kenaikannya di luar kebiasaan karena pergerakannya sedang direkayasa oleh pelaku pasar
dengan tujuan kepentingan tertentu. saham gorengan merupakan saham yang kualitas dan
likuiditasnya rendah dan juga berfundamental jelek.
Untuk mengetahui seperti apa saham gorengan tersebut, maka berikut ini ciri-cirinya:
1. Memiliki kapitalis pasar yang kecil
Saham gorengan umumnya memiliki kapitalisasi pasar yang tergolong kecil, biasanya di
bawah Rp1 Triliun. Dengan nilai pasar yang kecil, maka bandar saham pun dapat dengan
mudah menggerakkan harganya. Kapitalisasi pasar adalah harga keseluruhan sebuah
perusahaan, yaitu harga yang harus dibayar seseorang bila ingin membeli 100%
kepemilikan perusahaan tersebut.
2. Volume dan nilai transaksi yang tidak stabil dan tidak wajar
Kapitalisasi pasarnya yang kecil dan masuk kategori lapis dua atau saham lapis tiga,
tetapi volume dan nilai transaksi hariannya sangat tinggi dibanding perusahaan sejenis,
bahkan menyamai transaksi saham unggulan (blue chip). Para bandar biasanya
melakukan permainan pada volume dengan mempermainkan bid-offer baik itu yang kecil
maupun yang tebal. Mengapa ketika menggerakkan harga volume perdagangannya jadi
banyak? Volume perdagangan melonjak seiring dengan lonjakan harganya, karena ini
merupakan bentuk manipulasi yang dilakukan bandar agar menarik perhatian para
investor ritel untuk membeli saham tersebut dalam jumlah yang signifikan. Setlah merasa
untung, bandar akan segera menjualnya dan untuk investor ritel yang “nyangkut”
akhirnya kesusahan menjual ketika volume perdagangan kembali sepi.
3. Bid dan offer (juga) tidak wajar
Bid adalah antrian beli saham di harga rendah, sedangkan offer adalah antrian jual saham
di harga tinggi. Saham gorengan biasaya ditransaksikan dalam jumlah besar, tetapi posisi
bid dan offer-nya tipis-tipis. Artinya, hampir di setiap harga antrian, baik bid maupun
offer, antriannya tidak merata bahkan sering hanya 1 lot per harga yang memudahkan
bandar menaikkan harga sahamnya.
4. Volatilitas harga yang tidak beraturan / harga saham yang tidak stabil
Bandar selalu memberikan kejutan bagi para investor. Pada satu momen, harga saham
tidak bergerak (tetap/stagnan) namun kemudian pada saat-saat tertentu harga bisa naik
drastic dan juga bisa turun secara tiba-tiba dengan cepat pula.
5. Pergerakan harga tidak didukung fundamental perusahaan
Harga saham, sewajarnya mengikuti perkembangan fundamental perusahaannya. Bila
perusahaan mencetak keuntungan, sudah sewajarnya harga sahamnya naik. Saham ini
justru seringkali harganya bergerak naik dan turun secara drastic hingga batas auto reject
bursa. Karena itu pula, saham ini sering dikenakan suspend oleh bursa efek. Selain itu,
bandar juga akan melemparkan rumor bahwa ada perusahaan yang telah diakuisisi.
6. Masuk ke dalam daftar unusual market activity (UMA)
Saham tersebut biasanya disemprit duluan oleh PT Bursa Efek Indonesia karena
kenaikan yang terlalu ekstrem lebih dari 2 hari. Definisi ekstrem adalah naik hingga
batas terbesar harian (auto reject atas, ARA), baik 20%, 25%, atau 35% per hari,
tergantung dari harga sahamnya.
Karena sudah masuk radar bursa, maka UMA juga dapat menjadi alarm dan peringatan
kepada investor dan trader di pasar bahwa penguatan harganya sudah di luar kebiasaan
dan ada kemungkinan saham tersebut sedang dibandari predator pasar.
7. Kinerja keuangan dan informasi emiten tidak sejalan dengan kenaikan harga
Pergerakan harga yang estrem dan tidak karuan membuat saham gorengan tidak sejalan
dengan kinerja keuangan, atau tidak disertai dengan pemberitaan dan informasi dari
internal emiten.
Kadang kinerja keuangannya tumbuh 50%, tetapi tidak jarang justru menciut atau
kinerjanya turun lebih dari 50% ketika harganya naik kencang tak henti-hentinya,
sehingga kenaikan harga saham seringkali tidak beriringan dengan kinerja dan aksi
korporasi yang diumumkan emiten.
8. Tidak dapat dianalisis
Karena kinerja keuangan tidak setinggi kenaikan harga sahamnya di pasar, rasio
keuangan dan valuasi saham gorengan biasanya terlalu tinggi dibandingkan pesaing
terdekatnya, atau bahkan tidak masuk akal. Dengan kata lain, saham ini tidak dapat
dianalisis secara fundamental.
9. Berasal dari saham lapis tiga
Saham lapis tiga juga menjadi sasaran oleh para bandar kapitalisasinya yang kecil.
Saham lapis tiga adalah saham yang memiliki kapitalisasi di bawah Rp 500 miliar dan
harga saham per lembarnya juga rata-rata memiliki harga yang relatif murah, seperti Rp
50 hingga Rp 100 perak per lembar.
Hal tersebut akan membuat para investor berlomba-lomba untuk memborong saham
tersebut dengan harga yang tinggi untuk mendapatkan return yang besar.
Sumber:
https://koinworks.com/blog/waspada-saham-gorengan/
https://www.cnbcindonesia.com/investment/20200102162008-21-127172/apa-itu-saham-
gorengan-ini-definisi-ciri-ciri-dan-tipsnya
https://www.finansialku.com/saham-gorengan/