Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jenis makanan yang dikonsumsi manusia semakin lama semakin

bermacam-macam sejalan dengan perkembangan gaya hidup. Salah satunya

adalah peningkatan ketersediaan buah-buahan di masyarakat. Sering tidak kita

sadari bahwa banyak buah di sekitar kita yang memiliki khasiat tersembunyi.

Salah satu buah yang banyak dikonsumsi dan memiliki manfaat terselubung

adalah stroberi.

Stroberi (Fragaria x ananassa) atau juga disebut stroberi kebun

merupakan buah yang dibudidayakan di seluruh dunia karena aromanya, warna

merah menyala, serta manisnya yang khas. Buah ini dikonsumsi dalam skala yang

besar, baik dalam bentuk buah maupun dalam bentuk olahan seperti es krim, jus

buah, yoghurts, dan milk shake. Stroberi kebun pertama kali dibiakkan di

Brittany, Prancis pada tahun 1740 melalui persilangan dari Fragaria virginiana

dan Fragaria chiloensis dari Chile dan Argentina yang dibawa oleh Amedee-

Francois Freizer. Berdasar data yang dihimpun, dalam rentang tahun 2005 sampai

2008, jumlah stroberi yang dipanen mencapai 3,5 juta ton lebih di seluruh dunia

setiap tahun, dengan puncak 4 juta ton produksi buah stroberi di tahun 2008

(United States Department of Agriculture, 2011).

Kandungan dalam buah stroberi antara lain potassium, magnesium, fosfor,

kalsium, zat besi, vitamin A, E, K, C. Vitamin C berperan penting dalam

1
2

mengurangi resiko kanker gastrointestinal tract. Selain itu buah ini juga

merupakan sumber bagus untuk antioksidan, dan mampu menurunkan tekanan

darah tinggi yang biasa diasosiasikan dengan penyakit jantung dan pembuluh

darah. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa stroberi membantu

kemampuan ingatan dan mengurangi rheumatoid arthritis. Namun yang belum

banyak diketahui oleh masyarakat adalah bahwa stroberi juga mengandung

flavonoid (United States Department of Agriculture, 2007).

Dalam kumpulan data yang dirilis oleh United States Department of

Agriculture pada 2011, buah stroberi dilaporkan mengandung 40 mg zat flavonoid

per 100 gram nya yang merupakan suatu kelompok besar antioksidan bernama

polifenol. Polifenol yang terkandung di buah stroberi yaitu asam ellagic, katekin,

dan antosianin. Selama dekade terakhir, para ilmuwan telah menjadi semakin

tertarik pada potensi flavonoid berbagai diet untuk menjelaskan beberapa manfaat

kesehatan yang berhubungan dengan buah-dan sayuran kaya diet (Linus Pauling

Institute, 2011). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Erycesar pada

tahun 2007, ditemukan konsentrasi hambat minimal ekstrak stroberi terhadap

Streptococcus mutans sebesar 12,5% .

Gambar 1 (Struktur Dasar flavonoid) Gambar 2 (Struktur Katekin)


3

Efek antibakteri flavonoid yang terdapat dalam stroberi dapat

dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan

keadaan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, kemudian berkembang biak

dan akhirnya mengakibatkan penyakit. Yang disebut mikroorganisme yaitu

bakteri, jamur dan virus. Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi

diantaranya adalah bakteri. Bakteri dapat menyebabkan infeksi secara lokal

maupun sistemik. Secara umum penyakit infeksi dapat disembuhkan dengan

menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik untuk infeksi lokal telah

dikurangi karena kecenderungan menimbulkan hipersensitivitas secara lokal pada

kulit atau membran mukosa (Ganiswarna dkk,1995).

Salah satu bakteri dengan strain tertentu yang sering mengakibatkan

penyakit infeksi pada manusia adalah bakteri Escherichia coli (disingkat E. coli).

E. coli adalah kelompok besar dan beragam bakteri. Meskipun kebanyakan strain

E. coli tidak berbahaya, tipe tertentu dapat membuat sakit. Beberapa jenis E. coli

bisa menyebabkan diare, sementara yang lain menyebabkan infeksi saluran kemih,

penyakit pernapasan dan radang paru-paru, dan penyakit lainnya (Centers for

Disease Control and Prevention, 2011). Sebagaimana diketahui akhir-akhir ini

telah terjadi wabah besar E. coli di Eropa, yang telah mengakibatkan sejumlah

kematian. Kebanyakan kasus diidentifikasi pada bagian utara Jerman, sementara

beberapa telah dilaporkan di negara-negara Eropa lainnya. Kasus terkait dengan


4

perjalanan ke Jerman juga telah dilaporkan di Amerika Serikat dan Kanada.

Sebagian besar kasus terjadi pada orang dewasa dan terutama wanita. Strain

Escherichia coli yang mewabah ini masih belum bisa diidentifikasi namun diduga

penyebabnya adalah strain baru yang lebih infeksius dan toksik.

Selain kasus yang mewabah di negara-negara Barat akhir-akhir ini

tersebut, di Indonesia sendiri Escherichia coli sudah mengakibatkan angka

kejadian diare yang tinggi. Sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau

sekitar 460 balita setiap harinya (Pusat Informasi Obat Universitas Gadjah Mada,

2011). Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare

adalah penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 untuk bayi dan 5 bagi

semua umur.

Escherichia coli adalah kelompok besar dan beragam bakteri. Meskipun

kebanyakan strain E. coli tidak berbahaya, namu strain tertentu dapat membuat

manusia sakit. Beberapa jenis E. coli bisa menyebabkan diare, sementara yang

lain menyebabkan infeksi saluran kemih, penyakit pernapasan dan radang paru-

paru, dan penyakit lainnya. Jenis yang lain dari E. coli digunakan sebagai penanda

untuk air kontaminasi sebagaimana yang sering terdengar tentang E. coli yang

ditemukan dalam air minum, yang mungkin sendiri tidak berbahaya, tetapi

merupakan tanda air yang terkontaminasi.

Salah satu strain E. coli yang sering menjadi penyebab penyakit diare

adalah E. coli O111. Enteropathogenic E. coli (EPEC) O111 adalah penyebab

klasik diare pada anak, terutama di negara berkembang (Durso, et. al, 2007).

Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) O111, yang biasanya membawa setidaknya

satu gen toksin Shiga-, adalah salah satu non-O157 penyebab diare berdarah dan
5

uremik hemolitik-sindrom (HUS) yang paling umum di Amerika Serikat (Brooks

et al., 2005), dan juga menyebabkan penyakit di Eropa (Karch et al, 1999.), Asia

(Jeon et al, 2006;.. Kato et al, 2005), dan Australia (Paton dkk., 1996).

Gejala infeksi E. coli diantaranya adalah kram perut dan diare, yang dapat

mengakibatkan diare berdarah dan Sindrom Uremik Hemolitik (HUS). Infeksi E.

coli ditularkan dari orang ke orang melalui rute fekal-oral. Gejala biasanya

berkembang dalam waktu dua sampai 10 hari setelah paparan (Public Health

Agency of Canada, 2011).

Terapi penanganan diare yang efektif hingga saat ini masih belum

ditemukan. Pada pertengahan abad 20 ditemukan larutan glucose-electrolyte untuk

terapi diare akut via oral, terutama bagi bayi dan anak-anak. Walau demikian ada

kekurangan dari larutan yang biasa disebut oralit ini, yaitu volume tinja yang

dikeluarkan penderita tidak berkurang atau bahkan meningkat. Berbagai usaha

telah dilakukan untuk perbaikan diantaranya dengan mengurangi osmolalitas

standar oralit tersebut dengan bahan polymer semisal bahan kaya tepung (“rich

starch”), akan tetapi diare tetap berlangsung sampai infeksi teratasi (Eddy, 2002).

Selain daripada usaha perbaikan yang belum berhasil maksimal, adanya

resistensi bakteri terhadap antibiotik yang digunakan merupakan masalah yang

berbeda lagi. Dengan berkembangnya populasi bakteri yang resisten, maka

antibiotik yang dulunya efektif untuk mengobati penyakit tertentu berkurang nilai

keefektifannya. Di sisi yang lain, antibiotik modern juga menimbulkan beberapa

efek samping. Untuk itu, diperlukan pengembangan obat-obat baru yang berbeda

untuk menggantikan obat-obat yang telah tidak efektif dan dengan efek samping

seminimal mungkin.
6

Berdasar data dan fakta di atas, peneliti bermaksud untuk membuktikan

pengaruh pemberian ekstrak buah stroberi (Fragaria x ananassa) dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro dengan

menggunakan metode dilusi dan difusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

aktivitas dan daya hambat antibakteri pada ekstrak buah stroberi (Fragaria x

ananassa) terhadap Escherichia coli serta mengkaji kemampuan ekstrak buah

stroberi (Fragaria x ananassa) dalam beberapa konsentrasi dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Escherichia coli yang masih sering menjadi sumber penyakit

infeksi, khususnya diare, di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak buah stroberi (Fragaria x ananassa) dapat menghambat

pertumbuhan Escherichia coli pathogen serotype 1-11 secara in vitro dengan

metode dilusi dan difusi?

Berapa konsentrasi hambat minimal (KHM) pada ekstrak buah stroberi

(Fragaria x ananassa) yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri

E. coli?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh ekstrak stroberi (Fragaria x ananassa) dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pathogen serotype 1-11.


7

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengkaji konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak stroberi (Fragaria

x ananassa) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli

pathogen serotype 1-11.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi ilmiah tentang kemampuan antibakteri ekstrak

buah stroberi (Fragaria x ananassa) terhadap bakteri Escherichia coli

pathogen serotype 1-11 secara in vitro, sehingga dapat digunakan sebagai

dasar penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan terapi

untuk infeksi bakteri Eschericia coli pathogen serotype 1-11.

Anda mungkin juga menyukai