Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Resume Materi Intelegensi “

Dosen Pembimbing :

Dr. Marlina, S.Pd., M.Si

Disusun oleh :

Iwana Putri Rinjani

18045072

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
RESUME MATERI PERTEMUAN IV

PERANAN INTELIGENSI DALAM BELAJAR

A. Konsep Inteligensi/Kecerdasan.

Intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Super & Cites mendefinisikan
intelegensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari
pengalaman. Garret mencoba mendefinisikan intelegensi adalah kemampuan yang diharapkan
dalam menyelesaikan masalah dengan syarat-syarat pemahaman dan penggunaan simbol-simbol.

Menurut William Stern, intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan baru, dengan menggunakan alatalat berpikir yang sesuai dengan tujuannya. Sedangkan
menurut Wechsler (dalam Winkel, 1948), intelegensi adalah kemampuan bertindak dengan
menetapkan suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan
lingkungan di sekitarnya secara memuaskan. Langeveld memberikan definisi intelegensi sebagai
disposisi untuk bertindak, untuk menentukan tujuan-tujuan baru dalam hidupnya, membuat alat
ukur mencapai tujuan itu serta mempergunakannya.

Gardner memberikan definisi tentang kecerdasan sebagai kecakapan untuk memecahkan


masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk mengembangkan masalah baru
untukdipecahkan, dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat
di dalam kehidupannya.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa intelegensi
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sejak lahir dan digunakan untuk memenuhi
penyesuaian kebutuhan hidupnya dengan berpikir dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan
tujuannya tersebut.

B. Klasifikasi IQ

Pengukuran inteligensi adalah pro sedur pengukuran yang meminta peserta untuk
menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran inteligensi dilakukan menggunakan
tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Dilihat dari segi pelaksanaannya tes inteligensi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu tes individual dan kelompok.

Inteligensi ditetapkan dalam ukuran yang disebut intelligence quotient (IQ). Ukuran IQ
adalah nisbah atau rasio antara umur kecerdasan (mental age, disingkat MA) dengan umur
kalender (chronological age, disingkat CA). MA diperoleh dari tes psikologi dan CA dihitung dari
tanggal kelahiran peserta teSecara kuantitatif perkembangan kognisi di dasarkan pada hasil tes
intelegensi yang kita kenal dalam bentuk ukuran intelegensi yaitu IQ(Intelligence Quotient) yang
merupakan rasio/hasil bagi dari IQ= MA/CA x 100. MA adalah mental age/ usia mental. Sedang
CA adalah usia kronologis (chronological age). Sebaran tingkat intelegensi dari hasil tes
intelegensi dapat dikategorisasi menjadi beberap tingkatan, seperti ditampilkan dalam tabel 1,di
bawah ini.

Menurut Wechsler salah seorang ahli yang memperkenalkan klasifikasi intelegensi (IQ) manusia

KLASIFIKASI IQ
Genius > 140
Sangat cerdas 130-140
Cerdas (superior) 120-130
Di atas rata-rata 110-120
Rata-rata 90-110
Di bawah rata-rata 80-90
Garis batas (bodoh) 70-80
dembil 50-70
Imbisil 25- 50
idiot <25
C. Konsep Multiple Intelligence (Kemajemukan Inteligensi)

Pada tahun 1983 teori tentang multiple intelligence mulai diperkenalkan oleh Howard
Gardner. Dalam teori kecerdasan ini terdapat usaha untuk melakukan redefinisi kecerdasan.
Sebelum muncul teori multiple intelligence, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan secara
sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan
serangkaian tes IQ, kemudian tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan. Gardner berhasil
mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak digunakan oleh para pakar psikolog
di dunia (Munif Chatib, 2013: 132).

(1983: x) mengatakan bahwa “Intelligence is the ability to solve problems, or to create


products, that are valued within one or more cultural”. Menurutnya kecerdasan seseorang tidak
diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang
menyelesaikan masalahnya sendir(problem solving) dan kebiasaan seseorang menciptakan
produk-produk baru yang punya nilai budaya (creativity). Rose Mini (2007: 4) menjelaskan bahwa
Dalam teori multiple Intelligence setidaknya ada Sembilan kecerdasan, dan hal ini pun bisa
kemungkinan untuk bertambah. Sembilan kecerdasan inilah yang kemudian disebutnya sebagai
multiple intelligence (kecerdasan ganda).

Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces
of intellect”, yaitu sebagai berikut.

a. Operasi Mental (Proses Berpikir)

b. Content (Isi yang Dipikirkan)

c. Product (Hasil Berpikir)

Tokoh berikutnya dari teori multiple intelligence ini adalah Howard Gardner (Yusuf,
2006:108). Gardner membagi inteligensi itu dalam 7 jenis, yaitu:

a. Logical-Mathematical (Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati polapola logis dan


bilangan serta kemampuan untuk berpikir rasional/logis)

b. Linguistic (Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kaata, dan keragaman fungsi-
fungsi bahasa)
c. Musical (Kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada, dan
bentuk-bentuk ekspresi musik)

d. Spatial (Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan


transformasi persepsi tersebut)

e. Bodily Kinesthetic (Kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan menangani


objek-objek secara terampil)

f. Interpersonal (Kemampuan untuk mengamati dan merespon suasana hati, temperamen,


dan motivasi orang lain)

g. Intrapersonal (Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan, serta


inteligensi sendiri). Dalam buku terbarunya, “Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for
The 21st Century” (1999), Howard Gardner (Badruddin, 2009) menjelaskan 8 kecerdasan yang
tersimpan dalam otak manusia. Ada penambahan satu dari tujuh jenis kecerdasan/keahlian
sebelumnya, yaitu H. keahlian naturalis (Cerdas Alam/Nature Smart): kemampuan mengamati
pola-pola alam, memahami sistem alam, dan sistem-sistem buatan manusia. Mengembangkan
kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Peran
orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting
dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Jadi jelaslah bahwa kecerdasan, yang
biasanya diukur dengan skala IQ, memang bukan elemen tunggal atau tiket menuju sukses (John
Wareham dalam Badruddin, 2009)

Menurut Julia Yasmine (2012: 5-7) teori multiple intelligences adalah validasi tertinggi,
gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat
tergantung dalam pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara
siswa (pelajar) belajar, di samping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat
dan bakat masing-masing pembelajar. Teori multiple intelligences bukan hanya mengakui
perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga
menganggap serta menerimanya sebagai suatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat
berharga.
Teori ini merupakan langkah menuju suatu titik dimana individu dihargai dan keragaman
dibudidayakan. Dengan demikian teori multiple intelligences adalah gagasan bahwa perbedaan
individu sangat penting. Pemakaian dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan,

pengakuan dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa belajar, disamping
pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing
pembelajar.

D. Usaha Guru Membantu Siswa Dalam Belajar Sesuai Dengan Potensinya

Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang
dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu siswa akan tumbuh dan berkembang
menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun
secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah
sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga
adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga.
Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.Seorang guru tidak
dapat memaksa agar siswanya menjadi ”itu” atau menjadi ”ini”. Tugas guru adalah menjaga,
mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat
dan bakatnya.
Sejak ditemukan bahwa penguasaan konsep siswa telah meningkat setelah belajar menggunakan
beberapa pembelajaran berbasis kecerdasan dan siswa ditemukan memiliki minat sedang hingga
sangat tinggi dalam belajar materi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis kecerdasan
ganda memiliki efek yang signifikan untuk keduanya penguasaan konsep siswa dan minat dalam
materi pembelajaran. Penerapan kecerdasan ganda pembelajaran berbasis dilakukan secara
sistematis sesuai rencana mengacu pada rencana pelajaran yang telah disetujui oleh para
ahli. Penguasaan konsep siswa meningkat setelah diajar menggunakan multiple- pembelajaran
berbasis kecerdasan, merujuk pada hasil nilai pretest dan posttest mereka dalam materi
konsep. Pembelajaran berbasis kecerdasan ganda menarik minat siswa dalam materi pembelajaran
yang dibuktikan oleh hasil skala minat Likert yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
memiliki minat belajar yang tinggi penting setelah diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis
kecerdasan ganda

E. Ciri-ciri intelegensi

1. Intelegensi tidak bisa dilihat secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

2. Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan
pemecahan masalah yang timbul daripadanya.

F. Faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang

1. Pembawaan

Yang dimaksud disini adalah sebuah sifat yang memang dibawanya sejak lahir. Misalnya
seorang anak yang bisa memecahkan persoalan akan dipengaruhi juga dengan pembawaan dirinya
sendiri. Meskipun pelatihan yang dilakukan sama, namun cara seseorang dalam memutuskan hal
akan bisa kita lihat perbedaannya. Hal ini lah yang bisa dikatakan dengan sebuah hal pembawaan.

2. Faktor lingkungan sosial

Tidak bisa kita pungkiri lingkungan sosial termasuk faktor yang mempengaruhi intelegensi
seseorang. Dimana hal ini juga berkaitan dengan psikologi sosial yang dimiliki oleh seseorang.
Misalnya seorang anak yang dibesarkan dalam kehidupan sosial yang baik dan tidak akan
mempengaruhi dirinya menjadi orang lain, maka intelegensi yang dimilikinya tersebut juga bisa
tergantung dari apa yang didapatkannya.

3. Faktor lingkungan

Hal yang satu ini juga bisa berkaitan dengan psikologi sosial seseorang, dimana untuk ciri-
cirinya sendiri memang sudah dibawa oleh seseorang tersebut ketika dia dilahirkan. Psikologi
lingkungan akan sangat berpengaruh dalam hal ini. Dimana dengan adanya lingkungan bisa sangat
mempengaruhi perubahan-perubahan yang ada di dalam diri seseorang tersebut.
Hal ini juga berarti bahwa intelegensi bisa terlepas dari adanya otak dan juga dipengaruhi
pemberian gizi seseorang. Selain itu adanya rangsangan juga yang bersifat kognitif dari lingkingan
serta perbedaan psikologi kognitif nya bisa berkaitan erat dengan hal- hal yang ada di atas.

4. Kematangan seseorang

Perkembangan dan juga pertumbuhan organ tubuh manusia pastilah akan terus
berkembang. Sehingga dalam hal ini juga bisa berkaitan dengan pencapaian seseorang untuk bisa
menyanggupi dan juga menjalankannya fungsinya masing- masing. Ketika anak- anak bisa
memecahkan sebuah persoalan tertentu bisa dikatakan bahwa organ tubuhnya sudah berkembang
dengan matang, tapi sebaliknya jika seorang anak bisa dengan mudah memecahkan sebuah
persoalan tertentu maka organ tubuhnya memang sudah matang. Sehingga dalam hal ini akan
berkaitan erat juga.

5. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang juga bisa sangat mempengaruhi intelegensi
seseorang. Dengan usia yang cukup matang biasanya tingkat intelegansi seseorang akan berbeda
dengan anak yang belum memiliki intelegensi yang belum matang. Sehingga keterkaitan umur
atau usia bisa dikatakan cukup memiliki pengaruh yang sangat penting dan juga berkaitan erat.

6. Pembentukan seseorang

Salah satu hal yang bisa berkaitan dengan intelegensi lainnya adalah pembentukan
seseorang, karena dengan adanya pembentukan ini akan sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang dapat menilai tingkatan intelegensi yang dimilikinya. Misalnya saja sebuah
pembentukan yang dilakukan dengan sengaja, biasanya dalam hal ini adalah peran dari sekolah,
sedangkan pembentukan yang dilakukan secara tidak sengaja biasanya dilakukan di alam sekitar.

7. Minat seseorang

Hal lainnya yang bisa dikatakan berkaitan erat dengan faktor yang mempengaruhi
intelegensi seseorang adalah minat. Untuk minat yang satu ini pastinya bisa diarahkan dengan
sebuah tujuan yang berkaitan dengan adanya sebuah perbuatan yang berkaitan dengan dorongan
pada seseorang dilakukan dengan motif tertentu.
Untuk hal yang satu ini juga bisa dikaitkan dengan adanya manipulasi dan juga eksplorasi
yang dilakukan pada dunia luar, bahkan lama kelamaan juga bisa menimbulkan minat pada diri
seseorang, sehingga mendorong seseorang juga agar bisa dan mau berbuat baik.

8. Kebebasan

Faktor yang satu ini bisa berkaitan erat dengan adanya sebuah kebebasan yang kita miliki,
misalkan dengan adanya metode yang dilakukan dalam melakukan pemecahan masalah, dan juga
ketika kita memiliki hal- hal yang bisa dilakukan dengan penyesuaian dan juga kebutuhan yang
kita miliki. adanya sebuah kebebasan ini juga merupakan tujuan dari pertimbangan adanya
intelegensi seseorang.

9. Stabilitas intelegensi dan IQ

Yang harus kita ketahui adalah bahwa intelegensi ini memiliki perbedaan dengan yang
namanya IQ. Karena kedua konsep tersebut juga berkaitan dengan cara seseorang atau kemampuan
seorang individu. Sedangkan IQ merupakan hasil dari adanya tes intelegensi yang telah dilakukan,
sehingga tergantung dari adanya perkembangan organic otak yang dimiliki.

10. Turunan

Faktor yang satu ini biasanya memang cukup sering kita dengan karena sangat
mempengaruhi intelegensi yang dimiliki seseorang. Dimana kecerdasan orang tua lah yang akan
sangat mempengaruhi intelegensi seorang anak dalam kehidupannya.

11. Diri sendiri

Salah satu faktor lainnya yang bisa berkaitan erat adalah dari diri dia sendiri. Dimana
seseorang yang memiliki intelegensi cukup tinggi bisa jadi hal yang menjadi latar belakang nya
tersebut adanya kemampuan dari dirinya sendiri. misalnya seseorang tersebut memiliki
kemampuan dan juga rajin, sehingga intelegensi yang dimilikinya sangatlah tinggi.

12. Pengalaman

Untuk faktor yang terakhir adalah pengalaman. Nah, untuk tingkat intelegensi ini ternyata bisa
juga dipengaruhi dari adanya pengalaman diri sendiri. semakin banyak pengalaman yang
dilaluinya bisa jadi akan mempengaruhi bahwa tingkatan intelegansi dirinya bisa melebihi orang-
orang yang ada di sekelilingnya.
Sumber
Anonym. Http://Eprints.Walisongo.Ac.Id/958/3/083611007_Bab2.Pdf. Diakses tanggal 09
sepetember 2019.
Achmad Aliyil Khakim. 2018. Pengetahuan Singkat Inteligensi & Kreatifitas. Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga.
https://www.researchgate.net/publication/326835375_PENGETAHUAN_SINGKAT_INT
ELIGENSI_KREATIFITAS/link/5b67bf75a6fdcc1883480c1f/download. Diakses tanggal
09 sepetember 2019.
Kholifatus Sa’diyah. 2018. Urgensi Deteksi Dini Dan Intervensi Anak Yang Mengalami Learning
Difficulty. Kariman, Volume 06, Nomor02.
Purwanto. intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16,
Nomor 4.
Rahmawati. Arti Penting Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan.
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/xoeb1336983752.pdf. Diakses
tanggal 09 sepetember 2019.
Tri Sukitman. KONSEP PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM
PENDIDIKAN IPS DI SEKOLAH DASAR. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan ISSN: 1410-8771. Volume. 18, Nomor 1, Hal 1-12.
W N Pratiwi*, D Rochintaniawati and R R Agustin.2018. The effect of multiple intelligence-based
learning towards students’ concept mastery and interest in learning matter. International
Program on Science Education, Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai