Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FITRIA NURMAWATI

NIM : A02019031
KELAS : 2A
MATKUL : AIK 3

RESUME FILM SANG PENCERAH

Pada suatu hari lahirlah seorang anak laki-laki bernama Darwis, disebuah
desa yang kental budaya dan adat istiadat jawa. Kebanyakan masyarakat di sana,
mereka sering melakukan pememberian sesajen, memuja-muja dan lain-lain. Hari
demi hari, anak laki – laki itu semakin tumbuh menjadi remaja yang pemberan.
Pada suatu saat Ia mengambil sesajen yang diletakkan dibawah sebuah
pohon yang dianggap kramat olah masyarakat di Desa itu. Dengan keberaniannya
Ia mengambil sesajen itu lalu Ia bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Saat itu Ia berumur 15 tahun, kebrniannya membuat Ia semakin yakin dan besar
keinginannya untuk mendalami ilmu agama. Akhirnya Darwis remaja ingin pergi
haji untuk mencari dan mendalami ilmu Islam. Namun niat baiknya itu tidak
sebaik yang orang lain fikirkan. Pamannya menentang, tapi disisi lain kakak ipar
dan guru bahasa arabnya terus memotivasi Darwis untuk pergi beribadah haji dan
mendalami Islam di Mekkah.
Dengan berbagai pertenangan, akhirnya Darwis remaja dapat pergi haji
dan mendalami Islam di Mekkah. Disana Darwis menghabiskan waktunya untuk
melaksanakan serangkaian proses ibadah haji dan mendalami Islam di Mekkah.
Disana Ia mencurahkan segala keluh kesah dan keserisauannya terhadap
kebiasaan masyarakat didaerahnya yang masih kental akan adat istiadat jawa.
Dengan begitu semangat Darwis terus belajar dan belajar dan terus mencari
keberadaan Allah. Sampai pada akhirnya Ia dinamai Ahmad Dahlan dan
Beliaupun pulang ke desa asalnya dengan membawa ilmu yang telah Beliau
peroleh selama 4 tahun berada di Mekkah. Beliau membawa banyak oleh-oleh
dari Mekkah salah satunya mushaf yang telah Beliau pelajari di Mekkah.
Darwis remaja yang kini telah berubah nama menjadi Ahmad Dahlan
tumbuh dewasa dan mulai mengagumi seorang wanita yang dari dulu telah Beliau
kenal, namanya Siti Walidah. Dan benar saja Beliaupun menikah dengannya, dan
menjalani hidup layaknya pasangan bahagia yang baru saja menikah. Dengan
semakin bertambahnya umur Darwis semakin bertambah pula umur ayahnya yang
kini mulai sakit-sakitan. Dengan kerendahan hatinya, Ayah Darwis menitipkan
jama’ah atau masyarakat desa kepadanya. Kemudian Ayahnya meninggal dan
Beliau diangkat sebagai khotib besar di sebuah masjid besar.
Dengan berbagai ilmu yang telah dimilikinya. Beliau mulai berdakwah
meski banyak pertentangan yang Beliau hadapi. Suatu hari adzan berkumandang,
K.H Ahmad Dahlan seperti biasanya melangkahkan kaki untuk melaksanakan
sholat berjama’ah di masjid. Sesampainya disana ternyata masjid sangat sepi dan
seketika Beliau melihat kompas, ternyata arah kiblat yang selama ini dijadikan
arah untuk sholat tidak tepat ke arah Ka’bah. Mulai saat itu K.H Ahmad Dahlan
mulai berfikir untuk mengubah arah kiblat agar sesuai dengan arah Ka’bah.
Dengan kecerdasan Beliau, beliau mulai memperhitungkan kemana arah kiblat
yang seharusnya dijadikan arah untuk sholat. Dengan berbagai pertentangan,
Beliau mulai menjelaskan dan merubah arah kiblat yang semula jauh dari arah
Ka’bah. Karena usaha keras K.H Ahmad Dahlan, banyak yang mencoba untuk
membuktikan perkataan dari K.H Ahmad Dahlan dengan berbagai ilmu yang
mereka miliki.
Pada akhhirnya perundingan tentang arah kiblat itu dilaksanakan. Sesuai
dugaan banyak pertentangan yang terjadi saat perundingan itu. Menurut mereka
kiblat itu sesuai dengan keyakinan kita kepada Allah, menurutnya kiblat boleh
mengarah kemana saja asalkan keyakinan kita mengarah pada Allah. Menurut
K.H Ahmad Dahlan itu keliru, lalu dengan perhitungan dan gambar dunia yang
telah Beliau buat, Beliau mulai menjelaskan tentang arah kiblat tersebut. Dan
menurut salah satu dari mereka gambar itu buatan orang kafir dan menurutnya itu
salah satu cara kamum kafir untuk menjebak kaum muslimin. Dan secara tidak
langsung pula mereka menganggap bahwa K.H Ahmad Dahlan itu kafir.
Pada suatu malam murid dari K.H Ahmad Dahlan mengubah arah kiblat masjid
tanpa sepengetahuan Beliau. Dan keesokan harinya muncul berbagai pertanyaan
tentang siapa yang berani mengubah arah kiblat yang selama ini sudah dijadikan
arah ketika sholat. Tidak hanya K.H Ahmad Dahlan yang menghadapi banyak
pertentangan, istri Beliau juga mendapat banyak pertentagan salah satunya dari
kakak kandungnya. Tetapi Beliau tetap kukuh pada pendiriannya untuk membela
suaminya.
K.H Ahmad Dahlan terus berdakwah untuk menegakkan syari’at Islam
yang sebenar-benarnya. K.H Ahmad Dahlan pada dakwah nya seringkali
membahas tentang Q.S Al Maun sampai murid-muridnya merasa bosan
mendengarkannya. Suatu ketika datanglah surat dari seorang Kyai penghulu.
Dalam surat itu tertulis Beliau menghendaki agar K.H Ahmad Dahlan menutup
masjid yang telah dirubah arah kiblatnya, didalam surat itu juga berisi ancaman
untuk K.H Ahmad Dahlan jika tidak segera membongkar masjid, maka masjid itu
akan dibongkar paksa oleh pasukan Kyai penghulu. Dengan keyakinan yang kuat
K.H Ahmad Dahlan tidak takut akan isi surat yang telah Beliau terima. Benar saja
para warga berdatangan untuk merobohkan Masjid Kidul yang pada saat itu
sedang berlangsung tadarus Al Qur’an. Pemberontakan besar terjadi pada saat itu,
kitab-kitab dirampas, masjid dirusak, kendi-kendi dihancurkan dan mereka
merobohkan Masjid Kidul yang dianggap telah melenceng dari ajaran penghulu-
penghulu yang terdahulu.
Hingga akhirnya K.H Ahmad Dahlan dan istrinya Siti Walidah hendak
pergi meninggalkan Desa Kauman. Kakaknya yang masih menjumpai K.H
Ahmad Dahlan dan istrinya berada di sebuah gerbong kereta api terus membujuk
dan menasehati agar mereka tidak pergi meninggalkan Desa Kauman. Dan
akhirnya mereka tetap bertahan di Desa Kauman dan memulai kembali untuk
membangun Masjid yang telah dirobohkan itu. Sampai pada suatu saat K.H
Ahmad Dahlan berangkat haji lagi dan dibiayai oleh keraton jogja. Tanpa
membuang banyak kesempatan, Beliau terus belajar dan belajar untuk menambah
ilmu yang telah Beliau peroleh. 5 tahun berjalan Beliau pulang dan bertemu
dengan murid-muridnya yang telah berganti nama.
Setelah beberapa hari berada dikampung halaman, K.H. Ahmad Dahlan
mendengar perkumpulan yang menarik, yaitu Perkumpulan Boedi Utomo.
Sehingga beliau mencari lebih dalam informasi tentang pergerakan itu. K.H
Ahmad Dahlan menyuruh muridnya untuk mencari tau tentang perkumpulan
Boedi Utomo. Kerabat Wahidin yang merupakan ketua Pekumpulan Boedi Utomo
itu menemui K.H Ahmad Dahlan dan mengajaknya bekerjasama. Dari hal itu
mulai bermunculan pengobatan gratis dan Perkumpulan Boedi Utomo juga
menawarkan kerjasama dalam bidang dan masalah yang lebih luas.
Sejak saat itu, kehidupan K.H Ahmad Dahlan mulai menemui titik terang.
Salah satu hal yang Beliau ajarkan “Bukan siapa kita tapi bagaimana kita berusaha
untuk umat”. Dengan penuh semangat Beliau meminta untuk mengajar di sekolah
yang mayoritas non muslim dan Beliau mulai membuktikan bahwa Islam bukan
seperti agama yang terbelakang.
Islam mulai berjaya dan semakin banyak yang ingin belajar mengenai agama
Islam lebih dalam. Semua usaha keras K.H Ahmad Dahlan tak lepas dari
dukungan orang-orang disekitarnya terutama istrinya Nyai Siti Walidah yang
senantiasa mendampingi dakwah Beliau seakan-akan kita melihat perjuangan
Khajidah ketika mendampingi Rasulullah

Anda mungkin juga menyukai