A. Kurikulum vs Pendidikan
Kurikulum adalah jantung dari pendidikan karena kurikulum adalah tentang apa apa yang
harus diajarkan. Selain materi pelajaran, kurikulum juga memuat tentang sumber pelajaran.
Dalam Pembuatan kurikulum harus mempertimbangkan terkait tujuan akhir yang akan dicapai
setelah mata pelajaran diajarkan. Dimana mata pelajaran tersebut sebagai alat yang digunakan
guru dan pembuat kurikulum untuk mencapai tujuan yang tertanam dalam kurikulum.
Sedangkan pendidikan adalah suatu konsep abstrak yang terjadi melalui keluarga, media
dan banyak pengaruh budaya lain yang mengelilingi anak-anak. Kurikulum berbeda dengan
pendidikan, kurikulum berpikir tentang etika sedangkan pendidikan sebuah hal yang benar atau
salah . pendidikan sering disajikan seolah-olah bisa atau harus menjadi ilmu sosial yang terputus
dari pertanyaan moral kurikulum. Mencoba menciptakan ilmu pendidikan yang terpisah dari
kurikulum sama dengan melatih seseorang cara menembakkan senjata, tetapi lupa mengajari
mereka kapan dan mengapa melakukannya. Hanya akan menjadi percuma jika perjuangan
sekolah yang telah menghabiskan banyak waktu dan uang untuk menciptakan sistem pendidikan
yang efisien, tetapi mengabaikan unsur terpenting di sekolah yaitu kurikulum.
Jadi, kurikulum merupakan jantung dari pendidikan karena kurikulum ialah kombinasi pemikiran
tindakan dan tujuan yang kemudian akan diajarkan dalam berbaga iinstitusi baik sekolah ataupun
yang lain.
kurikulum ternyata memiliki tiga arti: sebagai subjek, sebagai bidang studi, dan sebagai
praktik moral. Sebagai mata pelajaran, kurikulum memiliki banyak kesamaan dengan filsafat,
terutama filsafat moral.Kesamaan kurikulum dengan filsafat bisa juga dilihat karena kedua
bidang ini berusaha untuk melihat pengetahuan, realitas, dan praktik secara utuh. Selain itu juga,
kurikulum dan filsafat sama-sama mengandalkan akal dan logika, tetapi keduanya juga dapat
dikaitkan erat dengan masalah keimanan dan agama.
C. Kurikulum Pembebasan
Kurikulum yang membebaskan adalah salah satu yang memanfaatkan semua bakat dan
kemampuan setiap siswa untuk menjadikannya lebih manusiawi. Kurikulum yang membebaskan
menghubungkan siswa dengan tradisi yang memberikan landasan bagi dunia sosial dan politik
kita, sementara pada saat yang sama mempersiapkan mereka untuk berunding dengan bijak dan
membuat keputusan yang melanjutkan tradisi ini.
Selain itu, kurikulum yang membebaskan adalah yang mengubah konstitusi batin
karakter seseorang sehingga dapat menjalani hidup yang penuh akal, refleksi, musyawarah, dan
kebahagiaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa , kurikulum yang membebaskan adalah jalan, cara hidup,
yang meningkatkan kemampuan sosial, moral, politik, intelektual, dan spiritual setiap siswa.
Yang kedua adalah isi atau area subjek yang hadir dan tidak hadir di dalam kurikulum
sekolah, Salah satu ilustrasinya sebagai berikut: seorang kepala sekolah di sekolah mengengah
menyatakan bahwa dia akan membuat keputusan untuk tidak memasukkan pelajaran bahasa
asing di dalam kurikulum dangan alasan bahwa lebih dari setengah siswanya berasala dari negara
yang tidak berbahasa inggris. Dia merasa bahwa kebanyakan siswanya harus berjuang ekstra
keras untuk belajar bahasa inggris, sehingga akan lebih baik jika mereka memfokuskan diri
untuk mempelajari mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat mereka dari pada harus
mepelajari bahasa inggris. Dalam hal ini kepala sekola harus berpikir secara bijak dan hati-hati
mengenai apa saja yang tidak akan dimasukkan, supaya dapat mewujudkan visi dan misi sekolah
secara efektif, efisien dan komprehensif.