1. Seorang perempuan berumur 25 tahun P1A0 datang ke PMB ingin ber KB menggunakan
metode yang melindungi dari IMS. Hasil pemeriksaan TD: 150/90 mmHg. Apakah metode
kontrasepsi alternatif yang tepat untuk kasus tersebut ?
a. MAL
b. Suntik Progestin
c. Kondom
d. IUD
e. Implan
Pembahasan: Kondom merupakan metode kontrasepsi yang melindungi dari IMS dan dapat
digunakan bersama metode lainnya ( A andi, 2014).
Pembahasan : Usia 40 tahun merupakan usia untuk mengakhiri masa kesuburan. Oleh karena
itu, diperlukan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi, reversibilitas rendah, dapat digunakan
jangka panjang, dan tidak menambah kelainan yang sudah ada. Kontrasepsi yang disarankan
untuk menjadi prioritas adalah kontrasepsi mantap, disusul susuk KB, AKDR, suntik, dan pil
(Sulistyawati,2011).
4. Seorang perempuan akseptor KB pil mengalami muntah setelah 2 jam mengonsumsinya. Apa
tindakan yang harus dilakukan perempuan tersebut ?
a. Segera minum pil yang lain
b. Minum pil pada hari berikutnya
c. Minum 2 pil sehari
d. Tes kehamilan
e. Tidak melakukan hubungan seksual sampai siklus haid berikutnya
Pembahasan : Instruksi pada klien tentang cara mengkonsumsi pil KB sangat penting untuk
sampaikan. Misalnya seperti apabila muntah dalam waktu dua jam setelah menggunakan pil,
maka segera ambil pil yang lain untuk dikonsumsi atau dapat juga menggunakan metode
kontrasepsi yang lain (Sulistyawati,2014).
5. Seorang perempuan berumur 22 tahun P1A0 telah melahirkan 2 bulan yang lalu datang ke
PMB mengatakan ingin ber KB yang tidak menganggu ASI dan tetap menstruasi. Hasil
pemeriksaan dalam batas normal. Apakah jenis kontrasepsi yang sesuai untuk kasus diatas ?
a. Pil kombinasi
b. Suntik progestin’
c. Suntik kombinasi
d. IUD
e. Implan
Pembahasan : Metode IUD merupakan metode yang sangat efektif dan tidak mengandung
hormon apapun. Metode ini tidak mempengaruhi produk ASI dan perubahan siklus haid hanya
terjadi pada beberapa bulan awal setelah pemasangan ( A andi, 2014).
6. Seorang perempuan berumur 25 tahun P2A0 datang ke RS dengan keluhan terlambat haid 3
minggu. Pemeriksaan PP test hasil + , IUD masih ada dalam rahim dan tampak. Apa tindakan
yang harus dilakukan bidan ?
a. USG
b. Melepas IUD secara perlahan
c. Memberi pil KB
d. Membiarkan IUD didalam rahim
e. Memberikan multivitamin
7. Seorang perempuan berumur 22 tahun P2A0 datang ke puskesmas ingin menjadi akseptor KB,
anak terakhir berusia 3 bulan. Ibu memiliki riwayat diabetes mellitus dan ibu sudah
mendapatkan haid dihari pertama setelah bersalin. Hasil pemeriksaan TD : 140/90 mmHg.
Apa jenis kontrasepsi yang sesuai untuk klien tersebut ?
a. MAL
b. Suntik progestin
c. Suntik kombinasi
d. IUD
e. Implan
Pembahasan : Metode IUD merupakan metode yang sangat efektif dan tidak mengandung
hormone apapun. Metode ini tidak mempengaruhi produksi ASI dan dapat digunakan pada ibu
memiliki berbagai riwayat penyakit, seperti tumor, kanker, hipertensi, penyakit jantung,
diabetes, TBC, dan sebagainya. ( A andi, 2014).
8. Seorang perempuan berumur 25 tahun P2A0 datang ke puskesmas ingin berkonsultasi KB.
Anak terakhir berusia 1 bulan dan belum haid. Ibu mengatakan tidak ingin menggunakan IUD
karena tidak disetujui oleh suaminya. Hasil pemeriksaan TD : 150/90 mmHg. Apa jenis
kontrasepsi yang sesuai untuk klien tersebut ?
a. MAL
b. Suntik progestin
c. Suntik kombinasi
d. IUD
e. Implan
Pembahasan : MAL merupakan metode yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif.
Syarat MAL dapat digunakan sebagai metode kontrasepsi adalah menyusui secara penuh
belum memperoleh haid pertama, dan bayi berusia kurang dari 6 bulan ( A andi, 2014).
9. Seorang ibu memiliki 2 orang anak, anak kedua berumur 5 bulan ingin menggunakan alat
kontrasepsi yang efektif dan jangka panjang. Ibu menyusui secara eksklusif. Apakah metode
kontrasepsi yang tepat untuk klien tersebut ?
a. Pil mini
b. IUD
c. Pil kombinasi
d. Suntik kombinasi
e. AKBK
Pembahasan : AKDR adalah perubahan siklus haid, hipermenorea atau amenorea, spotting,
perforasi dinding uterus dapat terjadi, tidak mencegah IMS, dapat menyebabkan penyakit
radang panggul dan KET, memerlukan pemeriksaan pelvik, menimbulkan rasa nyeri, tidak
dapat melepas AKDR sendiri, dan harus memeriksa keberadaan benang dari waktu ke waktu
(A.andi, 2014)