. besar nomor jarum.

d. Gulung benang pada sepul dengan rapi.

Masalah 5: Jahitan kendur

Penyebab Solusi

a. Benang atas belum melewati bagian a. Pasang benang sesuai alur pada mesin.
pengatur tegangan pada mesin. Bagian tegangan mesin berada di bagian
kepala mesin.
b. Setelan pegas pengatur tegangan pada
rumah sekoci terlalu besar atau kendur. b. Kencangkan pegas rumah sekoci dengan
obeng kemudian sesuaikan tegangan
c. Ukuran jarum tidak sesuai dengan jenis benang atas dengan benang bawah.
kain.
c. Ganti jarum dengan ukuran yang sesuai.

18 BAB II
RANGKUMAN

1. Persiapan yang dilakukan dan pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum mulai menjahit adalah
sebagai berikut.

- Menyiapkan tempat kerja yaitu tempat kerja yang nyaman, Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
dan kerapian area dan alat kerja.

- Menyiapkan mesin jahit yaitu penyetelan dan pengoperasian mesin jahit, pemeliharaan mesin
jahit, dan perbaikan masalah sederhana pada mesin jahit.

2. Dengan kelengkapan perabot yang ergonomis, seseorang bisa melakukan kerja dalam waktu lama
dengan rasa nyaman.

3. Dalam jangka panjang, kesehatan mata orang yang menjahit sangat ditentukan oleh pencahayaan
yang baik saat proses penjahitan.

4. Tempat kerja dan alat kerja yang tersusun rapi, membuat kerja menjadi lebih efektif dan efisien
karena posisi alat yang tertata dan mudah dijangkau.

5. Prinsip yang menitikberatkan pentingnya penataan dan kebersihan tempat kerja, diadopsi dari
prinsip 5-S di Jepang. Di Indonesia prinsip ini dikenal dengan nama 5-R yaitu ringkas, rapi, resik,
rawat, dan rajin.

6. Penyetelan mesin dilakukan kali pertama dengan melakukan pengecekan fungsi dan penyetelan
pengaturan mesin. Setelah selesai, proses pengoperasian mesin kemudian dapat dilakukan dengan
memasang alat pelengkap menjahit seperti benang, jarum, sepul, dan sekoci ke mesin yang akan
digunakan.

7. Melakukan pemeliharaan mesin dengan baik dapat dilakukan dengan cara membersihkan debu
dan sisa benang, memastikan penyetelan mesin yang baik, meminyaki mesin dengan teratur, dan
menyimpan alat dengan baik.

8. Seseorang yang melakukan penjahitan dengan mesin, sebaiknya menguasai cara untuk mengatasi
masalah sederhana yang sering terjadi pada mesin jahitnya.

EVALUASI

1. Sebutkan manfaat melakukan perawatan mesin dengan baik!

2. Bagaimana cara merapikan mesih setelah selesai digunakan?

3. Bagaimana mengatasi masalah benang atas yang sering putus?

4. Hal apa saja yang perlu diketahui dalam pengoperasian mesin jahit?

5. Apakah isi dari prinsip 5R?

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 19


Sumber: www.gomaid-agency.com (21-06-2019)

20 BAB III
BAB III

TEKSTIL
UNTUK
BUSANA

P
ersiapkan kain sebelum menjahit. Kain seperti
apa yang akan digunakan? Apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan
pemakaiannya? Sebelum memutuskannya, seorang
pemula sebaiknya mempelajari pembahasan tekstil.

Ada istilah tekstil, kain, dan bahan. Perbedaannya


terletak pada arti secara luas. Tekstil merupakan
sebutan untuk semua helaian kain yang digunakan
dalam kehidupan manusia. Tekstil secara luas
digunakan pada busana, perlengkapan rumah
tangga, dan produk kerajinan. Sedangkan, istilah
kain dan bahan bisa digunakan bergantian namun
hanya ditujukan pada helaian kain yang digunakan
pada busana. Jenis tekstil seperti inilah yang perlu
dipelajari agar peserta didik dapat memilih kain yang
tepat sesuai kebutuhan. Pembahasan dimulai dari
mengenal tekstil, dilanjutkan dengan pengenalan
jenis dan sifatnya.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 21


A PENGENALAN TEKSTIL

Pada dasarnya sehelai tekstil disusun dari serat. Ada tiga macam serat yang umum digunakan, yaitu serat alam,
serat buatan (sintetis), dan serat galian. Dengan bahan dasar serat ini tekstil kemudian dikembangkan menjadi
jenis-jenis kain yang sangat bervariasi.

Sumber: Tim Layouter (21-06-2019)


Gambar 3.1 Bagan Serat Penyusun Tekstil

22 BAB III
1. Serat Alam

Serat alam adalah serat yang berasal dari tumbuhan atau hewan. Setelah dijadikan kain, serat yang berasal dari
tumbuhan dikenal dengan nama kain katun (serat kapas), linen, dan rayon. Serat lainnya seperti serat nanas,
serat pisang, atau serat eceng gondok, dijadikan kain atau tekstil yang digunakan untuk produk kerajinan atau
aksesori. Sementara untuk kain yang berasal dari serat hewan, kita kenal dengan nama kain Wol (serat biri-biri)
dan sutra (serat dari ulat).

2. Serat Buatan

Jenis tekstil yang berasal dari serat ini adalah jenis yang paling mudah ditemukan. Namun untuk menggunakan
jenis tekstil ini pada busana, cermati dahulu sifat dari kain tersebut karena masing-masing kain memiliki sifat
yang berbeda-beda.

3. Serat Galian

Serat asbes dan serat logam termasuk dalam serat yang berasal dari serat galian. Sesuai dengan industri, serat
galian diperoleh dari penggalian di lapisan bumi. Khusus tekstil, serat galian yang digunakan adalah serat
logam. Serat jenis ini memiliki permukaan yang mengilap dan berwarna emas atau perak. Banyak ditemukan
pada tenunan songket di Indonesia seperti songket Silungkang, Pandai Sikek, Kubang, Palembang, Kalimantan,
dan Jambi.

Kriteria Tekstil untuk Busana

Karena busana akan melekat dengan tubuh seseorang, tekstil yang digunakan tidak bisa sembarang pilih. Berikut
adalah kriteria pemilihan kain yang akan digunakan pada busana.

1) Luwes
Kain bisa dibentuk dan mengikuti bentuk badan manusia.

2) Menyerap keringat
Berasal dari serat alam atau serat buatan yang telah diproses khusus.

3) Permukaan halus
Karena kain akan berhubungan langsung dengan kulit, permukaan kain haruslah halus, tidak menyakiti kulit
atau terasa gatal di kulit.

4) Ringan
Kain yang terlalu berat akan membuat busana tidak nyaman digunakan.

B JENIS & SIFAT TEKSTIL

Selalu ada yang baru. Keragaman tekstil di dunia industri, terus berkembang dan terinovasi. Kemajuan teknologi
saat ini memang mengagumkan. Bagaimana tidak? Keragaman tekstil begitu banyak seakan tak terbatas. Begitu
banyaknya, seorang awam tidak dapat dengan mudah menyebutkan jenis bahan, tanpa pengalaman.

Tidak perlu khawatir, walaupun banyak ragamnya, selalu ada jenis-jenis kain yang sangat sering digunakan
dalam busana karena kenyamanan dan ketersediaannya di pasaran. Berikut adalah penjelasan nama, sifat, dan
penggunaan kain yang perlu diketahui.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 23


Katun (Cotton)

Sumber: typesoffabric.com (26-06-2019)


Gambar 3.2 Katun

Sifat Penggunaan

a) Hidroskopis (menyerap air/keringat) Nyaman digunakan untuk segala jenis


sehingga nyaman dikenakan. pakaian dan semua tingkatan umur.

b) Tahan panas (dapat disetrika dalam panas


tinggi).

c) Kain tipis, luwes, dan tidak tebus pandang.

d) Mudah kusut.

e) Variasi jenisnya sangat banyak mulai


dari yang kasar hingga halus sesuai
kualitasnya.

f) Katun Jepang adalah kain paling terkenal


dari jenis katun, selain katun paris atau
katun toyobo.

24 BAB III
Katun Linen

Sumber: Luca Laurence - unsplash.com (01-07-2019)


Gambar 3.3 Katun Linen

Sifat Penggunaan

a) Seratnya kaku karena campuran serat Digunakan pada busana berdesain simpel dan
katun dan rami. lenan rumah tangga.

b) Permukaan kain kesat dan jalinan tenunan


terlihat jelas.

c) Tidak tahan terhadap klorin (kaporit).

d) Ketebalan lebih tebal dari katun, tidak


tembus pandang namun untuk jenis
yang tenunannya renggang, bisa tembus
cahaya.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 25


Katun Rayon

Sumber: telusurindonesia.co (30-06-2019)


Gambar 3.4 Katun Rayon

Sifat Penggunaan

a) Memiliki permukaan lebih lembut dari Bisa digunakan untuk beragam busana
katun sehingga sangat nyaman digunakan. kasual, terutama baju rumahan (daster), kain
pantai, dan mukena.
b) Sangat menyerap keringat (hidroskopis).

c) Permukaannya sedikit berbulu dan makin


berbulu setelah beberapa kali pencucian.

d) Kainnya tipis tapi tidak tembus pandang.

26 BAB III
Wol (Wool)

Sumber: Kenan Suleymanoglu - unsplash.com (01-07-2019)


Gambar 3.5 Wol

Sifat Penggunaan

a) Memiliki permukaan berbulu. Banyak digunakan untuk busana pria, setelan


jas, selimut, dan busana musim dingin.
b) Arah tenunan terlihat jelas.

c) Tidak mudah kusut.

d) Bahan cukup tebal.

e) Mengikat panas, baik digunakan untuk


busana musim dingin.

f) Tidak tahan terhadap ngengat.

g) Wol dapat diuji kemurniannya


dengan membakar seratnya. Bila kain
mengandung serat wol murni maka
pembakaran ujung kain terlihat seperti
sisa pembakaran pada ujung kertas. Jika
hasil pembakaran menggumpal, artinya
kain wol terlalu banyak campuran serat
sintetisnya.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 27


Sutra Satin (Sateen Silk)

Sumber: etsy.com (02-07-2019)


Gambar 3.6 Sutra Satin

Sifat Penggunaan

a) Permukaan halus, licin, dan mengilap. Paling umum pada busana wanita untuk pesta
atau harian dan scarf/ selendang.
b) Tidak tembus pandang.

c) Menyerap keringat dengan sangat baik.

d) Sejuk saat digunakan.

e) Tidak mudah kusut.

f) Tahan terhadap ngengat.

g) Susut jika direndam. Pencucian terbaik


dengan cuci kering.

h) Kain berukuran besar dapat dikemas


menjadi ukuran kecil.

28 BAB III
Sutra Sifon (Chiffon Silk)

Sumber: indiamart.com (02-07-2019)


Gambar 3.7 Sutra Sifon

Sifat Penggunaan

a) Permukaan halus tapi tidak mengilap. Banyak digunakan sebagai selendang, scarf,
hijab, dan busana pesta wanita.
b) Tipis dan tembus pandang.

c) Berdaya serap air (hidroskopis) sangat


baik.

d) Susut jika direndam. Pencucian terbaik


dengan cuci kering (dry clean).

e) Tidak mudah kusut.

e) Kain berukuran besar dapat dikemas


menjadi ukuran kecil.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 29


Sutra Mentah (Raw Silk)

Sumber: Dmitry Bayer - unsplash.com (01-07-2019)


Gambar 3.8 Raw Silk

Sifat Penggunaan

a) Permukaan halus dan mengilap. Banyak digunakan sebagai busana pesta.

b) Memiliki tekstur garis melintang searah


lebar kain.

c) Tidak tembus pandang.

d) Berdaya serap air (hidroskopis) sangat


baik.

e) Susut jika direndam. Pencucian terbaik


dengan cuci kering (dry clean),

f) Tidak mudah kusut.

30 BAB III
Lame

Sumber: Tim Mossholder - unsplash.com (01-07-2019)


Gambar 3.9 Lame

Sifat Penggunaan

a) Permukaan sangat mengilap. Paling umum digunakan sebagai busana


panggung.
b) Teksturnya ada yang halus, tetapi lebih
banyak yang tidak halus sehingga terasa
gatal saat digunakan.

c) Keluwesan kain bervariasi, mulai dari yang


lemas hingga kaku.

d) Tidak mudah kusut.

e) Tidak menyerap keringat, tidak nyaman


dikenakan.

f) Tidak tahan sertrika temperatur tinggi.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 31


Songket

Sumber: infobatik.id (19-11-2019)


Gambar 3.10 Songket

Sifat Penggunaan

a) Permukaan mengilap pada bagian motif Banyak digunakan sebagai busana pesta
menggunakan benang emas/perak. wanita terutama acara formal yang
mengusung tema nasional.
b) Teksturnya kasar.

c) Kaku dan tidak mudah kusut.

d) Tidak menyerap air (non-hidroskopis).

e) Tidak tahan setrika dengan temperatur


tinggi.

f) Memiliki motif berbeda sesuai ciri


khas daerah asal songket seperti dari
Palembang, Padang, Bali, atau Lombok.

32 BAB III
Poliester

Sumber: yarnfabric.com (02-07-2019)


Gambar 3.11 Poliester

Sifat Penggunaan

a) Terbuat dari 100% serat kimia sintetis. Digunakan untuk semua jenis busana.

b) Kurang menyerap air, kurang nyaman


digunakan.

c) Tahan air, mudah dicuci dan cepat kering.

d) Tidak mudah kusut.

e) Kuat dan tahan lama.

f) Tidak tahan panas tinggi.

g) Dua bagian permukaan kain sama-sama


licin.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 33


Brokat (Lace)

Sumber: Igor Rand - unsplash.com (02-07-2019) Sumber: etsy.com (02-07-2019)


Gambar 3.12 Brokat Gambar 3.13 Renda Brokat

Sifat Penggunaan

a) Mempunyai corak timbul berbentuk Kain brokat umumnya digunakan sebagai


bunga. busana pesta dan busana pengantin.

b) Tipis dan menerawang.

c) Memberikan kesan mewah pada tampilan.

d) Lentur dan bisa mengikuti bentuk tubuh.

e) Mudah susut bila direndam.

f) Tidak tahan setrika panas.

g) Mudah tersangkut dan mudah robek.

h) Variasi terbaik jenis ini bernama Brokat


Prancis (French lace) dengan permukaan
sangat lembut dan daya mulur/ elastisitas
tinggi.

i) Variasi lainnya, tersedia brokat berukuran


kecil sehingga menjadi renda. Dikenal
dengan nama renda brokat atau lace
trimming.

34 BAB III
Tulle

Sumber: fabricland.co.uk (02-07-2019)


Gambar 3.14 Tulle

Sifat Penggunaan

a) Tipis dan ringan. Digunakan sebagai bahan pelengkap gaun


pesta, gaun pengantin, selendang pengantin
b) Struktur kainnya berbentuk jala di seluruh (veil), dan busana ballerina.
bagian.

c) Dapat terbuat dari sutra, rayon, nilon, atau


serat sintetis.

d) Pencucian dengan dryclean, kecuali yang


berasal dari serat nilon atau sintetis.

e) Tidak terlalu kuat, mudah sobek.

f) Tidak tahan kapur barus.

g) Tidak tahan panas, sebaiknya tidak


disetrika

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 35


Sifon (Chiffon)

Sumber: voguefabric.com (02-07-2019)


Gambar 3.15 Sifon

Sifat Penggunaan

a) Memiliki permukaan halus. Banyak digunakan pada busana wanita


sebagai selendang, scarf, hijab, pakaian
b) Ringan dan menerawang (tembus dalam, blus, dan gaun.
pandang).

c) Kuat tidak mudah sobek.

d) Mudah dicuci dengan tangan dan cepat


kering.

e) Tidak tahan setrika dengan panas tinggi.

36 BAB III
Organdi & Organza

Sumber: indiamart.com (02-07-2019)


Gambar 3.16 Organdi

Sifat Penggunaan

a) Kain serupa sifon yang ringan, transparan. Banyak digunakan sebagai selendang, scarf,
hijab, busana pesta, dan busana pengantin.
b) Lebih kaku dari sifon.

c) Memiliki permukaan yang mengilap.

d) Ada varian sutra atau campuran poliester


dan katun.

e) Khusus organdi sutra bernama organza


dan hanya dapat dicuci dengan cuci kering
(dry clean).

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 37


Beludru (Velvet)

Sumber: montylov - unsplash.com (02-07-2019)


Gambar 3.17 Beludru

Sifat Penggunaan

a) Tekstur lembutnya didapat dari bulu-bulu Paling umum digunakan sebagai busana
halus pendek di seluruh permukaan kain. panggung, busana pesta, dan busana
pengantin.
b) Kurang menyerap keringat.

c) Tidak tahan panas.

d) Tidak tahan air hanya dapat dicuci kering


(dry clean).

e) Bila terkena air arah bulu di permukaan


kain menjadi berantakan.

f) Bila terkena setrika panas, bulu tidak bisa


tegak kembali, penampakan menjadi
belang.

38 BAB III
Flanel

Sumber: indiamart.com (02-07-2019)


Gambar 3.18 Flanel

Sifat Penggunaan

a) Mempunyai ciri khas motif kotak-kotak. Paling umum digunakan sebagai kemeja dan
selimut.
b) Permukaan kain berbulu.

c) Teksturnya bergaris berasal dari anyaman


twill.

d) Dapat mengikat panas sehingga dapat


digunakan melawan suhu dingin.

e) Dapat dicuci dengan air tanpa disikat.

f) Dapat disetrika dengan suhu sedang


sampai panas.

g) Tidak tahan pemutih

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 39


Drill

Sumber: fabricland.co.uk (02-07-2019)


Gambar 3.19 Drill

Sifat Penggunaan

a) Tebal, kaku, dan kuat. Cocok digunakan pada celana panjang,


seragam sekolah, dan pakaian kerja di
b) Mudah dicuci dengan air. bengkel atau lapangan.
c) Permukaan kesat.

d) Terbuat dari serat katun sehingga nyaman


digunakan.

e) Memiliki tekstur garis arah diagonal dari


lebar kain.

40 BAB III
Jersey

Sumber: fabricland.com (02-07-2019)


Gambar 3.20 Jersey

Sifat Penggunaan

a) Menggunakan teknik rajut bukan tenunan. Kain Jersey polos banyak digunakan sebagai
busana harian, sementara jersey yang berpori
b) Dapat meregang (stretch). dan berteknologi dry-fit sering digunakan
c) Permukaan licin, halus dengan varian sebagai busana olahraga.
polos atau berpori-pori.

d) Mudah menyerap keringat dan cepat


kering.

e) Tidak mudah kusut.

f) Dapat dicuci dengan air.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 41


Lycra Katun

Sumber: calicolaine.co.uk (02-07-2019)


Gambar 3.21 Lycra

Sifat Penggunaan

a) Kain ringan dengan permukaan licin dan Banyak digunakan sebagai busana dalaman
halus. seperti korset, kaos manset, celana legging,
dan busana olahraga.
b) Mengilap ringan secara keseluruhan
namun ada bagian lebih mengilap seperti
glitter.

c) Dijalin dengan teknik rajut, dicampur


dengan serat lain seperti katun, wol, atau
poliester.

d) Lycra katun mudah menyerap keringat dan


nyaman digunakan.

e) Daya lentur sangat tinggi dapat meregang


(stretch) hingga 7 (tujuh) kali ukuran
aslinya.

f) Tidak mudah kusut dan susut.

g) Dapat dicuci dengan air dan cepat kering.

h) Tidak tahan setrika panas.

i) Kelenturan kain tidak bertahan


selamanya. Umumnya bertahan 3 tahun
dalam pemakaian normal.

j) Dapat menolak sinar ultraviolet.

k) Tahan terhadap klorin (kaporit).

l) Lycra yang dicampur dengan poliester


dikenal dengan nama spandek.

42 BAB III
RANGKUMAN

1. Tekstil adalah sebutan untuk semua kain yang digunakan dalam kehidupan manusia. Penggunaannya
mulai dari busana, perlengkapan rumah tangga hingga produk kerajinan.

2. Istilah kain dan bahan digunakan bergantian dalam keseharian, terutama yang berhubungan dengan
busana.

3. Syarat penggunaan tekstil dalam busana, yaitu luwes, menyerap keringat, permukaan halus, dan
ringan.

4. Dibedakan dari serat pembentuknya, jenis serat tekstil ada 3 yaitu serat alam, serat buatan, dan
serat galian. Dari serat-serat ini dibentuklah beragam varian kain.

5. Mengenal sifat setiap kain akan memudahkan pembuat busana memilih dan memutuskan kain apa
yang akan digunakan. Kain berikut merupakan jenis yang paling umum digunakan dalam membuat
busana, yaitu katun (katun, linen, dan rayon), wol, sutra (sutra satin, sutra sifon, raw silk), lame dan
songket, poliester, brokat, tulle, sifon, organdi, beludru, flanel, drill, jersey, dan lycra.

EVALUASI

1. Sebutkan jenis tekstil berdasar seratnya!

2. Sebutkan sifat utama dari bahan katun!

3. Apa saja syarat suatu tekstil bisa dijadikan busana?

4. Sebutkan 4 jenis kain yang tidak tahan panas!

5. Kain apakah yang menggunakan serat logam?

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 43


Sumber: unsplash.com (18-06-2019)

44 BAB IV
BAB IV

TEKNIK
MENJAHIT
BUSANA

P
roses menjahit busana akan melalui dua
tahap, yaitu proses menjahit dengan mesin
dan menjahit dengan alat jahit tangan. Dua
tahapan ini perlu dilakukan karena tiap penjahitan
bagian busana memerlukan teknik yang berbeda.

Bagian busana yang berbidang luas atau bergaris lurus


diproses dengan penjahitan mesin. Namun, bagian
sempit atau memerlukan jahitan yang tidak tembus
ke bagian depan busana akan diproses dengan jahitan
tangan. Selain itu, menjahit dengan alat jahit tangan
juga dilakukan untuk persiapan penggabungan dua
bagian bahan, penyelesaian som, memasang kancing,
membuat trens, dan lain-lain.

Berikut penjelasan yang perlu diketahui agar peserta


didik dapat lebih mudah menguasai teknik dasar
menjahit busana sebelum memulai praktiknya.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 45


A MENJAHIT DENGAN ALAT JAHIT TANGAN

Sebelum ditemukan mesin jahit, manusia menjahit dengan alat jahit tangan. Saat itu, beragam jenis teknik menjalin
benang sangat perlu dikuasai agar proses penjahitan busana bisa terselesaikan dengan baik. Setelah mesin jahit
ditemukan dan fungsinya terus berkembang, kini para peminat keterampilan menjahit hanya perlu menguasai 8
(delapan) teknik dasar menjalin benang yang dikenal dengan istilah “tusuk dasar”.

1. Menjahit Tusuk Dasar

Pernahkah Anda menjelujur? Jawabannya kemungkinan besar pernah. Keterampilan menjelujur merupakan
keterampilan jahit yang paling mudah, paling banyak dikenal dan menjadi keterampilan dasar wajib dalam
hidup keseharian.

Tanpa disadari, seorang yang menjelujur artinya ia menjahit dengan menggunakan tusuk dasar jelujur. Menjahit
dengan tusuk jelujur memang sudah mencukupi bagi masyarakat secara umum. Namun, bagi peserta didik
keterampilan Tata Busana, tentunya belum cukup. Masih ada tusuk tikam jejak, flanel, feston, batang, rantai,
silang, dan balut yang perlu di kuasai.

Berikut penjelasan ragam tusuk dasar yang perlu dipelajari dan dipraktikkan peserta didik, sebagai bekal awal
mempelajari teknik menjahit busana.

a. Tusuk Jelujur
Menjahit dengan tusuk jelujur merupakan cara menjahit paling mudah yang dapat dilakukan bagi pemula.
Dalam proses penjahitan busana, tusuk jelujur banyak digunakan sebagai jahitan sementara untuk menyatukan
dua bagian bahan yang akan dijahit mesin.

Dengan mengaplikakan tusuk jelujur, penjahitan yang menggunakan bahan halus, licin atau tembus terang
menjadi lebih mudah dan tidak mudah bergeser dari tanda pola saat dijahit dengan mesin jahit.

Cara Menjahit
Tusuk jelujur dikerjakan dari arah kanan ke kiri. Caranya dengan menusukkan jarum ke arah bawah kain,
kemudian ujung jarum langsung dikeluarkan lagi ke arah bagian atas kain. Berikan jarak yang sama pada
setiap tusukan agar hasil jahitan terlihat seperti garis putus-putus.

Sumber: Amelia dan tim layout (26/06/2019)


Gambar 4.1 Tusuk Jelujur

46 BAB IV
b. Tusuk Tikam Jejak
Tusuk tikam jejak merupakan tusuk yang paling sesuai digunakan untuk menggantikan setikan jahitan yang
dihasilkan oleh mesin jahit. Hal ini disebabkan karena tusuk tikam jejak mempunyai jahitan rangkap dan
rapat sehingga memiliki daya kait yang kuat seperti halnya setikan pada mesin jahit.

Bila dilihat dari arah atas kain, tusuk tikam jejak berbentuk seperti setikan yang menggunakan jahitan
mesin. Namun, bila dilihat dari bagian bawah kain, bentuknya seperti jahitan rangkap dan jarak tusukan
bagian bawahnya dua kali lebih panjang dari tusukan bagian atas.

Cara Menjahit
Menjahit tusuk tikam jejak dilakukan pertama kali dengan menusukkan jarum dari arah bawah kain. Mulailah
memasukkan jarum ke arah kanan dengan memberi jarak sekitar 0,3 cm sambil langsung mengarahkan
ujung jarum naik kembali ke atas kain dengan memberikan jarak sekitar 0,6 cm (dua kali jarak setikan atas).
Lakukan berulang dari kanan ke kiri sehingga membentuk hasil setikan yang rapat dan teratur layaknya
setikan mesin jahit.

Sumber: Amelia dan tim layout (26/06/2019)


Gambar 4.2 Tusuk Tikam Jejak

c. Tusuk Flanel
Tusuk flanel bisa digolongkan sebagai tusuk dasar yang istimewa. Penggunaannya dapat memberi kesan
eksklusif pada hasil penjahitan karena menjadi standar pengerjaan adi busana, dan secara langsung
memastikan bahwa jahitan tersebut merupakan custom made (dibuat untuk perorangan).

Tusuk flanel paling sering digunakan sebagai jahitan som untuk penyelesaian kelim dan sebagai tusuk hias
pada sulaman.

Cara Menjahit
Penjahitan tusuk flanel dilakukan dari kiri ke kanan. Sebelum memulai, pastikan bagian pinggir kelim telah
dilipat/ diobras (tidak bertiras) dan perhatikan bahwa bentuk jahitan tusuk flanel terdiri atas dua baris.
Jahitan pada baris atas disematkan hingga tembus ke bagian baik kain. Sementara baris bawah hanya
disematkan pada lipatan kelim.

Mulailah membuat tusuk flanel dengan memasukkan jarum di baris atas sebagai titik awal. Kemudian
bentuk garis diagonal dengan memasukkan jarum ke kanan di baris bawah, beri jarak sekitar 0,75 cm sambil
langsung mengarahkan ujung jarum kembali naik ke atas kain dengan memberi jarak sekitar 0,2 cm.

Dari titik tersebut ulangi membuat garis diagonal menuju baris atas hingga terbentuk dua garis diagonal
yang saling menyilang di ujungnya.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 47


Sumber: Amelia dan tim layout (26/06/2019)
Gambar 4.3 Tusuk Flannel

d. Tusuk Feston
Tusuk feston merupakan tusuk yang paling efektif digunakan untuk penyelesaian tiras kain. Bentuknya
seperti pagar, menahan tiras kain agar tidak mudah terurai. Keistimewaan ini juga yang membuatnya dapat
digunakan sebagai jahitan pembentuk lubang kancing dan jahitan penahan tiras di bagian kerung lengan.

Selain itu, tusuk feston juga berfungsi sebagai tusuk hias pada busana. Pakaian bayi bisa menjadi contoh
yang mudah ditemui. Dengan kombinasi warna yang serasi dari benang hiasnya, pinggiran pakaian bayi
menjadi lebih indah dan bervariasi.

Cara Menjahit
Membuat tusuk feston dimulai dengan menusukkan jarum dari permukaan kain yang buruk, tarik ke bagian
baik kain. Arahkan benang melingkar ke kanan kemudian tusukkan jarum pada titik di bawah titik awal dan
keluarkan jarum sejajar titik awal jahitan. Pastikan benang dari titik awal berada di bagian bawah jarum.

Sumber: Amelia dan tim layout (26/06/2019)


Gambar 4.4 Tusuk Feston

48 BAB IV
e. Tusuk Balut
Tusuk balut termasuk jenis tusuk dasar yang sederhana. Sesuai namanya, tusuk balut berfungsi untuk
membalut pinggir kain.

Penggunaannya sangat luas, namun yang paling sering digunakan adalah untuk mengesom bagian kelim,
memasang kancing jepret dan kancing kait, serta memasang aplikasi hiasan busana.

Cara Menjahit
Menjahit tusuk balut dapat dikerjakan dari arah kiri ke kanan atau sebaliknya. Masukkan jarum dari arah
bawah kain berjarak 0,5 cm dari pinggiran kain. Arahkan benang membalut pinggiran kain dengan cara
mengarahkan ujung jarum ke permukaan kain kembali tepat di samping titik awal.

Sumber: Amelia dan tim layout (26/06/2019)


Gambar 4.5 Tusuk Balut

f. Tusuk Batang
Walaupun penggunaannya lebih sering digunakan sebagai tusuk hiasan pada busana, tusuk batang dapat
menjadi alternatif untuk membuat jahitan lurus.

Cara Menjahit
Tusuk batang dijahit dengan langkah mundur, dari atas ke bawah. Arahkan tusukan pertama jarum dari
bawah ke atas kain, kemudian dengan jarak sekitar ± 0,5 cm ke bawah, jarum ditusukkan ke bawah dan
dikeluarkan ke titik pertama jarum ditusukkan. Lakukan seterusnya hingga menyerupai batang lurus dengan
setik rangkap.

Sumber: Amelia dan tim layout (26/06/2019)


Gambar 4.6 Tusuk Batang

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 49


g. Tusuk Rantai
Teknik menjalin benang yang satu ini disebut dengan tusuk rantai karena bentuk jahitannya menyerupai
rantai. Tusuk ini selain dipakai sebagai tusuk hias, digunakan pula sebagai jahitan utama pengganti setikan
lurus pada mesin. Garmen yang memproduksi kemeja dan celana jeans merupakan contoh pengguna tusuk
rantai sebagai setik jahit utamanya.

Cara Menjahit
Pengerjaan tusuk rantai dilakukan dengan langkah maju, dengan memasukkan jarum dari bawah ke atas.
Pertama, jarum dimasukkan dari bawah ke atas, kemudian lingkarkan sisa benang ke atas, dari kiri ke kanan.
Selanjutnya tusukkan kembali jarum pada titik awal dan langsung arahkan ke titik berikutnya di bagian atas
titik awal.

Sumber : Amelia dan tim layout (26/06/2019)


Gambar 4.7 Tusuk Rantai

h. Tusuk Silang
Tusuk silang lebih banyak digunakan sebagai tusuk hias. Deretan silang kecil bergambar indah di atas kain
strimin, merupakan contoh paling dikenal dari hiasan dengan tusuk silang.

Cara Menjahit
Teknik pengerjaan tusuk silang dilakukan dari arah kiri ke kanan. Mulailah dengan membuat tusukan
awal dititik kanan atas silang kemudian arahkan jarum ke kanan bawah sekitar 0,5 cm sambil langsung
mengarahkan jarum tegak lurus ke arah atas sejajar titik awal. Langkah tersebut secara otomatis akan
terbentuk satu silang. Lanjutkan mengerjakan seperti ini hingga ke garis akhir gambar, kemudian buatlah
silang dengan arah sebaliknya.

Sumber : Amelia dan tim layout (26/06/2019)


Gambar 4.8 Tusuk Silang

50 BAB IV
2. Penyelesaian Bagian Kelim

Kelim atau pinggiran bawah busana, bisa diselesaikan dengan beberapa teknik yang bervariasi, dengan lebar
kelim yang juga bervariasi mulai dari 1 cm hingga 5 cm.

Supaya hasil yang didapatkan lebih indah dan bagus, penyelesaian kelim kebanyakan dikerjakan dengan tangan.
Berikut ini adalah beberapa jenis kelim yang biasa digunakan dalam penjahitan busana.

a. Kelim dengan Som


Teknik kelim ini merupakan teknik penyelesaian tepi pakaian yang paling sederhana dan paling mudah
dilakukan.

Cara Menjahit

1. Dilakukan di area kelim mulai dari kanan ke kiri.


2. Kaitkan satu serat benang hingga tembus ke bagian
depan kain.
3. Arahkan jarum ke kiri sambil disembunyikan di balik
kelim, kemudian kembali kaitkan benang satu serat
tembus ke depan kain. Ulangi sampai ujung kelim.
Sumber : Diah Purwitasari (12/07/2019)
Gambar 4.9 Kelim dengan Som

b. Kelim Sumsang
Penyelesaian kelim sumsang ini biasa digunakan untuk bahan yang tebal, rok, blus, dan ujung lengan.
Pembuatan kelim sumsang hampir sama dengan kelim biasa, namun karena teknik pengerjaannya dua
kali semat, teknik kelim sumsang menjadi lebih kuat, tidak mudah lepas.

Sumber : Diah Purwitasari (12/07/2019)


Gambar 4.10 Kelim Sumsang

Cara Menjahit
1. Kaitkan satu serat benang hingga tembus ke bagian depan kain.
2. Ulang kembali memasukkan jarum melalui satu serat benang, di titik yang sama namun serat bahan
yang berbeda.
3. Arahkan jarum ke kiri sambil disembunyikan di balik kelim, kemudian kembali kaitkan benang satu serat
tembus ke depan kain.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 51


c. Kelim Tusuk Flannel
Kelim tusuk flannel merupakan penyelesaian
tepi kain dengan menggunakan tusuk flannel
yang bergerak dari kiri ke kanan.

Cara Menjahit
Sama seperti mengerjakan tusuk flannel,
dikerjakan dari kiri ke kanan. Hanya saja pada
jahitan tusuk di baris atas, sematan jahitan
Sumber : Diah Purwitasari (12/07/2019)
dibuat tembus sebanyak satu sampai dua serat.
Gambar 4.11 Kelim Tusuk Flannel

d. Kelim Rompok
Kelim ini disebut juga kelim bungkus. Banyak digunakan pada gaun pesta dan baju adi busana atau houte
couture.

Cara Menjahit
1. Siapkan kain serong 45 derajat sepanjang
area kelim. Sambung kain serong dengan
tepi kelim.
2. Lipat kain serong hingga membungkus tepi
kelim.
3. Som tepi lipatan kain serong agar terkait
dengan bahan utama. Lakukan dari kanan
ke kiri.

Sumber : Diah Purwitasari (12/07/2019)


Gambar 4.12 Kelim Rompok

e. Kelim Palsu
Kelim ini biasa digunakan apabila panjang
bahan tidak mencukupi hingga batas kelim.

Cara Menjahit
1. Siapkan kain tambahan kemudian jahit
sambung di pinggiran kain.
2. Balik sambungan ke arah dalam pakaian
sehingga terjadi garis kelim baru.
3. Lipat bagian tepi kain sambungan.
4. Jahit som seperti biasa dari kanan ke kiri.

Sumber : Diah Purwitasari (12/07/2019)


Gambar 4.13 Kelim Palsu

52 BAB IV
3. Pemasangan Kancing

Kancing berfungsi untuk menyatukan bukaan busana sekaligus untuk hiasan pada busana. Karena nilai estetiknya
ini, bentuk dan model kancing sangat bervariasi. Ada kancing berlubang dua, kancing berlubang empat, kancing
bertangkai, kancing hias, kancing jepret, dan kancing kait.

Posisi pemasangan kancing pada busana dengan bukaan depan, hendaklah tepat digaris tengah muka. Oleh
karena itu, untuk tepi bukaan busana perlu dilebihkan lebarnya atau diberi lidah sebesar 2 atau 1,5 cm.

a. Kancing Berlubang Dua dan Empat


Teknik pemasangan kancing dua lubang
dilakukan dengan membuat garis sesuai dengan
arah lubang. Pada busana wanita umumnya
garis dibuat horizontal, sedangkan pada busana
pria garis benang dibuat vertikal. Untuk kancing
berlubang empat, jahitan kancing dapat dibuat
dengan dua garis sejajar atau garis silang diatas
kancing.

Saat menjahit kancing, selalu siapkan sedikit


kelonggaran benang yang akan dijadikan
“tangkai” di bawah kancing.

Sumber: chroniclebook.com (06/07/2019)


Gambar 4.14 Memasang Kancing Berlubang

b. Kancing Bertangkai
Memasang kancing bertangkai yaitu dengan membuat tusuk pada tanda tempat kancing, kemudian membuat
empat sampai lima tusukan, dan terakhir berikan tusukan penguat.

Sumber: sewdaily.com (06/07/2019)


Gambar 4.15 Memasang Kancing Bertangkai

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 53


c. Kancing Jepret (Kancing Detik)
Kancing detik yang terkenal dengan nama kancing jepret, dipasangkan di busana dengan bantuan tusuk
balut atau tusuk feston. Setiap lubang jahitan diisi 4 sampai dengan 5 kali tusukan dengan mengusahakan
tusukan tidak tembus ke luar.

Sumber: firinline.com (06/07/2019)


Gambar 4.16 Memasang Kancing Jepret

d. Kancing Kait
Kancing kait digunakan sebagai penahan bukaan busana agar dapat tertutup tanpa terlihat dari arah luar
busana. Kancing jenis ini terdiri atas dua bagian, yaitu kaitan dan matanya. Bagian kaitannya akan selalu
digunakan, tetapi bagian mata atau penahannya, bisa digantikan dengan membuatkan lubang kait yang
dibentuk dari tusuk feston. Pemasang kancing kait ini dapat diselesaikan dengan tusuk feston atau tusuk
balut.

Sumber: ysolda.com (06/07/2019) Sumber: ysolda.com (06/07/2019)


Gambar 4.17 Memasang Kancing Kait Gambar 4.18 Membuat Lubang Kait
dengan Tusuk Feston

54 BAB IV
B MENJAHIT DENGAN MESIN

Setelah mempelajari dan menguasai teknik menjahit dengan alat jahit tangan, peserta didik dapat melanjutkan
pembelajaran tata busananya dengan memahami dan dan mempraktikkan beragam teknik menjahit menggunakan
mesin.

Bagian busana mana saja yang dijahit dengan mesin? Bagaimana cara mengerjakannya? Berikut ini adalah
pengetahuan yang dapat dijadikan panduan agar peserta didik lebih mudah menguasai teknik-teknik dasar
menjahit dalam pembuatan busana.

1. Menjahit Kampuh

Saat proses pemotongan bahan, ada kelebihan bahan yang sengaja dilebihkan beberapa centimeter dari tanda
pola. Kelebihan bahan tersebut disebut kampuh. Dalam dunia menjahit, kampuh adalah jarak antara garis pola/
jahitan dengan tepi potongan kain. Lebar kampuh tidak selalu sama, dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Terdapat beberapa macam jenis kampuh yang sering dipakai dalam proses pembuatan busana. Simak penjelasan
berikut.

a. Kampuh Terbuka
Kampuh terbuka merupakan kampuh yang sisa sambungannya dibiarkan terbuka dan tiras kainnya
diselesaikan tersendiri. Di antara penyelesaian tiras yang biasa dilakukan untuk kampuh terbuka adalah
penyelesaian dengan setik mesin, tusuk balut, obras, atau dengan kain serong (rompok).

Kampuh terbuka banyak digunakan dan paling sesuai diterapkan pada bagian busana yang lurus, seperti
sisi badan, bahu, sisi lengan, sisi rok, dan sisi celana.

Tahapan Menjahit
1. Satukan dua lembar kain dengan kondisi bagian baik kain saling bertemu.
2. Jahit tepat pada garis tanda pola dengan memastikan lebar kampuh sama besar berukuran 1,5 - 2 cm.

Sumber: Diah Purwitasari (12/07/2019)


Gambar 4.19 Kampuh Terbuka

Keterangan Gambar: Bagian berwarna biru adalah bagian baik kain (bagian luar busana)

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 55


b. Kampuh Balik
Kampuh balik adalah kampuh yang dapat
menyembunyikan tiras kain dengan baik ke
dalam lipatan kampuh. Kampuh balik sangat
cocok digunakan untuk menjahit kebaya atau
gaun yang dibuat dari bahan tipis, serta menjahit
pakaian anak atau pakaian tidur.

Tahapan Menjahit
1. Dua bagian buruk kain disatukan saling
berhadapan, kemudian jahit mesin sekitar
0,5 cm dari tepi kain.
2. Balik kampuh sehingga menghadap ke
bagian baik kain dengan posisi pinggir tiras
masuk ke dalam.
3. Jahit kembali kampuh tepat di garis pola
sehingga menutup jahitan pertama yang
bertiras. Hasil akhir lebar kampuh berkisar Sumber: Diah Purwitasari (12/07/2019)
antara 0,75 – 1 cm. Gambar 4.20 Kampuh Balik

c. Kampuh Pipih
Kampuh pipih adalah kampuh yang pada satu
sisi mempunyai dua setikan dan sisi baliknya
memiliki satu setikan. Kampuh ini menutup tiras
kain dengan sempurna sehinga dapat dipakai
bolak balik, di bagian baik atau buruk kain.
Kampuh ini biasa digunakan untuk menjahit
kain sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi,
dan lain-lain.

Tahapan Menjahit
1. Satukan bahan dengan posisi bagian baik
kain saling berhadapan.
2. Jahit kain tepat 1 cm dari tepi kain sehingga
hasilnya seperti kampuh terbuka.
3. Pipihkan kampuh ke satu arah pada bagian
baik kain dengan alat setrika.
4. Gunting/ tipiskan salah satu sisi kampuh
hingga sebesar 3 mm.
5. Lipat bagian kampuh yang berukuran lebih
sehingga menutupi kampuh yang lebih kecil
(ditipiskan).
6. Jahit dengan mesin lipatan kampuh sehingga
terbentuk kampuh sebesar 0,5 cm.

Sumber: Diah Purwitasari (12/07/2019)


Gambar 4.21 Kampuh Pipih

56 BAB IV
d. Kampuh Perancis
Kampuh Perancis adalah kampuh yang istimewa. Selain karena dapat menutup tiras dengan sempurna,
kampuh ini paling sering digunakan untuk menyelesaikan tiras pada bahan tipis.

Tahapan Menjahit
1. Satukan dua lembar kain dengan posisi bagian baik saling berhadapan. Pastikan lebar kampuh di satu
sisi berukuran dua kali lebih lebar dari lebar kampuh di sebelahnya.
2. Lipat kampuh yang lebih lebar ke arah garis pola sehingga membungkus sisi kampuh sebelahnya.
3. Jahit tepat pada garis pola sehingga kampuh memiliki besar sekitar 0,6 mm.

Sumber: Diah Purwitasari (12/07/2019)


Gambar 4.22 Kampuh Perancis

e. Kampuh Sarung
Kampuh sarung memiliki penampakan setikan yang sama pada kedua sisinya. Kampuh sarung ini sangat
berguna untuk menjahit kain dalam motif kotak-kotak karena dapat memberikan kesempatan untuk
menyamakan garis pada motif pada saat penjahitannya.

Tahapan Menjahit
1. Lipat kecil tepi kain, kemudian tempelkan ke bagian yang akan disatukan sambil mencocokkan motifnya.
Sematkan dan jahit tepat di tepi kain yang dilipat.
2. Balik kain, kemudian lakukan hal yang sama dengan memberi jarak 0,5 cm sepanjang garis kain. Hasil
kampuh akan sama pada bagian baik dan buruk kain.

Sumber: Diah Purwitasari (12/07/2019)


Gambar 4.23 Kampuh Sarung

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 57


f. Kampuh Kostum
Kampuh kostum biasa digunakan pada jahitan kerung lengan dan penyelesaian sambungan pinggang.
Pengerjaan kampuh kostum dilakukan dengan 2 teknik menjahit, yaitu menjahit dengan mesin dan menjahit
dengan tangan. Jahitan mesin dilakukan tepat pada garis-garis pola. Sedangkan jahitan tangan dilakukan
untuk menutup bagian tiras pada kampuhnya.

Tahapan Menjahit
1. Satukan dua bagian kain yang akan dijahit dengan posisi bagian baik saling berhadapan.
2. Jahit tepat pada garis pola sehingga menyerupai bentuk kampuh terbuka.
3. Selesaikan tiras kain dengan melipat tepi kain ke arah dalam kampuh, kemudian som seluruh pertemuan
lipatan tersebut. Hasilnya, kampuh berukuran lebar 0,5 cm.

Sumber: Diah Purwitasari (12/07/2019)


Gambar 4.24 Kampuh Kostum

2. Menjahit Bagian Busana

Setelah melalui proses pemolaan dan pemotongan, busana yang akan dijahit hanyalah berupa potongan kain
dari bagian-bagian busana yang belum dapat dipakai. Seperti bagian badan depan, badan belakang, bagian
lengan, bagian pipa celana, atau bagian pinggang.

Teknik penjahitan yang paling sesuai untuk menyatukan potongan kain tersebut adalah dengan menjahitnya
dengan mesin. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah rincian dari bagian busana yang dijahit dengan mesin.

a. Pemasangan Bagian Lurus


Bagian sisi busana yang lurus biasanya adalah bagian yang terpanjang dari suatu potongan bahan yang telah
digunting. Bidangnya luas dan lurus. Penjahitannya dilakukan cukup mudah, yaitu dengan menggabungkan
dua sisi bahan depan dan belakang, kemudian jahit dari arah buruk kain.

Bagian yang dijahit seperti ini biasanya terdapat pada sisi blus, sisi lengan, sisi celana, sisi rok dan bagian
lurus lainnya seperti bagian depan busana dan bagian kupnat.

b. Pemasangan Lengan
Dalam penjahitan busana, ada tiga bentuk lengan yang dikerjakan dengan teknik pemasangan yang berbeda,
yaitu lengan dengan kerung lengan, lengan raglan, dan lengan setali.

58 BAB IV
Lengan dengan Kerung Lengan Lengan Raglan
Bentuk lengan ini mempunyai garis desain yang Lengan raglan merupakan jenis lengan yang
melingkari pangkal lengan. Bentuknya beragam, tidak mempunyai lingkar kerung lengan, tetapi
di antaranya ada lengan licin, lengan kop, dan mempunyai garis serong dari leher sampai
lengan poff. ketiak (sisi badan) pada bagian muka maupun
bagian belakang busana.

Sumber: Amelia dan


tim layout (26/06/2019)
Gambar 4.25 Lengan Licin

Sumber: Amelia dan Sumber: Amelia dan tim layout (06/08/2019)


tim layout (26/06/2019) Gambar 4.28 Lengan Raglan
Gambar 4.26 Lengan Kop

Lengan Setali
Lengan setali tidak mempunyai lingkar kerung
lengan. Panjang lengannya didapat dari
perpanjangan pola bahu yang menyatu dengan
badan.

Sumber: Amelia dan


tim layout (26/06/2019)
Gambar 4.27 Lengan Poff

Sumber: Amelia dan tim layout (06/08/2019)


Gambar 4.29 Lengan Setali

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 59


c. Pemasangan Kerah
Kerah merupakan salah satu penyelesaian pinggir pakaian yang dipasangkan pada leher dengan jahitan
mesin. Kerah mempunyai bermacam-macam bentuk, desain, dan ukuran. Beberapa contoh kerah yang
banyak digunakan adalah sebagai berikut.

Kerah Rebah Kerah Kemeja

Kerah rebah dibentuk menempel pada Kerah ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
busana. Kerah ini disebut juga kerah bayi board sebagai penegak kerah dan bagian
karena banyak dipakai untuk busana bayi kelepak kerah yang berada di lipatan luar
dan anak-anak. kerah.

Sumber: Amelia (26/06/2019) Sumber: Amelia (26/06/2019)


Gambar 4.30 Kerah Rebah Gambar 4.31 Kerah Kemeja

Kerah Setali Kerah Shiller

Kerah setali (shawl collar) memiliki bentuk Kerah ini terdiri atas dua bagian, yaitu
yang melengkung di tepi luar dan lurus di bagian kelepak kerah yang didapat dari
tepi dalamnya dengan pola yang dibentuk tambahan pola, dan bagian lipatan kecil
mengikuti pola badan bagian depan. yang menyambung dengan bagian badan
pada tengah muka.

Sumber: Amelia (26/06/2019) Sumber: Amelia (26/06/2019)


Gambar 4.32 Kerah Setali Gambar 4.33 Kerah Shiller

60 BAB IV
d. Pembuatan Belahan Busana
Satu lagi bagian busana yang dijahit dengan
mesin adalah belahan busana. Belahan busana
adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi
untuk memudahkan membuka dan menutup
pakaian. Bagian itu juga berfungsi untuk hiasan
atau variasi pada pakaian karena pada belahan
nantinya akan dilengkapi dengan kancing/
penutup belahan.

Beberapa jenis belahan yang umum digunakan


dalam penjahitan busana adalah sebagai
berikut.

Belahan Langsung
Belahan langsung adalah belahan dan lapisan
belahan dibuat sejalan dengan pola bagian
badan. Pola belahan ini umumnya dipakai untuk
blus, kemeja, gaun di tengah muka, atau di Sumber: voguepattern.mccall.com (06/07/2019)
tengah belakang. Gambar 4.34 Belahan Langsung

Belahan Berlapis
Belahan berlapis adalah belahan yang dilapisi dengan kain. Dalam kondisi ditegakkan, belahan ini terlihat
tertutup dan hanya seperti garis lipatan saja. Hal ini disebabkan karena di belakang garis potongan belahan,
ada lapisan kain yang berfungsi sebagai lidah atau perpanjangan kain. Belahan berlapis ini ada banyak
macamnya, di antaranya belahan satu lajur, belahan dua lajur, belahan kumai serong, dan belahan yang
dilapis menurut bentuk.

Sumber: renataperito (06/07/2019)


Gambar 4.35 Belahan Berlapis Satu Lajur

e. Pemasangan tutup tarik (Ritsleting)


Tutup tarik merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut ritsleting. Fungsi utama dari tutup tarik
adalah untuk memudahkan seseorang membuka dan memakai pakaian, serta untuk menambah keindahan
pakaian.

Pemasangan tutup tarik pada busana dilakukan dengan jahitan mesin. Setiap pemasangan tutup tarik
akan memerlukan alat utama, yaitu sepatu mesin khusus dan belahan busana khusus. Belahan ini pada
umumnya dipakai pada bagian tengah belakang rok, gaun, baju kurung, celana, dan sebagainya.

Jika dilihat dari teknik pemasangannya, tutup tarik bisa dibedakan menjadi beberapa jenis berikut.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 61


Tutup Tarik Dua Sisi
Tutup tarik jenis ini menggunakan ritsleting biasa. Pemasangan pada busananya dilakukan dengan memberikan
dua bibir bukaan kain yang memiliki lebar jahitan sama besar (sekitar 0,75 cm) dibagian kiri dan kanannya.

Sumber: threadsmagazine.com (06/07/2019) Sumber: Diah Purwitasari (06/07/2019)


Gambar 4.36 Tutup Tarik Dua Sisi Gambar 4.37 Sketsa Tutup Tarik Dua Sisi

Tutup Tarik Satu Sisi


Masih menggunakan ritsleting biasa, jenis tutup tarik satu sisi ini dilakukan dengan memberikan bibir kain
yang lebih besar di satu sisi retsleting saja. Dari garis tengah sambungan kain, akan berjarak sekitar 1 cm
ke kanan.

Sumber: threadsmagazine.com (06/07/2019) Sumber: Diah Purwitasari (06/07/2019)


Gambar 4.38 Tutup Tarik Satu Sisi Gambar 4.39 Sketsa Tutup Tarik Satu Sisi

62 BAB IV
Tutup Tarik Tersembunyi
Tutup tarik/ ritsleting sembunyi, disebut juga dengan nama ritsleting jepang. Dengan tutup tarik ini, sambungan
kain terlihat rapi, hanya terlihat garis lurus dan tidak terlihat menggunakan tutup tarik. Pemasangannya
dilakukan dari bagian dalam busana dan tidak ada tindasan jahitan di bagian baik kain.

Sumber: threadsmagazine.com (06/07/2019) Sumber: Diah Purwitasari (06/07/2019)


Gambar 4.40 Tutup Tarik Tersembunyi Gambar 4.41 Sketsa Tutup Tarik Tersembunyi

Tutup Tarik Celana (Gulbi)


Tutup tarik gulbi menggunakan tutup tarik biasa yang kemudian diselipkan gulbi. Gulbi adalah lapisan yang
menempel pada tutup tarik di bagian depan celana.

Sumber: sewwithlove (06/07/2019)


Gambar 4.42 Tutup Tarik Celana (Gulbi)
Sumber: Diah Purwitasari (06/07/2019)
Gambar 4.43 Sketsa Tutup Tarik Celana (Gulbi)

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 63


f. Pembuatan Rumah Kancing
Ada tiga macam rumah kancing yang biasa digunakan dalam pembuatan busana, yaitu rumah kancing biasa
(dengan mesin jahit/ tusuk feston), rumah kancing passpoile (kumai serong), dan rumah kancing sengkelit.

Pemasangan rumah kancing untuk busana wanita akan berbeda dengan busana pria. Pada busana wanita,
rumah kancing dijahitkan di sebelah kanan dan pemasangan kancingnya terletak di sebelah kiri. Adapun
untuk pria adalah kebalikannya.

Sumber: gotosew.com (06/07/2019)


Gambar 4.44 Rumah Kancing Biasa dengan Tusuk Feston

Sumber: sewachiloc.net (06/07/2019) Sumber: threadmagazine.com (06/07/2019)


Gambar 4.45 Rumah Kancing Passpoile Gambar 4.46 Rumah Kancing Sengkelit

64 BAB IV
g. Pembuatan Depun, Serip, dan Rompok
Penyelesaian tepi pakaian adalah salah satu
bagian dari proses menjahit yang bertujuan
untuk mendapatkan hasil akhir busana
yang indah, rapi, dan berkualitas. Beberapa
penyelesaian tepi pakaian untuk bagian kerung
leher dan kerung lengan, dikenal dengan istilah
depun, serip, dan rompok.

Depun
Depun adalah lapisan sesuai bentuk yang
letaknya di dalam pakaian (bagian buruk kain).
Proses penjahitannya dimulai dengan membuat
lapisan sesuai garis pola bagian leher, kemudian
dijahit dari bagian luar (bagian baik kain), lalu
dilipat ke bagian dalam pakaian. Penyelesaian
akhir dilakukan dengan disom.

Sumber: Diah Purwitasari (06/07/2019)


Gambar 4.47 Depun

Serip
Serip adalah lapisan menurut bentuk menggunakan kain serong yang hasil lapisannya menghadap keluar.
Proses penjahitannya dimulai dengan membuat lapisan dari bahan serong, dijahit dari bagian dalam,
kemudian dibalik ke arah luar dan disom.

Sumber: Amelia (07/08/2019)


Gambar 4.48 Serip

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 65


Rompok
Penyelesaian pinggir kerung lengan dengan
menggunakan kumai serong atau bisban
disebut dengan rompok. Rompok yang rapi dan
terbentuk dengan baik dijahit menggunakan
kumai serong yang dibuat dari bahan yang
potong serong 45 derajat.

Sumber: threadmagazine.com (06/07/2019)


Gambar 4.49 Rompok

RANGKUMAN

1. Saat menjahit, seseorang secara pasti akan melakukan dua tahapan menjahit, yaitu tahap menjahit
dengan mesin dan tahap menjahit dengan tangan.

2. Tahapan menjahit dengan tangan dilakukan untuk menyelesaikan bagian busana yang telah dijahit
dengan mesin. Bagian-bagian tersebut antara lain tepi kain (kelim), som depun pada leher, dan
kancing.

3. Jenis tusuk dasar yang diperkenalkan dalam pengetahuan dan keterampilan menjahit dengan
tangan yaitu

a. tusuk jelujur;

b. tusuk tikam jejak;

c. tusuk flannel;

d. tusuk festoon;

e. tusuk balut;

f. tusuk batang;

g. tusuk rantai; dan

h. tusuk silang.

4. Menjahit dengan mesin dilakukan pada bagian potongan-potongan busana yang kemudian disambung
menjadi satu seperti menyambung bagian bahu depan dengan bahu belakang, sisi depan dengan
sisi belakang, menyambung lengan ke badan, menyambung garis hias, menjahit belahan busana,
memasang tutup tarik, dan menjahit rumah kancing.

5. Dalam menjahit dengan mesin, ada istilah kampuh yaitu bagian kelebihan yang disisakan di sisi
kain yang akan dijahit.

66 BAB IV
6. Ada beberapa kampuh yang banyak digunakan dalam menjahit, yaitu

a. kampuh terbuka;

b. kampuh balik;

c. kampuh perancis;

d. kampuh pipih;

e. kampuh sarung; dan

f. kampuh kostum.

EVALUASI

1. Saat memasang kancing kait dan kancing hak, jenis tusuk apa yang sebaiknya digunakan?

2. Saat menjahit kain bermotif kotak kotak besar, kampuh apa yang paling sesuai digunakan?

3. Penyelesaian apa yang bisa digunakan untuk mengatasi tiras kain pada kampuh terbuka?

4. Bagian apa sajakah dari busana yang diselesaikan dengan jahitan mesin?

5. Bagian apa sajakah yang diselesaikan dengan jahitan tangan?

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 67


Sumber: freepik.com (08-10-2019)

68 BAB V
BAB V

PENYETRIKAAN
(PRESSING)

P
roduk berkualitas tinggi dibentuk melalui proses
yang dilakukan dengan baik dan seksama. Dalam
dunia tata busana, hasil jahitan yang berkualitas
dibentuk dengan melakukan proses penyetrikaan/
pengepresan (pressing) yang baik.

Dengan suhu panas dari alat setrika, proses penyetrikaan


menjadi proses penting untuk menghilangkan kerutan
pada jahitan sekaligus menghaluskan bekas-bekas
lipatan pada kain yang tidak diinginkan.

Dengan menghilangkan kerut halus pada garis jahitan,


hasil jahitan akan menjadi lebih rapi, bagus, berkualitas,
dan terlihat eksklusif. Dengan mendapatkan kesan
seperti ini maka nilai jual dari busana menjadi lebih
tinggi.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 69


A PENGENALAN ALAT SETRIKA DAN FUNGSINYA

Proses penyetrikaan (pressing) membutuhkan alat setrika sebagai alat utama yang digunakan selama proses
pembuatan busan. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, proses ini bukan hanya membutuhkan alat setrika
saja melainkan juga memerlukan alat bantu lainnya. Berikut adalah alat yang digunakan dalam melakukan tahap
pressing yang baik.

1. Setrika

Alat setrika digunakan untuk melicinkan kain dan


hasil jahitan agar terlihat lebih mulus dan rapi. Ada
dua Jenis yang dikenal saat ini. Pertama, setrika
konvensional (standar). Jenis ini paling umum
digunakan karena mudah penggunaannya dan
harganya lebih murah.

Setrika konvensional memiliki plat besi di bagian


bawahnya dan pegangan tangan di bagian atas.
Jenis setrika konvensional yang baik adalah yang
memiliki lapisan antilengket pada plat besi dan
memiliki pengatur suhu sehingga panas yang
dihasilkan dapat diatur sesuai kebutuhan.

Kedua, setrika uap. Setrika jenis ini dapat


mengeluarkan uap air secara otomatis sehingga
tidak lagi memerlukan semprotan air sebelum
disetrika. Setrika uap tidak umum digunakan pada
proses menjahit. Selain harga alatnya jauh lebih
mahal, pemilihan jenis setrikanya harus tepat karena
jenis setrika uap cukup beragam.

Sumber: en.wikipedia.org (02-07-2019)


Gambar 5.1 Setrika Konvensional

TIP

Hasil Setrika Maksimal

Hal berikut adalah cara mendapatkan hasil setrika terbaik dengan alat setrika konvensional.

• Pengaturan suhu panas tepat sesuai dengan jenis kainnya.

• Lembapkan kain dengan semprotan air sebelum di setrika.

• Berikan tekanan lebih pada area jahitan agar kerut akibat penjahitan hilang.

70 BAB V
2. Sprayer

Sprayer adalah alat semprot berbentuk botol dengan


alat tekan pemompa yang diisi air atau larutan
pelicin pakaian. Fungsinya untuk melembapkan
kain pada bagian jahitan yang akan di-press.

Sumber: wallmart.ca (13-08-2019)


Gambar 5.2 Sprayer (Semprotan Air)

TIP

Penggunaan Spayer Terbaik

• Semprotkan air dengan sprayer secukupnya hingga kain terasa lembap, bukan basah.

• Pilih mulut sprayer yang bisa memancar lebar, bukan yang tertuju ke satu arah.

3. Tailor’s Ham

Bantalan tailor’s ham berisi kapuk padat menyerupai bidang persegi tanpa sudut yang gemuk. Digunakan untuk
menyetrika area lengkung seperti jahitan pada kerung lengan, lingkar leher/ kerah, kerut pada kepala lengan,
dan lingkar pesak.

Sumber: sewessential.co.uk (02-07-2019)


Gambar 5.3 Tailor’s Ham

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 71


4. Press Roll atau Seam Roll

Bantalan berbentuk panjang dan gemuk ini digunakan untuk menyetrika semua jahitan kampuh yang terbuka.
Alat ini sangat diperlukan untuk menyetrika kampuh karena mudah diselipkan di balik kampuh.

Sumber: goldstarttool.com (02-07-2019)


Gambar 5.4 Press Roll

5. Point Presser

Kayu yang berbentuk seperti senapan angin ini digunakan untuk menyetrika kampuh dan bukaan jahitan pada
lapel/ kelepak, kerah, dan saku. Bagian yang rata dari permukaan balok kayu dipergunakan untuk meratakan/
memampatkan jahitan, lipatan, dan kerutan. Sementara bagian yang lancip digunakan pada area sudut seperti
pada kerah dan lapisan-lapisan busana.

Sumber: sewessential.co.uk (02-07-2019)


Gambar 5.5 Point Presser

72 BAB V
6. Sleeve Board

Kayu dengan bantalan menyerupai papan setrika berukuran mini, digunakan untuk menyetrika kampuh lengan,
detil-detil kecil, dan bukaan-bukaan sempit seperti pada keliman lengan.

Sumber: indiesew.com (02-07-2019)


Gambar 5.6 Sleeve Board

B TAHAPAN PRESSING

Selama proses pembuatan busana, tahap pressing dilakukan dua kali. Pertama, under pressing, yaitu proses
penyetrikaan yang dilakukan selama pembuatan busana. Kedua, top pressing, yaitu proses penyetrikaan yang
dilakukan setelah busana selesai dijahit.

1. Under Pressing

Penyetrikaan yang dilakukan selama proses menjahit berlangsung disebut dengan under pressing. Dalam
prosesnya, under pressing memerlukan alat bantu berupa bantalan-bantalan keras berbentuk khusus untuk
mendapatkan hasil yang sempurna. Contoh, bantalan tailor’s ham dan press roll, atau alat bantu lain point
presser dan sleeve board.

Bagian-bagian yang perlu dilakukan pengepresan dalam tahap ini adalah bagian sambungan dari potongan
kain yang telah dipotong sesuai pola sebagai berikut.

a. Jahitan Lurus
Penyetrikaan jahitan lurus pada proses menjahit (under pressing) meliputi jahitan kampuh sisi baju, bahu,
sisi lengan, sisi celana, kupnat, dan sambungan pakaian yang lurus lainnya.

b. Jahitan Melengkung
Penyetrikaan jahitan melengkung pada proses menjahit (under pressing) meliputi jahitan kampuh yang
melengkung antara lain, bagian kerung lengan dan bagian garis leher.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 73


2. Top Pressing

Setelah penjahitan selesai, tahap penyetrikaan TIP


dilanjutkan dengan penyetrikaan secara
menyeluruh. Tahap ini dikenal dengan istilah top
Membentuk Lipatan Baju
pressing. Top pressing menjadi salah satu tahapan
penting dalam mempresentasikan hasil jahitan Saat melakukan top pressing, ada bagian-
kepada pemesan busana. bagian busana yang perlu diberi lipatan
setrika agar busana terlihat lebih mantap
Pelaksanaan top pressing dilakukan dengan lebih
saat digunakan. Lipatan yang perlu dibentuk
berkonsentrasi pada bagian-bagian yang luas dari
dengan setrika sebagai berikut.
busana, seperti menyetrika pada bagian busana
berikut. • Bagian lengan pada kemeja pria,
dibentuk lipatan pada lengan bagian luar.
a) Bagian lengan kanan dan kiri.
Sebaliknya, hindari membentuk lipatan
b) Bagian kerah atau garis leher. ini pada lengan blus wanita.

c) Bagian belakang busana. • Bentuk lipatan tepat di tengah muka


bagian celana panjang. Lipat celana
d) Bagian depan busana. dengan posisi jahitan celana ada di tengah
(bukan di pinggir), kemudian tekan dengan
setrika hingga terbentuk lipatan.

HAL PENTING DALAM PENGEPRESAN

1. Tes Panas
Lakukan tes panas pada jahitan yang akan di-press. Apabila perlu, gunakan perca kain
terlebih dahulu. Gunakan panas yang sesuai dengan kain agar tidak terjadi kerusakan.

2. Lembapkan Kain
Berikan kelembapan pada daerah yang akan di-press. Bisa dengan sprayer berisi air, bisa
dengan katun lembap yang ditimpa di atas kain yang akan di-press dan bisa pula menggunakan
uap (bila menggunakan setrika uap).

3. Dari Sisi Buruk Kain


Pengepresan utama dilakukan dari arah dalam atau sisi buruk busana yang dijahit. Lakukan
dengan gerakan maju mundur agar panas merata dengan baik.

4. Alas Setrika Bersih


Bersihkan kotoran dan sisa benang dari busana yang akan di-press dan dari atas alas setrika
karena sisa benang atau kotoran dapat meninggalkan bekas yang tidak bagus pada kain.

5. Setrika Secukupnya
Hindari melakukan pressing secara berlebihan karena bisa mengubah tampilan permukaan
kain. Beberapa kain akan terlihat lebih mengilap bila terkena panas berlebihan.

6. Lakukan Secara Sistematis


Under pressing yang dilakukan dengan baik dapat menghemat waktu yang diperlukan saat
top pressing.

74 BAB V
RANGKUMAN

1. Pressing atau penyetrikaan adalah suatu proses menghilangkan kerutan pada jahitan dan
menghaluskan bekas-bekas lipatan pada kain yang tidak diinginkan dengan bantuan alat setrika
dan bantalan setrika khusus.

2. Selama proses pembuatan busana, tahap pressing dilakukan dua kali, sebagai berikut.

a) Under pressing yaitu proses pengepressan yang dilakukan selama pembuatan busana.

b) Top pressing yaitu proses pengepresan yang dilakukan setelah busana selesai dijahit.

3. Selama proses penyetrikaan, ada alat bantu yang digunakan seperti sprayer, tailor’s ham, press roll,
sleeve board, dan point presser.

EVALUASI

1. Apa tujuan dari proses pressing/ penyetrikaan?

2. Sebutkan 4 alat penting yang digunakan untuk melakukan proses under pressing!

3. Hal apa saja yang perlu diperhatikan saat melakukan pengepresan?

4. Langkah apa saja yang perlu dilakukan agar mendapatkan hasil setrika yang baik dengan alat setrika
konvensional?

5. Alat apakah yang digunakan untuk menyetrika bagian jahitan yang melengkung?

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 75


Sumber: thestir.cafemom.com (07-09-2019)

76 BAB VI
BAB VI

PENGEPASAN
(FITTING)

P
akaian yang pas badan namun tetap nyaman
dipakai, tidak dengan seketika didapatkan.
Dalam proses menjahit pakaian dengan ukuran
personal, ada satu tahapan yang penting dilakukan
yaitu proses fitting.

Dalam bahasa Indonesia, fitting artinya pengepasan.


Proses ini dilakukan selain untuk mencegah kesalahan
dalam penjahitan juga untuk mendapatkan hasil
jahitan yang maksimal dari segi kenyamanan dan
estetikanya. Dengan melakukan pengepasan secara
teliti, hasil busana yang dijahit akan lebih pas badan,
lebih nyaman, dan lebih sesuai harapan.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 77


Secara umum, proses fitting dimulai dengan
memasangkan busana setengah jadi atau baru dijahit
bagian badan, lengan, dan kupnatnya saja belum ada
penyelesaian jahitannya. Proses selanjutnya adalah
melakukan pemeriksaan terhadap ketepatan jahitan
dan ukuran yang diinginkan.

Bagian yang memerlukan revisi jahitan, perlu diberi


tanda khusus atau dicatat jika diperlukan. Cara
memberi tanda pada hasil fitting, dilakukan dengan
cara menggunakan sematan jarum pentul. Atau jika
ingin lebih baik lagi, penandaan fitting dapat dilakukan
dengan cara membuat jahitan jelujur sementara pada
busana.

Karena fitting sangat bersifat personal, pengepasannya


tidak dapat digantikan dengan orang lain. Ukuran tubuh
tiap orang berbeda, demikian juga dengan keinginan
si pemesan busana. Fitting kebaya dan baju pesta,
memerlukan ketelitian lebih banyak karena desain
yang diinginkan adalah pas badan. Sementara fitting
untuk tunik akan lebih mudah karena desain yang
diinginkan adalah longgar.

“Fitting bersifat personal, tidak dapat


diwakilkan orang lain karena ukuran
tubuhnya tidak akan sama.” Sumber: hipwee.com (03-08-2019)
Gambar 6.1 Fitting

A PERSIAPAN

Agar proses fitting berjalan lancar, pembuat busana sebaiknya melakukan persiapan yang cukup. Idealnya, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pembuat busana, mulai dari persiapan busana, tempat, hingga alat-alat
yang diperlukan. Berikut adalah penjelasan lebih jauh mengenai hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam proses fitting.

1. Tiras Kain

Fitting dilakukan setelah bagian kain dari pola telah


disambungkan dan sudah berbentuk busana. Tetapi,
tepi kain yang belum diobras atau ditutup bisban
dapat mengganggu proses fitting karena tepi kain
yang terlepas dapat mengurangi keleluasaan proses
fitting dan dapat memengaruhi ukuran kampuh
yang telah disiapkan karena adanya benang-benang
yang terlepas dari tiras kain.

Sumber: amelia (03-08-2019)


Gambar 6.2 Tiras Kain

78 BAB VI
2. Tempat

Ruangan fitting yang dibutuhkan untuk pengepasan jahitan, berbeda dengan ruang fitting di departemen store.
Berikut ciri-ciri dari ruang fitting yang baik.

• Besar ruangan fitting minimal dapat memuat dua orang dengan posisi kedua dengan pemesan busana
dalam kondisi direntangkan.

• Lantai ruang fitting haruslah bersih.

• Memiliki penerangan yang cukup.

• Memiliki cermin panjang yang dapat memperlihatkan tampilan seluruh tubuh tanpa terpotong. Ruang fitting
bahkan akan menjadi lebih baik jika memiliki beberapa cermin sekaligus sehingga pemesan busana dapat
melihat seluruh bagian busana dari berbagai sisi.

Sumber: dezeen.com (03-08-2019)


Gambar 6.3 Ruang Fitting

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 79


3. Alat

Fitting yang sempurna ditunjang oleh alat bantu yang lengkap. Alat bantu yang digunakan selama fitting sebagai
berikut.

a. Jarum Pentul dan Bantalan Jarum


Jarum pentul panjang digunakan untuk memberi tanda pada revisi atau koreksi busana. Pilihlah yang
memiliki ketajaman yang baik dan bagian kepala jarum yang bulat sehingga mudah digunakan. Jarum
pentul yang ditusukkan di atas bantalan jarum yang dilingkarkan ke pergelangan tangan pembuat busana,
sangat memudahkan proses fitting.

b. Jarum Jahit dan Benang Jahit


Jarum dan benang jahit akan diperlukan setelah penandaan dengan jarum pentul selesai dilakukan. Busana
dilepaskan dahulu, kemudian dijahit dengan jelujur untuk selanjutnya di fitting kembali di tubuh pemesan
busana.

c. Meteran, Buku Ukuran Alat Tulis


Buku ukuran dan meteran digunakan untuk memastikan busana yang dibuat sudah sesuai dengan pesanan
atau untuk mencatat perbaikan yang harus dilakukan sesuai penandaan pada busana saat fitting.

Sumber: unsplash.com (03-08-2019)


Gambar 6.4 Peralatan Fitting

80 BAB VI
B PENGEPASAN (FITTING)

Fitting sangat penting dilakukan untuk mendapatkan busana yang sesuai dengan bentuk tubuh. Busana-busana
yang harus pas badan seperti kebaya, gaun pesta, atau jas sering kali membutuhkan fitting hingga lebih dari sekali.
Sebaliknya, busana yang didesain longgar biasanya hanya memerlukan sekali fitting.

Proses fitting dimulai dengan memasangkan busana setengah jadi kepada pemesannya. Selanjutnya dilihat apakah
busana sudah sesuai dengan ukuran tubuh atau belum. Jika masih ada yang kurang pas, lakukan evaluasi dengan
memberi jarum pentul di bagian yang perlu dikoreksi.

Untuk busana yang memerlukan bentuk sangat pas badan, setelah diberi tanda dengan jarum pentul, sebaiknya
langsung lakukan koreksi jahitan dengan tangan. Lepaskan busana kemudian jahit dengan tangan bagian yang
perlu diperbaiki. Pasangkan lagi untuk dilakukan fitting ulang di hari yang sama. Hal ini akan mempersingkat waktu
karena tidak perlu dilakukan dua kali fitting dalam dua waktu yang berlainan.

Sumber: tribunimages.com (03-08-2019)


Gambar 6.5 Fitting

C EVALUASI DAN REVISI HASIL JAHITAN

Evaluasi dalam fitting adalah melakukan pengamatan dan penilaian terhadap hasil jahitan. Sebagai contoh, saat
membuat sebuah blus pas badan, hal penting yang perlu diberi penilaian sebagai berikut.

• Ukuran pakaian di tubuh pemakainya sudah tepat.

• Kelonggaran blus sudah sesuai dengan desainnya.

• Bagian kerung lengan tidak terlalu sempit agar lengan mudah bergerak.

• Tinggi kupnat tidak melebihi puncak dada.

• Panjang lengan baju harus tepat di pergelangan tangan.

• Lingkaran kerah sudah nyaman, tidak terlalu ketat dan mencekik.

• Panjang pakaian sudah sesuai desain.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 81


Sumber: merdeka.com (03-08-2019)
Gambar 6.6 Evaluasi dan Revisi Hasil Jahitan

Saat melakukan pengepasan, hasil jahitan akan terlihat pas atau kurang pas. Beberapa kesalahan dasar berikut
merupakan penyebab busana terasa tidak nyaman saat digunakan dan dilihat. Kesalahan jenis ini tidak dapat
diperbaiki melalui proses fitting.

TIP

Hal-Hal Penyebab Hasil Jahitan Tidak Terlihat Bagus

1. Arah Serat Salah


Kesalahan pemotongan kain dengan arah serat yang tidak benar, yaitu arah serat melintang
(horizontal). Secara umum arah serat kain yang baik dan jatuhnya bagus di atas tubuh adalah arah
yang membujur (vertikal) atau diagonal. Arah serat kain yang melintang membuat jatuh kain terlihat
aneh dan tidak luwes, bahkan saat pengepasan.

2. Jahitan Tidak Sesuai Pola


Penggabungan kain yang kurang benar. Misalkan jarak kampuh terlalu kecil atau terlalu lebar,
meleset dari garis pola.

3. Kesalahan Pola
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya keterampilan membuat pola yang tepat.

82 BAB VI
RANGKUMAN

1. Fitting suatu tahapan dalam membuat busana yang dilakukan dengan cara memasangkan busana
setengah jadi, kepada orang yang akan dibuatkan busananya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kesalahan lebih lanjut dalam proses pengerjaan busana dan untuk membuat busana terasa nyaman
digunakan dan sesuai dengan keinginan.

2. Karena fitting sangat bersifat personal. Proses pengepasannya tidak dapat digantikan dengan orang
lain.

3. Tahapan penting saat fitting adalah

a) Persiapan;

b) pengepasan;

c) evaluasi dan revisi.

4. Fitting dapat dilakukan dengan memastikan kesiapan hal berikut

• bagian tiras kain sudah tertutup (diobras);

• tempat yang cukup luas untuk dua orang; dan

• tersedianya alat fitting yaitu jarum pentul, bantalan jarum, jarum jahit, benang jahit, meteran,
alat tulis, dan buku ukuran.

5. Kesalahan yang membuat busana tidak nyaman digunakan dan tidak bagus dilihat saat fitting
adalah

a) kesalahan potong dengan serat kain yang tidak sesuai;

b) jahitan tidak sesuai pola; dan

c) kesalahan pola.

EVALUASI

1. Apa yang dimaksud dengan fitting?

2. Bagian busana mana saja yang paling penting diperhatikan saat melakukan evaluasi jahitan busana?

3. Hal apa saja yang membuat busana terlihat kurang bagus dilihat saat fitting?

4. Bagaimana cara merevisi bagian pinggang yang kurang pas badan?

5. Sebutkan 3 alat penting yang digunakan untuk melakukan fitting!

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 83


Sumber: pxhere.com (30-10-2019)

84 BAB VII
BAB VII

PRESENTASI
HASIL JAHITAN

S
udah bukan rahasia bahwa pandangan
pertama sangat penting dalam penilaian.
Demikian halnya dengan penilaian hasil
jahitan. Pandangan pertama pemesan busana akan
menjadi sangat penting bagi kesan yang tercipta
secara keseluruhan.

Di sinilah arti penting bahasan bab ini. Hasil jahitan


perlu dipresentasikan dengan baik agar kesan yang
didapat juga baik. Presentasi artinya penyajian.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menyajikan hasil
jahitan dalam kondisi terbaiknya, disebut dengan
istilah presentasi hasil jahitan.

Ada tiga tahapan yang diperlukan untuk mendapatkan


hasil presentasi terbaik, yaitu top pressing, pelipatan,
dan pengemasan. Dua tahap terakhir akan dibahas
dalam bab ini sementara untuk top pressing telah
dibahas dalam bab sebelumnya.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 85


A PELIPATAN

Setelah busana hasil jahitan selesai melalui penyetrikaan menyeluruh (top pressing), busana dapat disimpan
dengan cara digantung atau dilipat. Bila digantung, busana akan langsung dikemas dan hanya perlu diberi alat
gantungan sesuai bentuk busananya. Namun bila dilipat, ada teknik khusus untuk melakukannya.

Pelipatan merupakan cara yang dilakukan untuk meringkaskan busana dari ukuran besar hingga berukuran lebih
kecil sehingga mudah untuk disimpan dan dipindahkan. Proses ini dilakukan saat busana akan disimpan atau
akan dimasukkan ke dalam kemasan.

Berikut beberapa contoh cara pelipatan busana.

1. Melipat Gaun Panjang

1. Bentangkan busana di permukaan meja 2. Lipat secara simetris sisi kiri dan lengan kiri
dengan bagian depan gaun menghadap ke arah belakang gaun dengan titik lipatan
ke meja. atas tepat di tengah bahu. Kemudian lipat
menyerong bagian kerung lengan sehingga
bagian pipa lengan dalam posisi lurus, di
atas lipatan sisi.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019) Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.1 Melipat Gaun Panjang #1 Gambar 7.2 Melipat Gaun Panjang #2

86 BAB VII
3. Lanjutkan melipat sisi kanan kemudian 4. Lipat kembali bagian bawah gaun sehingga
lipat bagian bawah gaun dengan menjadi lipatan yang sama besar dari
perhitungan langsung ¼ panjang gaun, bawah gaun hingga atas gaun.
atau perhitungkan dahulu ½ panjang
gaun, kemudian bagi dua kembali panjang
tersebut hingga didapatkan ¼ panjang.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019) Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.3 Melipat Gaun Panjang #3 Gambar 7.4 Melipat Gaun Panjang #4

5. Balik lipatan gaun menghadap ke depan,


masukkan ke dalam kemasan dengan
perlahan agar lipatan tidak bergeser.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.5 Melipat Gaun Panjang #5

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 87


2. Melipat Kebaya Berpayet

1. Letakkan kebaya di atas permukaan meja 2. Sisipkan sebuah kertas tipis yang diatur
datar dengan posisi terbalik yaitu bagian memanjang dari bawah kerah kebaya,
depan kebaya menghadap ke meja. kemudian lipat simetris kedua sisi badan
dan lengan.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019) Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.6 Melipat Kebaya Berpayet #1 Gambar 7.7 Melipat Kebaya Berpayet #2

88 BAB VII
3. Untuk kebaya dengan panjang sepinggul, 4. Lipat bagian bawah sekali lagi ke arah
perhitungkan panjang 1/3 kebaya leher kebaya dengan ukuran yang sama.
kemudian lipat ke arah atas kebaya. Posisi akhir kebaya masih menghadap
permukaan meja.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019) Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.8 Melipat Kebaya Berpayet #3 Gambar 7.9 Melipat Kebaya Berpayet #4

5. Balik kebaya yang telah dilipat ke arah depan


kemudian masukkan ke dalam kemasan
kotak yang dilapisi kertas.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.10 Melipat Kebaya Berpayet #5

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 89


3. Melipat Kemeja Tangan Pendek

1. Bentangkan kemeja di permukaan meja


dengan posisi bagian depan menghadap
meja.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.11 Melipat Kemeja Lengan Pendek #1

2. Lipat satu sisi kemeja ke arah belakang 3. Lipat serong kerung lengan sehingga bagian
dengan posisi lipatan atas membagi dua kelim lengan bisa lurus sejajar kerah.
bagian bahu, lanjutkan hingga lipatan Kemudian lipat sisi sebelahnya dengan cara
bawah kemeja lurus dengan bahu. dan ukuran yang sama sehingga menjadi
lipatan simetris kiri dan kanan.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019) Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.12 Melipat Kemeja Lengan Pendek #2 Gambar 7.13 Melipat Kemeja Lengan Pendek #3

90 BAB VII
4. Lipat bagian bawah kemeja dengan ukuran 5. Lipat sekali lagi bagian bawah kemeja
1/3 panjang kemeja. dengan batasan lipatan kemeja berada di
bawah kerah. Balik lipatan agar menghadap
ke depan kemudian masukkan ke dalam
kemasan.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019) Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.14 Melipat Kemeja Lengan Pendek #4 Gambar 7.15 Melipat Kemeja Lengan Pendek #5

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 91


4. Melipat Celana Panjang

1. Lipat celana dengan posisi jahitan samping 2. Rapikan lipatan ritsleting dan pesak sampai
berada di tengah lipatan, dan bagian kerutan lipatan hilang kemudian lipat
ritsleting serta pesak celana tersembunyi bagian bawah celana ke arah pinggang
di dalam lipatan. Hasil lipatan ini akan dengan perhitungan 1/3 bagian panjang
membuat kantong belakang dan kantong celana.
depan terletak bersampingan.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019) Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.16 Melipat Celana Panjang #1 Gambar 7.17 Melipat Celana Panjang #2

92 BAB VII
3. Lipat sekali lagi bagian bawah celana 4. Balik celana, rapikan, dan masukkan ke
sampai ujung lipatan kedua berada di garis dalam kemasan.
pinggang celana.

Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019) Sumber: Diah Purwitasari (07-08-2019)


Gambar 7.18 Melipat Celana Panjang #3 Gambar 7.19 Melipat Celana Panjang #4

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 93


B PENGEMASAN (PACKAGING)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses presentasi hasil jahitan. Pengemasan dilakukan untuk melindungi
hasil jahitan yang memiliki nilai jual ke dalam suatu wadah khusus sehingga terlihat lebih terawat, rapi, dan lebih
menarik.

Pengemasan yang baik juga dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti busana cepat kotor
terkena debu, tertumpah cairan, terkena noda makanan, dan lainnya. Berikut cara pengemasan yang dapat dilakukan.

1. Digantung dan Diberi Pembungkus

Alat yang diperlukan untuk melakukan pengemasan sederhana ini adalah sebuah hanger (gantungan baju) dan
plastik seukuran busana yang akan dikemas. Hanger yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan busananya.
Apakah kemeja, blus, gamis/ terusan, atau celana masing-masing gantungan akan mengikuti jenis busananya.

a. Gantungan Blus dan Terusan c. Gantungan Kemeja


Jenis gantungan ini mempunyai bentuk segitiga Hanger jenis ini memiliki garis bahu yang tegak
sama sisi. Walaupun dapat digunakan untuk sehingga akan membantu busana busana
busana secara keseluruhan, gantungan ini berbahu lebar seperti kemeja dan busana
paling sesuai digunakan untuk blus dan gaun berbahan kaku, tergantung dengan rapi.
terusan.

Sempalan pada kanan kiri gantungan


dipergunakan untuk menggantung busana
dengan tali kait pada sisi busana atau sebagai
penguat untuk mencegah blus terlepas dari
gantungan.

Sumber: tokopedia.com (15-08-2019)


Gambar 7.22 Gantungan Kemeja

d. Plastik Mika Pembungkus Busana


Tujuan pemakaiannya untuk menjaga
kebersihan dan melindungi busana dari risiko
tersangkut satu sama lainnya. Ukuran lebar
Sumber: organisedstored.com (15-08-2019) plastik, umumnya sebesar 60 cm. Namun,
Gambar 7.20 Gantungan Blus dan Terusan untuk panjang plastik ada beberapa pilihan,
disesuaikan dengan kebutuhan panjang
busananya.
b. Gantungan Rok dan Celana
Ciri khas gantungan ini adalah penjepit yang
berada di kedua ujungnya. Jenis gantungan ini
paling sesuai digunakan untuk menggantung
bawahan busana seperti rok dan celana.

Sumber: rimeehangers.com (15-08-2019) Sumber: moneymag.co (16-08-2019)


Gambar 7.21 Gantungan Rok dan Celana Gambar 7.23 Plastik Mika Pembungkus Busana

94 BAB VII
e. Pembungkus Baju (Dress Cover) 2. Dilipat dan Dimasukkan dalam Kotak
Bahan dasar pembungkus busana ini ada
Busana yang terbuat dari kain yang renggang seperti
yang terbuat dari plastik, kain, dan ada pula
brokat dan tulle atau busana pesta yang memiliki
yang dari kain non woven. Jenis ini banyak
banyak mote/ payet, tidak dikemas dalam kondisi
digunakan untuk busana pesta atau busana
menggantung. Tipe busana seperti ini disajikan
eksklusif karena desain dress cover ini biasanya
dengan cara dilipat dan di masukkan ke dalam
dibuat istimewa dengan dilengkapi ritsleting,
kotak. Tujuannya, agar payet tidak saling tersangkut
tali angkut, atau logo dari pembuat busananya.
dalam lipatan, melipat kebaya atau busana berpayet
dilakukan dengan memberikan sisipan kertas tipis
seperti kertas tisu atau kertas roti pada tiap lipatan
yang bertumpuk.

3. Dilipat dan Dimasukkan dalam Plastik

Pengemasan busana yang paling praktis, dilakukan


dengan cara ini. Semua jenis busana dapat dilipat
dan disesuaikan bentuknya hingga mengikuti ukuran
kemasan. Karena simpel dan praktis, kemasan ini
paling sering digunakan untuk mengemas busana
harian dan busana kerja dari berbagai jenis bahan,
Sumber: moneymag.co (16-08-2019) termasuk yang berbahan kaos dan rajut. Namun,
Gambar 7.23 Plastik Mika karena kesederhanaan dan kepraktisannya kemasan
Pembungkus Busana ini kurang cocok diaplikasikan untuk busana pesta,
jas, atau kebaya.

TIP
Menentukan Jenis Kemasan

Lakukan proses identifikasi jenis busana sebelum menentukan bentuk kemasan. Caranya dengan
memerhatikan hal berikut.

a. Ukuran Busana
Makin besar ukuran busana, makin besar kemasan yang digunakan.

b. Model Busana
Busana pesta (gaun/kebaya/jas) mendapat perlakuan khusus karena biasanya menggunakan
bahan yang mahal, tetapi mudah bermasalah (mudah tertarik benang, mudah sobek, mudah
mulur, dsb.) Khusus busana pesta berpayet, pengemasan dilakukan dengan menambahkan
lembaran kertas tipis/kertas minyak/kertas roti agar payet tidak saling sangkutan.

c. Jenis Bahan
Jenis bahan yang mudah mulur seperti bahan brokat, tulle, bahan kaus dan bahan jersey
sebaiknya dikemas dengan cara dilipat dan dimasukkan ke dalam plastik atau boks. Hindari
menggantung bahan ini karena jika mulur dapat mengubah bentuk busana.

d. Kualitas Busana
Bentuk kemasan mencerminkan isi benda di dalamnya. Makin berkualitas benda yang dikemas,
kemasannya perlu dipilih dengan material yang lebih berkualitas pula. Contoh gaun pesta
yang digantung akan terlihat lebih eksklusif jika menggunakan pembungkus busana (dress
cover) eksklusif daripada yang menggunakan plastik mika.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 95


RANGKUMAN

1. Presentasi hasil jahitan dengan cara yang maksimal, dilakukan dengan tiga cara, yaitu

a. penyetrikaan menyeluruh (top pressing);

b. pelipatan; dan

c. pengemasan (packaging)

2. Pelipatan adalah suatu cara meringkaskan busana dari ukuran besar hingga berukuran lebih kecil
sehingga mudah untuk disimpan dan dipindahkan. Proses ini dilakukan saat busana yang telah
selesai dijahit akan dimasukkan ke dalam kemasan.

3. Pengemasan adalah suatu usaha untuk melindungi benda yang memiliki nilai jual ke dalam suatu
wadah khusus sehingga terlihat lebih terawat, rapi, lebih menarik, dan terhindar dari hal yang tidak
diinginkan.

4. Pengemasan busana bisa dilakukan dengan berbagai cara berikut.

a. Digantung dan diberi pembungkus.

b. Dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak.

c. Dilipat dan dimasukkan ke dalam plastik.

EVALUASI

1. Bagaimana cara menampilkan produk hasil jahitan dengan cara yang maksimal?

2. Tuliskan 3 cara pengemasan yang dapat dilakukan!

3. Bagaimana cara mempresentasikan kebaya dengan bahan brokat/ tulle berpayet dengan tepat?

4. Apa akibat yang bisa didapat jika tidak melakukan pengemasan dengan baik?

5. Hal apa saja yang perlu diperhatikan saat melakukan pelipatan?

96 BAB VII
GLOSARIUM
Chiffon/sifon : kain tipis dan transparan dengan permukaan yang halus. Seratnya kuat, mudah
dicuci namun tidak tahan setrika panas.

Cotton/katun : kain yang berasal dari serat kapas. Tipis, luwes, dan nyaman dipakai karena mudah
menyerap keringat (hidroskopis).

Depun : lapisan sesuai bentuk, letaknya di dalam pakaian (bagian buruk kain).

Dress cover : pembungkus baju dengan ritsleting di depannya. Terbuat dari plastik, kain, atau kain
non woven. Digunakan untuk melindungi busana pesta atau busana ekslusif lainnya
dari terkena noda dan dan kerusakan yang tidak diinginkan.

Drill : kain tebal, kaku, dan kuat terbuat dari serat katun. Permukaannya kesat dan
bergaris dengan arah diagonal dari lebar kain. Nyaman digunakan untuk celana
panjang, seragam sekolah dan busana kerja di bengkel atau lapangan.

Ergonomi : keserasian antara manusia dan lingkungan kerjanya. Suatu perabot kerja yang
memiliki sifat ergonomi, disebut ergonomis.

Fitting : pengepasan busana hasil jahitan, bertujuan untuk mendapatkan busana yang sesuai
dengan bentuk tubuh dan hasil jahitan yang lebih maksimal dari segi kenyamanan
dan estetikanya.

Flanel : kain yang memiliki ciri khas motif kotak-kotak. Permukaannya berbulu dan dapat
mengikat panas dengan baik sehingga cocok dijadikan busana musim dingin atau
untuk selimut.

Gulbi : lapisan yang dibuat menempel pada tutup tarik bagian depan celana.

Hanger : gantungan baju.

Hidroskopis : kemampuan kain menyerap air/keringat.

Jersey : kain yang tidak mudah kusut dan dibuat dengan teknik rajut sehingga memiliki daya
regang tinggi. Permukaannya licin, halus, dan nyaman digunakan.

Kampuh : jarak antara garis pola/ jahitan dengan tepi potongan kain. Lebar kampuh biasanya
sebesar 1-4 cm, sesuai kebutuhan.

Kampuh balik : kampuh yang dapat menyembunyikan tiras kain dengan baik ke dalam lipatan
kampuh. Cocok digunakan untuk menjahit kebaya atau gaun berbahan tipis.

Kampuh kostum : kampuh yang biasa digunakan pada jahitan kerung lengan dan penyelesaian
sambungan pinggang. Dilakukan dengan cara melipat sisa kampuh ke arah dalam,
kemudian disom rapat.

Kampuh perancis : kampuh yang menutup tiras dengan sempurna seperti kampuh balik. Pengerjaannya

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 97


dilakukan dengan melebihkan kampuh di satu bagian hingga bagian tersebut dapat
membungkus kampuh di sisi sebelahnya.

Kampuh pipih : kampuh yang pada satu sisinya mempunyai dua setikan dan sisi baliknya hanya
memiliki satu jahitan. Kampuh ini menutup tiras dengan sempurna sehingga busana
yang menggunakan kampuh dapat dipakai bolak balik.

Kampuh sarung : kampuh yang memiliki setikan yang sama pada kedua sisinya. Kampuh ini
memberikan kemudahan penjahit untuk menyamakan garis pada motif menyatukan
motif kotak-kotak.

Kampuh terbuka : kampuh yang sambungannya dibiarkan terbuka dan tiras kainnya diselesaikan
tersendiri dengan teknik khusus seperti obras, setik mesin, tusuk balut, atau
rompok.

Kelim : sebutan untuk pinggiran bahan yang terletak di bagian bawah busana seperti
bagian bawah rok/celana/gaun dan bagian ujung lengan.

Kelim palsu : penyelesaian bagian bawah busana dengan cara menyambung pinggir bahan
dengan bahan lain dikarenakan panjang bawah kain tidak mencukupi panjang yang
dibutuhkan.

Kelim rompok : penyelesaian bagian bawah busana dengan cara membungkus pinggir kelim dengan
menggunakan kain serong/bisban. Banyak digunakan pada gaun pesta dan busana
adi busana.

Kelim sumsang : kelim yang dilakukan dengan dua kali sematan som untuk hasil som yang kuat.
Biasa diterapkan pada bahan tebal, kelim pada rok, blus, dan ujung lengan.

Kerah : bagian dari busana yang terletak di bagian leher. Desain kerah bisa beragam konsep
desain busana secara keseluruhan.

Kerah kemeja : kerah yang digunakan pada busana kemeja yang terdiri dari bagian board, penegak
kerah, dan bagian kelepak kerah yang berada di lipatan luar kerah.

Kerah rebah : kerah yang dibentuk menempel pada busana. Kerah ini disebut juga kerah bayi
karena banyak dipakai untuk busana bayi dan anak-anak.

Kerah setali : kerah yang memiliki bentuk melengkung di tepi luar dan lurus di tepi dalam dengan
pola yang dibentuk mengikuti pola badan bagian depan.

Kerah shiller : kerah yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian kelepak kerah dan bagian lipatan
kecil yang menyambung dengan bagian badan pada tengah muka.

Lace : kain yang memiliki corak timbul berbentuk bunga. Tipis dan menerawang namun
memiliki daya regang sehingga dapat mengikuti bentuk tubuh.

Lame : kain yang berasal dari serat sintetis. Memiliki permukaaan yang sangat mengilap,
licin, dan tidak dapat menyerap keringat. Biasa dipakai untuk kostum atau busana
panggung.

Lengan kop : desain lengan yang memiliki banyak kerutan di puncak lengan sehingga terlihat
mengembang mulai dari ujung bahu.

98 PENUTUP
Lengan licin : desain lengan dengan kerung lengan yang menempel rata pada bagian badan tanpa
ada kerut atau lipit di puncak atau ujungnya.

Lengan poff : desain lengan yang terlihat mengembang di bawah lengan karena memiliki banyak
kerutan di bagian tersebut.

Lengan raglan : desain lengan yang terbentuk dari garis serong dari leher dan tidak memiliki lingkar
kerung lengan.

Lengan setali : desain lengan tanpa kerung lengan yang panjang lengannya dibentuk langsung dari
bahu dan menyatu dengan badan.

Linen : Kain berkualitas tinggi yang berasal dari campuran serat katun dan rami.
Permukaannya kesat dan mudah kusut namun nyaman dikenakan karena mudah
menyerah keringat.

Lycra : kain ringan dengan permukaan licin, halus, dan mengilap. Dijalin dengan teknik rajut
dan memiliki daya regang sangat tinggi hingga 7 (tujuh) kali ukuran aslinya. Jenisnya
beragam, sesuai dengan serat pencampurnya. Lycra poliester dikenal dengan nama
spandek. Lycra katun banyak digunakan untuk korset dan busana olahraga.

Non woven : kain sintetis yang diproses dengan cara tempa, bukan tenunan/anyaman benang
seperti halnya kain.

Organdi/ organza : kain tipis, ringan, kaku, dan transparan dengan permukaan mengilap. Terbuat dari
serat sutera, polyester, atau katun. Organdi dari serat sutera disebut juga dengan
organza.

Packaging : usaha yang dilakukan untuk melindungi hasil jahitan atau benda yang memiliki nilai
jual, ke dalam suatu wadah khusus sehingga terlihat lebih terawat, rapi dan lebih
menarik.

Passpoile : penyelesaian pada rumah kancing atau saku dengan cara membuat bibir penutup
lubang yang saling berhadapan. Terbuat dari kain kumai serong/bisban.

Point presser : kayu yang berbentuk seperti senapan angin yang digunakan untuk menyetrika
kampuh dan bukaan jahitan pada lapel/kelepak, kerah dan saku.

Poliester : kain yang 100% terbuat dari serat sintetis. Tidak mudah kusut, kuat, dan tahan lama.
Dapat digunakan untuk semua jenis busana, namun kurang dapat menyerap air.

Portable : mesin jahit jinjing dapat dipindah dengan mudah. Variannya banyak, dari yang
paling sederhana hingga yang dilengkapi komputer.

Press roll : bantalan panjang dan gemuk yang digunakan untuk menyetrika semua jahitan
kampuh yang terbuka.

Pressing : proses menghilangkan kerutan pada jahitan dan keseluruhan busana dengan
menggunakan suhu panas dari alat setrika.

Rayon : kain tipis dan luwes dengan permukaan lembut. Sangat nyaman digunakan karena
terasa sejuk dikulit dan menyerap keringat dengan baik. Paling banyak digunakan
untuk baju rumah dan kain pantai.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 99


Ritsleting : alat penutup pakaian yang terdiri atas deretan gerigi yang terbuat dari logam atau
plastik.

Rompok : penyelesaian pinggir kerung lengan dengan menggunakan kumai serong atau
bisban.

Sengkelit : tali kecil yang terbuat dari kain kumai serong. Umum digunakan sebagai kaitan
rumah kancing atau tali bahu pada gaun tidur.

Serip : lapisan menurut bentuk menggunakan kain serong yang hasil lapisannya
menghadap keluar.

Side Plate : mangkok bergerigi yang terletak di bagian bawah mesin, tempat meletakkan sekoci
dan sepul agar menempel pada mesin.

Silk/sutra : kain berasal dari serat alam berupa kepompong ulat sutra. Permukaannya halus dan
mengilap. Jenis yang banyak dikenal adalah sutra satin, sutra sifon, dan raw silk.

Sleeveboard : kayu dengan bantalan yang menyerupai papan setrika berukuran mini, digunakan
untuk menyetrika kampuh lengan, detil-detil kecil dan bukaan-bukaan sempit
seperti pada keliman lengan.

Som : penyelesaian pinggiran busana dengan cara melipat dan menjahitnya dengan alat
jahit tangan. Jahitan som dilakukan dengan cara menyembunyikan alur benang ke
balik lipatan yang telah dibentuk.

Songket : kain tradisional yang memiliki motif hiasan dari benang emas/perak. Teksturnya
kasar, tidak menyerap air, dan kaku.

Sprayer : alat semprot berbentuk botol dengan alat tekan pemompa yang diisi air atau larutan
pelicin pakaian. Digunakan saat menyetrika.

Sepul : alat untuk menggulung benang berbentuk silinder dengan lubang di tengahnya.
Terbuat dari besi atau plastik keras.

: rumah besi untuk sepul yang berfungsi untuk mengatur ketegangan benang sepul
Sekoci sehingga setikan mesin bawah terbentuk dengan baik.

: bantalan berisi kapuk padat berbentuk menyerupai persegi gemuk. Digunakan


Tailor’s ham untuk menyetrika jahitan pada area lengkung seperti kerung lengan, lingkar leher/
kerah, kerut pada kepala lengan dan lingkar pesak.

Throat plate : lempengan besi yang berfungsi sebagai penutup gigi mesin yang terletak sejajar alas
mesin.

Tiras kain : bagian tepi kain yang belum ditutup/dimatikan sehingga pinggiran kain menjadi
berumbai dan mudah ditarik hingga terlepas dari tenunan kainnya.

Top pressing : penyetrikaan yang dilakukan setelah busana selesai dijahit.

Tulle : kain tipis dan ringan yang memiliki struktur kain berbentuk jala di seluruh bagian
kainnya. Dapat terbuat dari serat sutera, rayon, nilon atau sintetis.

Tusuk balut : jenis tusuk dasar yang sederhana, dilakukan dengan cara membalut bagian kain

100 PENUTUP
yang ingin diselesaikan dengan jahitan tangan. Digunakan untuk som bagian kelim,
pemasangan kancing jepret, kancing kait dan aplikasi hiasan.

Tusuk batang : jenis tusuk dasar yang lebih sering digunakan sebagai tusuk hiasan, namun dapat
dijadikan pilihan untuk membentuk jahitan lurus.

Tusuk festoon : jenis tusuk dasar yang berbentuk seperti pagar dan paling efektif digunakan untuk
penyelesaian tiras kain agar tiras kain tidak mudah terurai.

Tusuk Flanel : jenis tusuk dasar yang sering digunakan untuk jahitan som pada kelim busana,
terutama pengerjaan adi busana.

Tusuk rantai : jenis tusuk dasar yang berbentuk seperti rantai, terdiri dari mata rantai yang
berkaitan. Digunakan sebagai jahitan lurus oleh garmen sebagai sebagai setikan
utamanya.

Tusuk silang : jenis tusuk dasar berbentuk silang yang dapat digunakan sebagai jahitan penahan
pada belahan, namun paling sering digunakan sebagai tusuk hias.

Tusuk Jelujur : jenis tusuk dasar yang paling mudah dilakukan. Hasil jahitannya seperti garis putus-
putus.

Tusuk Tikam jejak : jenis tusuk dasar yang paling sesuai digunakan untuk menggatikan setikan mesin
jahit karena hasil jahitannya rapat dan kuat.

Under pressing : penyetrikaan yang dilakukan selama proses penjahitan.

Velvet/ Beludru : kain tebal dan ada tampilan mengilap yang berasal dari bulu-bulu halus pendek di
seluruh permukaan kain. Kain ini tidak tahan panas dan kurang menyerap keringat.

Wool/Wol : kain tebal dengan permukaan yang berbulu yang mampu mengikat panas dengan
baik sehingga banyak digunakan untuk busana musim dingin.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 101


DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, Izwerni, dan Weni Nelmira, 2005, Tata Busana, Jilid 1 (Buku Sekolah Elektronik), Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.

Tata Busana, Jilid 2 (Buku Sekolah Elektronik) 2005, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Poespo, Goet, 2009, A to Z Istilah Fashion, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hadisurya, Irma, 2011, Kamus Mode Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakata.

Prihanto, Amelia, 2014, Siap Menjahit dan Mengenal Tekstil, Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

102 PENUTUP
BIODATA PENULIS

AMELIA PRIHATINI, S.Pd


PENULIS 1

Dunia penulisan bidang mode dan kecantikan telah ditekuni Amelia sejak bekerja di
Majalah Gaya Hidup tahun 2000. Dengan nama pena Amelia Prihanto, artikel demi
artikel telah ditulis dan dipublikasikan melalui media cetak dan website. Pengalaman
inilah yang membuat minat dan kemampuan menulisnya terasah, hingga akhirnya
ia dipercaya para desainer fesyen dan make-up artist kenamaan Indonesia untuk
menuliskan buku-buku yang menghadirkan karya-karya mereka.

Di antara buku fesyen yang ditulisnya adalah buku terbitan majalah Noor dan Indonesian
Islamic Fashion Festival yang berjudul Heavenly Beauty (2012) dan Trend (2013). Selain
itu, ada pula buku yang menampilkan busana dan karya seni desainer muslim Tuty
Adib berjudul Flowing (2012), Glowing (2015) dan Dazzling (2017). Buku fesyen lainnya
berjudul Play with Color (2014) adalah untuk Wardah Kosmetik dan buku Siap Menjahit
dan Mengenal Tekstil (2014) dibuat untuk Kementerian Pendidikan Nasional.

Di bidang kecantikan, Amelia telah menuliskan buku tata rias untuk make-up artist
kenamaan seperti Andiyanto dengan judul Mata, The Make Over (2015), buku Muslimah’s
Best Make-up (2007) untuk Ana Laksmono, Muslimah’s Light Make-up (2009) untuk Aryani
Erlan, buku Sang Puteri (2011) untuk Novi Arimuko dan buku Your Secret Beauty (2015)
untuk Wardah Kosmetik.

Sebagai lulusan Tata Busana dari Universitas Negeri Jakarta yang cukup memahami
teknis dan ilmu penjahitan busana, Amelia diberikan kesempatan kembali oleh Direktorat
Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan untuk menyusun buku
Dasar-dasar Tata Busana Level II. Ia berharap semoga buku-buku yang telah ditulisnya
dapat bermanfaat bagi pembacanya.

TERAMPIL MENJAHIT BUSANA 103


DIAH PURWITASARI, S.Pd, MM.
PENULIS 2

Sebagai sarjana pendidilkan lulusan program studi Tata Busana di Universitas Negeri
Jakarta dan Magister lulusan program studi Manajemen Pemasaran di Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Diah Purwitasari telah banyak mendedikasikan
waktunya untuk memajukan Pendidikan di Indonesia, khususnya di bidang tata busana.

Dimulai dengan menjadi pimpinan dan pendidik di Lembaga Kursus dan Pelatihan
Melati, Tangerang Selatan, Diah memantapkan perannya di dunia pendidikan dengan
menjad Asesor BAN PAUD dan Master Penguji LSK Tata Busana. Keaktifannya yang
konsisten, bahkan telah membuatnya terpilih sebagai Wakil Ketua Konsorsium Tata
Busana Tingkat Pusat di Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2006-2013) dan menjadi Wakil Ketua Ikatan Penata Busana
Indonesia Kartini DPC Jakarta Selatan (2011-2013).

Tidak ada yang boleh sia-sia dalam kamus hidupnya. Diah memanfaat sebagian
besar waktunya untuk keluarga dan Pendidikan Indonesia. Ilmu dan kompetensi yang
dimilikinya adalah untuk peningkatan kualitas SDM Indonesia. Di antara kiprah yang
cukup berkesan bagi Diah adalah saat bergabung sebagai tim Juri Apresiasi PTK-PNF
Dirjen PAUDNI Tingkat Nasional Bidang Instuktur Kursus Tata Busana di Palu, Sulawesi
Tenggara (2016), Juri Apresiasi PTK-PNF Dirjen PAUDNI Tingkat Nasional Bidang Instruktur
Kursus Tata Busana di Medan, Sumatra Utara (2015) dan Juri Lomba Peserta Didik
Berprestasi Tingkat Nasional Bidang Fashion Technology (2012 dan 2014).

104 PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai