Anda di halaman 1dari 10

Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.

Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan
efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat pasal ini. Dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan, disebutkan
bahwa penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan cara:

a) Melawan hukum;

b) Memakai nama palsu atau martabat palsu;

c) Tipu muslihat;

d) Rangkaian kebohongan;

e) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya
memberi utang atau menghapuskan piutang.

Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun


1995 juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu
terbatas dalam kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran,
pembelian, dan/atau penjualan efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum, atau
terjadi di bursa efek maupun diluar bursa atas efek emiten atau perusahaan publik.
Mengenai pengertian tipu muslihat atau rangkaian kebohongan sebagaimana ditentukan
dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 menegaskan bahwa hal tersebut
termasuk membuat pernyataan yang tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material[6].

2. Manipulasi Pasar

Tindakan manipulasi pasar adalah merupakan serangkaian tindakan yang maksudnya


untuk menciptakan gambaran yang keliru dan menyesatkan tentang adanya
perdagangan yang aktif, keadaan pasar atau harga dari satu efek di bursa efek,
melakukan jual beli yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan Pemilik Penerima
Manfaat, atau transaksi semu.
Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.2

Seperti namanya (manipulasi pasar) tindakan ini hanya terjadi di pasar sekunder (di
bursa) yaitu sesudah saham-saham yang dijual melalui penawaran umum didaftarkan
(listing) di salah satu bursa efek yang ada. Manipula si ini terutama akan lebih mudah
dilakukan di bursa-bursa di mana jumlah investor relatif sedikit. Karena dengan
demikian antara satu investor dengan investor lainnyadapat saling berhubungan untuk
mengadakan kesepakatan-kesepakatan tertentu yang maksudnya untuk memanipulasi
pasar. Selain itu manipulasi pasar ini dapat juga dilakukan dengan transaksi tanpa
adanya saham atau tanpa adanya pengalihan hak atas saham[7].

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai jenis kejahatan ini berikut ini
diberikan ilustrasi tentang modus-modus yang digunakan oleh pialang di bursa untuk
melakukan manipulasi pasar ini.

a. Transaksi Semu

Sebagaimana jual beli lainnya dimanapun maka jual beli di bursa merupakan suatu jual
beli dalam arti yang sebenarnya yaitu jual beli yang harus dilakukan dengan adanya
arus barang (dari penjual). Apabila salah satu dari kedua unsur ini tidak ada (terutama
tidak ada barang) maka jual beli (transaksi) tersebut dapat dikwalifikasikan sebagai
suatu transaksi semu (wash sales) yaitu transaksi yang tidak diikuti oleh adanya
perubahan Pemilik Penerima Manfaat (beneficial owner)[8]. Transaksi semu ini kadang-
kadang juga dilakukan untuk menstabilkan harga suatu saham aatau juga dengan
maksud untukn mendapatkan (mengisi) porsi asing. Tindakan yang terakhir ini (untuk
mengisi porsi asing) misalnya dilakukan atas saham-saham yang memang sangat
digemari oleh investor asing. Saham-saham “laris” ini biasanya sudah habis terbeli
dalam catatan bursa tetapi karena saham-saham pendiri masih akan diperdagangkan
maka sebenarnya masih ada sejumlah saham baik dari pendiri maupun pemnegang
saham lokal yang masih dapat dibeli[9].

Tujuan dari transaksi ini adalah sederhana saja yaitu memberikan gambaran bahwa
saham tersebut memang likuid atau untuk mendapatkan nota transaksi yang berstatus
asing sehingga ketika saham-saham pendiri telah boleh dijual (8 bulan kemudian)
pialang ini dapat menggunakan nota transaksi hasil transaksi semu dengan status asing
tersebut untuk mengklaim saham lokal yang kemudian dibelinya sebagai saham asing.
Cara -cara seperti ini dipergunakan karena saham-saham asing ini memang mempunyai
perbedaan harga (spread) yang cukup tinggi[10].

b. Pembentukan Harga
Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.3

Cara ini biasanya dilakukan dengan maksud untuk melakukan suatu transaksi pada
harga tertentu. Transaksi seperti ini dapat dilakukan baik dengan menaikan atau
menurunkan harga sehingga tujuan pembentukan harga ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara, misalnya seorang nasabah (pemodal) menyuruh dua broker untuk
melakukan transaksi pada suatu harga tertentu. Cara lain adalah seorang pemodal
menyuruh temannya untuk melakukan order jual atau beli pada satu broker sedangkan
dia sendiri melakukan order jual atau beli pada broker lainnya dengan harga yang telah
dibentuk tersebut.

Pembentukan harga ini biasa dilakukan pada transaksi di papan reguler dan
dimaksudkan baik untuk mempertahankan, menurunkn atau menaikan harga.
Pembentukan harga pada transaksi tutup sendiri (di papan crossing) kadang-kadang
juga dilakukan karena harga yang diminta oleh nasabah dan yang terjadi di reguler
berbeda agak jauh. Padahal sesuai dengan Peraturan yang berlaku di Bursa Efek
Jakarta, misalnya, transaksi yang dilakukan di papan tutup sendiri haruslah berpedoman
pada harga di papan reguler. Ini karena pada waktu itu harga di papan reguler tidak
sesuai dengan permintaan nasabah (misalnya, terlalu tinggi atau terlalu rendah). Untuk
itu pialang yang akan melakukan transaksi ini akan melakukan pembentukan harga
(melalui transaksi di papan reguler) sehingga transaksi yang akan dilakukan di papan
“tutup sendiri” memenuhi harga yang dikehendaki oleh nasabah. Dengan berlakunya
ketentuan baru tentang perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta (Keputusan Direksi PT
Bursa Eefek Jakarta No. 05/BEJ/XII/1993) ketentuan bahwa harga pada transaksi
crossing harus berpedoman pada harga reguler[11].

3. Insider Trading

Informasi adalah komoditi yang sangat penting dalam suatu bursa efek. Oleh karena itu
informasi mengenai suatu berita yang terjadi atas suatu emiten yang sahamnya
diperdagangkan di bursa tidak boleh diketahui oleh satu pihak secara eksklusif. Begitu
pentingnya informasi ini, umpamanya, dapat dilihat dari berfluktuasinya harga saham di
bursa ketika terjadi suatu peristiwa atas perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di
bursa[12].

Insider trading adalah Perdagangan efek dengan mempergunakan Informasi Orang


Dalam (IOD). IOD adalah informasi material yang dimiliki orang dalam yang belum
tersedia untuk umum Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, tidak memberikan batasan
insider trading secara tegas. Transaksi yang dilarang antara lain yaitu orang dalam dari
Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.4

emiten yang mempunyai informasi orang dalam melakukan transaksi penjualan atau
pembelian atas efek emiten atau perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan
emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan. Dengan demikian pokok
permasalahan insider trading adalah ”informasi”. Orang dalam atau dikenal dengan
“insider” adalah manajer, pegawai atau pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik, pihak yang karena kedudukan atau profesinya atau karena
hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkannya
mempunyai IOD, termasuk pihak yang dalam 6 bulan terakhir tidak lagi menjadi orang-
orang tersebut. Sementara pihak lain yang dilarang melakukan insider trading adalah
mereka yang memperoleh IOD secara melawan hukum, sebagaimana yang ditentukan
dalam Pasal 97 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bahwa pihak
yang berusaha untuk memperoleh IOD dari orang dalam secara melawan hukum dan
kemudian memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang
berlaku bagi orang yang sebagaimana dimaksud Pasal 95 dan Pasal 96. Demikian juga
perusahaan efek yang memiliki IOD, pegawai Bapepam yang diberi tugas atau pihak
lain yang ditunjuk oleh Bapepam untuk melakukan pemeriksaan juga dilarang
memanfaatkan untuk diri sendiri atau pihak lain kecuali diperintahkan oleh UU lainnya
(Pasal 98 ayat (4))[13].

Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam


dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek
perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu dapat pula
dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum
diumumkanya informasi material kepada publik terkait dengan terjadinya peningkatan
atau penurunan perdagangan yang tidak wajar. Perdagangan orang dalam memiliki
beberapa unsur, antara lain:

a. Adanya perdagangan efek;

b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;

c. Adanya inside information;

d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;

e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;

f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.


Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.5

Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya bila
pada pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang lain, maka
pada perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain tapi dengan
menggunakan informasi yang seharusnya milik umum, sehingga pelaku memperoleh
keuntungan dari tindakannya. Pada pencurian konvensional yang menderita kerugian
adalah pihak pemilik barang, sedangkan pada kasus perdagangan orang dalam, yang
menderita kerugian begitu banyak dan luas, mulai dari lawan transaksi hingga kepada
pudarnya kewibawaan regulator dan kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar,
maka kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal juga akan pudar[14].

Dilarangnya perdagangan oleh orang dalam ini sangat berkaitan dengan adanya
ketentuan yang mengatur tentang ‘keterbukaan informasi’ yang harus diumumkan
kepada publik, sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam
No.Kep-22/PM/1991. Keputusan Ketua Bapepam ini mewajibkan setiap perusahaan
publik untuk menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat
secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah Keputusan atau
terjadinya suatu peristiwa, keterangan penting dan relevan yang mungkin dapat
mempergunakan nilai efek perusahaan atau keputusan investasi nilai efek perusahaan
atau keputusan investasi pemodal. Dalam pada itu perlu juga ditekankan di sini bahwa
perdagangan oleh orang dalam ini tidak saja mengakibatkan terjadinya suatu tindak
pidana tetapi juga merupakan suatu perbuatan melawan hukum menurut ketentuan
Pasal1365 KUH Perdata. Hal ini karena perdagangan oleh orang dalam itu dapat
merugikan investor lain dan karenanya investor yang dirugikan berhak mendapatkan
penggantian apabila dapat membuktikannya. Oleh karena itu menurut ketentuan Pasal
1365 KUH Perdata maka “tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”[15].

2.2 Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pasar Modal Di Indonesia

Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995, separti halnya KUHP, juga membagi tindak
pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu kejahatan dan pelanggaran di
bidang pasar modal. Dari kasus-kasus pelanggaran perundang-undangan di atas,
sebagaimana telah dijelaskan ketika membahas tentang kejahatan pasar modal, bahwa
selama ini belum ada satu kasuspun yang penyelesaiannya melalui jalur kebijakan
Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.6

pidana, tetapi melalui penjatuhan sanksi administrasi, yang penyelesaiannya dilakukan


oleh dan di Bapepam. Baru pada tahun 2004 terdapat satu kasus tindak pidana pasar
modal yang sudah sampai ke pihak kejaksaan, dengan kata lain proses
penyelesaiannya akan melalui sistem peradilan pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, meletakkan kebijakan kriminal melalui hukum


pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal dalam Pasal 103 ayat (2), yaitu
pelanggaran Pasal 23, Pasal 105, dan Pasal 109. Pelanggaran pasar modal yang
dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2) adalah pelanggaran terhadap Pasal 32 yaitu:
seseorang yang melakukan kegiatan sebagai wakil penjamin efek. Wakil perantara
pedagang efek atau wakil menager inveatsi tanpa mendapatkan izin Bapepam.
Ancaman bagi pelaku adalah maksimum pidana selama 1 (satu) tahun kurungan dan
denda Rp. 1000.000.000.00.-(satu milyar rupiah).

Pelanggaran pasar modal yang dimaksud dalam Pasal 105 adalah pelanggaran Pasal
42 yang dilakukan oleh Manajer investasi, atau pihak terafiliasinya, yaitu : menerima
imbalan (dalam bentuk apapun), baik langsung maupun tidak langsung yang dapat
mempengaruhi manejer investasi itu untuk membeli atau menjual efek untuk reksa
dana. Ancaman pidana berupa pidana kurungan maksimum 1 (satu) tahun kurungan
dan denda Rp. 1.000.000.000.00.-(satu milyar rupiah).

Pelanggaran yang dimaksud dalam Pasal 109 adalah perbuatan tidak mematuhi atau
menghambat pelaksanaan Pasal 100, yang berkaitan dengan kewenangan Bapepam
dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap semua pihak yang diduga atau terlibat
dalam pelanggaran Undang-Undang Penanaman Modal.

Dianutnya pembagian delik atas dua macam yaitu delik kejahatan pasar modal, dan
delik pelanggaran pasar modal, menunjukkan bahwa Undang-Undang Penanaman
Modal mengikuti ketentuan yang terdapat dalam KUHP yang merupakan hukum
(ketentuan yang umum, di satu sisi, tetapi dalam ketentuan mengenai sanksinya jauh
berbeda. Di dalam KUHP untuk delik pelanggaran tidaklah diancam dengan pidana
kumulasi seperti dalam Undang-Undang Penanaman Modal ini, tetapi hanya hukuman
kurungan paling lama satu tahun, sedangkan dalam Undang-Undang Penanaman
Modal juga satu tahun kurungan tetapi dikumulasikan dengan denda yang besar (1
milyar).

Hal ini tentu saja rasional, juga bila dilihat dari asas perundang-undangan yang baik
selalu memperhatikan antara korban dan sanksi yang seimbang. Walaupun selama ini
Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.7

dikenakan sanksi administrasi kepada pelaku tindak pidana pasar modal, tetapi seperti
pada tindak pidana pasar modal, alasan yang sama telah dikemukakan di atas menjadi
dasar untuk memberikan sanksi administrasi tersebut.

Melihat penyelesaian terhadap kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh


Bapepam, Bapepam lebih cenderung menyelesaikan persoalan tersebut dengan
menggunakan jalur di luar pengadilan (non penal), akan tetapi apabila pihak pelanggar
tidak dapat menyelesaikan sanksi administratif yang telah dijatuhkan, maka pihak
Bapepam akan menyelesaikan kasus tersebut ke pengadilan (penyelesaian secara
penal). Dapat dikatakan disini bahwa, pihak Bapepam beranggapan bahwa hukum
pidana tersebut sebagai senjata pamungkas (Ultimum Remedium) di dalam
penyelesaian kasus pelanggaran perundang-undangan di pasar modal.

Kejahatan dan pelanggaran di pasar modal berupa penipuan, manipulasi pasar dan
Insider Trading. Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas pasar modal,
dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh orang kepala biro
terdiri atas:

a. Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum

b. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan

c. Biro Pengelolaan dan Riset

d. Biro Transaksi dan Lembaga Efek

e. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa

f. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil.

g. Biro Standar dan Keterbukaan.

Bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang


pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan
terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah
terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan sanksi akan
Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.8

diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat masukan dari bagian
pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila mereka yang dikenai sanksi dapat
menerima putusan tersebut. Maka pihak yang terkena sanksi akan melaksanakan
semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Permasalahan akan berlanjut bila sanksi
yang telah ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau tidak dilaksanakan, misalnya
denda yang telah ditetapkan oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang diduga telah
melakukan pelanggaran, maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan
menyerahkan kasus tersebut kepada pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang
berwenang melakukan penuntutan.

Demikian pula dengan Bursa Efek, sebagai lembaga yang menyelenggarakan


pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan transaksi perdagangan
efek menemukan suatu pelanggaran, yang berindikasi adanya pelanggaran yang
bersifat pidana, lembaga ini akan menyerahkan pelanggaran tersebut kepada Bapepam
untuk dilakukan pemeriksaan dan penyidikan.

Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus (pelanggaran peraturan


perundangan pidana) bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti tercantum di dalam
ketentuan Pasal 6 (ayat 1) huruf (b). yang menyebutkan: “Penyidik adalah aparat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.”

Tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila:

a. Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya


pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal;

b. Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan,


persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak lain yang
dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan;

c. Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di bidang


pasar modal

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut Undang-Undang Penanaman Modal


bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pelaku
Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.9

ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai tugasnya ini, Bapepam


memiliki fungsi antara lain, menyusun peraturan dan menegakkan peraturan di bidang
pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh
izin, persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang
pasar modal, menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi
oleh Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, dan lainnya.

Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan


kegiatan pasar modal yang teratur, dan efisien serta dapat melindungi kepentingan
pemodal dan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi penegakan hukum, Bapepam
bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan
pasar modal. Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau penyidikan, yang didasarkan
kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku pasar modal, data tersebut dianlisis
oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan konsumsi publik dengan melakukan
pemberitaan melalui media massa.

Sejak tahun 1997, Bapepam melaksanakan press release secara berkala kepada
masyarakat, antara lain melalui media massa dan media internet. Presss Release yang
dikeluarkan oleh Bapepam, merupakan bentuk publikasi dan pertanggungjawaban
kepada masyarakat mengenai kondisi, dan keberadaan suatu perusahaan, dan juga
kebutuhan masyarakat akan informasi pasar modal lainnya misalnya, bila ada kebijakan
perundang-undangan yang baru dari Bapepam. Selain itu pula, kebijakan untuk selalu
membuat laporan kepada masyarakat melalui press release ini adalah merupakan
perwujudan dari prinsip kejujuran dan keterbukaan (tranparansi) yang dianut oleh
lembaga pengawas pasar modal ini[16]

KASUS REKSA DANA PT. SARIJAYA PERMANA SEKURITAS


Terdakwa Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas dianggap
penuntut umum telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian
uang. Akibat ulah ketiga terdakwa, 13.074 nasabah menderita kerugian sebesar Rp.
235,6 milyar.
Berawal dari perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya
Ananda, untuk mencari nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun 2008, sudah
terhimpun 17 nasabah nominee yang sebagian besar adalah pegawai grup perusahaan
Sarijaya. Kemudian, dibukakanlah ketujuhbelas nasabah nominee ini rekening.
Rekening itu digunakan Herman untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa
efek. Namun, karena dana dalam rekening 17 nasabah nominee ini tidak mencukupi
Program Dinamik/Riset Operasi/Hal.10

untuk melakukan transaksi, maka Herman meminta Lanny Setiono (stafnya) untuk
menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA). Lalu, Lanny menindak-lanjutinya
dengan memerintahkan bagian informasi dan teknologi (IT) untuk memproses kenaikan
TA 17 nasabah nominee tersebut. Tapi, untuk menaikkan TA, sebelumnya harus
mendapat persetujuan dari para direksi Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli,
Direktur Utama Sarijaya. Walau mengetahui dana yang terdapat pada rekening
ketujubelas nasabah nominee tidak mencukupi, para direksi tetap memberikan
persetujuan untuk menaikkan TA. Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi
jual/beli saham di bursa efek. Padahal, transaksi yang dilakukan Herman, tanpa
sepengetahuan atau order dari para nasabah. Selama kurang lebih enam tahun,
Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan menggunakan rekening
ketujuhbelas nasabah nominee. Dan untuk membayar transaksi itu, Herman medebet
dana 13074 nasabah yang tersimpan di main account Sarijaya

Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini


telah mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal
perusahaan sebesar Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan
tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13074
nasabah Sarijaya sekitar Rp235,6 miliar.
Mabes Polri dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK) mempunyai pendapat yang berbeda untuk kasus ini. Polri menyatakan kasus
Sarijaya masuk dalam ranah pasar modal, dan perlu ditindak sesuai dengan UU Pasar
Modal.
Sedangkan Bapepam-LK menganggap kasus ini bukan pelanggaran pasar modal,
melainkan kategori pidana umum, yakni penggelapan dan pencucian uang

Anda mungkin juga menyukai