Anda di halaman 1dari 46

Contoh menghitung zakat profesi :

Abdul Baqi adalah seorang karyawan swasta yang berdomisili di Bogor. Ia mempunyai seorang
istri dan dua orang anak yang masih kecil. Penghasilan per bulannya adalah Rp 5.000.000,-.

1. Pendapatan gaji per bulan Rp 5.000.000,-


2. Nisab 522 kg beras @Rp 7.000 (relatif)  Rp 3.654.000,-
3. Rumus zakat = (2,5% x besar gaji per bulan),-
4. Zakat yang harus ditunaikan Rp 125.000,-

Zakat profesi juga bisa diakumulasikan dalam satu tahun. Caranya, jumlah pendapatan gaji
berikut bonus dan lainnya dikalikan satu tahun kemudian apabila hasilnya mencapai nisab,
selanjutnya dikalikan dengan kadar zakat 2,5%.

1. Jadi, Rp 5.000.000,- x 13 = Rp  65.000.000,-

2. Jumlah zakatnya adalah  65.000.000,- x 2.5% = Rp 1.625.000,-

Apa itu Zakat Penghasilan?

Zakat profesi atau zakat penghasilan adalah salah satu cara membersihkan harta yang
dikenakan pada setiap pekerjaan yang memiliki penghasilan berupa uang yang telah
mencapai nisabnya. Menurut Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Aziz dan ulama
modern seperti Yusuf Qardhawi mereka mengqiyaskan zakat penghasilan dengan zakat
pertanian yang dikeluarkan tiap kali didapatkan.

Sama seperti jenis zakat lainnya, zakat penghasilan ini juga termasuk wajib dikeluarkan
karena jenis zakat ini merupakan qiyas atau analogi dari zakat harta.

Baca Juga: Zakat Profesi: Pahami Nishab dan Waktu Pembayaran

Nishab dan Haul Zakat Penghasilan

Semua jenis zakat memiliki hitungan tersendiri yang berbeda, namun syarat dasar nya
tetap sama yakni telah mencapai nishab dan haul. Nishab zakat penghasilan setara
dengan 653kg gabah (Harga Gabah Rp 5.600,-/kg) atau sebanyak 2,5% dari setiap
penghasilan yang telah kita terima. Berikut contoh kasus dan bagaimana cara menghitung
zakat penghasilan sesuai dengan fiqih zakat.
Contoh Kasus dan Cara Menghitung Zakat Penghasilan

Jika seorang karyawan Muslim memiliki penghasilan sebesar Rp 3.800.000,-/bulan maka


seperti ini perhitungannya :

Qiyas (disamakan) dengan 653kg gabah (harga Gabah Rp 5.600,-/kg)

Nishab = 653 x 5.600 = Rp 3.656.800,-

Karena penghasilan tersebut telah mencapai nishab, maka perlu mengeluarkan zakat
penghasilan sebesar :

2,5% x Rp 3.800.000,- = Rp 95.000,- setiap bulan

Contoh Perhitungan Zakat Dengan Menggunakan Qias ke-3:

Pak Ahmad adalah karyawan sebuah perusahaan swasta, setiap bulan mendapat gaji
Rp6.000.000,-. Dari gaji tersebut, Pak Ahmad mengeluarkan keperluan pokok rumah
tangga Rp3.000.000,-, membayar sekolah 2 orang anak Rp1.000.000,-, membayar cicilan
rumah Rp750.000,- dan membayar telepon dan listrik Rp500.000,-.

nisab: Setara dengan 653 kg beras. Jika harga beras Rp. 5.000,- perkg, maka nisab dalam
rupiah adalah Rp3.265.000,-. Kadar zakat: 2,5%. Haul: Setiap menerima gaji.

Total keperluan asasi dan membayar utang: Rp3.000.000,- + Rp1.000.000,- + Rp750.000,-


+ Rp500.000,- = Rp5.250.000,-

Jadi penghasilan bersih: Rp6.000.000,- – Rp5.250.000,- = Rp750.000,-

Rp. 750.000,- tidak mencapai nisab sebesar Rp3.265.000. Jadi pak Ahmad tidak perlu
membayar zakat penghasilan.

Jika penghasilan pak Ahmad adalah Rp9.000.000,- per bulan. Maka penghasilan bersihnya
setelah dipotong keperluan asasi dan hutang jatuh tempo: Rp9.000.000,- – Rp5.250.000,- =
Rp3.750.000,-. Ini sudah melebihi nisab yang sebesar R3.265.000. Sehingga pak Ahmad
wajib mengeluarkan zakat profesi sebesar: 2,5% x Rp3.750.000,- = Rp93.750,-

Keperluan asasi adalah pengeluaran bagi diri sendiri, istri dan anak. Seperti: makanan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, cicilan rumah, dan bayar utang.

Contoh pengeluaran yang bukan keperluan asasi: kursus atau les tambahan, membeli TV
baru padahal TV lama masih bagus, jalan-jalan ke luar kota dan makan di luar bersama
keluarga, membeli hadiah untuk acara pernikahan, dan keperluan tidak penting lainnya.
Bagaimanakah cara menghitung zakat mal yang benar? Unsur-unsur apa saja yang
dihitung dalam zakat mal? Terima kasih atas jawabannya.

Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Rainanto B di Boyolali

Jawaban:

Wa’alaikumsalamwarahmatullahiwabarakatuh

Saudara Rainanto B yang dirahmati Allah swt. Semoga Allah swt senantiasa
mencurahkan keberkahan-Nya kepada saudara dan keluarga.

Allah swt mewajibkan kita mengeluarkan zakat mal apabila syarat wajibnya telah
terpenuhi. Zakat mal -zakat selain zakat fitrah- pada dasarnya terdiri dari berbagai
macam jenis zakat. Masing-masing memiliki ketentuan yang berbeda-beda. Adapun
macam-macam zakat mal antara lain: zakat emas, perak dan sejenisnya, zakat pertanian
dan perkebunan, zakat perniagaan, zakat peternakan serta zakat pertambangan.
Termasuk juga zakat penghasilan.

Hanya saja, untuk konteks indonesia, istilah zakat mal identik dengan zakat harta
kekayaan berupa tabungan, uang, perdagangan atau pun emas dan perak.

Untuk zakat emas, perak, uang dan perdagangan, nishabnya adalah senilai dengan 85
gram emas. Emas yang menjadi standar adalah emas murni. Sedangkan nilai zakat yang
dikeluarkan adalah 2,5 persen.

Ilustrasi Cara Menghitung Zakat Mal

Sebagai ilustrasi, misalnya bapak A memiliki uang atau emas senilai 80 juta. Ia juga
memiliki aset lancar perniagaan senilai 20 juta. Jadi, total kekayaan yang sejenis nilainya
adalah : 100 juta. Ini artinya, harta tersebut telah mencapai nishab 85 gram emas.

Cara menghitung zakatnya Rp100.000.000 x 2,5 % = 2. 500.000 rupiah.


Untuk zakat mal, baik perdagangan, peternakan, emas, perak, surat berharga dan
tabungan, dikeluarkan sekali setiap tahun. Berbeda dengan zakat pertanian, dikeluarkan
setiap kali panen dan mencapai nishab (653 kg beras).

Adapun unsur-unsur yang perlu dihitung dalam zakat mal adalah: jumlah uang yang
dimiliki, emas atau perak, tabungan, surat berharga, piutang serta asset yang diperjual
belikan (bila ada). Harta sejenis, dalam penghitungan nishabnya diakumulasikan menjadi
satu. misalnya; emas, harta perniagaan, surat hutang, tabungan dan sejenisnya dihitung
menjadi satu. Begitu pula pertanian yang sejenis dan panen dalam waktu berdekatan
dihitung menjadi satu untuk memenuhi nishab. misalnya, beras ketan dan beras biasa,
penghitungan pencapaian nishabnya menjadi satu. begitu pula sapi dan kerbau.

Adapun terkait dengan zakat mal, apabila nilai akumulasi kekayaan wajib (emas,
tabungan, surat berharga dan tabungan) mencapai 85 gram emas atau senilai
dengannya, dikeluarkan zakatnya 2,5 persen. Wallahu a’lam.

Cara Menghitung Zakat Mal

CARA MENGHITUNG ZAKAT MAL

Oleh

Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri MA

Segala puji hanya milik Allâh Ta’ala, shalawat dan salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan
sahabatnya.

Harta benda beserta seluruh kenikmatan dunia diciptakan untuk kepentingan manusia,
agar mereka bersyukur kepada Allâh Ta’ala dan rajin beribadah kepada-Nya. Oleh
karena itu tatkala Nabi Ibrahim ‘Alaihissallam, meninggalkan putranya, Nabi Ismail
‘Alaihissallam di sekitar bangunan Ka’bah, beliau berdoa:
‫اس َته ِْوي إِلَي ِْه ْم َوارْ ُز ْقهُم‬ ِ ‫صاَل َة َفاجْ عَ ْل أَ ْفئِدَ ًة مِّنَ ال َّن‬
َّ ‫نت مِن ُذرِّ َّيتِي ِب َوا ٍد غَ ي ِْر ذِي َزرْ ٍع عِ ندَ َب ْيتِكَ ْالمُحَ رَّ ِم رَ َّب َنا لِ ُيقِيمُوا ال‬
ُ ‫رَّ َّب َنا إِ ِّني أَسْ َك‬
َ‫ت َلعَ لَّ ُه ْم َي ْش ُكرُون‬ َّ
ِ ‫مِّنَ الثمَرَ ا‬

Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah


yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati. Ya Rabb kami, (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur. [Ibrâhîm/14:37]

Inilah hikmah diturunkannya rizki kepada umat manusia, sehingga bila mereka tidak
bersyukur, maka seluruh harta tersebut akan berubah menjadi petaka dan siksa baginya.

‫ار جَ َه َّن َم َف ُت ْك َو ٰى ِبهَا ِجبَا ُه ُه ْم‬ َ ٍ ‫ ِبعَ َذا‬ƒ‫يل هَّللا ِ َف َب ِّشرْ ُهم‬ َّ َ‫َوالَّذِينَ ي َْك ِن ُزون‬
َّ ِ‫الذهَبَ َو ْالف‬
ِ ‫ب أل ٍِيم ي َْو َم يُحْ م َٰى عَ لَ ْيهَا فِي َن‬ ِ ‫ض َة َواَل يُنفِقُو َنهَا فِي سَ ِب‬
َ‫ظهُو ُر ُه ْم ۖ ٰ َه َذا مَا َك َن ْز ُت ْم أِل َنفُسِ ُك ْم َف ُذوقُوا مَا ُكن ُت ْم َت ْك ِن ُزون‬ُ ‫َو ُج ُنو ُب ُه ْم َو‬

…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allâh, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka Jahannam, lalu
dahi, lambung dan punggung mereka dibakar dengannya, (lalu dikatakan) kepada
mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. [at-Taubah/9:34-35]

Ibnu Katsir rahimahullâh berkata: “Dinyatakan bahwa setiap orang yang mencintai
sesuatu dan lebih mendahulukannya dibanding ketaatan kepada Allâh, niscaya ia akan
disiksa dengannya. Dan dikarenakan orang-orang yang disebut pada ayat ini lebih suka
untuk menimbun harta kekayaannya daripada mentaati keridhaan Allâh, maka mereka
akan disiksa dengan harta kekayaannya. Sebagaimana halnya Abu Lahab, dengan
dibantu oleh istrinya, ia tak henti-hentinya memusuhi Rasûlullâh Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam, maka kelak pada hari kiamat, istrinya akan berbalik ikut serta menyiksa dirinya.
Di leher istri Abu Lahab akan terikatkan tali dari sabut, dengannya ia mengumpulkan
kayu-kayu bakar di neraka, lalu ia menimpakannya kepada Abu Lahab. Dengan cara ini,
siksa Abu Lahab semakin terasa pedih, karena dilakukan oleh orang yang semasa
hidupnya di dunia paling ia cintai. Demikianlah halnya para penimbun harta kekayaan.
Harta kekayaan yang sangat ia cintai, kelak pada hari kiamat menjadi hal yang paling
menyedihkannya. Di neraka Jahannam, harta kekayaannya itu akan dipanaskan, lalu
digunakan untuk membakar dahi, perut, dan punggung mereka”.[1]

Ibnu Hajar al-Asqalâni berkata: “Dan hikmah dikembalikannya seluruh harta yang pernah
ia miliki, padahal hak Allâh (zakat) yang wajib dikeluarkan hanyalah sebagiannya saja,
ialah karena zakat yang harus dikeluarkan menyatu dengan seluruh harta dan tidak
dapat dibedakan. Dan karena harta yang tidak dikeluarkan zakatnya adalah harta yang
tidak suci”[2]
Singkat kata, zakat adalah persyaratan dari Allâh Ta’ala kepada orang-orang yang
menerima karunia berupa harta kekayaan agar harta kekayaan tersebut menjadi halal
baginya.

NISHAB ZAKAT EMAS DAN PERAK

Emas dan perak adalah harta kekayaan utama umat manusia. Dengannya, harta benda
lainnya dinilai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya akan membahas nishab
keduanya dan harta yang semakna dengannya, yaitu uang kertas.

َ‫َاخمْ سَ ُةدَ رَ ا ِه َم َولَ ْيس‬ ْ ‫ت َلكَ مِا َئ َتادِرْ ه ٍَم َوحَ ا َل عَ لَ ْيه‬
َ ‫َاالحَ ْو ُل َففِ ْيه‬ ْ ‫ َإذا َكا َن‬:َ‫عَ نْ عَ لِي رضياهّلل عنه عَ ِن ال َّن ِبيِّ صلى هّللا عليه وسلم َقال‬
‫ار َفمَا‬ٍ َ
‫ن‬ ‫ِي‬‫د‬ ُ‫ف‬ ْ‫ِص‬‫ن‬ ‫َا‬
‫ه‬ ‫ِي‬ ‫ف‬‫ف‬َ ‫ل‬
ُ ‫ؤ‬ْ َ‫ح‬ ْ
‫ال‬ ‫َا‬
‫ه‬ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬ َ‫ع‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ‫ح‬ ‫او‬
َ ً‫ار‬‫ن‬َ ‫ِي‬
‫د‬ َ‫ُون‬ ‫ر‬ ْ
‫ش‬ ِ‫ع‬ َ‫ك‬ َ‫ب حَ َّتى َي ُك ْونَ لَكَ عِ ْشرُونَ ِد ْي َنارً ا َفإِ َذا َكانَ ل‬ َّ ‫عَ لَ ْيكَ َشيْ ٌء َيعْ نِي فِي‬
ِ ‫الذ َه‬
ْ‫ب َذلِكَ (رواه أبو داود و صححه ا أللباني‬ ِ ‫َزادَ َف ِبحِسَ ا‬

“Dari Sahabat ‘Ali Radhiyallâhu ‘anhu, ia meriwayatkan dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda: “Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu
tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima dirham.
Dan engkau tidak berkewajiban membayar zakat sedikitpun – maksudnya zakat emas-
hingga engkau memiliki dua puluh dinar. Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar dan
telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat
setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari (nishab) itu, maka zakatnya disesuaikan
dengan hitungan itu”. [Riwayat Abu Dawud, al-Baihaqi, dan dishahîhkan oleh Syaikh al-
Albâni]

ٍ ‫س أَ َو‬
‫اق صَ دَ َق ٌة (متفق عليه‬ ِ ْ‫ َل ْيسَ فِ ْيمَا ُدونَ َخم‬: ‫ِيُِّ صلى هّللا عليه وسلم‬ƒ• ‫ َقا َل ال َّن ِب‬: ‫عَ نْ أَ ِبيْ سَ عِيد َيقُ ْو ُل‬

Dari Sahabat Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallâhu ‘anhu, ia menuturkan: Rasûlullâh


Shallallâhu alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak
yang kurang dari lima Uqiyah “.[Muttafaqun ‘alaih]

Dalam hadits riwayat Abu Bakar Radhiyallâhu ‘anhu dinyatakan:

‫رواه البخاري‬.. ‫َوفِيْ الرِّ َّق ِة ُر ْب ُع ْال ُع ْشر‬

Dan pada perak, diwajibkan zakat sebesar seperdua puluh (2,5 %). [Riwayat al-Bukhâri]
Hadits-hadits di atas adalah sebagian dalil tentang penentuan nishab zakat emas dan
perak, dan darinya, kita dapat menyimpulkan beberapa hal:

1. Nishab adalah batas minimal dari harta zakat. Bila seseorang telah memiliki harta
sebesar itu, maka ia wajib untuk mengeluarkan zakat. Dengan demikian, batasan nishab
hanya diperlukan oleh orang yang hartanya sedikit, untuk mengetahui apakah dirinya
telah berkewajiban membayar zakat atau belum. Adapun orang yang memiliki emas dan
perak dalam jumlah besar, maka ia tidak lagi perlu untuk mengetahui batasan nishab,
karena sudah dapat dipastikan bahwa ia telah berkewajiban membayar zakat. Oleh
karena itu, pada hadits riwayat Ali Radhiyallâhu ‘anhu di atas, Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam menyatakan: “Dan setiap kelebihan dari (nishab) itu, maka zakatnya disesuaikan
dengan hitungan itu”.

2. Nishab emas, adalah 20 (dua puluh) dinar, atau seberat 91 3/7 gram emas[3]

3. Nishab perak, yaitu sebanyak 5 (lima) ‘uqiyah, atau seberat 595 gram[4]

4. Kadar zakat yang harus dikeluarkan dari emas dan perak bila telah mencapai nishab
adalah atau 2,5%.

5. Perlu diingat, bahwa yang dijadikan batasan nishab emas dan perak tersebut, ialah
emas dan perak murni (24 karat) [5] Dengan demikian, bila seseorang memiliki emas
yang tidak murni, misalnya emas 18 karat, maka nishabnya harus disesuaikan dengan
nishab emas yang murni (24 karat), yaitu dengan cara membandingkan harga jualnya,
atau dengan bertanya kepada toko emas, atau ahli emas, tentang kadar emas yang ia
miliki. Bila kadar emas yang ia miliki telah mencapai nishab, maka ia wajib membayar
zakatnya, dan bila belum, maka ia belum berkewajiban untuk membayar zakat.

Orang yang hendak membayar zakat emas atau perak yang ia miliki, dibolehkan untuk
memilih satu dari dua cara berikut.

Cara Pertama : Membeli emas atau perak sebesar zakat yang harus ia bayarkan, lalu
memberikannya langsung kepada yang berhak menerimanya.

Cara Kedua : Ia membayarnya dengan uang kertas yang berlaku di negerinya sejumlah
harga zakat (emas atau perak) yang harus ia bayarkan pada saat itu.
Sebagai contoh, bila seseorang memiliki emas seberat 100 gram dan telah berlalu satu
haul, maka ia boleh mengeluarkan zakatnya dalam bentuk perhiasan emas seberat 2,5
gram. Sebagaimana ia juga dibenarkan untuk mengeluarkan uang seharga emas 2,5
gram tersebut. Bila harga emas di pasaran Rp. 200.000, maka, ia berkewajiban untuk
membayarkan uang sejumlah Rp. 500.000,- kepada yang berhak menerima zakat.

Syaikh Muhammad bin Shâlih al-’Utsaimin rahimahullâh berkata: “Aku berpendapat,


bahwa tidak mengapa bagi seseorang membayarkan zakat emas dan perak dalam
bentuk uang seharga zakatnya. Ia tidak harus mengeluarkannya dalam bentuk emas.
Yang demikian itu, lebih bermanfaat bagi para penerima zakat. Biasanya, orang fakir,
bila engkau beri pilihan antara menerima dalam bentuk kalung emas atau menerimanya
dalam bentuk uang, mereka lebih memilih uang, karena itu lebih berguna baginya.[6]

Catatan Penting Pertama.

Perlu diingat, bahwa harga emas dan perak di pasaran setiap saat mengalami
perubahan, sehingga bisa saja ketika membeli, tiap 1 gram seharga Rp 100.000,- dan
ketika berlalu satu tahun, harga emas telah berubah menjadi Rp. 200.000,- Atau
sebaliknya, pada saat beli, 1 gram emas harganya sebesar Rp. 200.000,- sedangkan
ketika jatuh tempo bayar zakat, harganya turun menjadi Rp. 100.000,-

Pada kejadian semacam ini, yang menjadi pedoman dalam pembayaran zakat adalah
harga pada saat membayar zakat, bukan harga pada saat membeli.[7]

NISHAB ZAKAT UANG KERTAS

Pada zaman dahulu, umat manusia menggunakan berbagai cara untuk bertransaksi dan
bertukar barang, agar dapat memenuhi kebutuhannya. Pada awalnya, kebanyakan
menggunakan cara barter, yaitu tukar-menukar barang. Akan tetapi, tatkala manusia
menyadari bahwa cara ini kurang praktis – terlebih bila membutuhkan dalam jumlah
besar maka manusia berupaya mencari alternatif lain. Hingga akhirnya, manusia
mendapatkan bahwa emas dan perak sebagai barang berharga yang dapat dijadikan
sebagai alat transaksi antar manusia, dan sebagai alat untuk mengukur nilai suatu
barang.

Dalam perjalanannya, manusia kembali merasakan adanya berbagai kendala dengan


uang emas dan perak, sehingga kembali berpikir untuk mencari barang lain yang dapat
menggantikan peranan uang emas dan perak itu. Hingga pada akhirnya ditemukanlah
uang kertas. Dari sini, mulailah uang kertas tersebut digunakan sebagai alat transaksi
dan pengukur nilai barang, menggantikan uang dinar dan dirham.
Berdasarkan hal ini, maka para ulama menyatakan bahwa uang kertas yang
diberlakukan oleh suatu negara memiliki peranan dan hukum, seperti halnya yang dimiliki
uang dinar dan dirham. Dengan demikian, berlakulah padanya hukum-hukum riba dan
zakat[8]

Bila demikian halnya, maka bila seseorang memiliki uang kertas yang mencapai harga
nishab emas atau perak, ia wajib mengeluarkan zakatnya, yaitu 2,5% dari total uang
yang ia miliki. Dan untuk lebih jelasnya, maka saya akan mencoba mejelaskan hal ini
dengan contoh berikut.

Misalnya satu gram emas 24 karat di pasaran dijual seharga Rp.200.000,- sedangkan 1
gram perak murni dijual seharga Rp. 25.000,- Dengan demikian, nishab zakat emas
adalah 91 3/7 x Rp. 200.000 = Rp. 18.285.715,- sedangkan nishab perak adalah 595 x
Rp 25.000 = Rp. 14.875.000,-.

Apabila pak Ahmad (misalnya), pada tanggal 1 Jumadits-Tsani 1428 H memiliki uang
sebesar Rp. 50.000.000,- lalu uang tersebut ia tabung dan selama satu tahun (sekarang
tahun 1429H) uang tersebut tidak pernah berkurang dari batas minimal nishab di atas,
maka pada saat ini pak Ahmad telah berkewajiban membayar zakat malnya. Total zakat
mal yang harus ia bayarkan ialah:

Rp. 50.000.000 x 2,5 % (atau Rp. 50.000.000/40) = = Rp 1.250.000,-

Pada kasus pak Ahmad di atas, batasan nishab emas ataupun perak, sama sekali tidak
diperhatikan, karena uang beliau jelas-jelas melebihi nishab keduanya.

Akan tetapi, bila uang pak Ahmad berjumlah Rp. 16.000.000,- maka pada saat inilah kita
mempertimbangkan batas nishab emas dan perak. Pada kasus kedua ini, uang pak
Ahmad telah mencapai nishab perak, yaitu Rp. 14.875.000,- akan tetapi belum mancapai
nishab emas yaitu Rp 18.285.715.

Pada kasus semacam ini, para ulama menyatakan bahwa pak Ahmad wajib
menggunakan nishab perak, dan tidak boleh menggunakan nishab emas. Dengan
demikian, pak Ahmad berkewajiban membayar zakat mal sebesar :

Rp. 16.000.000 x 2,5 % (16.000.000/40)= Rp. 400.000,-


Komisi Tetap Untuk Fatwa Kerajaan Saudi Arabia dibawah kepemimpinan Syaikh
‘Abdul-’Aziz bin Bâz rahimahullâh pada keputusannya no. 1881 menyatakan: “Bila uang
kertas yang dimiliki seseorang telah mencapai batas nishab salah satu dari keduanya
(emas atau perak), dan belum mencapai batas nishab yang lainnya, maka penghitungan
zakatnya wajib didasarkan kepada nishab yang telah dicapai tersebut”.[9]

Catatan Penting Kedua.

Dari pemaparan singkat tentang nishab zakat uang di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa nishab dan berbagai ketentuan tentang zakat uang adalah mengikuti nishab dan
ketentuan salah satu dari emas atau perak. Oleh karena itu, para ulama menyatakan
bahwa nishab emas atau nishab perak dapat disempurnakan dengan uang atau
sebaliknya[10]

Berdasarkan pemaparan di atas, bila seseorang memiliki emas seberat 50 gram seharga
Rp. 10.000.000, dan ia juga memiliki uang tunai sebesar Rp. 13.000.000, sedangkan
harga 1 gram emas adalah Rp. 200.000,- maka ia berkewajiban membayar zakat 2,5 %.
Walaupun masing-masing dari emas dan uang tunai yang ia miliki belum mencapai
nishab, akan tetapi ketika keduanya digabungkan, jumlahnya mencapai nishab. Dengan
demikian orang tersebut berkewajiban membayar zakat sebesar Rp. 575.000,- dengan
perhitungan sebagai berikut:

Rp 10.000.000,- + Rp. 13.000.000, x 2,5 % (23.000.000/40)= Rp. 575.000,-


contoh untuk pembayaran zakat fitrah untuk membersihkan diri, zakat mal atau zakat
harta kekayaan dan zakat profesi dari penghasilan yang didapat dari pekerjaan yang
dilakoni.

A. Rumus Perhitungan Zakat Fitrah

Zakat Fitrah Perorang = 3,5 x harga beras di pasaran perliter

Contoh : Harga beras atau makanan pokok lokal yang biasa kita makan dan layak
konsumsi di pasar rata-rata harganya Rp. 10.000,- maka zakat fitra yang harus dibayar
setiap orang mampu adalah sebesar Rp. 35.000,-

Kalau menghitung dari segi berat pengalinya adalah 2,5 x harga beras atau bahan
makanan pokok lokal perkilogram.

B. Rumus Perhitungan Zakat Profesi / Pekerjaan

Zakat Profesi = 2,5% x (Penghasilan Total - Pembayaran Hutang / Cicilan)

Menghitung Nisab Zakat Profesi = 520 x harga beras pasaran perkg

Contoh Perhitungan Dalam Zakat Profesi :

Jika Bang Jarwo punya gaji 2 juta perbulan dan penghasilan tambahan dari kios jualan
pulsa dan perdana sebesar 8 juta perbulan maka total penghasilan Bang Jarwo sebesar
10 juta tiap bulan. Bang Jarwo membayar cicilan kredit apartemen tidak bersubsidi
pemerintah sebesar 5 juta perbulan.

Harga beras sekilo yang biasa dikonsumsi yaitu sekitar Rp. 8.000,- per kilogram,
sehingga nisab zakatnya adalah Rp. 4.160.000,-. Karena Bang Jarwo penghasilan
bersihnya 5 juta dan ada di atas nisab, maka Bang Jarwo harus bayar zakat profesi
sebesar Rp. 5 juta x 2,5% = Rp. 125.000,- di bulan itu. Untuk bulan selanjutnya dihitung
kembali sesuai situasi dan kondisi yang ada.
Zakat profesi memang jadi perdebatan karena tidak ada dalil yang mengena. Di kantor
pemerintah umumnya setiap penghasilan otomatis dipotong 2,5% (penuh) untuk zakat
profesi. Dengan begitu institusi resmi (ulama) Agama Islam di Indonesia berarti belum
mengeluarkan fatwa haram untuk zakat profesi artinya bukan bid'ah. Jika anda tidak
sependapat maka sebaiknya ikhlaskan saja dan anggap itu sebagai amal sodakoh anda
atau tidak mengeluarkan zakat profesi tetapi membayar zakat mal.

C. Menghitung Zakat Maal / Harta Kekayaan

Zakat Maal = 2,5% x Jumlah Harta Yang Tersimpan Selama 1 Tahun (tabungan dan
investasi)

Menghitung Nisab Zakat Mal = 85 x harga emas pasaran per gram

Contoh Perhitungan Dalam Zakat Maal Harta:

Nyonya Upit Marupit punya tabungan di Bank Napi 100 juta rupiah, deposito sebesar 200
juta rupiah, rumah rumah kedua yang dikontrakkan senilai 500 juta rupiah dan emas
perak senilai 200 juta. Total harta yakni 1 milyar rupiah. Semua harta sudah dimiliki sejak
satu tahun yang lalu.

Jika harga 1 gram emas sebesar Rp. 250.000,- maka batas nisab zakat maal adalah Rp.
21.250.000,-. Karena harta Nyonya Upit Marupit lebih dari limit nisab, maka ia harus
membayar zakat mall sebesar Rp. 1 milyar x 2,5% = 25 juta rupiah per tahun.

Harta yang wajib dibayarkan zakat mal / zakat harta :

Emas, perak, uang simpanan, hasil pertanian, binatang ternak, benda usaha (uang,
barang dagangan, alat usaha yang menghasilkan) dan harta temuan.

Perhitungan untuk hasil pertanian, peternakan, dan harta temuan ada ketentuan yang
berbeda dalam hal nisab maupun besaran zakatnya. Ada juga buku yang berpendapat
nisab emas adalah 93,6 gram dan perak 672 gr. Untuk lebih mudah bisa kita konversi ke
rupiah dulu.
Pengertian dan jenis zakat

Mengutip penjelasan ahli tafsir Quraish Shihab dalam buku Tafsir Al Misbah, zakat
berarti penyucian dan berkembang. Maksudnya, melalui pembayaran zakat, seorang
Muslim diajak untuk menyucikan jiwa dengan mengikis sifat tamak, kikir, loba di dalam
dirinya.

Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim untuk
dibagikan kepada 8 golongan yang berhak menerima zakat. Mari kita bahas satu per
satu, sebagai berikut:

Jenis dan macam zakat

Ada beberapa jenis zakat berdasarkan jenis harta atau kekayaan, sebagai berikut:

1. Zakat perdagangan

Setiap kekayaan atau penghasilan hasil dari berniaga atau berdagang wajib dikeluarkan
zakatnya. Kekayaan dari berniaga di sini termasuk stok barang dagangan, ditambah
uang kontan dan piutang yang masih mungkin kembali. Bila nilai total dari kekayaan dari
kegiatan berdagang tersebut, setelah dikurangi kewajiban utang, telah mencapai nisab
(yaitu setara nilai 85 gram emas) dan telah berusia satu tahun haul, maka besar zakat
yang harus dibayarkan adalah 2,5%.

Baca Juga : Rajin Bayar Zakat? Manfaatkan Sebagai Pengurang Pajak Kamu

Rumus zakat perdagangan adalah sebagai berikut:

(Modal yang diputar+keuntungan+piutang yang dapat dicairkan) – (hutang-kerugian) x


2,5 %

2. Zakat pertanian

Bila kamu bermata pencaharian sebagai petani yang menghasilkan makanan pokok juga
ada hitungan zakat. Ketentuannya sebagai berikut:
Mencapai nishab 653 kg gabah atau 520 kg jika yang dihasilkan adalah makanan pokok

Jika selain makanan pokok, maka nishabnya disamakan dengan makanan pokok paling
umum di sebuah daerah.

Kadar zakat apabila diairi dengan air hujan, sungai, atau mata air, maka 10 %

Kadar zakat jika diairi dengan cara disiram (dengan menggunakan lat) atau irigasi maka
zakatnya 5%

Zakat pertanian dibayarkan setiap masa panen.

3. Zakat hewan ternak

Ketentuan zakat hewan ternak berlaku bagi muslim yang memiliki hewan ternak dengan
aturan sebagai berikut:

Zakat hewan ternak unta

a. 5 (lima) sampai 9 (sembilan) ekor unta, zakatnya 1 ekor kambing.

b. 10 (sepuluh) sampai 14 (empat belas) ekorr unta, zakatnya 2 ekor kambing.

c. 15 (lima belas) sampai 19 (saembilan belas) ekor unta, zakatnya 3 ekor kambing

d. 20 (du puluh) sampai 24 (dua puluh empat) ekor unta, zakatnya 4 ekor kambing.

Zakat hewan ternak sapi atau kerbau

a. 30 – 39 ekor sapi /kerbau, zakatnya 1 (satu) ekor sapi jantan/betina usia 1 tahun

b. 40 – 59 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 (dua) ekor anak anak sapi betina usia 2 tahun

c. 60 – 69 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 ekor anak sapi jantan

d. 70 – 79 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 (dua) ekor anak sapi betina usia 2 tahun
ditambah 1 (satu) ekor anak sapi jantan 1 tahun. dan seterusnya.

Zakat hewan ternak kambing atau domba

1. 0 (nol) – 120 ekor, zakatnya 1 (satu) ekor kambing.

2. 120 – 200 ekor, zakatnya 2 (dua) ekor kambing.

3. 201 – 399 ekor, zakatnya 3 (tiga) ekor kambing


4. 400 – 499 ekor, zakatnya 4 (empat) kambing dan seterusnya setiap 100 (seratus) ekor
zakatnya ditambah 1 (satu) ekor kambing.

4. Zakat emas dan perak

Image result for emas

Bila kamu saat ini memiliki simpanan emas dan perak, jangan lupa membayarkan zakat
untuk emas dan perak. Ketentuannya sebagai berikut:

Emas

Mencapai haul satu tahun

Mencapai nishab 85 gram emas murni

Besar zakat 2,5%

Cara menghitung zakat emas:

Jika seluruh emas yang dimiliki, tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali,
maka zakat emas adalah emas yang dimiliki x harga emas x 2,5%.

Bila emas yang dimiliki ada yang dipakai seperti perhiasan, maka hitungan zakat emas
adalah emas yang dimiliki dikurangi emas yag dipakai dikalikan harga emas dikalikan
2,5%.

Perak

Mencapai haul setahun

Mencapai nishab 595 gr perak

Besar zakat 2,5 %

Baca Juga : Yuk Manfaatkan Uang Tunjangan Hari Raya (THR) Dengan Bijak

Cara menghitung zakat perak:

Jika seluruh perak yang dimiliki, tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali,
maka hitungan zakat adalah perak yang dimiliki x harga perak x 2,5 %
Jika emas yang dimiliki ada yang dipakai, maka hitungan

Zakat = (perak yang dimiliki – perak yang dipakai) x harga emas x 2,5 %

5. Zakat profesi/Penghasilan

Ini adalah zakat yang dikeluarkan dari pendapatan atau penghasilan kamu, makanya
disebut juga dengan zakat penghasilan. Ini adalah zakat yang harus dikeluarkan apabila
pendapatan kamu telah mencapai nishab atau ukuran tertentu. Saat ini ukurannya
adalah pendapatan setara 520 kilogram beras wajib mengeluarkan zakat 2,5%.

Menghitung dari pendapatan kasar (brutto)

Besar Zakat yang dikeluarkan = Pendapatan total (keseluruhan) x 2,5 %

Menghitung dari pendapatan bersih (netto)

1. Pendapatan wajib zakat=Pendapatan total – Pengeluaran perbulan*

2. Besar zakat yang harus dibayarkan=Pendapatan wajib zakat x 2,5 %

*Pengeluaran per bulan adalah pengeluaran kebutuhan primer (sandang, pangan,


papan)

* Pengeluaran perbulan termasuk : Pengeluaran diri , istri, 3 anak, orang tua dan cicilan
rumah. Bila dia seorang istri, maka kebutuhan diri, 3 anak dan cicilan rumah tidak
termasuk dalam pengeluaran perbulan.

6. Zakat investasi

Zakat investasi dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi. Contohnya,
bangunan atau kendaraan yang disewakan. Zakat investasi dikeluarkan pada saat
menghasilkan, sedangkan modal tidak dikenai zakat. Besar zakat yang dikeluarkan
5%untuk penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.

7. Zakat tabungan

Setiap orang Islam yang memiliki uang dan telah disimpan selama satu tahun dan
nilainya setara 85 gr emas wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5%.

8. Zakat Rikaz
Setiap penemuan harta terpendam dalam tanah selama bertahun-tahun atau rikaz,
berupa emas atau perak yang tidak diketahui lagi pemiliknya maka wajib dikeluarkan
zakatnya sebesar 20 persen.

9. Zakat fitrah

Zakat fitrah atau penyucian jiwa. Zakat ini wajib dibayarkan oleh setiap orang yang
mampu atau memiliki kelebihan kemampuan pemenuhan pangan, setahun sekali.

Besar zakat fitrah adalah sekitar 3,5 liter atau 2,7 kilogram beras atau bahan makanan
yang dimakan sehari-hari. Zakat ini dibayarkan sebelum pelaksanaan salat Idul Fitri.
kamu yang menjadi kepala keluarga dan menafkahi banyak orang, berkewajiban pula
mengeluarkan zakat fitrah tanggungan seperti anak, istri, orangtua, dan sebagainya.

Siapa saja yang berhak mendapatkan zakat?

Dalam Islam, ada 8 golongan yang berhak mendapatkan zakat, antara lain:

Fakir (orang yang tidak memiliki harta)

Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)

Riqab (hamba sahaya atau budak)

Gharim (orang yang memiliki banyak utang)

Mualaf (orang yang baru masuk Islam)

Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)

Ibnu Sabil (musafir dan para pelajar perantauan)

Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat)

Zakat dan amal dalam perencanaan keuangan

Perihal pembayaran zakat, sangat disarankan bila kamu menyicil pembayaran sehingga
tidak perlu merasa kewalahan ketika semua kewajiban zakat jatuh tempo. Memang, ada
beberapa ketentuan penghitungan zakat yang menunggu haul satu tahun. Banyak
kalangan memilih bulan Ramadan sebagai saatnya membayar (hitungan satu tahunnya
dihitung setiap Ramadan atau Lebaran).

Namun, untuk jenis-jenis zakat yang tidak memerlukan haul hingga setahun seperti zakat
penghasilan atau profesi, lebih baik kamu anggarkan setiap mendapatkan penghasilan.
Jadi, setiap mendapatkan penghasilan seperti gaji rutin, langsung saja bayarkan zakat
sebesar 2,5%.
CONTOH PERHITUNGAN ZAKAT INVESTASI

May 31, 2012 · by zakatcentersby · in Konsultasi Zakat, Zakat Infaq Shadaqah. ·

Rumah petak (gambar diambil dari flickr.com)

Hj. Azmi adalah seorang yang kaya raya, ia memiliki rumah kontrakan berjumlah 20
petak rumah, karena sifatnya yang dermawan, arif dan bijaksana, ia menyewakan rumah
kontrakannya tidak terlalu mahal, perbulannya seharga Rp 400.000,-/rumah. Setiap
bulannya Hj Azmi mengeluarkan Rp 500.000,- untuk biaya perawatan seluruh rumah
kontrakannya.

Jawab.

Nisabnya 653 kg beras (analogi ke pertanian )

(Asumsi Rp. 8.000,/kg beras x 653 : Rp. 5.224.000

Kadarnya 5 % ( dihitung secara bruto)

Hitungannya

20 rumah petak x @ Rp. 400.000/bulan : Rp. 8.000.000

Biaya Perawatan / bulan : Rp. 500.000

( Perolehan hasil investasi x 5 % )

Rp. 8.000.000 x 5 % = Rp. 400.000, jadi zakatnya adalah Rp 400.000


investasi keuangan adalah sejumlah uang/harta yang diberikan kepada pihak lain untuk
diinvestasikan sesuai dengan sistem mudharabah (bagi hasil/profit and loss sharing),
musyarakah (kerjasama) atau yang semisalnya. Penghitungan zakatnya sebagai berikut:

Investasi keuangan mencakup saham, obligasi, cek, sertifikat investasi, dan lainnya.
Investasi-investasi keuangan tersebut dikumpulkan pada muzakki pada akhir haul dan
dihargai berdasar hal tersebut:

Saham biasa: berdasar harga pasar di pasar modal

Saham istimewa: berdasar harga pasar di pasar modal

Obligasi: berdasar harga tertulis

Cek investasi: berdasar harga pasar di pasar modal

Sertifikat investasi: berdasar harga tertulis

Tabungan: berdasar harga terdaftar/tertulis

Investasi-investasi tersebut ditambah labanya yang halal jika ada, sedang bunga dan
penghasilan kotor lainnya tidak masuk di dalam tempat zakat tetapi disisihkan dan
dibelanjakan pada hal-hal kebaikan.

Surat berharga yang dimiliki untuk tujuan meraih laba darinya, yang tunduk kepada zakat
adalah laba bersihnya saja, karena surat berharga tersebut disamakan dengan barang
yang dimiliki dengan tujuan untuk meraih pendapatan dari barang tersebut. Dari harta
investasi tersebut dikurangi hal-hal berikut:

Tanggungan jangka pendek

Nafkah kebutuhan pokok dan riil

Pembayaran untuk pembelian

Dengan demikian hasil bersihlah yang merupakan tempat zakat dan dibandingkan
dengan nisab. Jika tempat zakat tersebut mencapai nisab, yaitu senilai 85 gram emas
atau 21 karat maka zakat dihitung 2,5% (berdasar tahun hijriyah) atau 2,575% (berdasar
tahun Masehi) []
ZAKAT INVESTASI DAN SAHAM

Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil
investasi. Diantara bentuk usaha yang masuk investasi adalah bangunan atau kantor
yang disewakan, saham, rental mobil, rumah kontrakan, investasi pada ternak atau
tambak, dll

zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan modal tidak dikenai
zakat. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5 % atau 10 %. 5 % untuk penghasilan
kotor dan 10 untuk penghasilan bersih.

Zakat ivestasi hukumnya wajib, karena hal itu merupakan kekayaan dan setiap kekayaan
ada hak lain di dalamnya.

Rosulullah bersabda : “bayarlah zakat harta kekaaanmu.” (HR.Tumudzi).

Zakat Investasi dalam istilah fiqh biasa disebut zakat "Almustaghillat". Zakat tersebut
dikenakan terhadap harta yang dihasilkan dari hasil investasi. Diantara bentuk usaha
yang termasuk investasi adalah: bangunan atau kantor yang disewakan, saham, rental
mobil, rumah kontrakan, dll.

Sebagian ulama Hanbali menganalogikan ke dalam zakat perdagangan, dengan tarif


2,5% dan nishab 85 gram dan sampai haul.

Analogi Zakat Investasi

Para ulama kontemporer, seperti Abu Zahrah, Abdul Wahab Kholaf, dan Yusuf
Qordhowi, menganalogikannya ke dalam zakat pertanian yaitu mengeluarkan saat hasil
dari hasil, tanpa memasukkan unsur modal dengan tarif 5% untuk penghasilan kotor dan
10% untuk penghasilan bersih.

Contoh: PT Risma Prima memiliki 1000 armada taxi. Uang setoran bersih tiap taxi
setelah dipotong biaya perawatan dan lain-lain adalah Rp. 100.000,- perhari. Separo dari
armadanya masih berstatus hutang kredit. Sehingga uang setoran untuk ke-500 armada
itu digunakan untuk mencicil pembayaran.

Maka dalam sehari pemasukan bersihnya adalah Rp. 100.000.000,- dikurangi Rp.
50.000.000 = Rp. 50.000.000,-.

Zakat yang harus dikeluarkan adalah 5 % x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- perhari.
Dalam setahun akan terkumpul dana zakat dari PT Riska Prima uang zakat sebesar 365
x Rp. 2.500.000,- = Rp. 912.500.000,-.

Pengertian apa itu saham

Apa itu saham? Saham adalah surat berharga dalam satuan nilai atas kepemilikan
sebuah perusahaan. Biasanya sebuah perusahaan akan menjual sebagian sahamnya
untuk menambahkan modal perusahaan.

Berikut ini adalah contoh gambar surat berharga atau saham:


gambar surat berharga/saham

Contoh gambar surat berharga atau saham

Namun dimasa sekarang kita bisa bermain saham atau melakukan jual beli saham
secara online. Di Indonesia tergolong masih banyak masyarakatnya yang kurang
mengetahui informasi tentang saham. Baik itu dunia pasar modal sampai perusahaan
sekuritasnya. Hal ini sangat rentan terjadi kesalah pahaman tentang keberadaan saham
resmi di masyarakat. Sebagai contoh adalah makin maraknya investasi-investasi bodong
yang menyerbu masyarakat kita sehingga mereka mengalami kerugian yang tidak sedikit
karena bergabung dengan investasi-investasi bodong seperti investasi emas bodong
serta investasi yang berdasarkan sekema piramida. Kenapa mereka sampai bisa
bergabung? Padahal investasi-investasi tersebut sangat dilarang oleh pemerintah.
Jawabnya adalah karena kekurangtahuan dan kekurangan informasi yang beredar di
masyarakat tentang dunia permodalan yang benar. Dan juga faktor bonus yang besar
dan menggiurkan jika bergabung di investasi bodong tersebut sehingga akal sehat si
korban investasi seperti sudah tertutupi oleh bonus besar tersebut. Dan faktor-faktor lain
sebagainya.

Oleh karena itu, sebagai masyarakat Indonesia yang ingin maju marilah kita berusaha
dan berfikir positif dan terus belajar saham yang benar. Karena berdasarkan informasi
saat ini prosentase nilai omset bursa efek di Indonesia masih kalah dengan negara
Malaysia dan Singapura.

Contoh Menghitung Zakat Saham

Ny. Patenah memiliki 500.000 lembar saham PT. SIK. Harga nominal Rp.5000,-per
lembar . Pada akhir tahun buku tiap lembar saham memperoleh deviden Rp. 300.-
berapa zakatnya?

Jawab

Nilai Saham = ( 500.000 x Rp. 5000 ) = Rp.2.500.000.000

Deviden ( 500.000 x Rp. 300,- ) = Rp.150.000.000

Total = Rp. 2.650.000.000

Nisab : 85 gr x Rp. 543.000 = Rp 46.155.000

Haul : 1 Tahun

Cara menghitung
Nilai Saham + Deviden x 2,5 %

2.500.000.000 + 150.000.000 = Rp.2.650.000.000 x 2,5%

= Rp. 66.250.000
Rumus Perhitungan Zakat

Tercatat, ada beberapa jenis zakat yang mesti Anda keluarkan. Apa saja zakat-zakat
tersebut? Lalu bagaimana perhitungannya? Simak pembahasannya berikut.

1. Rumus Perhitungan Zakat Fitrah

beras untuk zakat

Zakat Fitrah Bisa Berupa Beras

Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras di pasaran per liter. Contoh: Harga beras
di pasar rata-rata Rp10.000,- per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang
sebesar Rp35.000,-. Jika dihitung dari segi berat, maka Zakat Fitrah per orang = 2,5 kg x
harga beras di pasaran per kilogram.

Baca Juga: Ini Dia Tarif Pemakaman Umum di Jakarta

2. Rumus Perhitungan Zakat Profesi/Pekerjaan

gaji bulanan

Sisihkan Gaji

Ada 3 cara menghitung zakat profesi/pekerjaan:

Diqiaskan dengan zakat uang sepenuhnya,

Diqiaskan dengan zakat hasil tani sepenuhnya,

Memakai qias kemiripan dengan zakat uang dan hasil tani.


Qias

Zakat Uang

Zakat Hasil Tani

Zakat Uang dan

Hasil Tani

Nisab

85 gram emas

653 kg beras

653 kg beras

Kadar Zakat

2,5%

5% atau 10%

2,5%

Haul

1 tahun

Setiap menerima

Penghasilan

Setiap menerima

Penghasilan

Pemotongan

Dipotong keperluan

asasi dan pembayaran

hutang

Tidak dipotong

Dipotong keperluan asasi

dan pembayaran hutang

Contoh Perhitungan Zakat Dengan Menggunakan Qias ke-3:

Pak Ahmad adalah karyawan sebuah perusahaan swasta, setiap bulan mendapat gaji
Rp6.000.000,-. Dari gaji tersebut, Pak Ahmad mengeluarkan keperluan pokok rumah tangga
Rp3.000.000,-, membayar sekolah 2 orang anak Rp1.000.000,-, membayar cicilan rumah
Rp750.000,- dan membayar telepon dan listrik Rp500.000,-.

nisab: Setara dengan 653 kg beras. Jika harga beras Rp. 5.000,- perkg, maka nisab dalam
rupiah adalah Rp3.265.000,-. Kadar zakat: 2,5%. Haul: Setiap menerima gaji.

Total keperluan asasi dan membayar utang: Rp3.000.000,- + Rp1.000.000,- + Rp750.000,- +


Rp500.000,- = Rp5.250.000,-

Jadi penghasilan bersih: Rp6.000.000,- – Rp5.250.000,- = Rp750.000,-

Rp. 750.000,- tidak mencapai nisab sebesar Rp3.265.000. Jadi pak Ahmad tidak perlu
membayar zakat penghasilan.

Jika penghasilan pak Ahmad adalah Rp9.000.000,- per bulan. Maka penghasilan bersihnya
setelah dipotong keperluan asasi dan hutang jatuh tempo: Rp9.000.000,- – Rp5.250.000,- =
Rp3.750.000,-. Ini sudah melebihi nisab yang sebesar R3.265.000. Sehingga pak Ahmad wajib
mengeluarkan zakat profesi sebesar: 2,5% x Rp3.750.000,- = Rp93.750,-

Keperluan asasi adalah pengeluaran bagi diri sendiri, istri dan anak. Seperti: makanan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, cicilan rumah, dan bayar utang.

Contoh pengeluaran yang bukan keperluan asasi: kursus atau les tambahan, membeli TV baru
padahal TV lama masih bagus, jalan-jalan ke luar kota dan makan di luar bersama keluarga,
membeli hadiah untuk acara pernikahan, dan keperluan tidak penting lainnya.

Baca Juga: Mau Keluarga Bahagia? Ini 10 Rahasianya


3. Rumus Perhitungan Zakat Maal/Harta Kekayaan
perhiasan emas
Sisihkan Kekayaan yang Dimiliki

Zakat maal berlaku untuk harta kekayaan yang dimiliki seorang muslim dengan rumusan
sebagai berikut:

Zakat Maal = 2,5% X Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung Nisab Zakat
Maal = 85 x harga emas pasaran per gram. Contoh: Umi punya tabungan Rp100 juta rupiah,
deposito Rp200 juta rupiah, rumah kedua yang dikontrakkan senilai Rp500 juta rupiah dan
emas perak senilai Rp200 juta rupiah. Total harta yang dimiliki Rp1 miliar rupiah. Semua harta
sudah dimiliki sejak 1 tahun yang lalu.

Misal, harga 1 gram emas sebesar Rp250.000,- maka batas nisab zakat maal adalah
Rp21.250.000,- Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat maal
sebesar Rp1 miliar X 2,5% = Rp25 juta rupiah per tahun.

Harta yang wajib dibayarkan zakat maal: emas, perak, uang simpanan, hasil pertanian,
binatang ternak, benda usaha dan harta temuan. Masing-masing memiliki nisab dan rumus
mengeluarkan zakat yang berbeda, sebagai berikut:

Nisab Emas

Nisab emas sebanyak 20 dinar. 1 dinar = 4,25 gram emas. Jadi 20 dinar = 85 gram emas
murni. Dari nisab tersebut, diambil 2,5%. Jika lebih dari nisab dan belum sampai ukuran
kelipatannya, maka diambil dan diikutkan dengan nisab awal. Contoh: Rani memiliki emas 87
gram yang disimpan. Jika telah sampai haulnya, wajib untuk dikeluarkan zakatnya, yaitu 2,5% x
87 gram = 2,175 gram atau uang seharga emas tersebut.

Nisab Perak
Nisab perak adalah 200 dirham. 1 dirham = 595 gram, dari nisab tersebut diambil 2,5% dengan
perhitungan sama dengan emas.

Nisab Binatang Ternak


binatang ternakBinatang Ternak

Syarat wajib zakat binatang ternak sama dengan atas, ditambah 1 syarat lagi, yaitu
binatangnya lebih sering digembalakan di padang rumput yang mubah daripada dicarikan
makanan. nisab binatang ternak sebagai berikut:

Unta
nisab unta adalah 5 ekor.

Sapi
nisab sapi adalah 30 ekor. Perhitungannya sebagai berikut:

Jumlah Sapi

Jumlah yang dikeluarkan

30-39 ekor

1 ekor tabi’ atau tabi’ah

40-59 ekor

1 ekor musinnah

60 ekor

2 ekor tabi’ atau 2 ekor tabi’ah

70 ekor

1 ekor tabi dan 1 ekor musinah

80 ekor

2 ekor musinnah

90 ekor

3 ekor tabi’

100 ekor

2 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah

Keterangan:

Tabi’ dan tabi’ah adalah sapi jantan dan betina yang berusia setahun. Musinnah adalah sapi
betina yang berusia 2 tahun.

Kambing
Nisab kambing adalah 40 ekor. Perhitungannya sebagai berikut:
Jumlah Kambing

Jumlah yang dikeluarkan

40 ekor

1 ekor kambing

120 ekor

2 ekor kambing

201 – 300 ekor

3 ekor kambing

> 300 ekor

setiap 100, 1 ekor kambing

Nisab Hasil Pertanian

Nisab hasil pertanian adalah 5 wasaq. 1 wasaq = 60 sha’. 1 sha’ = 3 kg. nisab zakat hasil
pertanian adalah 300 sha’ x 3 kg = 900 kg. Bila pertanian itu menggunakan alat penyiram
tanaman, maka zakatnya sebanyak 5%. Dan jika pertanian itu diairi dengan hujan, maka
zakatnya sebanyak 10%. Misalnya: Seorang petani hasil panennya sebanyak 1000 kg. Maka
zakat yang dikeluarkan bila dengan alat siram tanaman adalah 1000 x 5% = 50 kg, bila tadah
hujan, sebanyak 1000 x 10% = 100 kg

Nisab Barang Dagangan

Nisab dan ukuran zakat barang dagangan sama dengan nisab dan ukuran zakat emas. Syarat
zakat perdagangan sama dengan syarat zakat yang lain ditambah 2 syarat lainnya:

1. Memilikinya dengan tidak dipaksa, seperti membeli dan menerima hadiah,

2. Memilikinya dengan niat untuk perdagangan,

Seorang pedagang harus menghitung jumlah nilai barang dagangan dengan harga beli, lalu
digabungkan dengan keuntungan bersih setelah dipotong hutang. Misalnya: Seorang pedagang
menjumlah barang dagangannya pada akhir tahun dengan total Rp200.000.000,-, laba bersih
Rp50.000.000,-, dan memiliki hutang Rp. 100.000.000,-. Maka perhitungannya sebagai berikut:

Modal – Hutang: Rp200.000.000,- – Rp100.000.000,- = Rp100.000.000,-

Jumlah harta zakat adalah: Rp100.000.000,- + Rp50.000.000,- = Rp150.000.000,-

Zakat yang harus dibayarkan: Rp150.000.000,- x 2,5 % = Rp3.750.000,-

Nisab Harta Karun

Tidak hanya harta milik sendiri yang harus dizakatkan, harta yang ditemukan seperti harta
karunpun wajib dizakatkan. Harta karun yang ditemukan, wajib dizakati secara langsung tanpa
mensyaratkan nisab dan haul, sebesar 20%.

Sucikan Harta Anda dengan Berzakat


Setiap harta yang dimiliki tidak semata-mata miliki pribadi seutuhnya, sebab terdapat hak orang
lain di dalamnya yang harus dikeluarkan. Maka, mulailah sadarkan diri untuk berzakat agar
harta yang dimiliki menjadi bersih dan hidup penuh dengan keberkahan.
Jika punya tabungan di bank, sampai batas berapa terkena wajib zakat mal? dan
bagaimana cara menghitung nilai zakat yang harus dibayarkan? (Nawawi Yusron) wa
alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakaatuh semoga selalu dalam naungan rahmat
Allah ta’ala Dalil diwajibkannya kita mengeluarkan zakat simpanan termasuk tabungan di
bank adalah Firman Allah QS At-Taubah Ayat:34-35. Dalam hadis juga di sebutkan:
"Tiadalah bagi pemilik simpanan (termasuk emas/tabungan) yang tidak menunaikan
zakatnya, kecuali dibakar di atasnya di neraka jahanam? (HR Bukhori) Jadi, berapa
batas terkena wajib zakat mal? Terkena wajib zakat mal bila tabungan tersebut telah
memenuhi syarat sebagai berikut: 1) disimpan dan milik penuh oleh seorang Muslim
sudah sampai setahun, 2) tidak berutang, 3) cukup nisab, yakni setara nilainya dengan
85 gram emas, kalau nilai emas satu gram hari ini @Rp 362.000 x 85 gr berarti tabungan
yang sudah mencapai 30.770.000 harus mengeluarkan zakatnya 2,5 persen.
Hitungannya: 2,5 persen x 30.770.000 = 769.250 berarti zakatnya: Rp 769.250 Bila
tabungan saudara sebesar Rp 37.000.000, berarti telah wajib zakat karena sudah lebih
dari nisab zakat 85 gr emas. Zakatnya 2,5 persen dari Rp 37.000.000 adalah sebesar Rp
925.000.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menghitung Zakat Tabungan",
https://money.kompas.com/read/2010/08/24/10342579/menghitung.zakat.tabungan.
Zakat Tabungan

Setiap muslim yang memiliki tabungan, terhitung mencapai satu tahun dan nilainya
setara dengan 85 gr emas, maka wajib mengeluarkan zakat.

Uang Simpanan

Uang simpanan dikeluarkan zakatnya dikarenakan, dari sifat hartanya uang simpanan
termasuk ke dalam 3 kriteria harta atau maal, yaitu:

1. Uang simpanan mempunyai nilai ekonomi yaitu nilai tukar.

2. Uang simpanan disukai semua orang bahkan banyak yang memerlukannya.

3. Uang simpanan yang dizakati adalah yang dibenarkan pemanfatannya secara syar’i.

Bahkan karena uang simpanan itu merupakan surplus maka lebih layak dikenakan
zakat dibandingkan dengan hasil penghasilan yang bisa jadi surplus bisa juga tidak.

Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai nisab dan
berjalan selama 1 tahun. Besarnya nisab senilai 85 gram emas. Kadar zakat yang
dikeluarkan adalah 2,5%. Apabila uang simpanannya di bank konvensional, ketika akan
membayar zakat, maka sisihkan terlebih dahulu bunga banknya karena bunga bank
termasuk riba yang diharamkan. Dan apabila uang simpanannya di bank syariah, bagi
hasil termasuk dalam komponen yang dihitung dalam penghitungan zakatnya karena
bagi hasil bukan bunga bank yang diharamkan.
Contoh:

Bapak Iwan adalah seorang karyawan sebuah perusahaan besar di salah satu kota
besar di Indonesia, membuka rekening tabungannya pada awal Januari 2013 sebesar
Rp50.000.000,- pada tanggal 24 Januari ia menyimpan lagi sebanyak Rp5.000.000,-
kemudian dua hari setelah itu ia menyimpan kembali sebanyak Rp2.000.000,-Pada bulan
Maret, ia mengambil untuk sebuah keperluan sebesar Rp5.000.000,- lalu mulai bulan
April sampai bulan Desember ia menyisihkan uangnya untuk ditabung setiap bulannya
sebesar Rp2.500.000,-. Berapa zakat yang dibayarkan karyawan tersebut? Asumsi
harga emas adalah Rp500.000,-/gram.

Jawab:

Ketentuan zakat uang simpanan

Zakat uang simpanan dianalogikan dengan zakat emas nisabnya adalah 85 gram emas,
jika asumsi harga emas adalah Rp500.000,-/gram maka nisabnya 85 x 500.000 =
Rp42.500.000,--

Tarif atau kadarnya 2,5%.

Haul 1 tahun

Uang simpanan karyawan tersebut pada saat haul sebesar :

1. Saldo awal bulan Januari 2013 Rp 50.000.000,-

2. Menabung pada 24 Januari Rp 5.000.000,-

3. Menabung pada 26 Januari Rp 2.000.000,-

4. Diambil pada bulan Maret Rp 5.000.000,-


5. Dari Jan-Sept Rp 2.500.000,- x 9 = Rp 22.500.000,-

Penghitungan zakatnya adalah:

(50.000.000 + 5.000.000 + 2.000.000 + 22.500.000) – 5.000.000 = 74.500.000

Uang simpanan bapak Iwan sudah melebih nisab dan haulnya, sehingga wajib
membayar zakat uang simpanan. Penghitungan zakatnya adalah 74.500.000 x 2,5% =
1.862.500

Deposito atau Saham

Ketentuan zakat Deposito :

a. Penghitungan zakat deposito, pendekatannya adalah dengan zakat peniagaan, karena


seseorang yang menyimpan uangnya sebagai deposito atau saham sudah berniat untuk
mendapatkan keuntungan. Dan niat mendapatkan keuntungan adalah salah satu syarat
dalam zakat perniagaan.

b. Nisabnya setara dengan 85 gr emas

c. Cukup haul 1 tahun

d. Dari sumber yang halal (bunga bank tidak dihitung), jadi hanya deposito syariah saja
yang dapat dibayarkan zakatnya.

Cara penghitungannya:

Nilai pokok deposito atau saham + bagi hasil x 2,5%


Contoh zakat Deposito

Seseorang yang memiliki deposito Rp100.000.000 dengan bagi hasil selama setahun
adalah Rp12.500.000,-. Maka zakatnya adalah Rp 100.000.000 + 12.500.000 x 2.5 % =
Rp2.812.500,-

Contoh zakat saham

Bapak H. Anton Santoso memiliki 500.000 lembar saham PT. SIK. Harga nominal
Rp5000,-per lembar. Pada akhir tahun buku tiap lembar saham memperoleh deviden
Rp300.-, berapa zakat saham Bapak. H. Anton?

Jawab:

Nilai saham: (500.000 x Rp5.000) = Rp2.500.000.000

Deviden (500.000 x Rp 300) = Rp150.000.000

Jumlah total = Rp2.650.000.000

Cara menghiitungnya :

Nilai saham + deviden x 2,5%

Jaddi 2.500.000.000 + 150.000.000 = Rp2.650.000.000 x 2,5% = Rp66.250.000

Hitung Zakat
Zakat Tambang

Zakat hasil tambang (ma’din) dikeluarkan untuk setiap barang hasil dari penambangan
yang dilakukan.

Haul

Hasil tambang tidak disyaratkan haul, zakatnya wajib dibayar ketika barang itu telah
digali. Hal ini mengingat bahwa haul disyaratkan untuk menjamin perkembangan harta,
sedang dalam hal ini perkembangan tersebut telah terjadi sekaligus, seperti dalam zakat
tanaman.

Nisab

Barang tambang yang digali sekaligus harus memenuhi nisab begitu juga yang digali
secara terus-menerus , tidak terputus karena diterbengkalaikan. Semua hasil tambang
yang digali secara terus-menerus harus digabung untuk memenuhi nisab. Jika
penggalian itu terputus karena suatu hal yang timbul dengan tiba-tiba, seperti reparasi
peralatan atau berhentinya tenaga kerja, maka semua itu tidak memengaruhi keharusan
menggabungkan semua hasil galian. Bila galian itu terputus karena beralih profesi,
karena pertambangan sudah tidak mengandung barang tambang yang cukup atau sebab
lain, maka hal ini memengaruhi penggabungan yang satu dengan yang lain. Dalam hal
ini harus diperhatikan nisab ketika dimulai kembali penggalian baru.

Kadar zakat

Termasuk dalam barang tambang semua hasil yang digali dari daratan atau pun dari
dasar laut, sementara yang dikeluarkan dari laut itu sendiri, seperti mutiara, ambar dan
marjan, harus dizakati seperti zakat komoditas dagang

Tabel zakat tambang

No. Jenis tambang Nisab Kadar zakat Waktu penyerahan

1 Tambang emas senilai 91,92 gram emas murni2,5% Tiap tahun

2 Tambang perak Senilai 642 gram perak 2,5% Tiap tahun

3 Tambang selain emas dan perak, seperti platina, besi, timah, tembaga, dsb.
Senilai nisab emas 2,5% Ketika memperoleh

4 Tambang batu-batuan, seperti batu bara, marmer, dsb. Senilai nisab emas
2,5 Kg Ketika memperoleh

5 Tambang minyak gas Senilai nisab emas 2,5 Kg Ketika memperoleh


Ma'din (barang tambang) adalah segala benda berharga yang ditemukan dari perut
bumi, seperti emas, perak, permata, besi, timah, tembaga, dll. Menurut Imam Syafi'i dan
Imam Malik, ma'din yang wajib dizakati hanya jenis emas dan perak. Selain emas atau
perak tidak wajib dizakati.[1] Apabila telah mencapai nishob maka wajib dizakati
sebanyak 2,5%, dan zakat dikeluarkan pada saat barang tambang itu diperoleh sehingga
tidak perlu menunggu sampai satu tahun.[2]

Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

ِ ‫ أَ َخ َذ مِنَ ْالمَعَ اد‬، ‫هللا صَ لَّى هللاُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم‬


‫ِن ْال َق َبلِ َي ِة الصَّدَ َق َة‬ ْ ‫ار‬
ِ ‫ث رَ ضِ ىَ هللاُ عَ ْن ُه أنَّ رَ س ُْو َل‬ ِ َ‫عَ نْ ِباَل ل ِبنْ الح‬

"Dari Bilal bin Al-Harits ra.: sesungguhnya Rasulullah Saw. telah mengambil zakat dari
barang tambang". (HR Abu Dawud).

Sabda Rasulullah SAW.:

‫ رواه البخارى‬.‫َم ُر ْب ُع ْال ُع ْش ِر‬ƒٍ ‫فِى الرِّ َّق ِة فِى ِما َ َتى دِرْ ه‬

"Pada emas-perak, zakat keduanya seperempat puluh (2,5%)." (Riwayat Bukhari).

Ulama fiqih sepakat bahwa barang tambang wajib dikeluarkan zakatnya, namun berbeda
pendapat tentang jenis barang tambang yang wajib dizakati dan kadar zakat yang harus
dikeluarkan. Menurut pendapat yang masyhur di kalangan Syafi'iyah dan Malikiyah,
nishobnya ma'din sama dengan nishobnya emas dan perak (emas 77,58 gr dan perak
543,06 gr). Sedangkan zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/4 atau 2,5% (rubu'ul
'uryur) untuk ma'din.[3]

2 Syarat Wajib Zakat Ma’din

Seseorang yang memperoleh barang tambang (yang berupa emas atau perak) wajib
mengeluarkan zakatnya apabila telah menepati syarat sebagai berikut:

a. Islam

b. Merdeka (bukan budak atau hamba sahaya)

c. Hak milik nishob

d. Mencapai nishob

Zakatnya ma'din tidak disyaratkan haul atau genap setahun. Artinya, apabila
menemukan ma'din dan telah menetapi syarat di atas, maka setelah dibersihkan dari
kotoran (tanah dan lain-lain) wajib segera mengeluarkan zakatnya tanpa harus
menunggu masa satu tahun.

3 Nishob dan Kadar Zakatnya Ma'din (Barang Tambang)

Emas :

Nishobnya = 20 mitsqol syar'i atau = 85 gram.

Zakatnya = 1/40 atau 2,5%


Contoh:

Jumlah emas (ma'din) 120 gram.

=> 120 : 40 (atau x 2,5%) = 3 gram

Zakatnya = 3 gram.

Perak :

Nishobnya = 200 dirham syar'i atau= 595 gram.

Zakatnya = 1/40 atau 2,5%

Contoh:

Jumlah perak (ma'din) 600 gram

=> 600 : 40 (atau x 2,5%) = 15 gram

Zakatnya = 15 gram.

Seperti yang telah dikemukakan, tidak ada kewajiban atas zakat hasil tambang kecuali
jika berupa emas dan perak. Juga terdapat perbedaan pendapat tentang diperlukannya
berlalunya masa setahun (haul) atau tidaknya. Zakat hasil tambang berupa emas dan
perak, disamakan dengan zakat perdagangan (yakni 2.5% dari jumlahnya), mengingat
bahwa ia adalah usaha yang diharapkan labanya seperti halnya dalam perdagangan.
Tetapi tidak perlu ada persyaratan haul, demi memperhatikan kepentingan kelompok-
kelompok penerima. Dalam hal ini, ia dapat disamakan dengan zakat pertanian. Begitu
pula tentang dipenuhinya persyaratan nishab-nya.

Walaupun demikian, untuk ihtiyath-nya (menjaga diri dari kemungkinan tersalah),


sebaiknya mengeluarkan khumus-nya, baik dari hasil yang banyak maupun yang sedikit.
Dan, juga dikeluarkan dalam bentuk emas dan perak yang dihasilkan. Semua ini demi
menghindari khilafiyat (perbedaan pendapat) di kalangan para ahli fiqih.[4]

B. Rikaz (Harta Terpendam) / Luqothoh (Harta Temuan)

1 Pengertian Rikaz

Rikaz (harta terpendam) adalah harta pendaman kafir jahiliah (orang-orang sebelum
datangnya Islam). Menurut Imam Syafi'i dan Imam Malik, rikaz yang wajib dizakati hanya
jenis emas dan perak. Selain emas atau perak tidak wajib dizakati.

Makna luqathah menurut syara' ialah harta yang tersisa/hilang dari pemiliknya sebab
jatuh atau kelalaian/kelengahan dan yang semacamnya. Bila ada seseorang, baik ia
sudah baligh/dewasa atau belum, orang Islam atau bukan, fasiq atau tidak,
menemukan/menjumpai barang temuan di suatu bumi mati atau di jalan, maka baginya
boleh mengambil barang tersebut atau meninggalkannya, itupun jika orang yang hendak
mengambil dapat dipercaya menjaga/menjalankan barang temuan tersebut.
Menurut pendapat yang masyhur di kalangan Syafi'iyah dan Malikiyah, nishobnya rikaz
sama dengan nishobnya emas dan perak (emas 77,58 gr dan perak 543,06 gr).
Sedangkan zakat haus dikeluarkan adalah 1/5 atau 20% (al khumus) untuk rikaz.[5]

Sabda Rasulullah SAW.:

‫ رواه البخارى ومسلم‬. ُ‫از ْال ُخمُس‬


ِ ‫ َوفِى الرِّ َك‬: ‫هللا صَ لَّى هللاُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم‬
ِ ‫عَ نْ اَ ِبى هُرَ ْيرَ َة َقا َل رَ س ُْو ُل‬.

Dari Abu Hurairah: "Telah berkata Rasulullah SAW.: Zakat rikaz seperlima." (Riwayat
Bukhari dan Muslim).

2 Syarat Wajib Zakatnya Rikaz

Seseorang yang menemukan harta terpendam (yang berupa emas atau perak) wajib
mengeluarkan zakatnya apabila telah menepati syarat sebagai berikut:

a. Islam

b. Merdeka (bukan budak atau hamba sahaya)

c. Hak milik nishob

d. Mencapai nishob

Zakatnya rikaz tidak disyaratkan haul atau genap setahun. Artinya, apabila menemukan
rikaz dan telah menetapi syarat di atas, maka setelah dibersihkan dari kotoran (tanah
dan lain-lain) wajib segera mengeluarkan zakatnya tanpa harus menunggu masa satu
tahun. Adapun nishobnya, setengah ulama berpendapat: disyaratkan sampai satu
nishob, pendapat ini menurut mazhab Imam Syafi'i. Pendapat yang lain, seperti
pendapat Imam Maliki, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad dan pengikut-pengikut
mereka: bahwa nishob itu tidak menjadi syarat.

Rikaz menjadi kepunyaan yang mendapatkannya dan wajib atasnya membayar zakat
apabila didapat dari tanah yang tidak dipunyai orang. Tetapi kalau didapat dari tanah
yang dipunyai orang, maka perlu ditanyakan kepada semua orang yang telah memiliki
tanah itu. Jika tidak ada yang mengakui, maka rikaz itu menjadi kepunyaan orang yang
membuka tanah itu.[6] Selain itu, harta terpendam dinamakan rikaz yang nota bene
setelah dizakati bisa dimiliki, apabila menetapi persyaratan sebagai berikut:

a. Harta pendaman orang jahiliyah

Harta terpendam yang memiliki tanda-tanda yang menunjukkan bahwa harta tersebut
milik orang-orang yang hidup sebelum datangnya Islam, atau setelah datangnya Islam
namun da'wah islamiyah belum sampai di daerah tersebut. Tanda-tanda tersebut bisa
berupa nama, tahun pembuatan, atau simbol-simbol raja yang hidup pada masa sebelum
Islam. Oleh sebab itu, harta terpendam yang di dalamnya terdapat tanda zaman Islam,
tidak disebut rikaz tetapi masuk kategori luqothoh atau harta temuan.[7]

Hukum harta luqothoh:


a) Jika pemilik atau ahli warisnya masih hidup dan bisa ditemukan, maka harta harus
dikembalikan pada pemilik atau ahli warisnya.

b) Jika pemilik atau ahli warisnya sudah tidak ada atau tidak ditemukan setelah
diumumkan selama satu tahun, maka harta temuan bisa dimiliki (untuk sementara), dan
jika suatu saat pemilik aslinya bisa ditemukan, maka wajin dikembalikan/diganti.

Sedangkan harta terpendam yang didalamnya tidak terdapat tanda-tanda zaman Islam
maupun zaman jahiliyah, maka hukumnya sama dengan luqothoh. Yaitu setelah
diumumkan selama satu tahun harta tersebut bisa dimiliki (untuk sementara).

b. Ditemukan di tempat yang dimiliki

Harta terpendam yang ditemukan di tempat yang (sekarang) dia miliki dan bumi tersebut
sebelumnya belum pernah dimiliki oleh oranb lain, atau ditemukan di lahan kosong yang
belum pernah dimiliki/dibuka oleh orang lain. Jika harta ditemukan di tempat yang bukan
miliknya/tempat yang pernah dimiliki orang lain, maka status harta tersebut adalah harta
luqothoh.

Bila si penemu meninggalkan luqathah, tanpa mengambilnya, maka baginya tidak


terkena tanggungan ganti rugi (jika barang temuan tadi menjadi rusak). Dan tidak wajib
mempersaksikan atas mengambil barang temuan yang untuk dimiliki atau
dipelihara/dijaga. Hendaknya qadli (hakim) merampas barang yang ditemukan oleh
orang fasiq dan menyerahkannya kepada orang yang adil serta jujur. Dan qadli (hakim)
tidak boleh percaya penuh atas pengumumannya seorang fasiq terhadap barang
temuan, akan tetapi qadli menyuruh seorang pengintai yang adil (guna mengawasi) yang
dapat mencegah orang fasiq berkhianat pada barang temuannya.

Dan hendaknya Wali (orang yang dipasrahi mengurus perkaranya seseorang)


merampas/mengambil luqathah dari tangan anak kecil dan mengumumkannya.
Kemudian jika setwlah mengumumkan (tidak ada yang mengakui) maka wali boleh
menjadi kepemilikan barang temuan tersebut untuk anak kecil, jika memang dirasa ada
mashlahah dalam menjadikan kepemilikan barang tersebut untuk anak kecil.[8]

Jika multaqith (orang yang menemukan barang temuan) menghendaki untuk memiliki
luqathah, maka ia harus mengumumkannya selama satu tahun di pintu-pintu masjid saat
masyarakat keluar dari sholat berjamaahnya. Dan di tempat dimana luqathah itu
ditemukan, dan juga di pasar-pasar dan semacamnya tempat berkumpulnya orang
banyak, mengumumkannya harus disesuaikan adat dalam masalah waktu dan
tempatnya. Adapun permulaan masa satu tahun terhitung dari waktu mengumumkan,
bukan dari waktu menemukannya.

Di dalam mengumumkan luqathah, pihak penemu hendaknya menyebutkan sebagian


sifat/ciri dari barang temuan itu. Jia dalam menyebutkan sifat/cirinya terlalu jelas
(menyebutkan seluruh sifatnya), maka ia wajib menanggung ganti rugi jika ternyata salah
orang. Dan tidak wajib menanggung biaya pengumuman jika mengambil barang temuan
itu berdasarkan untuk mrnjaganya, bahkan qadli (hakim) mengurus biaya tersebut yang
diambil dari baitul mal (kas negara) atau meminjamnya atas tanggungan si pemilik. Dan
bila mengambil luqathah bertujuan untuk memilikinya, maka wajib baginya
mengumumkan luqathah itu dan wajib pula memikul pembiayaannya, baik akhirnya
memiliki atau tidak memiliki barang tersebut.[9]

3 Macam-macam Luqathah
Macam-macam luqathah dalam sebagian redaksi kitab, yaitu:

a. Barang yang tetap (tahan) selamanya, seperti emas dan perak. Ketentuan
hukumnya yakni mengumumkan dalam masa satu tahun dan berhak memilikinya.

b. Barang yang tidak tetap (tahan) lama, seperti makanan basah. Maka ada dua
pilihan bagi si penemu:

1) Memakan barang itu dan bertanggung jawab atas nilai harganya.

2) Menjualnya dan menjaga nilai pembayarannya (harganya) sampai jelasnya si


pemilik.

c. Barang yang bisa tetap (tahan) lama dengan diolah, seperti kurma/anggur basah
yang dikeringkan serta menjaganya, atau menjualnya serta menjaga harganya hingga
jelasnya si pemilik.

d. Barang yang membutuhkan nafaqah (biaya hidup), seperti binatang.

1) Binatang yang tidak dapat menjaga/melindungi dirinya dari binatang buas, seperti
kambing dan anak sapi, maka ada dua pilihan:

a. memakannya dan mengganti harganya.

b. Meninggalkannya tanpa memakannya serta bersedekah dengan memberi makan


binatang itu.

c. Menjualnya serta menjaga harganya sampai jelasnya si pemilik.

2) Binatang yang dapat mempertahankan/melindungi dirinya dari binatang buas,


seperti unta dan kuda. Jika Multaqit (penemu) menemukannya di suatu lading/sahara
maka hendaknya ia meninggalkannya dan haram mengambilnya untuk dimiliki. Bila ia
mengambilnya dengan tujuan untuk dimiliki maka ia harus bertanggung jawab. Dan bila
multaqit menemukan binatang itu di perumahan maka ia boleh memilih:

a. Memakannya dan mengganti harganya.

b. Meninggalkannya tanpa memakannya serta bersedekah dengan memberi makan


binatang itu.

c. Menjualnya serta menjaga harganya sampai jelasnya si pemilik.[10]

4 Nishob dan Kadar Zakatnya Rikaz (Harta Terpendam)

Emas :

Nishobnya = 20 mitsqol syar'i atau = 85 gram.

Zakatnya = 1/5 atau 20%

Contoh:
Jumlah emas (rikaz) 250 gram

=> 250 : 5 (atau x 20%) = 50 gram

Zakatnya = 50 gram.

Perak :

Nishobnya = dirham syar'i atau = 595 gram.

Zakatnya = 1/5 atau 20%

Contoh:

Jumlah perak (rikaz) 888 gram

=> 888 : 5 (atau x 20%) = 177,6 gram

Zakatnya = 177,6 gram.

Catatan:

Menurut sebagian ulama', jika menemukan harta yang tidak diketahui pemiliknya, atau
diketahui pemiliknya namun sudah meninggal dunia dan tidak ada ahli warisnya, maka
diperbolehkan untuk mensedekahkan harta tersebut atas nama pemiliknya. Dan
diperbolehkan juga untuk menafkahkan harta tersebut pada dirinya sendiri atau
keluarganya, jika termasuk orang yang berhak mendapat santunan dari baitul mal.[11]

Menurut Al-Ghazali dalam Asras Az-Zakat, Pada harta rikaz ini tidak diperlukan
berlalunya haul. Juga, sebaiknya tidak perlu mempersyaratkan terpenuhinya nishob,
mengingat bahwa kewajiban mengeluarkan khumus-nya membuatnya mirip dengan
ghanimah (rampasan perang). Tetapi mempersyaratkan terpenuhinya nishob di
dalamnya, juga dapat dipertimbangkan, karena ada pula kemiripannya dengan zakat, hal
ini, mengingat bahwa orang-orang yang berhak menerimanya sama juga seperti mereka
yang berhak menerima zakat. Dan karena itu pula, zakat rikaz harus dikeluarkan dalam
bentuk emas dan perak menurut pendapat yang shahih.

Anda mungkin juga menyukai