Anda di halaman 1dari 6

RESUME KELOMPOK 2

NAMA: IWANA PUTRI RINJANI

NIM: 18045072

A. Hijrah Nabi ke Madinah


a. Persiapan Hijrah

Hijrah Nabi Muhammad ke Madina membutuhkan persiapan dan rencana, sebab hal ini
merupakan ketentuan dan peraturan dari Allah SWT. Dengan demikian persiapan ini dilakukan
dalam 2 arah yaitu, Mempersiapkan kepribadian kaum al-muhajirin dan mempersiapan tempat
untuk berhijrah. Hijrah bukanlah sebuah tempat yang dapat menyenangkan hati manusia. Akan
tetapi hijrah adalah tempat dimana meninggalkan kelahiran, keluarga, hubungan kerabat,
hubungan sahabat dan orang-orang yang dicintai serta tempat usaha. Melepaskan hal itu semua
demi mendapatkan sebuah keyakinan yang mana hal ini membutuhkan peran usaha yang besar
hingga sampai ketempat tujuan.

b. Perasaan Nabi Muhammad ketika meninggalkan Makkah

Ketika nabi henda meninggalkan Makkah, beliau berhenti sejenak di pasar Makkah, lalu
beliau bersabda “ Demi Allah, engkau adalah sebaik-baik negeri Allah dan negeri yang paling
Allah cintai, kalaulah bukan karena aku dikeluarkan dari negeri ini, tidak akan aku
meninggalkanmu”. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “.Karena sangking banyaknya
tentara Allah, tidak ada satupun yang dapat mengetahui berapa banyaknya tentara Allah. Karena
sesungguhnya tentara Allah tiada habisnya. Sebagaimana tidak ada satu orangpun yang dapat
membatasi kemungkinan-kemungkinan, mengawasi hakikatnya dan sifatnya sekalipun secara
global. Terlebih lagi untuk mengetahui keadaan, jumlah dan persentasenya. Saat kaum musyrikin
telah mengepung gua dan pesembunyian Rasulullah sudah di depan mata mereka yang ada di
dalam diri beliau dan Abu bakar adalah perasaan kepada Allah sebagai pelindung.

c. Singgah di kemah Ummu Ma’bad dalam perjalanan Hijrah

Dalam perjalanan ke Madina, Nabi Muhammad melintasi Ummu Ma‟bad di lembah


Qudaid perkampungan kaum Khuza‟ah. Dia adalah saudari Khunais bin Khalid AlKhuza‟I.
diriwayatkan dari Khalid bin Khunais Al-Khuza‟I sahabat Rasulullah “ Sesungguhnya,
Rasulullah tatkala keluar dari Makkak untuk berhijrah ke Madinah yaitu beliau, Abu Bakar dan
Amir bin Fahirah budak Abu Bakar dan penunjuk jalan bagi mereka berdua yaitu Abdullah bin
Uraiqith. Mereka melintasi kemah Ummu Ma‟bad Al Khuza‟iyah yang mana ia seorang wanita
tua, namun masih Nampak kuat yang mana pada saat itu ia duduk dengan posisi sambil memeluk
lutut, sambil makan dan minum.

Lalu rombongan Rasulullah menanyakan apakah dia menjual daging dan kurma, lalu
Rasulullah melihat seekor kambing di sebelah kemah Ummu Ma‟bad, maka beliau bertanya
“Kambing ini apakah bisa diambil susunya ? apakah kau mengizinkan untuk aku memerah
susunya? Lalu Ummu Ma‟bad menjawab “ Ya, jika engkau melihat ada susu padanya, maka
silahkan saja perah”. Pada persinggahan Nabi di kemah Ummu Ma‟bad ialah untuk mengisi
persediaan makanan dan istirahat makan sebentar untuk mengembalikan stamina mereka, jika
sudah melakukan istirahat para rasul dan nabi melanjutkan perjalanan hijrah mereka.

d. Upaya Penahan oleh Kaum Quraisy

Para pemimpin kaum Quraisy tidak puas untuk menghalangi kaum muslimin yang
masih berada di dalam kota Makkah yang hendak keluar berhijrah dan bahkan mereka juga
menyiapkan usaha dan cara untuk mengembalikan orang-orang yang berhijrah yang sudah
berada di Madinah. Maka dilaksanakan proses penangkapan kepada salah seorang Muhajjirin
dan usaha ini berhasil, maka selesailah penangkapan tersebut dengan cara dipisahkan lalu
dipulangkan ke Kota Makkah. Inilah gambaran sejarah penculikan yang dibicarakan oleh Umar
bin Al-Khathab.

Kaum quraisy telah membuat sebuah benteng untuk penjara seperti usaha menangkap
orang yang berusaha untuk berhijrah. Yang mana penahanan itu dilakukan di dalam beberapa
rumah dengan mengikat tangan dan kedua kakinya lalu dikepung dengan pengawasan dan
penjagaan yang sangat ketat sehingga tidak dapat meloloskan diri. Dalam melakukan hal ini,
para pemuka kaum quraisy ingin mewujudkan 2 tujuan yaitu : Melarang para tahanan agar tidak
melakukan hijrah dan Para tahanan itu akan diberi pelajaran dan peringatan bagi para hijrah
dengan cara seperti yang diatas. Tetapi hal seperti itu tidak menghalangi kaum muslim untuk
tetap pergi hijrah ke Madinan Al-Munawwarah. Ketika Nabi Muhammad berhijrah, beliau
langsung mendoakan orang-orang lemah dan tertindah yang masih berada di Kota Makkah dan
menyebutkan beberapa nama lainnya secara khusus.
e. Kedatangan Nabi dan para sahabat di Madinah

Ketika Nabi dan Rasul memasuki kota Madina, beliau mengutus kepada kaumnya lalu
mereka datang menemui beliau dan Abu Bakar. Mereka mengucapkan salam dan berkata “
Naiklah kalian berdua di atas onta ini dengan tenang dan aman”. Lalu beliau dan Abu bakar
menaikinya dan mengawal keduanya dengan senjata yang siap sedia. Tatkala beliau tiba di
Madinah, para penduduk Madina berkata “ Telah datang Nabi Allah, telah datang Nabi Allah”.
Maka mereka segara mengerumuni dan memandang kea rah beliau. Itulah hari yang sangat
membahagiakan yang belum pernah disaksikan terjadi di Madinah sebelumnya. Semua orang
mengenakan pakaian terbaik mereka, seolah mereka sedang merayakan hari raya. Sebenarnya itu
memang hari raya, yaitu perayaan berpindahnya Islam dari intimidasi di Makkah ke negeri luas
dan penuh berkah yang menerima dengan lapang. Betapa penduduk Madinah merasakan betul
akan keutamaan yang Allah anugrahkan kepada mereka.

Ketika Rasulullah memasuki Madinah, kaum wanita dan pria menaiki atap rumah
mereka, sementara kaum pekerja dan kaum pelayan berhamburan di tengah jalan seraya
menyerukan “ Wahai Muhammad, wahai Rasulullah, Wahai Muhamad, wahai Rasulullah”.
Setelah sabmbutan hangat yang tumpah ruang, Rasulullah terus berjalan hingga turun di rumah
Abu Ayyub Al-Anshari.

B. Membangun Islam dari Madinah

Hal yang pertama dilakukan Rasulullah ketika di Madina adalah membangun masjid.
Dengan tujuan untuk menampilkan syiar-syiar islam yang selama ini selalu mendapat
pertentangan serta sebagai tempat didirikannya shalat yang merupakan media kedekatan antara
seorang hamba dengan Tuhannya serta sebagai tempat membersihkan hati dari noda kehidupan
dunia. Diriwayatkan dari Al- Bukhari dengan sanadnya, bahwa ketika Rasulullah sampai di kota
Madinah dengan menunggangi kendaraanya bersama beliau berjalan sekelompok orang sehingga
sampai di dekat masjid Rasulullah. Beliau dan para lelaki dari kaum muslimin melakukan shalat.
Kemudia ada sebuah tempat untuk mengeringkan korma milik Sahal dan Suhail. Maka ketika
onta berhenti dan menderum tempat itu, Rasulullah bersabda “ Insya Allah, di sinilah akan
didirikan rumah.” Maka beliau memanggil dua pemuda tersebut dan beliau menanyakan
harganya. Sempat terjadi agumen diantaranya tetapi akhirnya mereka mau menjual tanah itu
kepada Rasulullah.
Masjid sebagai symbol Universalitas Islam

a) Masjid dibangun untuk tempat beribadah yaitu shalat bagi orang mukmin dan tempat
mengingat Allah, mentasbihkan-Nya, mensucikan-Nya, memuji-Nya dan menyatakan syukur
atas nikmat yang diberikan kepada mereka. masjid dimasuki oleh Muslim dan ia mendirikan
shalat di dalamnya serta melaksanakan ibadah. Dan para muslim tidak boleh menyakiti siapapun.

b) Masjid merupakan tempat bertemunya rasulullah dengan para sahabatnya dan oarng luar yang
ingin menyatakan keimanan.

c) Masjid juga menjadi tempat untuk menimba ilmu pengetahuan, sebagaimana yang dianjurkan
dalam Al-Qur‟an, masjid adalah tempat para kaum mukmin untuk mengasah pikiran dan akal
mereka serta tempat untuk menimba ilmu bagi setiap orang dari setiap penjuru. Mendalami
agama dan kembali ke kaumnya menjadi seorang yang mengajak kepada jalan Allah.

d) Masjid juga berfungsi sebagai tempat tinggal bagi orang asing dan orang yang dalam
perjalanan tanpa perlu membayar sedikit pun. e) Masjid juga sebagai benteng untuk
mengumpulkan para mujahid ketika mereka berlarian. Di dalamnya terpancar keagungan jihad
dan dakwah kepada Allah. Panji para pimpinan dikibarkan di dalamnya, sehingga mereka siap
untuk terjun ke medan laga. Dibawah naungan masjid berdiri tegak para tentara Allah yang
selalu siap meraih kemenangan dan mati syahid.

C. Piagam Madinah

Piagam madinah (Shahifatul Madinah) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi


Madinah ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan
suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di
Yatsrib (kemudian bernama madinah) pada tahum 622 M. Dokumen teersebut disusun sejelas-
jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani A’us dan
Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, Yahudi dan komunitas-komunitas Madinah, sehingga
membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut Ummah.

Isi dari Piagam Madinah :

A. Butir - butir piagam yang berhubungan dengan kaum muslimin.


1. Kaum mukminin, baik yang berasal dari Quraisy maupun Yatsrib, dan orang - orang yang
mengikuti mereka, bergabung dengan mereka, dan berjihad bersama mereka, adalah satu
umat, yang berbeda dari umat manusia lainnya.

2. Setiap kelompok dari kaum Mukminin (Muhajirin, Bani Sa'idah, dari Aus) boleh tetap
berada dalam kebiasaan mereka yaitu tolong menolong dalam membayar diat diantara mereka
dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil diantara Mukminin.
Sesungguhnya kaum Mukminin tidak boleh membiarkan orang yang menanggung beban berat
(karena memiliki keluarga besar dan hutang diantara mereka) namun mereka harus
membantunya dengan baik dalam pembayaran tebusan atau diyat.

3. Orang - orang mukmin yang bertakwa harus menentang orang yang dzalim diantara mereka.
Kekuatan mereka bersatu dalam menentang yang dzalim, meskipun yang dzalim adalah anak
dari salah satu seorang diantara mereka.

4. Jaminan Allah itu satu. Allah memberikan jaminan sampai kepada kaum muslimin yang
paling rendah sekalipun. Dan sesungguhnya mukminin itu saling membantu diantara mereka,
tidak dengan yang lain.

5. Sesungguhnya kaum Yahudi yang mengikuti kaum mukminin berhak mendapatkan


pertolongan dan santunan, selama kaum Yahudi ini tidak mendzalimi kaum muslimin dan
tidak bergabung dengan musuh dalam memerangi kaum muslimin.

B. Butir - butir piagam yang berhubungan dengan kaum Musyrikin.

1) Kaum Musyrik Madinah tidak boleh melindungi harta atau jiwa kaum Kafir Quraisy
(Makkah) dan juga tidak boleh menghalangi kaum Muslimin darinya.

2) Orang - orang Quraisy dan para sekutunya memiliki hak untuk berdamai jika mereka
memintanya, Kecuali orang yang memerangi Islam dari mereka.

3) Orang - orang kafir Quraisy tidak diberi jaminan keamanan, dan begitu pula yang membantu
mereka.

C. Butir - butir piagam yang berhubungan dengan kaum Yahudi.

1. Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.


2. Kaum Yahudi dari Bani 'Auf adalah satu umat dengan mukminin. Kaum Yahudi berhak atas
agama, budak - budak dan jiwa - jiwa mereka. Ketentuan ini juga berlaku bagi kaum Yahudi
yang lain yang berasal dari Bani Najjar, Bani Harits dan kedudukan dari kerabat Yahudi (di
luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

3. Tidak ada seorang Yahudi pun yang dibenarkan ikut berperang, kecuali dengan ijin Nabi
Muhammad SAW.

4. Kaum Yahudi berkewajiban menanggung biaya perang mereka dan kaum Muslimin juga
berkewajiban menanggung biaya perang mereka sendiri. Kaum Muslimin dan Yahudi harus
saling membantu dalam menghadapi orang yang memerangi pendukung piagan ini, dan
mereka juga harus saling memberi nasehat serta membela pihak yang tedzalimi.

D. Butir - butir piagam yang berhubungan dengan kepentingan umum. 1) Sesungguhnya Yatsrib
itu tanahnya haram (suci) bagi warga pendukung piagam ini. Dan sesungguhnya orang yang
mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak melakukan sesuatu yang
membahayakan dan tidak khianat. Jaminan tidak boleh diberikan kecuali dengan seijin
pendukung piagam ini. 2) Bila terjadi suatu peristiwa atau perselisihan diantara pendukung
piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, maka penyelesaiannya dikembalikan
kepada Allah SWT, dan Muhammad SAW. 3) Para pendukung piagam harus saling membantu
dalam menghadapi musuh yang menyerang kota Yatsrib. 4) Orang yang keluar (berpergian)
aman, dan orang berada di Madinah juga aman, kecuali orang yang dzalim dan khianat. Dan
Allah SWT adalah penjamin bagi orang yang baik dan bertakwa, dan Muhammad Rasulullah
SAW.

Anda mungkin juga menyukai