Anda di halaman 1dari 88

Pengertian Pancasila dan Fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara) – Pancasila dapat kita

artikan seabgai lima dasar yang dijadikan Dasar Negara serta Pandangan Hidup Bangsa.
Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan tidak
dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan
Hidup. Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam
menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar.

Pancasila Sebagai Dasar Negara tentunya memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi
Pancasila Adalah sebagai berikut:

 Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yaitu yang dijadikan pedoman hidup bangsa
Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin dalam masyarakat yang
heterogen (beraneka ragam).
 Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama
denganlahirnya bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam
sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa
lain.
 Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar
negara tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan
Indonesia).
 Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak
bertentangan dengan Pancasila.
 Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila.

Mengingat sangat pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, maka kita harus meneruskan
perjuangan, serta memelihara dan melestarikan, menghayati, mengamalkan pancasila dalam
kehidupan sehari-hari agar tujuan dari pancasila dapat terpenuhi.

- See more at: http://www.diwarta.com/pengertian-pancasila-dan-fungsi-pancasila-sebagai-


dasar-negara/758/#sthash.BErQPaZu.dpuf

PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-ambing oleh
kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar
negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan
rapuh.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi.
sebagai dasar negara dan ideologi negara, menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta menampilkan sikap positif terhadap
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan yang diperoleh dapat dijadikan bekal
keterampilan menganalisis dan bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara negara yang
menyimpang dari cita-cita dan tujuan negara.1

1.2 RUMUSAN MASALAH


Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.1 Bagaimana sejarah Lahirnya Pancasila?
1.2 Apakah Pengertian ideologi?
1.3 Bagaimanakah Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia?
1.4 Bagaimana Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat?

1 http://kanal3.wordpress.com/?s=pancasila, diakses hari rabu tanggal 21 Maret 2012 pukul


17.30 WIB 
1.3 PEMBAHASAN
A. SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA
Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari
kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki pada tanggal 7
September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 April 1945 (2605, tahun Showa
20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan
Indonesia Merdeka.
BPUPKI semula beranggotakan 70 orang (62 orang Indonesia dan 8 orang anggota istimewa
bangsa Jepang yang tidak berhak berbicara, hanya mengamati/ observer),kemudian ditambah
dengan 6 orng Indonesia pada sidang kedua. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1
Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama empat hari
bersidang ada tiga puluh tiga pembicara. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa Soekarno
adalah “Penggali/Perumus Pancasila”. Tokoh lain yang yang menyumbangkan pikirannya
tentang Dasar Negara antara lain adalah Mohamad Hatta, Muhammad Yamin dan Soepomo.
“Klaim” Muhammad Yamin bahwa pada tanggal 29 Mei 1945 dia mengemukakan 5 asas
bagi negara Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat. oleh “Panitia Lima” (Bung Hatta cs)diragukan kebenarannya. Arsip
A.G Pringgodigdo dan Arsip A.K.Pringgodigdo yang telah ditemukan kembali menunjukkan
bahwa Klaim Yamin tidak dapat diterima. Pada hari keempat, Soekarno mengusulkan 5 asas
yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau peri-kemanusiaan, persatuan dan
kesatuan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa, yang oleh Soekarno
dinamakan Pancasila, Pidato Soekarno diterima dengan gegap gempita oleh peserta sidang.
Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa
utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
2. Hamidhan, wakil dari Kalimantan
3. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
4. Latuharhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam
rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang
berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”.
Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah
tujuh kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pengubahan kalimat ini telah
dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman
Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan
kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan
penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal
18 Agustus 1945 Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.
Hari Kesaktian Pancasila
Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI).
Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi
komunis. Hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta.
Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami
kegagalan. Maka 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September
dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, memperingati bahwa
dasar Indonesia, Pancasila, adalah sakti, tak tergantikan.

Makna Lambang Garuda Pancasila


Burung Garuda melambangkan kekuatan
Warna emas pada burung Garuda melambangkan kejayaan
Perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia
Simbol-simbol di dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam Pancasila,
yaitu:
Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pohon beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia
Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti berani
dan putih berarti suci
Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai melambangkan wilayah Indonesia yang
dilintasi Garis khatulistiwa
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945),
antara lain:
Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
Jumlah bulu di leher berjumlah 45
Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda beda, tetapi tetap satu jua”.

Asal Istilah Pancasila dan Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”


Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang ada pada pita yang dicengkram oleh burung garuda,
berasal dari Kitab Negarakertagama yang dikarang oleh Empu Prapanca pada zaman
kekuasaan kerajaan Majapahit. Pada satu kalimat yang termuat mengandung istilah
“Bhinneka Tunggal Ika”, yang kalimatnya seperti begini: “Bhinneka tunggal Ika, tanhana
dharma mangrwa. ” Sedangkan istilah Pancasila dimuat dalam Kitab Sutasoma yang ditulis
oleh Empu Tantular yang berisikan sejarah kerajaan bersaudara singhasari dan Majapahit.
Istilah Pancasila ini muncul sebagai Pancasila Karma, yang isinya berupa lima larangan
sebagai berikut:
1. Melakukan tindak kekerasan
2. Mencuri
3. Berjiwa dengki
4. Berbohong
5. Mabuk (oleh miras)

Peraturan Tentang Lambang Negara
Lambang negara Garuda diatur penggunaannya dalam Pp No. 43/1958

Lagu: Garuda Pancasila


Garuda pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju. 2

2 http://chaplien.files.wordpress.com diakses hari SABTU tanggal 24 Maret 2012


pukul 22.10 WIB  
 Asal Mula Langsung
Asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara, yaitu asal mula
yang sesudah dan menjelang Proklamasi kemerdekaan. Rincian asal mula langsung Pancasila
menurut notonagoro, yaitu :
a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali dari Bangsa Indonesia yang berupa
adat-istiadat, religius. Dengan demikian pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam
kepribadiandan pandangan hidup.
b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)
Bentuk Pancasila dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Asal mulanya adalah Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta serta anggota BPUPKI.
c. Asal Mula Karya (Kausa Efisien)
Asal mula dengan menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar negara yang
sah.
d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Tujuannya : untuk dijadikan sebagai dasar negara. Para anggota BPUPKI dan Soekarno –
Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI.

 Asal Mula Tidak Langsung


Adalah asal mula yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan sehari-hari bangsa
Indonesia perincian asal mula tidak langsung :
a. Unsur-unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar filsafat
negara. Nilai-nilainya yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
b. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara. Nilai-nilainya yaitu adat istiadat, kebudayaan dan religius. Nilai-nilai
tersebut menjadi pedoman memecahkan problema.
c. Asal mula tidak langsung Pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia sendiri (Kausa
Materealis).

Filsafat pancasila
1. Pengertian Filsafat
Bangsa Indonesia mengenal kata filsafat dari bahasa Arab falsafah. Secara Etimologis kata
filsafat berasal dari bahasa yunani Philosophia dan philoso-Phos. Philos/Philein (shabat/cinta)
dan Sophia/sophos (pengetahuan yang bijaksana / hikmah-kebijaksanaan.) Bertens, 2006.
Menurut Burhanudin Salam (1983), filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu
yang dipersoalkan sebagai hasil dari pada berfikir secara radikal, sistematis, dan universal.

2. Landasan Filsafat Pancasila


Kekokohan suatu bangsa tergantung dari keyakinan bangsa tersebut terhadap nilai-nilai luhur
bangsanya. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur tersebut terkristalisasi dan terakumulasi
dalam filsafat Pancasila yang merupakan karya Bapak Bangsa (Founding Fathers) yang tak
ternilai. Filsafat Pancasila merupakan renungan jiwa yang dalam, berlandaskan pada ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang luas yang harmonis sebagai satu kesatuan yang bulat dan
utuh.

1) Landasan Etimologis
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta yang ditulis dalam huruf Dewa
Nagari . Makna dari Pancasila ada 2(dua). Pertama panca artinya lima dan Syila (huruf I
pendek) artinya baru sendi, Jadi Pancasyila berarti berbatu sendi yang bersendi lima. Kedua
Panca artinya lima Syiila (huruf I panjang) artinya perbuatan yang senonoh/ normatif
Pancasyiila berarti lima perbuatan yang senonoh/normatif, perilaku yang sesuai dengan
norma kesusilaan. (Saidus S. 1975)

2) Landasan historis
Secara historis Pancasila dikenal secara tertulis oleh bangsa Indonesia sejak abad ke XIV
pada zaman Majapahit yang tertulis pada 2 (dua) buku yaitu Sutasoma dan Nagara
Kertagama. Buku Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular tercantum dalam Panca Syiila
Krama yang merupakan 5 (lima) pedoman yaitu :
- Tidak boleh melakukan kekerasan
- Tidak boleh mencuri
- Tidak boleh dengki
- Tidak boleh berbohong
- Tidak bolehmabuk
Buku Negara Kertagama ditulis oleh Mpu Prapanca tercantum pada sarga 53 bait 2 (dua)
sebagai berikut : Yatnag gegwani Pancasyiila kertasangkara bhiseka karma. Selama berabad-
abad bangsa Indonesia tidak mendengar lagi kata Pancasila, baru pada tanggal 1 Juni 1945
pada rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) I, yang
berlangsung mulai 29 Mei – 1 Juni 1945 kata Pancasila digemakan kembali oleh Bung Krno
untuk memenuhi permintaan ketua BPUPKI dr. Rajiman Wedyodiningrat dasar Negara
Indonesia merdeka. Pancasila yang disampaikan Bung Karno sebagai Berikut:
- Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
- Internasionalisme atau Perikemanusiaan,
- Mufakat atau Demokrasi,
- Kesejahteraan Sosial, dan
- Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Pancasila menurut Bung Karno dapat diperas menjadi TRISILA, yaitu: Sila Pertama dan
kedua menjadi Sosio Nasionalisme. Sila ke tiga dan keempat menjadi Sosio Demokrasi dan
Ketuhanan. Trisila masih bisa diperas menjadi EKASILA yaitu GOTONG ROYONG
(Wedyodiningrat, 1947)
Pancasila rumusan Bung Karnodikaji anggota panitia lainnya dan dirumuskan kembali pada
tanggal 22 Juni 1945 yang dikenal sebagai PIAGAM JAKARTA, oleh Muhammad Yamin
disebut JAKARTA CHARTER.
Sila-sila Pancasila dalam Piagam Jakarta:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syare’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Menurut dasar
2. Perikemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Piagam Jakarta ini dirumuskan dan ditanda tangani oleh 9 orang yaitu :
1. Ir. Soekarno (Bung Karno)
2. Drs. Mohamad Hatta (Bung Hatta)
3. Mr. A.A Maramis
4. Abikoesno tjokrosoejoso
5. Abdoel Kahar Moezakir
6. H. Agoes Salim
7. Mr. Achmad Soebarjo
8. Wachid Hasyim
9. Mr. Mohamad Yamin. (Ismaun, 1978; Kansil, 1968)

Pada waktu diundangkan UUD’45 tanggal 18 Agustus 1945 rumusan Pancasila Berbeda
dengan yang tercantum pada Piagam Jakarta. Rumusan tersebut menjadi berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perumus Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD’45 menurut Prof. Dr. Sri
Soemantri S.H. LLM. Dalam ceramahnya pada Pelatihan Nasional Dosen Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian Pendidikan Pancasila di Yogyakarta (2002) adalah :
1. Drs. Mohammad Hatta
2. Abikoesno Tjokrosoejoso
3. Kasman Singomedjo
4. Wahid Hasjim
5. Mr. Mochamad Hasan

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, pada bulan Desember 1949 NKRI menjadi
Republik Indonesia Serikat (RIS), sebagai hasil dari persetujuan pemerintah Republik
Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang dikenal dengan Konperensi Meja Bundar (KMB),
RIS terdiri atas 16 negara bagian. Usia RIS berakhir pada bulan Mei 1950 NKRI terbentuk
kembali.

Mulai tahun 1950 sampai tahun 1959 Indonesia menggunakan Undang-Undang dasar
Sementara Th. 1950 (UUDS ’50) dimana sifat pemerintahannya Parlementer dan menganut
demokrasi Liberal.
Perubahan pemerintahan maupun bentuk Negara. Sifat Konsistensi mempertahankan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Sifat kesadaran dari bangsa Indonesia akan pentingya
Pancasila sebagai norma dasar/fundamental norm/grund norm bagi kokohnya NKRI.

3) Landasan Yuridis
Secara yudridis butir-butir Pancasila tercantum pada pembukaan UUD’45 alinea ke IV, yang
diejawantahkan dalam pasal-pasal UUD’45. Dalam TAP MPR RI No. XVIII/MPR/’98
dikukuhkan Pancasila sebagai dasar Negara harus konsisten dalam kehidupan bernegara.
Dalam TAP MPR RI No. IV/MPR/’99 diamanatkan agar visi bangsa Indonesia tetap
berlandaskan pada Pancasila.

4) Landasan Kultural
Pancasila yang bersumber dari nilai agama dan nilai budaya bangsa Indonesia tercermin dari
keyakinan akan Kemahakuasaan Tuhan YME dan kehidupan budaya berbagai suku bangsa
Indonesia yang saat kini masih terpelihara, seperti : Tiap upacara selalu memohon
perlindungan Tuhan YME, gotong royong , asas Musyawarah mufakat. Pada masyarakat
Padang dalam perilaku kehidupan bermasyarakat erat terkait dengan nilai agama yang
tercermin pada konsep: “ Adat basandi syara dan syara basandi kitabbullah.” Yang berarti
hokum adat bersendikan syara dan syara bersendikan Al-Quran.
Pada masyarakat Sunda kegiatan kehidupan sudah seyogyanya berpedoman pada tiga aspek
yang tidak terpisahkan yaitu:
Elmu tungtut, dunya siar, ibadah tetep lakonan (carilah ilmu, carilah rizki/ harta dan tetaplah
beribadah pada Tuhan YME). Dalam azas musyawarah mufakat/ demokrasi terungkap pada
nilai tetap dikemukan dengan cara yang santun tanpa orang kehilangan kehormatan dirinya
(Win-win solution). Hal ini tercermin dari prinsip sebagai berikut.
Hade ku omong goring ku omong (baik atau buruk katakanlah). Namun harus Caina herang
laukna beunang (airnya bersih ikannya tertangkap/win-win solution) 3

3 http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/464/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-23165-3-(pertemu-
l.pdf 
B. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Edios yang berarti cita-cita dan Logos yang berarti
pengatahuan atau ilmu dan paham. Dalam pengertian sempit atau sederhana, ideologi
diartikan sebagai gagasan yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau
menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak. Sedangkan
ideologi dalam arti luas digunakan untuk segala cita-cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-
keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman yang normatif.
Ideologi menurut W. White adalah:
“soal cita-cita politik atau doktrin atau ajaran suatu lapisan masyarakat atau sekelompok
manusia yang dapat dibeda-bedakan”.

diakses hari SABTU tanggal 24 Maret 2012 pukul 17.10 WIB


Sedangan Harold H. Titus mendefinisikan ideologi adalah:
“Suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam
masukan politik dan ekonomi filsafat social yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana
yang sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat”.
Ada banyak sifat atau tipe ideology. Secara umum tipe ideology ini bagi menjadi empat (BP-
7, 1991:384), yaitu:
1) Ideologi Konservatif
Yaitu ideologi yang memelihara keadaan yang ada (status quo), setidak-tidaknya secara
umum, walaupun membuka peluang. Kemungkinan perbaikan dalam hal teknis.

2) Kontra Ideologi
Yaitu melegitimasikan penyimpangan yang ada dalam masyarakat sebagai yang sesuai dan
dianggap baik. Tipe ideology ini selalu bersikap berseberangan dengan ideology yang mapan.

3) Ideologi Reformis
merupakan tipe ideologi yang berkehendak merubah keaadaan. Ideologi ini menginginkan
perubahan yang perlahan dan bertahap.

4) Ideologi Revolusioner
Yaitu ideology yang bertujuan mengubah seluruh sistem nilai masyarakat itu atau secara
dramatis.
Menurut bahan penataran (BP-7 Pusat, 1993) ideologi diartikan sebagai ajaran. Dokrin, teori
atau ilmu yang diyakini kebenarannya, yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk
pelaksanaanya dalam menanggapi dan masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bemegara. Sedangkan menurut. Gunawan Setiardja ideologi dapat dirumuskan
sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas, yang dijadikan pedoman
dan cita-cita hidup.
Dewasa ini ideologi telah menjadi suatu pengertian yang kompleks. Perkembangan akhir-
akhir ini menunjukkan terjadinya perbedaan yang makin jelas antara ideologi, filsafat, ilmu
dan teologi. Dalam perkembangan itu ideologi mempunyai arti berbeda:
1. Ideologi diartikan sebagai pengetahuan yang mengandung pemikiran besar, cita-cita besar,
mengenai sejarah, manusia, masyarakat, dan Negara.
2. Ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran internal dan
kenyataan empiris, ditujukan dan tumbuh berdasarkan kepentingan tertentu,
3. Ideologi dipandang sebagai belief system, sedangkan ilmu, filsafat maupun teologi
merupakan pemikiran yang bersifat refleksif, kritis, dan sistematik, dimana pertimbangan
utamanya adalah kebenaran pemikiran.

2. Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diklasifikasikan melalui :


Dilihat dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi mengandung di dalamnya
sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai-nilai itu akan
merupakan cita-cita yang memberi arah terhadap perjuangan bangsa dan negara.
1. Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya dengan berbagai
pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan menjadi kesepakatan bersama dari suatu
bangsa.
2. Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-menerus dan
menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dalam kesepakatan para pendiri negara (the
fouding father).
3. Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk melalui
pengalaman bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama, sehingga memberi kekuatan
motivasional untuk tunduk pada cita-cita bersama.
4. Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar negara dan
sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.
5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pancasila ideologi nasional dipahami dalam perspektif
kebudayaan bangsa dan bukan dalam perpektif kekuasaan, sehingga bukan sebagai alat
kekuasaan.
3. Selaku Ideologi Nasional, Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :
a. Dimensi Idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan cita-cita di
berbagai bidang kehidupan yang ingin dicapai masyarakat.
b. Dimensi Realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi milik mereka bersama
dan yang tak asing bagi mereka.
c. Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat
masyarakatnya yang berupa norma-norma atauran-aturan yang harus dipatuhi atau ditaati
yang sifatnya positif.
d. Dimensi Fleksilibelitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan jaman,
dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman, dapat mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi, bersifat terbuka dan demokratis.

4. Pancasila merupakan Ideologi terbuka


Ciri has ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakatnya
sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsensus
masyarakat, tidak diciptakan oleh Negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri.
Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik dari semua rakyat, masyarakat dapat
menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi terbuka menurut pandangan Negara modern
bahwa Negara modern hidup dari niali-nilai dan sikap-sikap dasar.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengna perkembangan zaman dan
adanya dinamika secara internal. Sumber semangat yang menyatakan, “…terutama bagi
Negara baru dan Negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat
aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang lebih mudah cara membuatnya,
mengubahnya, dan mencabutnya”.
Pancasila dapat menerima dan mengembangkan ideologi baru dari luar, dapat berinteraksi
dengan perkembangan/perubahan zaman dan lingkungannya, bersifat demokratis dalam arti
membuka diri akan masuknya budaya luar dan dapat menampung pengaruh nilai-nilai dari
luar yang kemudian diinkorporasi, untuk memperkaya aneka bentuk dan ragam kehidupan
bermasyarakat di Indonesia juga memuat empat dimensi secara menyeluruh.
Setiap negara memiliki ideologi tersendiri. Ada yang memiliki ideologi individualistik yang
memandang manusia dari sisi hak asasinya, ideologi komunistik yang memendasarkan diri
pada premise bahwa semua materi berkembang mengikuti hukum kontradiksi, dengan
menempuh proses dialektik yang mana di dalam diri manusia tidak ada yang permanen
sehingga kontradiksi terhadap lingkungan selalu menghasilkan perubahan yang menentukan
diri manusia dan faham agama yang bersumber dari falsafah agama yang termuat dalam
kiblat suci agama. Indonesia sendiri menganut ideologi pancasila yang memandang manusia
selaku makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan yang lain.
Pancasila dan kelima silanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, sehingga pemahaman
dan pengalamannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya.

Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila


Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila ada batas-batasnya yang tidak boleh
dilanggar, yaitu sebagai berikut:
a. Stabilitas nasional yang dinamis
b. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme, dan komunisme
c. Mencegah berkembangnya paham liberal
d. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat
e. Penciptaan norma yang baru melalui suatu consensus. 4
4 http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/451/jbptunikompp-gdl-irpanpirma-22536-6-10babi.pdf
diakses hari sabtu tanggal 24 Maret 2012 pukul 18.10 WIB
4. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
Sebagai nilai dasar yang bersifat abstrak dan normatif, perluupaya konkretisasi yaitu dengan
menjadikan nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar dan sumber normatif bagi
penyusunan hukum positif negara. Sebagai negara yang berdasar atas hukum, sudah
seharusnya segala pelaksanaan dan penyelenggaraan bernegara bersumber dan berdasar pada
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut teori jenjang norma (stufentheorie) yang dikemukakan oleh Hans Kelsen seorang
ahli filsafat hukum, dasar negara berkedudukan sebagai norma dasar (grundnorm) dari sutu
negara atau disebut norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm). Grundnorm
merupakan norma hukum tertinggi dalam negara. Di bawah grundnorm terdapat norma-
norma hukum yang tingkatannya lebih rendah dari grundnorm tersebut. Norma-norma hukum
yang bertingkat-tingkat tadi membentuk susunan hierarkis yang disebut sebagai tertib hukum.
Hans Nawiansky mengembangkan teori dari Hans Kelsen. Hans Nawiansky menghubungkan
teori jenjang norma hukum dalam kaitannya dengan negara. Menurut Hans Nawiansky,
norma hukum dalam suatu negara juga berjenjang dan bertingkat membentuk membentuk
sutau tertib hukum. Norma yang di bawah berdasar, bersumber dan berlaku pada norma yang
lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berdasar, bersumber dan berlaku pada norma yang lebih
tinggi lagi demikian seterusnya sampai pada norma tertinggi dalam negara yang disebutnya
sebagai Norma Fundamental Negara (staatsfundamentalnorm). Norma dalam negara itu
selain berjenjang, bertingkat dan berlapis juga membentuk kelompok norma hukum yang
terdiri atas 4 (empat) kelompok besar, yaitu :
1. Staatsfundamentalnorm atau norma fundamental negara
2. Staatgrundgesetz atau aturan dasar/pokok negara
3. Formellgesetz atau undang-undang
4. Verordnung dan Autonome Satzung atau aturan pelaksana dan aturan otonom.
Kelompok norma itu bertingkat dan membentuk piramida.
Menurut Prof. Hamid S. Attamimi, selain berkedudukan sebagai Staatsfundamentalnorm,
Pancasila juga sebagai Cita Hukum (Rechtsidee). Pancasila sebagai cita hukum memiliki dua
fungsi, yaitu :
1. Fungsi regulatif
2. Fungsi konstitutif
Di Indonesia, norma tertinggi adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Jadi, Pancasila sebagai dasar negara dapat disebut sebagai :
1. Norma dasar;
2. Staatsfundamentalnorm;
3. Norma pertama;
4. Pokok kaidah negara yang fundamental;
5. Cita Hukum (Rechtsidee).
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan dinyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara.
Pernyataan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan
kedudukannya, yaitu sebagai dasar (filosofis) negara sebagaimana tertuang dalam Alinea IV
Pembukaan UUD 1945. Sebagai sumber nilai dan norma dasar negara maka setiap materi
muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan juga menyebutkan adanya jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
sebagai berikut :
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah. 5

5 http:// elib.unikom.ac.id/files/disk1/451/jbptunikompp-gdl-waridi-19513-2-2 diakses hari


sabtu tanggal 24 Maret 2012 pukul 21.45 WIB  
1.2 Ketuhanan Yang Maha Esa
Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab Hormat dan menghormati
serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-
beda sehingga terbina kerukunan hidup. Tidak memaksakan suatu agama atau
kepercayaannya kepada orang lain. Suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan sebagai
pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun
masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan
dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya.

2.2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Moralitas)


Nilai kemanusian ini bersumber pada dasar filosofi antropologi, bahwa hakikat manusia
adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) juga jasmani (raga) yang berdiri sendiri sebagai mahluk
ciptaan Tuhan.
Dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab terkandung nilai bahwa Negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat setiap warga Negara sebagai mahluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan sebagai asas kehidupan, yang didasarkan pada nurani manusia dalam
berhubungan dengan lingkungan sekitarmya. sebab setiap manusia mempunyai kemampuan
untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab.
Manusia yang maju peradabannya tentu lebih maju,mudah menerima kebenaran dengan tulus,
lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang lebih teratur,
dan mengenal hukum universal. Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun
kehidupan masyarakat yang aman untuk mencapai ketentraman dengan usaha keras, serta
dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.


2.3 Persatuan Indonesia
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah perwujudan sifat
kodrat manusia sebagai mahluk monodualisme, yaitu mahluk individu juga mahluk social.
Negara adalah tempat berkumpulnya elemen-elemen yang berupa suku, ras, etnis, klan,
kelompok maupun golongan yang didlamnya saling mengisi. Meskipun begitu bangsa
Indonesia tetap bersatu walaupun terdapat banyak kebudayaan yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Bangsa Indonesia hadir untuk
Mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan yang sempit,namun harus
menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar. Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan terdiri
dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak untuk
dipertentangkan tetapi justru dijadikan dasar persatuan Indonesia.
2.4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain,
dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas
dasar tujuan dan kepentingan bersama. Nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila ini
adalah;
1. Adanya kebebasan yang disertai tanggung jawab baik terhadap masyarakat maupun moral
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menjunjung harkat dan martabat kemanusiaan.
3. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
4. Mengakui perbedaan individu, kelompok, ras, maupun golongan.
5. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu.
6. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
7. Menjunjung tinggi asas musyawarah.
Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa
Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu
mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam pergolakan untuk
menciptakan perubahan dan pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang
menampilkan rakyat berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan
membebaskan diri dari belenggu pemikiran dan aliran yang sempit dan hanya mementingkan
dirinya sendiri.

2.5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan hak-hak dan tidak memihak
antara satu dengan yang lainnya, serta pemerataan terhadap suatu hal. Keadilan disini
meliputi keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri , manusia dengan manusia
lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negaranya. Mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa serta hubungan
manusia dengan Tuhannya.
Keadilan yang harus terwujud meliputi
• Kedilan Distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warganya,
maksudnya Negara harus menjamin kesejahteraan dan ketentraman warga negaranya.
• Keadilan Legal,yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap Negara
maksudnya warga Negara wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan dan
perundang-undangfan yang berlaku.
• Keadilan Komutatif, maksudnya hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnya
saling timbal balik.
keadaan bertujuan agar masyarakat daopat bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya
mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada
kemampuan aslinya, sehingga kesejahteraan dapat tercapai secara merata.6

6 http://kanal3.wordpress.com/2010/11/01/sejarah-lahirnya-pancasila diakses hari selasa


tanggal 20 Maret 2012 pukul 23.01 WIB 
Kesimpulan

Dari kutipan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa:


1. Lahirnya Pancasila berawal dari pidato Bung Karno dalam sidang BPUPKI yang bertujuan
untuk membahas dasar ideology bangsa Indonesia setelah merdeka yang diadakan pada
tanggal 29 mei – 1Juni 1945, akhirntya dibentuk dasar Negara dan disahkan pada tanggal 18
juni 1945
2. Pancasila mempunyai makna dan kandungan disetiap sila.
Adapun kandunganya adalah sebagai berikut;
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai sprituil yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME
sehingga atheis tidak berhak hidup di bumi Indonesia.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengandung nilai satu derajat, sama hak dan
kewajiban, serta bertoleransi dan saling mencintai.
Sila Persatuan Indonesia, mengandung nilai kebersamaan, bersatu dalam memerangi penjajah
dan bersatu dalam mengembangkan negara Indonesia.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung nilai kedaulatan berada di tangan rakyat atau
demokrasi yang dijelmakan oleh persatuan nasional yang rill dan wajar.
Sila Keadiilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung sikap adil, menghormati
hak orang lain dan bersikap gotong royong yang menjadi kemakmuran masyarakat secara
menyeluruh dan merata.

Daftar Pustaka
• Nasional. Kompas. Com
• Pancasila Bung Karno, paksi Bhineka Tunggal Ika
• http://kanal3.wordpress.com/?s=pancasila
• http://kanal3.wordpress.com/2010/11/01/sejarah-lahirnya-pancasila
• http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/451/jbptunikompp-gdl-irpanpirma-22536-6-10babi.pdf
• http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/464/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-23165-3-(pertemu-
l.pdf
• http://ebookbrowse.com/im/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-bermasyarakat
• http://www.Untag-sby.ac.id
• Syarbaini. Syahrial.2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Ghaila Indonesia:
Jakarta
• Khaelan, Zubaidi Ahmad. Pendidika Kewarnegaraan Untuk Perguruan Tinggi,

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pancasila adalah dasar falsafah Negara Republik Indonesia yang secara


resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, di Undangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun 11 No.
7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945

Dalam perjalanannya, sejarah eksisitensi pancasila sebagai dasar filsafat


Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan menipulasi
politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan
yang berlindung di balik legitimasi ideology Negara pancasila dengan kata lain
pancasila hanya sebagai symbol formalitasnya saja namun tidak difungsikan
sebagaimana fungsi yang harus dijalankan dan tidak lagi diletakkan sebagai dasar
filsafat serta pandangan hidup. Pada hal secara historisnya pancasila sudah melalui
proses yang panjang dan rumit terkait keberadaanya sebagai ideology nasional
dasar dalam kehidupan berpolitik bangsa kita..

Untuk lebih jelas mengenai hal yang dimaksud marilah sama-sama kita simak
pada bab selanjutnya mengenai Pancasila Sebagai Ideologi Nasional.

B. RUMUSAN MASALAH
            Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sbb :

1. Pengertian ideologi
2. Makna ideologi bagi suatu negara
3. Pengertian macam macam ideologi ( terbuka, tertutup, Komperenhensif,
Partikular)
4. Peranan ideologi bagi suatu Negara.
5. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia yang memiliki ciri
terbuka, Komperenhensif, Reformatif dan Dinamis.
6. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Liberalisme dan Ideologi
Komunisme.

C.TUJUAN
            Tujuan Penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengertian ideologi


2. Untuk mengetahui makna ideology bagi suatu negara
3. Untuk mengetahui Pengertian macam macam ideologi ( terbuka, tertutup,
Komperenhensif, Partikular)
4. Untuk mengetahui Peranan ideologi bagi suatu Negara.
5. Untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Indonesia yang memiliki ciri terbuka, Komperenhensif, Reformatif dan
Dinamis.
6. Untuk mengetahui Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi
Liberalisme dan Ideologi Komunisme.

BAB II
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN IDEOLOGI
Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti Ilmu dan kata idea
berasal dari bahasa yunani eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein
yang artinya melihat. Maka secara harfiah, ideologi adalah ilmu atau pengertian-
pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari, ide disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita
yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga
cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham.
Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat
merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas dasar landasan, asas atau
dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian
tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.
Apabila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali dipakai dan
dikemukakan oleh seorang perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1976. Seperti
halnya Leibniz, de Tracy mempunyai cita-cita untuk membanggun suatu sistem
pengetahuan. Apabila Leibniz menyebutkan impiannya sebagai one great system of
trunth dimana tergabung segala cabang ilmu dan segala kebenaran ilmiah, mak De
Tracy menyebutkan ideologie yaitu scieence of ideas, suatu program yang
diharapkan dapat membawa perobahan Internasional dalam masyarakat perancis.
Namun Napoleon mencemoohkannya sebagai khayalan belaka, yang tidak
mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan
menemukan kenyataan.

Sedangkan secara terminologi, menurut Soerjanto Poespowardjojo, ideologi


adalah suatu pilihan yang jelas dan membawa komitmen untuk mewujudkannya.
Sejalan dengan itu, Sastrapratedja mengemukakan bahwa ideologi memuat
orientasi pada tindakan. Ia merupakan pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya.

Persepsi yang menyertai orientasi, pedoman dan komitmen berperan penting


sekali dalam mewarnai sikap dan tingkah laku ketika melakukan tindakan, kegiatan
atau perbuaan dalam rangka mewujudkan atau merealisasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalam ideologi tersebut. Logikanya, suatu ideologi menuntut kepada
mereka yang meyakini kebenarannya untuk memiliki persepsi, sikap dan tingkah
laku yang sesuai, wajar dan sehat tentang dirinya, tidak lebih dan tidak kurang.
Karena, melalui itulah dapat diharapkan akan lahir dan berkembang sikap dan
tingkah laku yang pas dan tepat dalam proses perwujudannya dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sastrapratedja di atas, maka


ideologi memiliki kecenderungan untuk doktriner, terutama karena ia berorientasi
pada tindakan atau perbuatan untuk merealiasikan nilai-nilainya.

Meskipun kecenderungan doktriner itu tidak selalu bermakna negatif,


kemungkinan doktriner itu tidak selalu bermakna negatif, kemungkinan ke arah itu
selalu terbuka. Obsesi atau komitmen yang berlebihan terhadap ideologi, biasanya
merangsang orang untuk berpersepsi, bersikap dan bertingkah laku sangat
doktriner, dan ini jelas sangat keliru.

Ada beberapa istilah ideology menurut beberapa para ahli yaitu:


 1. Destut De Traacy :
istilah ideology pertama kali dikemukakan oleh destut de Tracy tahun 1796
yang berarti suatu program yang diharapkan dapat membawa suatu perubahan
institusional dalam masyarakat Perancis.
2. Surbakti membagi dalam dua pengertian yakni :
a. Ideologi secara fungsional : seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama
atau  
    tentang masyarakat dan Negara yag dianggap paling baik.
b.  Ideologi secara structural : suatu system pembenaran seperti gagasan dan
formula    
    politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
3. AL-Marsudi;
ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des
ideas

4. Puspowardoyo:
bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat
raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang
dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
5. Harol H. Titus:
Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any group of ideas concerning various
political and aconomic issues and social philosophies often applied to a systematic
scheme of ideas held by groups or classes, artinya suatu istilah yang digunakan
untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi
filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang
suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
7.     Descartes:
Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia
7.      Machiavelli:
Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
8.      Thomas H:
Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat
bertahan dan mengatur rakyatnya.
9.        Francis Bacon
Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.
10.      Karl Marx:
Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama
dalam masyarakat.
11.        Napoleon:
Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival–rivalnya.

B.   MAKNA IDEOLOGI BAGI SUATU NEGARA


Pada hakikatnya ideologi adalah merupakan hasil reflesi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat
suatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak
membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat
mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir masyarakat,
bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya.
Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan
negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembanggunan. Hal ini
disebabkan dalam ideologi terkandung suatu oreantasi praktis .
                                                                                            
C.   PENGERTIAN MACAM MACAM IDEOLOGY

1.     Ideologi Terbuka


            Ideologi terbuka adalah sitem pemikiran yang memiliki ciri-ciri, sebagai
berikut:

1. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah).


Jadi, bukan keyakinan ideologissekelompok orang, melainkan kesepakatan
masyarakat.
2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia
adalah milik seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemuksn dalam kehidupan
mereka.
3. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan
perlu menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam
situasi ke-kini-an mereka.
4. Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat,
melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung
jawab sesuai dengan falsadah itu.
5. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang
berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

2.    Ideologi Tertutup

Ideologi tertutup adalah suatu sistem emikiran tertutup dan sifatnya mutlak yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan
cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah
masyarakat.
2. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan
dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi
kehidupan masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
3. Bersifat totaliter, artinya mencakup/ mengurusi semua bidang kehidupan.
Ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang
informasi dan pendidikan. Oleh karena kedua bidang tersebut merupakan
sarana efektif untuk mempengaruhi perilaku masyarakat.
4. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati.
5. Menuntut nasyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk
berkorban bagi ideologi tersebut.

6.    Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret dan
operasional yang keras, mutlak, dan total.

3.    Ideologi Komperenhensif


Ideologi Komprehensif Didefinisikan sebagai suatu system pemikiran menyeluruh
mengenai semua aspek kehidupan sosial. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita
yang bertujuan untuk melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju
bentuk tertentu.

4.    Ideologi Partikular


IdeologiPartikular
Didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersususn secara sistematis
dan terkait erat dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam masyarakat

D.   PERANAN IDEOLOGI BAGI BANGSA DAN NEGARA


Jika menengok sejarah kemerdekaan negaranegara dunia ketiga, baik yang ada
di Asia, Afrika maupun Amerika Latin yang pada umumnya cukup lama berada di
bawah cengkeraman penjajahan negara lain, ideologi dimaknai sebagai keseluruhan
pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin mereka wujudkan dalam
kenyataan hidup yang nyata.
Ideologi dalam artian ini sangat diperlukan, karena dianggap mampu
membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan, memberikan arahan mengenai
dunia beserta isinya, serta menanamkan semangat dalam perjuangan masyarakat
untuk bergerak melawan penjajahan, yang selanjutnya mewujudkannya dalam
kehidupan penyelenggaraan negara.
Pentingnya ideologi bagi suatu negara juga terlihat dari fungsi ideologi itu
sendiri. Adapun fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau
bangsa. Ideologi memiliki kecenderungan untuk memisahkan kita dari mereka.
Ideologi berfungsi mempersatukan sesama kita. Apabila dibandingkan dengan
agama, agama berfungsi juga mempersatukan orang dari berbagai pandangan
hidup bahkan dari berbagai ideologi.
Sebaliknya ideologi mempersatukan orang dari berbagai agama. Oleh karena itu
ideologi juga berfungsi untuk mengatasi berbagai pertentangan (konflik) atau
ketegangan sosial. Dalam hal ini ideologi berfungsi sebagai pembentuk solidaritas
(rasa kebersamaan) dengan mengangkat berbagai perbedaan ke dalam tata nilai
yang lebih tinggi. Fungsi pemersatu itu dilakukan dengan memenyatukan
keseragaman ataupun keanekaragaman, misalnya dengan memakai semboyan
kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesatuan.

E.   PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA  INDONESIA YANG


TERBUKA , REFORMATIF DAN DINAMIS
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada
pandangan hidup dan budaya bangsa dan bukannya mengangkat atau mengambil
ideologi dari bangsa lain.

Berbicara mengenai pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan


tentang ideologi yang diperlukan Pancasila tidak dapat dihindarkan. Oleh sebab itu
untuk menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang terbuka, hidup dan dinamis
sangat diperlukan. Hal ini dapat dijadikan sarana dan wacana untuk memelihara dan
memperkuat relevansi Pancasila dari masa ke masa. Singkatnya, perlu ada
semacam interaksi antara ideologi dengan realita masyarakat.

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia,
bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagai mana yang terjadi pada ideologi-ideologilain di dunia, namun terbentuknya
pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kualitas pancasila sebelum di syahkan menjadi dasar filsafat negara lain-
lainnya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai
adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri negara
Indonesia menggangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat
berdasarkan moral yang luhur, antara lain sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang
panitai sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat
panccasila yang pertama sekali, kemudian dibahas lagi dalam sidang BPUPKI
kedua. Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila
sebagai calon dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan kembali ahirnya
pada tanggal 18 agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat negara
republik Indonesia.
Pancasila sebagi suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pansila bersifat
aktual, dinamis, antisifasif dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti
mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan
wawasannya lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk
memecahkan masalah-masalah aktual yang senentiasa berkambang seiring dengan
aspirasi rakyat, perkembangan iptek dan zaman.
Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai
berikut:
Nilai dasar. Yaitu hakikat kelima Pancasila yaitu, ketuhannan, kemanusian,
persatuan, kerakyatan, keadilan. Nilai dasar tersebut adalah merupakan esensi dari
nilai-nilai Pancasila tang bersifat universal, sehingga dalam nilai tersebut terkandung
cita-cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar.
Nilai ideologi tersebut tertuang di dalam pembukaan UUD 1945, sehimgga oleh
karena pembukaan memuat nilai-nilai dasr ideologi Pancasila maka UUD 1945
merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertiphukum tertinggi, sehingga
sumber hukum positif sehingga didalam negara memiliki kedudukan sebagai
staatsfundamentalnorm atau pokok kaefdah negara yang fundamental.
Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, srategi, saran, serta
lembaga pelaksanaannya. Nilai intsrumental ini merupakan eksplistasi, penjabaran
lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila. Misalnya GBHN yang lima tahun
senentiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman serta aspirasi masyarakat,
undang-undang, depertemen-depertemen, sebagai lembaga pelaksanaan dan lain
sebagainya. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan perubahan (reformatif).
Nilai praktis, yaitu merupakan nilai-nilai realisasi intrumental dalam suatu
realisasi pengalaman yang bersifa nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam realisasi praktis inilah maka penjabaran
nilai-nilai Pancasila senentiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan
dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan
dan teknologi serat aspirasi masyarakat.
Oleh karena itu Pancasila sebagai ideologi terbuka secara stuktual memiliki tiga
dimensi yaitu:
1.    Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung didalam Pancasila yang
bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Hikikat nilai-nilai pancasial tersebut bersumber pada filsafat pancasial
(nilai-nilai filosofis yamng terkandung dalam Pancasila).

2.    Dimensi normatif, yaitu niali-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan
dalam suatu sistem norma-norma kenegaraan. Dalam pengertian ini Pancasila
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan norma tertip hukum
tertinggi dalam negara Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok
kaidah negara yang fundamental).
3.    Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan raelitas yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain memiliki
nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila harus mampu dijabarkan dalam
kehidupan masyarakat secara nyata (kontrik) baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam penyalenggaraan negara. Dengan demikian Pancasila sebagai
ideologi terbuka tidak bersifat utopisyang hanya berisi ide-ide yang bersifat
mengawang melainkan suatu ideologi yang bersifat realistis artinya mampu
dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata.

F.    PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LIBERALISME


DAN IDEOLOGI KOMUNISME
1.     Ideologi Pancasila

a. Pengertian Pancasila

Pancasila, secara etimologis berasal dari dua kata yaitu Panca yang berarti
lima dan Sila yang berarti dasar. Pancasila dari akar kata berarti lima dasar,
tepatnya adalah dasar bagi negara Indonesia yang merdeka.
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang dikumandangkan
pertama kali oleh Soekarno pada tanggal I Juni 1945, yakni pada saat
berlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik
Indonesia (BPUPKI). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pancasila secara
formal yudiris terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945. Di samping
pengertian formal dalam arti formal menurut hukum atau formal yudiris maka
Pancasila juga mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi dan arti (unsur-unsur
yang menyusun Pancasila tersebut). Hal ini didasarkan pada interpretasi histories
dimana rumusan dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 diberi nama dengan bentuk
istilah “Pancasila” sejak tanggal 1 Juni 1945. Pancasila diartikan sebagai ideologi
yang mencerminkan identitas, kepribadian bangsa sekaligus merupakan alat
pemersatu seluruh bangsa untuk mencapai tujuan perjuangan kemerdekaan.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, Pancasila dapat diterima
sebagai ideologi nasional karena sifatnya yang menyatukan berbagai kelompok
masyarakat, memberi arah dan pedoman tingkah laku dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara serta menjadi prosedur penyelesaian konflik.
Pancasila memiliki dua pengertian yang pokok, yaitu Pancasila sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia dan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa.

b. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila dalam pengertian ini sering disebut Dasar Falsafat Negara. Dengan
kata lain, Pancasila digunakan sebagai dasar negara untuk mengatur
penyelenggaraan Negara. Fungsi pokok daripada Pancasila adalah sebagai dasar
negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945, dan yang pada hakikatnya adalah
sebagai sumber dari segal sumber hukum atau sumber dari tertib hukum. Pengertian
tersebut adalah pengertian Pancasila yang bersifat yudiris kenegaraan. 

      c.Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


       Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk kehidupan sehari-hari
(Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari). Dengan kata lain, Pancasila
digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan
kehidupan didalam segala bidang. Pancasila sebagai norma fundamental, berfungsi
sebagai suatu cita-cita atau ide yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan.
Adapun wujud Pancasila secara konkret merupakan perwujudan Pancasila itu dalam
setiap perbuatan. Dilihat dari kedudukannya, Pancasila mempunyai kedudukan yang
tinggi, yakni sebagai cita-cita dan pandangan hidup bangsa dan negara republik
Indonesia.

d. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara


atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan
bernegara Indonesia.
Pancasila dijadikan ideologi terbuka dikarenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai
falsafah mendasar dan  rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai
dasar dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan
wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah
desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia
kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi.
Indonesia adalah sebuah negara dan sebuah negara memerlukan sebuah ideologi
untuk menjalankan sistem pemerintahan yang ada pada negara tersebut, dan
masing-masing negara berhak menentukan ideologi apa yang paling tepat untuk
digunakan, dan di Indonesia yang paling tepat adalah digunakan adalah ideologi
terbuka karena di Indonesia menganut sistem pemerintahan demokratis yang di
dalamnya membebaskan setiap masyarakat untuk berpendapat dan melaksanakan
sesuatu sesuai dengan keinginannya masing-masing. Maka dari itu, ideologi
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah yang paling tepat untuk digunakan oleh
Indonesia.

e. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila

Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila


adalah sebagai berikut :

a. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika


masyarakat yang berkembang secara cepat.
b. Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup
dan beku 
c. dikarenakan  cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
d. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
e. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila
yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan
dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.

f. Batas-batas Keterbukaan Ideologi pancasila

Walaupun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila ada batas-batasnya


yang tidak boleh dilanggar, yaitu sebagai berikut :
a.         Stabilitas nasional yang dinamis.
b.         Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme dan komunisme.
c.         Mencegah berkembangnya paham liberal.
d.         Larangan terhadap pandangan ekstrim yang mengelisahkan kehidupan
masyarakat.
e.         Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.
  
 g. Hambatan dan Tantangan dalam Berideologi Pancasila

        Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia, terdapat potensi konflik yang
besar mengingat adanya berbagai nilai-nilai yang dianut oleh berbagai kelompok
masyarakat, dan hal ini dapat pula bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Untuk itu perlu diketengahkan di sini hambatan dan tantangan,
baik itu dari negara sendiri maupun dari luar negeri.

1.    Hambatan
          Hambatan muncul karena adanya perbedaan aliran pemikiran, misalnya :

a. Paham individualistis. Negara adalah masyarakat hukum yang disusun atas


kontrak semua individu dalam masyarakat. Disini kepentingan harkat dan
martabat manusia dijunjung tinggi. Hak kebebasan individu hanya dibatasi
oleh hak yang sama yang dimiliki individu   lain, bukan oleh kepentingan
masyarakat.
b. Paham golongan. Negara adalah suatu susunan golongan (kelas) untuk
menindas kelas  lain. Paham ini berhubungan dengan paham materialisme
sejarah (suatu ajaran yang bertitik tolak pada hubungan-hubungan produksi
dan kepemilikan sarana produksi serta berakibat pada munculnya dua kelas
yang bertentangan, kelas buruh dan kelas majikan dan semua itu terjadi dan
berada dalam sejarah kehidupan manusia.
c. Isu, penyebaran berita bohong dan fitnah atau desas desus dengan tujuan
tertentu.
d. Gejala-gejala negative, antara lain pola hidup konsumtif, sikap mental
individualistis, pemaksaan kehendak, kemalasan, penurunan disiplin dan lain
lain. 
2.Tantangan
  - Tantangan dari dalam negeri

a. Tantangan disintegrasi, adanya perpecahan-perpecahan yang disebabkan  

tidak  puasnya sikap daerah menimbulkanpermasalahan-permasalahan yang dapat


menghancurkan  persatuan dan kesatuan NKRI, seperti lepasnya Timor Timur pada
tahun 1999.
b.    Pemberontakan-pemberontakan sejak jaman Revolusi
c.    Tantangan dari masalah agama : adanya usaha-usaha yang timbul karena keinginan
untuk  mengganti Pancasila dengan symbol keagamaan, antara lain: Gerakan
Republik Maluku Selatan (RMS)
d.    Tantangan dari masalah SARA : adanya perpecahan yang mengatas namakan
SARA menyebabkan beberapa peristiwa yang dapat menghancurkan Pancasila
antara lain:  Peristiwa Poso, Peristiwa Tanjung Periok, Peristiwa Mei 1998, dan
masih banyak lagi.
- Tantangan dari Luar Negeri
a.   Adanya tantangan dari ideologi lain yang ingin mengganti ideologi Pancasila
      dengan ideologi lain.

b. Adanya intervensi dari negara lain untuk menghancurkan NKRI contohnya


privatisasi BUMN atau campur tangan Amerika dalam penanganan hukum
dan keamanan di Indonesia.

oleh karena itu, Pancasila bagaimana pun juga akan berusaha untuk tetap
mempertahankan diri dari segala macam tantangan tersebut demi kelangsungan
negara Indonesia.
2.    Ideologi Liberal

    Paham liberalisme berkembang dari akar-akar rasionalisme yaitu paham yang
meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi, materialisme yang
meletakkan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang mendasarkan atas
kebenaran fakta empiris (yang ditangkap dengan indera manusia) serta
individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan individu sebagai nilai tertinggi
dalam kehidupan masyarakat dan negara. Menurut paham liberalisme memandang
bahwa manusia sebagai manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari
manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki potensi dan senantiasa
berjuang untuk dirinya sendiri. Menurut Hobbes istilah ”homo homini lupus” bararti
bahwa dalam hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia
akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya. Liberalisme yaitu bahwa rakyat
merupakan ikatan dari individu-individu yang bebas, dan ikatan hukumlah yang
mendasari kehidupan bersama dalam negara.
Kebebasan manusia dalam realisasi demokrasi senantiasa mendasarkan atas
kebebasan individu di atas segala-galanya. Rasio merupakan hakikat tingkatan
tertinggi dalam negara, sehingga dimungkinkan akan berkedudukan lebih tinggi
daripada nilai religius. Hal ini harus dipahami karena demokrasi akan mencakup
seluruh sendi-sendi kehidupan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara,
antara lain bidan politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, ilmu pengetahuan bahkan
kehidupan agama ataupun religius. Atas dasar inilah perbedaan sifat serta karakter
bangsa sering menimbulkan gejolak dalam menerapkan demokrasi yang hanya
mendasarkan pada paham liberalisme
Ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut

1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik


2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
3. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.
Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat
belajar membuat keputusan diri sendiri.
4. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
5. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau
sebagian terbesar   individu berbahagia.
6. Hak-hak tertentu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh
kekuasaan   manapun.

Negara yang menganut Ideologi Liberalisme :


Beberapa Negara di Benua Amerika yang menganut ideology liberalisme Amerika
Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada,
Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay dan Venezuela. Sekarang
ini, kurang lebih liberalisme juga dianut oleh negara Aruba, Bahamas, Republik
Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan Suriname dan masih
banyak lagi negara-negara yang menganut Ideologi Liberalisme di benua lainnya.
3.    Ideologi Komunis
    Berbagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham
komunismelah sebagai paham yang paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah
sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis sebagai hasil dari
ideologi liberal. Menurut paham ini, munculnya masyarakat kapitalis menyebabkan
penderitaan rakyat, sehinggakomunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan
rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung pemerintah. Ideologi komunisme
mendasarkan pada suatu keyakinanbahwa manusia pada hakekatnya adalah
makhluk sosial saja dan sekumpulan relasi sehingga yang mutlak adalah komunitas
dan bukan individualisme. Karena tidak adanya hak individu, maka dapat dipastikan
bahwa menurut paham komunisme bahwa demokrasi individualisme itu tidak ada,
yang ada adalah hak komunal.
    Dalam masyarakat terdapat kelas-kelas yang saling berinteraksi secara dialektis
yaitu kelas kapitalis dan kelas proletar (buruh). Kelas Kapitalis senantiasa
melakukan penindasan atas kelas buruh proletar. Semua ini harus dilenyapkan.
Untuk merubah hal tersebut, maka harus dilakukan dengan mengubah secara
revolusioner infrastruktur masyarakat. Etika ideologi komunisme adalah
mendasarkan suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas
masyarakat secara totalitas.
    Kaitannya dengan negara, bahwa negara adalah sebagai manifestasi dari
manusia sebagai makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner
harus berakhir dengan kemenangan pada pihak kelas protelar. Pemerintah negara
harus dipegang oleh orang-orang yang meletakkan kepentingan pada kelas proletar.
Hak individual dianggap tidak ada dan hak asasi dalam negara hanya berpusat pada
hak kolektif. Sehingga komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia.
Ciri-ciri Ideologi Komunisme :
1.      Atheis. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir
Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
2.      Kurang menghargai manusia sebagai individu. Manusia itu seperti mesin. Kalau
sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti rongsokan mesin,
terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
3.      Salah satu doktrin komunis adalah revolusi terus-menerus. Revolusi itu menjalar ke
seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut go international. Komunisme
memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat
komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase
diktator proletariat yang bertentangan dengan demokrasi. Salah satu pekerjaan
diktator proletariat adalah membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya
tuan-tuan tanah dan kapitalis.
4.      Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai
komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan
Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara
bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu
pada dasarnya tidak menghormati HAM.
Negara yang menganut Ideologi Komunisme :
Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Republik
Rakyat Cina (sejak 1949), Vietnam, Korea Utara, Tiongkok, Kuba dan Laos

Secara garis besar Perbandingan Ideologi Pancasila, Liberalisme, dan Komunisme


Termuat dalam tabel di bawah ini:

Pancasila Liberal Komunis

        Ideologi

      Hal
Hubungannya Wajib dengan Boleh memeluk Tidak percaya
dengan kebebasan memilih agama dan juga dengan
Agama agama sesuai tidak dilarang keberadaan
dengan untuk tidak Tuhan.
keyakinannya. memeluk agama.
Hubungannya Mengutamakan Melaksanakan Melaksanakan
dengan Tatanan ekonomi koperasi sistem ekonomi ekonomi etatisme
Ekonomi yang sesuai dengan liberal yang yang berpijak
nilai-nilai Pancasila bebas. Hak-hak pada kepentingan
pribadi diakui dan kolektif rakyat
diberi ruang secara
sebebas- menyeluruh. Hak-
bebasnya hak pribadi
dibatasi sampai
pada batas tidak
diakui
Hubungannya Sistem politik yang Sistem politik Sistem politik
dengan sistem berasaskan yang liberal dan yang sosialis.
politik dan Pancasila. demokratis. Terdapat
pemerintahan Memperkenankan Terdapat sedikit beberapa partai
terdapat banyak partai, tapi yang berhaluan
organisasi partai sangat aspiratif berbeda, tetapi
untuk kepentingan dengan hanya satu yang
demokrasi. keinginan rakyat. muncul. Hal itu
Dipimpin oleh Kepala negara karena adanya
seorang Presiden dan kepala keberpihakan
sebagai kepala pemerintahan politik pada salah
negara dan kepala dipimpin oleh satu partai saja.
pemerintahan presiden. Hal ini biasa
disebut demokrasi
tertutup. Dipimpin
oleh presiden
seorang presiden.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap negara berhak dalam memilih sistem pemerintahannya sendiri, Indonesia


juga pernah menerapkan beberapa sistem pemerintahan. Namun, yang paling cocok
dengan kepribadian bangsa Indonesia adalah ideologi terbuka karena sinkron
dengan sistem pemerintahan yang demokratis yang menjamin kebebasan warga
negaranya dalam mengeluarkan pendapat sebagaimana tercantum dalam UUD
1945 pasal 28.
Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia
adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai
cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah ideologi
kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan membangun negara
bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi
tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan warga bangsa dan membangun
pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya. Pancasila juga merupakan
wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah
desain negara moderen yang disepakati oleh para pendiri negara Republik
Indonesia dengan berdasarkan Pancasila.
Dengan ideologi nasional yang mantap seluruh dinamika sosial, budaya, dan
politik dapat diarahkan untuk menciptakan peluang positif bagi pertumbuhan
kesejahteraan bangsa. Sebenarnya, proses reformasi selama enam tahun
belakangan ini adalah kesempatan emas yang harus dimanfaatkan secara optimal
untuk merevitalisasi semangat dan cita-cita para pendiri negara kita untuk
membangun negara Pancasila ini.
Setiap ideologi memerlukan hadirnya proses dialektika agar ia dapat
mengembangkan dirinya dan tetap adaptif dengan perkembangan yang terjadi.
Dalam hal ini, setiap warga negara Indonesia yang mencintai negara dan bangsa ini
berhak ikut dalam proses merevitalisasi ideologi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Oleh karenanya, prestasi bangsa kita akan menentukan posisi Pancasila di
tengah percaturan ideologi dunia saat ini dan di masa mendatang.

  

B. SARAN

              Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat mengerti arti Pancasila sebagai

sebuah Ideologi Nasional. 

          Demikianlah makalah ini kami  buat dengan segala kerendahan hati. Saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika penyampaian materi di dalamnya kurang
berkenan di hati pembaca sekalian.
          Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.
                                                                        Wassalamu’alaikum WR. WB
           
                                                                                    Penyusun
Daftar Pustaka

Sumber Buku:
Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk. 2007. Sejarah SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira

UUD ’45 dan Amandemen. Jakarta: Srikandi, 2006

Sumber Internet:
http://fadliyanur.blogspot.com/2008/02/pancasila-uud-1945.html

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/09/23/0038.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi

http://ideologipancasila.wordpress.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Islamisme

http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi_Islam

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisme

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme

http://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalis

BAB 2

Landasan Teori

            Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi  bangsa dan Negara Indonesia, bukan

terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang

terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia. Namun terbentuknya Pancasila melalui proses

yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.  

            Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya

bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok

orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai

adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan

hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan lain perkataan unsur-unsur
yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup

masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia

merupakan kausa materialis Pancasila.


BAB 3

Pembahasan

3.1 Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari kata “idea”= gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita. Dan

“logos” = ilmu. Secara etimologis ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar.

Pengertian ideologi secara umum adalah kumpulan gagasan, ide-ide, keyakinan-

keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut

bidang politik,bidang sosial,bidang kebudayaan dan bidang agama. (Soejono, Soemargono).

Ideologi negara menjadi basis bagi sistem kenegaraan suatu negara, pada hahikatnya

merupakan asas kerohanian yang memiliki ciri-ciri:

a.      Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kenegaraan/kebangsaan.

b.     Asas kerohanian berupa pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup, dll. Yang

diperjuangkan dan dipertahankan melalui pengorbanan. ( Notonagoro; Pancasila. Yuridis

kenegaraan, hal 23)

Dalam arti lain, Ideologi adalah seperangkat tata nilai yang disusun secara sistematis

bulat dan utuh yang didukung oleh sekelompok manusia, yang digunakan untuk menghadapi

dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Selain itu, banyak pengertian-

pengertian dari ideologi. Berikut adalah pendapat-pendapat dari pakar tentang ideologi;

1.     Padmo Wahjono

Ideologi merupakan suatu kelanjutan atau konsekuensi daripada pandangan hidup bangsa,

falsafah hidup bangsa dan akan berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan

direalisir di dalam kehidupan berkelompok.

2.     Mubyarto
Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok

masyarakat atau satu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman karya ( atau perjuangan)

untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa.

3.     M. Sastrapratedja

Ideologi ialah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang

diorganisir suatu sistem yang teratur.

4.     Soerjanto Poespowardojo

Ideologi adalah kompleks pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi

landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta

menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.

3.2 Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka

1. Ideologi tertutup

Ideologi tertutup adalah sistem pemikiran ideologi yang bersumber dari pemikiran

kelompok atau perseorangan.

Ciri-ciri ideologi tertutup :

1)     Merupakan cita-cita/ ideologi suatu kelompok/ perseorangan.

2)     Tidak merupakan ideologi yang hidup secara luas di masyarakat.

3)     Atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan dari masyarakat.

4)     Isinya bukan hanya cita-cita tertentu, tetapi ada tuntutan mutlak untuk taat kepada ideologi

tersebut.

2. Ideologi Terbuka

Ideologi terbuka adalah sistem pemikiran yang berasal dari masyarakat luas.

Ciri-ciri ideologi terbuka :

1)     Nilai ideologi berasal dari dalam masyarakat itu sendiri ( bukan berasal dari luar)
2)     Nilai/cita-cita ideologinya bukan merupakan ideologi kelompok, tapi musyawarah/

konsensus masyarakat.

3)     Tidak diciptakan oleh negara, tapi tumbuh dari masyarakat

4)     Isinya tidak operasional, oleh karena itu harus dijabarkan dahulu dalam bentuk perangkat-

perangkat berupa konstitusi dan perundang-undangan.

5)     Senantiasa terbuka untuk reformasi

6)     Ideologi terbuka berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi, pemikiran, serta

akselerasi masyarakat.

3.3 Makna Ideologi Bagi Suatu Bangsa/ Negara

Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuannya

mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Ideologi mencerminkan cara berfikir

masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya

(Poespowardojo, 1991)

Makna ideologi bagi suatu negara, diantaranya :

a.     Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, bangsa dan negara

b.     Ideologi membentuk masyarakat menuju cita-citanya

c.      Ideologi sangat menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara

d.     Ideologi membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuan melalui upaya

pembangunan

e.     Ideologi sebagai sumber motivasi dan sumber semangat dalam kehidupan.

3.4  Kedudukan dan Fungsi Pancasila


a.      Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia ( ideologi nasional)

            Ideologi pancasila bukan hasil perenungan seseorang/ sekelompok orang, tetapi

merupakan hasil renungan seluruh bangsa Indonesia, yang diangkat dari nilai-nilai budaya,

adat istiadat dan religi bangsa.

            Nilai- nilai budaya, adat istiadat dan religius itu dirumuskan oleh para pendiri bangsa

dan negara Indonesia dan ditetapkan pada kedudukan fundamental sebagai dasar negara dan

ideologi bangsa Indonesia ( ideologi nasional).

            Dengan demikian pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia berakar pada

pandangan hidup bangsa indonesia sendiri, tidak bersumber/ berorientasi kepada ideologi

bangsa lain.

b.     Pancasila sebagai Pandangan Hidup

            Pandangan hidup suatu bangsa adalah wawasan menyeluruh tentang kehidupan

bangsa tersebut, yang bersumber/ dibangun dari nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh

masyarakat bangsanya.

Pandangan  hidup berfungsi sebagai kerangka acuan, baik dalam kaitannya dalam

kehidupan pribadi, interaksi manusia dengan Tuhan, sesama, dan dengan alam semesta.

Pancasila yang bersumber dari nilai-nilai budaya dan religi bangsa Indonesia dalam

hubungan dengan cita-cita bersama yang ingin dicapai, merupakan pandangan hidup

individu, yang kemudian menjadi pandangan hidup masyarakat, selanjutnya menjadi

pandangan hidup bangsa dan negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia mengandung konsepsi dasar

kehidupan yang dicita-citakan dan wujud kehidupan yang dipandang baik. Dengan

pandangan hidup maka bangsa Indonesia akan :

a.      Mengetahui arah dan tujuan yang ingin dicapai


b.     Mampu memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapi (ipoleksosbud-

hankamnas)

c.      Mampu membangun kebijakan-kebijakan dalam bidang politik,ekonomi, sosial-budaya,

hukum dan hankam yang relevan dengan cita-cita yang ingin dicapai.

d.     Memiliki pedoman dan kekuatan rohaniah/ moral, berprilaku luhur dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c.      Pancasila sebagai Dasar Negara

            Pancasila dalam kedudukan sebagai dasar negara. Disebut juga dasar falsafah negara

atau idelogi negara, merupakan dasar nilai serta norma untuk mengatur penyelenggaraan

negara/ pemerintahan. Artinya seluruh pelaksanaan penyelenggaraan negara, pemerintahan,

segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi harus mengacu kepada

nilai-nilai Pancasila.

             Sebagai dasar negara pancasila merupakan asas kerohanian yang menjadi sumber

nilai, norma serta kaidah moral dan hukum negara yang meliputi hukum dasar, baik yang

tertulis ( UUD’45) maupun yang tidak tetulis ( Konvensi ).

            Sebagai dasar falsafah negara, pancasila memiliki kekuatan mengikat secara hukum

setiap warga negara maupun penyelenggaraan negara dan pemerintahan.

            Sebagai sumber dari segala sumber hukum (tertib hukum), pancasila tercantum dalam

hierarki tertinggi, yaitu dalam Pembukaan UUD 1945 yang kemudian dijabarkan dalam

pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945. Dan diformulasikan dalam pasal-pasal pada

batang tubuh UUD’45. Ini berarti bahwa pancasila mengharuskan UUD’45 mengandung isi

yang mewajibkan pemerintah/ penyelanggaraan negara untuk memegang teguh cita-cita

moral rakyat yang luhur.


            Sebagai dasar falsafah negara dan sebagai ideologi negara merupakan sumber

semangat bagi penyelenggaraan negara/ pemerintahan (termasuk golongan fungsional dan

partai politik )

Sebagai dasar negara, pancasila memiliki fungsi pokok sebagai berikut :

1)     Tercantum dalam Pembukaan UUD’45 sebagai institusi tertinggi dalam tertib hukum

Indonesia.

2)     Tap. MPRS No. XX/MPRS/1996 (jo. Tap MPR no. V/MPR/1973 dan Tap MPR no.

IX/MPR/1978)

3.5  Pancasila sebagai Ideologi Reformatif, Dinamis dan Terbuka

            Pancasila sebagai ideologi reformatif, dinamis dan terbuka artinya bahwa ideologi

pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan elastis, sehingga mampu menanggapi

perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

            Keterbukaan ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasarnya, akan

tetapi mengeksplisitkan nilai-nilai dasar tersebut secara lebih konkrit, sehingga memiliki

kemampuan reformatif dalam memecahkan masalah-masalah aktual sejalan dengan

perkembangan aspirasi masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

            Sifat terbuka, luwes, fleksibel dan tidak kaku dari pancasila sebagai ideologi nasional

adalah mutlak karena pancasila digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan

aktivitas di berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia.

            Pancasila telah memenuhi kualitas tiga dimensi syarat ideologi terbuka sebagai

berikut :

1)     Dimensi realita ; artinya bahwa nilai-nilai dasar yang dikandung oleh ideologi pancasila

secara real berakar dan hidup dalam masyarakat Indonesia.


2)     Dimensi idealisme; artinya bahwa nilai-nilai dasar ideologi pancasila mengandung gagasan

yang memberi harapan masa depan yang lebih baik.

3)     Dimensi fleksibelitas atau dimensi pengembangan; artinya ideologi pancasila memiliki

keluwesan yang memungkinkan pengembangan dalam pemikiran-pemikiran baru (kreatif dan

dinamis), sesuai perkembangan peradaban tanpa menghilangkan / keluar dari jati diri nilai-

nilai dasarnya.

3.6  Mekanisme Pengembangan Ideologi Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

            Sehubungan dengan pentingnya aktualisasi nilai-nilai pancasila sebagai ideologi

terbuka, maka dipaparkan 3 nilai berikut :

1)     Nilai dasar

Nilai-nilai dasar tercantum dalam pembukaan UUD’45 meliputi nilai Ketuhanan,

Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar bersifat abstrak, umum/

universal, tidak terikat oleh waktu dan tempat, tidak berubah, berkenaan dengan esensi

sesuatu yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar

ditetapkan oleh para pendiri negara ( H. Subandi Al Marsudi, SH.,MH, 2004).

2)     Nilai instrumental

Berupa jabaran dari nilai-nilai dasar, yang merupakan arahan, instrumen, berupa

aturan/ kebijakan dalam rangka mewujudkan nilai dasar, seperti : GBHN,UU,peraturan-

peraturan, kebijakan-kebijakan, yang merupakan tindak lanjut dari UUD’45 sebagai hukum

dasar. Nilai instrumental lebih konkrit, kontekstual dan disesuaikan dengan jangka waktu

tertentu. Dari segi kandungannya, nilai instrumental merupakan kebijakan,strategi,sistem,

rencana, program yang menindaklanjuti perwujudan nilai dasar dalam jangka waktu tertentu.
Tiga lembaga yang berwenang menetapkan nilai instrumental adalah MPR, DPR, dan

Presiden.

3)     Nilai Praktis

Nilai praktis adalah kondisi interaksi antara nilai instrumental dengan kondisi nyata di

masyarakat, dalam situasi dan tempat tertentu. Nilai praktis sifatnya sangat dinamis, karena

bertujuan memelihara tegaknya nilai instrumental. Dari segi kandungannya, nilai praktis

merupakan gelanggang kontaks ( interaksi) antara nilai idealis dengan realitas ( kenyataan ).

Nilai praktis terdapat dalam banyak wujud penerapan nilai-nilai pancasila, baik secara tertulis

maupun tidak tertulis, baik oleh penyelenggara negara seperti eksekutif, legislatif, maupun

yudikatif , orpol dan ormas, organisasi ekonomi, budaya, maupun oleh warga negara secara

perseorangan. Penyimpangan ( KKN, dll ) sering terjadi pada tatanan nilai praktis dibanding

dengan nilai instrumentalnya.

3.7 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar Lainnya

            Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta

karakteristik masing-masing sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Namun

demikian dapat  juga terjadi bahwa ideologi pada suatu bangsa datang dari luar dan

dipaksakan keberlakuannya pada bangsa tersebut sehingga tidak mencerminkan kepribadian

dan karakteristik bangsa tersebut.

            Ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang melalui

suatu proses yang cukup panjang. Nilai-nilai pancasila berasal dari nilai-nilai pandangan

hidup bangsa telah diyakini kebenarannya kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia sebagai

dasar filsafat negaradan kemudian menjadi ideologi bangsaa dan negara. Oleh karena itu,

ideologi pancasila, ada pada kehidupan bangsa dan terlekat pada kelangsungan hidup bangsa

dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


 
BAB 4

Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia ( Ideologi Nasional) merupakan

gagasan, pemikiran-pemikiran, cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang diangkat dari

budaya, adat istiadat dan karakteristik bangsa Indonesia sendiri, tidak diangkat dari negara

lain. Ideologi pancasila mencerminkan cara berfikir masyarakat, bangsa, dan negara

Indonesia, menentukan eksistensi bangsa dan negara Indonesia, membimbing bangsa dan

negara Indonesia untuk mencapai cita-cita, ideologi juga menjadi sumber semangat dalam

kehidupan. Pancasila sebagai ideologi nasional telah melekat dan menjadi jati diri bangsa

Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri

dan harus tetap menjadi milik bangsa Indonesia sampai kapanpun.

Kedudukan dan fungsi ideologi pancasila bagi negara Indonesia dijadikan sebagai

dasar negara RI dan bagi bangsa Indonesia dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia.

Ideologi Pancasila merupakan ideologi terbuka, artinya ideologi pancasila merupakan

sistem pemikiran yang berasal dari masyarakat Indonesia secara luas dan senatiasa terbuka

untuk reformasi. Pancasila sebagai Ideologi terbuka telah memenuhi kualitas 3 dimensi syarat

ideologi terbuka yaitu dimensi realita, dimensi idealis dan dimensi fleksibilitas.

Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka yaitu

nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis.


Pancasila sebagai Ideologi nasional dijadikan bangsa Indonesia sebagai pedoman agar

tidak terombang ambing akibat pengaruh bangsa lain dan pedoman untuk berprilaku dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

4.2 Saran

            Saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu; kita sebagai bangsa Indonesia harus

menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila, menjaga dan

menanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai bangsa Indonesia sudah sepatutnya jika kita selalu menjaga nama baik ideologi

bangsa Indonesia dan eksistensinya agar ideologi bangsa Indonesia yang tumbuh dari

masyarakat Indonesia sendiri itu, tidak mudah di pengaruhi bangsa lain. Tetaplah berpegang

teguh kepada ideologi bangsa sendiri yaitu Ideologi Pancasila.


Daftar Pustaka

Khaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Subandi Al Marsudi, 2008, Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma Reformasi, PT Raja

 Grafindo Persada, Jakarta.

    BAB I
PENDAHULUAN

1.1         LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang besar dan heterogen.


Disebut bangsa yang besar karena jumlah penduduknya menempati urutan
keempat terbanyak setelah RRC, Amerika Serikat dan India. Indonesia juga
bangsa yang heterogen karena terdiri atas banyak suku bangsa dengan
berbagai macam agama, budaya, bahasa dan adat istiadat.
Kita patut bersyukur bahwa bangsa yang besar dan heterogen ini dapat
bersatu dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Banyak bangsa
– bangsa yang besar dalam sejarahnya hancur karena tidak mampu
mempertahankan semangat persatuan dan kesatuan. Contohnya adalah Uni
Soviet dan Yugoslavia.
Mengapa bangsa Indonesia mampu mempertahankan persatuan dan
kesatuan ? salah satu jawabannya adalah karena kita telah sepakat Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi nasional Indonesia . Nilai-nilai luhur
Pancasila merupakan kesepakatan bersama dan menjadi titik temu
antarkelompok dan golongan masyarakat Indonesia. Sebagai ideologi negara,
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya diterima dan dijadikan acuan
bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kita
perlu memelihara dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa Indonesia.

1.2         RUMUSAN MASALAH

A.   Bagaimanakah latar belakang historisnya pancasila ?


B.     Bagaimanakah fungsi dan kedudukan pancasila ?
C.     Bagaimanakah aktualisasi Pancasila ?

1.3         TUJUAN
    Bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang Pancasila sebagai Dasar
Negara dan Ideologi Nasional mengenai Latar Belakang Historis lahirnya
Pancasila.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1         Ideologi Negara

1.Pengertian Ideologi

Istilah ideologi terbentuk dari kata idea dan logos. Idea berasal dari
bahasa Yunani, ideos yang artinya bentuk atau idein yang berarti melihat.
Kata idea berarti gagasan, ide, cita-cita atau konsep . Sedangkan logos
berarti ilmu. Jadi, secara harfiah ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang
ide-ide (the science if ideas ).

Berikut ini beberapa pengetahuan tentang ideologi dari para ahli:


a.  Soerjanto Poespowaedojo
Ideologi dapat dirumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan nilai yang
secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya, bumi, dan seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya.

b.  M. Sastrapratedja
Ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada
tindakan yang diorganisir dalam suatu sistem yang teratur.

c.  A.T. Soegito


Ideology adalah serangkaian pemikiran yang berkaitan dengan tertib sosial
dan politik yang ada,serta berupaya untuk mengubah serta mempertahankan
tertib sosial politik yang bersangkutan.

d.  Ramlan Surbakti


Ideologi dilukiskan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama
yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang hendak dicapai dan cara – cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.

e.  Fransn Magnis Suseno


Ideologi dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu :
1) Ideologi dalam pengertian luas
Ideologi berarti segala kelompok cita-cita luhur, nilai – nilai dasar, dan
keyakinan – keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman
normative. Ideologi dalam arti luas ini selanjutnya dikatakan sebagai
ideology terbuka.
2) Ideologi dalam pengertian sempit
Ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna
hidup dan nilai-nilai yang akan menentukan dengan mutlak bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak. Ideologi dalam arti sempit selanjutnya
disebut sebagai ideologi tertutup.

2.2                 Unsur Ideologi

Menurut M. Sastraprated, ideologi sebagai seperangkat gagasan


mengandung tiga unsure, yaitu:
a. Berisi penafsiran atau pemahaman terhadap suatu kenyataan, artinya orang
atau masyarakat dapat membuat penafsiran tentang keadaan berdasar ideologi.
b. Berisi nilai-nilai yang dianggap baik dan diterima oleh masyarakat sebagai
pedoman bertindak, artinya masyarakat dapat berbuat berdasarkan nilai yang
dianggap baik.
c. Memuat suatu orientasi tindakan, artinya ideologi merupakan suatu
pedoman kegiatan untuk melaksanakan nilai – nilai yang terkandung di
dalamnya.

2.3                 Manfaat Ideologi bagi Suatu Bangsa

Dalam kehidupan suatu bangsa, adanya ideologi sangat dperlukan. Dengan


ideologi, suatu bangsa akan :
1. Mampu memandang persoalan – persoalan yang dihadapinya dan
menentukan arah serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan –
persoalan yang dihadapi sehingga tidak terombang ambing dalam menghadapi
persoalan – persoalan besar, baik yang berasal dari dalam masyarakat sendiri
maupun dari luar
2. Memilki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah –
masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya;
3. Mempunyai pedoman bagaimana bangsa itu membangun dirinya.
Berdasarkan pada kemanfaatan tersebut maka ideologi dalam suatu
masyarakat memiliki fungsi sebagai berikut :
4. Sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai bersama oleh suatu
masyarakat.
5. Sebagai sarana pemersatu masyarakat.

2.4                 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

Indonesia sebagai sebuah bangsa tentu juga membutuhkan ideologi


nasional. Di dalam ideologi nasional itu tercantum seperangkat nilai yang
dianggap baik dan cocok bagi masyarakat Indonesia. Nilai – nilai itu diterima
dan diakui serta menjadi tujuan mulia dari bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia sudah sepakat bahwa nilai – nilai itu adalah nilai – nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pancasila adalah ideologi nasional dari bangsa
Indonesia.

2.5                 Sejarah Pancasila


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sansekerta : pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945 .
Pemahaman kembali sejarah lahirnya Pancasila bagi bangsa Indonesia
dimanapun merupakan hal yang penting dalam memahami makna Pancasila
sebagai sebuah ideologi.
1 Juni dan 1 Oktober di Negara Republik Indonesia merupakan dua tanggal
yang memiliki nilai histori yang berarti bagi maju berkembangnya Pancasila
sebagai ideologi Negara RI. Sesuai fakta yang ada bahwa 1 Juni diperingati
sebagai tanggal lahirnya Pancasila, betapapun bahwa sesungguhnya pada 1
Juni 1945 Bung Karno bukanlah penemu maupun pencipta Pancasila, ia
hanyalah penggali kembali ideologi yang sudah lama ada di kehidupan
masyarkat Nusantara sejak dahulu kala. Fakta ini memiliki makna bahwa
Pancasila lahir jauh sebelum 1 Juni 1945.

Jauh sebelum Republik Indonesia, Pancasila sudah dianut dan menjadi


dasar filsafat serta ideologi Kerajaan Maghada pada Dinasti Maurya sejak
dipimpin oleh raja yang gagah perkasa Ashoka (sekitar tahun 273 SM – 232
SM). Raja Ashoka merupakan penganut agama Buddha yang taat. Pancasila
sendiri merupakan ajaran yang  diciptakan oleh Sang Buddha Siddharta
Gautama.
Dengan berkembangnya ajaran Buddha, termasuk ke Nusantara. Negara
kedua setelah Kerajaan Maghada yang menjadikan Pancasila sebagai dasar
negaranya yaitu Kerajaan Majapahit di pulau Jawa yang berkembang hampir
ke sepertiga Nusantara.
Dalam rapat BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno
menyatakan antara lain berbunyi :” Saudara-saudara ! Dasar negara telah
saya sebutkan, lima bilangannya. Inikah Panca Dharma ? Bukan ! Nama
Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita
membicarakan dasar…..Namanya bukan Panca Dharma, tetapi….saya
namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa…..namanya
ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar dan diatas kelima dasar itulah
kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi. Kelima sila tadi
berurutan sebagai berikut:
(a) Kebangsaan Indonesia;
(b) Internasionalisme atau perikemanusiaan;
(c) Mufakat atau demokrasi;
(d) Kesejahteraan sosial;
(e) Ke-Tuhanan.

Rumusan Pancasila ini kemudian dituangkan ke dalam bentuk Pancasila


(lebih dikenal dengan Pancasila I) dan selanjutnya diubah lagi menjadi
Pancasila II. Rumus Pancasila II ini atau lebih dikenal dengan Pancasila
menurut Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, baik mengenai sistematikanya
maupun redaksinya sangat berbeda dengan Rumus Pancasila I atau lebih
dikenal dengan Pancasila Bung Karno tanggal 1 Juni 1945. Pada rumus
pancasila I, Ke-Tuhanan yang berada pada sila kelima, sedangkan pada
Rumus Pancasila II, ke-Tuhanan ada pada sila pertama, ditambah dengan anak
kalimat – dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Kemudian pada Rumus Pancasila I, kebangsaan Indonesia yang
berada pada sila pertama, redaksinya berubah sama sekali menjadi Persatuan
Indonesia pada Rumus Pancasila II, dan tempatnyapun berubah yaitu pada sila
ketiga. Demikian juga pada Rumus Pancasila I, Internasionalisme atau peri
kemanusiaan, yang berada pada sila kedua, redaksinya berubah menjadi
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya pada Rumus Pancasila I,
Mufakat atau Demokrasi, yang berbeda pada sila ketiga, redaksinya berubah
sama sekali pada Rumus Pancasila II, yaitu menjadi Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan
menempati sila keempat. Dan juga pada Rumus Pancasila I, kesejahteraan
sosial yang berada pada sila keempat, baik redaksinya, maka Pancasila pada
Rumus II ini, tentunya mempunyai pengertian yang jauh berbeda dengan
Pancasila pada Rumus I.
Namun isi dari Piagam Jakarta selanjutnya juga diubah pada sila
pertama dengan menghilangkan anak kalimat “ dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” .
           Landasan Hukum Pancasila sebagai Ideologi Nasional Indonesia
Kedudukan Pancasila sebagai ideology bangsa tercantum dalam ketetapan
MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamatan Pancasila (Eka
Prasetya Pancakarsa) dan penetapan tentang penegasan Pancasila sebagai
dasar negara.
Berdasarkan pada ketetapan MPR tersebut, secara jelas menyatakan bahwa
kedudukan Pancasila dalam kehidupan bernegara Indonesia adalah sebagai:

Dasar Negara
Adapun makna Pancasila sebagai dasar negara sebagai berikut:
1) Sebagai dasar menegara atau pedoman untuk menata negara merdeka
Indonesia. Arti menegara adalah menunjukkan sifat aktif daripada sekedar
bernegara;
2) Sebagai dasar untuk aktivitas negara. Diartikan bahwa aktivitas dan
pembangunan yang dilaksanakan negara berdasarkan peraturan perundangan
yang merupakan penjabaran dari prinsip – prinsip yang terkandung dalam
Pancasila dan UUD 1945;
3) Sebagai dasar perhubungan anatar warga negara yang satu dengan warga
negara yang lainnya. Diartikan bahwa penerimaan Pancasila oleh masyarakat
yang berbeda – beda latar belakangnya menjalin interaksi dan bekerja sama
dengan baik.
Ideologi Nasional

Ideologi nasional mengandung makna ideologi yang memuat cita-cita


tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila merupakan ideologi yang terbuka, bukan ideologi tertutup.
Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka karena:
(1) Nilai-nilai Pancasila bersumber dari bangsa Indonesia sendiri.
(2) Nilai-nilai dari Pancasila tidak bersifat operasional dan langsung dapat
diterapkan dalam kehidupan.
Menurut Dr. Alfian, seorang ahli politik Indonesia, Pancasila memenuhi
syarat sebagai ideologi terbuka yang sifatnya luwes dan tahan terhadap
perubahan zaman karena di dalamnya memnuhi tiga dimensi ideologi, yaitu:

1)  Dimensi Realitas


Nilai – nilai ideologi itu bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam
masyarakat Indonesia. Kelima nilai dasar Pancasila itu kita temukan dalam
suasana atau pengalaman kehidupan masyarakat bangsa kita yang bersifat
kekluargaan, kegotong-royongan atau kebersamaan.

2)  Dimensi Idealitas


Suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila
merupakan nilai-nilai yang di cita-citakan dan ingin diwujudkan.

3)  Dimensi Fleksibilitas


Nilai dasar Pancasila adalah fleksibel karena dapat dikembangkan dan
disesuaikan dengan tuntutan perubahan.

Nilai – nilai yang Terkandung dalam Pancasila

 a. Pengertian Nilai


Nilai atau value berarti harga, guna. Nilai pada hakikatnya merupakan sesuatu
yang berharga, berguna. Nilai dalam bidang filsafat menunjuk pada kata
benda asbtrak yang artinya keberhargaan dan kebaikan. Sesuatu itu bernilai,
berarti sesuatu itu berguna, berharga, bermanfaat atau penting bagi kehidupan
manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bias lepas dari nilai. Nilai akan
selalu berada di sekitar manusia dan melingkupi kehidupan manusia dalam
segala bidang. Nilai amat banyak dan selalu berkembang. Adapun tingkatan
nilai ada tiga, yaitu :
1) Nilai Dasar, yaitu asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat
sedikit banyak mutlak. Kita menerima nilai dasar itu sebagai sesuatu yang
benar dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Semangat kekeluargaan kita sebut
nilai dasar, sifatnya mutlak dan tidak berubah lagi.
2) Nilai Instrumental, yaitu pelaksanaan umum dari nilai dasar. Umumnya
berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan
terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
3) Nilai Praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian apakah nilai dasar
dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.

Nilai – nilai Dasar yang Terkandung dalam Ideologi Pancasila


Adapun makna dari masing – masing nilai Pancasila adalah sebagai
berikut:

  1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa


mengandung arti adanya pengkuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya
Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bangsa Indonesia
adalah bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis.
  2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab  
mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mastinya.
  3. Nilai Persatuan Indonesia
mengandung makna usaha keras bersatu dalam kebulatan rakyat untuk
membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki Indonesia.
  4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan. Berdasarkan nilai ini maka diakui paham demokrasi yang lebih
mengutamakan pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat.
  5.  Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah.
Berdasarkan pada nilai ini maka keadilan adalah nilai yang amat mendasar
yang diharapkan oleh seluruh bangsa.

2.6     Konsep dan Teori Pancasila

1. Ideologi Pancasila
Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai
falsafah mendasar dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai
dasar dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga
merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini
adalah sebuah desain negara moderen yang disepakati oleh para pendiri
negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan
dari generasi ke generasi. Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh
Soekarno pada saat berlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI).
Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasar
negara. Istilah dasar negara ini kemudian disamakan dengan fundamen,
filsafat, pemikiran yang mendalam, serta jiwa dan hasrat yang mendalam,
serta perjuangan suatu bangsa senantiasa memiliki karakter sendiri yang
berasal dari kepribadian bangsa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
Pancasila secara formal yudiris terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD
1945. Di samping pengertian formal menurut hukum atau formal yudiris maka
Pancasila juga mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi dan arti (unsur-
unsur yang menyusun Pancasila tersebut). Tepat 64 tahun usia Pancasila,
sepatutnya sebagai warga negara Indonesia kembali menyelami kandungan
nilai-nilai luhur tersebut.

Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu
dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan
mulia. Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan
masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridha Tuhan dalam setiap
perbuatan baik yang dilakukannya.

Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran
tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai
potensi untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab.
Manusia yang maju peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran
dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan
masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum universal.
Persatuan (Kebangsaan) Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran
Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa
Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa
dari Sabang sampai Marauke. Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap
maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk
melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar.
Permusyawaratan dan Perwakilan
Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk
membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia
modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai
diri, walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan
perubahan dan pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial
yang menampilkan rakyat berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai
bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran berazaskan kelompok
dan aliran tertentu yang sempit.
Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak
berpihakkan, keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal.
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-
cita bernegara dan berbangsa. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat,
memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga
kesejahteraan tercapai secara merata.

    2. Arti dan Makna Pancasila

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat . Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh . Isi sila-sila
Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Sebagai suatu sistem filsafat landasan sila-sila Pancasila itu dalam hal isinya
menunjukkan suatu hakikat makna yang bertingkat, serta ditinjau dari
keluasannya memiliki bentuk piramidal. Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem pengetahuan. Pancasila
dalam pengertian seperti yang demikian ini telah menjadi suatu sistem cita-
cita atau keyakinan-keyakinan yang telah menyangkut praktis, karena
dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat
dalam berbagai bidang kehidupan.

Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:


 Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila yang
merupakan inti sari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam
pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam
realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit.
 Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai
pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum
Indonesia.
 Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti Pancasila
dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki
sifat khusus konkrit serta dinamis

        Pancasila dalam Konteks Indonesia

Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai Pancasila diambil dimensi


idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal, penyelenggara Negara hendaknya
berupaya bagaimana menjadikan kehidupan bernegara di Indonesia semakin
dekat dengan nilai-nilai tersebut.
Pancasila sebagai nilai integratif, sebagai sarana pemersatu dan prosedur
penyelesaian konflik perlu pula dijabarkan dalam praktik kehidupan
bernegara. Pancasila sebagai sarana pemersatu dalam masyarakat dan
prosedur penyelesaian konflik itulah yang terkandung dalam nilai integratif
Pancasila. Pancasila sudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai suatu
kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui
sebagai milik bersama. Pancasila menjadi semacam social ethies dalam
masyarakat yang heterogen.
Nilai dalam etika sosial memainkan peranan fungsional dalam Negara dan
berupaya membatasi diri pada tindakan fungsional. Jadi, dengan etika sosial
Negara bertindak sebagai penengah di antara kelompok masyarakatnya,
Negara tidak perlu memaksakan kebenaran suatu nilai, Negara tidak
mengurusi soal benar tidaknya satu agama dengan agama lain melainkan yang
menjadi urusannya adalah bagaimana konflik dalam masyarakat, misal, soal
kriteria kebenaran dapat didamaikan dan integrasi antarkelompok dapat
tercipta.
Pancasila adalah kata kesepakatan dalam masyarakat bangsa. Kata
kesepakatan ini mengandung makna pula sebagai konsensus bahwa dalam hal
konflik maka lembaga politik yang diwujudkan bersama akan memainkan
peran sebagai penengah. Fungsi Pancasila disini adalah bahwa dalam hal
pembuatan prosedur penyelesaian konflik, nilai-nilai Pancasila menjadi acuan
normatif bersama.

     Konsekuensi Pancasila Bagi Masyarakat Bangsa dan


  Negara 
   
Pancasila dapat dianalogikan seperti halnya air yang mutlak perlu dalam
kehidupan kita. Namun ada perbedaan mendasar. Air mampu menjelmakan
dirinya dalam bermacam bentuk, sedangkan Pancasila tidak. Pancasila tidak
bisa menjelmakan diri, akan tetapi penjelmaannya dalam bentuk-bentuk
pelaksanaan yang dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia.
Pertanyaannya sekarang, apakah kita selaku bangsa Indonesia sudah
mengamalkan nilai-nilai Pancasila itu dengan sebaik-baiknya? Dalam
pelaksanaan pengamalan nilai-nilai Pancasila itu kita bisa mempertimbangkan
factor-faktor pendorong pengamalannya. Untuk menegaskan kepada diri kita
sendiri, maka hal-hal yang dikenal sebagai pendorong pelaksanaan Pancasila
itu adlah:
 Bahwa revolusi kemerdekaan kita, kita mulai dengan jiwa, hasrat sedalam-
dalamnya di atas suatu filsafat fundamental, yaitu Pancasila.
 Bahwa Pancasila adalah landasan idiil untuk merealisasikan dasar dan tujuan
revolusi kita, yaitu membebaskan Indonesia dari imperialism dan menegakkan
NKRI dalam suatu kesatuan masyarakat yang adil dan makmur secara materil
dan spiritual.
 Bahwa penyelenggaraan kehidupan Negara kita berdasarkan atas suatu hukum
dasar Negara yang mengandung cita-cita hukum yang mewajibkan
penyelenggara Negara, pemimpin pemerintahan, dan juga warga Negara
lainnya untuk memiliki semangat yang dinamis guna memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur untuk merealisasikan cita-cita hukum seperti tertuang dalam pembukaan
Undang-undang Dasar 1945 yang berpusat pada Pancasila.
 Bahwa kita setiap orang Indonesia diharapkan menjadi manusia sosialis-
Indonesia yang mendasarkan cipta, rasa, karsa dan karya kita atas Pancasila.

Adapun pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat dilakukan


dengan cara:
1.         Pengamalan secara objektif
Pengamalan secara objektif adalah dengan melaksanakan dan menaati
peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum Negara yang
berlandaskan Pancasila.
2.       Pengamalan secara subjektif
Pengamalan secara subjektif adalah dengan menjalankan nilai-nilai
Pancasila yang berwujud norma etik secara pribadi atau kelompok dalam
bersikap dan bertingkah laku pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengamalan secara objektif membutuhkan dukungan kekuasaan Negara
dalam mewujudkannya. Seorang warga Negara atau penyelenggara Negara
yang berperilaku menyimpang dari aturan perundang-undangan yang berlaku
akan mendapatkan sanksi. Pengamalan secara objektif bersifat memaksa serta
adanya sanksi hukum. Adanya pengamalan objektif ini adalah konsekuensi
dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma hukum negara.
Selain pengamalan objektif, pengamalan subjektif juga mesti diterapkan.
Dalam rangka pengamalan subjektif ini, Pancasila menjadi sumber etika
dalam bersikap dan bertingkah laku. Melanggar norma etik tidak mendapatkan
sanksi hukum tapi sanksi dari personal. Adanya pengamalan subjektif ini
adalah konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma etik
berbangsa dan bernegara.

2.8                 Permasalahan Mendasar Implementasi Pancasila di


         Indonesia

1.        Pengadopsian Nilai-nilai Luar

Pancasila sebagai dasar Negara dan landasan idiil bangsa Indonesia,


dewasa ini dalam zaman reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia
dari ancaman disintegrasi selama lebih dari 50 tahun. Namun sebaliknya
sakralisasi dan penggunaan berlebihan dari ideologi Negara dalam format
politik orde baru banyak menuai kritik dan protes terhadap Pancasila.
Sejarah implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus bukan
dalam pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam konteks
implementasinya. Tantangan terhadap pancasila sebagai kristalisasi
pandangan politik berbangsa dan bernegara bukan hanya berasal dari faktor
domestik, tetapi juga dunia internasional.
       Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian Pancasila sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu,
kini zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh
dunia termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi manusia, neo-
liberalisme, serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki
cara pandang dan cara berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa
meminggirkan pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai dan idealisme
baru yang bertentangan dengan kepribadian bangsa.

2.       Mulai Hilangnya Kekuatan terhadap Relevansi Pancasila


Dengan hadirnya globalisasi, hampir semua aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara berubah. Namun sayangnya kearifan lokal bangsa Indonesia
yang diharapkan mampu mem-filter ekses negatif dari luar tidak bisa
menyeimbangkan dengan kondisi yang ada sehingga lambat laun keyakinan
terhadap relevansi Pancasila menjadi pudar. Hal ini berdampak luas terhadap
implementasi nilai-nilai Pancasila.

3.        Semangat Reformasi yang Kebablasan


Reformasi demokrasi yang kebablasan pada saat ini telah menghasilkan
amandemen UUD yang telah menghilangkan ruh, jiwa serta semangat yang
terkandung didalam pembukaan UUD itu sendiri, dengan begitu tidaklah
heran ketika bangsa ini menjadi kehilangan arah dan jati dirinya.

4.       Kurangnya Kemampuan Bangsa Mengintegrasikan Nilai-nilai Pancasila


dalam Kehidupan
Pancasila dalam praktiknya saat ini banyak ditinggalkan dan hanya tinggal
sebatas slogan tanpa adanya pemaknaan lebih jauh, apalagi untuk
mengimplementasikannya.

5.        Budaya Bangsa
Dalam konteks budaya, masalah pertemuan kebudayaan bukan masalah
memfilter atau menyaring budaya asing, tetapi mengolah dan mengkreasi
dalam interaksi dinamik sehingga tercipta sesuatu yang baru. Jati diri bangsa,
budaya politik adalah sesuatu yang harus terus-menerus dikonstruksikan,
karena bukan kenyataan yang mandeg. Kalau kita perhatikan ideologi-
ideologi besar di dunia saat ini, maka terlihat mereka bergeser secara
dinamik. Para penyangga ideologi itu telah melakukan revisi, pembaharuan,
dan pemantapan-pemantapan dalam mengaktualisasikan ideologinya.
Perkembangan zaman menuntut bahwa ideologi harus memiliki nafas baru,
semangat baru dengan corak nilai, ajaran dan konsep kunci mengenai
kehidupan yang memiliki perspektif baru.
Indonesia sebagai sebuah bangsa tentu juga membutuhkan ideologi
nasional. Di dalam ideologi nasional itu tercantum seperangkat nilai yang
dianggap baik dan cocok bagi masyarakat Indonesia. Nilai – nilai itu diterima
dan diakui serta menjadi tujuan mulia dari bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia sudah sepakat bahwa nilai – nilai itu adalah nilai – nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pancasila adalah ideologi nasional dari bangsa
Indonesia.
                               
                               
                                          BAB 3
PEMBAHASAN

3.1  LATAR BELAKANG HISTORIS LAHIRYA PANCASILA

       Pancasila adalah dasar filsafat Negara RI yang secara resmi disahkan


oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) pada tanggal 18
agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Ketentuan itu
diundangkan dalam berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 bersama dengan
batang tubuh UUD 1945. Sebelumnya itu latar terbentuknya Pancasila adalah
sebagai pemaparan dibwah ini sehingga sampai terbentuknya Pancasila.
        Sehubungan dengan janji Perdana Menteri Jepang Kaiso dalam pidato di
bulan September 1944 tentang kemerdekaan Indonesia, maka pada bulan mei
1945 dibentuk badan penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
( BPUPKI ). Badan tersebut beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh
Rajiman Widyodiningrat. Selanjutnya BPUPKI menyelenggarakan sidang
yang pertama pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dan yang kedua tanggal10-
17Juli-1945.

       Pada pembukaan sidang pertama, Mr. Muhammad Yamin mengajukan


lima prinsip dasar negara, yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

    Beliau juga menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan UUD RI.


Dalam pembukaan rancangan UUD tersebut tercantum rumusan lima asas
negara, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia  
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan  

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia


   Pada sidang hari ketiga tanggal 31 Mei 19945 Mr. Soepomo mengemukakan
tentang teori negara, yaitu:

1)     Negara individualistik yang banyak dianut Eropa dan Amerika;


2)     Teori khas dari kaum Marxi

    Paham Negara Integralistik. Ketegangan muncul diantara mereka yang


mengajukan gagasan negara islam dengan pihak yang memilih negara
Indonesia yang bebas dari pengaruh agama.
Pada siding hari keempat tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan
rumusan lima prinsip dasar falsafah negara Indonesia,yaitu:
1.Nasionalisme (kebangsaan)   
2.Internasionalisme(perikemanusiaan)
3.Mufakat(demokrasi)
4.Kesejahteraansocial
5.Ketuhananyangberkebudayaan

“Saudara- saudara nama Pantja Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti
kewajiban sedang kita membicarakan Dasar. Saya senang kepada simbolik.
Simbolik angka pula. Rukun islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan.
Kita mempunjai panca indera. Pandawapun lima orangnya…Namanya bukan
Pantja Dharma tetapi…namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau
dasar. Dan diatas kelima dasar inilah kita mendirikan negara Indonesia
kekal dan abadi…” (Pidato lahirnya Pancasila)”
Pidato “ Lahirnya Pancasila “Soekarno ternyata tidak mendapat respon
positif dari kalangan tokoh-tokoh islam. Untuk mempertemukan kesepakatan
mengenai dasar negara antara islam atau Pancasila kemudian dibentuk
Panitia Kecil. Selanjutnya Panitia Kecil membentuk Panitia Sembilan, yang
tugasnya adalah merumuskankembaliasas dasar negara.
          Setelah melalui pembicaraan yang cukup banyak, akhirnya dari
golongan islam menerima usulan Soekarno, asalkan setelah kata “ Ketuhanan
“ ditambah kalimat “dengan kewajiban menjalankan suari’at islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Hasil musyawarah Panitia Sembilan itu kemudian
disampaikan kepada BPUPKI untuk mendapat pengesahan. Adapun rumusan
Pancasila yang terdapat dalam Preambule (Pembukaan) UUD, yang kemudian
dikenal sebagai Piagam Jakarta 22 Juni 1945 itu ialah:
1.Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi    pemeluk-
pemeluknya
2.Kemanusiaan yang adil dan beradap
3.PersatuanIndonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam       
 permusyawaratanperwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia

     Munculnya Piagam Jakarta ternyata mengundang reaksi dan protes dari
berbagai pihak, terutama dari golongan Kristen. Dan wakil-wakil rakyat
Indonesia bagian Timur merasa sangat berkeberatan terhadap kalimat yang
tercantum dalam UUD, yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Walaupun diakui
bahwa kalimat tersebut tidak mengikat semua rakyat Indonesia, tetapi karena
tertuang dalam UUD negara maka sama dengan mendiskriminasikan golongan
minoritas. Jika diskriminasi tetap diberlakukan, mereka lebih memilih berdiri
di luar dan memisahkan diri dari Republik Indonesia. Moh. Hatta mencoba
memberi penjelasan bahwa tidak benar sama sekali ada unsur diskriminasi.
Dikatakan bahwa saat merumuskan Pembukaan UUD Mr. AA. Maramis dari
golongan Kristen juga tidak berkeberatan dan ikut menandatangani. tetapi
urusan itu dengan sungguh-sungguh menyampaikan, jika tuntutan itu tidak
dipenuhi mereka
Akan tetap memisahkan diri (Hatta,1982)
   

     Tanggal 18 Agustus 1945 sebelum sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (PPKI) dimulai, Moh. Hatta bersama Ir. Soekarno selaku ketua
panitia menemui beberapa tokoh Islam untuk berunding. Dan hasilnya,
mereka menerima penghapusan tujuh kata dalam Pembukaan UUD. Rentetan
kejadian di atas membuktikan bahwa para pemimpin saat itu benar-benar
menempatkan keutuhan negara dan persatuan bangsa di atas segalanya, baik
itu kepentingan pribadi ataupun golongan.
Rumusan Pancasila yang disahkan oleh PPKI tersebut secara konstitusional
merupakan rumusan yang sah dan benar sebagai dasar negara RI. Namun
demikian dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia di masa berikutnya muncul
rumusan Pancasila yang lain, misalnya seperti yang tercantum dalam
konstitusi RIS ( Republik Indonesia Serikat ) yang berlaku tanggal 29
Desember 19949 – 17 Agustus 1950 dan UUD sementara RI tahun 1950, yang
berlaku rtanggal 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1950 sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang MahaEsa


2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan  
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
     Dengan adanya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 dan Indonesia kembali
ke UUD 1945, Maka rumusan Pancasila yang berlaku sah hingga sekarang
ialah rumusan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu : 

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

3.2   FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA

 1. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa


          Proses terjadinya Pancasila adalah melalui suatu proses kualitas.
Artinya, sebelum disahkan menjadi dasar negara, baik sebagai pandangan
hidup maupun filsafat hidup bangsa Indonesia. Fungsinya adalah sebagai
motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan.
Pancasila merupakan prinsip dasar dan nilai dasar yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang mempribadi dalam masyarakat
dan merupakan sesuatu living reality. Pancasila ini sekaligus merupakan jati
diri bangsa Indonesia.

 2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


          Tujuan utama dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasaar negara
RI. Oleh karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara. Hal
ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945. Disini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk
mengatur penerintahn negara atau dengan kata lain Pancasila menjadi suatu
dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.  
Menurut TAP MPRS NO.XX/MPRS/1966, TAP MPR NO.V/MPR/1973 dan
TAP MPR NO.IX/MPR/1978 sebagai sumber dari segala sumber hukum dan
sumber tertib Pancasila hakikatnya merupakan suatu pandangn hidup,
kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana
kebatinan serta watak bangsa Indonesia.
 3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
     Pancasila sebagai ideologi merupakan bagian terpenting dari fungsi dan
kedudukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai
Ideologi juga menjadi pijakan bagi pengembangan pemikiran-pemikiran baru
tentang berbagai kehidupan bangsa. Melaluinya diharapkan bangsa Indonesia
dapat melahirkan dan mengembangkan gagasan, konsep, teori, dan ide-ide
baru tentang kehidupan politik, ekonomi, social, budaya, hokum, hankam dan
semua proses kehidupan berbangsa dalam rangka pembangunan nasional.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara, diharapkan


mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan zaman di era
globalisasi ini. Keterbukaan Ideologi pancasila terutama ditujukan dalam
penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual. Suatu
Ideologi negara, merupakan hasil refleksi manusia, berkat kemampuannnya
mengadakan distansi ( menjaga jarak ) terhadap dunia kehidupannya. Antara
keduanya, yaitu Ideologi dan kenyataan masyarakat terjadi hubungan
dialektis, sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang terwujud dalam
interaksi yang disatu pihak memacu Ideologi makin realistis dan dilain pihak
mendorong masyarakat makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologi
mencerminkan cara berfikir masyarakat, namun juga membentuk masyarakat
menuju cita – cita.

3.3 AKTUALISASI PANCASILA

     Permasalahan pokok dalam aktualisasi pancasila ialah bagaimana nilai-


nilai pancasila yang bersifat abstrak umum universal itu dijabarkan dalam
bentuk norma-norma yang jelas, yang berkaitan dengan tingkah laku semua
warga dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dalam
aspek penyelenggaraan negara.  

Aktualisasi Pancasila dibedakan menjadi dua macam :

 1. Aktualisasi Pancasila yang Subjektif


  Adalah pelaksanaan dalam pribadi perseorangan, tiap warga negara
Indonesia. Yang dimaksud dengan Aktualisasi Subjektif dari Pancasila ialah
pelaksanaan Pancasila sebagai kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia, yang pelaksanaan konkritnya tercermin dalam tingkah laku
kehidupan sehari-hari.

 2. Aktualisasi Pancasila yang Objektif


   Adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik dibidang legislative, eksekutif dan yudikatif,
terutam realisasinya dalam bentuk peraturan perundang-undangan negara
Indonesia.  

BAB 4

4.1 KESIMPULAN

    Pancasila sebagai dasar filsafat negara, secara obyektif diangkat dari
pandangan hidup dan filsafat hidup bangsa Indonesia yang telah ada dalam
sejarah bangsa sendiri. Dan Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar
negara, nilai-nilai pancasila sudah ada dalam kehidupan sehari-hari, baik
sebagai pandangan hidup maupun filsafat hidup bangsa Indonesia. Oleh
karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara.

    Pancasila sebagai ideologi merupakan bagian terpenting dari fungsi dan
kedudukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai
Ideologi juga menjadi pijakan bagi pengembangan pemikiran-pemikiran baru
tentang berbagai kehidupan bangsa. Pancasila dalam kedudukannya sebagai
ideologi negara, diharapkan mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh
perubahan zaman di era globalisasi ini. Keterbukaan Ideologi pancasila
terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir yang
dinamis dan konseptual.

4.2 SARAN
          Pancasila begitu penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, dan
hendaknya kita terapkan norma – norma pancasila
dalam kehidupan kita sehari – hari.  
DAFTAR PUSTAKA

 -   Priyanto, Supriyo.tahun.judul,edisi.tempat:penerbit

-      http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2105602-makna-pancasila-
sebagai-dasar-negara/#ixzz1r9l3A5fQ
-           http;//Ippkb.wordpress.com/2009/03/23/pancasila-6

Perbandingan antara ideologi liberalisme, sosialisme, dan Pancasila

Liberalisme Sosialisme Pancasila

Negara sebagai penjaga Mementingkan kekuasaan Hubungan antara


malam. Rakyat atau dan kepentingan negara warganegara dengan negara
warganya mempunyai adalah seimbang.
kebebasan untuk berbuat
atau bertindak apa saja asal
tidak melanggar tertib
hukum.

Kepentingan dan hak Kepentingan negara lebih tidak mengutamakan negara


warganegara lebih diutamakan daripada tetapi juga tidak
diutamakan dari pada kepentingan warga negara. mengutamakan
kepentingan negara. Negara Kebebasan atau kepentingan
didirikan untuk menjamin warganegara dikalahkan warganegara. Kepentingan
kebebasan dan kepentingan untuk kepentingan negara negara dan kepentingan
warganegara. warganegara sama-sama
dipentingkan

 Negara tidak mencampuri Kehidupan agama juga Agama erat hubungannya


urusan agama. Agama terpisah dengan negara. dengan negara. Negara
menjadi urusan pribadi Warganegara bebas memperhatikan kehidupan
setiap warganegara. Negara beragama, bebas tidak
terpisah dengan agama. beragama dan bebas pula agama. Agama
Warganegara bebas untuk propaganda anti- mendapatkan perhatian
beragama, tetapi juga bebas agama penting dari negara. Setiap
tidak beragama. wargane-gara dijamin pula
kebebasannya untuk memilih
salah satu agama yang ada
dan diakui oleh pemerintah.
Setiap orang harus
beragama, tetapi agama
yang dipilih diserahkan

kepada masing-masing
warganegara. Atheis atau
tidak mengakui adanya

Tuhan, tidak diperbolehkan

PENGERTIAN IDEOLOGI
1.        Liberalisme
Mengenai konsep liberalisme, dapat kita tarik beberapa pokok pemikiran yang
terkandung di dalamnya, sebagai berikut:
1.  inti pemikiran : kebebasan individu
2.  perkembangan : berkembang sebagai respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut,
pada tumbuhnya negara otoriter yang disertai dengan pembatasan ketat melalui berbagai
undang-undang dan peraturan terhadap warganegara
3.  landasan pemikirannya adalah bahwa menusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudi-
pekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa
terhadapnya.
4.  system pemerintahan (harus): demokrasi.

2.        Komunisme
Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Partai
Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international yang tumbuh sampai sekarang
boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin
1.  inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas dimasyarakat, sehingga negara
hanya sasaran antara.
2.  landasan pemikiran : a. penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas ataupun
tidak, b. analisa yang cendrung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada, c. berisi resep
perbaikan untuk masa depan dan, d. rencana-rencana tindakan jangka pendek yang
memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang berbeda-beda.
3.  system pemerintahan (hanya): otoriter/totaliter/dictator.
3.      Sosialisme
Hal-hal pokok yang terkandung dalam Sosialisme, adalah:
1.      inti pemikiran : kolektifitas (kebersamaan) (gotong royong)
2.      filsafatnya : pemerataan dan kesederajatan bahwa pengaturan agar setiap orang diperlakukan
sama dan ada pemerataan dalm berbagai hal (pemerataan kesempatan kerja, pemerataan
kesempatan berusaha,dll)
3.      landasan pemikiran : bahwa masyarakat dan juga negara adalah suatu pola kehidupan
bersama. Manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, dan manusia akan lebih baik serta layak
kehidupannya jika ada kerja sama melalui fungsi yang dilaksakan oleh negara
4.      system pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter
4.      Pancasila
Ideologi Pancasila memiliki arti bahwa pancasila adalah penjelmaan filsafat pancasila
itu sendiri. Maka pancasila sebagai ideologi negara dalam arti cita-cita negara, atau cita-cita
yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian, yakni asas yang memiliki derajat
tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

Maka dengan demikian Pancasila yang merupakan asas kerokhanian harus menjadi
pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara,
dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan
berkorban.

PERBEDAANIDEOLOGI

Perbedaan Pancasila dan Ideologi Lain Di dunia , terdapat 2 ideologi yang terkenal ,
yaitu ideology Liberalisme dan ideology Sosialisme . adapun Negara-negara yang menganuti
deology Liberalisme dan ideology Sosialisme.

 Negara yang menganut ideology Liberalisme adalah Negara-Negara bagian Barat


seperti , Amerika serikatdan Negara-Negara Eropa seperti , Inggris , Belanda ,Spanyol , Italia
dll .Sedangkan , Negara yang menganut ideology Sosialisme adalah Uni Soviet ( sekarang
Rusia ) , Cina , Korea Utara, Vietnam .

1.      Ideologi Liberalisme


1.      Negara sebagai penjaga malam . Rakyat atau warganya mempunyai kebebasan untuk berbuat
atau bertindak apa saja asal tidak melanggar tata tertib hukum .

2.      Kepentingan dan hak warganegara lebih diutamakan daripada kepentingan Negara . Negara
didirikan untuk menjamin kebebasan dan kepentingan warga Negara.

3.      Negara tidak mencampuri urusan agama . Agama menjadi urusan pribadi setiap
warganegaranya .Negara terpisah dengan agama . Warganegara bebas beragama , tetapi bebas
juga tidak beragama.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:

1.      Seorang warga Negara bebas melakukan hubungan intim dengan syarat mereka telah
berumur 18 tahun keatas(karena orang tersebut dianggap sudah dewasa setelah berumur 18
tahun).

2.      Seorang warga Negara di perbolehkan memakai/menyimpan senjata berbahaya seperti pistol
dengan tujuan untuk berjaga jaga/untuk melindungi diri mereka.terkecuali mereka berada di
dalam tempat keramayan seperti di pesawat terbang(bandara),didalam kereta api,dll.

3.      Seorang warganegara bebas untuk berkreasi sesuai dengan kemauan meraka walaupun hal itu
jika di Indonesia tergolong perbuatan yang sangat dilarang, sebagai contoh seseorang
membuat website tentang video2 porno online yang sangat banyak kita temui di situs-situs
luar negri seperti Negara amerika, namun hal tersebut di Negara mereka tidak dilarang karena
menurut pandangan Negara pekerjaan tersebut tidak melanggar undang-undang dan tidak
pernah yang merasa rugi dengan adanya situs tersebut.

2.      Ideologi Sosialisme


1.      Mementingkan kekuasaan dari kepentingan Negara
2.      Kepentingan Negara lebih diutamakan daripada kepentingan warga Negara.
3.      Kebebasan atau kepentingan warga negara dikalahkan untuk kepentingan Negara
4.      Kehidupan agama juga terpisah dengan Negara .warga negara bebas beragama , bebas tidak
beragama dan bebas pula untuk propaganda (anti-agama) .

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:


1.      Apabila seorang warga Negara merasa tidak yakin akan semua agama karena mereka lebih
meyakini kepercayaan mereka bebas untuk tidak beragama karena disini Negara tidak
mengurus seorang warga Negara untuk harus memiliki satu agama.

2.      Apabila dalam ada suatu warga Negara yang keadaannya terpuruk karena kemiskinan dan
mereka menderita penyakit parah Negara bisa menolong dengan program berobat gratis tapi
Negara tersebut akan mempertimbangkan apakah ada kepentingan Negara yang lebih
dianggap penting untuk mengeluarkan dana,jika ada maka Negara akan di utamakan terlebih
dahulu setelah itu baru suatu warga Negara.

3.      Ideologi Pancasila


1.      Hubungan antara warga Negara dengan Negara adalah seimbang Artimya, tidak
mengutamakan Negara tetapi juga tidak mengutamakan warganegara.
2.      Kepentingan Negara dan warganegara sama-sama di pentingkan.
3.      Agama erat hubungannya dengan Negara. Setiap warganegara dijamin pula kebebasannya
untuk memilih salah satu agama yang ada dan di akui oleh pemerintah .Setiap orang harus
beragama, tetapi agama yang dipilih di serahkan kepada masing-masing warganegara. Atheis
atau tidak mengaku adanya tuhan tidak diperbolehkan.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari:

1.      Seorang warga Negara di Indonesia harus memiliki agama sesuai dengan agama yang telah
di akui oleh pemerintah.
2.      Setiap warganegara diberikan jaminan keamanan dan hak untuk hidup tentram dengan syarat
setiap warganegara tersebut juga harus memenuhi apa yang telah di programkan atau
peraturan-peraturan pemerintah seperti setiap warganegara wajib untuk membayar pajak
bumi dan bangaunan.

4.      IdeologyLiberalisme
1.      Politik liberalisme berpengaruh terhadap perkembangan paham demokrasi dan nasionalisme
atas bangsa-bangsa di dunia. Setiap individu mempunyai hak untuk menjalankan kepentingan
yang diwujudkan dalam sistem demokrasi liberal sehingga melahirkan fungsi parlemen
sebagai lembaga pemerintahan rakyat. Seterusnya, pemilihan umum dilakukan untuk memilih
para anggota parlemen, dan setiap orang berhak memberikan satu suara. Dalam pemilu sering
terjadi persaingan mencari kekuasaan politik. Masuknya seseorang menjadi anggota parlemen
otomatis akan berpengaruh terhadap penetapan undang-undang atau jatuh bangunnya sebuah
kabinet.
2.      Bagi bangsa yang sedang terjajah, liberalisme sejalan dengan pertumbuhan paham
nasionalisme yang sama-sama menginginkan terbentuknya negara yang berpemerintahan
sendiri. Kesadaran tersebut tumbuh karena setiap bangsa memiliki hak untuk menentukan
nasibnya sendiri.
3.      Dalam bidang agama, penerapan paham liberalisme berarti bahwa setiap individu bebas
memilih dan menentukan agamanya sendiri. Hal ini sangat berbeda, misalnya situasi pada
masa sebelum terjadinya Reformasi Gereja masyarakat Eropa diwajibkan untuk memeluk
agama yang dianut rajanya. Selain itu, liberalisme di bidang agama ini menghendaki adanya
kebebasan berfikir individu. Artinya, individu mempunyai hak untuk mengungkapkan
ekspresinya dan bukan berdasar atas kehendak gereja. Gejala tersebut pada akhirnya
melahirkan Reformasi Gereja yang kemudian memunculkan agama baru, yaitu Kristen
Protestan.
4.      Di bidang pers, politik liberalis memungkinkan seorang wartawan bebas memuat berita apa
pun yang ia ketahui, sementara para sastrawan bebas mengeluarkan pendapat dan ungkapan
hatinya. Masyarakat umum berhak membaca dan menilai sendiri tulisan-tulisan para
wartawan dan sastrawan tersebut. Demikian artikel yang menjelaskan definisi, ciri-ciri dan
perkembangan paham liberalisme di dunia.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari:

1.      Apabila sekumpulan warganegara atau disuatu daerah merasa pemerintahan tidak
memperhatikan mereka maka mereka berhak untuk membentuk suatu Negara baru atau untuk
memisah dengan Negara tersebut dan menyatu dengan Negara lain dengan syarat penduduk
di daerah tersebut menyetujui dan Negara yang akan di jadikan Negara baru mereka juga
menerima mereka.

2.      seorang wartawan/pers bebas memuat suatu berita baik itu berita yang berbau porno maupun
berita-berita yang bohong sebagai contoh di amerik serikat ada seorang yang memuat berita-
berita bohong seperti mengabarkan tentang hidup kembali raja pop dunia yaitu micheal
Jackson dan banyak lagi dimuat hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan dan situs web itu
sangat popular dinegaranya dan bahkan di Indonesia juga sering membuka situs itu dengan
tidak disengaja maupun disengaja dan membaca berita bohong tersebut,namun dalam Negara
tersebut tidak pernah membatasi apa yang mereka muat tersebut.
Di dunia , terdapat 2 ideologi yang terkenal , yaitu ideology Liberalisme dan ideology 
Sosialisme . Apakah kalian tahu , Negara apa sajakah myang menganut ideology Liberalisme
dan ideology Sosialisme ?
Negara yang menganut ideology Liberalisme adalah Negara – Negara bagian Barat seperti ,
Amerika serikat dan Negara – Negara Eropa seperti , Inggris , Belanda , Spanyol , Italia dll .
Sedangkan , Negara yang menganut ideology Sosialisme adalah Uni Soviet ( sekarang
Rusia ) , Cina , Korea Utara , Vietnam .
Sekarang , kita akan membahas perbedaan pokok antara ideology Liberalisme dan Sosialisme
. Adapun perbedaan pokok tersebut adalah .

Ideologi Liberalisme
o    Negara sebagai penjaga malam . Rakyat atau warganya mempunyai kebebasan untuk berbuat
atau bertindak apa saja asal tidak melanggar tertib hukum .
o   Kepentingan dan hak warganegara lebih diutamakan daripada kepentingan Negara . Negara
didirikan untuk menjamin kebebasan dan kepentingan warga Negara.
o   Negara tidak mencampuri urusan agama . Agama menjadi urusan pribadi setiap
warganegaranya . Negara terpisah dengan agama . Warganegara bebas beragama , tetapi
bebas juga tidak beragama.
Ideologi Sosialisme
o   Mementingkan kekuasaan dan kepentingan Negara
o   Kepentingan Negara lebih diutamakan daripada kepentingan warga Negara . Kebebasan atau
kepentingan warganegara dikalahkan untuk kepentingan Negara .

o   Kehidupan agama juga terpisah dengan Negara . warganegara bebas beragama , bebas tidak
beragama dan bebas pula untuk propaganda anti-agama .

Persamaan ideology Liberalisme , Sosialisme dan Pancasila


o   Persamaan antara ideology Liberalisme , Sosialisme dan Pancasila adalah ketiga ideology itu
digunakan sebagai ideology atau dasar Negara .
Perbedaan Ideology Liberalisme , Sosalisme  dan Pancasila .
a.                   Dalam Hubungan agama dengan ideologi
  Padda Negara Liberal , Negara tidak mencampuri urusan agama . Warganegara bebas bebas
beragama dan bebas juga tidak beragama .
  Pada Negara sosialis , kehidupan negara terpisah juga dengan agama . Warganegara bebas

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut:

1. Nilai Dasar Pancasila yang Abadi

Nilai dasar yaitu hakikat kelima sila Pancasila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang
sifatnya universal sehingga dalam nilai tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-nilai
yang baik dan benar.
2. Nilai Instrumental yang Berkembang Dinamis

Betapapun pentingnya nilai-nilai dasar tersebut, namun sifatnya belum proporsional, artinya
kita belum dapat menjabarkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD
1945 sendiri menunjuk pada adanya Undang-Undang sebagai pelaksanaan hukum dasar
tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 memerlukan
penjabaran lebih lanjut sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran lebih lanjut ini kita
namakan nilai instrumental.

Nilai instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya.
Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu.
Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang dijabarkannya.
Dokumen konstitusional yang disediakan untuk penjabaran secara kreatif dari nilai-nilai dasar
itu adalah ketetapan MPR, peraturan perundang-undangan, dan kebijakan-kebijakan
pemerintah lainnya.

Ilustrasi bersumber dari Google

3. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam bentuk pengalaman yang
bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam pengamalan nilai praksis inilah akan tampak apakah penjabaran serta eksplisitasi
nilai-nilai dasar ideologi Pancasila itu sesuai atau tidak dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta dinamika masyarakat.

Nilai Dasar
Nilai dasar yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila
yang sifatnya universal, nilai-nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai
yang baik dan benar.Cita-cita dan tujuan dari negara kita tercantum dalam pembukaan UUD
1945 yaitu alinea II dan IV.
b.     Nilai Instrumental
Nilai Instrumental adalah penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 ,penjabaran itu dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam batas-
batas yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang dijabarkannnya. Penjabaran
itu dalam bentuk ketetapan MPR, peraturan perundang undangan, dan kebijakan-kebijakan
pemerintah lainnya. 
c.     Nilai Praktis
Nilai praktis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam bentuk pengamalan yang
bersifat nyata,dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka
    Kompetensi Dasar
1.1  Mendeskripsikan makna Pancasila sebagai  ideologi terbuka
1.2   Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan
1.3   Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka

A.    Pancasila Sebagai Ideologi terbuka


Idiologi secara etimologis berasal dari bahasa latin yang dibentuk dari kata idea, berarti
pemikiran, atau konsep atau gagasan. Dan logos artinya pengetahuan.Dengan demikian
Ideologi berarti  ilmu pengetahuan tentang ide-ide ,tentang pemikiran, tentang konsep atau
tentang gagasan
Beberapa pengertian ideologi menurut pendapat para ahli ;
a.     Laboratorium IKIP Malang
Ideologi adalah seperangkat nilai,ide dan cita-cita beserta pedoman dan metode
melaksanakan atau mewujudkan .
b.     Kamus Ilmiah Populer
Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem politik, paham kepercayaan,
dan seterusnya.
c.     Prof. Padmo Wahyono,SH.
Ideologi diberi  makna sebagai pandangan hidup bangsa,falsafah hidup bangsa,yang berupa
seperangkat nilai yang dicita-citakan dan akan direalisasi dalam kehidupan berkelompok
Ideologi ini akan memberikan stabilitas arah dalam hidup berkelompok dan sekaligus
memberikan dinamika gerak menuju apa yang dicita-citakan.
d.     Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang
bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur
tingkah laku bersama dalam berbagai segi  kehidupan.
 Dengan demikian  Ideologi mengandung unsur-unsur tertentu ,diantaranya sebagai berikut :
1.        Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis.
2.        Pedoman tentang cara hidup.
3.        Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok.
4.        Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya 
Secara garis besar ideologi dapat dikelompokan menjadi dua macam tipologi yaitu :
a.     Ideologi Tertutup
Ideologi yang rinci, dalam bentuk yang ortodok dan konservatif. Ideologi yang tidak mau
sama sekali menerima interprestasi-interprestasi  baru, walaupun zaman dan masyarakat terus
berkembang.
b.     Ideologi Terbuka
Idelogi  dikatakan terbuka apabila pada dirinya memiliki unsur  fleksibilitas. Unsur  ini
mencerminkan adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat  ,yaitu adanya penerimaan terhadap interprestasi baru yang sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Beberapa factor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideology
Pancasila adalah sebagai berikut :   
1.     Kenyataan dalam proses pembangunan nasional berencana dan dinamika
masyarakat berkembang cepat.
2.     Kenyataan menunjukan , bahwa bangkrutnya ideology tertutup  cenderung
meredupkan perkembangan ideology tersebut.
3.     Tekad untuk memperkukuh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila dan
mengembangkan secara kreatif dan dinamis.
4.     Pengalaman sejarah kita di masa lampau.
 Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
a.     Nilai Dasar
Nilai dasar yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila
yang sifatnya universal, nilai-nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai
yang baik dan benar.Cita-cita dan tujuan dari negara kita tercantum dalam pembukaan UUD
1945 yaitu alinea II dan IV.
b.     Nilai Instrumental
Nilai Instrumental adalah penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 ,penjabaran itu dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam batas-
batas yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang dijabarkannnya. Penjabaran
itu dalam bentuk ketetapan MPR, peraturan perundang undangan, dan kebijakan-kebijakan
pemerintah lainnya. 
c.     Nilai Praktis
Nilai praktis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam bentuk pengamalan yang
bersifat nyata,dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

 Suatu ideologi selain memilki aspek-aspek yang bersifat ideal yang berupa cita-cita,
pemikiran serta nilai-nilai yang dianggap baik, juga harus memiliki norma yang jelas karena
ideologi harus mampu direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan suatu
pengamalan nyata. Dalam pengamalan nilai praktis ini ideologi Pancasila memungkinkan
disesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan tekhnologi,serta dinamika
masyarakat.    
Menurut Alfian, Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi  terbuka dan dinamis sebab
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mengandung tiga dimensi. Ketiga dimensi dalam
Pancasila adalah sebagai berikut :
1.     Dimensi Realitas
Bahwa nilai-nilai ideologi itu bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup didalam masyarakat
Indonesia. Nilai-nilai itu benar-benar telah dijalankan, diamalkan, dan dihayati sebagai nilai
dasar bersama. Kelima nilai dasar Pancasila itu kita temukan dalam suasana atau pengamalan
kehidupan masyarakat bangsa kita yang bersifat kekeluargaan, kegotongroyongan, atau
kebersamaan.
2.     Dimensi Idealitas
Bahwa suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan. Ideologi tidak sekedar mendeskripsikan atau menggambarkan hakikat manusia
dan kehidupannya, namun juga memberi gambaran ideal masyarakat sekaligus memberi arah
pedoman yang ingin  dituju oleh masyarakat tersebut.
3.     Dimensi Fleksibilitas
Bahwa ideologi memiliki keluwesan yang memungkinkan untuk pengembangan pemikiran-
pemikiran baru yang relevan tentang dirinya tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat
dan jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Dimensi fleksibilitas suatu ideologi
hanya mungkin dimiliki oleh ideologi terbuka ‘demokratis’ karena disinilah relevansi
kelebihannya untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang terkandung dalam
nilai-nilai dasar. Pancasila adalah fleksibel karena dapat dikembangkan dan disesuaikan
dengan tuntutan perubahan.
 Batas-batas keterbukaan ideology pancasila yang tidak boleh dilanggar , antara lain
sebagai berikut :
a.     Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
b.     Larangan terhadap ideology marxisme, leninisme, dan komunisme.
c.     Mencegah berkembangnya paham liberal, paham atheisme.
d.     Larangan terhadap pandangan ekstrem yang menggelisahkan masyarakat.
e.     Penciptaan norma-norma baru yang harus melalui konsensus masyarakat.

B.    Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan


   .Pengertian Nilai
a.     Menurut Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Nilai adalah sesuatu yang
berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan
manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong, mengarahkan sikap, dan perilaku manusia.
b.     Menurut Kamus Ilmiah Populer, Nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar,
bijaksana, dan apa yang berguna sifatnya lebih abstrak dari norma.
c.     Menurut Nursal Luth dan Daniel Fernander, nilai adalah perasaan-perasaan
tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku
sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Nilai merupakan kumpulan sikap dan
perasaan-perasaan yang selalu diperlihatkan melalui perilaku manusia.
1.     Macam-Macam Nilai
a.     Menurut Alport, nilai adalah kehidupan masyarakat dibagi menjadi enam macam,
yaitu sebagai berikut :
1.     Nilai teori
2.     Nilai sosial
3.     Nilai ekonomi
4.     Nilai politik
5.     Nilai estetika
6.     Nilai religi
b.     Menurut Sprange, nilai dapat dibedakan menjadi enam yaitu sebagai berikut
1.     Nilai ilmu pengetahuan
2.     Nilai seni
3.     Nilai ekonomi
4.     Nilai sosial
5.     Nilai agama
6.     Nilai politik
c.     Menurut Prof.Dr.Notonagoro, nilai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 
sebagai berikut :
1.     Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia
.Misalnya makanan, minuman dan obat.
2.     Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktifitas. Misalnya kendaraan, komputer .
3.     Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut :
a.     Nilai kebenaran atau kenyataan, yang bersumber dari unsur akal manusia
(rasio,budi, dan cipta).
b.     Nilai keindahan, yang bersumber dari unsur manusia (perasaan dan etetis)
c.     Nilai moral, yang bersumber dari unsur kehendak atau kemauan (karsa,etika).
d.     Nilai religius, merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak
yang bersumber dari keyakinan atau kepercayaan manusia. 
                Pancasila dapat dikatakan sebagai sumber nilai, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan
keadilan.Nilai-nilai tersebut dapat kita uraikan sebagai berikut :
1.     Nilai Ketuhanan ,sebagai sumber keyakinan dan kesadaran manusia sebagai
mahkluk Tuhan. Kebebasan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan
masing-masing . Mengembangkan Tri kerukunan umat beragama, mengatur
hubungan agama dan Negara, keimanan dan ketaqwaan.
2.     Nilai Kemanusiaan, mengandung nilai cinta kasih , kebenaran, santun,
menghormati harkat dan martabat manusia,keindahan (estetis) ,kebaikan, budi
pekerti luhur .
3.     Nilai Persatuan , mengandung nilai persatuan dan kesatuan dalam ideology ,
ekonomi, politik budaya dan hankam.Rela berkorban membela kehormatan bangsa
dan Negara. Mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan
golongan. Adanya nilai patriotisme dan rasa bangga terhadap bangsa dan Negara .
4.     Nilai Kerakyatan ,Memiliki nilai kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan,
musyawarah mufakat, mendahulukan kepentingan masyarakat dan Negara , tidak
memaksakan kehendak, menghargai pendapat orang lain.
5.     Nilai Keadilan , mengandung nilai perlakuan adil dalam bidang hukum,ekonomi,
social dan budaya. Keselarasan ,keseimbangan hak dan kewajiban, menjujung
tinggi harkat dan martabat manusia, tidak sewenang-wenang, menghargai hasil
karya orang lain, bekerja keras untuk mewujudkan kemakmuran bersama,
mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
   
C.    Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paradigma atau kerangka berfikir adalah pandangan dasar dari para ilmuwan tentang apa
yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Pancasila sebagai paradigma
mengadung arti nilai-nilai dasar Pancasila secara normative menjadi dasar , kerangka acuan
dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia.
Pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang meliputi politik, ekonomi, social budaya dan
hankam .
1.       Paradigma Pembangunan Politik
Pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia sesuai nilai
moral Pancasila. Pembangunan politik dikembangkan berdasarkan moral ketuhanan ,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
2.       Paradigma Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi yang berdasarkan Pancasila adalah pembangunan ekonomi
kerakyatan berdasarkan kekeluargaan. Pembangunan ekonomi berdasar Pancasila harus
menghindarkan diri dari bentuk persaingan bebas, monopoli dan etatisme.
3.     Paradigma Pembangunan social budaya
Pembangunan social budaya harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan sehingga menghasilkan manusia yang berbudaya dan beradab.
Pembangunan social budaya juga harus dikembangkan sesuai nilai social budaya di nusantara
serta bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan.
4.     Paradigma Pembangunan Pertahanan dan Keamanan
Pembangunan pertahanan keamanan dilakukan dengan mengikutsertakan seluruh komponen
bangsa untuk melakukan kewajiban bela Negara. Paradigma pembangunan nasional dibidang
hankam tercantum dalam UU no. 3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara.
D.    Sikap Positif terhadap Pancasila
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap suatu keadaan atau
peristiwa. Sikap positif terhadap Pancasila, mempunyai makna sikap mendukung,
mengiyakan, mancari hak, mempertahankan dan menjunjung tinggi Pancasila. Makna sikap
tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk sikap positif terhadap setiap nilai Pancasila, telah
diakui dan telah diuji kebenarannya, sehingga meski banyak tantangan dan rongrongan tetap
kokoh tegak dan utuh, Pancasila selalu dijunjung tinggi sebagai dasar Negara, dasar falsafah
bangsa dan ideology nasional terbuka. 

//
you're reading...
Kuliah

Landasan hukum
Pendidikan Kewarganegaraan
Posted by Mardoto ⋅ 16/05/2009 ⋅ 1 Comment
Filed Under  Latar Belakang

1. UUD 1945

a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi Bangsa
Indonesia tentang kemerdekaanya).

b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.

c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.

d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.

e. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.

2. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu


Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

[Drs. H. Mardoto, M.T. , Penggugah Jiwa Kewarganegaraan, Tinggal di Yogyakarta]

Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan


1. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi Bangsa
Indonesia tentang kemerdekaanya).
b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.
c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
e. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
2. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan


1. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi Bangsa
Indonesia tentang kemerdekaanya).
b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.
c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
e. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
2. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Pengertian Bangsa dan Negara


Bangsa (nation) menurut Hans Kohn (Kaelan, 2002: 212-213) bahwa bangsa terbentuk oleh
persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Sedangkan
Ernest Renan menyatakan bahwa bangsa (nation) adalah suatu solidaritas, suatu jiwa, suatu
asas spiritual, suatu solidaritas yang dapat tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah
lampau dan bersedia dibuat di masa yang akan datang. Meskipun dikalangan pakar
kenegaraan belum terdapat persamaan pengertian bangsa, namun faktor objektif yang
terpenting dari suatu Bangsa adalah kehendak atau kemauan bersama yang lebih dikenal
dengan nasionalisme.
Fredrich Hertz dalam bukunya “Nationality in History and Politics” mengemukakan bahwa
setiap bangsa mempunyai 4 (empat) unsur aspirasi sebagai berikut:
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial, ekonomi,
politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya, yaitu bebas
dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan dalam kemandirian, keunggulan, individualisme, keaslian, atau kekhasan.
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) diantara bangsa-bangsa dalam mengejar kehormatan,
pengaruh, dan prestise.
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pasal-pasal dalam UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban sebagai warga negara
mencakup pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34.
Hak-hak warga negara yang substansial pada prinsipnya antara lain meliputi:
1. Hak untuk memilih/memberikan suara
2. hak kebebasan berbicara
3. Hak kebebasan pers
4. hak kebebasan beragama
5. Hak kebebasan bergerak
6. Hak kebebasan berkumpul
7. hak kebebasan dari perlakuan sewenang-wenang oleh sistem politik dan atau hukum.
Sedangkan CCE (Center for Civic Education) mengajukan hak-hak individu yang perlu
dilindungi oleh negara, meliputi: hak pribadi (personal rights), hak politik (political rights),
hak ekonomi (economic rights)
Kewajiban warga negara merupakan aspek dari tanggung jawab warga negara (citizen
responsibility/civic responsibilities) (CCE, 1994: 37). Contoh yang termasuk tanggung jawab
warga negara antara lain:
1) melaksanakan aturan hukum
2) menghargai orang lain
3) memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya
4) melakukan kontrol terhadap para pemimpin yang dipilihnya dalam melakukan tugas-
tugasnya
5) melakukan komunikasi dengan para wakil di sekolah, pemerintah lokal, pemerintah
nasional
6) memberikan suara dalam suatu pemilihan
7) membayar pajakmenjadi saksi di pengadilan
9) bersedia untuk mengikuti wajib militer, dsb.

Sumber:
Seri diktat kuliah Pend. Kewarganegaraan univ.Gunadarma
Fredrich Hertz, Nationality in History and Politics
http://www.google.com/
Drs. H. Mardoto, M.T., Penggugah Jiwa Kewarganegaraan
UUD 1945.

Unsur Dasar Wawasan Nusantara

1. wadah (contour)

Di dalam Wadah kehidupan yang bermayarakat, berbangsa, dan juga bernegara meliputi
keseluruhan wilayah Indonesia yang mempunyai sifat yang serba nusantara dengan berbagai
kekayaan alam dan juga penduduk serta beragam budaya adalah Negara atau bangsa Indonesia.
Setelah menegara dalm negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa Indonesia memiliki organisasi
kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud supra struktur
politik, sedangkan wadah yang berada di dalam suatu kehidupan bermasyarakat adalah berbagai
macam kelembagaan di dalam wujud infra struktur politik.
2. isi (content)

“Isi” merupakan suatu inspirasi suatu bangsa yang sangat berkembang di dalam suatu masyarakat
dan suatu cita-cita serta tujuan nasional yang mana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Menyadari bahwa untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan
tujuan nasional seperti tersebut di atas bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan
kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hankam. Oleh sebab itu “isi” menyangkut dua hal yang esensial yaitu: yang pertama, Realisasi
aspirasi bangsa sebagai suatu kesepakatan bersama dan dalam suatu perwujudannya, pencapaian
sebuah cita-cita tujuan nasional, dan yang  Kedua. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang
meliputi semua aspek kehidupan nasional.
3. tatalaku (conduct)

Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari tata laku batiniah dan
lahiriah. tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa
Indonesia, se¬dangkan tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari
bangsa Indonesia. Kedua hal tersebut akan mencermin¬kan identitas jati diri atau kepribadian
bangsa Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta
kepada bangsa dan tanah air sehingga menimbuhkan nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek
kehidupm nasional.

sumber:
 

http://bayuajiprasetyo.livejournal.com/1944.html

2. Wadah (Contour) Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara


meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan
kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia memiliki
organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam
wujud supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah
berbagai kelembagaan dalam wujud infra struktur politik.
3. Isi (Content) Adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita
serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai
aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti
tersebut diatas bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan
dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi, social
budaya dan hankam. Isi menyangkut dua hal pertama realisasi aspirasi bangsa sebagai
kesepakatan bersama dan perwujudannya, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional 
persatuan, kedua persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan yang meliputi semua
aspek kehidupan nasional.
4. Tata laku (Conduct) Hasil interaksi antara wadah dan isi wasantara yang terdiri dari :
-Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik
dari bangsa Indonesia. -Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan
dan perilaku dari bangsa Indonesia. Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas
jati diri/kepribadian bangsa berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang
memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan
rasa nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

1. B.   Hakekat Wawasan Nusantara

  Adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertian : cara pandang yang selalu utuh
menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional. Berarti setiap warga
bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh
dalam 20 lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan
oleh lembaga negara.

1. C.   Asas Wawasan Nusantara

Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan
agar terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur pembentuk bangsa Indonesia
(suku/golongan) terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas wasantara terdiri dari:

1. Kepentingan/Tujuan yang sama


2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerjasama
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan.

Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi geografi serta
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, maka arah pandang wawasan nusantara
meliputi : 1. Ke dalam Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan mengatasi
sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan mengupayakan
tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan. Tujuannya adalah menjamin
terwujudnya persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional baik aspek alamiah
maupun aspek sosial. 2.  Ke luar Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan
internasional harus berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional dalam semua aspek
kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan demi tercapainya
tujuan nasional.

Tujuannya adalah menjamin kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia.

1. D.   Kedudukan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat
dengan tujuan agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam rangka mencapai dan
mewujudkan tujuan nasional. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat
dari hirarkhi paradigma nasional sbb: -Pancasila (dasar negara) =>Landasan Idiil -UUD 1945
(Konstitusi negara) =>Landasan Konstitusional -Wasantara (Visi bangsa) =>Landasan
Visional -Ketahanan Nasional (KonsepsiBangsa) =>Landasan Konsepsional -GBHN
(Kebijaksanaan Dasar Bangsa)   =>Landasan Operasional

Fungsi Wawasan Nusantara adalah pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan, baik bagi
penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat dalam
kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Tujuan Wawasan Nusantara adalah
mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala bidang dari rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan orang perorangan, kelompok,
golongan, suku bangsa/daerah.

1. E.   Implementasi Wawasan Nusantara

Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak
yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara.

1. Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan iklim penyelenggaraan


negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan pemerintahan yang kuat, aspiratif,
dipercaya.
2. Implementasi dalam kehidupan Ekonomi, adalah menciptakan tatanan ekonomi yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara merata dan adil.
3. Implementasi dalam kehidupan Sosial Budaya, adalah menciptakan sikap batiniah dan
lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai
kenyataan yang hidup disekitarnya dan merupakan karunia sang pencipta.
4. Implementasi dalam kehidupan Pertahanan Keamanan, adalah menumbuhkan
kesadaran cinta tanah air dan membentuk sikap bela negara pada setiap WNI.

Sosialisasi Wawasan Nusantara

1. Menurut sifat/cara penyampaian     


2. langsung  => ceramah,diskusi,tatap muka  
3. tidak langsung  => media massa
1. Menurut metode penyampaian
2. ketauladanan
3. edukasi
4. komunikasi
5. integrasi          

Materi Wasantara disesuaikan dengan tingkat dan macam pendidikan serta lingkungannya
supaya bisa dimengerti dan dipahami.

Tantangan Implementasi Wasantara


1. Pemberdayaan Masyarakat John Naisbit dalam bukunya Global Paradox menyatakan 
negara harus dapat memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas
dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan
oleh negara-negara maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk negara
berkembang dengan Top Down Planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber
daya manusia, sehingga diperlukan landasan operasional berupa GBHN. Kondisi
nasional (Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan keterbelakangan dan ini
merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan masyarakat diperlukan terutama
untuk daerah-daerah tertinggal.
2. Dunia Tanpa Batas
3. Perkembangan IPTEK Mempengaruhi pola, pola sikap dan pola tindak masyarakat
dalam aspek kehidupan. Kualitas sumber daya Manusia merupakan tantangan serius
dalam menghadapi tantangan global.
4. Kenichi Omahe dalam bukunya Borderless Word dan The End of Nation State
menyatakan : dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara
dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam satu
negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi,
investasi, industri dan konsumen yang makin individual. Untuk dapat menghadapi
kekuatan global suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih
memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Perkembangan Iptek
dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia tanpa batas dapat
merupakan tantangan Wawasan Nusantara, mengingat perkembangan tsb akan dapat
mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak di
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1. Era  Baru Kapitalisme
2. Sloan dan Zureker Dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan
Kapitalisme adalah suatu sistim ekonomi yang didasarkan atas hak milik
swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan
perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas
ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk
mencapai laba guna diri sendiri. Di era baru kapitalisme,sistem ekonomi untuk
mendapatkan keuntungan dengan melakukan aktivitas- aktivitas secara luas
dan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat sehingga diperlukan
strategi baru yaitu adanya keseimbangan.
3. Lester Thurow Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan : untuk
dapat bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu
keseimbangan (balance) antara paham individu dan paham sosialis. Di era
baru kapitalisme, negara-negara kapitalis dalam rangka mempertahankan
eksistensinya dibidang ekonomi menekan negara-negara berkembang dengan
menggunakan isu-isu global yaitu Demokrasi, Hak Azasi Manusia,
Lingkungan hidup.
1. Kesadaran  Warga Negara
2. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban Manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Hak dan
kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
3. Kesadaran bela negara Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang
dilakukan adalah perjuangan non fisik untuk memerangi
keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, memberantas KKN,
menguasai Iptek, meningkatkan kualitas SDM, transparan dan
memelihara persatuan. Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela
negara mengalami penurunan yang tajam dibandingkan pada
perjuangan fisik. Prospek Implementasi Wawasan Nusantara
Berdasarkan beberapa teori mengemukakan pandangan global sbb:

 Global Paradox menyatakan negara harus mampu memberikan peranan sebesar-


besarnya  kepada rakyatnya.
 Borderless World dan The End of Nation State menyatakan  batas wilayah geografi
relatif tetap, tetapi kekuatan ekonomi dan budaya global akan menembus batas tsb.
Pemerintah daerah perlu diberi peranan lebih berarti.
 The Future of Capitalism menyatakan strategi baru kapitalisme adalah mengupayakan
keseimbangan antara kepentingan individu dengan masyarakat serta antara negara
maju dengan negara berkembang.
 Building Win Win World (Henderson) menyatakan perlu ada perubahan nuansa
perang ekonomi, menjadikan masyarakat dunia yang lebih bekerjasama,
memanfaatkan teknologi yang bersih lingkungan serta pemerintahan yang demokratis.
 The Second Curve (Ian Morison) menyatakan dalam era baru timbul adanya peranan
yang lebih besar dari pasar, peranan konsumen dan teknologi baru yang mengantar
terwujudnya masyarakat baru.

Dari rumusan-rumusan diatas ternyata tidak ada satupun yang menyatakan tentang perlu
adanya persatuan, sehingga akan berdampak konflik antar bangsa karena kepentingan
nasionalnya tidak terpenuhi. Dengan demikian Wawasan Nusantara sebagai cara pandang
bangsa Indonesia dan sebagai visi nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa masih tetap valid baik saat sekarang maupun mendatang, sehingga prospek wawasan
nusantara dalam era mendatang masih tetap relevan dengan norma-norma global. Dalam
implementasinya perlu lebih diberdayakan peranan daerah dan rakyat kecil, dan terwujud
apabila dipenuhi adanya faktor-faktor dominan : keteladanan kepemimpinan nasional,
pendidikan berkualitas dan bermoral kebangsaan, media massa yang memberikan informasi
dan kesan yang positif, keadilan penegakan hukum dalam arti pelaksanaan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa.

Keberhasilan Implementasi Wasantara Diperlukan kesadaran WNI untuk :

1. Mengerti, memahami, menghayati tentang hak dan kewajiban warganegara serta


hubungan warganegara dengan negara, sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia.
2. Mengerti, memahami, menghayati tentang bangsa yang telah menegara, bahwa dalam
menyelenggarakan kehidupan memerlukan konsepsi wawasan nusantara sehingga
sadar sebagai warga negara yang memiliki cara pandang.
3. . Wadah
a. Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang di
dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh
perairan. Oleh karena itu Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta
dihubungkan oleh perairan didalamnya.
Setelah bernegara dalam negara kesatuan Republik Indonesia, bangsa
indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagi
kegiatn kenegaraan dalam wujud suprastruktur politik. Sementara itu,
wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah lembaga dalam wujud
infrastruktur politik.
Letak geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra, yaitu
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dan antara dua benua, yaitu banua
Asia dan benua Australia. Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam
kesatuan poliyik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.
b. Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang
menyangkut bentuk dan kedaulatan negara kekuasaaan pemerintah, sistem
pemerintahan, dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Kedaulatan di tangan rakyat yang
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Sistem pemerintahan, menganut sistem presidensial. Presiden memegang
kekuasaan bersadarkan UUD 1945. Indonesia adalah Negara hukum
( Rechtsstaat ) bukan Negara kekuasaan ( Machtsstaat ).
c. Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran
bernegara yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai
politik, golongan dan organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur
negara. Yang dapat diwujudkan demokrasi yang secara konstitusional
berdasarkan UUD 1945 dan secara ideal berdasarkan dasar filsafat pancasila.

2. Isi Wawasan Nusantara


Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta
tujuan nasional yang terdapat pada pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai
aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan
nasional seperti tersebut di atas, bangsa Indonesia harus mampu
menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan
nasional. Isi menyangkut dua hal yang essensial, yaitu:
a. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian
cita-cita dan tujuan nasional.
b. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek
kehidupan nasional.
Isi wawasan nusantara tercemin dalam perspektif kehidupan manusia
Indonesia meliputi :
a. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan :
1) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
2) Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
3) Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
b. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal,
utuh menyeluruh meliputi :
1. Satu kesatuan wilayah nusantara yang mencakup daratan perairan dan
dirgantara secara terpadu.
2. Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik pelaksanaannya
serta satu ideologi dan identitas nasional.
3. Satu kesatuan sosial-budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat
Indonesia atas dasar “Bhinneka Tunggal Ika”, satu tertib sosial dan satu
tertib hukum.
4. Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama dan
asas kekeluargaan dalam satu sistem ekonomi kerakyatan.
5. Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu system terpadu,
yaitu sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
6. Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya yang mencakup aspek kehidupan nasional.

3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan


Lahiriah
Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah dengan isi, yang terdiri
dari tata laku tata laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah
mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa
indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan , perbuatan,
dan perilaku dari bangsa Indonesia. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan
yang utuh, dalam arti kemanunggalan. Meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian
bangsa indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki
rasa bangga dan cinta kepada bangga dan tanah air sehingga menimbulkan
nasionalisme yang tinggi dalm segala aspek kehidupan nasional.
4.

Anda mungkin juga menyukai