Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIKUM ANALISIS INVESTASI EARNING MANAGEMENT, INSIDER

TRADING,

DAN PENERBITAN SAHAM GORENGAN

Nama : Bagas Sekar Langit No MHS : 193300765

1. Insider trading adalah transaksi efek yang dilarang, sesuai UU Pasar Modal No.8
Tahun 1995, trading yang dilarang apa saja? dan siapa sajakah yang dilarang
melakukan trading?
UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) telah melarang
kejahatan insider trading melalui Pasal 95, namun pasal ini tidak menjelaskan lebih lanjut
tentang apakah yang dimaksud dengan unsur-unsur insider trading. Pasal 95 hanya
menyatakan bahwa orang dalam dari emiten atau perusahaan publik yang mempunyai
informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek:
(a) emiten atau perusahaan publik dimaksud, atau
(b) perusahaan lain yang melakukan transaksi efek dengan emiten atau perusahaan
publik yang bersangkutan.
Dari ketentuan Pasal 95 UUPM itu, sebenarnya dapat diderivasi beberapa unsur, bahwa
insider trading dikatakan terjadi apabila telah terpenuhi tiga unsur.
Pertama, adanya orang dalam. Unsur orang dalam berarti merujuk kepada subjek hukum
pelaku insider trading. Pelaku yang dilarang insider trading itu terdiri dari:
(a) Komisaris, direktur, atau pegawai emiten;
(b) Pemegang saham utama emiten;
(c) Orang perorangan yang karena kedudukan atau profesinya (misalnya konsultan
hukum atau akuntan publik) atau karena hubungan usahanya dengan emiten atau
perusahaan publik, memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi; atau
(d) Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak menjadi pihak-pihak
sebagaimana dimaksud tersebut di atas. Dilarangnya pribadi-pribadi tersebut
didasari pemikiran bahwa orang dalam tersebut karena kedudukan atau fungsinya,
terbuka kemungkinkan memperoleh segala informasi yang berkaitan dengan
perusahaan tersebut
Kedua, informasi orang dalam itu bersifat material dan belum dipublikasikan kepada
publik. Yang dimaksud dengan Informasi material itu adalah informasi atau fakta penting
dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga
efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak-pihak lain
yang berkepentingan terhadap informasi atau fakta tersebut (Pasal 1 angka 7 UUPM).
Yang dimaksud dengan Informasi material yang dapat mempengaruhi harga efek itu
adalah yang dapat langsung maupun tidak langsung menjadi penyebab naik dan turunnya
harga efek di bursa efek, sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap pergerakan harga
efek di Pasar Modal. Harga efek akan bergerak dengan naik dan turun berkorelasi dengan
akan dilakukannya aksi korporasi (corporate action) emiten, di antaranya berupa
penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha
patungan, pemecahan saham, atau pembagian deviden saham, pendapatan dari deviden
yang luar biasa sifatnya, perolehan atau kehilangan kontrak penting, produk atau
penemuan baru yang berarti, perubahan pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen, penggantian wali amanat, pengumuman pembelian kembali atau pembayaran
efek yang bersifat utang dan lain-lain.
Ketiga, adanya transaksi perdagangan efek oleh orang dalam berdasarkan informasi
tersebut. Unsur ini mensyaratkan adanya tindakan atau aksi insider trading dengan dasar
informasi yang belum dipublikasikan ke publik. Hal ini berarti bahwa transaksi tersebut
jelas memang dimotivasi atau didorong oleh karena adanya pengetahuan orang dalam
tersebut terhadap informasi-informasi yang sifatnya material yang memang belum
dimiliki publik. Berangkat dari informasi yang material tersebut, pihak orang dalam
kemudian dapat memutuskan apakah akan melakukan penjualan atau pembelian
(perdagangan efek) terhadap sejumlah efek yang publik belum mengetahuinya. Dalam
hal informasi tersebut adalah bagus, maka insider akan segera menaikan harganya,
sehingga investor akan segera memutuskan untuk membeli pada harga yang rendah,
sedangkan sebaliknya apabila informasi tersebut adalah merupakan informasi yang tidak
bagus yang berpotensi dapat menurunkan harga atas efek, maka investor akan dengan
segera menjual pada saat harga yang cukup tinggi sebelum pada akhirnya harga efek
tersebut mengalami penurunan kembali. Ilustrasi yang demikian memperlihatkan bahwa
motif utama kejahatan atau tindak pidana insider trading ini adalah dilatarbelakangi untuk
memperoleh keuntungan dengan modus operandi memanfaatkan informasi yang belum
terbuka umum (kondisinya akan berbeda apabila informasi telah dipublikasikan untuk
publik).

2. Bagaimanakah karateristik saham gorengan yang biasa dijual belikan di pasar


modal? sebutkan contohnya!
Karateristik saham gorengan :
1. Kenaikan harganya cukup signifikan
Harga saham naik adalah hal yang sangat wajar, tapi dengan kenaikan nilai yang
dapat dimaklumi. Misalnya harga pembukaannya Rp 500 dan penutupannya Rp
550. Peningkatan Rp 50 per hari masih sangat wajar, kan? Namun, apabila
peningkatan harganya lebih dari 10% per hari, apalagi untuk saham yang
harganya murah, saham ini terindikasi digoreng oleh bandar. Harga yang murah
sejatinya tidak semenarik itu di mata para investor. Makanya perlu berhati-hati
sebelum membeli saham. Sebaiknya amati pergerakan harganya dalam kurun
waktu tertentu supaya kamu tahu apakah saham tersebut layak dibeli atau tidak.

2. Volume perdagangan yang tidak wajar


Dari segi volume perdagangan, saham gorengan selalu menorehkan perdagangan
terbesar dibandingkan saham lain dari emiten yang sudah cukup dikenal. Bukan
karena peminatnya banyak, tapi karena volume dagangnya dimainkan oleh
bandar. Jadi, bandar dengan sengaja membeli dalam jumlah besar-besaran agar
harga sahamnya naik drastis. Bahkan rela melakukan penawaran di atas harga
pasar. Tidak masuk akal, kan? Padahal sejujurnya, semua orang yang terjun ke
dunia saham ingin mendapatkan harga murah untuk memaksimalkan nilai
investasi. Jadi saat saham dijual, investor berhasil mendapatkan keuntungan besar.
3. Antrean jual yang sedikit
Jika dibandingkan dengan bid atau permintaan, maka jumlah offer atau penjualan
saham gorengan jauh lebih sedikit yang membuat harganya naik signifikan.
Sederhananya sama seperti hukum dagang. Apabila permintaan tinggi dan
penawaran rendah, maka harga barangnya semakin mahal. Dalam hal ini, bandar
biasanya akan melakukan wait and see. Barangkali dengan kenaikan harga yang
signifikan, tingkat ketertarikan ritel untuk membeli sahamnya semakin besar.
Padahal kalau secara logika, investor atau trader pun pasti akan menjual harga
saham apabila harganya naik dan keuntungannya sudah mencapai target awal.
Karena biasanya peningkatan harga ini belum tentu terjadi pada esok hari.
Daripada malah boncos, lebih baik jual dan nikmati keuntungannya walaupun
cuma sedikit.

4. Harga saham tinggi walaupun perusahaan rugi


Bukan suatu rahasia lagi kalau harga saham gorengan selalu berada di atas awan
meskipun kondisi keuangan perusahaan tidak baik. Padahal kalau secara logika
hal ini tidaklah mungkin karena investor atau trader mana yang mau berinvestasi
pada emiten yang kinerjanya kurang baik? Harga yang tinggi ini biasanya terjadi
karena perusahaan disokong oleh modal para bandar yang membuat harga
sahamnya selalu meningkat. Jadi penting untuk mengamati kondisi keuangan
perusahaan sebelum akhirnya membeli suatu saham. Lihat besarnya pendapatan
kotor, pengeluaran, keuntungan maupun kerugian yang diperoleh dari tahun ke
tahun. Kamu bisa melihat laporan keuangan perusahaan di website resminya atau
keterbukaan informasi di situs BEI. Perhatikan secara teliti agar kamu tidak
terjebak pada permainan para bandar.

5. Dikuasai oleh emiten baru


Meskipun harganya cenderung terjangkau, kamu perlu waspada terhadap
kemunculan emiten-emiten baru. Biasanya emiten barulah yang sering terindikasi
saham gorengan karena harganya masih cukup terjangkau. Memang, masuknya
emiten tersebut sudah melalui persetujuan OJK, tapi kamu belum tahu kinerja
emiten yang sebenarnya. Daripada ujung-ujungnya nilai portofolio hancur. Lebih
baik investasikan uangmu dalam jumlah sedikit di awal. Setelah beberapa bulan
atau tahun kemudian, kamu dapat menyimpulkan apakah emiten tersebut layak
atau tidak.

Salah satu contoh saham gorengan adalah BUMI yang pada awal tahun 2017
berhasil mencapai harga Rp 500-an per lembarnya. Namun, sekarang harganya
turun drastis di bawah Rp 100.
3. Apakah persamaan dan perbedaan Earning Management dengan Fraud? sebutkan
contohnya
Manajemen laba (Earning Management) termasuk tindakan fraud mengingat dalam
manajemen laba laporan keuangan disajikan disesuaikan dengan keinginan manajemen
bukan yang faktual (apa adanya) dengan dukungan standar akuntansi yang berlaku
umum.
Kalau kita kembali kepada unsur-unsur fraud (conversion, concealment, dan theft), maka
kegiatan manajemen laba memenuhi unsur conversion (merekayasa, manipulasi) dan
concealment (menyembunyikan, menutupi) walaupun tidak secara langsung terjadi theft
(menguntungkan diri sendiri).

Perbedaan manajemen laba (earning management) dengan kecurangan akuntansi (fraud).


Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan ataupun
mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana
manajerbertanggungjawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan
profitabilitasekonomis jangka panjang unit tersebut. Earning management oleh Sebagian
kalangan dianggap sebagai ‘proffesional judgement’ atas laporan keuangan, tetapi dapat
menyesatkan (mislead) pihak stakeholder dalam melakukan interpretasi terhadap
performa ekonomi suatu perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pihak
manajemen telah dengan sengaja melakukan tindakan manipulasi atau tindakan lainnya
yang dapat mempengaruhi laporan keuangan.

Hal ini pernah dilakukan beberapa perusahaan termasuk BUMN seperti PT Kereta Api
Indonesia dan PT Kimia Farma yang melaporkan laba tidak sama dengan laba yang
sebenarnya. Kemudian kasus-kasus yang telah diputuskan pengadillan dan sempat
menjadi perhatian publik terkait pembobolan dana nasabah perbankan seperti kasus di
City Bank, Bank Mandiri Syariah Bogor, BNI, serta kasus-kasus lainnya merupakan
contoh penyalahgunaan asset perusahaan untuk kepentingan pribadi.
Beberapa kasus internasional seperti kasus Enron juga terkait dengan upaya penyajian
kinerja keuangan yang tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai