Anda di halaman 1dari 2

NAMA : BAYU ZHENA ADJI

NIM : 20180110106
KELAS : C

RESUME FILM SANG PENCERAH


Pada suatu hari lahirlah seorang anak laki-laki disebuah desa yang kental akan budaya dan adat istiadat jawa yang
kebanyakan dari mereka masih gemar memberi sesajen, memuja-muja dan lain-lain. Anak laki-laki itu diberi nama
Darwis. Hari demi hari, Ia semakin tumbuh menjadi remaja yang pemberani, sampai pada suatu saat Ia mengambil
sesajen yang diletakkan warga didepan sebuah pohon yang dianggap kramat. Dengan keberaniannya Ia mengambil
sesajen itu lalu Ia bagikan kepada anak-anak dan orang yang membutuhkan.

Keberanian Darwis yang saat itu baru berumur 15 tahun membuatnya semakin yakin dan semakin besar
keinginannya untuk mendalami ilmu agama. Sampai pada akhirnya Darwis remaja menghendaki untuk pergi pergi
haji ke Mekkah untuk mencari dan mendalami ilmu Islam. Ternyata niat baiknya itu tidak sebaik yang orang lain
fikirkan. Ia ditentang pamannya, tapi disisi lain kakak ipar dan guru bahasa arabnya terus memotivasi dan
menguatkan Darwis untuk pergi beribadah haji dan mendalami Islam di Mekkah.

Dengan semakin bertambahnya umur Darwis semakin bertambah pula umur ayahnya yang kini mulai sakit-sakitan.
Dengan kerendahan hatinya, Ayah Darwis menitipkan jama’ah atau masyarakat desa kepadanya. Kemudian
Ayahnya meninggal dan Beliau diangkat sebagai khotib besar di sebuah masjid besar. Seperti layaknya khotib-
khotib besar lainnya. Setiap kedatangannya di masjid, Beliau selalu disambut oleh jama’ah dimasjid desa tersebut
dengan penuh ketundukan.

K.H Ahmad Dahlan, itulah nama yang melekat padanya. Dengan berbagai ilmu yang telah dimilikinya. Beliau mulai
berdakwah meski banyak pertentangan yang Beliau hadapi. Pada suatu saat di langgar kidul Beliau memainkan
biolanya yang merupakan oleh-oleh dari Mekkah. Kemudian datanglah 4 pemuda yang tertarik mendengar alunan
biola yang dimainkan oleh Ahmad Dahlan. Salah satu dari merekapun bertanya, “agama itu apa?”. Melalui alunan
biolanya yang sangat indah Beliau menjawab pertanyaan dari pemuda itu.
Kemudian Ahmad Dahlan bertanya pada 4 pemuda itu,”apa yang kalian rasakan?”. Pemuda itupun
menjawab:”ketenangan dan kedamaian yang saya rasakan Pak Kyai”. K.H Ahmad Dahlanpun menjawab:”itulah
agama, agama itu indah, terang, damai seperti musik ini mengayomi dan menyelimuti”.
Pada suatu hari adzan berkumandang, K.H Ahmad Dahlan seperti biasanya melangkahkan kaki untuk melaksanakan
sholat berjama’ah di masjid. Sesampainya disana ternyata masjid sangat sepi dan seketika itu Beliau melihat kompas
dan ternyata arah kiblat yang selama ini dijadikan arah untuk sholat tidak tepat ke arah Ka’bah. Mulai saat itu K.H
Ahmad Dahlan mulai memutar otak untuk mengubah arah kiblat agar sesuai dengan arah Ka’bah. Dengan cerdas
Beliau mulai memperhitungkan kemana arah kiblat yang seharusnya dijadikan arah untuk sholat.

Dengan berbagai pertentangan, Beliau mulai menjelaskan dan merubah arah kiblat yang semula jauh dari arah
Ka’bah. Karena usaha keras K.H Ahmad Dahlan, banyak yang mencoba untuk membuktikan perkataan dari K.H
Ahmad Dahlan dengan berbagai ilmu yang mereka miliki.

Sampai pada akhhirnya perundingan tentang arah kiblat itu dilaksanakan. Sesuai dugaan banyak pertentangan yang
terjadi saat perundingan itu. Menurut mereka kiblat itu sesuai dengan keyakinan kita kepada Allah, menurutnya
kiblat boleh mengarah kemana saja asalkan keyakinan kita mengarah pada Allah. Menurut K.H Ahmad Dahlan itu
keliru, lalu dengan perhitungan dan gambar dunia yang telah Beliau buat, Beliau mulai menjelaskan tentang arah
kiblat tersebut. Dan menurut salah satu dari mereka gambar itu buatan orang kafir dan menurutnya itu salah satu
cara kamum kafir untuk menjebak kaum muslimin. Dan secara tidak langsung pula mereka menganggap bahwa
K.H Ahmad Dahlan itu kafir.

Pada suatu malam murid dari K.H Ahmad Dahlan mengubah arah kiblat masjid tanpa sepengetahuan Beliau. Dan
keesokan harinya muncul berbagai pertanyaan tentang siapa yang berani mengubah arah kiblat yang selama ini
sudah dijadikan arah ketika sholat. Pertentangan demi pertentangan bermunculan dengan begitu panasnya. Tidak
hanya K.H Ahmad Dahlan yang menghadapi banyak pertentangan, istri Beliaupun mendapat banyak pertentagan
salah satunya dari kakak kandungnya sendiri. Tetapi Beliau tetap kukuh pada pendiriannya untuk membela suami
tercintanya.
Dengan meninggalkan berbagai pertentangan itu, K.H Ahmad Dahlan terus berdakwah untuk menegakkan syari’at
Islam yang sebenar-benarnya. K.H Ahmad Dahlan pada dakwah nya seringkali membahas tentang Q.S Al Maun
sampai murid-muridnya merasa bosan mendengarkannya.
Suatu ketika datanglah surat dari seorang Kyai penghulu. Dalam isinya Beliau menghendaki agar K.H Ahmad
Dahlan menutup masjid yang telah dirubah arah kiblatnya, didalam surat itu juga berisi ancaman untuk K.H Ahmad
Dahlan jika tidak segera membongkar masjidnya maka masjid itu akan dibongkar paksa oleh pasukan Kyai
penghulu itu.

Dengan keyakinan yang kuat K.H Ahmad Dahlan tidak sedikitpun takut akan isi surat yang telah Beliau terima. Dan
benar saja para warga berdatangan untuk merobohkan Masjid Kidul yang pada saat itu sedang berlangsung tadarus
Al Qur’an. Pemberontakan besar terjadi pada saat itu, kitab-kitab dirampas, masjid dirusak, kendi-kendi dihancurkan
dan mereka merobohkan Masjid Kidul yang dianggap telah melenceng dari ajaran penghulu-penghulu yang
terdahulu.

Sampai pada akhirnya K.H Ahmad Dahlan dan istrinya Siti Walidah hendak pergi meninggalkan Desa Kauman.
Kakaknya yang masih menjumpai K.H Ahmad Dahlan dan istrinya berada di sebuah gerbong kereta api terus
membujuk dan menasehati agar mereka tidak pergi meninggalkan Desa Kauman. Dan akhirnya mereka tetap
bertahan di Desa Kauman dan memulai kembali untuk membangun Masjid yang telah dirobohkan itu.

Sampai pada suatu saat K.H Ahmad Dahlan berangkat haji lagi dan dibiayai oleh keraton jogja. Tanpa membuang
banyak kesempatan, Beliau terus belajar dan belajar untuk menambah ilmu yang telah Beliau peroleh. 5 tahun
berjalan Beliau pulang dan bertemu dengan murid-muridnya yang telah berganti nama.
Setelah beberapa hari berada dikampung halaman, terdengarlah suatu perkumpulan Boedi Utomo yang menarik
Beliau untuk mencari lebih dalam informasi tentang pergerakan itu. Sehingga K.H Ahmad Dahlan menyuruh
muridnya untuk mencari tau tentang perkumpulan Boedi Utomo.
Benar saja kerabat Wahidin yang merupakan ketua Pekumpulan Boedi Utomo itu menemui K.H Ahmad Dahlan dan
mengajaknya bekerjasama. Dari situlah, mulai bermunculan pengobatan gratis. Tidak hanya itu, Perkumpulan Boedi
Utomo juga menawarkan kerjasama dalam bidang dan masalah yang lebih luas.
Sejak saat itu, kehidupan K.H Ahmad Dahlan mulai menemui titik terang. Salah satu hal yang Beliau ajarkan
“Bukan siapa kita tapi bagaimana kita berusaha untuk umat”. Dengan penuh semangat Beliau meminta untuk
mengajar di sekolah yang mayoritas non muslim dan Beliau mulai membuktikan bahwa Islam bukan seperti agama
yang terbelakang.

Mulailah Islam berjaya dan semakin banyak pula yang mau belajar tentang Islam lebih dalam lagi. Semua usaha
keras K.H Ahmad Dahlan tak lepas dari dukungan orang-orang disekitarnya terutama istrinya Nyai Siti Walidah
yang senantiasa mendampingi dakwah Beliau seakan-akan kita melihat perjuangan Khajidah ketika mendampingi
Rasulullah berdakwah. MasyaAllah.

Pesan akhir dari film ini adalah “Hari ini kita sama-sama belajar untuk menjadi yang terbaik dimata Allah. Tidak
hanya untuk diri sendiri tapi untuk kepentingan orang banyak. Hidup ini singkat dan hanya satu kali, manfaatkan
tidak hanya untuk kepentingan sendiri. Allah beserta orang-orang yang peduli. InsyaAllah ini akan diridhoi.
(Langgar Kidul , 18 Nopember 1912 ) KH.Ahmad Dahlan.

Anda mungkin juga menyukai