Anda di halaman 1dari 5

Apa Itu ‘Bear Market’, dan Bagaimana Seharusnya Anda

Berinvestasi?

Matthew Frankel, CFP

Sudah menjadi rahasia umum diantara para investor bahwa bull market adalah suatu pasar di
mana saham-saham naik dan bear market adalah suatu pasar di mana saham-saham jatuh. Tapi
apa sebenarnya yang mendefinisikan bear market?

Mari kita lihat definisi sebenarnya dari bear market ini, apa yang menyebabkan bear market
terjadi, perbedaan antara pasar naik dan pasar turun, dan konsep utama lainnya yang harus
diketahui oleh Anda sebagai investor.

Apa itu ‘Bear Market’ ?

Bear market didefinisikan sebagai suatu penurunan nilai pasar hingga 20%. Penggunaan istilah
yang paling umum adalah untuk merujuk pada kinerja S&P 500, yang secara umum dianggap
sebagai indikator patokan dari seluruh pasar saham .

Namun, istilah bear market ini juga dapat digunakan untuk merujuk pada indeks saham lainnya,
atau pada saham individu yang telah jatuh 20% atau lebih. Sebagai contoh, kita dapat
mengatakan bahwa Nasdaq Composite jatuh ke dalam bear market selama ledakan bubble.com
pada tahun 1999 dan 2000. Pada kasus lain, katakanlah bahwa saham tertentu melaporkan
pendapatan yang buruk dan turun sebesar 30%. Dalam kasus-kasus tersebut kita dapat
mengatakan bahwa harga saham tersebut telah jatuh ke dalam area bear market.

Istilah bear market dan koreksi pasar saham sering digunakan secara bergantian, tetapi


keduanya merujuk pada dua besaran kinerja yang sebenarnya memiliki makna yang
berbeda. Koreksi pasar saham terjadi ketika saham jatuh 10% atau lebih dan koreksi ini dapat
meningkat menjadi bear market jika telah sampai pada ambang 20%.

Penyebab ‘Bear Market’ ?

Penyebab umum dari bear market ini adalah ketakutan atau ketidakpastian dari investor itu
sendiri, tetapi ada banyak juga kemungkinan penyebabnya. Selama pandemi COVID-19 yang
berdampak global ini menyebabkan penurunan pasar saham di tahun 2020, penyebab historis
lainnya meliputi spekulasi investor yang meluas, pinjaman yang tidak bertanggung jawab,
kenaikan harga minyak, investasi yang terlalu leverage, dan masih banyak lagi.
‘Bear Market’ vs. ‘Bull Market’

Sebuah bull market pada dasarnya merupakan kebalikan dari bear market. Bull market terjadi
ketika ada kenaikan harga saham yang berkelanjutan, dan biasanya disertai dengan
kepercayaan konsumen yang meningkat, pengangguran yang rendah, dan pertumbuhan
ekonomi yang kuat.

Secara umum bull market didefinisikan sebagai kenaikan 20% dari posisi terendah yang dicapai
dalam bear market, tetapi definisi tersebut juga tidak selalu hanya berkutat pada definisi bear
market. Investor biasanya menandai dimulainya bull market pada dasar bear
market. Misalnya, S&P 500 mencapai titik terendah krisis finansial pada Maret 2009, sehingga
kenaikannya selanjutnya dianggap sebagai awal bull market yang berlangsung hingga awal
2020.

Reli dari ‘Bear Market’

Satu perbedaan penting antara bull market dan reli dari bear market adalah pada bull market
memiliki tren naik yang berkelanjutan dalam saham, dan biasanya menghasilkan capaian harga
tertinggi baru.

Di sisi lain, reli dari bear market mengacu pada kenaikan harga saham setelah terjun ke bear
market, tetapi kenaikan itu hanya kenaikan sementara sebelum menuju posisi terendah yang
baru. Untuk membayangkan konsep ini, perhatikan bagaimana bear market 2007-2009
berkembang. Setelah mencapai titik tertinggi baru pada tahun 2007, pasar saham runtuh pada
tahun 2008 setelah krisis subprime lending yang mengakibatkan beberapa bank besar
mengalami kegagalan. Setelah dana talangan diumumkan pada akhir 2008, pasar mulai naik,
tetapi akhirnya berbalik arah dan mencapai posisi terendah baru di bear market pada Maret
2009.

Bagaimana Cara Berinvestasi pada ‘Bear Market’

Bear market pasti menjadi suatu hal yang menakutkan bagi para investor karena menyebabkan
nilai portofolio para investor menurun. Di sisi lain, bear market ternyata bisa menjadi peluang
untuk membuat uang bekerja dalam jangka panjang sambil mendagangkan saham dengan
harga diskon.

Mengingat hal itu, berikut beberapa aturan yang dapat Anda gunakan untuk berinvestasi di
bear market dengan cara yang benar:

 Pikirkan jangka panjang: Salah satu hal terburuk yang dapat terjadi pada Anda di bear
market adalah membuat reaksi spontan terhadap pergerakan pasar. Investor rata-rata
memiliki kinerja buruk di pasar saham secara keseluruhan dalam jangka panjang dengan
alasan masuk dan keluar dari posisi saham yang terlalu cepat. Ketika saham jatuh dan
seolah-olah akan terus jatuh selamanya, para investor pastinya memiliki naluri untuk
menjual sahamnya dengan dalih "sebelum keadaan menjadi lebih buruk". Kemudian, ketika
bull market terjadi dan saham terus mencapai nilai tertinggi baru, para investor
memasukkan uang mereka karena takut kehilangan keuntungan. Sudah menjadi rahasia
umum bahwa prinsip utama berinvestasi adalah membeli rendah dan menjual tinggi, tetapi
dengan bereaksi secara emosional terhadap perubahan pasar, Anda benar-benar
melakukan yang sebaliknya. Investasikanlah hanya dalam saham yang ingin Anda miliki
dalam jangka panjang.

 Fokus pada kualitas: Ketika black market melanda, bukan rahasia umum jika banyak
perusahaan yang memutuskan untuk gulung tikar. Mengutip dari Warren Buffett, "Saat air
pasang surut, saat itulah kita mengetahui siapa yang berenang telanjang." Dengan kata
lain, ketika ekonomi memburuk, perusahaan yang tidak memiliki keunggulan cenderung
memiliki kinerja buruk, sementara perusahaan berkualitas tinggi cenderung berkinerja
lebih baik. Selama masa bear market yang tidak pasti ini, penting bagi para investor untuk
fokus pada perusahaan yang memiliki neraca yang kokoh dan keunggulan kompetitif yang
jelas dan tahan lama.

 Jangan mencoba mengejar ketertinggalan: Mencoba mengatur waktu pasar yang tepat


pada umumnya merupakan suatu pertarungan yang berimbas kalah. Satu hal yang perlu
diingat selama bear market ini Anda tidak akan berinvestasi pada perusahaan yang
berkualitas bawah. Belilah saham karena Anda ingin memiliki bisnis dalam jangka panjang,
bahkan jika harga saham turun sedikit setelah Anda membelinya.

 Bangun posisi seiring waktu: Tip ini sejalan dengan tip sebelumnya. Alih-alih mencoba
menghitung waktu yang telah berlalu dan membuang semua uang Anda sekaligus, strategi
yang lebih baik selama bear market ini adalah membangun posisi saham Anda secara
bertahap dari waktu ke waktu, bahkan harga terendah yang sekiranya akan mereka
dapatkan. Dengan cara ini, jika Anda salah dan saham terus turun, Anda akan dapat
memanfaatkan harga baru yang lebih rendah daripada duduk pada posisi yang serba salah.

Contoh ‘Bear Market’

Bear market merupakan hal yang cukup umum. Sejak tahun 1900 setidaknya ada 33 kasus black
market, jadi rata-rata black market terjadi setiap 3,6 tahun sekali. Mari kita lihat beberapa
contoh bear market baru-baru ini:

 Kerusakan .com pada tahun 2000-2002: Meningkatnya penggunaan internet pada akhir


1990-an menyebabkan suatu gelembung spekulatif yang besar-besaran dalam saham
teknologi. Sementara semua indeks utama jatuh ke wilayah bear market setelah
gelembung tersebut pecah yang mengakibatkan Nasdaq terpukul sangat keras dimana
pada akhir 2002, indeksnya telah turun hingga sekitar 75%.
 Krisis keuangan 2008-2009: Karena gelombang pinjaman subprime mortgage dan
pengemasan berikutnya dari pinjaman ini menjadi suatu bukti modal yang dapat
diinvestasikan, krisis keuangan menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2008. Banyak bank
gagal dan menyebabkan dana talangan besar-besaran diperlukan untuk mencegah sistem
perbankan AS runtuh. Pada posisi terendah Maret 2009, S&P 500 mengalami penurunan
nilai saham hingga lebih dari 50%.

 Tragedi COVID-19 2020: Bear market 2020 dipicu oleh pandemi COVID-19 yang menyebar
di seluruh dunia dan menyebabkan sektor ekonomi berhenti di sebagian besar negara
maju, termasuk Amerika Serikat. Cepatnya penurunan ekonomi ini mengakibatkan
penurunan pasar saham ke dalam bear market pada awal tahun 2020 adalah penurunan
yang paling cepat dalam sejarah.

Anda mungkin juga menyukai