Anda di halaman 1dari 7

1.

PENGERTIAN CUMI CUMI


Cumi-cumi merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris. Sirip-siripnya
berbentuk trianguler atau radar yang menjadi satu pada ujungnya. Pada kepalanya di
sekitar lubang mulut terdapat 10 tentakel yang dilengkapi dengan alat penghisap.
Tubuhnya terdiri dari isi rongga tubuh (visceral mass) dan mantel. Lapisan isi rongga
tubuh berbentuk silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan halus. Mantel yang
dimilikinya berukuran tebal, berotot, dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta
mempunyai tepi yang disebut leher (Zainal, 2013).
Cumi-cumi memiliki tentakel, lengan alat penghisap siphon, insang, rectum, penis, vena,
pembuluh nadi, ginjal dan lain-lain. Masing-masing organ ini memiliki fungsi. Tubuh
cumi-cumi dapat dibedakan atas kepala , leher, dan badan. Kepala cumi-cumi besar,
matanya berkembang dengan baik karena dapat berfungsi untuk melihat. Mulutnya
terdapat di tengah-tengah, dikelilingi oleh 10 tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel
lebih pendek. Tentakel panjang berfungsi untuk menangkap mangsa dan berenang. Pada
setiap tentakel terdapat alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya
terdapat sirip yang penting untuk keseimbangan tubuh. Pada dinding permukaan dorsal
terdapat pen yang penting untuk menyangga tubuh. Seluruh tubuh cumi-cumi terbungkus
oleh mantel. Di bagian punggung, mantel melekat pada badan, sedangkan di daerah perut
tidak melekat, sehingga terbentuk rongga disebut rongga mentel (Surahman, 2015).
Tinta cumi-cumi mempunyai nilai gizi yang cukup baik terutama kandungan protein dan
asam amino. Mukholik (1995) menyatakan bahwa tinta cumi-cumi mengandung protein
sebesar 10,88% yang terdiri atas asam amino esensial dan non esensial. Menurut
Okozumi dan Fujii (2000), melanoprotein tinta cumi-cumi mengandung asam amino
esensial yang dominan berupa lisin, leusin, arginin dan fenilalanin. Sementara kadar asam
amino non esensial yang dominan adalah asam glutamat dan asam aspartat. Untuk
memperoleh asam amino tinta cumi-cumi dapat dilakukan dengan cara dihidrolisis. Tinta
cumi-cumi mengeluarkan bau amis yang sangat menyengat sehingga harus ditambahkan
daun salam sebagai penetralisir bau amis dari tinta cumi-cumi.
Menurut Winarno (1991), keunggulan cumi-cumi sebagai bahan pangan hewani dari laut
(sea food) adalah hampir semua bagian tubuhnya dapat dimakan, yakni mencapai 80%.
Selain itu cumi-cumi mengandung zat-zat gizi yang sangat lengkap dan mengandung
asam lemak tidak jenuh, khusunya jenis ω-3 (omega-3) yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Menurut Irawan (2006) cumi-cumi memiliki kandungan protein sebesar
14,65%, kadar lemak 0,24%, kadar air sebesar 84,01%, dan kadar abu sebesar 0,3%.
Ditinjau dari nilai gizi, cumi-cumi memiliki kandungan gizi yang luar biasa karena
kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu 17,9 % g/100 g cumi segar. Daging cumi-cumi
memiliki kelebihan dibanding dengan hasil laut lain, yaitu tidak ada tulang belakang,
mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang khas, serta mengandung semua jenis asam
amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Asam amino esensial yang dominan adalah
leusin, lisin, dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial yang dominan
adalah asam glutamat dan asam aspartat (Rohman, 2007). Cumi-cumi juga mengandung
beberapa jenis mineral mikro dan makro dalam jumlah yang sangat tinggi. Kadar mineral
yang terkandung pada cumicumi sangat bervariasi walaupun dalam satu spesies yang
sama. Variasi ini tergantung pada keadaan lingkungan tempat hidup, ukuran, dan umur
(Almatsier, 2001).

2. CIRI CUMI SEGAR


- Badannya kenyal dan kokoh saat ditekan;
- Kepala cumi masih menempel erat pada tubuh (tidak menjulur keluar);
- Badan dilapisi selaput lendir jernih;
- Mengeluarkan bau khas dan bukan bau busuk;
- Warna daging cumi yang ukurannya kecil keunguan dan memiliki bitnik - bintik
hitam;
- Warna daging cumi yag ukurannya besar putih dan memiliki sedikit bintik hitam.
3. CIRI CUMI TIDAK SEGAR
- Berair atau berlendir
Hindari membeli cumi yang berair apalagi yang tubuhnya berlendir. Karena cumi
yang berair atau berlendir, menunjukkan tanda kalau cumi tersebut sudah tidak segar
lagi. Sebaliknya, cumi yang masih segar dan kondisinya baik memiliki tekstur padat,
kenyal serta kesat.
- Kulit luar terkelupas
Kulit terluar yang dimiliki cumi atau biasa dikenal juga dengan nama kulit ari,
merupakan salah satu bagian penting dari cumi-cumi untuk menandakan keadaannya.
Jika kulit ari tersebut sudah rusak, robek atau terkelupas, artinya cumi sudah tak lagi
segar. Karena itu usahakan memilih cumi yang kulitnya tidak mudah rusak bahkan
saat dicubit.
- Berwarna kusam
Cumi-cumi yang warnanya kusam dan keabu-abuan, merupakan tanda bahwa cumi
sudah tidak segar lagi. Karena meski kulit luarnya kehitaman, namun ketika kulit
arinya dikelupas, warna cumi tetap akan terlihat putih segar.
- Bau yang menyengat
Bau yang menyengat apalagi busuk, menandakan bahwa cumi tersebut sudah tidak
segar. Mengingat biasanya cumi yang masih segar memiliki aroma laut yang segar
pula. Jadi pastikan untuk mengecek bau cumi terlebih dahulu.

4. PENGERTIAN IKAN SERAI/IKAN KEMBUNG


Ikan kembung atau Rastrelliger sp.merupakan ikan air laut.Ikan kembung ini termasuk
genus Rastrelliger. Ikan kembung merupakan kelompok ikan epipelagis dan neritik di
daerah pantai dan laut.Penyebaran ikan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
penyebaran secara vertikal dan horisontal.Penyebaran secara vertikal dipengaruhi oleh
suhu dan gerakan harian plankton sedangkan penyebaran secara horizontal dipengaruhi
oleh arus laut.Ikan kembung jantan di laut Jawa mempunyai dua kali musim pemijahan
yaitu pada musim barat dari bulan Oktober sampai Februari pada musim timur dari bulan
Juni sampai September (Burhanuddin 1984 dalam Astuti, 2007).
Ikan kembung memiliki karakteristik badan lonjong dan pipih. Ikan kembung jantan
memiliki genus yang sama dengan ikan kembung bentina. Ciri yang membedakannya
adalah adanya satu bintik atau totol hitam dekat sirip dada pada ikan kembung jantan
(Astuti, 2007).
Ikan kembung memiliki nama lokal Rumahan, Temenong, Mabong, Pelaling, Banyar,
Kembung jantan. Habitat ikan kembung tersebar membentuk gerombolan (schooling)
besar di wilayah perairan pantai. Ikan ini sering ditemukan bersama dengan ikan famili
Clupeidae seperti Lemuru dan Tembang. Jenis makanannya adalah Phytoplankton
(Diatom), Zooplankton (Cladocera, Ostracoda, Larva Polychaeta). Ikan dewasa memakan
Makroplankton seperti larva udang dan ikan (Wiadnya, 2012). Ukuran ikan kembung
jantan berkisar antara 18,4 cm - 30 cm dan ikan kembung jantan memiliki tapis insang
yang lebih besar karena plankton yang dimakannya memiliki ukuran yang besar,
sedangkan ikan kembung betina berukuran 19,0 cm - 22,4 cm (Nontji, 2005 dalam Astuti
2007).Ikan kembung betina memiliki tapis insang yang halus karena plankton yang
dimakannya berukuran kecil (Nontji 2005 dalam Astuti, 2007). Ikan kembung jantan
biasanya ditemukan di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam
lebih dari 32% (Syahrir, 2011). Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan
panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut,
tergolong ikan pelagis yang menyukai perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara
bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya
adalah memakan plankton besar atau kasar, Copepoda dan Crustacea (Ganga, 2010).

5. CIRI IKAN SEGAR


Ciri-ciri ikan segar yang baik adalah:
 Mata ikan jernih, kornea bening, pupil hitam, dan mata cembung.
 Insang merah segar, jika sudah menurun kualitasnya insang menjadi warna
keabuan, berlendir dan bau.
 Lendir bening dan baunya khas ikan. Jika sudah membusuk, lendir menjadi
kekuningan, lengket dan aroma menyengat.
 Sisik ikan melekat kuat, mengkilap dan tertutup lendir jernih. Jika sudah tidak
segar, sisik menjadi mudah lepas dan warna memudar.
 Aroma ikan segar berbau khas ikan. Jika sudah tidak segar berbau busuk, dan
mengapung jika diletakkan di dalam air.
 Daging ikan segar elastis dan warna cerah. Jika ditekan tidak menimbulkan bekas
permanen. Ikan busuk berwarna pucat, lunak, dan menimbulkan jejak permanen
jika ditekan.

6. CIRI IKAN TIDAK SEGAR


 Kulit : Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak, Kulit
mulai terlihat mengendur dibeberapa tempat tertentu,
Kulit mudah sobek dan warna khusus sudah hilang
 Sisik : Sisik mudah terlepas dari tubuh.
 Mata : Mata tampak suram, tenggelam dan berkerut.
 Insang : Insang berwarna cokelat suram atau abu-abu dan lamella
insang berdempetan, Lendir insang keruh dan berbau
asam, menusuk hidung.
 Daging : Daging lunak, menandakan rigor mortis telah selesai.
Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk, Bila
ditekan dengan jari tampak bekas lekukan, Daging mudah
lepas dari tulang, Daging lembek dan isi perut sering
keluar, Daging berwarna kuning kemerah-merahan di
sekitar tulang punggung.
 Ketika disimpan di air : Ikan yang sudah sangat membusuk akan mengapung di
permukaan air.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung: Yrama Widya.

Surahman et. all. 2016. Metodologi Penelitian. ttp: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Mukholik. 1995. Pengaruh larutan tinta cumi -cumi dan suhu perebusan terhadap air rebusan
cumicumi. Skripsi S1. Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikan).

Winarno. FG. 1991. Kimia pangan dan gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Amole Atas, GEMARIKAN – Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan,

Irianto, K. 2009. Sukses Budidaya Hewan Air. Bandung: Sarana Ilmu Pustaka.

Burhanuddin S, Martosewojo S, Adrim, dan Hutomo M. 1984. Sumberdaya Ikan Kembung.


Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI.

Astuti. 2007. Pendugaan beberapa Parameter Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta) yang di Daratkan di TPI Muara Angke, Jakarta Utara. [skripsi]. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Intitut Pertanian
Bogor. Bogor.

Wiadnya, D.G.R., 2012a. Kawasan Konservasi Perairan Dan Pengelolaan Perikanan Tangkap Di
Indonesia.http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/4C_1-Ikan-HasilTangkap-1.pdf.
Diakses tanggal 12 agustus 2014

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta

Indaryanto FR, Wardiatno Y, dan Tiuria R. 2014. Struktur Komunitas Cacing Parasitik Pada
Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) di Perairan Teluk Banten dan Pelabuhan Ratu. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia 19(1): 1–8.

Anda mungkin juga menyukai