menjahit busana
KURSUS TATA BUSANA LEVEL II
Tim Penulis
Amelia Prihatini
Diah Purwitasari
Editor Bahasa
Bambang Trim
Sri Yatin
Foto Cover
Jacqueline Macou dari Pixabay.com
ISBN
978 - 623 - 7005 - 08 - 7
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gedung E Lantai VI, Jl. Jenderal Sudirman
Senayan – Jakarta 19720
GLOSARIUM ..................................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 102
BIODATA PENULIS ........................................................................................................................... 103
Sebagai awal yang baik, kami sampaikan puji syukur ke hadirat Allah Yang Mahakuasa atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, bahan ajar kursus dan pelatihan ini dapat diselesaikan.
Rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus juga kami sampaikan kepada tim penyusun
yang telah berupaya keras menyelesaikan bahan ajar kursus dan pelatihan ini sehingga
layak untuk dipergunakan.
Kursus dan pelatihan memang tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan bahan ajar yang
bermutu guna mendukung pengembangan kapasitas SDM yang mumpuni. Pada era yang terus
berubah karena kemajuan teknologi yang telah mengubah pola dan ritme kehidupan maka,
diperlukan akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung oleh informasi
yang memadai. Untuk itu, Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan telah menyediakan
bahan ajar tidak hanya dalam bentuk cetak, tetapi juga dalam bentuk digital dengan tujuan
memberi kemudahan akses seluas-luasnya terhadap siapa saja yang membutuhkan.
Bahan ajar kursus dan pelatihan ini merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan
pembelajaran sebagai pemenuhan kebutuhan substansi kurikulum berbasis kompetensi di
setiap jenis keterampilan yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan berbasis
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Bahan ajar ini diharapkan relevan secara
kontekstual dengan kebutuhan peserta didik serta dunia kerja sehingga sangat membantu
mereka dalam proses pembelajaran untuk mempersiapkan diri mengikuti uji kompetensi.
Uji kompetensi merupakan upaya yang terus dibina oleh Direktorat Pembinaan Kursus
dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar lulusan kursus dan pelatihan memiliki
kompetensi yang unggul serta selaras dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Lebih jauh lagi peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya serta
mampu berkiprah di dunia kerja maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
viii
KATA SAMBUTAN
Ir. HARRIS ISKANDAR, Ph.D
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat
Digitalisasi telah mengubah banyak hal di dalam sendi kehidupan manusia sehingga
memunculkan fenomena disrupsi pada banyak bidang. Teknologi digital menjadi
pemicu berkembangnya internet sehingga mendorong berbagai terobosan teknologi
yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Salah satu upaya peningkatan mutu SDM Indonesia adalah melalui pengembangan
kursus dan pelatihan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja dan dunia industri. Kursus
dan pelatihan juga memerlukan dukungan instruktur dan bahan ajar yang bermutu
dalam kegiatan pembelajaran.
Sejalan dengan upaya menyiapkan SDM unggul, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengemban misi “mewujudkan insan Indonesia yang berakhlak, cerdas, terampil, mandiri
dan kreatif serta profesional berlandaskan gotong-royong” melalui penyelenggaraan
layanan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas)
yang bermutu. Peran PAUD dan Dikmas menjadi strategis mengingat kedua bidang
pendidikan ini merupakan pengejewantahan dari pembelajaran sepanjang hayat.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku-buku bahan ajar ini sebagai upaya
meningkatkan layanan pendidikan kursus dan pelatihan dengan memperluas
ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas layanan pendidikan masyarakat secara
terarah dan terpadu.
x
TERAMPIL MENJAHIT BUSANA xi
Sumber: www.instazu.com (24-10-2019)
xii BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
E
ra perekonomian global mengharuskan Indonesia
memiliki sumber daya manusia yang bermutu
dan berdaya saing tinggi dalam kancah nasional
ataupun internasional. Namun, meningkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia, bukan semata tugas
pemerintah. Dukungan semua pihak akan sangat
mempengaruhi keberhasilannya.
B TUJUAN PEMBELAJARAN
2 BAB I
Sumber: www.ma-darussaadah.sch.id (24-10-2019)
Gambar 1. Para Siswa sedang Menjahit
4 BAB II
BAB II
PERSIAPAN
MENJAHIT
S
uatu pekerjaan dapat terlaksana
dengan baik apabila diikuti dengan
persiapan yang baik. Sama halnya
dengan menjahit. Agar proses penjahitan
dapat berjalan dengan lancar, aman,
dan menghasilkan karya yang baik maka
persiapannya harus dilakukan dengan cermat.
Apa saja yang harus diketahui sebelum
memulai? Berikut ini merupakan hal penting
yang perlu diketahui agar praktik menjahit
lebih mudah dilakukan.
Sebagai bagian penting dalam proses menjahit, tempat kerja perlu dipersiapkan dengan baik. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa suasana kerja yang nyaman dan aman akan menimbulkan kesenangan, kenyamanan, dan
keselamatan bagi para pekerja sehingga bisa meningkatkan gairah dan produktivitas kerja.
Kenyamanan bekerja antara satu pekerjaan dan pekerjaan lain, tidak bisa disamaratakan. Dalam menjahit,
kenyamanan bekerja saat menjahit tangan akan berbeda dengan kenyamanan bekerja saat menjahit dengan
mesin.
6 BAB II
Sumber: macrovector - freepik.com (24-06-2019)
Gambar 2.3 Ergonomi Menjahit dengan Mesin
Kursi dan meja berada diurutan pertama dalam persiapan tempat kerja. Pilihan kursi yang nyaman untuk bekerja
umumnya mempunyai sandaran, beralas duduk cukup empuk dan memiliki tinggi kaki yang sesuai dengan meja
kerja. Untuk meja kerja, sebaiknya dipilih yang memiliki permukaan luas dan halus, serta memiliki tinggi standar
yaitu 70-90 cm.
TIP
Posisi kerja yang nyaman dilakukan dengan pemilihan meja dan kursi pada saat pekerja duduk, ia dapat
dengan mudah menyandarkan sikunya di atas meja.
Kesehatan dan keselamatan kerja pada suatu pekerjaan menjahit menjadi prioritas utama. Sama halnya dengan
membaca, menjahit sama-sama membutuhkan cahaya yang baik untuk kelancaran kegiatannya. Jika diabaikan
maka kesehatan tubuh akan berisiko mengalami kerusakan.
Pencahayaan terbaik untuk ruangan menjahit dilakukan dengan memberikan cahaya dari atas dengan lampu
yang berada di langit-langit ruangan. Sementara untuk pencahayaan jahitan jarak dekat, bisa ditambahkan
dengan cahaya yang berasal dari lampu yang tertanam di dalam mesin jahit.
Selain harus memerhatikan kesehatan jangka panjang penjahit, keselamatan kerja juga perlu diperhatikan
sebelum dan saat menjahit. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi saat kegiatan
menjahit pakaian. Di antara contoh kecelakaan yang mungkin terjadi saat menjahit dan menyetrika adalah
tersengat listrik atau mengalami luka bakar saat mengoperasikan alat. Selain itu, bisa terjadi kecelakaan tertusuk
jarum, tangan tergunting atau terkena patahan jarum. Untuk menghindari kecelakaan, persiapkan tempat kerja
dengan cermat dan lakukan kerja dengan kehati-hatian.
Perlu ditanamkan pada pekerja bahwa kecelakaan-kecelakaan yang mungkin terjadi ditempat kerja bukan
hanya disebabkan karena persoalan teknis saja, melainkan juga karena kecerobohan pekerja.
Tempat kerja dan alat kerja yang tersusun rapi dapat memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih
berkreasi. Kondisi ini membuat kerja menjadi lebih efektif dan efisien karena posisi alat yang tertata dan mudah
dijangkau.
Ada sebuah prinsip tentang pentingnya penataan dan kebersihan tempat kerja yang diadopsi dari Jepang.
Prinsip ini dikenal dengan sebutan 5-S yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke. Di Indonesia, prinsip ini
dikenal menjadi prinsip 5R.
a. Prinsip 5R
Alat-alat jahit ditata berdasarkan jenis alat, kegunaan alat atau tingkat kepentingannya.
Ringkas Penataan yang sistematis membuat penyimpanan jadi ringkas dan memberikan ruang
lebih di area kerja.
Menyimpan kembali barang di tempat yang tepat sesuai pengaturannya sehingga dapat
Rapi
cepat ditemukan pada waktu yang dibutuhkan.
Resik Selalu menjaga kebersihan peralatan, bahan, area kerja, dan lingkungan kerja.
Melakukan perbaikan alat rusak yang masih bisa diperbaiki, membuang jarum berkarat
Rawat
agar tidak memberikan reaksi pada jarum-jarum lainnya.
Kegiatan ringkas, rapi, resik, rawat di atas rutin dilakukan sehingga menjadi kebiasaan
Rajin
hidup rajin yang positif.
Bekerja dengan budaya kerja pinsip 5-R ini akan mendatangkan banyak manfaat. Selain membuat tempat
kerja menjadi lebih teratur dan efesien, melakukan pekerjaan pun menjadi lebih mudah dan senang.
Alat jahit yang tertata dengan rapi, secara pasti dapat memudahkan proses penjahitan. Tindakan ini dapat
membuat alat jahit bertahan lebih lama dan pada akhirnya dapat membuat penjahit lebih berhemat.
1. Tidak mudah berkarat. Jarum jahit, gunting dan jarum pentul yang disimpan dalam wadah tertutup
seperti dalam kotak plastik, akan menjadi lebih awet dan tidak mudah berkarat karena lebih sedikit
terpapar udara.
2. Aman dan mudah dicari. Jarum yang tertata rapi akan memudahkan dicari saat akan dipakai pemakaian,
sekaligus menghindari terjadinya kecelakaan tertusuk jarum dari jarum yang berserakan.
3. Warna tahan lama. Warna benang yang disimpan dalam tempat tertutup, lebih bertahan lama (tidak
cepat pudar) dan tidak mudah rapuh.
8 BAB II
Sumber: Lisa Woakes - unsplash.com (24-06-2019)
Gambar 2.4 Bantalan Jarum
Sebelum memulai proses belajar menjahit dengan mesin jahit, sebaiknya kenali dahulu bagian-bagian mesin jahit
yang paling dasar. Bagian-bagian dasar ini akan selalu ada di setiap mesin jahit tipe apapun. Perhatikan gambar
dan keterangan berikut.
Keterangan:
10 BAB II
Sumber: Amelia (25-06-2019)
Gambar 2.8 Pengenalan Bagian-bagian Mesin Jahit 2
Keterangan:
a. Tiang sepatu mesin dan penahan jarum d. Sekrup penahan sepatu mesin
b. Sekrup pengikat jarum e. Sepatu mesin
c. Jarum mesin f. Gigi mesin
Sebelum mulai menjahit, pastikan mesin jahit ditempatkan di area yang mendapat pencahayaan bagus dan
dekat dengan saklar listrik. Setelah itu, barulah mulai penyetelan dan pengoperasian mesin.
a. Penyetelan Mesin
Penyetelan mesin dimulai dengan memperhatikan bagian-bagian penting dari mesin jahit, mengujinya,
dan mengatur setelannya.
Lakukan pengoperasian mesin jahit dengan langkah-langkah berurutan seperti dalam uraian berikut.
TIP
12 BAB II
2) Memasang Sepatu Mesin Jahit
Sepatu mesin jahit sangat beragam
bentuknya. Pasangkan sepatu mesin
sesuai kebutuhan penjahitan dengan cara
menempelkan bagian pengait sepatu mesin
pada tiang sepatu, kemudian kencangkan
bagian sekrup kecil yang terletak di samping
tiang sepatu mesin.
Sumber: brothersupport
@youtube (25-06-2019)
Gambar 2.13 Memasang Sepul pada Sekoci
14 BAB II
7) Menjalankan Mesin Jahit
Ambil kain yang akan dijahit kemudian letakkan
di bawah sepatu mesin. Turunkan tiang sepatu
mesin dengan tuas yang terletak di belakang
kepala mesin sehingga kain terjepit antara
sepatu mesin dan gigi mesin. Mulailah menjahit
dengan menginjak pedal listrik perlahan sambil
mengecek hasil setik jahitan.
3. Tidak berkerut.
Seperti halnya semua mesin, mesin jahit juga perlu dipelihara agar tidak mudah rusak. Cara pemeliharaan yang
bisa dilakukan agar mesin bisa selalu berfungsi baik saat akan digunakan, sebagai berikut.
Selama proses menjahit, debu dari serpihan benang dan kain yang sedang dijahit dapat terperangkap di
dalam mesin. Jika dibiarkan, serpihan kain dan benang ini bisa menumpuk dan mengganggu kelancaran
jalannya mesin kemudian mesin menjadi macet.
• Menyeka bagian badan mesin dari debu luar dan serpihan benang langsung setiap selesai menjahit,
dengan lap kering.
• Menyapu bagian sekoci, rumah sekoci di bawah mesin dan bagian kepala mesin dari debu dan serpihan
benang dengan kuas kecil.
Penyetelan tegangan benang yang baik, sangat diperlukan untuk menjaga posisi bagian mesin tetap pada
tempatnya dan tidak mengganggu bagian mesin lainnya. Lakukan penyetelan sebelum mulai menjahit dan
cek ulang jika terjadi perubahan setelah saat menjahit.
Mesin yang dilumasi dengan baik, bisa berjalan lebih mulus, bersuara lebih halus, dan lebih tahan karat
dibandingkan dengan yang tidak dilumasi.
TIP
Sumber: designmycostume.com
(07-02-2019)
Gambar 2.17 Tips Meminyaki
Mesin Jahit
Setelah selesai digunakan, cabut sambungan listrik dari mesin, gulung kabel dinamo, bersihkan sisa-sisa
benang, tutup dengan sarungnya dan tempatkan di tempat yang kering dan tidak mudah terjatuh.
16 BAB II
3. Perbaikan Mesin Jahit
Demi kelancarkan proses menjahit, setiap orang yang menjahit dituntut memiliki kemampuan untuk mengatasi
beragam masalah sederhana yang sering terjadi saat menjahit. Tanpa kemampuan ini proses menjahit akan
menjadi sangat tersendat dan kurang mendapatkan hasil yang memuaskan.
Berikut beberapa saran solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah sederhana yang sering terjadi
saat proses penjahitan. Untuk memudahkan, ingat tips penting berikut!
TIP
“Jika masalah terjadi di bagian atas hasil jahitan, lakukan perbaikan pada bagian bawah mesin.
Demikian berlaku sebaliknya.”
Penyebab Solusi
Kurangnya minyak pelumas pada mesin jahit Berikan minyak pelumas pada throat
atau adanya benang sisa yang menyangkut plate (penutup gigi) dengan pelumas yang
pada mesin atau gigi mesin. berkualitas baik. Bersihkan juga mesin dari
sisa benang yang tertinggal di dalam mesin
dengan kuas atau sikat.
Penyebab Solusi
a. Memasang jarum tidak tepat pada a. Cek pemasangan jarum, pastikan kepala
tempatnya. jarum tidak terbalik dan jarum sudah
sesuai mesin.
b. Benang terlalu kasar atau terlalu halus
yang tidak sesuai dengan jenis kain yang b. Sesuaikan nomor benang dengan nomor
digunakan. jarum yang akan digunakan. Makin tebal
bahan, makin besar nomor jarum.
c. Tegangan benang tidak sesuai dengan
ketebalan bahan. c. Setel kembali rumah sekoci dan
kendurkan tegangan mesin atas. Cek
d. Setelah selesai menjahit, benang dipotong angka tegangan mesin. Makin tebal bahan,
terlalu pendek. makin rendah tegangannya.
Penyebab Solusi
a. Banyak debu atau sisa benang tersangkut a. Bersihlkan mesin dari sisa benang atau
pada mesin bagian bawah. debu dengan kuas.
b. Gulungan benang pada spul/kumparan b. Gulung benang pada spul dengan rapi dan
tidak rapi, mudah tersangkut. padat.
c. Tegangan benang pada sekoci terlalu c. Kurangi ketegangan benang dan sesuaikan
tinggi. dengan tegangan benang atas.
Penyebab Solusi
Penyebab Solusi
a. Benang atas belum melewati bagian a. Pasang benang sesuai alur pada mesin.
pengatur tegangan pada mesin. Bagian tegangan mesin berada di bagian
kepala mesin.
b. Setelan pegas pengatur tegangan pada
rumah sekoci terlalu besar atau kendur. b. Kencangkan pegas rumah sekoci dengan
obeng kemudian sesuaikan tegangan
c. Ukuran jarum tidak sesuai dengan jenis benang atas dengan benang bawah.
kain.
c. Ganti jarum dengan ukuran yang sesuai.
18 BAB II
RANGKUMAN
1. Persiapan yang dilakukan dan pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum mulai menjahit adalah
sebagai berikut.
- Menyiapkan tempat kerja yaitu tempat kerja yang nyaman, Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
dan kerapian area dan alat kerja.
- Menyiapkan mesin jahit yaitu penyetelan dan pengoperasian mesin jahit, pemeliharaan mesin
jahit, dan perbaikan masalah sederhana pada mesin jahit.
2. Dengan kelengkapan perabot yang ergonomis, seseorang bisa melakukan kerja dalam waktu lama
dengan rasa nyaman.
3. Dalam jangka panjang, kesehatan mata orang yang menjahit sangat ditentukan oleh pencahayaan
yang baik saat proses penjahitan.
4. Tempat kerja dan alat kerja yang tersusun rapi, membuat kerja menjadi lebih efektif dan efisien
karena posisi alat yang tertata dan mudah dijangkau.
5. Prinsip yang menitikberatkan pentingnya penataan dan kebersihan tempat kerja, diadopsi dari
prinsip 5-S di Jepang. Di Indonesia prinsip ini dikenal dengan nama 5-R yaitu ringkas, rapi, resik,
rawat, dan rajin.
6. Penyetelan mesin dilakukan kali pertama dengan melakukan pengecekan fungsi dan penyetelan
pengaturan mesin. Setelah selesai, proses pengoperasian mesin kemudian dapat dilakukan dengan
memasang alat pelengkap menjahit seperti benang, jarum, sepul, dan sekoci ke mesin yang akan
digunakan.
7. Melakukan pemeliharaan mesin dengan baik dapat dilakukan dengan cara membersihkan debu
dan sisa benang, memastikan penyetelan mesin yang baik, meminyaki mesin dengan teratur, dan
menyimpan alat dengan baik.
8. Seseorang yang melakukan penjahitan dengan mesin, sebaiknya menguasai cara untuk mengatasi
masalah sederhana yang sering terjadi pada mesin jahitnya.
EVALUASI
4. Hal apa saja yang perlu diketahui dalam pengoperasian mesin jahit?
20 BAB III
BAB III
TEKSTIL
UNTUK
BUSANA
P
ersiapkan kain sebelum menjahit. Kain seperti
apa yang akan digunakan? Apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan
pemakaiannya? Sebelum memutuskannya, seorang
pemula sebaiknya mempelajari pembahasan tekstil.
Pada dasarnya sehelai tekstil disusun dari serat. Ada tiga macam serat yang umum digunakan, yaitu serat alam,
serat buatan (sintetis), dan serat galian. Dengan bahan dasar serat ini tekstil kemudian dikembangkan menjadi
jenis-jenis kain yang sangat bervariasi.
22 BAB III
1. Serat Alam
Serat alam adalah serat yang berasal dari tumbuhan atau hewan. Setelah dijadikan kain, serat yang berasal dari
tumbuhan dikenal dengan nama kain katun (serat kapas), linen, dan rayon. Serat lainnya seperti serat nanas,
serat pisang, atau serat eceng gondok, dijadikan kain atau tekstil yang digunakan untuk produk kerajinan atau
aksesori. Sementara untuk kain yang berasal dari serat hewan, kita kenal dengan nama kain Wol (serat biri-biri)
dan sutra (serat dari ulat).
2. Serat Buatan
Jenis tekstil yang berasal dari serat ini adalah jenis yang paling mudah ditemukan. Namun untuk menggunakan
jenis tekstil ini pada busana, cermati dahulu sifat dari kain tersebut karena masing-masing kain memiliki sifat
yang berbeda-beda.
3. Serat Galian
Serat asbes dan serat logam termasuk dalam serat yang berasal dari serat galian. Sesuai dengan industri, serat
galian diperoleh dari penggalian di lapisan bumi. Khusus tekstil, serat galian yang digunakan adalah serat
logam. Serat jenis ini memiliki permukaan yang mengilap dan berwarna emas atau perak. Banyak ditemukan
pada tenunan songket di Indonesia seperti songket Silungkang, Pandai Sikek, Kubang, Palembang, Kalimantan,
dan Jambi.
Karena busana akan melekat dengan tubuh seseorang, tekstil yang digunakan tidak bisa sembarang pilih. Berikut
adalah kriteria pemilihan kain yang akan digunakan pada busana.
1) Luwes
Kain bisa dibentuk dan mengikuti bentuk badan manusia.
2) Menyerap keringat
Berasal dari serat alam atau serat buatan yang telah diproses khusus.
3) Permukaan halus
Karena kain akan berhubungan langsung dengan kulit, permukaan kain haruslah halus, tidak menyakiti kulit
atau terasa gatal di kulit.
4) Ringan
Kain yang terlalu berat akan membuat busana tidak nyaman digunakan.
Selalu ada yang baru. Keragaman tekstil di dunia industri, terus berkembang dan terinovasi. Kemajuan teknologi
saat ini memang mengagumkan. Bagaimana tidak? Keragaman tekstil begitu banyak seakan tak terbatas. Begitu
banyaknya, seorang awam tidak dapat dengan mudah menyebutkan jenis bahan, tanpa pengalaman.
Tidak perlu khawatir, walaupun banyak ragamnya, selalu ada jenis-jenis kain yang sangat sering digunakan
dalam busana karena kenyamanan dan ketersediaannya di pasaran. Berikut adalah penjelasan nama, sifat, dan
penggunaan kain yang perlu diketahui.
Sifat Penggunaan
d) Mudah kusut.
24 BAB III
Katun Linen
Sifat Penggunaan
a) Seratnya kaku karena campuran serat Digunakan pada busana berdesain simpel dan
katun dan rami. lenan rumah tangga.
Sifat Penggunaan
a) Memiliki permukaan lebih lembut dari Bisa digunakan untuk beragam busana
katun sehingga sangat nyaman digunakan. kasual, terutama baju rumahan (daster), kain
pantai, dan mukena.
b) Sangat menyerap keringat (hidroskopis).
26 BAB III
Wol (Wool)
Sifat Penggunaan
Sifat Penggunaan
a) Permukaan halus, licin, dan mengilap. Paling umum pada busana wanita untuk pesta
atau harian dan scarf/ selendang.
b) Tidak tembus pandang.
28 BAB III
Sutra Sifon (Chiffon Silk)
Sifat Penggunaan
a) Permukaan halus tapi tidak mengilap. Banyak digunakan sebagai selendang, scarf,
hijab, dan busana pesta wanita.
b) Tipis dan tembus pandang.
Sifat Penggunaan
30 BAB III
Lame
Sifat Penggunaan
Sifat Penggunaan
a) Permukaan mengilap pada bagian motif Banyak digunakan sebagai busana pesta
menggunakan benang emas/perak. wanita terutama acara formal yang
mengusung tema nasional.
b) Teksturnya kasar.
32 BAB III
Poliester
Sifat Penggunaan
a) Terbuat dari 100% serat kimia sintetis. Digunakan untuk semua jenis busana.
Sifat Penggunaan
34 BAB III
Tulle
Sifat Penggunaan
Sifat Penggunaan
36 BAB III
Organdi & Organza
Sifat Penggunaan
a) Kain serupa sifon yang ringan, transparan. Banyak digunakan sebagai selendang, scarf,
hijab, busana pesta, dan busana pengantin.
b) Lebih kaku dari sifon.
Sifat Penggunaan
a) Tekstur lembutnya didapat dari bulu-bulu Paling umum digunakan sebagai busana
halus pendek di seluruh permukaan kain. panggung, busana pesta, dan busana
pengantin.
b) Kurang menyerap keringat.
38 BAB III
Flanel
Sifat Penggunaan
a) Mempunyai ciri khas motif kotak-kotak. Paling umum digunakan sebagai kemeja dan
selimut.
b) Permukaan kain berbulu.
Sifat Penggunaan
40 BAB III
Jersey
Sifat Penggunaan
a) Menggunakan teknik rajut bukan tenunan. Kain Jersey polos banyak digunakan sebagai
busana harian, sementara jersey yang berpori
b) Dapat meregang (stretch). dan berteknologi dry-fit sering digunakan
c) Permukaan licin, halus dengan varian sebagai busana olahraga.
polos atau berpori-pori.
Sifat Penggunaan
a) Kain ringan dengan permukaan licin dan Banyak digunakan sebagai busana dalaman
halus. seperti korset, kaos manset, celana legging,
dan busana olahraga.
b) Mengilap ringan secara keseluruhan
namun ada bagian lebih mengilap seperti
glitter.
42 BAB III
RANGKUMAN
1. Tekstil adalah sebutan untuk semua kain yang digunakan dalam kehidupan manusia. Penggunaannya
mulai dari busana, perlengkapan rumah tangga hingga produk kerajinan.
2. Istilah kain dan bahan digunakan bergantian dalam keseharian, terutama yang berhubungan dengan
busana.
3. Syarat penggunaan tekstil dalam busana, yaitu luwes, menyerap keringat, permukaan halus, dan
ringan.
4. Dibedakan dari serat pembentuknya, jenis serat tekstil ada 3 yaitu serat alam, serat buatan, dan
serat galian. Dari serat-serat ini dibentuklah beragam varian kain.
5. Mengenal sifat setiap kain akan memudahkan pembuat busana memilih dan memutuskan kain apa
yang akan digunakan. Kain berikut merupakan jenis yang paling umum digunakan dalam membuat
busana, yaitu katun (katun, linen, dan rayon), wol, sutra (sutra satin, sutra sifon, raw silk), lame dan
songket, poliester, brokat, tulle, sifon, organdi, beludru, flanel, drill, jersey, dan lycra.
EVALUASI
44 BAB IV
BAB IV
TEKNIK
MENJAHIT
BUSANA
P
roses menjahit busana akan melalui dua
tahap, yaitu proses menjahit dengan mesin
dan menjahit dengan alat jahit tangan. Dua
tahapan ini perlu dilakukan karena tiap penjahitan
bagian busana memerlukan teknik yang berbeda.
Sebelum ditemukan mesin jahit, manusia menjahit dengan alat jahit tangan. Saat itu, beragam jenis teknik menjalin
benang sangat perlu dikuasai agar proses penjahitan busana bisa terselesaikan dengan baik. Setelah mesin jahit
ditemukan dan fungsinya terus berkembang, kini para peminat keterampilan menjahit hanya perlu menguasai 8
(delapan) teknik dasar menjalin benang yang dikenal dengan istilah “tusuk dasar”.
Pernahkah Anda menjelujur? Jawabannya kemungkinan besar pernah. Keterampilan menjelujur merupakan
keterampilan jahit yang paling mudah, paling banyak dikenal dan menjadi keterampilan dasar wajib dalam
hidup keseharian.
Tanpa disadari, seorang yang menjelujur artinya ia menjahit dengan menggunakan tusuk dasar jelujur. Menjahit
dengan tusuk jelujur memang sudah mencukupi bagi masyarakat secara umum. Namun, bagi peserta didik
keterampilan Tata Busana, tentunya belum cukup. Masih ada tusuk tikam jejak, flanel, feston, batang, rantai,
silang, dan balut yang perlu di kuasai.
Berikut penjelasan ragam tusuk dasar yang perlu dipelajari dan dipraktikkan peserta didik, sebagai bekal awal
mempelajari teknik menjahit busana.
a. Tusuk Jelujur
Menjahit dengan tusuk jelujur merupakan cara menjahit paling mudah yang dapat dilakukan bagi pemula.
Dalam proses penjahitan busana, tusuk jelujur banyak digunakan sebagai jahitan sementara untuk menyatukan
dua bagian bahan yang akan dijahit mesin.
Dengan mengaplikakan tusuk jelujur, penjahitan yang menggunakan bahan halus, licin atau tembus terang
menjadi lebih mudah dan tidak mudah bergeser dari tanda pola saat dijahit dengan mesin jahit.
Cara Menjahit
Tusuk jelujur dikerjakan dari arah kanan ke kiri. Caranya dengan menusukkan jarum ke arah bawah kain,
kemudian ujung jarum langsung dikeluarkan lagi ke arah bagian atas kain. Berikan jarak yang sama pada
setiap tusukan agar hasil jahitan terlihat seperti garis putus-putus.
46 BAB IV
b. Tusuk Tikam Jejak
Tusuk tikam jejak merupakan tusuk yang paling sesuai digunakan untuk menggantikan setikan jahitan yang
dihasilkan oleh mesin jahit. Hal ini disebabkan karena tusuk tikam jejak mempunyai jahitan rangkap dan
rapat sehingga memiliki daya kait yang kuat seperti halnya setikan pada mesin jahit.
Bila dilihat dari arah atas kain, tusuk tikam jejak berbentuk seperti setikan yang menggunakan jahitan
mesin. Namun, bila dilihat dari bagian bawah kain, bentuknya seperti jahitan rangkap dan jarak tusukan
bagian bawahnya dua kali lebih panjang dari tusukan bagian atas.
Cara Menjahit
Menjahit tusuk tikam jejak dilakukan pertama kali dengan menusukkan jarum dari arah bawah kain. Mulailah
memasukkan jarum ke arah kanan dengan memberi jarak sekitar 0,3 cm sambil langsung mengarahkan
ujung jarum naik kembali ke atas kain dengan memberikan jarak sekitar 0,6 cm (dua kali jarak setikan atas).
Lakukan berulang dari kanan ke kiri sehingga membentuk hasil setikan yang rapat dan teratur layaknya
setikan mesin jahit.
c. Tusuk Flanel
Tusuk flanel bisa digolongkan sebagai tusuk dasar yang istimewa. Penggunaannya dapat memberi kesan
eksklusif pada hasil penjahitan karena menjadi standar pengerjaan adi busana, dan secara langsung
memastikan bahwa jahitan tersebut merupakan custom made (dibuat untuk perorangan).
Tusuk flanel paling sering digunakan sebagai jahitan som untuk penyelesaian kelim dan sebagai tusuk hias
pada sulaman.
Cara Menjahit
Penjahitan tusuk flanel dilakukan dari kiri ke kanan. Sebelum memulai, pastikan bagian pinggir kelim telah
dilipat/ diobras (tidak bertiras) dan perhatikan bahwa bentuk jahitan tusuk flanel terdiri atas dua baris.
Jahitan pada baris atas disematkan hingga tembus ke bagian baik kain. Sementara baris bawah hanya
disematkan pada lipatan kelim.
Mulailah membuat tusuk flanel dengan memasukkan jarum di baris atas sebagai titik awal. Kemudian
bentuk garis diagonal dengan memasukkan jarum ke kanan di baris bawah, beri jarak sekitar 0,75 cm sambil
langsung mengarahkan ujung jarum kembali naik ke atas kain dengan memberi jarak sekitar 0,2 cm.
Dari titik tersebut ulangi membuat garis diagonal menuju baris atas hingga terbentuk dua garis diagonal
yang saling menyilang di ujungnya.
d. Tusuk Feston
Tusuk feston merupakan tusuk yang paling efektif digunakan untuk penyelesaian tiras kain. Bentuknya
seperti pagar, menahan tiras kain agar tidak mudah terurai. Keistimewaan ini juga yang membuatnya dapat
digunakan sebagai jahitan pembentuk lubang kancing dan jahitan penahan tiras di bagian kerung lengan.
Selain itu, tusuk feston juga berfungsi sebagai tusuk hias pada busana. Pakaian bayi bisa menjadi contoh
yang mudah ditemui. Dengan kombinasi warna yang serasi dari benang hiasnya, pinggiran pakaian bayi
menjadi lebih indah dan bervariasi.
Cara Menjahit
Membuat tusuk feston dimulai dengan menusukkan jarum dari permukaan kain yang buruk, tarik ke bagian
baik kain. Arahkan benang melingkar ke kanan kemudian tusukkan jarum pada titik di bawah titik awal dan
keluarkan jarum sejajar titik awal jahitan. Pastikan benang dari titik awal berada di bagian bawah jarum.
48 BAB IV
e. Tusuk Balut
Tusuk balut termasuk jenis tusuk dasar yang sederhana. Sesuai namanya, tusuk balut berfungsi untuk
membalut pinggir kain.
Penggunaannya sangat luas, namun yang paling sering digunakan adalah untuk mengesom bagian kelim,
memasang kancing jepret dan kancing kait, serta memasang aplikasi hiasan busana.
Cara Menjahit
Menjahit tusuk balut dapat dikerjakan dari arah kiri ke kanan atau sebaliknya. Masukkan jarum dari arah
bawah kain berjarak 0,5 cm dari pinggiran kain. Arahkan benang membalut pinggiran kain dengan cara
mengarahkan ujung jarum ke permukaan kain kembali tepat di samping titik awal.
f. Tusuk Batang
Walaupun penggunaannya lebih sering digunakan sebagai tusuk hiasan pada busana, tusuk batang dapat
menjadi alternatif untuk membuat jahitan lurus.
Cara Menjahit
Tusuk batang dijahit dengan langkah mundur, dari atas ke bawah. Arahkan tusukan pertama jarum dari
bawah ke atas kain, kemudian dengan jarak sekitar ± 0,5 cm ke bawah, jarum ditusukkan ke bawah dan
dikeluarkan ke titik pertama jarum ditusukkan. Lakukan seterusnya hingga menyerupai batang lurus dengan
setik rangkap.
Cara Menjahit
Pengerjaan tusuk rantai dilakukan dengan langkah maju, dengan memasukkan jarum dari bawah ke atas.
Pertama, jarum dimasukkan dari bawah ke atas, kemudian lingkarkan sisa benang ke atas, dari kiri ke kanan.
Selanjutnya tusukkan kembali jarum pada titik awal dan langsung arahkan ke titik berikutnya di bagian atas
titik awal.
h. Tusuk Silang
Tusuk silang lebih banyak digunakan sebagai tusuk hias. Deretan silang kecil bergambar indah di atas kain
strimin, merupakan contoh paling dikenal dari hiasan dengan tusuk silang.
Cara Menjahit
Teknik pengerjaan tusuk silang dilakukan dari arah kiri ke kanan. Mulailah dengan membuat tusukan
awal dititik kanan atas silang kemudian arahkan jarum ke kanan bawah sekitar 0,5 cm sambil langsung
mengarahkan jarum tegak lurus ke arah atas sejajar titik awal. Langkah tersebut secara otomatis akan
terbentuk satu silang. Lanjutkan mengerjakan seperti ini hingga ke garis akhir gambar, kemudian buatlah
silang dengan arah sebaliknya.
50 BAB IV
2. Penyelesaian Bagian Kelim
Kelim atau pinggiran bawah busana, bisa diselesaikan dengan beberapa teknik yang bervariasi, dengan lebar
kelim yang juga bervariasi mulai dari 1 cm hingga 5 cm.
Supaya hasil yang didapatkan lebih indah dan bagus, penyelesaian kelim kebanyakan dikerjakan dengan tangan.
Berikut ini adalah beberapa jenis kelim yang biasa digunakan dalam penjahitan busana.
Cara Menjahit
b. Kelim Sumsang
Penyelesaian kelim sumsang ini biasa digunakan untuk bahan yang tebal, rok, blus, dan ujung lengan.
Pembuatan kelim sumsang hampir sama dengan kelim biasa, namun karena teknik pengerjaannya dua
kali semat, teknik kelim sumsang menjadi lebih kuat, tidak mudah lepas.
Cara Menjahit
1. Kaitkan satu serat benang hingga tembus ke bagian depan kain.
2. Ulang kembali memasukkan jarum melalui satu serat benang, di titik yang sama namun serat bahan
yang berbeda.
3. Arahkan jarum ke kiri sambil disembunyikan di balik kelim, kemudian kembali kaitkan benang satu serat
tembus ke depan kain.
Cara Menjahit
Sama seperti mengerjakan tusuk flannel,
dikerjakan dari kiri ke kanan. Hanya saja pada
jahitan tusuk di baris atas, sematan jahitan
Sumber : Diah Purwitasari (12/07/2019)
dibuat tembus sebanyak satu sampai dua serat.
Gambar 4.11 Kelim Tusuk Flannel
d. Kelim Rompok
Kelim ini disebut juga kelim bungkus. Banyak digunakan pada gaun pesta dan baju adi busana atau houte
couture.
Cara Menjahit
1. Siapkan kain serong 45 derajat sepanjang
area kelim. Sambung kain serong dengan
tepi kelim.
2. Lipat kain serong hingga membungkus tepi
kelim.
3. Som tepi lipatan kain serong agar terkait
dengan bahan utama. Lakukan dari kanan
ke kiri.
e. Kelim Palsu
Kelim ini biasa digunakan apabila panjang
bahan tidak mencukupi hingga batas kelim.
Cara Menjahit
1. Siapkan kain tambahan kemudian jahit
sambung di pinggiran kain.
2. Balik sambungan ke arah dalam pakaian
sehingga terjadi garis kelim baru.
3. Lipat bagian tepi kain sambungan.
4. Jahit som seperti biasa dari kanan ke kiri.
52 BAB IV
3. Pemasangan Kancing
Kancing berfungsi untuk menyatukan bukaan busana sekaligus untuk hiasan pada busana. Karena nilai estetiknya
ini, bentuk dan model kancing sangat bervariasi. Ada kancing berlubang dua, kancing berlubang empat, kancing
bertangkai, kancing hias, kancing jepret, dan kancing kait.
Posisi pemasangan kancing pada busana dengan bukaan depan, hendaklah tepat digaris tengah muka. Oleh
karena itu, untuk tepi bukaan busana perlu dilebihkan lebarnya atau diberi lidah sebesar 2 atau 1,5 cm.
b. Kancing Bertangkai
Memasang kancing bertangkai yaitu dengan membuat tusuk pada tanda tempat kancing, kemudian membuat
empat sampai lima tusukan, dan terakhir berikan tusukan penguat.
d. Kancing Kait
Kancing kait digunakan sebagai penahan bukaan busana agar dapat tertutup tanpa terlihat dari arah luar
busana. Kancing jenis ini terdiri atas dua bagian, yaitu kaitan dan matanya. Bagian kaitannya akan selalu
digunakan, tetapi bagian mata atau penahannya, bisa digantikan dengan membuatkan lubang kait yang
dibentuk dari tusuk feston. Pemasang kancing kait ini dapat diselesaikan dengan tusuk feston atau tusuk
balut.
54 BAB IV
B MENJAHIT DENGAN MESIN
Setelah mempelajari dan menguasai teknik menjahit dengan alat jahit tangan, peserta didik dapat melanjutkan
pembelajaran tata busananya dengan memahami dan dan mempraktikkan beragam teknik menjahit menggunakan
mesin.
Bagian busana mana saja yang dijahit dengan mesin? Bagaimana cara mengerjakannya? Berikut ini adalah
pengetahuan yang dapat dijadikan panduan agar peserta didik lebih mudah menguasai teknik-teknik dasar
menjahit dalam pembuatan busana.
1. Menjahit Kampuh
Saat proses pemotongan bahan, ada kelebihan bahan yang sengaja dilebihkan beberapa centimeter dari tanda
pola. Kelebihan bahan tersebut disebut kampuh. Dalam dunia menjahit, kampuh adalah jarak antara garis pola/
jahitan dengan tepi potongan kain. Lebar kampuh tidak selalu sama, dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Terdapat beberapa macam jenis kampuh yang sering dipakai dalam proses pembuatan busana. Simak penjelasan
berikut.
a. Kampuh Terbuka
Kampuh terbuka merupakan kampuh yang sisa sambungannya dibiarkan terbuka dan tiras kainnya
diselesaikan tersendiri. Di antara penyelesaian tiras yang biasa dilakukan untuk kampuh terbuka adalah
penyelesaian dengan setik mesin, tusuk balut, obras, atau dengan kain serong (rompok).
Kampuh terbuka banyak digunakan dan paling sesuai diterapkan pada bagian busana yang lurus, seperti
sisi badan, bahu, sisi lengan, sisi rok, dan sisi celana.
Tahapan Menjahit
1. Satukan dua lembar kain dengan kondisi bagian baik kain saling bertemu.
2. Jahit tepat pada garis tanda pola dengan memastikan lebar kampuh sama besar berukuran 1,5 - 2 cm.
Keterangan Gambar: Bagian berwarna biru adalah bagian baik kain (bagian luar busana)
Tahapan Menjahit
1. Dua bagian buruk kain disatukan saling
berhadapan, kemudian jahit mesin sekitar
0,5 cm dari tepi kain.
2. Balik kampuh sehingga menghadap ke
bagian baik kain dengan posisi pinggir tiras
masuk ke dalam.
3. Jahit kembali kampuh tepat di garis pola
sehingga menutup jahitan pertama yang
bertiras. Hasil akhir lebar kampuh berkisar Sumber: Diah Purwitasari (12/07/2019)
antara 0,75 – 1 cm. Gambar 4.20 Kampuh Balik
c. Kampuh Pipih
Kampuh pipih adalah kampuh yang pada satu
sisi mempunyai dua setikan dan sisi baliknya
memiliki satu setikan. Kampuh ini menutup tiras
kain dengan sempurna sehinga dapat dipakai
bolak balik, di bagian baik atau buruk kain.
Kampuh ini biasa digunakan untuk menjahit
kain sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi,
dan lain-lain.
Tahapan Menjahit
1. Satukan bahan dengan posisi bagian baik
kain saling berhadapan.
2. Jahit kain tepat 1 cm dari tepi kain sehingga
hasilnya seperti kampuh terbuka.
3. Pipihkan kampuh ke satu arah pada bagian
baik kain dengan alat setrika.
4. Gunting/ tipiskan salah satu sisi kampuh
hingga sebesar 3 mm.
5. Lipat bagian kampuh yang berukuran lebih
sehingga menutupi kampuh yang lebih kecil
(ditipiskan).
6. Jahit dengan mesin lipatan kampuh sehingga
terbentuk kampuh sebesar 0,5 cm.
56 BAB IV
d. Kampuh Perancis
Kampuh Perancis adalah kampuh yang istimewa. Selain karena dapat menutup tiras dengan sempurna,
kampuh ini paling sering digunakan untuk menyelesaikan tiras pada bahan tipis.
Tahapan Menjahit
1. Satukan dua lembar kain dengan posisi bagian baik saling berhadapan. Pastikan lebar kampuh di satu
sisi berukuran dua kali lebih lebar dari lebar kampuh di sebelahnya.
2. Lipat kampuh yang lebih lebar ke arah garis pola sehingga membungkus sisi kampuh sebelahnya.
3. Jahit tepat pada garis pola sehingga kampuh memiliki besar sekitar 0,6 mm.
e. Kampuh Sarung
Kampuh sarung memiliki penampakan setikan yang sama pada kedua sisinya. Kampuh sarung ini sangat
berguna untuk menjahit kain dalam motif kotak-kotak karena dapat memberikan kesempatan untuk
menyamakan garis pada motif pada saat penjahitannya.
Tahapan Menjahit
1. Lipat kecil tepi kain, kemudian tempelkan ke bagian yang akan disatukan sambil mencocokkan motifnya.
Sematkan dan jahit tepat di tepi kain yang dilipat.
2. Balik kain, kemudian lakukan hal yang sama dengan memberi jarak 0,5 cm sepanjang garis kain. Hasil
kampuh akan sama pada bagian baik dan buruk kain.
Tahapan Menjahit
1. Satukan dua bagian kain yang akan dijahit dengan posisi bagian baik saling berhadapan.
2. Jahit tepat pada garis pola sehingga menyerupai bentuk kampuh terbuka.
3. Selesaikan tiras kain dengan melipat tepi kain ke arah dalam kampuh, kemudian som seluruh pertemuan
lipatan tersebut. Hasilnya, kampuh berukuran lebar 0,5 cm.
Setelah melalui proses pemolaan dan pemotongan, busana yang akan dijahit hanyalah berupa potongan kain
dari bagian-bagian busana yang belum dapat dipakai. Seperti bagian badan depan, badan belakang, bagian
lengan, bagian pipa celana, atau bagian pinggang.
Teknik penjahitan yang paling sesuai untuk menyatukan potongan kain tersebut adalah dengan menjahitnya
dengan mesin. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah rincian dari bagian busana yang dijahit dengan mesin.
Bagian yang dijahit seperti ini biasanya terdapat pada sisi blus, sisi lengan, sisi celana, sisi rok dan bagian
lurus lainnya seperti bagian depan busana dan bagian kupnat.
b. Pemasangan Lengan
Dalam penjahitan busana, ada tiga bentuk lengan yang dikerjakan dengan teknik pemasangan yang berbeda,
yaitu lengan dengan kerung lengan, lengan raglan, dan lengan setali.
58 BAB IV
Lengan dengan Kerung Lengan Lengan Raglan
Bentuk lengan ini mempunyai garis desain yang Lengan raglan merupakan jenis lengan yang
melingkari pangkal lengan. Bentuknya beragam, tidak mempunyai lingkar kerung lengan, tetapi
di antaranya ada lengan licin, lengan kop, dan mempunyai garis serong dari leher sampai
lengan poff. ketiak (sisi badan) pada bagian muka maupun
bagian belakang busana.
Lengan Setali
Lengan setali tidak mempunyai lingkar kerung
lengan. Panjang lengannya didapat dari
perpanjangan pola bahu yang menyatu dengan
badan.
Kerah rebah dibentuk menempel pada Kerah ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
busana. Kerah ini disebut juga kerah bayi board sebagai penegak kerah dan bagian
karena banyak dipakai untuk busana bayi kelepak kerah yang berada di lipatan luar
dan anak-anak. kerah.
Kerah setali (shawl collar) memiliki bentuk Kerah ini terdiri atas dua bagian, yaitu
yang melengkung di tepi luar dan lurus di bagian kelepak kerah yang didapat dari
tepi dalamnya dengan pola yang dibentuk tambahan pola, dan bagian lipatan kecil
mengikuti pola badan bagian depan. yang menyambung dengan bagian badan
pada tengah muka.
60 BAB IV
d. Pembuatan Belahan Busana
Satu lagi bagian busana yang dijahit dengan
mesin adalah belahan busana. Belahan busana
adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi
untuk memudahkan membuka dan menutup
pakaian. Bagian itu juga berfungsi untuk hiasan
atau variasi pada pakaian karena pada belahan
nantinya akan dilengkapi dengan kancing/
penutup belahan.
Belahan Langsung
Belahan langsung adalah belahan dan lapisan
belahan dibuat sejalan dengan pola bagian
badan. Pola belahan ini umumnya dipakai untuk
blus, kemeja, gaun di tengah muka, atau di Sumber: voguepattern.mccall.com (06/07/2019)
tengah belakang. Gambar 4.34 Belahan Langsung
Belahan Berlapis
Belahan berlapis adalah belahan yang dilapisi dengan kain. Dalam kondisi ditegakkan, belahan ini terlihat
tertutup dan hanya seperti garis lipatan saja. Hal ini disebabkan karena di belakang garis potongan belahan,
ada lapisan kain yang berfungsi sebagai lidah atau perpanjangan kain. Belahan berlapis ini ada banyak
macamnya, di antaranya belahan satu lajur, belahan dua lajur, belahan kumai serong, dan belahan yang
dilapis menurut bentuk.
Pemasangan tutup tarik pada busana dilakukan dengan jahitan mesin. Setiap pemasangan tutup tarik
akan memerlukan alat utama, yaitu sepatu mesin khusus dan belahan busana khusus. Belahan ini pada
umumnya dipakai pada bagian tengah belakang rok, gaun, baju kurung, celana, dan sebagainya.
Jika dilihat dari teknik pemasangannya, tutup tarik bisa dibedakan menjadi beberapa jenis berikut.
62 BAB IV
Tutup Tarik Tersembunyi
Tutup tarik/ ritsleting sembunyi, disebut juga dengan nama ritsleting jepang. Dengan tutup tarik ini, sambungan
kain terlihat rapi, hanya terlihat garis lurus dan tidak terlihat menggunakan tutup tarik. Pemasangannya
dilakukan dari bagian dalam busana dan tidak ada tindasan jahitan di bagian baik kain.
Pemasangan rumah kancing untuk busana wanita akan berbeda dengan busana pria. Pada busana wanita,
rumah kancing dijahitkan di sebelah kanan dan pemasangan kancingnya terletak di sebelah kiri. Adapun
untuk pria adalah kebalikannya.
64 BAB IV
g. Pembuatan Depun, Serip, dan Rompok
Penyelesaian tepi pakaian adalah salah satu
bagian dari proses menjahit yang bertujuan
untuk mendapatkan hasil akhir busana
yang indah, rapi, dan berkualitas. Beberapa
penyelesaian tepi pakaian untuk bagian kerung
leher dan kerung lengan, dikenal dengan istilah
depun, serip, dan rompok.
Depun
Depun adalah lapisan sesuai bentuk yang
letaknya di dalam pakaian (bagian buruk kain).
Proses penjahitannya dimulai dengan membuat
lapisan sesuai garis pola bagian leher, kemudian
dijahit dari bagian luar (bagian baik kain), lalu
dilipat ke bagian dalam pakaian. Penyelesaian
akhir dilakukan dengan disom.
Serip
Serip adalah lapisan menurut bentuk menggunakan kain serong yang hasil lapisannya menghadap keluar.
Proses penjahitannya dimulai dengan membuat lapisan dari bahan serong, dijahit dari bagian dalam,
kemudian dibalik ke arah luar dan disom.
RANGKUMAN
1. Saat menjahit, seseorang secara pasti akan melakukan dua tahapan menjahit, yaitu tahap menjahit
dengan mesin dan tahap menjahit dengan tangan.
2. Tahapan menjahit dengan tangan dilakukan untuk menyelesaikan bagian busana yang telah dijahit
dengan mesin. Bagian-bagian tersebut antara lain tepi kain (kelim), som depun pada leher, dan
kancing.
3. Jenis tusuk dasar yang diperkenalkan dalam pengetahuan dan keterampilan menjahit dengan
tangan yaitu
a. tusuk jelujur;
c. tusuk flannel;
d. tusuk festoon;
e. tusuk balut;
f. tusuk batang;
h. tusuk silang.
4. Menjahit dengan mesin dilakukan pada bagian potongan-potongan busana yang kemudian disambung
menjadi satu seperti menyambung bagian bahu depan dengan bahu belakang, sisi depan dengan
sisi belakang, menyambung lengan ke badan, menyambung garis hias, menjahit belahan busana,
memasang tutup tarik, dan menjahit rumah kancing.
5. Dalam menjahit dengan mesin, ada istilah kampuh yaitu bagian kelebihan yang disisakan di sisi
kain yang akan dijahit.
66 BAB IV
6. Ada beberapa kampuh yang banyak digunakan dalam menjahit, yaitu
a. kampuh terbuka;
b. kampuh balik;
c. kampuh perancis;
d. kampuh pipih;
f. kampuh kostum.
EVALUASI
1. Saat memasang kancing kait dan kancing hak, jenis tusuk apa yang sebaiknya digunakan?
2. Saat menjahit kain bermotif kotak kotak besar, kampuh apa yang paling sesuai digunakan?
3. Penyelesaian apa yang bisa digunakan untuk mengatasi tiras kain pada kampuh terbuka?
4. Bagian apa sajakah dari busana yang diselesaikan dengan jahitan mesin?
68 BAB V
BAB V
PENYETRIKAAN
(PRESSING)
P
roduk berkualitas tinggi dibentuk melalui proses
yang dilakukan dengan baik dan seksama. Dalam
dunia tata busana, hasil jahitan yang berkualitas
dibentuk dengan melakukan proses penyetrikaan/
pengepresan (pressing) yang baik.
Proses penyetrikaan (pressing) membutuhkan alat setrika sebagai alat utama yang digunakan selama proses
pembuatan busan. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, proses ini bukan hanya membutuhkan alat setrika
saja melainkan juga memerlukan alat bantu lainnya. Berikut adalah alat yang digunakan dalam melakukan tahap
pressing yang baik.
1. Setrika
TIP
Hal berikut adalah cara mendapatkan hasil setrika terbaik dengan alat setrika konvensional.
• Berikan tekanan lebih pada area jahitan agar kerut akibat penjahitan hilang.
70 BAB V
2. Sprayer
TIP
• Semprotkan air dengan sprayer secukupnya hingga kain terasa lembap, bukan basah.
• Pilih mulut sprayer yang bisa memancar lebar, bukan yang tertuju ke satu arah.
3. Tailor’s Ham
Bantalan tailor’s ham berisi kapuk padat menyerupai bidang persegi tanpa sudut yang gemuk. Digunakan untuk
menyetrika area lengkung seperti jahitan pada kerung lengan, lingkar leher/ kerah, kerut pada kepala lengan,
dan lingkar pesak.
Bantalan berbentuk panjang dan gemuk ini digunakan untuk menyetrika semua jahitan kampuh yang terbuka.
Alat ini sangat diperlukan untuk menyetrika kampuh karena mudah diselipkan di balik kampuh.
5. Point Presser
Kayu yang berbentuk seperti senapan angin ini digunakan untuk menyetrika kampuh dan bukaan jahitan pada
lapel/ kelepak, kerah, dan saku. Bagian yang rata dari permukaan balok kayu dipergunakan untuk meratakan/
memampatkan jahitan, lipatan, dan kerutan. Sementara bagian yang lancip digunakan pada area sudut seperti
pada kerah dan lapisan-lapisan busana.
72 BAB V
6. Sleeve Board
Kayu dengan bantalan menyerupai papan setrika berukuran mini, digunakan untuk menyetrika kampuh lengan,
detil-detil kecil, dan bukaan-bukaan sempit seperti pada keliman lengan.
B TAHAPAN PRESSING
Selama proses pembuatan busana, tahap pressing dilakukan dua kali. Pertama, under pressing, yaitu proses
penyetrikaan yang dilakukan selama pembuatan busana. Kedua, top pressing, yaitu proses penyetrikaan yang
dilakukan setelah busana selesai dijahit.
1. Under Pressing
Penyetrikaan yang dilakukan selama proses menjahit berlangsung disebut dengan under pressing. Dalam
prosesnya, under pressing memerlukan alat bantu berupa bantalan-bantalan keras berbentuk khusus untuk
mendapatkan hasil yang sempurna. Contoh, bantalan tailor’s ham dan press roll, atau alat bantu lain point
presser dan sleeve board.
Bagian-bagian yang perlu dilakukan pengepresan dalam tahap ini adalah bagian sambungan dari potongan
kain yang telah dipotong sesuai pola sebagai berikut.
a. Jahitan Lurus
Penyetrikaan jahitan lurus pada proses menjahit (under pressing) meliputi jahitan kampuh sisi baju, bahu,
sisi lengan, sisi celana, kupnat, dan sambungan pakaian yang lurus lainnya.
b. Jahitan Melengkung
Penyetrikaan jahitan melengkung pada proses menjahit (under pressing) meliputi jahitan kampuh yang
melengkung antara lain, bagian kerung lengan dan bagian garis leher.
1. Tes Panas
Lakukan tes panas pada jahitan yang akan di-press. Apabila perlu, gunakan perca kain
terlebih dahulu. Gunakan panas yang sesuai dengan kain agar tidak terjadi kerusakan.
2. Lembapkan Kain
Berikan kelembapan pada daerah yang akan di-press. Bisa dengan sprayer berisi air, bisa
dengan katun lembap yang ditimpa di atas kain yang akan di-press dan bisa pula menggunakan
uap (bila menggunakan setrika uap).
5. Setrika Secukupnya
Hindari melakukan pressing secara berlebihan karena bisa mengubah tampilan permukaan
kain. Beberapa kain akan terlihat lebih mengilap bila terkena panas berlebihan.
74 BAB V
RANGKUMAN
1. Pressing atau penyetrikaan adalah suatu proses menghilangkan kerutan pada jahitan dan
menghaluskan bekas-bekas lipatan pada kain yang tidak diinginkan dengan bantuan alat setrika
dan bantalan setrika khusus.
2. Selama proses pembuatan busana, tahap pressing dilakukan dua kali, sebagai berikut.
a) Under pressing yaitu proses pengepressan yang dilakukan selama pembuatan busana.
b) Top pressing yaitu proses pengepresan yang dilakukan setelah busana selesai dijahit.
3. Selama proses penyetrikaan, ada alat bantu yang digunakan seperti sprayer, tailor’s ham, press roll,
sleeve board, dan point presser.
EVALUASI
2. Sebutkan 4 alat penting yang digunakan untuk melakukan proses under pressing!
4. Langkah apa saja yang perlu dilakukan agar mendapatkan hasil setrika yang baik dengan alat setrika
konvensional?
5. Alat apakah yang digunakan untuk menyetrika bagian jahitan yang melengkung?
76 BAB VI
BAB VI
PENGEPASAN
(FITTING)
P
akaian yang pas badan namun tetap nyaman
dipakai, tidak dengan seketika didapatkan.
Dalam proses menjahit pakaian dengan ukuran
personal, ada satu tahapan yang penting dilakukan
yaitu proses fitting.
A PERSIAPAN
Agar proses fitting berjalan lancar, pembuat busana sebaiknya melakukan persiapan yang cukup. Idealnya, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pembuat busana, mulai dari persiapan busana, tempat, hingga alat-alat
yang diperlukan. Berikut adalah penjelasan lebih jauh mengenai hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam proses fitting.
1. Tiras Kain
78 BAB VI
2. Tempat
Ruangan fitting yang dibutuhkan untuk pengepasan jahitan, berbeda dengan ruang fitting di departemen store.
Berikut ciri-ciri dari ruang fitting yang baik.
• Besar ruangan fitting minimal dapat memuat dua orang dengan posisi kedua dengan pemesan busana
dalam kondisi direntangkan.
• Memiliki cermin panjang yang dapat memperlihatkan tampilan seluruh tubuh tanpa terpotong. Ruang fitting
bahkan akan menjadi lebih baik jika memiliki beberapa cermin sekaligus sehingga pemesan busana dapat
melihat seluruh bagian busana dari berbagai sisi.
Fitting yang sempurna ditunjang oleh alat bantu yang lengkap. Alat bantu yang digunakan selama fitting sebagai
berikut.
80 BAB VI
B PENGEPASAN (FITTING)
Fitting sangat penting dilakukan untuk mendapatkan busana yang sesuai dengan bentuk tubuh. Busana-busana
yang harus pas badan seperti kebaya, gaun pesta, atau jas sering kali membutuhkan fitting hingga lebih dari sekali.
Sebaliknya, busana yang didesain longgar biasanya hanya memerlukan sekali fitting.
Proses fitting dimulai dengan memasangkan busana setengah jadi kepada pemesannya. Selanjutnya dilihat apakah
busana sudah sesuai dengan ukuran tubuh atau belum. Jika masih ada yang kurang pas, lakukan evaluasi dengan
memberi jarum pentul di bagian yang perlu dikoreksi.
Untuk busana yang memerlukan bentuk sangat pas badan, setelah diberi tanda dengan jarum pentul, sebaiknya
langsung lakukan koreksi jahitan dengan tangan. Lepaskan busana kemudian jahit dengan tangan bagian yang
perlu diperbaiki. Pasangkan lagi untuk dilakukan fitting ulang di hari yang sama. Hal ini akan mempersingkat waktu
karena tidak perlu dilakukan dua kali fitting dalam dua waktu yang berlainan.
Evaluasi dalam fitting adalah melakukan pengamatan dan penilaian terhadap hasil jahitan. Sebagai contoh, saat
membuat sebuah blus pas badan, hal penting yang perlu diberi penilaian sebagai berikut.
• Bagian kerung lengan tidak terlalu sempit agar lengan mudah bergerak.
Saat melakukan pengepasan, hasil jahitan akan terlihat pas atau kurang pas. Beberapa kesalahan dasar berikut
merupakan penyebab busana terasa tidak nyaman saat digunakan dan dilihat. Kesalahan jenis ini tidak dapat
diperbaiki melalui proses fitting.
TIP
3. Kesalahan Pola
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya keterampilan membuat pola yang tepat.
82 BAB VI
RANGKUMAN
1. Fitting suatu tahapan dalam membuat busana yang dilakukan dengan cara memasangkan busana
setengah jadi, kepada orang yang akan dibuatkan busananya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kesalahan lebih lanjut dalam proses pengerjaan busana dan untuk membuat busana terasa nyaman
digunakan dan sesuai dengan keinginan.
2. Karena fitting sangat bersifat personal. Proses pengepasannya tidak dapat digantikan dengan orang
lain.
a) Persiapan;
b) pengepasan;
• tersedianya alat fitting yaitu jarum pentul, bantalan jarum, jarum jahit, benang jahit, meteran,
alat tulis, dan buku ukuran.
5. Kesalahan yang membuat busana tidak nyaman digunakan dan tidak bagus dilihat saat fitting
adalah
c) kesalahan pola.
EVALUASI
2. Bagian busana mana saja yang paling penting diperhatikan saat melakukan evaluasi jahitan busana?
3. Hal apa saja yang membuat busana terlihat kurang bagus dilihat saat fitting?
84 BAB VII
BAB VII
PRESENTASI
HASIL JAHITAN
S
udah bukan rahasia bahwa pandangan
pertama sangat penting dalam penilaian.
Demikian halnya dengan penilaian hasil
jahitan. Pandangan pertama pemesan busana akan
menjadi sangat penting bagi kesan yang tercipta
secara keseluruhan.
Setelah busana hasil jahitan selesai melalui penyetrikaan menyeluruh (top pressing), busana dapat disimpan
dengan cara digantung atau dilipat. Bila digantung, busana akan langsung dikemas dan hanya perlu diberi alat
gantungan sesuai bentuk busananya. Namun bila dilipat, ada teknik khusus untuk melakukannya.
Pelipatan merupakan cara yang dilakukan untuk meringkaskan busana dari ukuran besar hingga berukuran lebih
kecil sehingga mudah untuk disimpan dan dipindahkan. Proses ini dilakukan saat busana akan disimpan atau
akan dimasukkan ke dalam kemasan.
1. Bentangkan busana di permukaan meja 2. Lipat secara simetris sisi kiri dan lengan kiri
dengan bagian depan gaun menghadap ke arah belakang gaun dengan titik lipatan
ke meja. atas tepat di tengah bahu. Kemudian lipat
menyerong bagian kerung lengan sehingga
bagian pipa lengan dalam posisi lurus, di
atas lipatan sisi.
86 BAB VII
3. Lanjutkan melipat sisi kanan kemudian 4. Lipat kembali bagian bawah gaun sehingga
lipat bagian bawah gaun dengan menjadi lipatan yang sama besar dari
perhitungan langsung ¼ panjang gaun, bawah gaun hingga atas gaun.
atau perhitungkan dahulu ½ panjang
gaun, kemudian bagi dua kembali panjang
tersebut hingga didapatkan ¼ panjang.
1. Letakkan kebaya di atas permukaan meja 2. Sisipkan sebuah kertas tipis yang diatur
datar dengan posisi terbalik yaitu bagian memanjang dari bawah kerah kebaya,
depan kebaya menghadap ke meja. kemudian lipat simetris kedua sisi badan
dan lengan.
88 BAB VII
3. Untuk kebaya dengan panjang sepinggul, 4. Lipat bagian bawah sekali lagi ke arah
perhitungkan panjang 1/3 kebaya leher kebaya dengan ukuran yang sama.
kemudian lipat ke arah atas kebaya. Posisi akhir kebaya masih menghadap
permukaan meja.
2. Lipat satu sisi kemeja ke arah belakang 3. Lipat serong kerung lengan sehingga bagian
dengan posisi lipatan atas membagi dua kelim lengan bisa lurus sejajar kerah.
bagian bahu, lanjutkan hingga lipatan Kemudian lipat sisi sebelahnya dengan cara
bawah kemeja lurus dengan bahu. dan ukuran yang sama sehingga menjadi
lipatan simetris kiri dan kanan.
90 BAB VII
4. Lipat bagian bawah kemeja dengan ukuran 5. Lipat sekali lagi bagian bawah kemeja
1/3 panjang kemeja. dengan batasan lipatan kemeja berada di
bawah kerah. Balik lipatan agar menghadap
ke depan kemudian masukkan ke dalam
kemasan.
1. Lipat celana dengan posisi jahitan samping 2. Rapikan lipatan ritsleting dan pesak sampai
berada di tengah lipatan, dan bagian kerutan lipatan hilang kemudian lipat
ritsleting serta pesak celana tersembunyi bagian bawah celana ke arah pinggang
di dalam lipatan. Hasil lipatan ini akan dengan perhitungan 1/3 bagian panjang
membuat kantong belakang dan kantong celana.
depan terletak bersampingan.
92 BAB VII
3. Lipat sekali lagi bagian bawah celana 4. Balik celana, rapikan, dan masukkan ke
sampai ujung lipatan kedua berada di garis dalam kemasan.
pinggang celana.
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses presentasi hasil jahitan. Pengemasan dilakukan untuk melindungi
hasil jahitan yang memiliki nilai jual ke dalam suatu wadah khusus sehingga terlihat lebih terawat, rapi, dan lebih
menarik.
Pengemasan yang baik juga dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti busana cepat kotor
terkena debu, tertumpah cairan, terkena noda makanan, dan lainnya. Berikut cara pengemasan yang dapat dilakukan.
Alat yang diperlukan untuk melakukan pengemasan sederhana ini adalah sebuah hanger (gantungan baju) dan
plastik seukuran busana yang akan dikemas. Hanger yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan busananya.
Apakah kemeja, blus, gamis/ terusan, atau celana masing-masing gantungan akan mengikuti jenis busananya.
94 BAB VII
e. Pembungkus Baju (Dress Cover) 2. Dilipat dan Dimasukkan dalam Kotak
Bahan dasar pembungkus busana ini ada
Busana yang terbuat dari kain yang renggang seperti
yang terbuat dari plastik, kain, dan ada pula
brokat dan tulle atau busana pesta yang memiliki
yang dari kain non woven. Jenis ini banyak
banyak mote/ payet, tidak dikemas dalam kondisi
digunakan untuk busana pesta atau busana
menggantung. Tipe busana seperti ini disajikan
eksklusif karena desain dress cover ini biasanya
dengan cara dilipat dan di masukkan ke dalam
dibuat istimewa dengan dilengkapi ritsleting,
kotak. Tujuannya, agar payet tidak saling tersangkut
tali angkut, atau logo dari pembuat busananya.
dalam lipatan, melipat kebaya atau busana berpayet
dilakukan dengan memberikan sisipan kertas tipis
seperti kertas tisu atau kertas roti pada tiap lipatan
yang bertumpuk.
TIP
Menentukan Jenis Kemasan
Lakukan proses identifikasi jenis busana sebelum menentukan bentuk kemasan. Caranya dengan
memerhatikan hal berikut.
a. Ukuran Busana
Makin besar ukuran busana, makin besar kemasan yang digunakan.
b. Model Busana
Busana pesta (gaun/kebaya/jas) mendapat perlakuan khusus karena biasanya menggunakan
bahan yang mahal, tetapi mudah bermasalah (mudah tertarik benang, mudah sobek, mudah
mulur, dsb.) Khusus busana pesta berpayet, pengemasan dilakukan dengan menambahkan
lembaran kertas tipis/kertas minyak/kertas roti agar payet tidak saling sangkutan.
c. Jenis Bahan
Jenis bahan yang mudah mulur seperti bahan brokat, tulle, bahan kaus dan bahan jersey
sebaiknya dikemas dengan cara dilipat dan dimasukkan ke dalam plastik atau boks. Hindari
menggantung bahan ini karena jika mulur dapat mengubah bentuk busana.
d. Kualitas Busana
Bentuk kemasan mencerminkan isi benda di dalamnya. Makin berkualitas benda yang dikemas,
kemasannya perlu dipilih dengan material yang lebih berkualitas pula. Contoh gaun pesta
yang digantung akan terlihat lebih eksklusif jika menggunakan pembungkus busana (dress
cover) eksklusif daripada yang menggunakan plastik mika.
1. Presentasi hasil jahitan dengan cara yang maksimal, dilakukan dengan tiga cara, yaitu
b. pelipatan; dan
c. pengemasan (packaging)
2. Pelipatan adalah suatu cara meringkaskan busana dari ukuran besar hingga berukuran lebih kecil
sehingga mudah untuk disimpan dan dipindahkan. Proses ini dilakukan saat busana yang telah
selesai dijahit akan dimasukkan ke dalam kemasan.
3. Pengemasan adalah suatu usaha untuk melindungi benda yang memiliki nilai jual ke dalam suatu
wadah khusus sehingga terlihat lebih terawat, rapi, lebih menarik, dan terhindar dari hal yang tidak
diinginkan.
EVALUASI
1. Bagaimana cara menampilkan produk hasil jahitan dengan cara yang maksimal?
3. Bagaimana cara mempresentasikan kebaya dengan bahan brokat/ tulle berpayet dengan tepat?
4. Apa akibat yang bisa didapat jika tidak melakukan pengemasan dengan baik?
96 BAB VII
GLOSARIUM
Chiffon/sifon : kain tipis dan transparan dengan permukaan yang halus. Seratnya kuat, mudah
dicuci namun tidak tahan setrika panas.
Cotton/katun : kain yang berasal dari serat kapas. Tipis, luwes, dan nyaman dipakai karena mudah
menyerap keringat (hidroskopis).
Depun : lapisan sesuai bentuk, letaknya di dalam pakaian (bagian buruk kain).
Dress cover : pembungkus baju dengan ritsleting di depannya. Terbuat dari plastik, kain, atau kain
non woven. Digunakan untuk melindungi busana pesta atau busana ekslusif lainnya
dari terkena noda dan dan kerusakan yang tidak diinginkan.
Drill : kain tebal, kaku, dan kuat terbuat dari serat katun. Permukaannya kesat dan
bergaris dengan arah diagonal dari lebar kain. Nyaman digunakan untuk celana
panjang, seragam sekolah dan busana kerja di bengkel atau lapangan.
Ergonomi : keserasian antara manusia dan lingkungan kerjanya. Suatu perabot kerja yang
memiliki sifat ergonomi, disebut ergonomis.
Fitting : pengepasan busana hasil jahitan, bertujuan untuk mendapatkan busana yang sesuai
dengan bentuk tubuh dan hasil jahitan yang lebih maksimal dari segi kenyamanan
dan estetikanya.
Flanel : kain yang memiliki ciri khas motif kotak-kotak. Permukaannya berbulu dan dapat
mengikat panas dengan baik sehingga cocok dijadikan busana musim dingin atau
untuk selimut.
Gulbi : lapisan yang dibuat menempel pada tutup tarik bagian depan celana.
Jersey : kain yang tidak mudah kusut dan dibuat dengan teknik rajut sehingga memiliki daya
regang tinggi. Permukaannya licin, halus, dan nyaman digunakan.
Kampuh : jarak antara garis pola/ jahitan dengan tepi potongan kain. Lebar kampuh biasanya
sebesar 1-4 cm, sesuai kebutuhan.
Kampuh balik : kampuh yang dapat menyembunyikan tiras kain dengan baik ke dalam lipatan
kampuh. Cocok digunakan untuk menjahit kebaya atau gaun berbahan tipis.
Kampuh kostum : kampuh yang biasa digunakan pada jahitan kerung lengan dan penyelesaian
sambungan pinggang. Dilakukan dengan cara melipat sisa kampuh ke arah dalam,
kemudian disom rapat.
Kampuh perancis : kampuh yang menutup tiras dengan sempurna seperti kampuh balik. Pengerjaannya
Kampuh pipih : kampuh yang pada satu sisinya mempunyai dua setikan dan sisi baliknya hanya
memiliki satu jahitan. Kampuh ini menutup tiras dengan sempurna sehingga busana
yang menggunakan kampuh dapat dipakai bolak balik.
Kampuh sarung : kampuh yang memiliki setikan yang sama pada kedua sisinya. Kampuh ini
memberikan kemudahan penjahit untuk menyamakan garis pada motif menyatukan
motif kotak-kotak.
Kampuh terbuka : kampuh yang sambungannya dibiarkan terbuka dan tiras kainnya diselesaikan
tersendiri dengan teknik khusus seperti obras, setik mesin, tusuk balut, atau
rompok.
Kelim : sebutan untuk pinggiran bahan yang terletak di bagian bawah busana seperti
bagian bawah rok/celana/gaun dan bagian ujung lengan.
Kelim palsu : penyelesaian bagian bawah busana dengan cara menyambung pinggir bahan
dengan bahan lain dikarenakan panjang bawah kain tidak mencukupi panjang yang
dibutuhkan.
Kelim rompok : penyelesaian bagian bawah busana dengan cara membungkus pinggir kelim dengan
menggunakan kain serong/bisban. Banyak digunakan pada gaun pesta dan busana
adi busana.
Kelim sumsang : kelim yang dilakukan dengan dua kali sematan som untuk hasil som yang kuat.
Biasa diterapkan pada bahan tebal, kelim pada rok, blus, dan ujung lengan.
Kerah : bagian dari busana yang terletak di bagian leher. Desain kerah bisa beragam konsep
desain busana secara keseluruhan.
Kerah kemeja : kerah yang digunakan pada busana kemeja yang terdiri dari bagian board, penegak
kerah, dan bagian kelepak kerah yang berada di lipatan luar kerah.
Kerah rebah : kerah yang dibentuk menempel pada busana. Kerah ini disebut juga kerah bayi
karena banyak dipakai untuk busana bayi dan anak-anak.
Kerah setali : kerah yang memiliki bentuk melengkung di tepi luar dan lurus di tepi dalam dengan
pola yang dibentuk mengikuti pola badan bagian depan.
Kerah shiller : kerah yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian kelepak kerah dan bagian lipatan
kecil yang menyambung dengan bagian badan pada tengah muka.
Lace : kain yang memiliki corak timbul berbentuk bunga. Tipis dan menerawang namun
memiliki daya regang sehingga dapat mengikuti bentuk tubuh.
Lame : kain yang berasal dari serat sintetis. Memiliki permukaaan yang sangat mengilap,
licin, dan tidak dapat menyerap keringat. Biasa dipakai untuk kostum atau busana
panggung.
Lengan kop : desain lengan yang memiliki banyak kerutan di puncak lengan sehingga terlihat
mengembang mulai dari ujung bahu.
98 PENUTUP
Lengan licin : desain lengan dengan kerung lengan yang menempel rata pada bagian badan tanpa
ada kerut atau lipit di puncak atau ujungnya.
Lengan poff : desain lengan yang terlihat mengembang di bawah lengan karena memiliki banyak
kerutan di bagian tersebut.
Lengan raglan : desain lengan yang terbentuk dari garis serong dari leher dan tidak memiliki lingkar
kerung lengan.
Lengan setali : desain lengan tanpa kerung lengan yang panjang lengannya dibentuk langsung dari
bahu dan menyatu dengan badan.
Linen : Kain berkualitas tinggi yang berasal dari campuran serat katun dan rami.
Permukaannya kesat dan mudah kusut namun nyaman dikenakan karena mudah
menyerah keringat.
Lycra : kain ringan dengan permukaan licin, halus, dan mengilap. Dijalin dengan teknik rajut
dan memiliki daya regang sangat tinggi hingga 7 (tujuh) kali ukuran aslinya. Jenisnya
beragam, sesuai dengan serat pencampurnya. Lycra poliester dikenal dengan nama
spandek. Lycra katun banyak digunakan untuk korset dan busana olahraga.
Non woven : kain sintetis yang diproses dengan cara tempa, bukan tenunan/anyaman benang
seperti halnya kain.
Organdi/ organza : kain tipis, ringan, kaku, dan transparan dengan permukaan mengilap. Terbuat dari
serat sutera, polyester, atau katun. Organdi dari serat sutera disebut juga dengan
organza.
Packaging : usaha yang dilakukan untuk melindungi hasil jahitan atau benda yang memiliki nilai
jual, ke dalam suatu wadah khusus sehingga terlihat lebih terawat, rapi dan lebih
menarik.
Passpoile : penyelesaian pada rumah kancing atau saku dengan cara membuat bibir penutup
lubang yang saling berhadapan. Terbuat dari kain kumai serong/bisban.
Point presser : kayu yang berbentuk seperti senapan angin yang digunakan untuk menyetrika
kampuh dan bukaan jahitan pada lapel/kelepak, kerah dan saku.
Poliester : kain yang 100% terbuat dari serat sintetis. Tidak mudah kusut, kuat, dan tahan lama.
Dapat digunakan untuk semua jenis busana, namun kurang dapat menyerap air.
Portable : mesin jahit jinjing dapat dipindah dengan mudah. Variannya banyak, dari yang
paling sederhana hingga yang dilengkapi komputer.
Press roll : bantalan panjang dan gemuk yang digunakan untuk menyetrika semua jahitan
kampuh yang terbuka.
Pressing : proses menghilangkan kerutan pada jahitan dan keseluruhan busana dengan
menggunakan suhu panas dari alat setrika.
Rayon : kain tipis dan luwes dengan permukaan lembut. Sangat nyaman digunakan karena
terasa sejuk dikulit dan menyerap keringat dengan baik. Paling banyak digunakan
untuk baju rumah dan kain pantai.
Rompok : penyelesaian pinggir kerung lengan dengan menggunakan kumai serong atau
bisban.
Sengkelit : tali kecil yang terbuat dari kain kumai serong. Umum digunakan sebagai kaitan
rumah kancing atau tali bahu pada gaun tidur.
Serip : lapisan menurut bentuk menggunakan kain serong yang hasil lapisannya
menghadap keluar.
Side Plate : mangkok bergerigi yang terletak di bagian bawah mesin, tempat meletakkan sekoci
dan sepul agar menempel pada mesin.
Silk/sutra : kain berasal dari serat alam berupa kepompong ulat sutra. Permukaannya halus dan
mengilap. Jenis yang banyak dikenal adalah sutra satin, sutra sifon, dan raw silk.
Sleeveboard : kayu dengan bantalan yang menyerupai papan setrika berukuran mini, digunakan
untuk menyetrika kampuh lengan, detil-detil kecil dan bukaan-bukaan sempit
seperti pada keliman lengan.
Som : penyelesaian pinggiran busana dengan cara melipat dan menjahitnya dengan alat
jahit tangan. Jahitan som dilakukan dengan cara menyembunyikan alur benang ke
balik lipatan yang telah dibentuk.
Songket : kain tradisional yang memiliki motif hiasan dari benang emas/perak. Teksturnya
kasar, tidak menyerap air, dan kaku.
Sprayer : alat semprot berbentuk botol dengan alat tekan pemompa yang diisi air atau larutan
pelicin pakaian. Digunakan saat menyetrika.
Sepul : alat untuk menggulung benang berbentuk silinder dengan lubang di tengahnya.
Terbuat dari besi atau plastik keras.
: rumah besi untuk sepul yang berfungsi untuk mengatur ketegangan benang sepul
Sekoci sehingga setikan mesin bawah terbentuk dengan baik.
Throat plate : lempengan besi yang berfungsi sebagai penutup gigi mesin yang terletak sejajar alas
mesin.
Tiras kain : bagian tepi kain yang belum ditutup/dimatikan sehingga pinggiran kain menjadi
berumbai dan mudah ditarik hingga terlepas dari tenunan kainnya.
Tulle : kain tipis dan ringan yang memiliki struktur kain berbentuk jala di seluruh bagian
kainnya. Dapat terbuat dari serat sutera, rayon, nilon atau sintetis.
Tusuk balut : jenis tusuk dasar yang sederhana, dilakukan dengan cara membalut bagian kain
100 PENUTUP
yang ingin diselesaikan dengan jahitan tangan. Digunakan untuk som bagian kelim,
pemasangan kancing jepret, kancing kait dan aplikasi hiasan.
Tusuk batang : jenis tusuk dasar yang lebih sering digunakan sebagai tusuk hiasan, namun dapat
dijadikan pilihan untuk membentuk jahitan lurus.
Tusuk festoon : jenis tusuk dasar yang berbentuk seperti pagar dan paling efektif digunakan untuk
penyelesaian tiras kain agar tiras kain tidak mudah terurai.
Tusuk Flanel : jenis tusuk dasar yang sering digunakan untuk jahitan som pada kelim busana,
terutama pengerjaan adi busana.
Tusuk rantai : jenis tusuk dasar yang berbentuk seperti rantai, terdiri dari mata rantai yang
berkaitan. Digunakan sebagai jahitan lurus oleh garmen sebagai sebagai setikan
utamanya.
Tusuk silang : jenis tusuk dasar berbentuk silang yang dapat digunakan sebagai jahitan penahan
pada belahan, namun paling sering digunakan sebagai tusuk hias.
Tusuk Jelujur : jenis tusuk dasar yang paling mudah dilakukan. Hasil jahitannya seperti garis putus-
putus.
Tusuk Tikam jejak : jenis tusuk dasar yang paling sesuai digunakan untuk menggatikan setikan mesin
jahit karena hasil jahitannya rapat dan kuat.
Velvet/ Beludru : kain tebal dan ada tampilan mengilap yang berasal dari bulu-bulu halus pendek di
seluruh permukaan kain. Kain ini tidak tahan panas dan kurang menyerap keringat.
Wool/Wol : kain tebal dengan permukaan yang berbulu yang mampu mengikat panas dengan
baik sehingga banyak digunakan untuk busana musim dingin.
Tata Busana, Jilid 2 (Buku Sekolah Elektronik) 2005, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Hadisurya, Irma, 2011, Kamus Mode Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakata.
Prihanto, Amelia, 2014, Siap Menjahit dan Mengenal Tekstil, Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
102 PENUTUP
BIODATA PENULIS
Dunia penulisan bidang mode dan kecantikan telah ditekuni Amelia sejak bekerja di
Majalah Gaya Hidup tahun 2000. Dengan nama pena Amelia Prihanto, artikel demi
artikel telah ditulis dan dipublikasikan melalui media cetak dan website. Pengalaman
inilah yang membuat minat dan kemampuan menulisnya terasah, hingga akhirnya
ia dipercaya para desainer fesyen dan make-up artist kenamaan Indonesia untuk
menuliskan buku-buku yang menghadirkan karya-karya mereka.
Di antara buku fesyen yang ditulisnya adalah buku terbitan majalah Noor dan Indonesian
Islamic Fashion Festival yang berjudul Heavenly Beauty (2012) dan Trend (2013). Selain
itu, ada pula buku yang menampilkan busana dan karya seni desainer muslim Tuty
Adib berjudul Flowing (2012), Glowing (2015) dan Dazzling (2017). Buku fesyen lainnya
berjudul Play with Color (2014) adalah untuk Wardah Kosmetik dan buku Siap Menjahit
dan Mengenal Tekstil (2014) dibuat untuk Kementerian Pendidikan Nasional.
Di bidang kecantikan, Amelia telah menuliskan buku tata rias untuk make-up artist
kenamaan seperti Andiyanto dengan judul Mata, The Make Over (2015), buku Muslimah’s
Best Make-up (2007) untuk Ana Laksmono, Muslimah’s Light Make-up (2009) untuk Aryani
Erlan, buku Sang Puteri (2011) untuk Novi Arimuko dan buku Your Secret Beauty (2015)
untuk Wardah Kosmetik.
Sebagai lulusan Tata Busana dari Universitas Negeri Jakarta yang cukup memahami
teknis dan ilmu penjahitan busana, Amelia diberikan kesempatan kembali oleh Direktorat
Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan untuk menyusun buku
Dasar-dasar Tata Busana Level II. Ia berharap semoga buku-buku yang telah ditulisnya
dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Sebagai sarjana pendidilkan lulusan program studi Tata Busana di Universitas Negeri
Jakarta dan Magister lulusan program studi Manajemen Pemasaran di Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Diah Purwitasari telah banyak mendedikasikan
waktunya untuk memajukan Pendidikan di Indonesia, khususnya di bidang tata busana.
Dimulai dengan menjadi pimpinan dan pendidik di Lembaga Kursus dan Pelatihan
Melati, Tangerang Selatan, Diah memantapkan perannya di dunia pendidikan dengan
menjad Asesor BAN PAUD dan Master Penguji LSK Tata Busana. Keaktifannya yang
konsisten, bahkan telah membuatnya terpilih sebagai Wakil Ketua Konsorsium Tata
Busana Tingkat Pusat di Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2006-2013) dan menjadi Wakil Ketua Ikatan Penata Busana
Indonesia Kartini DPC Jakarta Selatan (2011-2013).
Tidak ada yang boleh sia-sia dalam kamus hidupnya. Diah memanfaat sebagian
besar waktunya untuk keluarga dan Pendidikan Indonesia. Ilmu dan kompetensi yang
dimilikinya adalah untuk peningkatan kualitas SDM Indonesia. Di antara kiprah yang
cukup berkesan bagi Diah adalah saat bergabung sebagai tim Juri Apresiasi PTK-PNF
Dirjen PAUDNI Tingkat Nasional Bidang Instuktur Kursus Tata Busana di Palu, Sulawesi
Tenggara (2016), Juri Apresiasi PTK-PNF Dirjen PAUDNI Tingkat Nasional Bidang Instruktur
Kursus Tata Busana di Medan, Sumatra Utara (2015) dan Juri Lomba Peserta Didik
Berprestasi Tingkat Nasional Bidang Fashion Technology (2012 dan 2014).
104 PENUTUP