Anda di halaman 1dari 6

Nilai Moral

Beliau memiliki nama asli yaitu Muhammad Darwis. Beliau lahir pada tahun 1886. Beliau merupakan
seorang keturunan ulama dari ayahnya yang merupakan keturunan orang alim yaitu Maulana Malik
Ibrahim serta Ibu nya yang berasal dari keturunan Sang Penghulu Kesultanan, bernama Siti Aminah.
Suatu hari, saat Muhammad Darwis menginjak usia remaja. Beliau pergi ke acara yasinan untuk
mendoakan Ayah dari sahabatnya bernama Pono, Seketika itu saat beliau pergi ke kamar kecil,
Beliau mendengar Ibu Pono membicarakan masalah uang untuk acara yasinan sebagai penambahan
waktu uang yang bisa diperpanjang. Sehingga menyebabkan beliau berpikir untuk tidak mewajibkan
melakukan acara tersebut jika terkendala keuangan karena beliau berpikir beberapa orang yang
memiliki ekonomi yang sulit untuk makan saja mengalami kesusahan, dan jika akan mengadakan
sebuah acara akan menyebabkan masalah keuangan semakin lebih sulit.

Nilai Moral

Semasa Kecil, Beliau sering bermain bola bersama dengan teman temannya. Pada hari itu,
permainan bola dimulai dengan lawan orang dari Ngadisuryan yang tepatnya berada di Alun alun
selatan dari Kauman, yang merupakan tempat tinggal beliau serta teman temannya. Suatu waktu,
terjadi perselisihan permainan tersebut, sehingga menyebabkan perkelahian. Akan tetapi,
Muhammad Darwis langsung menghentikan perkelahian tersebut dengan suara yang tegas,
mencoba mengalah terhadap permasalahn tersebut, dan pada akhirnya meminta maaf atas masalah
tersebut. Keesokan harinya, Badan beliau masih mengalami masih rasa nyeri, akan tetapi beliau
tetap mengerjakan ibadah sholat jumat untuk mendapatkan pahala, dimana beliau menghafal
sebuah hadis yang menguatkan agar bisa menjalankan ibadah dengan sebaik baiknya.

Nilai Moral dan Nilai Pendidikan

Muhammad Darwis memperdalam agama dengan belajar mengaji dengan salah Kiai Hamid. Sosok
guru tersebut menggambarkan merupakan seorang yang sangat menyanyangi anak anak yatim serta
menyantuninya. Kiai Hamid sering mengadakan makan bersama dengan sejumlah anak yatim, Kiai
Hamid tidak terlihat seperti orang orang kaya pada umumnya. Sehingga membuat beliau keheranan
dengan berpikir bagaimana datangnya sebuah uang ketika memberikan makanan kepada anak anak
yatim padahal anak yatim tersebut tidak berjumlah kurang dari 1 - 2 orang. Sebelumnya,
kebingungan beliau menjadi sebuah pertanyaan kepada bapaknya dan mendapatkan sebuah
jawaban untuk selalu memberi dan Allah swt juga akan mengalirkan rezeki kepada yang memberi
tersebut. Jawaban tersebut membuat beliau masih belum mengalami rasa puas, pada akhirnya
jawaban tersebut secara jelas dapat dipahami oleh Muhammad Darwis dengan memberikan
gambaran sebuah kitab fiqih yang dipegang oleh Kiai Hamid dengan menjelaskan tentang
menyantuni anak yatim yang berhubungan dengan Islam memberikan kedamaian terhadap seluruh
alam.

Nilai Agama dan Pendidikan

Suatu waktu, Beliau diajak oleh ayahnya untuk mengikuti sebuah pertemuan takmir, yang
merupakan pengurus masjid untuk membahas sebuah acara menyambut bulan ramadhan. Dalam
diskusi tersebut, panitia harus menyediakan dana yang sangat besar. Akibatnya Beliau saat
mendengarkan diskusi tersebut ingin bertanya lebih banyak, akan tetapi dalam hal ini beliau lebih
diam untuk tidak bertanya karena diskusi merupakan sebuah pertemuan untuk merencanakan
kegiatan. Suatu ketika, acara tersebut sudah dimulai, Beliau bersama dengan temannya yaitu Pono,
berjalan dan melihat Kyai Penghulu Kamaludiningrat menebarkan melati juga beras di bagian pojok
masjid dalam jumlah besar. Dan akibatnya beliau bertanya kepada Kiai Saleh salah seorang guru
bahasa Arab tentang kegiatan tesebut sehingga menyebabkan perdebatan yang menimbulkan
bahwa keguatan tersebut hanya berwujud tradisi. Setelah menjalankan 5 hari bulan Ramadhan.
Kegiatan beberapa anak anak muda seumuran beliau segera pergi menyiapkan untuk membantu
persiapan berbuka, ketika membantu, beberapa marbot terlihat melakukan penyambutan dengan
cara sembah terhadap kyai, pada beliau sendiri hanya berdiam dan tidak melakukan sama seperti
marbot lainnya. Dalam satu hari yang sama juga, diskusi antara beliau dengan seorang guru ngaji
yaitu bernama Mas Noor tentang sebuah pembagian istilah pada pulau jawa yaitu Zaman Kala
dengan menghubungkan ramalan jayabaya, beliau pun bertanya "mengapa harus percaya dengan
sebuah ramalan?, Apakah sudah tertulis di dalam Alquran dan berasal dari sabda Nabi
Muhammad?", Kemudian Mas Noor menjawab "Islam melarang percaya adanya lamaran. Akan
tetapi bukan memercayai secara kita percaya kepada Allah dan Rasulnya akan tetapi memudahkan
mengerti masyarakat tempat masyarakat tinggal ".

Nilai Moral

Rapat bulanan dengan sejumlah orang yang lebih besar dari diskusi pertama bulan Ramadhan
dipimpin oleh Kyai Kamaludiningrat, pada akhirnya beliau memberanikan diri untuk bertanya
mengenai anggaran dana agar berbentuk sederhana yang terkait antara ekonomi masyarakat
sebagai sedekah fakir miskin sehingga hasil yang diberikan juga jelas dan mendapatkan respon dari
Kyai Kamaludiningrat serta beberapa yang hadir pada rapat tersebut mendapatkan tertawaan
dengan alasan pemikiran beliau masih muda. Sehingga beliau menundukan kepala dengan hati
perih, sedikit marah atas pertanyaan seorang anak muda yang ingin mendapatkan sebuah
penjelasan dari keharusan menjalankan kegiatan keagamaan, serta mengapa di jawab dengan
beberapa gelak tawa. Sehingga setelah sampai rumah, Ayah beliau marah atas pertanyaan tersebut
karena membuat nya sebagai keluarga dari Kiai malu, hal itu bisa dipertanyakan di rumah saja jika
berkaitan tentang agama.

Nilai Kesenian

Keesokannya mulailah sebuah Ruwetan sebuah acara merayakan mulainya bulan ramadhan yang
dimulai dari upacara persiapan sesajen di Lingkungan Pekauman, setelah itu mandi suci. Sedangkan,
beliau memilih untuk menjemur tikar masjid. Terdengarlah sebuah suara dari bibi beliau serta
dengan anak perempuan yang bernama Siti Walidah memanggilnya untuk mengajak berbuka pada
hari pertama puasa. terlihat Siti Walidah mulai mencuri curi pandang kemudian Beliau membalas
senyuman tersebut sehingga membuat wajah manisnya makin tersipu sipu dan menunduk malu
ketika Beliau mulai menatapnya. Saat siti walidah bersama dengan bibinya pergi ke arah berlawanan,
Beliau masih menatap dengan seksama, Terlihat Pandangan berbalik arah ke arah beliau dengan
senyuman mengembang. Dengan tawaran dari ibunya siti walidah menyebabkan beliau menerima
ajakan untuk upacara mandi suci tersebut. Sehabis pulang dari acara tersebut, Beliau melihat
sepasang suami istri yang meletakkan sesajen di bawah pohon dan berdoa, kemudian beliau
bersembunyi, mengambil serta membagikan sesajen yang berupa makanan tersebut kepada orang
orang miskin dan memberikan nasihat agar selalu berterima kasih kepada Allah SWT . Adapun
sepasang suami istri tersebut mengira bahwa sesajen mereka sudah diterima.
Nilai Pendidikan

Setelah beberapa hari mulailah muhammad darwis mempersiapkan pergi ke mekah agar mendalami
ilmu agama. Seluruh keluarga besar beliau terkumpul disana, terdapat sebuah nasihat dari Mas Noor
kepada beliau “Karena jiwamu masih berkobar, Darwis harus menahan diri dalam menyatakan
sesuatu apalagi di depan public”. Sehingga perkataan dari Mas Noor membuat darwis mulai
memikirkan saat ia bertanya kepada Kyai Penghulu Kamaludiningrat di masjid gedhe beberapa bulan
yang lalu. Akibatnya darwis mulai bertanya “Memangnya menanyakan tradisi itu salah ya. Mas
Noor?” Mas Noor mulai menjawab dengan penuh lemah lembut “Tergantung dari pertanyaanmu
kepada siapa dan tempatnya, Jika kamu bertanya di tempat public dan terlalu semangat maka
kesannya bisa berbeda, Berbeda dari Pendengar. Darwis bisa seperti menggungat kyai yang kamu
tanya”. Sehingga Darwis menjawab dengan penuh kehati hatian “Saya tidak menggungat Kyai, akan
tetapi saya hanya mempertanyakan tradisi tersebut?”. Nasihat tersebut berujung pada akhir
perkataan Mas Noor untuk mengadakan sebuah pembaharuan dari campuran tradisi yang sangat
berpengaruh besar pada ketertaikan agama sangatlah harus waspada dan penuh kehati hatian.
Beliau menginjakkan kakinya di kereta api yang terletak di gerbong 3 dan mengingat awal mulai
beliau merasa tertarik untuk belajar agama islam mendalam melalui acara yasinan teman ayahnya
beliau.

Nilai Politik

Dalam beberapa waktu, sampailah beliau di stasiun semarang di daerah Tambaksari bertemulah
beliau dan diajaklah untuk bermalam di sebuah pesantren yaitu Kiai Sholeh Darat, Kiai Sholeh Darat
merupakan seorang wali Allah yang memiliki Karamah mengubah sebongkah batu menjadi emas.
Kiai Sholeh Darat mendapatkan kejadian bahwa beliau pernah disogok oleh tentara hindia belanda
agara berhenti mengajar, menurut mereka sangat berbahaya sekali mengajarkan sebuah keadilan.
Beliau juga merupakan pahlawan yang ikut berjuang bersama Pangeran Diponegro. Sewaktu muda
Muhammad Darwis serta Hasyim Asyari belajar kepada beliau. Hal menarik yang perlu diketahui
bahwa muid beliau yang bukan dari Kalangan Santri yaitu R. A. Kartini. Dimana R.A Kartini meminta
kepada beliau untuk menerjemahkan Surah Al-Fatihah . Berkat terjemahan itu pula Kartini menyukai
surah AL-Baqarah Ayat 257 yang menyatakan “Orang orang beriman dibimbing Allah menuju
Cahaya”. Akibatnya terbitlah sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Muhammad Darwis
berangkat dari kota semarang dan menuju kota mekah terdapat sebuah sebutan “Haji Singapura”
yang berarti pengaruh perang Aceh yang menyebaban pemerintah hindia belanda memperkuat
persyaratan bagi mereka yang ingin menunaikan ibadah haji akibatnya banyak calon haji memilih
sngapura sebagai tempat transit. Sepulang dari mekkah, setelah 5 tahun yaitu pada tahun 1833-1838
Muhammad Darwis mengubah nama beliau dengan nama Ahmad Dahlan, Pada saat itu orang non
arab yang menimba ilmu disana harus diarabkan agar afdol untuk mendukung dakwah selanjutnya.
Tibalah di pulau jawa, beberapa keluarga menyambut Ahmad dahlan di tempat pemberhentian
kereta Api termasuk Istrinya yang terlihat lebih dewasa daripada sebelum berangkat ke tanah suci.

Nilai Agama dan Moral

Dan tibalah waktu perjodohan serta pernikahan siti Halidah bersama dengan Ahmad Dahlan. Waktu
berjalan dengan cepat, tak terasa Siti Walidah sudah hamil 3 bulan dan dikarunia seorang putri pada
tahun 1890 saat beliau menginjak usia 21 tahun dinamailah Siti Johannah. Kabar menyedihkan mulai
datang Ibunya meninggal. Ayahnya kemudian menikah lagi dengan Ibu Raden Khatib Tengah dan
dikarunai seorang putra yang bernama Muhammad Basyir. Dalam beberapa hari, Ayahnya berbicara
kepada Ahmad Dahlan untuk untuk menggantikan bapaknya sebagai jabatan khatibh masjid gedhe.
Akhirnya pada Syaban tahun 1896, beberapa hari sudah mendekati puasa Ramadhan, terdengarlah
berita bahwa ayah beliau wafat. Dalam setahun juga, Muhammad Basyir menginjak usia 6 tahun
dinyatakan wafat karena sakit parah. Pada hari jumat, tibalah ahmad dahlan menjadi khatib beliau
memberikan pesan kepada yang hadir pada sholat jumat tersebut "Islam harus menjadi rahmat bagi
siapa saja yang bernaung di dalamnya. Merahmati itu artinya melindungi, mengayomi, tidak
membuat rumit dan berat kehidupan Muslim dengan upacara maupun sesajen yang tidk pada
tempatnya. Mintalah kepada Allah, Di dalam islam kita bisa berdoa langsung, Bukan memohon
kepada kyai, apalagi meminta kepada sesajen, musyrik itu. Jika ingin meminta mintalah kepada
Allah. Insya Allah dikabulkan". Isi khutbah tersebut membuat beberapa krang merasa seperti
tersinggung, akan tetapi menurut pemikiran dari Ahmad Dahlan sendiri bahwa beliau merasa tidak
enak terhadap tradisi yang sesat kepada lelhuru yang mengatasnamakan agama.

Nilai Pendidikan dan Nilai Agama

Adapun bagi remaj berusia 15 tahun segera pergi belajar kepada Ahmad Dahlan. Waktu sore mulai
mendekat, berkumpullah santriwan beliau di masjid gunung kidul. Dengan segera beliau mengambil
sebuah alat music yaitu biola, dengan memperdengarkan irama biola tersebut. Kemudian santri
beliau bertanya “Kyai mengapa menggunakan alat music? Bukannya alat music itu bikinan orang
kafir?”. Kemudian beliau menjawab dengan penuh ketegasan “Orangnya yang kafir, sedangkan alat
musiknya tidak ada yang muslim serta kafir”. Berlanjutlah pertanyaan yang lain bahwa “Kyai
bagaimana dengan pengajiannya, biasanya pengajian ditentukan oleh guru ngajinya, kyai”. Lalu
beliau menjawab “Kalau gitu pintar guru ngajinya, Kalau pengajian disini kalian yang menentukan
ingin bertanya apa”. Banyak sekali pertanyaan yang ingin mereka tanyakan, teracunglah tangan yang
bertanya tentang agama. Kemudian beliau mencontohkan dengan memainkan biola, terlihat hisyam
mulai menikmati alunan irama tersebut. Sesaat beliau bertanya “Bagaimana suaranya?” lalu mereka
menjawab “Sangat Indah, Terasa seperti di alam mimpi, Semua persoalan mendadak hilang”. Beliau
kemudian menjelaskan hubungan antara agama dengan memainkan biola “Begitulah islam sangat
indah, damai. Karena itu hakikat agama seperti music. Sehingga agama harus kita pelajari”.

Nilai Moral

Sepulang dari pengajaran di masjid gunung kidul, terdengar sebuah informasi yang diberikan Ahmad
Dahlan tentang isi khutbah jumat yang terjadi beberapa hari lalu. Malam harinya datanglah Mas
Noor memberikan pesan untuk lebih bijaksana dan hati hati menyampaikan isi khutbah. Kyai
Penghulu Kamaludiningrat khawatir bahwa semua seruan belum tentu benar, sehingga
menyebabkan masyarakat terpecah belah. Kemudian beliau bertanya “Aku tidak anti tradisi, Mas
Noor. Aku hanya keberatan terhadap tradisi yang memberatkan rakyat tapi hars dilakukan atas
nama agama. Jika kita pikirkan, Bagaimana agama menerima jika memberatkan penganutnya
sendiri. Saya mengambil ajaran dari mana saja akan tetapi dalil tersebut sangatlah jelas baik dari
Imam Syafii maupun Imam Ghazali”. Serta Mas Noor mulai bertanya tentang pengajaran saat
menggunakan alat music, beliau menggunakan alat music tersebut untuk menarik kau anak anak
muda. Membuat mereka aktif bertanya dan mencoba berpikir lebih keras atas pertanyaan yang
berasal dari kepala kepala mereka.

Suatu ketka, Ahmad Dahlan pergi berdagang ke Bantul. Ketika itu sudah masuk waktu shalat, dimana
saat melangkahkan kaki. Beliau merasa mengamati arah saf yang lurus, dimana kemudian beliau
segera mengambil sebuah Kompas yang menyatakan bahwa kiblat masjid daerah Bantul merupakan
saf yang salah. Beliau mulai mengubah arah kiblat yang benar, karena menguasai ilmu falaq dan
hisab sehingga beliau mengambil peta yang didapatkan dari mekkah dan mulai menarik sehelai
benang ke arah mekkah, terlihat tarikan kiblat masjid Gedhe terhadap mekkah salah, Masjid Gedhe
mengarah kiblat ke barat yaitu negara afrika. Sehingga beliau mendiskusikan dengan mengundang
beberapa kyai tentang mengubah kiblat secara 24° derajat dari arah kiblat yang sekarang. Hal itu pun
menyebabkan respon orang orang mengarah ke leta tersebut menyatakan bahwa bikinan orang
kafir, hal itu pun diperjelas oleh Ahmad Dahlan "Bagaimana cara orang melakukan perjalanan haji
dengan melihat peta tersebut, apakah haji tersebut masih sah jika kita mengikutinya?". Akibatnya
banyak yang memberikan samaran penghinaan terhadap beliau diantaranya kafir dan munafik “Kita
harus berhati hati terhadap kaum kafir yang memengaruhi kita”.

Pada besok subuh, terlihatlah kiblat yang sudah berubah di mesjid gunung kidul, sehingga membuat
geger masyarakat. Akibatnya Ahmad Dahlan diperintahkan untuk menutup mesjid gunung kidul,
akan tetapi beliau berusaha keras untuk tidak membiarkan penutupan tersebut, sehingga terjadilah
ancaman dari Kyai Penghulu agar membongkar paksa masjid gunung kidul. Mendengar atas hal itu
beliau mencoba menenangkan emosi yang kini sudah naik ke kepala. Beliau kemudian berbicara
“Jika bongkar paksa tetap dilakuakn malam ini, berarti kita berada di lingkungan yang salah”.
Kemudian beliau kembali lagi ke Langgar Gunung Kidul dengan meminta izin istrinya, istrinya
kemudian menyarankan untuk lebih baik pergi ke rumah sang mertua yaitu ayahnya Walidah.
Sesampainya disana diketuklah pintu rumah secara 3 kali, terbukalah pintu tersebut. Kemudian
Ahmad Dahlan segera memeluk ayahnya. Ayahnya kemudian berkata “Saya tahu, Noor yang
menceritakannya. Istighfar Dahlan. Ini keputusan yang sulit kau harus perjuangkan meski kau
diputuskan dari jabatanmu sekarang, Dahlan”.

Rombongan dari arah depan menuju langgar gunung kidul mulai memasuki langgar tersebut, tampak
beberapa santri yang bertadarus. Dihentikan oleh aktifitas dari rombongan yang sudah membawa
alat alat tajam. “Mana Kyai Kafir itu” berteriaklah salah seorang warga. Mendengar hal itu membuat
Jazuli tidak terima atas hal tersebut “ Tidak ada yang kafir disini . Kalian yang seperti orang kafir yang
datang secara tidak hormat ke tempat suci ini”. Mendnegar dari jawaban Jazuli membuat komplotan
tersebut mulai menghancurkan secara perlahan lahan. Bberapa santi mulai menangis,kecuali Jazuli
yang melihat tatapan benci kepada mereka yang menghancurkan langar tersebut. Kiai Noor yng
sudah mengetahui pembongkaran paksa tersebut langsung berlari melihat langar yang sudah tidak
terlihat kokoh lagi. Hujan mulai mengguyurkan daerah daerah kauman, Allah menenangkan emosi
emosi yang mendidih. Kiai Noor mulai menyelamtkan beberapa alquran yang tertindih di sebuah
potongan kayu. Air mata beliau sudah mulai turun sembari dengan mengangkat sobekan Al-Quran,
Kitab yang bertebaran, dan menyisipkannya ke dalam alquran. Beliau kemudian berdiri perlahan
lahan meninggalkan langar gunung kidul bersama dengan dinginnya hujan yang membuat
mengigilnya sampai ke hati. Ahmad Dahlan kemudian berlari kearah masjid gunung kidul yang sudah
tak terbentuk. Ayah mertuanya memberikan nasehat untuk tidak membalas dendam serta menahan
diri, Pesan tersebut beliau turuti. Tapi beliau tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis, meski
Walidah memayungi beliau dengan satu tangannya, dan air mata mulai menetes dari Siti halidah dan
Ahmad Dahlan kemudian melihat tersebut untuk memerintahkan segera kembali, Siti halidah
menolak "Tidak apa apa mas, Sabar Kangmas". Hujan mulai menentes, Beliau menggunakan alasan
anaknya agara bisa kembali ke rumah walau hatinya tidak bisa menahan diri akibat pengahncuran
tersebut. Terlihat kalender basah yang mulai tersiram air hujan, tahun 1899.

Rencana untuk meninggalkan kauman mulai terjalani, pemindahan di kota semarang agara istri
maupun anak beliau tidak mendengar tuduhan kyai kafir yang menyakitkan tersebut. Akan tetapi,
Mas Saleh menghalangi tersebut menyatakan bahwa ada jalan keluar nya, Alasan tersebut masih
membuat ahmad Dahlan bimbang "Untuk Apa aku dibutuhkan lagi disini? Tidak ada yang
mendengarkanku, Lebih baik aku terapkan saja kepada orang yang mendengarkanku lebih baik".
Begitulah jawaban beliau. Akhirnya ahmad dahlan menyetujui bahwa tidak akan pergi dari kauman,
serta memulai pembangunan Masjid Gunung Kidul kembali. Setelah itu beliau juga berdiskusi
dnegan seorang pastor yang sering menghina agama islam agar bisa menghormati ajaran masing
masing dan tidak menghina. Selain itu beliau juga fokus pada pendidikan dan kesejahteraan umat.
Juga beliau bergabung dengan budi utomo yang mengurusi pendidikan dan kesehatan masyarakat
dimana tujuan dari pemikiran beliau sangat lah sesuai serta beliau menjabat sebagai komisaris budi
utomo yogyakarta. Akibatnya terbentuklah sebuah Persyarikatan Muhammadiyah yang berarti
perkumpulan yang mengikuti Nabi muhammad, dan pada saat itu berdamai lah dengan para kyai
yang menyebar sebuatan kyai kafir. Dari persyarikatan ini mendapatkan dukungan dari budi utomo
sampai dengan sri sultan hamengkubowoni.

Hal yang menarik adalah pesan beliau kepada diri sendiri untuk tetap bersemangat

“, Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang
akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu
melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya.
Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama
Allah, sedang engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab surga dan neraka. Dan
dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan
tinggalkanlah lainnya.”.

Anda mungkin juga menyukai